• Tidak ada hasil yang ditemukan

KONDISI UMUM WILAYAH STUD

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

KARTIKA SARI HANAFRI. Analisis Manfaat Kanopi Pohon dalam Mereduksi Polutan Udara Menggunakan Program CITYgreen di Jalan Raya Padjajaran, Kota Bogor. Dibimbing oleh INDUNG SITTI FATIMAH.

Secara umum, transportasi diartikan sebagai perpindahan barang/orang dari satu tempat ke tempat yang lain. Seiring dengan peningkatan kebutuhan masyarakat, maka aktivitas transportasi pun juga meningkat. Transportasi sangat penting dalam menunjang aktivitas masyarakat dan turut menentukan perkembangan suatu wilayah. Dengan adanya transportasi yang lancar, maka distribusi barang dan jasa akan semakin mudah. Namun, tidak selamanya aktivitas transportasi berdampak positif. Aktivitas transportasi yang tidak dikendalikan dapat memberikan akibat negatif, seperti dampak terhadap lingkungan.

Di daerah perkotaan, sektor transportasi merupakan kontribusi terbesar polusi udara. Salah satu upaya untuk mengurangi masalah tersebut diantaranya penggunaan bahan bakar dan mesin-mesin yang berpolutan rendah pada kendaraan bermotor. Sedangkan untuk polutan yang sudah terlepas ke lingkungan, dapat dikurangi dengan adanya penggunaan vegetasi. Jalur hijau jalan, merupakan sebuah alternatif untuk ruang terbuka hijau yang efektif bagi kota, terutama dalam mereduksi polusi udara akibat kendaraan bermotor.

Kota Bogor terletak di kawasan Jabodetabek, dimana pada pembangunan kotanya banyak dipengaruhi oleh perkembangan dan tuntutan kegiatan dari sistem metropolis. Penelitian ini akan menganalisis manfaat kanopi pohon dalam menjerap dan menyaring polutan udara di sepenjang jalur hijau Jalan Raya Padjajaran, Kota Bogor. Jalan tersebut merupakan jalan utama yang memiliki aktivitas transportasi terpadat di Kota Bogor (Dishubkom, 2007). Dengan metode GIS, menggunakan prangkat lunak ArcView 3.2 ekstensi CITYgreen 5.4, kemampuan pohon dalam mereduksi polutan di udara dapat dianalisis melalui pendekatan berdasarkan luasan kanopi pohon. Hasil analisis yang berupa satuan massa Pounds (lbs) dan nilai nominal dalam mata uang U.S Dollar ($) , diharapkan dapat memberikan gambaran kepada pemerintah dan pemahaman kepada masyarakat tentang fungsi dan manfaat pohon, terutama dalam kaitan mereduksi polutan di udara. Selain itu, terdapat Tree growth model yang digunakan untuk memprediksi pertumbuhan kanopi di masa yang akan datang yang kemudian dianalisis kembali menggunakan CITYgreen 5.4, sehingga dapat diketahui perbandingannya.

Berdasarkan hasil analisis CITYgreen 5.4, polutan udara yang dapat direduksi oleh kanopi pohon adalah sebesar 565,63 kg atau senilai dengan penghematan biaya sebesar Rp 29.481.600,-. Perbandingan dengan udara ambien, kemampuan pohon dalam melakukan pembersihan polusi di udara ternyata tidak cukup untuk menjerap jenis polutan partikel. Sehingga luas penutupan kanopi pohon yang awalnya 5,82 ha, setidaknya perlu ditingkatkan luasannya minimal menjadi 6,33 ha atau menambah 0,51 ha luas kanopi pohon. Peningkatan kanopi sebaiknya dilakukan pada titik-titik yang memiliki tingkat polutan tinggi dengan kondisi pohon yang relatif minim. Pemilihan vegetasi diharapkan lebih mengutamakan jenis tanaman yang baik dalam mereduksi polutan partikel.

Peningkatan luas kanopi pohon pada tree growth model untuk 30 tahun kedepan sebesar 43,47%, tentu mempengaruhi kemampuan pohon dalam melakukan pembersihan polusi di udara. Semakin tinggi jumlah polutan yang dapat diserap/dijerap oleh pohon, maka dampak negatif yang ditimbulkan pada lingkungan sekitarnya akan semakin rendah pula. Hal tersebut memberikan dampak positif berupa pengurangan biaya eksternal untuk hal-hal yang disebabkan oleh polutan bila tanaman tidak mereduksinya. Oleh karena itu, perlu adanya peningkatan kembali penghijauan kota guna mengimbangi polusi udara yang tinggi dan sosialisasi terhadap masyarakat tentang pentingnya manfaat pohon dalam ekologi kota.

Latar Belakang

Secara umum, transportasi diartikan sebagai perpindahan barang/orang dari satu tempat ke tempat yang lain. Seiring dengan peningkatan kebutuhan masyarakat, maka aktivitas transportasi pun juga meningkat. Hal ini dikarenakan tidak semua fasilitas yang dibutuhkan masyarakat berada pada satu tempat. Kondisi tersebut mengakibatkan timbulnya pergerakan menuju daerah pemenuhan kebutuhan. Dari sini dapat dilihat bahwa transportasi sangat penting dalam menunjang aktivitas masyarakat dan turut menentukan perkembangan suatu wilayah. Dengan adanya transportasi yang lancar maka distribusi barang dan jasa juga akan semakin mudah.

Namun tidak selamanya aktivitas transportasi berdampak positif. Aktivitas transportasi juga dapat memberikan akibat negatif. Salah satunya adalah dampak terhadap lingkungan. Aktivitas transportasi yang tidak dikendalikan, terutama transportasi dengan kendaraan bermotor, dapat merugikan lingkungan dan ekosistem di sekitarnya. Dampak negatif tersebut salah satunya ialah tingginya kadar polutan akibat emisi atau pelepasan asap dari kendaraan bermotor. Fardiaz (1992), menyatakan bahwa sumber polusi utama udara di wilayah perkotaan yaitu berasal dari transportasi, dimana hampir 60% dari polutan yang dihasilkan terdiri dari karbon monoksida dan sekitar 15% terdiri dari hidrokarbon.

Khusus di daerah perkotaan, sektor transportasi merupakan kontribusi terbesar polusi udara. Hal ini disebabkan karena pada wilayah perkotaan terjadi peningkatan jumlah kendaraan bermotor setiap tahunnya yang sebanding dengan meningkatnya emisi gas buang kendaraan bermotor. Badan Pusat Statistik Republik Indosesia menyatakan bahwa kenaikkan kendaraan bermotor di Indonesia tahun 2005 – 2008 naik hingga 71%. Lebih lanjut Fardiaz (1992) juga menjelaskan bahwa polusi udara akan semakin terlihat pada daerah yang padat penduduknya dengan aktivitas yang kompleks. Polusi udara disebabkan karena adanya gas buang dari kendaraan bermotor yang berupa Karbon monoksida (CO), Hidrokarbon (HC), Sulfur dioksida (SO2), Nitrogen dioksida (NO2), dan partikel-

signifikan terhadap meningkatnya gas rumah kaca. Dahlan (2007) menyebutkan bahwa penggunaan bahan bakar yang terus meningkat akan mengakibatkan konsentrasi ambien gas CO2 meningkat yang kemudian dapat mengakibatkan

pemanasan global melalui efek rumah kaca.

Salah satu upaya untuk mengurangi masalah polusi udara diantaranya penggunaan bahan bakar dan mesin-mesin yang berpolutan rendah pada kendaraan bermotor. Sedangkan untuk polutan yang telah terlepas ke lingkungan, dapat dikurangi dengan adanya penggunaan vegetasi. Currie dan Bass (2005), menjelaskan bahwa pohon dapat mereduksi polutan CO di udara (0,06-0,57) lebih besar dibandingkan dengan rumput (0,14 - 0,35 mg).

Jalur hijau jalan, merupakan sebuah alternatif untuk ruang terbuka hijau yang efektif bagi kota, terutama dalam mereduksi polusi udara akibat kendaraan bermotor (Dinas Pertamanan Bogor, 2007). Bila menyebar merata dalam kota, jalur hijau jalan dapat memberikan sebuah karakter yang dominan pada lanskap kota, dan peranan ekologisnya dapat berkontribusi besar dalam meningkatkan kualitas lingkungan kota. Oleh sebab itu, perlu pengendalian jumlah polutan yang telah terlepas dalam lingkungan kota dengan menjaga atau mengadakan kembali ruang hijau kota.

Kota Bogor secara geografis terletak di kawasan Jabodetabek. Lokasi strategis dimana menjadi bagian dari kota metropolitan Jakarta, pada pembangunan kotanya banyak dipengaruhi oleh perkembangan dan tuntutan kegiatan dari sistem metropolis tersebut. Salah satunya peningkatan kebutuhan transportasi, baik menuju maupun ke luar kota. Penelitian ini akan menganalisis manfaat kanopi pohon dalam menjerap dan menyerap polutan udara di sepanjang jalur hijau Jalan Raya Padjajaran, Kota Bogor. Jalan tersebut ialah jalan utama yang memiliki aktivitas transportasi terpadat di Kota Bogor (Dishubkom, 2007). Selain itu, jalan tersebut juga merupakan jalan terpanjang di Kota Bogor dan memiliki jalur hijau jalan yang tentu saja memiliki manfaat ekologi yang berperan penting dalam membersihkan polutan di udara. Oleh karena itu, sangatlah menarik untuk diketahui besarnya manfaat ekologi yang dihasilkan dalam kaitan penyerapan polusi udara yang bersumber pada aktivitas transportasi.

Dengan metode GIS, menggunakan prangkat lunak ArcView 3.2 ekstensi

CITYgreen 5.4, kemampuan pohon dalam mereduksi polutan di udara akan dianalisis melalui pendekatan berdasarkan luasan kanopi pohon. Penelitian ini juga akan menganalisis kemampuan daya serap dan jerap polutan hingga 30 tahun yang akan datang, dengan memanfaatkan Growth Modeling pada ekstensi

CITYgreen 5.4. Jangka waktu tersebut dipilih dengan mempertimbangkan usia pada kelompok pohon tertentu yang relatif tua. Kemudian, dari hasil analisis akan diketahui manfaat ekologi yang diberikan oleh kanopi pohon dalam bentuk satuan massa (Kilogram) dan penghematan biaya yang dapat dilakukan berdasarkan biaya eksternalitas yang akan dikeluarkan oleh pemerintah dan juga masyarakat sekitar dalam satuan mata uang (Rupiah).

Tujuan Tujuan penelitian ini adalah:

1. Menganalisis dan mengetahui potensi jalur hijau jalan dalam mereduksi polutan udara.

2. Memprediksi dan membandingkan kemampuan kanopi pohon mereduksi polutan pada 10, 20, dan 30 tahun yang akan datang.

Manfaat

Penelitian diharapkan dapat menjadi bahan rujukan bagi Pemerintah Kota Bogor untuk mengetahui nilai ekologi dari manfaat kanopi pohon dalam mereduksi polutan kota.

Kerangka Pemikiran

Jalur hijau pada jalan Raya Padjajaran memiliki fungsi ekologi yang dapat membersihkan polutan di udara, terutama polutan yang berasal dari kendaraan bermotor. Dengan menggunakan Citra kawasan, dilakukan pendigitasian yang kemudian dianalisis oleh CITYgreen. Dari hasil analisis akan diketahui kemampuan kanopi pohon dalam mereduksi polutan dalam bentuk satuan massa dan mata uang. Guna mengetahui kemampuan kanopi pohon pada jalur hijau telah mampu/tidak mampu mereduksi polutan yang ada pada saat ini, maka akan dibandingan dengan kadar polutan yang ada pada jalur jalan. Rekomendasi diberikan untuk mendukung memaksimalkan kemampuan kanopi pohon.

Dengan menggunakan kembali Citra kawasan dan hasil digitasi, dilakukan model pertumbuhan pada 10, 20, dan 30 tahun yang akan datang. Dari masing- masing hasil pemodelan dilakukan analisis CITYgreen. Hasil analisis yang didapat kemudian dibandingkan guna mengetahui sejauh mana perubahan manfaat ekologi dari kanopi pohon yang terjadi di masa yang akan datang (Gambar 1).

Gambar 1. Kerangka Pemikiran Penelitian Dampak negatif Permasalahan utama kota: Polusi udara Pengendalian pada sumber polutan Pengurangan polutan yang telah

terlepas: vegetasi Dampak positif

- Mempermudah aktivitas - Menghemat biaya, tenaga,

dan waktu

Transportasi

Perbandingan kemampuan pembersihan udara hingga 30 tahun kedepan Kadar polutan

pada jalur jalan 

Rekomendasi Mampu/ tidak mampu

mereduksi polutan

Analisis CITYgreen

Hasil:

- Kemampuan jerap dan serap terhadap polutan (Kg) - Penghematan biaya yang dapat dilakukan oleh kanopi pohon (Rp) Model pertumbuhan  Analisis CITYgreen Hasil: - Kemampuan kanopi pohon mereduksi polutan (Kg) - Penghematan biaya pada 10, 20, dan 30 tahun yang akan datang (Rp) Jalur hijau kota

Pencemaran Udara

Undang-undang Republik Indonesia No. 41 tahun 1999 tentang Pengendalian Pencemaran Udara, menyatakan bahwa pencemaran udara adalah masuknya atau dimasukkannya zat, energi, dari komponen lain ke dalam udara ambien oleh kegiatan manusia, sehingga mutu udara turun sampai ketingkat tertentu yang menyebabkan udara ambien tidak memenuhi fungsinya.

Polutan merupakan zat atau bahan yang dapat mengakibatkan pencemaran. Syarat-syarat suatu zat disebut polutan bila keberadaannya dapat menyebabkan kerugian terhadap makhluk hidup. Suatu zat dapat disebut polutan, apabila jumlahnya melebihi jumlah normal, berada pada waktu yang tidak tepat, dan berada pada tempat yang tidak tepat. Sifat polutan adalah:

1. Merusak untuk sementara, tetapi bilatelah bereaksi dengan zat lingkungan tidak merusak lagi.

2. Merusak dalam jangka waktu lama. Contohnya, Timbal (Pb) tidak merusak bila konsentrasinya rendah. Akan tetapi dalam jangka waktu yang lama, Pb dapat terakumulasi dalam tubuh sampai tingkat yang merusak.

Sumber pencemar adalah setiap usaha dan/atau kegiatan yang mengeluarkan bahan pencemar ke udara yang menyebabkan udara tidak dapat berfungsi sebagaimana mestinya. Pada pencemaran udara terdapat beberapa unsur yang penting. Unsur-unsur tersebut antara lain debu, sulfur oksida, karbon monoksida, oksida nitrogen, dan metana. Beberapa unsur tersebut dikeluarkan oleh sumber pencemar yang dapat mengganggu mutu udara.

Udara ambien adalah udara bebas yang berada dipermukaan bumi pada lapisan troposfer dalam wilayah yurisdiksi Republik Indonesia yang dibutuhkan dan mempengaruhi kesehatan manusia, makhluk hidup, dan unsur lingkungan hidup lainnya. Baku mutu udara ambien adalah ukuran batas atau kadar zat, energi, dan/atau komponen yang ada atau yang seharusnya ada dan/atau unsur pencemar yang ditenggang keberadaannya dalam udara ambien. Baku mutu udara ambien nasional, ditetapkan sebagai batas maksimum mutu udara ambien untuk mencegah terjadinya pencemaran udara.

Jenis Polutan Udara

Udara adalah suatu campuran gas yang terdapat pada lapisan yang mengelilingi bumi. Udara di alam tidak pernah ditemukan bersih tanpa polutan sama sekali. Beberapa gas seperti sulfur dioksida (SO2), hidrogen sulfida (H2S),

dan karbon monoksida (CO) selalu dibebaskan ke udara sebagai produk sampingan dari proses-proses alami seperti aktivitas vulkanik, pembusukan sampah tanaman, kebakaran hutan, dan sebagainya. Selain disebabkan polutan alami, polusi udara juga dapat disebabkan oleh aktivitas manusia (Fardiaz, 1992).

Lebih dalam Fardiaz (1992) menjelaskan bahwa polutan udara primer adalah jumlah polutan yang mencakup 90% dari jumlah polutan udara seluruhnya. Polutan ini dibedakan menjadi lima kelompok, yaitu karbon monoksida (CO), nitrogen oksida (NOx), hidrokarbon (HC), sulfur oksida (SOx), dan partikel. Selain

itu juga terdapat polutan sekunder, yaitu polutan primer yang bereaksi di atmosfir membentuk polutan baru, seperti ozon (O3), PAN (Peroxyacetic nitrat), hujan

asam, dan sebagainya.

Menambahkan, Darmono (2001), bahwa terdapat banyak bahan pencemar udara terdapat dalam lapisan atmosfer, tetapi ada 9 jenis bahan pencemar udara yang dianggap penting, yaitu sebagai berikut:

1. Oksida karbon: karbon monoksida (CO) dan karbon dioksida (CO2).

2. Oksida belerang: sulfur oksida (SO2) dan sulfur trioksida (SO3).

3. Oksida nitrogen: nitrit oksida (NO), nitrogen dioksida (NO2), dan dinitrogen

oksida (N2O).

4. Komponen organic volatile: metan (CH4), benzen (C6H6), klorofluorokarbon

(CFC), dan kelompok bromine.

5. Suspensi partikel: debu tanah, karbon, asbes, logam berat, nitrat, sulfat, titik cairan, seperti asam sulfat, minyak, benefil poliklorin, dioksin, dan pestisida. 6. Oksida fotokimiawi: ozon, peroksiasil nitrat, hidrogen peroksida, hidroksida. 7. Substansi radioaktif: radon-222, iodine-131, strontium-90.

8. Panas: dari proses perubahan bentuk, saperti saat pembakaran minyak menjadi gas pada kendaraan, pabrik, dan lain-lain

9. Suara: dihasilkan dari kendaraan bermotor, pesawat terbang, kereta api, mesin industri, sirine, dan sebagainya.

Polutan yang utama adalah karbon monoksida yang mencapai hampir setengah dari seluruh polutan udara yang ada. Toksisitas kelima polutan tersebut berbeda-beda. Pada Tabel 1 menyajikan toksisitas relatif masing-masing polutan. Ternyata polutan yang paling berbahaya bagi kesehatan adalah partikel-partikel, diikuti berturut-turut NOx, SOx, hidrokarbon, dan yang paling rendah adalah

karbon monoksida.

Tabel 1. Toksinitas relatif polutan

Polutan Level toleransi

ppm ug/m3 Toksisitas relatif CO HC SOx NOx Partikel 32.0 40 000 19 300 0.50 1 430 0.25 514 375 1.00 2.07 28.00 77.80 106.70 *Sumber: Fardiaz (1992)

1. Karbon Monoksida (CO)

Sifat fisika dan kimia. Karbon dan Oksigen dapat bergabung membentuk senyawa karbon monoksida (CO) sebagai hasil pembakaran yang tidak sempurna dan karbon dioksida (CO2) sebagai hasil pembakaran sempurna. CO merupakan senyawa yang tidak berbau, tidak berasa, dan pada suhu udara normal berbentuk gas yang tidak berwarna. Tidak seperti senyawa CO mempunyai potensi bersifat racun yang berbahaya karena mampu membentuk ikatan yang kuat dengan pigmen darah yaitu hemoglobin.

Sumber dan distribusi. CO di lingkungan dapat terbentuk secara alamiah, tetapi sumber utamanya adalah dari kegiatan manusia. CO yang berasal dari alam, termasuk dari lautan, oksidasi metal di atmosfir, pegunungan, kebakaran hutan dan badai listrik alam. Sumber CO buatan antara lain kendaraan bermotor, terutama yang menggunakan bahan bakar bensin. Separuh dari jumlah CO buatan yang dihasilkan, berasal dari kendaraan bermotor yang menggunakan bakan bakar bensin dan sepertiganya berasal dari sumber tidak bergerak seperti pembakaran batubara dan minyak dari industri dan pembakaran sampah domestik.

Reaksi kimia: 2 C + O2 2 CO

2 CO + O2 2 CO2

CO2 + C 2 CO

Kadar CO diperkotaan cukup bervariasi tergantung dari kepadatan kendaraan bermotor yang menggunakan bahan bakar bensin dan umumnya ditemukan kadar maksimum CO yang bersamaan dengan jam-jam sibuk pada pagi dan malam hari. Semakin tinggi tingkat kendaraan bermotor, maka semakin tinggi tingkat polusi CO di udara. Selain itu, konsentrasi CO pada tempat tertentu juga dipengaruhi oleh kecepatan emisi (pelepasan) CO di udara dan kecepatan dispersi dan pembersihan CO dari udara. Pada daerah perkotaan kecepatan pembersihan udara sangat lambat. Oleh karena itu, kecepatan dispersi dan pembersihan CO sangat menentukan konsentrasi CO di udara. Kecepatan dispersi dipengaruhi langsung oleh faktor meteorologi, seperti kecepatan dan arah angin. Selain cuaca, variasi dari kadar CO juga dipengaruhi oleh topografi jalan dan bangunan disekitarnya.

Dampak terhadap kesehatan. Pengaruh CO terhadap tanaman terhadap tanaman tidak memiliki pengaruh secara nyata. Sedangkan CO pada konsentrasi tinggi dapat mengakibatkan kematian pada manusia. Dalam konsentrasi rendah, CO juga dapat mengganggu kesehatan. CO mampu untuk mengganggu transpor oksigen ke seluruh tubuh.

2. Partikel

Sifat fisika dan kimia. Partikulat debu melayang (Suspended Particulate Matter/SPM) merupakan campuran yang sangat rumit dari berbagai senyawa organik dan anorganik yang terbesar di udara dengan diameter yang sangat kecil, mulai dari < 1 mikron sampai dengan maksimal 500 mikron. Partikulat debu tersebut akan berada di udara dalam waktu yang relatif lama dalam keadaan melayang-layang di udara.

Banyak istilah yang digunakan untuk menyatakan partikulat debu di udara. Beberapa istilah digunakan mengacu dari pengambilan sampel di udara, seperti: Suspended Particulate Matter (SPM), Total Suspended Particulate

(TSP), balack smake. Istilah lainnya lagi lebih mengacu pada tempat di saluran pernafasan dimana partikulat debu dapat mengedap, seperti inhalable/

thoracic particulate yang mengedap di saluran pernafasan bagian bawah pangkal tenggorokan. Istilah lainnya yang juga digunakan adalah PM10 (partikulat debu dengan ukuran diameter aerodinamik <10 mikron), yang mengacu pada unsur fisiologi maupun dari pengambilan sampel di udara.

Sumber dan distribusi. Secara alamiah partikulat debu dapat dihasilkan dari debu tanah kering yang terbawa oleh angin atau berasal dari muntahan letusan vulkano gunung berapi. Kepadatan kendaraan bermotor dapat menambah asap hitam pada total emisi partikulat debu. Pembakaran sampah dan sampah komersial merupakan sumber SPM yang cukup penting. Berbagai proses industri seperti proses penggilingan dan penyemprotan, dapat menyebabkan abu berterbangan di udara, seperti yang juga dihasilkan oleh emisi kendaraan bermotor.

Menurut Dahlan (1989) dalam Dahlan (2004), debu yang terdapat pada daun dibedakan menjadi debu terjerap dan debu terserap. Partikel yang terjerap adalah partikel yang menempel di permukaan daun secara sementara. Jika ada angin ataupun hujan, partikel ini akan terlepas dari daun, sedangkan partikel terserap tetap berada di jaringan daun.

Dampak terhadap kesehatan. Pengaruh partikel terhadap tanaman, secara tidak langsung akan mengganggu pertumbuhan tanaman. Hal ini diakibatkan adanya partikel yang menempel pada daun membentuk kerak sehingga mengganggu fotosintesi, menghambat sinar matahari, dan mencegah pertukaran CO2. Terhadap manusia, partikel <10 mikron dapat mengganggu

sistem pernapasan yang membuat fungsi paru-paru, hidung, serta tenggorakan menjadi kurang baik. Sedangkan pengaruh terhadap bahan lain, polutan ini dapat menimbulakan korosif serta membuat kotor alat-alat rumah tangga 3. Nitrogen Oksida (NOx)

Sifat fisika dan kimia. Oksida Nitrogen (NOx) adalah kelompok gas nitrogen yang terdapat di atmosfir yang terdiri dari nitrogen monoksida (NO) dan nitrogen dioksida (NO2). Walaupun ada bentuk oksida nitrogen lainnya,

tetapi kedua gas tersebut yang paling banyak diketahui sebagai bahan pencemar udara. NO merupakan gas yang tidak berwarna dan tidak berbau sebaliknya NO2 berwarna coklat kemerahan dan berbau tajam. NO terdapat

diudara dalam jumlah lebih besar daripada NO2. Pembentukan NO dan NO2

merupakan reaksi antara nitrogen dan oksigen di udara sehingga membentuk NO, yang bereaksi lebih lanjut dengan lebih banyak oksigen membentuk NO2.

Sumber dan distribusi. Dari seluruh jumlah NOx yang dibebaskan ke udara, jumlah yang terbanyak adalah dalam bentuk NO yang diproduksi oleh aktivitas bakteri. Akan tetapi pencemaran NO dari sumber alami ini tidak merupakan masalah karena tersebar secara merata sehingga jumlah nya menjadi kecil. Yang menjadi masalah adalah pencemaran NO yang diproduksi oleh kegiatan manusia karena jumlahnya akan meningkat pada tempat-tempat tertentu. Kadar NOx di udara perkotaan biasanya 10–100 kali lebih tinggi dari pada udara di pedesaan. Kadar NOx di udara daerah perkotaan dapat mencapai 0,5 ppm (500 ppb).

Reaksi kimia: NO2 + O2 2 NO

2 NO2 + O2 2 NO2

Emisi NOx dipengaruhi oleh kepadatan penduduk karena sumber utama NOx yang diproduksi manusia adalah dari pembakaran dan kebanyakan pembakaran disebabkan oleh kendaraan bermotor, produksi energy, dan pembuangan sampah. Sebagian besar emisi NOx buatan manusia berasal dari pembakaran arang, minyak, gas, dan bensin.

Dampak terhadap kesehatan. Polutan NOx diketahui bersifat sangat

merusak tanaman. Stoker dan Seager (1972) dalam Fardiaz (1992) membuktikan bahwa pada konsentrasi 1,0 ppm akan menunjukkan binti-bintik pada daun. Sedangkan untuk konsentrasi yang lebih tinggi (3,5 ppm atau lebih) menyebabkan nekrosis atau kerusakan tenunan daun. Pada manusia, NO dan NO2 memiliki pengaruh yang sangat berbahaya. NO2 menujukkan empat

kali lebih beracun daripada NO, terutama terhadap paru. 4. Sulfur Oksida (SOx)

Sifat fisika dan kimia. Pencemaran oleh sulfur oksida terutama disebabkan oleh dua komponen sulfur bentuk gas yang tidak berwarna, yaitu sulfur dioksida (SO2) dan Sulfur trioksida (SO3), dan keduanya disebut sulfur

oksida (SOx). SO2 mempunyai karakteristik bau yang tajam dan tidak mudah

Sumber dan distribusi. Sepertiga dari jumlah sulfur yang terdapat di atmosfir merupakan hasil kegiatan manusia dan kebanyakan dalam bentuk SO2. Dua pertiga bagian lagi berasal dari sumber-sumber alam, seperti

vulkano dan terdapat dalam bentuk H2S dan oksida. Pada transportasi hanya

menghasilkan sedikit SOx, sehingga tidak terlalu menjadi masalah utama.

Masalah yang ditimbulkan oleh bahan pencemar yang dibuat oleh manusia

Dokumen terkait