• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kuda Beban Sebagai Alat Transportasi Di Kecamatan Saipar Dolok Hole Kabupaten Tapanuli Selatan Propinsi Sumatera Utara

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Kuda Beban Sebagai Alat Transportasi Di Kecamatan Saipar Dolok Hole Kabupaten Tapanuli Selatan Propinsi Sumatera Utara"

Copied!
172
0
0

Teks penuh

(1)

KUDA BEBAN SEBAGAI ALAT TRANSPORTASI DI

KECAMATAN SAIPAR DOLOK HOLE

KABUPATEN TAPANULI SELATAN

PROPINSI SUMATERA UTARA

SKRIPSI

RAHMADANI SIREGAR

DEPARTEMEN ILMU PRODUKSI DAN TEKNOLOGI PETERNAKAN FAKULTAS PETERNAKAN

(2)

RINGKASAN

RAHMADANI SIREGAR. D14070001. 2011. Kuda Beban Sebagai Alat Transportasi di Kecamatan Saipar Dolok Hole Kabupaten Tapanuli Selatan Propinsi Sumatera Utara. Skripsi. Ilmu Produksi dan Teknologi Peternakan. Fakultas Peternakan. Institut Pertanian Bogor.

Pembimbing Utama : Prof. Dr. Ir. Pollung Siagian, MS Pembimbing Anggota : Dr. Ir. Kartiarso, M.Sc

Kuda berasal dari spesies Equus caballus yang dahulu merupakan bangsa dari jenis kuda liar. Kini sudah menjadi hewan yang didomestikasi dan memegang peranan penting bagi kehidupan manusia dan berfungsi sebagai mata pencaharian, alat transportasi, olahraga, dan sarana rekreasi. Kuda beban merupakan alat transportasi yang digunakan oleh masyarakat di kecamatan Saipar Dolok Hole untuk dimanfaatkan tenaganya. Kuda beban digunakan untuk membawa barang-barang di punggungnya, yang diletakkan di sisi kiri dan kanan kuda dan biasanya digunakan untuk melewati daerah yang sulit dijangkau oleh kendaraan umum.

Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh informasi dan memahami tentang manajemen pemeliharaan kuda beban yang digunakan sebagai alat transportasi di kecamatan Saipar Dolok Hole, dan mengetahui permasalahan yang dihadapi kusir dalam pemeliharaan kuda beban serta berusaha memberikan saran dalam upaya peningkatan produktivitasnya.

Penelitian ini dilakukan pada pertengahan bulan Juli sampai dengan akhir bulan Agustus 2010 di Desa Situnggaling Kecamatan Saipar Dolok Hole yang merupakan tempat dimana para kusir beristirahat dan menitipkan kuda mereka. Metode yang digunakan adalah dengan cara pengamatan dan wawancara. Data penelitian dianalisa secara deskriptif.

Hasil wawancara terhadap 21 orang responden diketahui bahwa pekerjaan sebagai kusir kuda adalah pekerjaan sambilan, sedangkan pekerjaan utama adalah petani sawah dan kebun. Pendidikan kusir yang rendah menunjukkan bahwa penerapan manajemen pemeliharaan kuda beban masih jauh dari sistem pemeliharaan yang diharapkan. Pendapatan kusir ditentukan oleh harga hasil pertanian saat dijual.

Kuda yang digunakan sebagai pengangkut beban adalah kuda Batak berjenis kelamin jantan yang dibeli dari agen di Dolok Sanggul Tapanuli Utara. Sebagian besar kuda bertanda wajah polos, dengan warna dasar bulu coklat, berbadan kurus, dan bentuk punggug melengkung. Pemeliharaan kuda beban yang diterapkan oleh para kusir masih tergolong sederhana dan tradisional, sehingga perlu perbaikan dalam manajemen pemeliharaan kuda terutama perkandangan, pakan, perawatan, dan penanganan kesehatan. Kuda beban mempunyai peralatan penting yaitu pelana, yang berfungsi melindungi tubuh kuda dari gesekan beban yang dibawanya.

(3)

ABSTRACT

Pack Horse as Transportation in North Sumatera R. Siregar, P. H. Siagian, and Kartiarso

Horse has a big role in human life, such as transportation. The aim of this research was to collect information of management horse system for human goods transporter in Saipar Dolok Hole. The data was analyzed descriptively. The result showed that horse has been an important transportation to carry agriculture commodities. It doesn’t need a good education to be a coachman. The horses that were used for draft animal was Batak horse. The horses and their equipment is supplied by horse agency seller in Dolok Sanggul, North Tapanuli. Majority of the horses had a solid facial marking with brown basic colour of coat. The maintenance management of horse that use as draft horse is very traditional because the limited knowledge and equipment that coachman had. The coachman has his knowledge from other friends who also have a horse and long life experiences, that way can be affected in maintenance management of horses. The goverment and coachman have an important role to increase prosperity of horse in the future.

(4)

KUDA BEBAN SEBAGAI ALAT TRANSPORTASI DI

KECAMATAN SAIPAR DOLOK HOLE

KABUPATEN TAPANULI SELATAN

PROPINSI SUMATERA UTARA

LEMBAR PERNYATAAN

RAHMADANI SIREGAR D14070001

Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Peternakan pada

Fakultas Peternakan Institut Pertanian Bogor

DEPARTEMEN ILMU PRODUKSI DAN TEKNOLOGI PETERNAKAN FAKULTAS PETERNAKAN

(5)

Judul :Kuda Beban Sebagai Alat Transportasi di Kecamatan Saipar Dolok Hole Kabupaten Tapanuli Selatan Propinsi Sumatera Utara Nama : Rahmadani Siregar

NIM : D14070001

Menyetujui,

Pembimbing Utama, Pembimbing Anggota,

(Prof. Dr. Ir. Pollung H. Siagian, MS) (Dr. Ir. Kartiarso, M.Sc) NIP: 19460825 197711 1 001 NIP: 19460416 197403 1 001

Mengetahui: Ketua Departemen

Ilmu Produksi dan Teknologi Peternakan

(Prof. Dr. Ir. Cece Sumantri, M.Agr.Sc.) NIP: 19591212 198603 1 004

(6)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan pada tanggal 02 Mei 1989 di Simangambat, Kabupaten Tapanuli Selatan, Sumatera Utara. Penulis merupakan anak pertama dari lima bersaudara pasangan Bapak Sariam Siregar dan Ibu Rosny Tanjung.

Penulis mengawali pendidikan dasar pada tahun 1995 di Sekolah Dasar Negeri 142627 Simangambat dan diselesaikan pada tahun 2001. Pendidikan lanjutan tingkat pertama dimulai pada tahun 2001 dan diselesaikan pada tahun 2004 di Madrasah Tsanawiyah Darul Mursyid. Penulis melanjutkan pendidikan di Madrasah Aliyah Darul Mursyid pada tahun 2004 dan diselesaikan pada tahun 2007.

(7)

KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Wr. Wb. Puji syukur Penulis panjatkan kepada Allah SWT atas karunia dan limpahan rahmat-Nya Penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Kuda Beban Sebagai Alat Transportasi di Kecamatan Saipar Dolok Hole Kabupaten Tapanuli Selatan Propinsi Sumatera Utara”. Skripsi ini bertujuan untuk memperoleh informasi tentang kuda beban sebagai alat transportasi di Kecamatan Saipar Dolok Hole Kabupaten Tapanuli Selatan Propinsi Sumatera Utara, dan mengetahui manajemen pemeliharaannya serta dapat memberikan solusi dalam pemeliharaan kuda sebagai alat transportasi. Diharapkan skripsi ini dapat digunakan oleh kusir yaitu pemilik kuda dalam memelihara kuda, pemerintah daerah, dan perguruan tinggi khususnya Institut Pertanian Bogor, serta sebagai sumber informasi bagi peneliti selanjutnya yang berkaitan dengan ternak kuda.

Skripsi ini membahas manajemen pemeliharaan kuda yang dimanfaatkan sebagai alat transportasi dan hal lain yang berkaitan dengan ternak kuda. Tahapan penulisan skripsi diawali dengan pembuatan proposal. Tahap berikutnya adalah pengamatan langsung di Desa Situnggaling Kecamatan Saipar Dolok Hole yang merupakan tempat berkumpul dan beristirahat kusir dan kuda beban. Tahap yang terakhir adalah pengolahan data dan penulisan skripsi.

Penulis menyadari masih terdapat beberapa kekurangan dalam penulisan skripsi ini. Penulis mengucapkan terimakasih kepada semua pihak yang terlibat dalam penulisan skripsi ini. Semoga skripsi ini dapat berguna dan memberikan informasi tambahan kepada pembacanya.

Bogor, Maret 2011

(8)

DAFTAR ISI

(9)

Pemberian Pakan Pada Kuda Jantan Dewasa ... 19

Pemberian Pakan Pada Kuda Betina ... 19

Tata Laksana Pemberian Pakan Kuda ... 19

Peralatan yang Digunakan Kuda Beban ... 46

(10)

DAFTAR TABEL

Nomor Halaman

1. Karakteristik Kuda Lokal Indonesia ... 8

2. Jumlah Ternak Kuda di Tiap Kecamatan dalam Kabupaten Tapanuli Selatan Tahun 2009–2010 ... 34

3. Data Populasi Ternak di Kecamatan Saipar Dolok Hole Tahun 2009-2010 ... 35

4. Karakteristik Kusir Kuda Beban ... 35

5. Morfologi Kuantitatif Kuda Beban ... 43

6. Komposisi Konsentart Kuda Beban ... 50

7. Kandungan Gizi Gula Merah Aren ... 51

8. Jumlah dan Ukuran Kandang Kuda Beban ... 53

9. Luas dan Jarak Kandang Kuda dari Rumah Kusir ... 54

10.Waktu Pemandian Kuda Beban ... 56

(11)

DAFTAR GAMBAR

Nomor Halaman

1. Bagian-Bagian Tubuh Kuda ... 6

2. Panjang Badan (A-B), dan Lingkar Dada Kuda (C) ... 30

3. Tanda Wajah Kuda (Blaze, Snipe, Stripe, Bald Face, Star) ... 31

4. Peta Kecamatan Saipar Dolok Hole ... 32

5. Keadaan Jalan Menuju Desa Situnggaling ... 33

6. Karakteristik Kusir Kuda Beban ... 36

7. Karakteristik Kuda Beban ... 39

8. TandaWajah Kuda Beban Hasil Pengamatan ... 40

9. Kondisi Warna Bulu Kaki Kuda Beban ... 41

10.Tanda Bulu Kaki Kuda ... 41

11.Kondisi Tubuh Kuda ... 42

12.Bentuk Punggung Kuda Beban ... 42

13.Pelana Kuda Beban ... 46

14.Bagian Tali Penarik dan Pendukung Kuda Beban ... 47

15.Pakan Hijauan Kuda Beban ... 49

16.Kondisi Kandang Kuda Beban ... 53

(12)

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Halaman

1. Data Karakteristik Kusir Kuda Beban ... 66 2. Perhitungan Rataan Karakteristik Kusir (Pemilik Kuda Beban). 67 3. Data Karakteristik Kuda Beban ... 68 4. Data Usia Kusir, Lama Kerja, Lama Istirahat, Sistem Pembiakan

dan Tempat Pembelian Kuda ... 69 5. Perhitungan Rataan Karakteristik, Usia, Lama Kerja, dan Lama

Istirahat Kuda Beban ... 70 6. Data Luas dan Jarak Kandang ke Rumah Kusir ... 71 7. Perhitungan Kebutuhan Protein Kasar Pada Pakan Kuda Beban 73

(13)

1 PENDAHULUAN

Latar Belakang

Kuda berasal dari spesies Equus caballus yang dahulu merupakan bangsa dari jenis kuda liar. Kini sudah menjadi hewan yang didomestikasi dan memegang peranan penting bagi kehidupan manusia. Kuda dimanfaatkan oleh manusia dalam berbagai hal, diantaranya adalah sebagai sumber pangan, alat transportasi, olahraga, pertanian, dan perang. Kuda sebagai alat pengangkutan umum sangat penting artinya, terutama di Kecamatan Saipar Dolok Hole karena banyak daerah yang belum dapat dilalui oleh kendaraan umum dan belum mempunyai jalan yang baik untuk dilewati, disamping itu kuda memang masih dianggap sebagai alat pengangkutan yang lebih praktis dan murah dibanding dengan alat-alat pengangkutan lainnya. Kuda yang digunakan sebagai alat transporatsi di Kecamatan Saipar Dolok Hole disebut kuda beban.

Kuda beban merupakan alat transportasi yang banyak digunakan masyarakat untuk dimanfaatkan tenaganya. Kuda beban digunakan untuk membawa barang-barang di punggungnya, yang diletakkan di sisi kiri dan kanan kuda dan biasanya digunakan untuk melewati daerah yang sulit dijangkau oleh kendaraan umum. Curah hujan yang tinggi, suhu yang relatif sejuk, dan jalan yang masih terbuat dari tanah liat di Kecamatan Dolok Hole mengakibatkan jalan selalu becek dan berlumpur sehingga angkutan umum biasa sulit untuk beroperasi.

(14)

2 Tujuan

(15)

3 TINJAUAN PUSTAKA

Kuda

Kuda merupakan salah satu jenis ternak berlambung satu atau nonruminansia yang telah dikenal luas. Ternak ini bersifat nomadik dan kuat serta memiliki tingkat kecerdasan yang tinggi. Kuda memiliki kemampuan belajar yang baik dalam mengenal suatu obyek (Kilgour dan Dalton, 1984). Kuda dari spesies Equus caballus

yang dahulu merupakan bangsa dari jenis kuda liar, kini kuda sudah menjadi hewan yang didomestikasi dan secara ekonomi memegang peranan penting bagi kehidupan manusia terutama dalam pengangkutan barang dan orang selama ribuan tahun. Kuda juga dapat ditunggangi manusia dengan menggunakan sadel dan dapat pula digunakan untuk menarik sesuatu, seperti kendaraan beroda atau bajak, dan di beberapa daerah kuda digunakan sebagai sumber pangan (Ronald et al.,1996).

Kuda digolongkan kedalam filum Chordata (bertulang belakang), kelas

Mamalia (menyusui anaknya), ordo Perissodactyla (berteracak tidak memamah biak), famili Equidae, dan spesies Equus caballus. Dahulu kala terdapat hewan prakuda dengan jumlah jari kaki sebanyak lima buah yang disebut Paleohippus. Hewan tersebut kemudian berkembang dengan empat jari dan satu penunjang (split), sedangkan kaki belakangnya terdiri atas tiga jari dan satu split (Eohippus). Evolusi berlanjut dengan terbentuknya Mesohippus dan Meryhippus yang memiliki teracak kaki depan dan belakang sebanyak tiga buah. Pliohippus menjadi hewan teracak tunggal pertama yang selanjutnya berkembang menjadi kuda seperti saat ini ( Equus caballus) (Blakely dan Bade, 1991).

Proses evolusi kuda terjadi melalui beberapa tahapan yang dimulai dari (1)

Eohippus, berkembang pada zaman Eocene dengan tinggi badan 35 cm (20-50 cm), berat 5,5 kg, mempunyai empat jari kaki dan gigi geraham pendek yang sangat cocok untuk memakan tunas-tunas rumput, (2) Mesohippus, perkembangannya dimulai pada zaman Oligocene dengan tinggi badan 45 cm, bentuk punggung hampir sama dengan Eohippus, mempunyai kaki yang lebih panjang dengan tiga jari kaki, gigi

premolar dan incisor lebih kuat dan mampu memotong daun-daun yang lebih beragam, (3) Miohippus, berkembang pada akhir zaman Oligocene dan awal zaman

(16)

leher yang panjang yang memungkinkan menggapai makanan dipermukaan dan meningkatkan jarak pandang, (5) Pliohippus, berkembang pada pertengahan zaman

Pleistocene sekitar enam juta tahun yang lalu. Pliohippus mempunyai tinggi sekitar 1,22 m, seluruh gigi untuk merumput telah lengkap, mempunyai persendian tulang yang sangat kuat dengan satu buah kuku dan merupakan prototype yang menggambarkan bentuk kuda modern yang ada saat ini. Pliohippus merupakan salah satu kelompok subgenetik yang mewakili zebra, keledai dan heminoid, (6) Equus caballus, berasal dari Pliohippus yang berkembang sekitar lima juta tahun yang lalu pada zaman es. Menurut bahasa latin caballus berasal dari kata fons caballinus yang diambil dari cerita dongeng tentang Pegasus (Edwards, 1994).

Penyebaran Kuda di Dunia

(17)

5 Berdasarkan tipe tetua tersebut maka berkembanglah empat dasar tipe kuda yaitu (1) Pony tipe I, hidup di daerah Eropa Utara sampai Eropa Barat dengan tinggi badan 1,22-1,27 m, memiliki warna bulu coklat dan bay, (2) Pony tipe II, hidup di daerah utara Eurasia, tahan pada kondisi dingin dan memiliki tinggi badan 1,42-1,47 m, (3) Pony tipe III, hidup di daerah Asia Tengah dan tahan pada kondisi panas dengan tinggi badan sekitar 1,5 m, dan (4) Pony tipe IV, hidup di daerah Asia Barat merupakan kuda padang pasir dan tahan kondisi panas dengan tinggi badan sekitar 1,22 m (Edwards, 1994).

Morfologi

Fungsi dasar tulang adalah membentuk kerangka yang sifatnya kaku untuk melindungi semua bagian lunak serta memelihara bentuk tubuh. Kerangka melindungi bagian organ yang vital, seperti otak dalam tempurung dan sistem saraf di bagian tulang belakang. Konformasi kuda merupakan poin yang sangat penting sehingga menjadi salah satu pertimbangan, karena panjang, posisi, dan kelurusan tulang yang benar berkaitan dengan gerak kuda yang baik. Sambungan tulang terjadi pada dua atau lebih tulang yang saling bersinggungan. Sistem sambungan dan pertautan otot akan menjadikan pergerakan yang bebas dari tulang. Kombinasi antara otot dengan tulang akan memberikan bentuk pada kuda (Hamer, 1993).

Orang memiliki prioritas yang berbeda dalam menilai bentuk kuda. Untuk tujuan penampilan yang bagus, tungkai dan kaki menjadi prioritas utama untuk menentukan kekokohan kuda secara cepat. Kaki depan berhubungan dengan bagian bahu. Kaki belakang memiliki peran penting dalam menggerakkan sebagian tubuh karena dorongan dari seperempat bagian otot belakang. Fungsi kekuatan dari panjang garis bagian pinggul kearah pantat harus baik, begitupun panjang garis dari pinggul ke bagian hock, yang berfungsi untuk kecepatan, dan susunan kaki belakang yang lurus menopang berat seperempat bagian belakang (Hamer, 1993). Contoh bagian-bagian tubuh kuda diperlihatkan pada Gambar 1.

(18)

6 menopangnya. Panjang dari leher dapat menjelaskan panjang langkah, sebagian besar otot di leher berperan dalam pergerakan bahu dan kaki depan. Hal ini membuat keterbatasan pada kuda untuk meletakkan kaki depan melewati garis hidung saat bergerak. Konformasi yang baik dilihat dari susunan kepala, panjang leher yang baik dan bagus, punggung yang baik dan kuat serta tidak terlalu panjang atau pendek, daerah bagian pinggang yang kuat dan seperempat bagian bagian belakang yang kuat (Hamer, 1993).

Gambar 1. Bagian-Bagian Tubuh Kuda

(19)

7 Kuda Lokal Indonesia

Kuda yang terdapat di Indonesia pemuliaannya dipengaruhi oleh iklim tropis serta lingkungannya. Tinggi badannya berkisar antara 1,15-1,35 m sehingga tergolong dalam jenis poni. Bentuk kepala umumnya besar dengan wajah rata, tegak, sinar mata hidup serta daun telinga kecil. Ciri-ciri lain, bentuk leher tegak dan lebar. Tengkuk umumnya kuat, punggung lurus dan pinggul kuat. Letak ekornya tinggi dan berbentuk lonjong, dada lebar, sedang tulang rusuk berbentuk lengkung dan serasi. Kakinya berotot kuat, kening dan persendiannya baik. Bentuk kuku kecil dan berada diatas telapak yang kuat. Jika kuda ini berdiri, akan tampak sikapnya yang kurang serasi (kurang baik), karena kedua kaki bagian depan lebih berkembang bila dibandingkan dengan kaki belakang. Sikap berdiri seperti ini terdapat pada berbagai jenis kuda di Asia Tenggara (Jacoebs, 1994).

Kegunaan kuda lokal Indonesia sebagian besar adalah sebagai sarana transportasi dan pengangkut barang, sarana hiburan, dan juga sebagai bahan pangan masyarakat lokal. McGregor dan Morris (1980), menyatakan kuda poni di Indonesia merupakan salah satu sarana yang dapat digunakan untuk transportasi dan pengembangan peternakan. Tabel 1 menyajikan berbagai karakteristik kuda lokal Indonesia.

Kuda Sumba dan Kuda Timor

(20)

8 Tabel 1. Karakteristik Kuda Lokal Indonesia

Jenis Kuda Tinggi Badan (m) Karakteristik

Kuda Sumba 1,27 -. Bentuk kepala terlihat lebih besar dibandingkan ukuran

badannya dengan leher yang pendek -. Sifatnya jinak dan cerdas

-. Konformasi badan kurang sempurna -. Bagian punggung kuat

Kuda Timor 1,22 -. Bentuk badan kurus dan leher pendek

-. Bagian punggung lurus dengan bahu dan ekor tinggi -. Bagian tengkuk dan ekor penuh dengan bulu

Kuda Sandel 1,35 -. Ukuran tubuh kecil

-. Bentuk kepala kecil dan bagus, mata yang besar -. Bulu yang lembut dan berkilauan

-. Mempunyai kecepatan yang baik dan sangat aktif -. Kuku kaki yang keras dan kuat

Kuda Batak 1,32 -. Bentuk kepala bagus dengan bagian muka yang lurus, leher,

pendek, dan lemah

-. Memiliki bagian punggung yang panjang dan sempit dengan kaki bagian belakang ramping

-. Bagian rump tinggi

-. Ekor dan tengkuk mempunyai rambut yang bagus -. Posisi ekor cukup tinggi sehingga sangat baik dalam

pergerakan

Kuda Jawa 1,27 -. Memiliki stamina yang baik dan tahan terhadap panas

-. Ukuran tubuh lebih besar dibandingkan kuda poni lainnya -. Sifatnya jinak

-. Kaki dan persendiannya tidak berkembang dengan baik sehingga mempengaruhi kekuatannya

Kuda Padang 1,27 -. Kuku kaki keras dan bentuknya bagus

-. Bagian tumit lemah

-. Mempunyai konformasi yang baik tetapi pertulangannya kecil

Kuda Makasar 1,25 -. Daya tahan tubuh kuat

-. Kaki tegap dan kuat -. Bertemperamen stabil

Kuda Flores 1,24 -. Bentuk badan kecil dan sifatnya jinak

Kuda Bima - -. Bentuk badan kecil

-. Memiliki pinggang yang pendek

-. Daya tahan tubuh baik dan memiliki langkah yang cepat

Sumber : Edwards, 1994; Soehardjono, 1990

(21)

9 tetapi bagian punggung sangat kuat (Edwards, 1994). Zaman pemerintahan Portugis di Indonesia pada abad ke-16, populasi kuda Timor sangat tinggi, rasio antara pemilik kuda dengan kuda Timor adalah 1 : 6, atau satu orang memiliki enam ekor kuda. Kuda Timor digunakan untuk membawa barang, alat transportasi, dan berkuda. Kuda Timor memiliki ciri-ciri tinggi badan 1,22 m dan leher yang pendek serta menempati lokasi yang panas dan memiliki ketahanan terhadap cuaca panas yang tinggi seperti kuda Arab. Daya tahan dan stamina untuk berlari dalam jarak jauh juga diturunkan oleh kuda Arab, meskipun ukuran tubuhnya lebih kecil. Kuda Priangan dapat dikatakan tangguh dan kuat meskipun memiliki ukuran tubuh yang kecil, mempunyai kepala yang khas dengan telinga panjang dan mata yang cerdas, leher pendek dan berotot serta dada lebar dan dalam, pertulangan dapat dikatakan baik tetapi kurang begitu berkembang dengan tulang cannon yang panjang. Kuda Priangan dapat mempunyai beberapa warna dengan tinggi pundak 112-122 cm (Kingdom, 2006).

Kuda Jawa dan Kuda Padang

(22)

10 Kuda Jawa dan Padang memiliki tinggi badan 1,27 m lebih tinggi daripada kuda poni lainnya kecuali kuda Batak dan Sandelwood. Kuda Jawa biasa digunakan untuk menarik gerobak atau yang disebut sebagai sados dan terlihat tidak berkeringat saat menarik gerobak yang berat dalam kondisi cuaca yang panas. Kuda Padang memiliki konformasi yang lebih baik daripada kuda keturunan Sumatera lainnya, dimana kuda Padang memiliki cannon yang panjang, tulang yang kuat, kaki yang kuat dan cukup baik bentuknya, memiliki pastern yang terlihat lemah (Edwards, 1994).

Kuda Makasar

Kuda Makasar berasal dari pulau Jawa. Kuda pejantan yang berasal dari pulau Jawa dibawa ke Makasar untuk dikembangbiakkan oleh masyarakat Makasar. Kuda ini awalnya dimanfaatkan sebagai kuda tunggang atau beban bagi kepentingan operasi militer. Namun, seiring berkembangnya zaman, kuda ini mulai dimanfaatkan oleh masyarakat sebagai kuda pekerja untuk transportasi dan menggarap lahan pertanian bahkan menjadikan kuda sebagai bahan makanan (Soehardjono, 1990).

Soehardjono (1990) menambahkan bahwa kuda Makasar memiliki tempramen yang stabil serta berdaya tahan kuat, kaki tegap dan kuat serta resisten terhadap penyakit. Tinggi kuda Makasar sekitar 1,25 m (4 kaki). Perototan yang kuat menjadikan kuda ini sering digunakan sebagai kuda beban.

Kuda Batak

Kuda Batak diketahui tersebar di Tapanuli Utara, terutama disekitar danau Toba. Bentuknya menyerupai kuda Mongol. Tubuhnya kecil, perimbangan tubuhnya baik, memiliki hidung yang besar dan relatif panjang, kepala sukar ditundukkan secara sempurna karena tengkuknya yang pendek, ekor duduknya tinggi, warna bermacam-macam, dan tipe kuda beban (Sostroamidjojo dan Soeradji, 1990).

(23)

11 penting sebagai inti dari perkembangbiakan kuda Indonesia. Kuda Batak merupakan kuda yang cakap, dengan karakter kuda Arab dan proposi yang baik, serta memiliki tinggi badan sampai 1,32 m. Sifat kuda Batak antara lain jinak, gesit dan cerdas sehingga mudah dalam pemiliharaannya (Edwards, 1994).

Kuda Batak merupakan kuda terbaik dari jenis kuda Sumatera yang banyak diternakan di daerah Toba dan Karo. Kuda ini banyak digemari sebagai kuda penarik. Ciri-ciri kuda Batak adalah berahang besar, leher bagian bawah sempit, tulang bahu berbentuk lurus dan bentuk tulang punggung melengkung (Bongianni, 1995).

Manajemen Pemeliharaan Kuda Reproduksi

Seekor kuda dikatakan telah dewasa kelamin apabila sudah memperlihatkan tanda-tanda estrus bagi betina sedangkan untuk kuda jantan telah mampu berkopulasi dan apabila terjadi kopulasi dapat menghasilkan individu baru (Hafez, 1967). Kuda hidup dalam berbagai kelompok. Kelompok biasanya terdiri dari satu pejantan sebagai pemimpinnya yang hidup dengan sekelompok kuda betina dan anaknya. Kuda jantan mengawini kuda betina, tetapi tidak dengan anak betinanya (Kilgour dan Dalton, 1984). Tomaszewksa et al (1991) menyatakan dalam keadaan liar, seekor kuda jantan terpisah dari betina beberapa hari sebelum betina birahi dan ovulasi. Kuda pejantan merupakan salah satu faktor penting dalam peternakan kuda. Pejantan yang baik akan menghasilkan keturunan yang baik pula. Cara memilih pejantan yang baik adalah dengan melihat sertifikatnya dapat menelusuri riwayatnya dan memeriksa tingkat kesuburannya. Pejantan yang akan dikawinkan mulai diberikan makanan yang bergizi dan vitamin kira-kira 2-3 bulan sebelum pengawinan, dengan tujuan untuk meningkatkan kesuburan pejantan. Pejantan sebaiknya diistirahatkan dan dijauhkan dari kuda jantan lainnya agar tidak mengalami stress sebelum masa kawin. Pejantan yang akan digunakan sebagai pemacek sebaiknya sudah berumur empat tahun (Jacoebs, 1994).

(24)

12 lama birahi berlangsung kira-kira enam hari dengan variasi 1-24 hari, memperlihatkan banyaknya variasi dalam panjang siklus dan periode penerimaan betina terhadap pejantan. Kebanyakan kuda betina ovulasi dalam waktu 48 jam dari akhir periode birahi (Ginther, 1979).

Jacoebs (1994) menyatakan kuda betina yang baru pertama kalinya dikawinkan, dipilih yang berumur tiga tahun. Masa subur kuda betina hanya berlangsung selama lima hari dan ini merupakan waktu yang baik untuk dikawinkan, karena biasanya kuda betina hanya mau dikawinkan dalam kondisi subur. Masa subur dapat diketahui dengan mendekatkan kuda betina ke pejantan dan apabila tidak menghindar sewaktu dinaiki kuda jantan, kemungkinan besar kuda betina memang sedang dalam keadaan subur. Masa subur kuda betina yang baru beranak dapat dihitung dengan kisaran 9-30 hari sesudah beranak. Kuda betina yang masa suburnya melewati kisaran tersebut dapat dikawinkan 21 hari kemudian. Lama bunting kuda betina sekitar 11 bulan atau 340 hari. Kelahiran dapat terjadi pula pada waktunya atau tujuh hari maju atau tujuh hari mundur. Pengawinan ulang sesudah beranak adalah 30 hari kemudian (McBane, 1991).

Kuda betina akan birahi setiap 21 hari sekali jika tidak dalam keadaan bunting. Kuda betina umumnya memproduksi hanya satu per kelahiran. Kuda betina mencapai dewasa kelamin pada umur 12 sampai 18 bulan, sedangkan kuda jantan mencapai dewasa kelamin pada umur 24 bulan (Bogart dan Taylor, 1983). Kuda betina berfungsi sebagai induk, maka untuk melihatnya harus dipertimbangkan segi kesehatan, ketegapan, kelebaran dadanya, dan panjang tubuhnya. Semua ini berkaitan dengan perkembangan calon anak didalam tubuh induk (Jacoebs, 1994).

Perkandangan

Membangun kandang di daerah tropis, harus ada ventilasi sehingga pertukaran udara bisa berjalan lancar dan tidak menimbulkan hawa panas didalamnya. Air hujan jangan sampai masuk kedalam kandang. Untuk kuda yang akan beranak, digunakan kandang yang agak tertutup (Jacoebs, 1994).

(25)

13 yang bersih sangat penting untuk kesehatan dan kenyamanan kuda serta akan mempengaruhi kekuatan dari kuda tersebut. Ventilasi yang baik adalah berbentuk puncak pada atapnya dan akan sangat berpengaruh pada penanganan masalah kuda. Jendela pada kandang kuda harus berada pada posisi sejajar dengan kepala kuda (McBane, 1991).

Alas lantai kandang kuda harus selalu dalam kondisi bersih dan lunak serta beralaskan serbuk gergaji atau jerami. Alas yang lunak bertujuan agar melindungi kuda ketika sedang berguling, memberikan kehangatan dan untuk kenyamanan kuda serta melindungi kaki kuda, terutama untuk kuda olahraga dan kuda pacu (McBane, 1991).

Kandang kuda dewasa dengan tinggi 150 cm sebaiknya berukuran minimal 5x5 m2, memiliki pencahayaan dan ventilasi yang baik. Pintu untuk kandang harus kuat dan akan lebih baik jika pintu tersebut dibagi menjadi dua bagian yaitu bagian bawah yang tertutup dan bagian atas yang berkisi, sehingga kandang tetap aman dan ventilasi baik. Kuda muda atau anak kuda lebih baik jika berada dalam kandang kelompok, karena kuda muda yang berada dalam kandang individu dan jarang beraktivitas akan mengalami kegemukan. Pembersihan kandang, tempat pakan, dan tempat minum harus rutin dilakukan (Morel, 2008).

McBane (1991) menyatakan bagian kandang harus tersedia air bersih. Air minum harus diperhatikan bagi kuda betina yang sedang menyusui, karena jika kuda betina tersebut kekurangan air dalam kondisi menyusui maka air susu induk akan berkurang pula. Kandang juga harus memiliki sistem pembuangan kotoran yang baik dan adanya ketersediaan listrik untuk lampu, kipas dan lain sebagainya.

Pakan

(26)

14 Untuk menjaga kesehatan kuda, sangat penting untuk menemukan keseimbangan yang baik antara latihan dan pakan. Hal ini sama pentingnya dalam pengaturan pakan itu sendiri agar seimbang, sehingga kuda memperoleh asupan nutrien yang dibutuhkan. Pakan yang baik secara ilmu pengetahuan dan teknologi saat ini memungkinkan kita untuk memperoleh jumlah spesifik kebutuhan nutrisi bagi individu kuda. Pemberian pakan yang seimbang, pertama kali adalah dengan memahami fungsi dari berbagai jenis pakan. Hal yang penting dari setiap unsur akan sangat bervariasi tergantung dari kebutuhan kuda berdasarkan umur, kerja yang dilakukan dan kondisi lingkungan (Hamer, 1993).

Ketersediaan pakan yang baik akan menunjang kelangsungan hidup dan pertumbuhan kuda sehingga pakan merupakan faktor penting dalam peternakan kuda. Pakan utama kuda adalah rumput dengan berbagai jenis seperti Panicum muticum dan Brachiaria mutica. Pakan rumput hanya cukup untuk digunakan bagi kelangsungan hidup tetapi untuk kuda pacu atau olahraga perlu tambahan energi bagi kuda. Konsentrat yang diberikan antara lain konsentrat sereal yang terdiri dari gandum, jagung, produk tepung, sorgum, berbagai produk padi dan produk non sereal yang terdiri dari gula bit, rumput kering, kacang-kacangan (legum) seperti kedelai dan kacang (McBane, 1991).

Kuda membutuhkan pakan sekitar 2,5% dari bobot badannya setiap hari. Pakan dibagi menjadi dua kelompok yaitu konsentrat dan hijuan, tergantung pada jenis kerja yang dilakukan dan tingkat kesehatan. Perlu diingat bahwa kuda merupakan hewan merumput dan oleh karena itu saluran pencernaannya membutuhkan serat kasar setiap hari. Perbandingan antara konsentrat dan serat kasar dalam pakan kuda yang kerjanya ringan diberikan persentase serat kasar yang banyak. Kuda yang digunakan pada latihan dan berburu diberikan perbandingan pakan yang seimbang antara konsentrat dan serat kasar, sedangkan kuda untuk perlombaan diberikan perbandingan konsentrat yang tinggi dibanding serat kasarnya (Hamer, 1993).

(27)

15 Induk kuda yang sedang menyusui memerlukan kebutuhan pakan yang cukup banyak baik untuk induk kuda maupun anaknya. Induk kuda menyusui dan induk bunting memerlukan pakan tiga kali lipat terutama untuk vitamin dan mineral. Kacang-kacangan dan bungkil dapat membantu pembentukan air susu dalam jumlah yang cukup. Pengaturan pemberian pakan dapat dilakukan 2-3 kali sehari yaitu pagi, siang dan sore hari tergantung dari kuda dan fungsi kuda tersebut (Jacoebs, 1994).

Hijauan. Makanan utama ternak herbivora secara alami adalah hijauan yang ada di padang rumput. Selain rumput sebagai hijuan ada leguminosa yang juga termasuk dalam hijauan pakan ternak. Definisi hijauan adalah bahan makanan ternak yang memiliki kandungan serat kasar yang tinggi. Rataan nilai seratnya lebih daripada 18% dari bahan keringnya. Fungsi hijauan pada ternak herbivora adalah untuk membantu mekanisme fisiologi tubuh ternak dan memberikan suplai zat makanan pada ternak (Crampton dan Harris, 1969).

Hijauan mempunyai arti yang penting dalam makanan kuda. Performa yang dihasilkan kuda akan seiring dengan kualitas hijauan. Hijauan berkualitas baik akan menghasilkan performa kuda yang baik pula. Hijauan yang bagus tentunya tidak hanya sebagai sumber energi, tetapi juga sebagai sumber protein, vitamin, mineral, dan nutrisi lainnya (Mansyur, 2006).

Konsentrat. Pakan utama kuda adalah rumput. Rumput hanya cukup untuk memenuhi kelangsungan hidup sehingga dibutuhkan pakan tambahan yaitu konsentrat dan vitamin. Pakan konsentrat merupakan pakan sumber energi bagi kuda. Konsentrat yang dapat diberikan antara lain konsentrat serealia yang terdiri atas gandum, jagung, sorgum, berbagai produk sereal dan non sereal yang terdiri atas gula bit, legum seperti kedelai dan kacang (McBane, 1994).

(28)

16 Dedak Padi. Dedak padi merupakan hasil ikutan penggilingan padi yang berasal dari lapisan luar beras pecah kulit dalam proses penyosohan beras. Proses pengolahan gabah menjadi beras akan menghasilkan dedak padi kira-kira sebanyak 10% pecahan-pecahan beras atau menir sebanyak 17%, tepung beras 3%, sekam 20% dan berasnya sendiri 50%. Persentase tersebut sangat bervariasi tergantung pada varietas dan umur padi, derajat penggilingan serta penyosohannya (Grist, 1972).

Menurut National Research Council (1994) dedak padi mengandung energi metabolis sebesar 2980 kkal/kg, protein kasar 12,9%, lemak 13%, serat kasar 11,4%, Ca 0,07%, P tersedia 0,22%, Mg 0,95% serta kadar air 9%. Dedak padi merupakan hasil sampingan proses penggilingan padi. Pemanfaatan dedak di Indonesia saat ini hanya terbatas pada pakan ternak.

Kebutuhan Zat Makanan

Jumlah konsumsi bahan kering yang normal adalah 1,5-3% berat badan. Persentase tersebut berdasar dari hijuan dalam makanan dan variasi individu yang ditentukan oleh kondisi fisiologis kuda yang bersangkutan (Parakkasi, 2006). Jumlah pemberian pakan untuk kuda ditentukan pula menurut tujuan pemeliharaannya. Untuk kuda yang bekerja ringan (kurang dari 3 jam) diberi 0,5% konsentrat dan jerami 1 sampai 1,25% dari bobot badan ; kuda yang bekerja sedang (3 sampai 5 jam) diberi 1,0% konsentrat dan jerami 1 sampai 1,25% dari bobot badan ; serta untuk kuda yang bekerja berat (lebih dari 5 jam) biasanya diberikan 1,25% konsentrat dan 1,0% jerami dari bobot badannya (Blakely dan Bade, 1991).

Besarnya ukuran bobot badan kuda akan mempengaruhi jumlah zat makanan yang dibutuhkan didalam pakan (Pilliner, 1992). Ada beberapa faktor yang menentukan jumlah zat makanan yang harus dikonsumsi oleh kuda yaitu tempramen, kondisi fisiologis, umur, berat badan, dan lama kerja/hari (Parakkasi, 2006).

Energi adalah unsur esensial dalam hidup pokok. Kuda dapat menggunakan karbohidrat, lemak, dan protein sebagai sumber energi (Parakkasi, 2006). Besar kebutuhan energi dipengaruhi oleh komposisi dari tubuh ternak, intensitas bekerja, berat badan dan berat tumpangan, tingkat kelelahan, dan kondisi lingkungan. Besar energi untuk kehidupan pokok ternak dapat dihitung dengan persamaan :

(29)

17 Zat makanan lain yang perlu diperhatikan adalah protein. Kuda adalah ternak nonruminansia herbivora sehingga lebih diperhatikan kuantitas daripada kualitas dari protein (Parakkasi, 2006). Protein dibutuhkan untuk hidup pokok, proses reproduksi, pertumbuhan, dan kerja. Kebutuhan protein kasar (PK) untuk hidup pokok sebesar 40 g PK/Mkal DE (NRC, 1989).

Pemberian Pakan Pada Anak Kuda. Ketika lahir kebutuhan pertama anak kuda adalah kolostrum karena mengandung immunoglobulin (McNamara, 2006). Ketika anak kuda baru lahir harus menerima kolostrum yang cukup dan diusahakan anak kuda dapat menyusu sendiri dengan normal. Anak kuda sering menyusu lebih dari 100 kali dalam 24 jam pada minggu pertama. Ketika berumur 10-21 hari maka anak kuda sudah harus mulai dikenalkan dengan hijauan dan konsentrat (Pilliner, 1992). Akan tetapi jumlah dan kualitas hijauan harus diperhatikan karena anak kuda umur 1-30 hari masih memiliki dinding usus yang tipis sehingga berpotensi terjadi pengelupasan atau luka karena bahan pakan. Deado et al. (1998) menyatakan bahwa 60% luka pada saluran pencernaan terjadi pada umur 1-30 hari dan 40% terjadi pada umur anak kuda umur 31-60 hari.

Anak kuda akan mengalami perkembangan yang baik pada induk yang memproduksi susu normal dan dibiarkan menyusu langsung pada induknya selama 3-4 bulan (Perry et al.,2003). Pertumbuhan anak kuda akan lebih baik apabila menggunakan creep feed. Thompson et al (1988) menyatakan bahwa anak kuda yang diberi pakan creep feed dengan kandungan zat makanan sesuai NRC (1989) dan jumlah pemberian 1,5% bobot badan maka anak kuda akan memiliki bobot badan lebih besar, tinggi pundak yang lebih tinggi, dan panjang tulang metatarsal yang ketiga lebih panjang. Kerapatan struktur anak kuda dengan creep feed akan lebih rendah daripada yang tidak diberi creep feed.

Creep feed diberikan pada anak kuda jika ingin mempercepat proses penyapihan. Creep feed dapat dilakukan dengan memberikan ransum konsentrat berbahan dasar skim milk dengan kandungan 18% protein kasar. Creep feed mulai diberikan setelah umur dua minggu dan berakhir pada minggu kedelapan. Creep feed

(30)

18 anak kuda berumur 10-14 minggu maka pakan diberikan dengan kandungan 14-16% protein kasar (Pilliner, 1992).

Anak kuda mengalami setengah dari pertumbuhannya pada tahun pertama. Anak kuda yang terlambat pertumbuhannya pada tahun pertama, biasanya tidak mempunyai kondisi yang baik pada tahun kedua, oleh karena itu anak kuda harus diberikan makanan yang cukup (Parakkasi, 2006). Kebutuhan energi tercerna untuk anak kuda berdasar NRC (1989) dapat dihitung dengan persamaan :

DE (Mkal/hari) = DE hidup pokok (Mkal/hari) + (4,81 + 1,17X – 0,023X2) (PBB), dimana DE adalah digestable energy, X adalah umur (bulan ke-), dan PBB adalah pertambahan bobot badan per hari (kg). Kebutuhan protein untuk anak kuda dalam masa penyapihan sebesar 50 g/Mkal DE/hari.

Pemberian Pakan Pada Kuda Masa Pertumbuhan. Pemberian pakan pada kuda lepas sapih, yearling, dan pada umur dua tahun berdasarkan tata laksananya adalah sama. Kuda pada masa pertumbuhan membutuhkan sejumlah protein dengan asam amino yang seimbang untuk pertumbuhan otot, menyumbang energi, dan membantu proses metabolisme pada tubuh. Sebaiknya pada awal pemberian diberikan 60-70% konsentrat (McNamara, 2006).

Kuda lepas sapih mampu mengkonsumsi hingga 3,5 kg konsentrat dengan kandungan 14-16% protein kasar. Rasio hijuan dan konsentrat untuk lepas sapih adalah 30 : 70 berdasarkan bahan keringnya. Ketika berumur setahun, kuda membutuhkan 13,5% protein kasar dengan rasio hijauan dan konsentrat 40 : 60 dari bahan kering ransum total. Kebutuhan protein kasar menurun menjadi 11,5% ketika berumur 18 bulan dengan rasio hijauan dan konsentrat 55 : 45 dari bahan kering ransum. Sedangkan ketika berumur 24 bulan kebutuhan protein kasar mencapai 10% dengan rasio hijauan dan konsentrat 65 : 35 berdasar bahan kering ransum (Pilliner, 1992). Kebutuhan energi tercerna untuk anak kuda dalam masa pertumbuhan berdasarkan NRC (1989) dapat dihitung dengan persamaan :

(31)

19 Pemberian Pakan Pada Kuda Jantan Dewasa. Kuda jantan mengkonsumsi konsentrat sekitar 0,75-1,5 kg dengan kualitas yang baik setiap 100 kg bobot badannya. Ketika kuda jantan bekerja berat maka membutuhkan makanan dengan palatabilitas yang tinggi dan perlu adanya suplemen vitamin dan mineral. Vitamin yang sering kurang adalah vitamin E yang berhubungan langsung dengan fertility

(Pilliner, 1992). Kuda jantan mengkonsumsi ransum dengan rasio konsentrat dan hijauan adalah 50:50 berdasar bahan kering ransum yaitu 1 lb konsentrat dan 1 lb hijauan setiap 100 lb bobot badannya. Pada saat musim kawin kuda jantan dengan bobot badan 500 kg membutuhkan 820 g protein kasar dan 20,5 Mkal DE per ekor per hari (NRC, 1989). Ketika bukan musim kawin kuda hanya membutuhkan zat makanan untuk hidup pokoknya. Kebutuhan energi tercerna untuk pejantan menurut NRC (1989) dapat dihitung dengan persamaan :

DE (Mkal/hari) = 1,25 x DE hidup pokok (Mkal/hari) ,

dimana DE adalah digestable energy. Kebutuhan protein untuk kuda pejantan sebesar 40 g/Mkal DE/hari.

Kebutuhan Pakan Pada Kuda Betina. Kuda betina yang tidak bunting tidak boleh terlalu gemuk dan tidak boleh terlalu kurus. Pemberian pakan kuda betina tidak bunting berdasarkan aktivitas yang dilakukan. Ketika aktivitas rendah, pada ransum kuda betina dibutuhkan 7,5-8% protein kasar, sedangkan kuda betina yang bekerja berat dan cepat membutuhkan 9,5-10% protein kasar dalam ransum, karena banyaknya protein kasar yang dibutuhkan disesuaikan dengan aktivitasnya, semakin berat tingkat aktivitasnya semakin tinggi pula kebutuhan proteinnya (Pilliner, 1992). Kebutuhan energi tercerna untuk kuda betina menurut NRC (1989) dapat dihitung dengan persamaan :

DE (Mkal/hari) = 1,4 + 0,03 bobot badan (kg),

dimana DE adalah digestible energy untuk hidup pokok. Kebutuhan protein untuk betina yang tidak bunting dan tidak sedang menyusui sebesar 40 g/Mkal DE/hari.

Tata Laksana Pemberian Pakan Kuda

(32)

20 sering, diusahakan fluktuasi kualitas pakan sekecil mungkin, jaga kebersihan dan kualitas pakan, usahakan ada bahan pakan yang masih segar seperti rumput segar, sesuaikan pakan dengan kondisi fisiologis ternak, tidak membiarkan ternak dalam keadaan kekenyangan apabila akan bekerja berat, air harus tersedia sebelum dan sesudah makan, pemberian pakan yang teratur, jangan memberikan vitamin dan mineral suplemen yang melebihi batas (McBane, 1995). Dalam pemberian pakan kuda usahakan sedikit serat dan pemberian pakan sesuai dengan umur ternak (Hamer, 1993). Sumber energi utama yang digunakan adalah glukosa, pati, dan serat. Untuk menghemat biaya pakan menurut McCall (1997) adalah pemanfaatan secara optimal hijauan berkualitas dan kuantitas zat makanan, perhatikan panduan penggunaan bahan pakan apabila ada, perhatikan kandungan zat makanan dalam bahan pakan, tidak menambahkan feed additive apabila tidak diperlukan, berikan pakan sesuai kebutuhan ternak, berikan obat cacing secara rutin, pemeriksaan gigi kuda secara rutin, berikan pakan kuda secara individu, pemberian pakan berdasarkan berat dan bukan volume, serta pemberian pakan secara teratur.

Perawatan Tubuh

Hal pertama yang harus dilakukan untuk membuat tubuh kuda bersih adalah selalu menjaga kebersihan peralatan yang digunakan untuk membersihkan kuda seperti sikat dan roskam (rose comb), karena alat yang kotor tentunya akan membuat tubuh kuda menjadi kotor. Karena kuda pada umumnya memiliki aktivitas banyak, maka perawatan tubuh yang wajib untuk dilakukan setiap hari adalah grooming. Grooming yaitu menyikat tubuh kuda dengan sikat khusus (body rush) dan roskam.

Grooming bertujuan untuk menyingkirkan kotoran-kotoran yang berada di kulit kuda. Frekuensi grooming yang tepat adalah dilakukan dua kali sehari yaitu sebelum dan setelah kuda beraktivitas. Kuda tidak perlu terlalu sering dimandikan. Hanya kuda yang terlihat kotor yang wajib untuk dimandikan. Frekuensi mandi yang terlalu sering akan membuat kulit kuda menjadi kering karena kelembaban tubuhnya hilang (Gredley, 1999)

Perawatan Kuku

(33)

21 tidak ada kuda. Kuda yang memiliki berat badan ratusan kilogram hanya ditumpukkan pada keempat kukunya sehingga jika terdapat kuku kaki yang sakit maka hidup kuda tidak akan dapat bertahan lama. Perawatan kuku yang diperlukan bagi kesehatan kuda adalah pembersihan kuku, pemotongan kuku, peladaman, dan pemeriksaan kesehatan kuku (Gredley, 1999).

Pembersihan kuku meliputi tindakan memotong bagian ujung kuku kuda yang berlebih. Seperti kuku pada jari manusia, kuku kuda juga bertambah panjang ukurannya. Pemotongan kuku yang baik seharusnya dilakukan tiap enam sampai delapan minggu sekali, agar kuku selalu berada pada bentuk normal dan tidak mengganggu kuku saat berjalan dan berlari (Gredley, 1999).

Kesehatan Kuda

Memperhatikan kesehatan kuda perlu dilakukan secara teratur untuk menghasilkan performa kuda yang selalu baik. Program kesehatan pada ternak kuda meliputi pencegahan penyakit, pemberian obat cacing, dan tindakan pertolongan pertama. Unsur pertama dalam tata laksana pemeliharaan kesehatan kuda adalah kebersihan, baik kebersihan kandang maupun kuda itu sendiri. Kotak-kotak makanan, alas tidur, dan area kandang harus dikelola sebagaimana mestinya untuk mencegah timbulnya masalah. Temperatur kandang seharusnya mendekati temperatur luar untuk mengurangi kemungkinan munculnya penyakit-penyakit pernafasan. Salah satu gejala pertama dari masalah apapun biasanya adalah rendahnya nafsu makan atau bahkan tidak mau makan sama sekali. Kuda yang sehat hampir selalu lapar dan ingin makan (Blakely dan Bade, 1991).

(34)

22 Kolik adalah istilah yang digunakan untuk menggambarkan adanya sakit di daerah perut, baik yang berasal dari alat pencernaan makanan maupun bukan, yang ditandai dengan kegelisahan, kesakitan dan secara langsung dengan gangguan peredaran darah dengan segala manifestasi kilinisnya. Kuda mudah menderita kolik karena kekhususan susunan anatomi pencernaannya, yaitu : lambung kuda berukuran relatif kecil, hingga untuk memenuhi kebutuhannya, makanan harus tidak terlalu lama tinggal didalam lambung ; pylorus kuda letaknya terjepit diantara kolon dorsal dan ventral ; kolon dorsal dan ventral tergantung longgar pada mesentrium yang panjang hingga mudah mengalami pemutaran atau perubahan letak anatomis (Subronto, 1985).

Banyak hal yang dapat menyababkan kolik sehingga sangat penting untuk mengetahui secara tepat tipe serta penyebab dari kolik tersebut untuk dapat menetukan prognosis dan melakukan terapi. Ada beberapa macam kolik diantaranya adalah kolik konstipasi, spasmodic, timpani, sumbatan, lambung, dan trombo-emboli. Kolik konstipasi merupakan jenis kolik yang paling sering terjadi, kebanyakan kasus terjadi karena kurang berkualitasnya pakan, kurangnya jumlah air yang diminum, kelelahan setelah pengangkutan, keadaan gigi yang kurang baik sehingga pakan tidak dapat dikunyah dengan sempurna, setelah operasi, setelah pengobatan cacing, dan pada anak kuda yang baru dilahirkan karena retensi mukoneum. Gejala-gejala yang terlihat apabila menderita kolik konstipasi adalah kuda nampak lesu, nafsu makan sangat menurun atau hilang sama sekali, nafsu untuk minum biasanya masih ada. Rasa sakit pada daerah perut tidak begitu nyata, hingga untuk beberapa hari kuda tidak akan menunjukkan gejala-gejala klinis yang menyolok (Subronto, 1985).

Kolik spasmodic adalah kolik akut, disertai dengan rasa mulas yang biasanya berlangsung tidak lama, akan tetapi terjadi secara berulang kali. Rasa mulas ditimbulkan oleh kenaikan gerak peristaltik usus sehingga menyebabkan tergencetnya syaraf. Kenaikan peristaltik ini dapat menyebabkan diare. Kolik

(35)

23 Kolik timpani (Flatulent Colic) adalah kolik yang disertai dengan timbunan gas yang berlebihan pada kolon dan sekum. Pembebasan gas yang tertimbun terhalang oleh perubahan lain dari saluran pencernaan. Kolik jenis ini dapat terjadi akibat konsumsi pakan yang mudah mengalami fermentasi, atau faktor lain yang menyebabkan turunnya peristaltik, hingga memudahkan tertimbunnya gas yang berlebihan. Gejala yang timbul akibat kolik timpani antara lain distensi abdomen akan terlihat dari luar, baik di sebelah kiri maupun kanan. Kuda akan jadi gelisah, memukul-mukul lantai kandang, berjalan tanpa tujuan, dan tidak jarang kuda akan berguling-guling. Rasa sakit yang sangat akan merangsang keluarnya keringat yang berlebihan dan akan menyebabkan hilangnya nafsu makan dan minum (Subronto, 1985).

Kolik sumbatan ditandai dengan adanya ingesta yang terhalang di usus oleh adanya batu usus atau bola serat kasar. Kolik ini juga ditandai dengan adanya rasa sakit yang berlangsung secara progresif, penurunan kondisi, dan gejala

autointoksikasi (penyakit yang disebabkan keracunan dari dalam tubuh sendiri). Kolik sumbatan dapat terjadi oleh adanya sumbatan di usus yang disebabkan

(36)

24 Penentuan Umur Berdasarkan Gigi

Umur kuda dapat diperkirakan melalui bentuk dan jumlah gigi. Anak kuda dengan umur 6 sampai 10 bulan mempunyai gigi sebanyak 24 buah yang disebut dengan gigi susu, dimana gigi tersebut terdiri dari 12 gigi seri dan 12 gigi geraham. Gigi seri meliputi tiga pasang pada bagian rahang atas dan tiga pasang pada bagian rahang bawah (Bogart dan Taylor, 1983).

Mengunyah dapat membuat gigi seri menjadi usang (aus dan menipis). Proses pengusangan gigi seri dimulai pada gigi seri bagian pusat (dari pertengahan) dan berlanjut secara menyamping. Anak kuda dengan umur satu tahun, bagian pusat gigi seri sudah mulai usang; umur 1,5 sampai 2 tahun gigi seri mulai pada bagian pertengahan hingga bagian luar dan mengarah kesamping sudah mulai usang. Proses penanggalan gigi seri dimulai pada umur 2,5 tahun. Gigi seri bagian pusat tanggal terlebih dahulu dan akan menjadi gigi parmanen. Kuda yang berumur empat tahun ditandai dengan tanggalnya gigi bagian pertengahan dan pada umur lima tahun, bagian luar, atau samping, gigi seri sudah mulai tanggal dan digantikan dengan gigi permanen. Kuda yang berumur lima tahun ini dikatakan telah bermulut “penuh” karena semua gigi telah permanen. Umur 6 sampai 8 tahun gigi parmanen sudah usang yang mulai dari bagian pusat hingga bagian pertengahan mengarah kesamping (Bogart dan Taylor, 1983).

Pemanfaatan Kuda

Pemanfaatan kuda oleh manusia bermacam-macam tergantung pada tipe, umur dan kebiasaan, yaitu (1) sebagai sumber makanan, (2) sebagai peralatan militer (3) sebagai kuda olahraga, dan (4) kuda pertanian atau kuda tarik atau sebagai alat transportasi.

Kuda Sebagai Sumber Makanan

(37)

25 Pengenalan daging kuda dimulai pada abad ke-19 oleh negara Perancis melalui sebuah masakan (taboo) yang berasal dari daging kuda. Hal ini merupakan kejadian langka pada abad tersebut. Saat itu, taboo menjadi bahan perdebatan besar, tidak hanya dengan status masakan Perancis, tetapi juga dengan status kuda tersebut. Sedangkan legalisasi daging kuda untuk makanan manusia pada tahun 1866 dibenarkan terutama atas dasar sosial ekonomi. Konsumsi kuda menjadi kontroversi karena status ternak kuda yang menjadi ternak kesayangan (Spring, 2007).

Ternak kuda mempunyai potensi cukup besar sebagai salah satu sumber makanan. Potensi tersebut dapat dilihat dari populasi ternak dan produksi daging yang dihasilkan. Tiga daerah yang menjadi penghasil daging kuda terbesar di Indonesia yaitu Sulawesi Selatan, Nusa Tenggara Barat dan Nusa Tenggara Timur (Ditjenak, 2009).

Daging kuda memiliki kandungan gizi yang hampir setara dengan jenis daging ternak. Evanousky dan Foster (1997) melaporkan bahwa daging kuda di Amerika banyak diminati karena kandungan proteinnya yang tinggi, rendah lemak, cita rasa yang agak manis dan mempunyai keempukan yang lebih baik daripada daging sapi. Perkembangan konsumsinya sangat lambat dibandingkan dengan perkembangan konsumsi daging asal ternak ruminansia dan unggas. Perkembangan ini tergantung pada umur potong, bangsa kuda dan keberadaan fungsinya sebagai hewan pekerja.

Sistem yang digunakan untuk potongan kuda di Amerika adalah sama dengan sistem potongan (retail cuts) pada sapi. Karakteristik dagingnya yang telah diketahui antara lain adalah lebih banyak daging (lean) dibanding ternak lainnya dan mempunyai rasa yang agak manis. Daging dari kuda berumur lebih daripada tiga tahun mempunyai warna merah terang dan lebih baik dalam flavour. Daging dari kuda muda lebih empuk dan mempunyai warna yang lebih terang. Potongan daging kuda yang paling populer berasal dari hindquarter, tenderloin, sirloin, fillet steak,

(38)

26 Kuda Sebagai Peralatan Militer

Manusia menggunakan kuda sebagai sarana dalam berperang. Kuda ditunggangi para prajurit dan untuk mengangkut peralatan perang seperti alat pemanah dan pelanting bata. Menurut catatan sejarah, penggunaan kuda dalam kemiliteran sudah dilakukan oleh bangsa-bangsa Kassistan di Mesopotania, Hyksas di Mesir, Milarnia di Syria, dan Arya di India sejak tahun 1700-1400 SM (Soehardjono, 1990).

Pemanfaatan berbagai jenis kuda sebagai penunjang tempur mengalami kemajuan terutama setelah Inggris pada abad XVIII menggunakan satuan kavaleri dalam pasukannya di Amerika. Penggunaan kuda sebagai sarana militer berkembang di Indonesia sejak berdirinya kerajaan-kerajaan Hindu-Budha yang mulai berperang dan kuda digunakan sebagai kendaraan perang (Soehardjono, 1990).

Kuda Untuk Olahraga

Kuda digunakan sebagai sarana berolahraga atau biasa disebut pacuan kuda. Pacuan kuda adalah olahraga berkuda yang paling alami. Kuda dirancang menggunakan kecepatannya untuk mengalahkan lawan-lawannya. Seekor kuda pacu dilatih untuk menahan berat pada punggungnya atau joki dan sejumlah kendali tertentu, tetapi faktor yang paling menentukan keberhasilannya adalah kondisi kuda (Pilliner dan Houghton, 1991).

Olahraga berkuda di Indonesia dikembangkan oleh bangsa Belanda sebelum perang dunia kedua di beberapa tempat di pulau Jawa. Olahraga ini awalnya hanya diperuntukkan oleh kalangan keluarga kerajaan, namun tahun 1929-1930-an olahraga ini mengalami perkembangan yang pesat dengan seringnya diselenggarakan pertandingan di Jakarta dan Bandung. Olahraga ini mengalami kemunduran dan hampir lenyap pada masa pendudukan Jepang. Usaha peternak memajukan olahraga ini dengan cara mendatangkan kuda jenis tunggang dari Australia dalam rangka mengusahakan pemuliaan kuda yang ada (Soehardjono, 1990).

Kuda Sebagai Alat Transportasi

(39)

27 adanya alat-alat transportasi berteknologi tinggi seperti mobil dan angkutan umum lainnya. Akan tetapi, di beberapa tempat di Indonesia kuda masih banyak digunakan sebagai alat transportasi. Variasi alat transportasi yang menggunakan kuda antara lain adalah Kereta Perang, Kereta Kencana, dan Kereta Kuda (Angga, 2009).

Delman merupakan salah satu alat transportasi tradisional yang pengoperasiannya tidak menggunakan mesin melainkan menggunakan kuda sebagai penggantinya. Delman masih banyak digunakan di Indonesia dan Belanda. Orang Belanda sering menyebut kendaraan ini dengan nama dos-a-dos (punggung pada punggung, arti harfiah bahasa Perancis), yaitu sejenis kereta yang posisi duduk penumpangnya saling memunggungi. Istilah dos-a-dos kemudian oleh penduduk pribumi Batavia disingkat menjadi sado (Angga, 2009). Alat transportasi lain yang menggunakan kuda adalah gerobak. Komponen delman terdiri dari kuda, gerobak, dan kusir atau pengemudi. Gerobak adalah kendaraan atau alat yang memiliki dua atau empat roda yang digunakan sebagai sarana transportasi. Gerobak dapat ditarik oleh hewan seperti kuda, sapi, kambing atau dapat pula ditarik oleh manusia. Gerobak tangan yang didorong oleh manusia digunakan secara luas diseluruh dunia (Wikipedia, 2011a). Kuda beban menggunakan pelana sebagai tempat untuk menyimpan barang. Pelana adalah barang penyokong untuk penunggang kuda maupun muatan lain yang diikatkan ke punggung hewan (Wikipedia, 2011b).

Tujuan utama peggunaan kekangan pada kuda adalah untuk membantu dalam mengendalikan kuda, biasanya kekangan tidak hanya dililitkan pada bagian kepala, ada juga kekangan yang diletakkan didalam mulut kuda sehingga kuda menggigit kekangan tersebut. Kekangan yang diletakkan didalam mulut kuda disebut bit. Bit

biasanya terbuat dari besi, plastik atau karet. Penggunaan bahan-bahan untuk bit

sangat mengikat mulut kuda dan sensitif serta mudah terluka (McBane, 1995).

Kekangan dapat diklasifikasikan kedalam lima bagian yaitu : snaffle,

weymouth atau kekangan ganda, pelham, gag dan bitlessbridles atau kekangan tanpa

(40)

28 kekangan khususnya pelana, karena kulit babi yang tipis, kuat dan elastis ( Edwards, 1963).

Kuda Beban (Pack Horse)

(41)

29 MATERI DAN METODE

Waktu dan Tempat

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juli- Agustus 2010 berlokasi di Desa Situnggaling Kecamatan Saipar Dolok Hole, Kabupaten Tapanuli Selatan Propinsi Sumatera Utara. Desa Situnggaling merupakan tempat dimana kusir berkumpul dan kuda beban beristirahat.

Materi dan Alat

Materi yang diamati dalam penelitian ini adalah kuda beban, kusir yang disebut “parkudo kuli”, pelana dan peralatannya yang berasal dari desa yang berbeda dan kemudian berkumpul dan beristirahat di desa Situnggaling. Responden yang dilibatkan dalam penelitian ini terdiri dari 21 orang yaitu kusir yang juga sebagai pemilik kuda. Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah alat tulis, meteran, kamera dan lembar wawancara yang telah dipersiapkan sebelumnya.

Metode Penelitian

Penelitian ini dilakukan dengan pengamatan langsung, wawancara dan pengambilan data sekunder dari instansi terkait.

Pengumpulan Data Primer

Data primer dapat diperoleh dengan cara pengamatan dan wawancara langsung. Peubah-peubah yang diamati mencakup karakteristik kualitatif dan kuantitatif.

1. Karakteristik kusir (parkudo kuli), meliputi status kepemilikan, umur, pendidikan terakhir, jumlah anggota keluarga, jumlah pendapatan dan pengeluaran, lama bekerja, waktu bekerja, jarak wilayah yang ditelusuri dan jumlah kuda yang dimiliki.

2. Karakteristik kuda beban, meliputi umur, umur awal bekerja, umur produktif, lama kerja, dan lama istirahat,

3. Morfologi kuantitatif kuda, meliputi tinggi badan, lingkar dada, dan panjang badan (Gambar 2)

(42)

30 Panjang badan (cm). Diukur dari point of shoulder hingga point of buttocks

dengan menggunakan pita ukur.

Tinggi badan (cm). Diukur pada bagian pundak tertinggi sampai telapak kaki secara tegak lurus ke tanah dengan menggunakan tongkat.

Gambar 2. Panjang Badan (A-B,) dan Lingkar Dada Kuda (C)

4. Morfologi kualitatif kuda, meliputi tanda wajah (blaze, snipe, stripe, bald face, star, seperti terlihat pada Gambar 3), warna bulu badan (bay, black, chesnut, gray, atau white), bentuk kaki, dan bentuk punggung (lurus atau melengkung) (Chanda, 2011).

5. Pakan, meliputi jumlah dan jenis pakan yang diberikan kepada kuda baik hijauan maupun konsentrat serta frekuensi dan waktu pemberian pakan. 6. Perkandangan, meliputi bentuk, luas, alas, dan lantai kandang serta tempat

pembuangan limbah.

7. Perawatan, meliputi alat-alat yang digunakan dan cara yang dilakukan dalam perawatan kuda.

8. Penyakit, meliputi jenis penyakit, waktu pemeriksaan kondisi kuda, dan cara penanganan penyakit.

(43)

31

Gambar 3. Tanda Wajah Kuda (Blaze, Snipe, Bald Face, Star)

Pengumpulan Data Sekunder

Data sekunder diperoleh melalui penelusuran informasi pustaka, jurnal, laporan-laporan, dan internet. Data sekunder tersebut meliputi :

1. Silsilah (asal-usul) kuda, jenis kuda lokal Indonesia, data populasi kuda Kabupaten Tapanuli Selatan dari Dinas Pertanian dan Ketahanan pangan 2. Anatomi kuda, seperti ukuran-ukuran standar tubuh kuda.

Analisis Data

Data hasil wawancara (pengisian borang) akan dianalisis dengan menggunakan :

1. Analisa deskriptif, merupakan gambaran dari keadaan umum identitas repsoden (kusir), karakteristik kuda, dan pelana serta informasi- informasi yang diperoleh yang behubungan dengan data sekunder yang ada.

2. Gambar postur kuda untuk menggambarkan performa umum kuda beban yang menjadi objek penelitian.

(44)

32 HASIL DAN PEMBAHASAN

Keadaan Umum Daerah Penelitian

Desa Situnggaling tempat penelitian dilakukan terletak di Kecamatan Saipar Dolok Hole Kabupaten Tapanuli Selatan Propinsi Sumatera Utara. Kabupaten Tapanuli Selatan adalah salah satu Kabupaten di Sumatera Utara, ibukotanya ialah Sipirok. Kabupaten ini awalnya merupakan kabupaten besar dengan ibukota Padang Sidempuan, namun sejak 10 Agustus 2007 telah mengalami pemekaran. Kabupaten Tapanuli Selatan secara adiministratif terdiri dari 11 kecamatan, memiliki luas wilayah 4.313,95 km², jumlah penduduk 311.631 jiwa dengan kepadatan 72 jiwa/km². Prasarana jalan di kabupaten ini terbilang cukup parah, banyak jalan yang berlubang (Web Kab Tapselkab.go. id, 2010).

Kecamatan Saipar Dolok Hole merupakan salah kecamatan di Kabupaten Tapanuli Selatan yang terdiri dari 14 desa, terletak pada ketinggian 850 m diatas permukaan laut (dpl) dengan jarak 85 km dari pusat pemerintahan Kabupaten Tapanuli Selatan yaitu kota Sipirok. Udaranya relatif sejuk yaitu suhu maksimum 27°C dan suhu minimum 24°C dengan curah hujan 82 hari per tahun. Topografi wilayah berbentuk datar sampai berombak sebesar 5%, berombak sampai berbukit sebesar 35%, dan berbukit sampai bergunung sebesar 60% (BPS Kecamatan Saipar Dolok Hole, 2010). Peta Kecamatan Saipar Dolok Hole dapat dilihat pada Gambar 4.

(45)

33 Penelitian dilakukan di Kecamatan Saipar Dolok Hole, tepatnya di Desa Situnggaling yang merupakan tempat beristirahat para kusir dan kuda beban. Desa Situnggaling berbatasan dengan ibukota Kecamatan Saipar Dolok Hole yaitu Desa Sipagimbar di sebelah Timur, Desa Sungai Pining di sebelah Barat, dan Desa Lumamis di sebelah Selatan, sedangkan rumah pemilik kuda menyebar di beberapa daerah di Kecamatan Saipar Dolok Hole.

Curah hujan, suhu yang relatif sejuk dan topografi wilayah sangat berpengaruh terhadap kondisi jalan yang dilalui kuda beban dengan para kusir. Jika hujan turun kondisi jalan yang adalah tanah liat akan becek, tergenang air dan sulit untuk dilewati kendaraan umum biasa. Jalan yang tergenang air akan kering dalam waktu yang lama, karena tanah liat memiliki sifat permeabilitas yang rendah. Tanah liat memiliki sifat fisik bertekstur lengket, tidak kasar, dan basah. Teksur tanah sangat berpengaruh terhadap daya serap air, ketersediaan air didalam tanah, besar aerasi, infiltrasi, dan laju pergerakan air (Anomin, 2011). Kondisi jalan menuju Desa Situnggaling dapat dilihat pada Gambar 5.

Keadaan Jalan Setelah Hujan Keadaan Jalan Saat Kering

Gambar 5. Keadaan Jalan Menuju Desa Situnggaling

(46)

34 merupakan tempat para pemilik kuda menjual hasil pertanian mereka. Para kusir menggunakan kuda sebagai pengangkut barang dari desa masing-masing menuju desa Situnggaling karena kondisi jalan yang kurang baik dilewati kendaraan umum biasa, namun dari desa Situnggaling menuju desa Sipagimbar akan menggunakan truk.

Data dari Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Kabupaten Tapanuli Selatan tahun 2009-2010 diketahui bahwa ternak kuda tidak terdapat di tiap kecamatan, namun hanya tersebar di tujuh kecamatan, seperti tersaji pada Tabel 2. Berdasarkan data tersebut diketahui jumlah ternak kuda terbesar terdapat di Kecamatan Angkola Barat yaitu 566 ekor pada tahun 2009 dan 243 ekor pada tahun 2010.

Tabel 2. Jumlah Ternak Kuda di Tiap Kecamatan dalam Kabupaten Tapanuli Selatan Tahun 2009-2010

No Kecamatan Tahun

2009 2010

1 Batang Angkola 5 5

2 Angkola Barat 566 243

3 Angkola Selatan 129 86

4 Sipirok 14 14

5 Arse 24 24

6 Saipar Dolok Hole 58 59

7 Aek Bilah 18 18

Sumber : Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Kabupaten Tapanuli Selatan Tahun 2009-2010

(47)

35 Tabel 3. Data Populasi Ternak di Kecamatan Saipar Dolok Hole Tahun 2009-2010

Jenis Ternak Tahun

Sumber : Dinas Pertanian dan ketahanan Pangan kabupaten Tapanuli Selatan Tahun 2009 - 2010

Karakteristik Kusir

Karakteristik responden yaitu kusir kuda beban yang diamati dalam penelitian ini meliputi nama, alamat atau domisili, umur, pendidikan terakhir, jumlah anggota keluarga, pendapatan, jumlah pengeluaran keluarga, masa kerja, pekerjaan lain, lama kerja, jumlah kuda yang dimiliki dan status kepemilikan kuda, seperti disajikan pada Lampiran 1. Jumlah kusir kuda beban yang diamati sebanyak 21 orang dan hasil pengamatan karakteristik kusir kuda beban disajikan pada Tabel 4.

Tabel 4. Karakteristik Kusir Kuda Beban

(48)

36 Gabu dan Gotting Pege. Keseluruhan kusir (100%) di Kecamatan Saipar Dolok Hole adalah laki-laki dan status kepemilikan kuda beban adalah milik sendiri.

Rataan usia para kusir kuda beban adalah 37,23 tahun dengan kisaran 24-49 tahun. Berdasarkan kisaran umur tersebut diketahui, menjadi kusir kuda beban adalah seseorang yang masih muda dan memiliki fisik kuat untuk melakukan perjalanan jauh, karena dalam perjalanan kuda beban tidak ditunggangi namun ditarik dan kusir berjalan didepan atau disamping kuda, seperti diperlihatkan pada Gambar 6. Para kusir menyatakan bahwa menjadi kusir kuda beban adalah untuk meneruskan usaha keluarga karena dengan membawa komoditas hasil pertanian menggunakan kuda beban akan memperoleh uang untuk memenuhi biaya kebutuhan hidup.

(a) (b)

Gambar 6. Karakteristik Kusir Kuda Beban

(49)

37 sebagai kusir adalah kegiatan yang mendukung pekerjaan utama yaitu petani sawah dan kebun. Sebanyak 18 orang (85,71%) kusir kuda beban menyatakan bahwa pekerjaan utama mereka adalah sebagai petani yang memiliki sawah dan kebun yang dapat memenuhi kebutuhan keluarga, sedangkan sisanya tiga orang (14,29%) disamping sebagai petani juga memiliki pekerjaan lain seperti pedagang.

Rataan jumlah anggota keluarga kusir adalah 7,14 ± 2,20 orang dengan kisaran antara 4-13 orang termasuk dengan kusir sendiri. Pekerjaan dari masing-masing anggota keluarga adalah sama yaitu petani, sedangkan pekerjaan menjadi kusir bukanlah pekerjaan utama karena kuda beban memiliki peranan yang sangat penting untuk membawa komoditas hasil pertanian mereka dan sebagai transportasi ke sawah atau kebun.

Besar pendapatan kusir tergantung pada harga dan banyaknya hasil pertanian yang diperoleh saat panen. Sebagian besar kusir kuda beban menyatakan tidak mengetahui secara pasti berapa besar pendapatan dan pengeluaran keluarga karena mereka menyatakan tidak pernah menghitungnya, namun jika ditinjau dari banyaknya jumlah anggota keluarga tentunya pengeluaran setiap keluarga kusir kuda beban akan berbeda. Perbedaan pengeluaran tersebut dikarenakan dalam satu keluarga masih tinggal bersama, dan masih ada anggota keluarga yang masih bersekolah.

Rataan masa kerja para kusir kuda beban adalah 10,14 ± 5,59 tahun dengan kisaran antara 1-20 tahun. Masa kerja yang panjang selama beberapa tahun menunjukkan bahwa pekerjaan menjadi kusir telah lama digeluti. Pekerjaan sebagai kusir kuda beban dilakukan setelah memanen hasil pertanian dari sawah dan kebun karena mereka membutuhkan alat untuk mengangkut hasil tersebut dan dilakukan sejak mereka menikah karena merasa memiliki tanggungjawab terhadap keluarga.

(50)

38 hari Minggu sampai dengan Kamis, karena jarak dari rumah kusir dengan desa Situnggaling lebih jauh dibandingkan jarak dari rumah kusir dengan sawah atau kebun. Jumat pagi mereka akan berangkat dari desa asal untuk menjual hasil pertanian dan akan pulang kembali pada hari Sabtu dengan membawa kebutuhan rumah tangga.

Jarak yang ditempuh oleh kusir kuda beban setiap hari tidak sama, hari Minggu sampai dengan Kamis akan bekerja ke sawah dengan rataan jarak 9,14 ± 2,08 km dari rumah sampai ke sawah dan pada hari Jumat dan Sabtu kusir akan berangkat ke desa Situnggaling dengan rataan jarak 21,90 ± 2,28 km tergantung dari jarak desa Situnggaling dengan daerah asal masing-masing. Jarak yang ditempuh oleh kusir, secara keseluruhan selama bekerja dapat dikatakan tidak seragam karena kuda beban dapat melalui rute yang berbeda. Rute perjalanan terhitung mulai dari rumah kusir sampai ke desa Situnggaling, dan kembali lagi ke rumah kusir.

Seorang kusir memiliki satu sampai tiga ekor kuda beban, sebagaian besar kusir (76,19%) memiliki satu ekor kuda, 19,04% memiliki dua ekor kuda, dan hanya 4,76% yang memiliki tiga ekor kuda.

Karakteristik Kuda Beban

Gambar

Gambar 4.  Peta Kecamatan Saipar Dolok Hole
Gambar 5. Keadaan Jalan Menuju Desa Situnggaling
Tabel 2.  Jumlah Ternak Kuda di Tiap Kecamatan dalam Kabupaten Tapanuli Selatan Tahun 2009-2010
Gambar 6. Karakteristik Kusir Kuda Beban
+7

Referensi

Dokumen terkait

Jadi, peranan guru adalah menggunakan aktiviti bahasa yang bermakna dan berkesan untuk membolehkan kanak-kanak menguasai struktur bahasa yang terdapat di dalam sistem bahasanya

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh substitusi sebagian agregat halus dengan serbuk kaca dan bahan tambah silica fume serta viscocrete-10

Tindak pidana persetubuhan anak pada Pasal 81 Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak, hampir sama dengan tindak pidana menurut KUHP, hanya

Ertutur adalah suatu tradisi suku Karo dalam menyusur keturunan yang berkaitan dengan Merga Silima , Rakut Sitelu dan Tutur Siwaluh serta.. Perkade-kaden Sisepuluh dua

yang mempengaruhi tingkat kemiskinan di Provinsi Jawa Timur tahun 2008-2012. Variabel yang digunakan adalah tingkat kemiskinan sebagai variabel

Na pake kainanurã, nuku  hãtxa kui  anurã, ketash kene xarabu retsami kaina xarabunã, haskai nuku yui kiki; ki inu  , kiki inu  , kiaki rã hamapai haskai

Menentukan %entuk setara dari PLSV den$an 'ara kedua ruas ditam%ah/ Menentukan %entuk setara dari PLSV den$an 'ara kedua ruas ditam%ah/ dikuran$i/ dikalikan atau di%a$i den$an

C. Untuk mendeskripsikan hubungan advokat dengan klien dalam perkara sengketa waris Islam di Kantor advokat Muhammad Rusdi, SH., MH dan Rekan. Untuk mendeskripsikan bentuk