• Tidak ada hasil yang ditemukan

MELALUI IRADIASI SINAR GAMMA SECARA IN VITRO UNTUK MEMPEROLEH KLON KRISAN BARU

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

EKA NOVITA SARI. Induksi Keragaman Somaklonal Beberapa Kultivar Krisan (Dendrathema grandiflora Tzvelev.) melalui Radiasi Sinar Gamma secara In Vitro untuk Memperoleh Klon Krisan Baru. Dibimbing oleh (NURHAYATI ANSORI MATTJIK).

Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari pengaruh dari iradiasi sinar gamma terhadap variasi genetik tanaman krisan dalam kultur in vitro, untuk mengetahui dosis sinar gamma yang optimum untuk menginduksi variasi somaklonal pada empat varietas krisan, untuk membandingkan ketahanan tanaman terhadap sinar gamma di antara empat kultivar krisan, dan untuk mengetahui interaksi antara kedua faktor, yaitu faktor kultivar dan dosis sinar gamma.

Penelitian ini dilaksanakan dari bulan April-Agustus 2009 di Laboratorium Bioteknologi Departemen Agronomi dan Hortikultura IPB. Percobaan menggunakan rancangan faktorial acak kelompok dengan dua faktor. Faktor pertama yaitu kultivar krisan yang terdiri atas Puspita Nusantara, Puspita Asri, Cut Nyak Dien, dan Dewi Ratih. Faktor kedua adalah dosis sinar gamma, yaitu 0, 0.5, 1, 1.5, dan 2 krad yang diulang sebanyak 5 kali. Pertumbuhan terbaik terdapat pada krisan kultivar Puspita Nusantara pada dosis 0 krad. Dosis 0.5 krad atau lebih dapat menginduksi keragaman somaklonal kultivar Puspita Nusantara, Puspita Asri, Cut Nyak Dien, dan Dewi Ratih. Dosis sinar gamma secara nyata menghambat pertumbuhan jumlah daun, namun tidak berpengaruh nyata terhadap jumlah tunas dan tinggi tanaman. Nilai LD50 masing-masing kultivar melebihi

dosis yang diberikan dalam percobaan, yaitu kultivar Puspita Nusantara 5.93 krad, Puspita Asri 6.61 krad, Cut Nyak Dien 6.81 krad, dan Dewi Ratih 12.77 krad.

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Perkembangan bisnis tanaman hias telah berkembang dengan pesat dalam beberapa dekade terakhir ini yang disebabkan oleh meningkatnya daya beli dan kesejahteraan masyarakat sehingga preferensi untuk memenuhi kebutuhan kepuasan akan keindahan dengan tanaman hias lebih tinggi. Salah satu tanaman hias yang cukup populer di Indonesia bahkan pasar internasional adalah krisan (Dendrathema grandiflora Tzvelev).

Krisan telah dikenal lama sebagai tanaman hias di dataran tinggi dan industri komersialnya mulai menggeliat pada awal 1990 (Wuryaningsih, 2008). Data statistik produktivitas tanaman krisan dalam 5 tahun terakhir menunjukkan angka yang terus meningkat, pada tahun 2005 produksinya mencapai 47,465,794 tangkai, tahun 2006 berjumlah 63,716,256 tangkai, pada tahun 2007 sebanyak 66,979,260 tangkai, pada tahun 2008 berjumlah 99,158,942 tangkai, pada tahun 2009 sebanyak 107,847,072 tangkai, pada tahun 2010 mencapai 120,485,784 tangkai, dan akan terus meningkat setiap tahunnya (BPS, 2011). Pasar-pasar potensial tanaman krisan antara lain Jerman, Inggris, Swiss, Italia, Austria, Amerika Serikat, Swedia, dan masih banyak negara lainnya. Peningkatan produksi krisan ini mencerminkan peningkatan konsumsi krisan sehingga metode-metode untuk mengembangkan krisan harus pula ditingkatkan. Berdasarkan analisis perkembangan tanaman hias tahun 2001, 2002 dan tahun 2003 tanaman hias krisan mempunyai nilai rata–rata skor terbesar yaitu 16,66 untuk luas panen, produksi, produktivitas dan potensi ekspor, selanjutnya diikuti oleh anggrek 16,33, mawar 15,33 dan sedap malam 14,00 (Wuryaningsih, 2008).

Lebih dari 700 kultivar tanaman krisan tersedia di dunia, dan yang menjadi mata dagangan ada sekitar 250 kultivar (Horst, 1990) dan Wuryaningsih (2008) menambahkan bahwa dari sekitar itu, di Indonesia kultivar yang komersial kurang dari 20. Selama ini kultivar-kultivar yang telah komersil di Indonesia merupakan kultivar yang berasal dari luar negeri, sehingga pengembangan kultivar dari dalam negeri sendiri perlu ditingkatkan sehingga dapat dihasilkan kultivar-kultivar yang dapat beradaptasi baik dengan lingkungan tumbuh di Indonesia. Penelitian-

penelitian tentang pemuliaan tanaman perlu ditingkatkan guna menghasilkan kultivar-kultivar komersil baru sehingga konsumen tidak jenuh dengan model krisan yang sedikit jumlahnya. Pemuliaan secara konvensional memiliki kendala pada waktu, yaitu membutuhkan waktu yang lama, sehingga salah satu metode pemuliaan yang dapat ditempuh adalah dengan jalan mutasi. Terdapat tiga macam mutagen, yaitu mutage biologi, mutagen fisik, dan mutagen kimia, namun di antara beberapa macam mutagen tersebut mutage fisik lah yang paling menguntungkan karena mudah diaplikasikan dengan penetrasi serta frekuensi mutasinya tinggi (Broertjes dan Van Harten, 1988). Salah satu jenis mutagen fisik yang banyak digunakan adalah sinar gamma.

Teknologi mutasi dapat memperluas keragaman genetik suatu tanaman dan mutan baru akan didapatkan dalam waktu yang singkat, selain itu teknologi ini dapat mengubah susunan makhluk hidup sampai ke tingkat kromosom.

Van Harten (2002) mengungkapkan bahwa dengan perlakuan mutasi 55% terjadi perubahan warna bunga, 15% perubahan morfologi bunga pada hampir 20 tanaman. Menurut Evans dan Sharp (1986), salah satu aspek pemanfaatan teknik

in vitro adalah untuk meningkatkan keragaman genetik tanaman melalui pembentukan keragaman somaklonal. Keragaman somaklonal terjadi karena mutasi genetik, perubahan epigenetik, atau kombinasi kedua proses tersebut (Larkin dan Scowcroft, 1981).

Pada tanaman Vitis venifera, pemberian sinar gamma dengan dosis 5

sampai 100 Gy dapat meningkatkan kalus embriogenik sebanyak 7.6% (Valeria et

al, 1997). Mutasi pada tanaman mawar ditandai dengan perubahan tipe bunga,

warna, ukuran, jumlah petal serta perubahan bentuk dan warna daun (Ibrahim, 1998). Perubahan warna bunga juga terjadi pada mutan gloxinia (Lertphanichkul

et al., 2003), sedangkan pada gladiol, iradiasi berpengaruh nyata terhadap

pertumbuhan akar dan tunas serta keragaman warna bunga (Cantor et al., 2002)

Iradiasi tanaman krisan dilakukan dalam penelitian ini untuk menginduksi keragaman somaklonal dari empat kultivar krisan. Sumber iradiasi yang akan digunakan adalah sinar gamma. Dosis sinar gamma yang diberikan diharapkan akan memberikan efek yang berbeda pada tanaman krisan sehingga dapat

ditentukan dosis yang optimal untuk menginduksi keragaman tanaman krisan pada beberapa kultivar yang akan diteliti.

Dalam penelitian ini juga akan menggunakan teknik analisis kromosom. Analisis ini digunakan untuk mendeteksi terjadinya mutasi pada tingkat kromosom.

Tujuan

1. Untuk mengetahui dosis sinar gamma yang optimum untuk menghasilkan

keragaman somaklonal pada empat kultivar krisan.

2. Untuk membandingkan kultivar yang paling tahan terhadap iradiasi sinar

gamma.

3. Untuk mengetahui interaksi antara kultivar dan dosis sinar gamma yang

diberikan.

4. Untuk mengetahui nilai LD50 masing-masing kultivar.

Hipotesis

1. Akan diperoleh dosis sinar gamma yang baik dan tepat untuk

menghasilkan keragaman somaklonal pada empat kultivar krisan.

2. Diketahui ada kultivar yang menghasilkan keragaman somaklonal.

Dokumen terkait