• Tidak ada hasil yang ditemukan

HALIMAH RIYANTI. Pengaruh Volume Irigasi pada Berbagai Fase

Tumbuh pada Pertumbuhan Melon (Cucumis melo L.) dengan Sistem

Hidroponik (Dibimbing oleh EKO SULISTYONO).

Penelitian ini dilaksanakan untuk mengetahui pengaruh volume irigasi pada berbagai fase tumbuh pada pertumbuhan melon (Cucumis melo L.) yang dibudidayakan secara hidroponik. Penelitian ini dilaksanakan di rumah kaca

University Farm IPB, unit lapangan Cikabayan Dramaga Bogor mulai bulan

Februari hingga Juni 2011.

Penelitian ini dilaksanakan dengan Rancangan Kelompok Lengkap Teracak (RKLT) dengan satu faktor yaitu volume irigasi. Perlakuan pada penelitian ini adalah volume irigasi yaitu 0.5 x Eo (evaporasi permukaan air bebas), 1 x Eo, 1.5 x Eo dan 2 x Eo masing-masing diberikan pada seluruh fase tumbuh, yaitu seluruh fase tumbuh (dari tanam hingga panen), fase tanam hingga berbunga dan fase berbunga hingga panen. Jumlah perlakuan ada 12 taraf perlakuan, antara lain :

(0.5T) Volume irigasi 0.5 x Eo diberikan pada tanam-panen (0.5T1) Volume irigasi 0.5 x Eo diberikan pada tanam-bunga (0.5T2) Volume irigasi 0.5 x Eo diberikan pada bunga-panen (1T) Volume irigasi 1 x Eo diberikan pada tanam-panen (1T1) Volume irigasi 1 x Eo diberikan pada tanam-bunga (1T2) Volume irigasi 1 x Eo diberikan pada bunga-panen (1.5T) Volume irigasi 1.5 x Eo diberikan pada tanam-panen (1.5T1) Volume irigasi 1.5 x Eo diberikan pada tanam-bunga (1.5T2) Volume irigasi 1.5 x Eo diberikan pada bunga-panen (2T) Volume irigasi 2 x Eo diberikan pada tanam-panen (2T1) Volume irigasi 2 x Eo diberikan pada tanam-bunga (2T2) Volume irigasi 2 x Eo diberikan pada bunga-panen

Masing-masing taraf perlakuan diulang sebanyak 3 kali sehingga terdapat 36 satuan percobaan.

Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah benih melon varietas Alien yang diperoleh dari toko pertanian yang ada di Bogor dan pasir yang digunakan sebagai media tanaman melon, pemupukan menggunakan pupuk hidroponik dengan komposisi 32-10-10 yang digunakan pada fase tanam hingga berbunga dan komposisi 10-55-10 yang digunakan pada fase berbunga hingga panen. Pestisida yang digunakan antara lain decis dan fungisida yang diaplikasikan seminggu sekali dengan cara disemprot pada tanaman mulai dari tanaman berumur 3 MST.

Beradasarkan hasil penelitian bahwa secara umum perlakuan irigasi memberikan hasil yang berpengaruh nyata terhadap semua parameter pengamatan vegetatif, generatif maupun pada bobot kering tanaman. Pada pengamatan vegetatif maupun generatif perlakuan irigasi 1.5xEo (evaporasi permukaan air bebas) dan 2xEo memberikan pengaruh pertumbuhan tertinggi. Pada pangamatan fase vegetatif, perlakuan volume irigasi berpengaruh nyata terhadap tinggi tanaman saat 3 MST dan 4 MST, jumlah daun saat 3, 4, dan 5 MST, serta jumlah cabang saat 3, 4, 5, 6, 7, dan 8 MST namun tidak berbeda nyata terhadap tinggi tanaman 5 MST hingga 9 MST, jumlah daun saat 6 MST hingga 9 MST dan jumlah cabang saat 9 MST. Sedangkan pada fase generatif perlakuan irigasi berpengaruh sangat nyata terhadap umur berbunga tanaman, jumlah bunga jantan dan betina saat 7 MST dan 8 MST, bunga hermaprodit 8 MST, bobot buah, diameter vertikal dan horizontal buah tetapi tidak berbeda nyata pada jumlah bunga hermaprodit saat 7 MST. Produksi bobot buah terbesar dihasilkan oleh perlakuan irigasi 1.5 x Eo T2.

Latar Belakang

Kebutuhan terhadap tanaman hortikultura khususnya buah-buahan meningkat seiring dengan peningkatan kesadaran masyarakat akan gizi. Salah satu komoditas buah-buahan yang menjadi prioritas dan perlu mendapat perhatian adalah melon (Cucumis melo L.) Tanaman melon termasuk salah satu jenis tanaman buah-buahan semusim yang mempunyai arti penting bagi perkembangan sosial ekonomi khususnya dalam meningkatkan pendapatan petani, perbaikan gizi masyarakat dan perluasan kesempatan kerja. Melon kini berkembang sebagai komoditas agribisnis dan memiliki nilai ekonomi serta prospek yang cukup besar dalam pemasarannya.

Menurut Fiar (2010) buah melon mengandung antikoagulan yang disebut dengan adenosine sehingga mampu menghentikan penggumpalan sel darah yang dapat memicu timbulnya penyakit stroke atau jantung serta kandungan karotenoid yang tinggi pada buah melon dapat mencegah kanker dan menurunkan resiko serangan kanker paru-paru. Kandungan nutrisi buah melon adalah 34 mg vitamin C, 15.00 mg kalsium, 25.00 mg fosfor, dan 0.5 mg zat besi.

Pencapaian kualitas buah yang baik dapat dilakukan dengan mengoptimalkan lingkungan tumbuh, seperti penggunaan sistem hidroponik. Menurut Jones (1930) sistem hidroponik merupakan teknologi budidaya tanaman tanpa tanah dengan pemberian larutan hara yang dibutuhkan tanaman. Pemupukan dan irigasi dapat diaplikasikan secara bersamaan (Susila, 2006). Sistem hidroponik tersebut dapat mengontrol kebutuhan hara tanaman sehingga kualitas buah yang dihasilkan optimal. Tanah yang merupakan media dalam budidaya konvensional, semakin lama unsur haranya semakin berkurang dan tanamanpun akan kekurangan nutrisi, sehingga dibutuhkan suatu teknologi baru yang dapat mengatur pemberian nutrisi dengan mudah agar kebutuhan nutrisi tanaman tercukupi. Teknologi hidroponik solusinya, yaitu dengan pemberian nutrisi yang langsung ke bagian akarnya.

Budidaya melon di rumah kaca memerlukan pemeliharaan khusus, salah satunya volume irigasi yang berkaitan dengan kebutuhan air dan hara pada tanaman serta fase tumbuh pada tanaman melon juga mempengaruhi kualitas buah melon. Kebutuhan air irigasi merupakan salah satu tahap penting yang diperlukan dalam perencanaan dan pengelolaan sistem irigasi. Sulistyono (2007) menyatakan bahwa kebutuhan air tanaman didefinisikan sebagai volume air yang diperlukan untuk mencukupi kebutuhan air tanaman selain yang berasal dari curah hujan. Air mutlak dibutuhkan oleh setiap makhluk hidup untuk pertumbuhan.

Tujuan

Penelitian ini betujuan untuk mengetahui berapa kebutuhan air untuk tanaman melon dan perbedaan volume air pada berbagai fase tumbuh mempengaruhi pertumbuhan dan produksi melon.

Hipotesis

Terdapat pengaruh perbedaan volume air pada berbagai fase tumbuh untuk pertumbuhan dan produksi melon.

Botani dan Diskripsi Tanaman Melon

Melon (Cucumis melo L.) merupakan salah satu anggota famili Cucurbitaceae genus Cucumis. Melon berasal dari Afrika Timur dan Afrika Timur-Laut. Melon merupakan tanaman semusim (annual), tumbuh menjalar di tanah atau dapat dirambatkan pada turus bambu yang mirip dengan tanaman mentimun (Cucumis sativus L.) (Rubatzky, 1999). Melon mulai dikembangkan di Indonesia pada tahun 1980-an di daerah Cisarua (Bogor) dan Kalianda (Lampung) oleh PT Jaka Utama Lampung.

Famili Cucurbitaceae umumnya memiliki bunga monoecious, dengan bunga jantan dan bunga betina atau hermaprodit berada dalam satu tanaman (Richards, 1997). Melon termasuk dalam buah pepo, yaitu pada biji terdapat lapisan tipis yang menyelimuti (lendir). Lendir tersebut terasa manis, kenyal, dan tidak banyak mengandung air. Buah melon menghasilkan banyak biji dalam jumlah banyak (300-500 biji), berwarna puti atau kusam, berbentuk elips dan licin.

Tanaman melon terdiri dari dua daun lembaga sehingga dimasukkan dalam kelas tumbuhan berbiji belah (dikotil) dan tergolong dalam genera Cucumis. Secara lengkap dilihat dari segi taksonomi tumbuhan, tanaman melon diklasifikasikan mulai dari kingdomnya adalah Plantarum, divisi Spermatophyta, sub-divisi Angiospermae, kelas Dikotil, sub-kelas Sympetalae, ordo Cucurbitales, famili Cucurbitaceae, genus Cucumis, dan spesies Cucumis melo L (Resh, 2004).

Teknik Budidaya Melon

Pemilihan Benih dan Pembibitan

Tanaman melon yang sehat dan berproduksi optimal berasal dari bibit yang sehat, kuat dan terawat baik pada awalnya. Bibit yang jelek tidak akan mungkin menghasilkan tanaman melon yang mampu berproduksi bagus di lapangan. Oleh karena itu, pembibitan merupakan kunci awal keberhasilan dalam budidaya melon. Hal ini tak lepas pula dari peran pemilihan benih yang

berkualitas yang akan menentukan pertumbuhan selanjutnya pada tanaman melon. Benih yang akan digunakan pada penelitian ini adalah benih melon varietas Alien. Benih ditanam pada kedalaman 2-3 cm pada media pasir, kecambah tanaman melon akan mucul pada 4–8 hari setelah penanaman. Daun sejati tumbuh setelah 5–6 hari setelah membukanya kotiledon, lalu diikuti oleh pertumbuhan sekitar 2–4 tunas-tunas aksilar pada batang primer.

Transplanting dan Pemeliharaan

Tanaman melon perlu disemaikan terlebih dahulu agar pertumbuhannya lebih dapat dikontrol dan seragam. Persemaian dan pembibitan umumnya menjadi satu (tidak dilakukan dalam tempat yang berbeda) (Prihmantoro dan Indriani, 2002). Umur pembibitan yang siap untuk dipindahkan adalah sekitar 10-14 hari, saat telah keluar sekitar 3 daun pada tanaman. Melon (Cucumis melo L.) merupakan jenis tanaman hortikultura yang memiliki nilai ekonomi yang cukup tinggi dan dapat dijadikan sebagai salah satu sumber devisa dari sektor non-migas. Produksi dan pertumbuhan tanaman melon tetap baik ditanam pada musim hujan maupun musim kemarau. Namun yang paling baik ditanam pada musim kemarau karena rasa buahnya lebuh manis (Cahyono, 1996).

Langkah strategis yang menentukan pertumbuhan dan produktivitas tanaman melon adalah pemeliharaan tanaman. Faktor lingkungan sangat besar peranannya dalam masa pertumbuhan dan perkembangan tanaman melon di lapangan. Pemeliharaan tanaman melon dimulai dari penyulaman, pemangkasan tunas, pengikatan batang, pengikatan tangkai buah, pemupukan tambahan, pengairan, penyiangan serta pengendalian hama dan penyakit (Warni dan Purbiati, 2010). Dalam pertumbuhan dan perkembangan tanaman melon membutuhkan para-para atau ajir untuk menopang berat tanaman dan buah serta sebagai arah rambatan tanaman. Dalam rumah kaca dapat digunakan tali rambat sebagai ganti ajir.

Panen

Pemanenan dilakukan secara bertahap dengan mengutamakan buah yang benar-benar telah siap dipanen. Kriteria buah yang siap untuk dipanen adalah bila

telah terjadi retakan dan garis pemisah antara tangkai buah dan buahnya tampak jelas, warna kulit kekuningan, dan beraroma harum. Pemanenan dilakukan pada pagi atau sore hari karena pada saat itu kondisi buah masih segar dan kandungan airnya banyak. Panen dan penanganan pasca panen yang salah akan menurunkan kualitas buah (Prihmantoro dan Indriani, 2002).

Sistem Hidroponik

Hidroponik merupakan budidaya tanaman tumbuh tanpa tanah, telah dikembangkan dari hasil percobaan yang dilakukan untuk menentukan zat apa yang membuat tanaman tumbuh dan komposisi tanaman (Resh, 2004). Teknologi hidroponik ini masih termasuk baru, diperkirakan mulai dikenal di Indonesia pada akhir tahun 80-an. Namun teknologi hidroponik ini mulai mendapat perhatian di Indonesia dalam lima tahun terakhir, khususnya untuk menghasilkan produk hortikultura dan flortikultura. Di negara-negara subtropik teknologi hidroponik sudah dikenal dan diterapkan cukup lama sehingga sudah sampai pada tahap yang sangat maju terutama dalam hal penciptaan lingkungan tumbuh yang optimal bagi pertumbuhan tanaman (Chadirin, 2007).

Menurut Wijayani dan Widodo (2005), buah yang ditanam dalam

greenhouse memiliki kualitas yang lebih baik dibandingkan dengan penanaman di

lahan terbuka. Penggunaan greenhouse bertujuan untuk menciptakan lingkungan yang terkendali agar pertumbuhan tanaman optimal, seperti melindungi tanaman dari angin dan hujan, menjaga tanaman dari serangan hama dan penyakit serta menjaga suhu dan kelembapan lingkungan.

Sistem hidroponik melon pada dasarnya hampir sama dengan sistem hidroponik sayuran. Penggunaan larutan nutrisi pada media tumbuh merupakan faktor utama dalam budidaya melon secara hidroponik. Hara makro yang diperlukan dalam media hidroponik adalah N, P, K dan Ca. sedangkan hara mikro yaitu Fe dan Mn. Pada budidaya secara hidroponik, nilai pH pada media tanam perlu dijaga dalam kisaran 6.2-6.8 untuk menjamin ketersediaan hara (Susila, 2006).

Volume Irigasi dan Fase Tumbuh

Pengelolaan air membutuhkan penanganan yang serius berkenaan dengan memaksimalkan penggunaan air permukaan. Pengaturan penggunaan air yang efisien sangat diperlukan untuk memaksimalkan areal tanam. Pengaturan kebutuhan air (volume irigasi) ini dapat dilakukan dengan pengaturan jadwal tanam terhadap petak irigasi. Irigasi adalah faktor yang sangat menentukan dalam kegiatan pertanian. Pada mulanya kegiatan irigasi hanya sebatas mengairi lahan dengan air saja tanpa memperdulikan berapa air yang sebenarnya dibutuhkan oleh lahan dan tanaman. Pertumbuhan tanaman akan dipengaruhi oleh tingkat ketersediaan air dalam tanah. Tanaman dapat tumbuh dengan baik dalam kapasitas lapang, tetapi saat kadar air berada pada titik layu permanen pertumbuhan tanaman menjadi tertanggu. Tingkat respon tanaman terhadap air dipengaruhi oleh jenis tanaman dan sistem perakaran saat terjadi kekurangan air pada periode pertumbuhan (Supriyadi, 2006).

Hubungan air dengan pertumbuhan tanaman untuk melihat diperlukannya suatu pemahaman tentang respon tanaman terhadap air. Menurut Kramer (1996) air pada tanaman akan berfungsi sebagai : (1) penyusun utama jaringan tanaman, (2) pelarut garam, gula dan senyawa lainnya sehingga larutan tersebut dapat bergerak dari satu sel ke sel lainnya, (3) pengatur suhu, (4) mempertahankan turgor tanaman, (5) pereaksi dalam fotosintesis dan dalam hidrolitik.

Kebutuhan air tanaman untuk pertumbuhan merupakan jumlah air yang digunakan oleh tanaman untuk tumbuh normal atau disebut evapotranspirasi. Besarnya kebutuhan air tanaman untuk setiap pertumbuhan ditentukan oleh tingkat pertumbuhan, faktor iklim, dan jenis dari tanaman tersebut. Kebutuhan air tanaman dalam hal ini adalah sebesar evaporasi dari tanaman itu sendiri yang nnantinya akan dijadikan dasar untuk mennentukann jumlah air yang harus diberikan pada waktu penyiraman. Kebutuhan air tanaman pada tanaman melon terbagi dalam lima tahap pertumbuhan yaitu tahap awal (15 hari) yang ditandai dengan mulainya pertumbuhan batang dan daun utama, tahap vegetatif (25 hari) ditandai dengan tumbuhnya bakal cabang atau bakal batang muda, tahap pembungaan (20 hari) ditandai dengan munculnya bunga jantan dan bunga betina, tahap terbentuknya buah (20 hari) ditandai dengan bakal buah yang membesar dan

menjadi buah yang nyata, dan tahap pematangan (10 hari) ditandai dengan adanya perubahan warna buah dan aroma yang harum. Fase tumbuh pada tanaman melon memiliki beberapa tahap, mulai dari tanam hingga panen. Fase tumbuh pada tanaman melon memiliki beberapa tahap, mulai dari tanam hingga panen yaitu seluruh fase tumbuh (tanam hingga panen), fase tanam hingga berbunga dan fase berbnga hingga panen. Fase tumbuh ini juga berkaitan dengan pertumbuhan dan perkembangan tanaman. Sehingga menentukan kualitas dan produksi buah melon (Resh, 2004).

Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Rumah Kaca University Farm Kebun Percobaan Cikabayan IPB Dramaga Bogor pada ketinggian tempat 240 m dpl. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari hingga Juni 2011.

Bahan dan Alat

Bahan-bahan yang digunakan adalah benih melon dengan varietas Alien, media hidroponik berupa pasir, pupuk hidroponik dengan kandungan unsur hara makro dan mikro (Lampiran 1) dimana yang digunakan pada saat fase tanam hingga berbunga yaitu komposisi 32-10-10 dan komposisi 10-55-10 yang digunakan pada saat fase berbunga hingga panen. Pupuk ini diaplikasikan dengan cara disiram pada tanaman. Pestisida yang digunakan antara lain decis dan

fungisida yang diaplikasikan seminggu sekali mulai dari tanaman berumur 3

MST.

Peralatan yang digunakan adalah ember dengan diameter 30 cm dan ember yang digunakan untuk panci evaporasi yang berukuruan tinggi 35 cm dan diameter 30 cm, cangkul, ajir, tray, saringan, tali rambatan, timbangan, gelas ukur 1000 ml dan alat penunjang lainnya.

Metode Penelitian

Penelitian ini merupakan percobaan faktor tunggal yang dilakukan dengan Rancangan Kelompok Lengkap Teracak (RKLT). Perlakuan pada penelitian ini adalah volume irigasi yaitu 0.5 x Eo (evaporasi permukaan air bebas), 1 x Eo, 1.5 x Eo dan 2 x Eo. Eo merupakan evaporasi permukaan air bebas dimana masing-masing diberikan pada seluruh fase tumbuh, yaitu seluruh fase tumbuh (dari tanam hingga panen), fase tanam hingga berbunga dan fase berbunga hingga panen. Jumlah perlakuan ada 12 perlakuan, antara lain :

(0.5T) Volume irigasi 0.5 x Eo diberikan pada tanam-panen (0.5T1)Volume irigasi 0.5 x Eo diberikan pada tanam-bunga

(0.5T2)Volume irigasi 0.5 x Eo diberikan pada bunga-panen (1T) Volume irigasi 1 x Eo diberikan pada tanam-panen (1T1) Volume irigasi 1 x Eo diberikan pada tanam-bunga (1T2) Volume irigasi 1 x Eo diberikan pada bunga-panen (1.5T) Volume irigasi 1.5 x Eo diberikan pada tanam-panen (1.5T1)Volume irigasi 1.5 x Eo diberikan pada tanam-bunga (1.5T2)Volume irigasi 1.5 x Eo diberikan pada bunga-panen (2T) Volume irigasi 2 x Eo diberikan pada tanam-panen (2T1) Volume irigasi 2 x Eo diberikan pada tanam-bunga (2T2) Volume irigasi 2 x Eo diberikan pada bunga-panen

Masing-masing perlakuan diulang sebanyak 3 kali sehingga terdapat 36 satuan percobaan. Denah percobaan dapat dilihat pada (Lampiran 2).

Metode penyiraman volume irigasi sesuai dengan jadwal irigasi penyiraman (Lampiran 3) yang kemudian dilakukan dengan pengamatan evaporasi (Lampiran 4). Pada pertumbuhan tanaman di rumah kaca terjadi evaporasi, yaitu penguapan air yang menyebabkan penurunan air pada panci evaporasi, gambar atau desain panci evaporasi dapat dilihat pada (lampiran 5). Model rancangan yang diguanakan adalah :

Y

ijk

 = 

μ

αi

 +  

KK

εijk

 

Keterangan: Yijk

= Nilai pengamatan pada perlakuan volume irigasi ke-I dan ulangan ke-k μ = Rataan umum

i

α = Pengaruh perlakuan ke-i KK = Kelompok ke-k

ijk

ε = Galat perlakuan

Data yang diperoleh diuji dengan uji F pada taraf 5 %. Jika dalam sidik ragam perlakuan menunjukkan pengaruh nyata, maka dilanjutkan dengan uji beda nilai tengah dengan Tukey pada taraf 5 %.

Pelaksanaan Penelitian Persiapan Media Hidroponik

Umunya media tanam yang digunakan dalam sistem hidroponik adalah media yang bersifat poros, seperti pasir, arang sekam, batu apung, kerikil, dan

rockwool. Media yang digunakan pada penelitian ini adalah pasir. Media ini baik

untuk diterapkan dalam sistem hidroponik karena selain murah juga sangat mudah didapat. Selain itu media ini memiliki tekstur kasar sehingga memudahkan terjadinya sirkulasi udara dan dapat menghindari penyakit tular tanah (soil born

disease). Sebelum pasir digunakan, pasir disaring terlebih dahulu dengan tujuan

agar terpisahkan antara kerikil dan pasir.

Kontrol Lingkungan

Sebelum penelitian dilaksanakan rumah kaca dibersihkan, yaitu dengan cara membersihkan kotoran atau lumut-lumut yang menempel pada atap kaca pada rumah kaca. Prinsip dasar budidaya tanaman secara hidroponik adalah suatu upaya merekayasa alam dengan menciptakan dan mengatur suatu kondisi lingkungan yang ideal bagi perkembangan dan pertumbuhan tanaman. Selain itu juga membuat lingkungan itu pada kondisi yang optimum dan seragam. Kondisi tersebut dimulai dari persiapan media (disaring terlebih dahulu), pengendalian hama dan penyakit sampai pengaturan suhu dan kelembapan dalam greenhouse.

Penanaman

Penanaman dilakukan di dalam greenhouse di kebun Cikabayan IPB dengan menanam benih melon pada ember dengan media pasir. Sistem penanaman dengan cara ditanam langsung tanpa persemaian dengan menanam 5 benih per ember yang kemudian akan diseleksi menjadi satu tanaman terbaik pada saat 2 MST.

Pemberian Larutan Hara

Pemberian larutan hara dilakukan 2 hari sekali bersamaan dengan penyiraman sejak tanaman berumur 3 MST hingga panen, pupuk yang digunakan berupa pupuk cair (Growmore) yang diaplikasikan dengan cara disiram pada tanaman dengan konsentrasi 0.15 %.

Tahap persiapan larutan hara adalah sebagai berikut :

a. Membuat larutan stok dengan konsentrasi 2.5 % dengan cara melarutkan pupuk growmore 100 gram dalam 4 liter air.

b. Mengencerkan larutan stok menjadi konsentrasi 0.15 % berdasarkan rumus pengenceran : C1 x V1 = C2 x V2 dimana C1, V1, C2, V2 masing-masing adalah konsentrasi larutan stok, volume larutan stok, konsentrasi larutan hara, dan volume larutan hara yang diperlukan.

c. Meberikan irigasi bersama larutan hara dengan volume sesuai dengan perlakuan (Lampiran 6) yang dihitung dengan rumus sebagai berikut :

K x Eo. 10-1 x π r2 Keterangan :

K : Koefisien perlakuan (0.5 ; 1 ; 1.5 ; 2) Eo : Evaporasi panci (mm)

r : Jari-jari ember hidroponik (cm)

Pemeliharaan

Pemeliharaan yang dilakukan antara lain pemupukan, pemangkasan, pengendalian gulma, dan pengendalian hama dan penyakit. Pemupukan dilakukan 2 hari sekali bersamaan dengan penyiraman sejak tanaman berumur 3 MST hingga panen, pupuk yang digunakan berupa pupuk hidroponik yang diaplikasikan dengan cara disiram pada tanaman dengan konsentrasi 0.15 %. Pemangakasan untuk tanaman melon sangat penting agar pertumbuhannya terarah dan menghasilkan buah yang berkualitas. Pemangkasan ada dua macam, yaitu pemangkasan untuk memperoleh tanaman berbatang ganda, serta pemangkasan pemeliharaan untuk mendapatkan buah yang berkualitas (pemangkasan tunggal). Namun pada penelitian ini hanya menggunakan pemangkasan tunggal. Pemangkasan cabang apikal dilakukan apabila tanaman telah memilki sekitar

23-25 daun. Pengendalian gulma dilakukan dengan cara manual yaitu dengan mencabut gulma yang ada di ember. Pengendalian hama dan penyakit dilakukan dengan pestisida yang digunakan antara lain decis dan fungisida yang diaplikasikan seminggu sekali mulai dari tanaman berumur 3 MST.

Pemanenan

Panen dilakukan secara bertahap pada tiap buah yang telah memenuhi kriteria panen. Pemanenan dilakukan pagi hari karena pada saat itu kondisi buah masih segar dan kandungan airnya banyak. Buah dipanen dengan menggunakan pisau atau gunting dengan menyisakan sedikit cabang buahnya sekitar 4-5 cm dan membentuk huruf “T” yang bertujuan untuk memperpanjang masa awet buah atau daya simpan buah.

Pengamatan

Pengamatan yang akan dilakukan pada penelitian ini meliputi pengamatan saat pemeliharaan meliputi peubah yang diamati sebagai berikut :

1. Tinggi tanaman (cm) yang diukur dari permukaan tanah sampai tajuk tertinggi selama periode pengamatan berlangsung.

2. Jumlah daun dengan menghitung jumlah daun dari daun yang telah terbentuk muncul pertama kali dari setiap tanaman yang ditanam.

3. Jumlah cabang yaitu dengan menghitung jumlah cabang yang telah terbentuk muncul pertama kali dari setiap tanaman yang ditanam.

4. Umur berbunga (HST) yaitu dengan menghitung umur tanaman saat bunga muncul diamati setiap hari selama periode pengamatan berlangsung.

5. Jumlah bunga dengan menghitung jumlah bunga selama periode pengamatan berlangsung. Bunga yang diamati adalah bunga jantan, betina dan hermaprodit.

6. Jumlah buah dengan menghitung jumlah buah dari setiap tanaman pada saat periode panen.

7. Berat buah yaitu menghitung berat buah melon dengan menggunakan timbangan digital yang ada di laboratorium pasca panen IPB.

8. Diameter buah, meliputi diameter vertikal dan diameter horizontal buah dengan menggunakan jangka sorong digital pada saat periode panen berlangsung.

Kondisi Umum

Penanaman dilakukan pada bulan Februari 2011. Tanaman melon selama penelitian secara umum tumbuh dengan baik dan tidak ada mengalami kematian sampai dengan akhir penelitian (Gambar 1). Suhu rata-rata harian di dalam

greenhouse adalah berkisar antara 45 - 49 ˚C dan kelembapannya 47 - 50%. Suhu

rata-rata dalam rumah kaca relatif tinggi yang menyebabkan daun tanaman mengalami kelayuan pada siang harinya namun kelayuan tersebut tidak bersifat

Dokumen terkait