• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh volume irigasi pada berbagai fase tumbuh pada pertumbuhan melon (cucumis melo l.) Dengan sistem hidroponik

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Pengaruh volume irigasi pada berbagai fase tumbuh pada pertumbuhan melon (cucumis melo l.) Dengan sistem hidroponik"

Copied!
116
0
0

Teks penuh

(1)

DENGAN SISTEM HIDROPONIK

OLEH

HALIMAH RIYANTI

A24070119

DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA

FAKULTAS PERTANIAN

(2)

HALIMAH RIYANTI. Pengaruh Volume Irigasi pada Berbagai Fase

Tumbuh pada Pertumbuhan Melon (Cucumis melo L.) dengan Sistem

Hidroponik (Dibimbing oleh EKO SULISTYONO).

Penelitian ini dilaksanakan untuk mengetahui pengaruh volume irigasi pada berbagai fase tumbuh pada pertumbuhan melon (Cucumis melo L.) yang dibudidayakan secara hidroponik. Penelitian ini dilaksanakan di rumah kaca

University Farm IPB, unit lapangan Cikabayan Dramaga Bogor mulai bulan

Februari hingga Juni 2011.

Penelitian ini dilaksanakan dengan Rancangan Kelompok Lengkap Teracak (RKLT) dengan satu faktor yaitu volume irigasi. Perlakuan pada penelitian ini adalah volume irigasi yaitu 0.5 x Eo (evaporasi permukaan air bebas), 1 x Eo, 1.5 x Eo dan 2 x Eo masing-masing diberikan pada seluruh fase tumbuh, yaitu seluruh fase tumbuh (dari tanam hingga panen), fase tanam hingga berbunga dan fase berbunga hingga panen. Jumlah perlakuan ada 12 taraf perlakuan, antara lain :

(0.5T) Volume irigasi 0.5 x Eo diberikan pada tanam-panen (0.5T1) Volume irigasi 0.5 x Eo diberikan pada tanam-bunga (0.5T2) Volume irigasi 0.5 x Eo diberikan pada bunga-panen (1T) Volume irigasi 1 x Eo diberikan pada tanam-panen (1T1) Volume irigasi 1 x Eo diberikan pada tanam-bunga (1T2) Volume irigasi 1 x Eo diberikan pada bunga-panen (1.5T) Volume irigasi 1.5 x Eo diberikan pada tanam-panen (1.5T1) Volume irigasi 1.5 x Eo diberikan pada tanam-bunga (1.5T2) Volume irigasi 1.5 x Eo diberikan pada bunga-panen (2T) Volume irigasi 2 x Eo diberikan pada tanam-panen (2T1) Volume irigasi 2 x Eo diberikan pada tanam-bunga (2T2) Volume irigasi 2 x Eo diberikan pada bunga-panen

(3)

Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah benih melon varietas Alien yang diperoleh dari toko pertanian yang ada di Bogor dan pasir yang digunakan sebagai media tanaman melon, pemupukan menggunakan pupuk hidroponik dengan komposisi 32-10-10 yang digunakan pada fase tanam hingga berbunga dan komposisi 10-55-10 yang digunakan pada fase berbunga hingga panen. Pestisida yang digunakan antara lain decis dan fungisida yang diaplikasikan seminggu sekali dengan cara disemprot pada tanaman mulai dari tanaman berumur 3 MST.

(4)

DENGAN SISTEM HIDROPONIK

Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian pada Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor

HALIMAH RIYANTI

A24070119

DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA

FAKULTAS PERTANIAN

(5)

Judul : PENGARUH VOLUME IRIGASI PADA

BERBAGAI FASE TUMBUH PADA

PERTUMBUHAN MELON (

Cucumis melo

L.)

DENGAN SISTEM HIDROPONIK

Nama : Halimah

Riyanti

NIM : A24070119

Menyetujui, Pembimbing Skripsi

Dr. Ir.Eko Sulistyono MSi

NIP. 19620225 198703 1 001

Mengetahui,

Ketua Departemen Agronomi dan Hortikultura Fakultas Pertanian IPB

Dr. Ir. Agus Purwito, M.Sc. Agr

NIP. 19611101.198703.1.003

(6)

Penulis dilahirkan di Bengkulu pada tanggal 25 Mei 1989. Penulis merupakan anak kedua dari Bapak Suryanto dan Ibu Suhariyati. Penulis menyelesaikan pendidikan dasar di SD Negeri 1 Manna Bengkulu Selatan pada tahun 2001. Pada tahun yang sama penulis melanjutkan pendidikan ke SMP Negeri 14 Madiun dan lulus pada tahun 2004. Penulis kemudian melanjutkan ke SMA Negeri 3 Madiun dan lulus pada tahun 2007.

(7)

Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT atas rahmat dan hidayah-Nya sehingga skripsi yang berjudul ”Pengaruh Volume Irigasi pada Berbagai Fase Tumbuh pada Pertumbuhan Melon (Cucumis melo L.) dengan Sistem Hidroponik” ini dapat diselesaikan dengan baik. Penulisan Skripsi disusun untuk memenuhi tugas akhir dalam menyelesaikan pendidikan Strata 1 (S1) agronomi hortikultura.

Penulis menyampaikan banyak terima kasih kepada pihak-pihak yang telah membantu dalam pelaksananan penelitian dan penulisan skripsi ini serta dalam kehidupan kampus penulis. Ucapan penghargaan penulis tujukan kepada :

1. Dr. Ir.Eko Sulistyono MSi selaku dosen pembimbing skripsi yang telah memberikan bimbingan dan arahan kepada penulis.

2. Dr. Ir. Ade Wachjar, MS selaku dosen pembimbing akademik.

3. Dr. Ir. Winarso D. Widodo, MS dan Dr. Ir. Sobir, MS selaku dosen penguji yang telah memberikan masukan dan saran kepada penulis.

4. Kedua orang tua, ibu bapak dan mbakku Amalia Riyanti yang telah memberikan dukungan, semangat serta doa tulus yang selalu diberikan kepada penulis. Penulis akan selalu memberikan yang terbaik untuk ibu dan bapak.

5. Mansur Setya Putra, yang telah banyak memberikan dukungan serta bantuannya, terima kasih banyak atas segalanya, sukses selalu.

Semoga skripsi ini bermanfaat bagi pihak yang memerlukan.

Bogor, Juni 2011

(8)

DAFTAR TABEL ... ix 

DAFTAR GAMBAR ... x 

DAFTAR LAMPIRAN ... xi 

PENDAHULUAN ... 1 

Latar Belakang ... 1 

Tujuan ... 2 

Hipotesis ... 2 

TINJAUAN PUSTAKA ... 3 

Botani dan Diskripsi Tanaman Melon ... 3 

Teknik Budidaya Melon ... 3 

Sistem Hidroponik ... 5 

Volume Irigasi dan Fase Tumbuh ... 6 

BAHAN DAN METODE ... 8 

Tempat dan Waktu Penelitian ... 8 

Bahan dan Alat ... 8 

Metode Penelitian ... 8 

Pelaksanaan Penelitian ... 10 

Pengamatan ... 12 

HASIL DAN PEMBAHASAN ... 14 

Kondisi Umum ... 14 

Pertumbuhan Vegetatif ... 15 

Pertumbuhan Generatif ... 23 

Bobot Kering Tanaman ... 28 

KESIMPULAN DAN SARAN ... 31 

Kesimpulan ... 31 

Saran ... 31 

DAFTAR PUSTAKA ... 32 

(9)

Nomor Halaman

1. Rekapitulasi Hasil Analisis Ragam ... 16

2. Pengaruh perlakuan terhadap tinggi tanaman ... 18

3. Pengaruh perlakuan terhadap jumlah daun ... 20

4. Pengaruh perlakuan terhadap jumlah cabang ... 22

5. Pengaruh perlakuan terhadap umur berbunga ... 23

6. Pengaruh perlakuan terhadap jumlah bunga betina, bunga betina dan bunga hermaprodit ... 25

  7. Pengaruh perlakuan terhadap bobot buah, diameter vertikal dan diameter horizontal buah ... 27

(10)

Nomor Halaman

1. Tanaman melon di lapangan ... 14 

2. Tinggi tanaman melon perlakuan 0.5T saat 4 MST ... 16 

3. Cabang pada tanaman yang segera dipangkas ... 21 

4. Bunga tanaman melon ... 24 

5. Bobot buah melon terbaik 1.5 x Eo T2 ... 27 

(11)

No Halaman

1. Kandungan Pupuk Hidroponik ... 36 

2. Denah Percobaan ... 37 

3. Jadwal Irigasi ... 38 

4. Pengamatan Evaporasi ... 39 

5. Pot Hidroponik dan Panci Evaporasi ... 40 

6. Tabel Volume Irigasi ... 41 

(12)

Latar Belakang

Kebutuhan terhadap tanaman hortikultura khususnya buah-buahan meningkat seiring dengan peningkatan kesadaran masyarakat akan gizi. Salah satu komoditas buah-buahan yang menjadi prioritas dan perlu mendapat perhatian adalah melon (Cucumis melo L.) Tanaman melon termasuk salah satu jenis tanaman buah-buahan semusim yang mempunyai arti penting bagi perkembangan sosial ekonomi khususnya dalam meningkatkan pendapatan petani, perbaikan gizi masyarakat dan perluasan kesempatan kerja. Melon kini berkembang sebagai komoditas agribisnis dan memiliki nilai ekonomi serta prospek yang cukup besar dalam pemasarannya.

Menurut Fiar (2010) buah melon mengandung antikoagulan yang disebut dengan adenosine sehingga mampu menghentikan penggumpalan sel darah yang dapat memicu timbulnya penyakit stroke atau jantung serta kandungan karotenoid yang tinggi pada buah melon dapat mencegah kanker dan menurunkan resiko serangan kanker paru-paru. Kandungan nutrisi buah melon adalah 34 mg vitamin C, 15.00 mg kalsium, 25.00 mg fosfor, dan 0.5 mg zat besi.

(13)

Budidaya melon di rumah kaca memerlukan pemeliharaan khusus, salah satunya volume irigasi yang berkaitan dengan kebutuhan air dan hara pada tanaman serta fase tumbuh pada tanaman melon juga mempengaruhi kualitas buah melon. Kebutuhan air irigasi merupakan salah satu tahap penting yang diperlukan dalam perencanaan dan pengelolaan sistem irigasi. Sulistyono (2007) menyatakan bahwa kebutuhan air tanaman didefinisikan sebagai volume air yang diperlukan untuk mencukupi kebutuhan air tanaman selain yang berasal dari curah hujan. Air mutlak dibutuhkan oleh setiap makhluk hidup untuk pertumbuhan.

Tujuan

Penelitian ini betujuan untuk mengetahui berapa kebutuhan air untuk tanaman melon dan perbedaan volume air pada berbagai fase tumbuh mempengaruhi pertumbuhan dan produksi melon.

Hipotesis

(14)

Botani dan Diskripsi Tanaman Melon

Melon (Cucumis melo L.) merupakan salah satu anggota famili Cucurbitaceae genus Cucumis. Melon berasal dari Afrika Timur dan Afrika Timur-Laut. Melon merupakan tanaman semusim (annual), tumbuh menjalar di tanah atau dapat dirambatkan pada turus bambu yang mirip dengan tanaman mentimun (Cucumis sativus L.) (Rubatzky, 1999). Melon mulai dikembangkan di Indonesia pada tahun 1980-an di daerah Cisarua (Bogor) dan Kalianda (Lampung) oleh PT Jaka Utama Lampung.

Famili Cucurbitaceae umumnya memiliki bunga monoecious, dengan bunga jantan dan bunga betina atau hermaprodit berada dalam satu tanaman (Richards, 1997). Melon termasuk dalam buah pepo, yaitu pada biji terdapat lapisan tipis yang menyelimuti (lendir). Lendir tersebut terasa manis, kenyal, dan tidak banyak mengandung air. Buah melon menghasilkan banyak biji dalam jumlah banyak (300-500 biji), berwarna puti atau kusam, berbentuk elips dan licin.

Tanaman melon terdiri dari dua daun lembaga sehingga dimasukkan dalam kelas tumbuhan berbiji belah (dikotil) dan tergolong dalam genera Cucumis. Secara lengkap dilihat dari segi taksonomi tumbuhan, tanaman melon diklasifikasikan mulai dari kingdomnya adalah Plantarum, divisi Spermatophyta, sub-divisi Angiospermae, kelas Dikotil, sub-kelas Sympetalae, ordo Cucurbitales, famili Cucurbitaceae, genus Cucumis, dan spesies Cucumis melo L (Resh, 2004).

Teknik Budidaya Melon

Pemilihan Benih dan Pembibitan

(15)

berkualitas yang akan menentukan pertumbuhan selanjutnya pada tanaman melon. Benih yang akan digunakan pada penelitian ini adalah benih melon varietas Alien. Benih ditanam pada kedalaman 2-3 cm pada media pasir, kecambah tanaman melon akan mucul pada 4–8 hari setelah penanaman. Daun sejati tumbuh setelah 5–6 hari setelah membukanya kotiledon, lalu diikuti oleh pertumbuhan sekitar 2–4 tunas-tunas aksilar pada batang primer.

Transplanting dan Pemeliharaan

Tanaman melon perlu disemaikan terlebih dahulu agar pertumbuhannya lebih dapat dikontrol dan seragam. Persemaian dan pembibitan umumnya menjadi satu (tidak dilakukan dalam tempat yang berbeda) (Prihmantoro dan Indriani, 2002). Umur pembibitan yang siap untuk dipindahkan adalah sekitar 10-14 hari, saat telah keluar sekitar 3 daun pada tanaman. Melon (Cucumis melo L.) merupakan jenis tanaman hortikultura yang memiliki nilai ekonomi yang cukup tinggi dan dapat dijadikan sebagai salah satu sumber devisa dari sektor non-migas. Produksi dan pertumbuhan tanaman melon tetap baik ditanam pada musim hujan maupun musim kemarau. Namun yang paling baik ditanam pada musim kemarau karena rasa buahnya lebuh manis (Cahyono, 1996).

Langkah strategis yang menentukan pertumbuhan dan produktivitas tanaman melon adalah pemeliharaan tanaman. Faktor lingkungan sangat besar peranannya dalam masa pertumbuhan dan perkembangan tanaman melon di lapangan. Pemeliharaan tanaman melon dimulai dari penyulaman, pemangkasan tunas, pengikatan batang, pengikatan tangkai buah, pemupukan tambahan, pengairan, penyiangan serta pengendalian hama dan penyakit (Warni dan Purbiati, 2010). Dalam pertumbuhan dan perkembangan tanaman melon membutuhkan para-para atau ajir untuk menopang berat tanaman dan buah serta sebagai arah rambatan tanaman. Dalam rumah kaca dapat digunakan tali rambat sebagai ganti ajir.

Panen

(16)

telah terjadi retakan dan garis pemisah antara tangkai buah dan buahnya tampak jelas, warna kulit kekuningan, dan beraroma harum. Pemanenan dilakukan pada pagi atau sore hari karena pada saat itu kondisi buah masih segar dan kandungan airnya banyak. Panen dan penanganan pasca panen yang salah akan menurunkan kualitas buah (Prihmantoro dan Indriani, 2002).

Sistem Hidroponik

Hidroponik merupakan budidaya tanaman tumbuh tanpa tanah, telah dikembangkan dari hasil percobaan yang dilakukan untuk menentukan zat apa yang membuat tanaman tumbuh dan komposisi tanaman (Resh, 2004). Teknologi hidroponik ini masih termasuk baru, diperkirakan mulai dikenal di Indonesia pada akhir tahun 80-an. Namun teknologi hidroponik ini mulai mendapat perhatian di Indonesia dalam lima tahun terakhir, khususnya untuk menghasilkan produk hortikultura dan flortikultura. Di negara-negara subtropik teknologi hidroponik sudah dikenal dan diterapkan cukup lama sehingga sudah sampai pada tahap yang sangat maju terutama dalam hal penciptaan lingkungan tumbuh yang optimal bagi pertumbuhan tanaman (Chadirin, 2007).

Menurut Wijayani dan Widodo (2005), buah yang ditanam dalam

greenhouse memiliki kualitas yang lebih baik dibandingkan dengan penanaman di

lahan terbuka. Penggunaan greenhouse bertujuan untuk menciptakan lingkungan yang terkendali agar pertumbuhan tanaman optimal, seperti melindungi tanaman dari angin dan hujan, menjaga tanaman dari serangan hama dan penyakit serta menjaga suhu dan kelembapan lingkungan.

(17)

Volume Irigasi dan Fase Tumbuh

Pengelolaan air membutuhkan penanganan yang serius berkenaan dengan memaksimalkan penggunaan air permukaan. Pengaturan penggunaan air yang efisien sangat diperlukan untuk memaksimalkan areal tanam. Pengaturan kebutuhan air (volume irigasi) ini dapat dilakukan dengan pengaturan jadwal tanam terhadap petak irigasi. Irigasi adalah faktor yang sangat menentukan dalam kegiatan pertanian. Pada mulanya kegiatan irigasi hanya sebatas mengairi lahan dengan air saja tanpa memperdulikan berapa air yang sebenarnya dibutuhkan oleh lahan dan tanaman. Pertumbuhan tanaman akan dipengaruhi oleh tingkat ketersediaan air dalam tanah. Tanaman dapat tumbuh dengan baik dalam kapasitas lapang, tetapi saat kadar air berada pada titik layu permanen pertumbuhan tanaman menjadi tertanggu. Tingkat respon tanaman terhadap air dipengaruhi oleh jenis tanaman dan sistem perakaran saat terjadi kekurangan air pada periode pertumbuhan (Supriyadi, 2006).

Hubungan air dengan pertumbuhan tanaman untuk melihat diperlukannya suatu pemahaman tentang respon tanaman terhadap air. Menurut Kramer (1996) air pada tanaman akan berfungsi sebagai : (1) penyusun utama jaringan tanaman, (2) pelarut garam, gula dan senyawa lainnya sehingga larutan tersebut dapat bergerak dari satu sel ke sel lainnya, (3) pengatur suhu, (4) mempertahankan turgor tanaman, (5) pereaksi dalam fotosintesis dan dalam hidrolitik.

(18)
(19)

Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Rumah Kaca University Farm Kebun Percobaan Cikabayan IPB Dramaga Bogor pada ketinggian tempat 240 m dpl. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari hingga Juni 2011.

Bahan dan Alat

Bahan-bahan yang digunakan adalah benih melon dengan varietas Alien, media hidroponik berupa pasir, pupuk hidroponik dengan kandungan unsur hara makro dan mikro (Lampiran 1) dimana yang digunakan pada saat fase tanam hingga berbunga yaitu komposisi 32-10-10 dan komposisi 10-55-10 yang digunakan pada saat fase berbunga hingga panen. Pupuk ini diaplikasikan dengan cara disiram pada tanaman. Pestisida yang digunakan antara lain decis dan

fungisida yang diaplikasikan seminggu sekali mulai dari tanaman berumur 3

MST.

Peralatan yang digunakan adalah ember dengan diameter 30 cm dan ember yang digunakan untuk panci evaporasi yang berukuruan tinggi 35 cm dan diameter 30 cm, cangkul, ajir, tray, saringan, tali rambatan, timbangan, gelas ukur 1000 ml dan alat penunjang lainnya.

Metode Penelitian

Penelitian ini merupakan percobaan faktor tunggal yang dilakukan dengan Rancangan Kelompok Lengkap Teracak (RKLT). Perlakuan pada penelitian ini adalah volume irigasi yaitu 0.5 x Eo (evaporasi permukaan air bebas), 1 x Eo, 1.5 x Eo dan 2 x Eo. Eo merupakan evaporasi permukaan air bebas dimana masing-masing diberikan pada seluruh fase tumbuh, yaitu seluruh fase tumbuh (dari tanam hingga panen), fase tanam hingga berbunga dan fase berbunga hingga panen. Jumlah perlakuan ada 12 perlakuan, antara lain :

(20)

(0.5T2)Volume irigasi 0.5 x Eo diberikan pada bunga-panen (1T) Volume irigasi 1 x Eo diberikan pada tanam-panen (1T1) Volume irigasi 1 x Eo diberikan pada tanam-bunga (1T2) Volume irigasi 1 x Eo diberikan pada bunga-panen (1.5T) Volume irigasi 1.5 x Eo diberikan pada tanam-panen (1.5T1)Volume irigasi 1.5 x Eo diberikan pada tanam-bunga (1.5T2)Volume irigasi 1.5 x Eo diberikan pada bunga-panen (2T) Volume irigasi 2 x Eo diberikan pada tanam-panen (2T1) Volume irigasi 2 x Eo diberikan pada tanam-bunga (2T2) Volume irigasi 2 x Eo diberikan pada bunga-panen

Masing-masing perlakuan diulang sebanyak 3 kali sehingga terdapat 36 satuan percobaan. Denah percobaan dapat dilihat pada (Lampiran 2).

Metode penyiraman volume irigasi sesuai dengan jadwal irigasi penyiraman (Lampiran 3) yang kemudian dilakukan dengan pengamatan evaporasi (Lampiran 4). Pada pertumbuhan tanaman di rumah kaca terjadi evaporasi, yaitu penguapan air yang menyebabkan penurunan air pada panci evaporasi, gambar atau desain panci evaporasi dapat dilihat pada (lampiran 5). Model rancangan yang diguanakan adalah :

Y

ijk

 

=

 

μ

+

 

αi

 

+

  

KK

+

 

εijk

 

Keterangan:

Yijk

= Nilai pengamatan pada perlakuan volume irigasi ke-I dan ulangan ke-k μ = Rataan umum

i

α = Pengaruh perlakuan ke-i

KK = Kelompok ke-k

ijk

ε = Galat perlakuan

(21)

Pelaksanaan Penelitian

Persiapan Media Hidroponik

Umunya media tanam yang digunakan dalam sistem hidroponik adalah media yang bersifat poros, seperti pasir, arang sekam, batu apung, kerikil, dan

rockwool. Media yang digunakan pada penelitian ini adalah pasir. Media ini baik

untuk diterapkan dalam sistem hidroponik karena selain murah juga sangat mudah didapat. Selain itu media ini memiliki tekstur kasar sehingga memudahkan terjadinya sirkulasi udara dan dapat menghindari penyakit tular tanah (soil born

disease). Sebelum pasir digunakan, pasir disaring terlebih dahulu dengan tujuan

agar terpisahkan antara kerikil dan pasir.

Kontrol Lingkungan

Sebelum penelitian dilaksanakan rumah kaca dibersihkan, yaitu dengan cara membersihkan kotoran atau lumut-lumut yang menempel pada atap kaca pada rumah kaca. Prinsip dasar budidaya tanaman secara hidroponik adalah suatu upaya merekayasa alam dengan menciptakan dan mengatur suatu kondisi lingkungan yang ideal bagi perkembangan dan pertumbuhan tanaman. Selain itu juga membuat lingkungan itu pada kondisi yang optimum dan seragam. Kondisi tersebut dimulai dari persiapan media (disaring terlebih dahulu), pengendalian hama dan penyakit sampai pengaturan suhu dan kelembapan dalam greenhouse.

Penanaman

(22)

Pemberian Larutan Hara

Pemberian larutan hara dilakukan 2 hari sekali bersamaan dengan penyiraman sejak tanaman berumur 3 MST hingga panen, pupuk yang digunakan berupa pupuk cair (Growmore) yang diaplikasikan dengan cara disiram pada tanaman dengan konsentrasi 0.15 %.

Tahap persiapan larutan hara adalah sebagai berikut :

a. Membuat larutan stok dengan konsentrasi 2.5 % dengan cara melarutkan pupuk growmore 100 gram dalam 4 liter air.

b. Mengencerkan larutan stok menjadi konsentrasi 0.15 % berdasarkan rumus pengenceran : C1 x V1 = C2 x V2 dimana C1, V1, C2, V2 masing-masing adalah konsentrasi larutan stok, volume larutan stok, konsentrasi larutan hara, dan volume larutan hara yang diperlukan.

c. Meberikan irigasi bersama larutan hara dengan volume sesuai dengan perlakuan (Lampiran 6) yang dihitung dengan rumus sebagai berikut :

K x Eo. 10-1 x π r2 Keterangan :

K : Koefisien perlakuan (0.5 ; 1 ; 1.5 ; 2) Eo : Evaporasi panci (mm)

r : Jari-jari ember hidroponik (cm)

Pemeliharaan

(23)

23-25 daun. Pengendalian gulma dilakukan dengan cara manual yaitu dengan mencabut gulma yang ada di ember. Pengendalian hama dan penyakit dilakukan dengan pestisida yang digunakan antara lain decis dan fungisida yang diaplikasikan seminggu sekali mulai dari tanaman berumur 3 MST.

Pemanenan

Panen dilakukan secara bertahap pada tiap buah yang telah memenuhi kriteria panen. Pemanenan dilakukan pagi hari karena pada saat itu kondisi buah masih segar dan kandungan airnya banyak. Buah dipanen dengan menggunakan pisau atau gunting dengan menyisakan sedikit cabang buahnya sekitar 4-5 cm dan membentuk huruf “T” yang bertujuan untuk memperpanjang masa awet buah atau daya simpan buah.

Pengamatan

Pengamatan yang akan dilakukan pada penelitian ini meliputi pengamatan saat pemeliharaan meliputi peubah yang diamati sebagai berikut :

1. Tinggi tanaman (cm) yang diukur dari permukaan tanah sampai tajuk tertinggi selama periode pengamatan berlangsung.

2. Jumlah daun dengan menghitung jumlah daun dari daun yang telah terbentuk muncul pertama kali dari setiap tanaman yang ditanam.

3. Jumlah cabang yaitu dengan menghitung jumlah cabang yang telah terbentuk muncul pertama kali dari setiap tanaman yang ditanam.

4. Umur berbunga (HST) yaitu dengan menghitung umur tanaman saat bunga muncul diamati setiap hari selama periode pengamatan berlangsung.

5. Jumlah bunga dengan menghitung jumlah bunga selama periode pengamatan berlangsung. Bunga yang diamati adalah bunga jantan, betina dan hermaprodit.

6. Jumlah buah dengan menghitung jumlah buah dari setiap tanaman pada saat periode panen.

(24)

8. Diameter buah, meliputi diameter vertikal dan diameter horizontal buah dengan menggunakan jangka sorong digital pada saat periode panen berlangsung.

(25)

Kondisi Umum

Penanaman dilakukan pada bulan Februari 2011. Tanaman melon selama penelitian secara umum tumbuh dengan baik dan tidak ada mengalami kematian sampai dengan akhir penelitian (Gambar 1). Suhu rata-rata harian di dalam

greenhouse adalah berkisar antara 45 - 49 ˚C dan kelembapannya 47 - 50%. Suhu

rata-rata dalam rumah kaca relatif tinggi yang menyebabkan daun tanaman mengalami kelayuan pada siang harinya namun kelayuan tersebut tidak bersifat permanen.

Hama yang menyerang tanaman melon umumnya adalah kutu daun

(Bemisia tabacci). Serangan kutu daun ini mulai terjadi saat tanaman berumur 4

MST sedangkan penyakit yang menyerang biasanya adalah embun tepung. Pengendaliannya dilakukan dengan penyemprotan pestisida decis dan fungisida. Pengendalian gulma dilakukan secara manual dengan mencabut setiap gulma yang tumbuh di ember.

 

Gambar 1. Tanaman melon di lapangan

(26)

daun yang tampak layu namun hal ini tidak bersifat permanen. Tanaman dapat pulih kembali setelah mendapat irigasi. Panen dilakukan secara bertahap sesuai dengan buah melon yang telah memiliki kriteria buah layak panen. Panen dilakukan dengan melihat penampakan kuantitatif buah yaitu ukuran buah sesuai dengan ukuran normal, serat jala pada kulit buah sangat nyata kasar dan warna kulit hijau kekuniangan serta buah memiliki aroma yang harum.

Pertumbuhan Vegetatif

Perlakuan volume irigasi berpengaruh nyata terhadap tinggi tanaman saat 3 MST dan 4 MST, jumlah daun saat 3 MST, 4 MST dan 5 MST, serta jumlah cabang saat 3, 4, 5, 6, 7, dan 8 MST namun tidak berbeda nyata terhadap tinggi tanaman 5 MST hingga 9 MST, jumlah daun saat 6 MST hingga 9 MST dan jumlah cabang saat 9 MST (Tabel 1).

(27)

 

Gambar 2. Tinggi tanaman melon perlakuan 0.5T saat 4 MST

Pada gambar diatas dapat dilihat dari keadaan tanaman yang mengalami pertumbuhan yang terlambat, batang yang kurang kokoh dan kerdil. Hal ini menandakan bahwa air begitu penting dalam kegiatan budidaya pertanian baik dalam pengembangan tanaman pangan, hortikultura, peternakan maupun perkebunan. Tanpa adanya dukungan ketersediaan air yang sesuai dengan kebutuhan baik dalam dimensi jumlah, mutu, ruang maupun waktunya, maka dapat dipastikan kegiatan budidaya tersebut akan berjalan dengan tidak optimal.

Tabel 1. Rekapitulasi Hasil Analisis Ragam

Peubah Pr>F Perlakuan Akar MSE C.V

Tinggi Tanaman

3 MST 0.0074 ** 1.61 12.46

4 MST <.0001 ** 4.18 11.71

5 MST 0.3017 tn 24.97 37.55

6 MST 0.2981 tn 36.62 25.25

7 MST 0.4851 tn 25.25 12.32

8 MST 0.675 tn 19.51 9.12

(28)

Peubah Pr>F Perlakuan Akar MSE C.V Jumlah Daun

3 MST 0.0011 ** 0.44 8.13

4 MST <.0001 ** 0.85 9.47

5 MST <.0001 ** 1.51 10.78

6 MST 0.2753 tn 2.93 17.24

7 MST 0.4955 tn 1.91 8.54

8 MST 0.3001 tn 0.75 3.26

9 MST 0.7277 tn 0.54 2.32

Jumlah Cabang

4 MST 0.0045 ** 0.29 25.11

5 MST 0.0004 ** 0.57 30.9

6 MST 0.0002 ** 0.96 17.54

7 MST 0.0348 ** 1.11 11.02

8 MST 0.0028 ** 1.07 8.67

9 MST 0.4226 tn 2.54 19.49

Umur Berbunga

7 MST <0.001 ** 1.7 4.27

Bunga Jantan

7 MST 0.0005 ** 2.14 35.53

8 MST <.0001 ** 0.66 23.55

Bunga Betina

7 MST 0.001 ** 0.83 35.29

8 MST 0.0372 ** 0.66 39

Bunga Hermaprodit

7 MST 0.4594 tn 0.57 114.15

8 MST 0.0015 ** 0.38 99.25

Bobot Buah <.0001 ** 0.17 12.61

Diameter Vertikal <.0001 ** 2.68 2.21

(29)

Peubah Pr>F Perlakuan Akar MSE C.V BK Brangkasan

Batang <.0001 ** 1.86 10.48

Daun <.0001 ** 1.94 5.29

Akar 0.0007 ** 0.14 15.84

Ratio tajuk/akar <.0001 ** 6.23 7.52

Keterangan : (**) : Berpengaruh sangat nyata terhadap perlakuan (tn) : Tidak berpengaruh nyata terhadapa perlakuan

Tinggi tanaman pada 5 MST hingga 10 MST menunjukkan hasil yang tidak berbeda nyata, hal ini disebabkan karena telah dilakukan pemangkasan tunas apikal atau pucuk pada tanaman melon dengan memangkas batang utama dan menyisakan minimum 24 helai daun per tanaman yang merupakan salah satu cara pemangkasan agar tanaman tetap terarah dan berproduksi optimal.

Tabel 2. Pengaruh perlakuan terhadap tinggi tanaman

Perlakuan

Tinggi Tanaman

3 MST 4 MST 5 MST 6 MST 7 MST 8 MST 9 MST 0.5T 9.23b 19.30d 47.77a 122.17a 192.20a 210.90a 210.90a 0.5T1 11.43ab 36.27b 71.90a 163.77a 219.13a 219.13a 219.13a 0.5T2 12.10ab 18.53d 68.90a 148.97a 201.27a 201.27a 201.27a 1T 12.00ab 35.00b 83.43a 164.23a 214.80a 214.80a 214.80a 1T1 13.50ab 22.53cd 65.10a 141.07a 198.30a 206.13a 206.13a 1T2 13.76ab 58.96a 51.33a 123.90a 191.43a 209.90a 209.90a 1.5T 14.26a 40.43b 71.17a 149.37a 204.03a 217.00a 217.00a 1.5T1 13.20ab 36.73b 49.53a 112.07a 182.57a 210.43a 210.43a 1.5T2 16.00a 60.43a 44.47a 116.50a 200.90a 219.03a 219.03a 2T 12.90ab 38.66b 100.43a 187.33a 211.93a 211.93a 211.93a 2T1 12.33ab 32.03bc 71.73a 137.57a 205.73a 205.73a 205.73a 2T2 14.33a 29.83bcd 72.30a 173.53a 237.27a 239.73a 239.73a

Uji F ** ** tn tn tn tn tn

Ket : (**) : Berpengaruh sangat nyata terhadap perlakuan (tn) : Tidak berpengaruh nyata terhadapa perlakuan

(30)

Pada tahap vegetatif harus diperhatikan pada proses pembentukan akar, hal ini karena kebutuhan air tanaman cukup tinggi serta mencegah adanya semaian yang mati. Dalam fase ini juga terdapat periode pertunasan yang berlangsung setelah periode pembentukan akar (Anonim, 1994). Air merupakan unsur sangat penting bagi tanaman dan merupakan penyusun sepertiga dari berat karbohidrat dan protein pada tanaman serta untuk pertumbuhan tinggi tanaman (Harjadi, 1996).

Jumlah daun saat 3 MST dengan perlakuan irigasi 2xEo T, 1xEo T2 dan 0.5xEo T2 menghasilkan jumlah daun nyata lebih banyak dibandingkan dengan perlakuan 0.5xEo T, tetapi tidak berbeda nyata dengan perlakuan 0.5xEo T1, 1xEo T, 1xEo T1, 1.5xEoT, 1.5xEo T1, 1.5xEo T2, 2xEo T1 dan 2xEo T2. Pada saat berumur 4 MST perlakuan irigasi 2xEo T1 menghasilkan jumlah daun nyata lebih besar dibandingkan dengan perlakuan 0.5xEo T, 0.5xEo T1, 0.5xEo T2, 1xEo T1, 1xEo T2, 1.5xEo T, 1.5xEo T1, 1.5xEo T2 dan 2xEo T2 namun tidak berbeda nyata dengan perlakuan 2xEo T dan 1xEo T (Tabel 3). Pada saat tanaman berumur 3 dan 4 MST, telah muncul daun-daun yang produktif untuk perkembangannya, konsentrasi yang terkecil yang diberikan saat irigasi yaitu pada perlakuan 0.5xEo T memberikan jumlah daun yang terendah yang mengindikasikan tanaman tersebut tumbuh kurang optimal. Irigasi yang diberikan sedikit tentu sangat mempengaruhi pertumbuhan daun pula. Air sangat penting bagi tumbuhan, 30 % - 90 % berat tumbuhan tersusun atas air. tumbuhan juga menggunakan air pada proses fotosintesis di daun. Oleh karena itu irigasi yang diberikan sedikit maka pertumbuhan daunpun akan terlambat.

(31)
[image:31.612.120.506.111.411.2]

Tabel 3. Pengaruh perlakuan terhadap jumlah daun

Perlakuan

Jumlah Daun

3 MST 4 MST 5 MST 6 MST 7 MST 8 MST 9 MST 0.5T 4.3b 7.0c 11.0de 15.0a 21.0a 23.3a 23.6a 0.5T1 5.3ab 8.6c 12.3cde 18.3a 23.6a 23.6a 23.6a 0.5T2 6.3a 8.3c 13.6cd 17.6a 22.0a 22.3a 23.0a 1T 5.6ab 11.6b 16.6abc 17.3a 23.0a 23.0a 23.3a 1T1 5.6ab 8.0c 16.0bc 17.0a 22.3a 23.0a 23.3a 1T2 6.0a 6.6c 10.6de 15.3a 22.6a 24.0a 24.0a 1.5T 5.3ab 9.0c 13.0cde 18.3a 22.6a 23.6a 23.6a 1.5T1 5.0ab 7.6c 12.3cde 14.0a 20.0a 23.0a 23.3a 1.5T2 5.3ab 7.0c 8.6e 14.6a 21.6a 22.6a 23.6a 2T 6.3a 12.0ab 19.0ab 20.3a 23.6a 23.6a 23.6a 2T1 5.6ab 14.3a 20.6a 17.0a 23.3a 23.6a 23.6a 2T2 5.3ab 7.6c 14.0cd 19.3a 22.6a 23.0a 23.3a

Uji F ** ** ** tn tn tn tn

Ket : (**) : Berpengaruh sangat nyata terhadap perlakuan (tn) : Tidak berpengaruh nyata terhadapa perlakuan

Nilai pada kolom yang sama yang diikuti oleh huruf yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata berdasarkan uji Tukey pada taraf 5%.

Selama tahapan masa tumbuh, kebutuhan air terus meningkat. Pada tahap tersebut kebutuhan air digunakan untuk pertumbuhan titik tumbuh dan pembentukan daun tanaman yang lebih banyak. Tanaman melon selain memiliki banyak cabang lateral yang tumbuh pada setiap ketiak daun, namun juga memiliki tunas apikal yang tumbuh terus tidak terarah apabila tidak dipangkas. Tunas apikal daun ke 20-25 dipangkas untuk menghentikan pertumbuhan batang utama. Pemangkasan dilakukan dengan menggunakan gunting atau pisau yang tajam agar tidak merusak permukaan batang.

Jumin (1992) menyatakan bahwa defisit air langsung mempengaruhi pertumbuhan vegetatif tanaman. Proses ini pada sel tanaman ditentukan oleh tekanan turgor. Hilangnya turgiditas dapat menghentikan pertumbuhan sel (pembesaran) yang akibatnya pertumbuhan tanaman terhambat.

(32)

perlakuan 1.5xEo T1, 0.5xEo T2, 0.5xEo T, 0.5xEo T1, 1xEo T2, 1.5xEo T, 1.5xEo T2, 2xEo T, dan 2xEo T2 tetapi tidak berbeda nyata dengan perlakuan 1xEo T1 dan 2xEo T1. Sama halnya pada 4 MST, jumlah daun pada 5 MST perlakuan 1xEo T yang paling tinggi yaitu menghasilkan jumlah cabang nyata lebih banyak dibandingkan dengan perlakuan 1.5xEo T1, 1xEo T1, 1xEo T2, 2xEo T2, 0.5xEo T, 0.5xEo T1, 0.5xEo T2, 1.5xEo T, 1.5xEo T2 namun tidak berbeda nyata pada perlakuan 2xEo T1 dan 2xEo T1. Demikian selanjutnya hingga tanaman berumur 8 MST memberikan perngaruh yang nyata terhadap perlakuan.

Jumlah cabang yang banyak menandakan bakal buah akan banyak pula, hal ini dikarenakan bunga betina tumbuh pada cabang lateral tanaman (ketiak daun), namun pertumbuhan cabang ini harus dikendalikan dengan baik agar pertumbuhan tanaman dapat terarah yaitu dengan cara pemangakasan cabang lateral. Pemangkasan cabang merupakan cara untuk mengurangi titik tumbuh pada bagian lateral yang membutuhkan suplai fotosintat dan hara sehingga persaingan untuk mendapatkan fotosintat dan hara menjadi berkurang (Gambar 3). Bleasdale (1973), Janick (1972), dan Kinnet (1977) menyatakan pemangkasan yang tepat dapat dipergunakan untuk mengatur keseimbangan pertumbuhan vegetatif dan reproduktif. Harjadi (1989) menambahkan bahwa tanaman yang berada dalam keseimbangan pertumbuhan vegetatif dan reproduktif menyebabkan tingginya laju fotosintesis sehingga tidak semua karbohidrat digunakan untuk perkembangan batang dan daun tetapi sebagian digunakan untuk perkembangan bunga dan buah.

 

(33)
[image:33.612.108.505.265.756.2]

Pengaruh perlakuan terhadap jumlah cabang ini berbeda nyata hingga tanaman berumur 8 MST sedangakan pada 9 MST tidak berbeda nyata. Hal ini dikarenakan pada saat tanaman berumur 9 MST, cabang-cabang produktif sudah tidak dapat tumbuh lagi akibat tanaman sudah berumur tua dan kecenderungan tanaman melon akan layu menjelang fase pemanenan. Menurut Direktorat Jendral Bina Produksi Hortikultura (2004) pemangkasan cabang tanaman melon adalah memangkas dan membuang cabang-cabang yang tidak produktif dengan bertujuan untuk menjamin pertumbuhan tanaman sehingga proses produksi berlangsung maksimal dan mengurangi kelembaban dalam tajuk tanaman. Hal tersebut akan mengurangi resiko terjadinya serangan hama dan penyakit, serta merangsang tumbuhnya tunas-tunas produktif.

Tabel 4. Pengaruh perlakuan terhadap jumlah cabang

Perlakuan

Jumlah Cabang

4 MST 5 MST 6 MST 7 MST 8 MST 9 MST 0.5T 1.0b 1.3b 5.0abcde 11.0ab 12.6ab 14.3a 0.5T1 1.0b 1.3b 6.0abcde 9.6ab 12.0ab 11.0a 0.5T2 1.3b 1.3b 4.0cde 9.0ab 13.6a 12.0a 1T 2.6a 4.0a 7.0ab 10.0ab 11.6ab 12.6a 1T1 1.6ab 1.6b 3.6de 9.3ab 11.0ab 15.3a 1T2 1.0b 1.6b 7.3a 12.0a 13.6a 14.6a 1.5T 1.0b 1.3b 6.3abcd 10.6ab 12.0ab 13.0a 1.5T1 1.3b 2.0b 5.6abcde 9.0ab 13.3a 14.0a 1.5T2 1.0b 1.3b 3.3e 10.6ab 13.6a 14.3a 2T 1.0b 2.3ab 6.6abc 8.6b 9.6b 10.3a 2T1 1.6ab 2.3ab 4.3bcde 10.0ab 13.3a 12.3a 2T2 1.0b 1.6b 6.3 abcd 11.0ab 12.3ab 12.6a

Uji F ** ** ** ** ** tn

Ket : (**) : Berpengaruh sangat nyata terhadap perlakuan (tn) : Tidak berpengaruh nyata terhadapa perlakuan

Nilai pada kolom yang sama yang diikuti oleh huruf yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata berdasarkan uji Tukey pada taraf 5%.

(34)

cabang utama dapat meningkatkan bobot per buah dan bobot buah per tanaman. Selain itu Sutopo (1988) menambahkan bahwa pemangkasann cabang tanaman melon akan mempercepat panen pertama dan memperbaiki kualitas buah yang dihasilkan.

Pertumbuhan Generatif

[image:34.612.123.502.387.671.2]

Perlakuan irigasi berpengaruh sangat nyata terhadap umur berbunga tanaman, jumlah bunga jantan dan betina saat 7 MST dan 8 MST, bunga hermaprodit 8 MST, bobot buah, diameter vertikal dan horizontal buah tetapi tidak berbeda nyata pada jumlah bunga hermaprodit saat 7 MST. Perlakuan irigasi 0.5xEo T menghasilkan kecepatan umur berbunga nyata lebih lambat dibandingkan dengan perlakuan 1xEo T2, 1.5xEo T, dan 1.5xEo T2 namun tidak berbeda nyata dengan perlakuan 0.5xEo T2, 1xEo T1, 2xEo T1, 2xEo T2, 2xEo T, 0.5xEo T1, 1.5xEo T1 dan 1xEo T (Tabel 5).

Tabel 5. Pengaruh perlakuan terhadap umur berbunga

Perlakuan

Umur Berbunga 7 MST

0.5T 47a

0.5T1 37.7cde

0.5T2 44.3

ab

1T 37de

1T1 44

ab

1T2 36e

1.5T 35.7e

1.5T1 37de

1.5T2 35e

2T 39.7bcde

2T1 42.7abc

2T2 41.7

bcd

Uji F **

Ket : (**) : Berpengaruh sangat nyata terhadap perlakuan (tn) : Tidak berpengaruh nyata terhadapa perlakuan

(35)

Pada tabel terlihat bahwa perlakuan 0.5xEo T memiliki kemampuan berbunga paling lambat dibandingkan dengan perlakuan lainnya yaitu 47 hari setelah tanam. Volume irigasi dengan dosis yang paling kecil yang diberikan pada seluruh fase tanam inilah yang mempengaruhi umur berbunga yang paling lambat. Pada fase generatif ini juga membutuhkan cukup air hingga periode pemasakan yang sudah tidak membutuhkan air. Pengatusan atau pengeringan ini dimaksudkan agar buah dapat masak secara bersamaan (Anonim, 1994).

Fase pertumbuhan generatif pada tanaman melon ditandai dengan keluarnya bunga yang kemudian diikuti dengan munculnya buah. Pada fase ini tanaman memerlukan banyak unsur fosfor untuk memperkuat akar dan membentuk biji pada buah. Parameter yang diamati dalam fase ini adalah umur berbunga, jumlah bunga jantan, bunga betina, dan bunga hermaprodit serta bobot buah, diameter vertikal dan diameter horizontal buah. Pengamatan umur berbunga yang diamati dari setiap tanaman adalah pada saat 7 MST. Tanaman melon mulai membentuk bunga jantan pada minggu ke-5 setelah tanam yaitu pada umur 35 HST, jumlah bunga jantan lebih banyak dibandingkan dengan bunga betina (Gambar 4).

 

Gambar 4. Bunga tanaman melon

(36)
[image:36.612.107.510.298.722.2]

2xEo T2, 1xEo T1, 1xEo T, 0.5xEo T1, 1.5xEo T1, 0.5xEo T, 1.5xEo T, 1xEo T2 dan 2xEo T. Pada saat 8 MST perlakuan 1.5xEo T1, 1.5xEo T2 dan 2xEo T1 menghasilkan jumlah bunga nyata lebih besar dibandingkan dengan perlakuan 2xEo T tetapi tidak berbeda nyata dengan perlakuan 1.5xEo T, 0.5xEo T2, 1xEo T1, 1xEo T2, 2xEo T2, 0.5xEo T, 0.5xEo T1 dan 1xEo T (Tabel 6). Kekurangan yang terus menerus dapat menurunkan laju fotosintesis sehingga diperlukan beberapa hari setelah irigasi agar dapat kembali ke laju fotosintesis aslinya. Menurut Polunin (1990) menunjukkan bahwa stres air (tanpa irigasi) memperlambat munculnya bunga akibat memperpendek periode pengisian biji sehingga meningkatkan kandungan air dalam biji sewaktu panen.

Tabel 6. Pengaruh perlakuan terhadap jumlah bunga betina, bunga betina dan bunga hermaprodit

Perlakuan

Bunga Jantan Bunga Betina Bunga Hermaprodit 7 MST 8 MST 7 MST 8 MST 7MST 8 MST 0.5T 4.7abcd 2.3abc 1.3bc 3.0a 0.7a 1.0ab 0.5T1 5.7abcd 1.7bc 3.0abc 1.3ab 0.0a 0.0b 0.5T2 11.0a 3.0ab 3.3ab 1.7ab 0.3a 0.0b 1T 5.7abcd 1.7bc 1.7abc 1.3ab 0.3a 0.3ab 1T1 8.0abcd 3.0ab 4.0a 1.7ab 1.0a 0.3ab 1T2 3.7bcd 3.0ab 1.7abc 1.7ab 0.7a 1.0ab 1.5T 3.7bcd 3.3ab 1.3bc 1.3ab 1.0a 0.0b 1.5T1 5.3abcd 4.0a 3.3ab 1.3ab 0.7a 0.3ab 1.5T2 2.3d 4.0a 0.7c 2.7ab 0.3a 0.0b 2T 3.3cd 1.0c 2.3abc 1.3ab 0.7a 0.0b 2T1 10.0ab 4.0a 2.3abc 2.0ab 0.0a 0.3ab 2T2 9.0abc 2.7abc 3.3ab 1.0b 0.3a 1.3a

Uji F ** ** ** ** tn **

Ket : (**) : Berpengaruh sangat nyata terhadap perlakuan (tn) : Tidak berpengaruh nyata terhadapa perlakuan

Nilai pada kolom yang sama yang diikuti oleh huruf yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata berdasarkan uji Tukey pada taraf 5%.

(37)

bahwa pada saat tanaman berumur 7 MST, bunga jantan bisa mencapai 11 bunga jantan bila dibandingkan dengan bunga betina yang hanya ada 4 bunga betina. Semua bunga jantan yang mekar sebelum bunga betina siap diserbuki harus dibuang, walaupun dalam dua hari akan rontok dengan sendirinya. Maksudnya agar pertumbuhan tanaman mengarah ke pertumbuhan bunga betina.

Perlakuan 1xEo T1 menghasilkan jumlah bunga betina nyata lebih besar dibandingkan dengan perlakuan 1.5xEo T2 tetapi tidak berpengaruh nyata terhadap perlakuan 1.5xEo T1, 0.5xEo T2, 2xEo T2, 0.5xEo T1, 2xEo T1, 2xEo T, 1xEo T2, 1xEo T, 1.5xEo T dan 0.5xEo T. Pada 8 MST perlakuan 0.5xEo T menghasilkan jumlah bunga nyata lebih besar dibandingkan dengan perlakuan 2xEo T2 tetapi tidak berpengaruh nyata terhadap perlakuan 1.5xEo T2, 2xEo T1, 0.5xEo T2, 1xEo T1, 1xEo T2, 0.5xEo T1, 1xEo T, 1.5xEo T, 1.5xEo T1, 2xEo T. Tanaman memerlukan air dalam jumlah yang cukup agar pertumbuhannya tidak terhambat. Tanaman melon sensitif terhadap kekurangan air pada tahap pembungaan dan pembentukan buah. Jika terjadi kekurangan air pada tahap tersebut maka akan menyebabkan penurunan hasil produksi tanaman.

Perlakuan irigasi pada jumlah bunga hermaprodit pada 7 MST tidak berpengaruh nyata, hal ini dikarenakan jumlah bunga hermaprodit sangat sedikit jumlahnya dan merata pada setiap tanaman tetapi pada 8 MST memiliki pengaruh yang nyata terhadap perlakuan. Perlakuan 2xEo T2 menghasilkan jumlah bunga nyata lebih banyak dibandingkan dengan perlakuan 0.5xEo T1, 0.5xEo T2, 1.5xEo T, 1.5xEo T2 dan 2xEo T tetapi tidak berpengaruh nyata terhadap perlakuan 0.5xEo T, 1xEo T2, 1xEo T, 1xEo T1, dan 2xEo T1.

(38)
[image:38.612.234.403.92.217.2]

 

Gambar 5. Bobot buah melon terbaik 1.5 x Eo T2

[image:38.612.127.504.377.659.2]

Kebutuhan air terus meningkat sampai pada tahap pembentukan buah (Sismiyati, 2003). Perlakuan 2xEo T1 merupakan perlakuan yang menghasilkan bobot buah terbesar apabila dibandingkan dengan perlakuan lainnya. Perlakuan dengan dosis terbanyak dan irigasi yang diberikan dari fase tanam hingga berbunga ini sangat mempengaruhi bobot buah yang dihasilkan.

Tabel 7. Pengaruh perlakuan terhadap bobot buah, diameter vertikal dan diameter horizontal buah

Perlakuan

Bobot Buah (kg)

Diameter (mm) Vertikal Horizontal

0.5T 1.559bc 121.21bcd 123.23abc

0.5T1 1.097c 11915cd 118.37bcde

0.5T2 1.108c 125.17abc 129.79a

1T 1.268c 115.32de 108.72e

1T1 1.451c 132.22a 120.4abcd

1T2 1.287c 128.53ab 121.43abcd

1.5T 1.085c 128.58ab 127.77ab

1.5T1 1.180c 103.39f 107.98e

1.5T2 2.055ab 127.34ab 120.52abcd

2T 1.370c 113.76de 116.19cde

2T1 2.173a 128.42ab 124.20abc

2T2 1.394c 109.58ef 111.85de

Uji F ** ** **

Ket : (**) : Berpengaruh sangat nyata terhadap perlakuan (tn) : Tidak berpengaruh nyata terhadapa perlakuan

(39)

Perlakuan 1xEo T1 menghasilkan diameter vertikal nyata lebih tinggi dibandingkan dengan perlakuan 1.5xEo T1, 2xEo T2, 0.5xEo T, 0.5xEo T1, 1xEo T, 2xEo T tetapi tidak berpengaruh nyata terhadap perlakuan 0.5xEo T2, 1xEo T2, 1.5xEo T, 1.5xEo T2 dan 2xEo T1. Sedangkan pada diameter horizontal perlakuan 0.5xEo T2 menghasilkan panjang diameter horizontal nyata lebih tinggi dibandingkan perlakuan 1.5xEo T1, 1xEo T, 0.5xEo T1, 2xEo T, 2xEo T2 tetapi tidak berpengaruh nyata terhadap perlakuan 1.5xEo T, 2xEo T1, 0.5xEo T, 1xEo T2, 1.5xEo T2, 1xEo T1. Pada tahap pembentukan bunga kebutuhan air irigasi digunakan untuk pembentukan dan pembesaran bunga. Pada tahap pembentukan buah kebutuhan air lebih besar dibandingkan dengan tahap pertumbuhan yang lainnya, Hal ini dikarenakan nilai Kc pada tahap berbuah lebih besar dari nilai Kc pada tahap pertumbuhan lainnya.

Bobot Kering Tanaman

Hasil pangkasan berupa daun, batang, dan akar segar ditimbang kemudian dioven untuk mengetahui berat brangkasan kering oven. Dalam pertanian, brangkasan adalah sisa-sisa bagian tanaman, seperti kedelai, jagung, padi, atau kacang tanah, yang tidak dipanen. Brangkasan biasanya dibiarkan di lapangan dalam keadaan kering, namun beberapa tanaman ada yang memiliki brangkasan dalam keadaan masih hijau (Gambar 6).

 

Gambar 6. Panen brangkasan

(40)
[image:40.612.126.507.283.648.2]

tetapi tidak berpengaruh nyata terhadap perlakuan 2xEo T2. Perlakuan 1.5xEo T1 dan 2xEo T1 menghasilkan bobot kering daun nyata lebih besar dibandingkan dengan perlakuan 0.5xEo T, 0.5xEo T1, 0.5xEo T2, 1xEo T, 1xEo T1, 1xEo T2, 1.5xEo T, 1.5xEo T2, 2xEo T dan 2xEo T2. Sedangkan pada bobot kering akar perlakuan 1.5xEo T1 menghasilkan bobot kering nyata lebih besar dibandingkan dengan perlakuan 0.5xEo T, 1.5xEo T, 0.5xEo T2, 2xEo T2, 2xEo T tetapi tidak berpengaruh nyata terhadap perlakuan 1xEo T2, 1.5xEo T2, 0.5xEo T1, 1xEo T1, 1xEo T, 2xEo T1.

Tabel 8. Pengaruh perlakuan terhadap bobot kering batang, daun, bobot kering akar serta ratio tajuk/akar

Perlakuan

Bobot Kering (gr)

Ratio Tajuk/akar Batang Daun Akar

0.5T 18.33bc 40.63bc 0.73c 64.97de 0.5T1 16.80bc 29.73de 1.03abc 66.40de 0.5T2 15.20c 25.60e 0.83bc 46.00f

1T 18.03bc 45.87b 0.90abc 77.80d 1T1 16.67bc 25.10e 0.93abc 171.06a

1T2 24.97a 44.30b 1.26ab 79.47d

1.5T 15.13c 24.30e 0.73c 57.97ef 1.5T1 16.73bc 57.30a 1.30a 138.50b 1.5T2 19.13bc 35.70c 1.10abc 42.06f

2T 15.23c 25.93e 0.80c 54.36ef

2T1 16.40bc 52.50a 0.90abc 117.60c 2T2 20.90ab 34.87cd 0.80c 77.80d

Uji F ** ** ** **

Ket : (**) : Berpengaruh sangat nyata terhadap perlakuan (tn) : Tidak berpengaruh nyata terhadapa perlakuan

Nilai pada kolom yang sama yang diikuti oleh huruf yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata berdasarkan uji Tukey pada taraf 5%.

(41)
(42)

Kesimpulan

Secara umum perlakuan irigasi memberikan hasil yang berpengaruh nyata terhadap semua parameter pengamatan vegetatif, generatif maupun pada bobot kering tanaman. Pada pengamatan vegetatif maupun generatif perlakuan irigasi 1.5xEo dan 2xEo memberikan pengaruh pertumbuhan tertinggi. Perlakuan volume irigasi berpengaruh nyata terhadap tinggi tanaman saat 3 MST dan 4 MST, jumlah daun saat 3 MST, 4 MST dan 5 MST, serta jumlah cabang saat 3 MST, 4 MST, 5 MST, 6 MST, 7MST dan 8 MST namun tidak berbeda nyata terhadap tinggi tanaman 5 MST hingga 9 MST, jumlah daun saat 6 MST hingga 9 MST dan jumlah cabang saat 9 MST. Perlakuan irigasi berpengaruh sangat nyata terhadap umur berbunga tanaman, jumlah bunga jantan dan betina saat 7 MST dan 8 MST, bunga hermaprodit 8 MST, bobot buah, diameter vertikal dan horizontal buah tetapi tidak berbeda nyata pada jumlah bunga hermaprodit saat 7 MST. Produksi bobot buah terbesar dihasilkan oleh perlakuan irigasi 1.5 x Eo T2 yaitu irigasi yang diberikan dari fase berbunga hingga panen.

Saran

(43)

(Capsicum annum var grossum) Secara Hidroponik. Skripsi, Jurusan Budidaya Pertanian. Fakultas Pertanian. Institut Pertanian Bogor.

Anonim, 1994. Bendungan dan Jaringan Irigasi Sempor-Wadaslingtang. Badan Pelaksana Proyek serbaguna Kedu Selatan. Gombong.

Atmosoedarjo, S., J. Kartasubrata, M. Kaomini, W. Saleh, W. Moerdoko, Pramodibyo dan S. Ranoeprawiro. 2000. Sutera Alam Indonesia. Yayasan Sarana Jaya. Jakarta. 337 hal.

Bleasdale, J. K. 1973. Plant Physiology in Relation to Horticulture. Royal Horticulture Society. Mc. Millan Hael, Watson and Vincy. AyLesbury. 144p.

Cahyono, B. 1996. Mensukseskan Tanaman Melon. Teknik Budidaya-Potensi Pasar. Analisis Kelayakan. CV. Aneka. Solo.

Chadirin, Y. 2007. Diktat Kuliah Teknologi Greenhouse dan Hidroponik. Departemen Teknik Pertanian. Fakultas Teknologi Pertanian. Institut Pertanian Bogor.

Direktorat Tanaman Buah. 2004. Standar Pelaksanaan Operasi Melon. Direktorat Jendral Bina Produksi Hortikultura. Departemen Pertanian. Jakarta.

Fiar, J. 2010. Khasiat atau manfaat buah melon.

http://fiar92.student.umm.ac.id/2010/09/24/khasiat-atau-manfaat-buah-melon/ [14 Oktober 2011].

Harjadi, S.S. 1989. Dasar-Dasar Hortikultura. Departemen Budidaya Pertanian. Fakultas Pertanian. Institut Pertanian Bogor IPB. Bogor. 506 hal.

Harjadi, S.S. 1996. Pengantar Agronomi. Jakarta. PT Gramedia Pustaka Utama. 195 hal.

Janick, J. 1972. Horticulture Science. Freeman and Company. San Fransisco. 586p.

Jones, J. B. 1930. Hydroponics: A Practical Guide for the Soilless Grower. Second Edition. CRC press. Washington, D.C. 432p.

Jumin, H. B. 1992. Ekologi Tanaman suatu Pendekatan Fisiologi, Rajawali Press, Jakarta. 89 hal.

(44)

Kramer, P. J. 1969. Plant and Soil Water Relationships : A Modern Synthesis. Me Graw-Hill Book Company. New York. 482 p.

Polunin, N. 1990. Pengantar Geografi Tumbuhan dan Beberapa Ilmu Serumpun. Penterjemah Gembong Tjitrosoepomo, gadjah mada University Press. 797 hal.

Prihmantoro, H dan Indriani, Y. H. 2002. Hidroponik Tanaman Buah. Penebar Swadaya. 92 hal.

Resh, H. M. 2004. Hydroponic Food Production: A Definitive Guidebook Of Soilles Food-Growing Methods. Sixth Edition. Newconcept Press. Mahwah, New Jersey. 567p.

Richards, A.J. 1997. Plant Breeding Systems. Chapman and Hall. London. 529 p.

Rubatzky, V.E. dan M. Yamaguchi. 1999. Sayuran Dunia 3: Prinsip, Produksi, dan Gizi. Institut Teknologi Bandung. Bandung. 292 hal.

Sismiyati, D. 2003. Efektivitas Pemberian Air dengan Sistem Irigasi Tetes pada Tanaman Melon (Cucumis melo L.). Skripsi. Jurusan Teknik Pertanian. Fakultas Teknologi Pertanian. Institut Pertanian Bogor. Bogor.

Sulistyono E. 2007. Pengelolaan Air untuk Tanaman. Departemen Agronomi dan Hortikultura, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Bogor. 55 hal.

Sumiati, E. 1987. Pengaruh pemangkasan cabang terhadap hasil dan kualitas melon. Buletin Penelitian Hortikultura. 15: 49-54.

Supriyadi. 2006. Analisis penggunaan air pada daerah irigasi rentang wilayah kabupaten Cirebon. Agrijati. Vol 3 no 1: 65-70.

Susanto, S., Suwardi, dan N. Murniarti. 2005. Pemanfaatan serasah daun bambu sebagai media budidaya tomat (Lycopersicum esculenim Mill) dengan sistem hidroponik. Bul. Agron. 33 (1):33-37.

Susila, A. D. 2006. Teknik Fertigasi pada Budidaya Paprika dalam Greenhouse. Program Studi Hortikultura. Fakultas Pertanian. Institut Pertanian Bogor. Bogor. 14 hal.

Sutopo, L. 1988. Pengaruh kualitas benih dan pemangkasan terhadap pertumbuhan dan produksi tanaman melon. Agrivita. 11 : 46-48.

(45)
(46)
(47)

Lampiran 1. Kandungan Pupuk Hidroponik

Unsur Hara Komposisi 32-10-10 Komposisi 10-55-10

Total Nitrogen (N) 32% 10%

Ammoniacal Nitrogen 2.00% 8.50%

Nitrate Nitrogen 3.00% 0.50%

Urea Nitrogen 27.00% 1.00%

Available Phosphoric Acid (P2O5) 10% 55%

Soluble Potash (K2O) 10.00% 10.00%

Calcium (Ca) 0.05% 0.05%

Magnesium (Mg) 0.10% 0.10%

Chelated Magnesium 0.10% 0.10%

Sulfur (S) 0.20% 0.20%

Boron (B) 0.02% 0.02%

Copper (Cu) 0.05% 0.05%

Chelated Copper 0.05% 0.05%

Iron (fe) 0.10% 0.10%

Chelated Iron 0.10% 0.10%

Manganese (Mn) 0.05% 0.05%

Chelated Manganese 0.05% 0.05%

Molybdenum (Mo) 0.00% 0.00%

Zinc (Zn) 0.05% 0.05%

(48)

Lampiran 2. Denah Percobaan Ulangan 1

I

6

I

2

I

10

I

7

I

4

I

9

I

5

I

8

I

3

I

12

I

11

I

1

Ulangan 2

I

4

I

11

I

1

I

5

I

7

I

9

I

12

I

8

I

3

I

10

I

2

I

6

Ulangan 3

I

7

I

5

I

6

I

8

I

1

I

3

I

10

I

2

I

11

I

4

I

12

I

9

Keterangan :

(49)

Lampiran 3. Jadwal Irigasi

Umur Tanaman Perlakuan Volume Irigasi

3 MST-Bunga 0.5 T 0.5 Eo

0.5 T1 0.5 Eo

0.5 T2 2 Eo

1 T 1 Eo

1 T1 1 Eo

1 T2 2 Eo

1.5 T 1.5 Eo

1.5 T1 1.5 Eo

1.5 T2 2 Eo

2 T 2 Eo

2 T1 2 Eo

2 T2 2 Eo

Bunga-Panen 0.5 T 0.5 Eo

0.5 T1 2 Eo

0.5 T2 0.5 Eo

1 T 1 Eo

1 T1 2 Eo

1 T2 1 Eo

1.5 T 1.5 Eo

1.5 T1 2 Eo

1.5 T2 1.5 Eo

2 T 2 Eo

2 T1 2 Eo

(50)

Lampiran 4. Pengamatan Evaporasi

Februari Maret April Mei Juni Tgl Eo (mm) Eo (mm) Eo (mm) Eo (mm) Eo (mm)

1 2 2* 4 3

2 3 3* 4 3

3 3 3* 3* 3

4 4 4.5 3 3.5

5 3 3.5* 3 3.5

6 2 3* 3.5 2*

7 3 4 3 3

8 2 4 4 3

9 4 3.5* 2*   

10 2 3* 2.5*   

11 3 3* 3   

12 2 4.5 3   

13 3 4* 3.5   

14 3 3,5 3*   

15 3 4 2*   

16 2 3.5* 2*   

17 3 4 3.5* 2.5*   

18 4 3 3* 2*   

19 6 3 4 3   

20 4 4 4 3   

21 5 4.5 4 3.5   

22 4 4 3* 3   

23 4 3 3.5 3   

24 4 3.5 4 3   

25 4 4 4.5 2*   

26 6 3.5 4 3   

27 3 3 4 3.5   

28 3 3.5 3.5* 3   

29 3 3* 3   

30 3 4 3.5   

31 3 2*   

(51)
[image:51.612.107.504.62.771.2]

Gambar Pot Hidroponik

Lubang H

1/3 H

Gambar Panci Pengukuran Evaporasi (Eo)

Skala milimeter

H = 35 cm

Ember atau bak berwarna hitam

d = 30 cm

(52)

Lampiran 6. Tabel Volume Irigasi

Eo (mm) 0.5 Eo Eo 1.5 Eo 2 Eo Total (ml) Stock (ml)

1 35 71 106 141 5815 349

1.5 53 106 159 212 7723 463

2 71 141 212 283 9630 578

2.5 88 177 265 353 11538 692

3 106 212 318 424 13445 807

3.5 124 247 371 495 15353 921

4 141 283 424 565 17260 1036

4.5 159 318 477 636 19168 1150

5 177 353 530 707 21076 1265

5.5 194 389 583 777 22983 1379

6 212 424 636 848 24891 1493

65 230 459 689 918 26798 1608

7 247 495 742 989 28706 1722

7.5 265 530 795 1060 30613 1837

8 283 565 848 1130 32521 1951

8.5 300 601 901 1201 34428 2066

9 318 636 954 1272 36336 2180

9.5 336 671 1007 1342 38243 2295

10 353 707 1060 1413 40151 2409

10.5 371 742 1113 1484 42059 2524

11 389 777 1166 1554 43966 2638

11.5 406 812 1219 1625 45874 2752

12 424 848 1272 1696 47781 2867

12.5 442 883 1325 1766 49689 2981

13 459 918 1378 1837 51596 3096

13.5 477 954 1431 1908 53504 3210

14 495 989 1484 1978 55411 3325

14.5 512 1024 1537 2049 57319 3439

15 530 1060 1590 2120 59227 3554

15.5 548 1095 1643 2190 61134 3668

16 565 1130 1696 2261 63042 3782

16.5 583 1166 1749 2331 64949 3897

17 601 1201 1802 2402 66857 4011

17.5 618 1236 1855 2473 68764 4126

18 636 1272 1908 2543 70672 4240

18.5 654 1307 1961 2614 72579 4355

19 671 1342 2014 2685 74487 4469

19.5 689 1378 2067 2755 76394 4584

20 707 1413 2120 2826 78302 4698

20.5 724 1448 2172 2897 80210 4813

(53)

Eo (mm) 0.5 Eo Eo 1.5 Eo 2 Eo Total (ml) Stock (ml)

22 777 1554 2331 3109 85932 5156

22.5 795 1590 2384 3179 87840 5270

23 812 1625 2437 3250 89747 5385

23.5 830 1660 2490 3321 91655 5499

24 848 1696 2543 3391 93562 5614

24.5 865 1731 2596 3462 95470 5728

25 883 1766 2649 3533 97378 5843

25.5 901 1802 2702 3603 99285 5957

26 918 1837 2755 3674 101193 6072

26.5 936 1872 2808 3744 103100 6186

27 954 1908 2861 3815 105008 6300

27.5 971 1943 2914 3886 106915 6415

28 989 1978 2967 3956 108823 6529

28.5 1007 2014 3020 4027 110730 6644

29 1024 2049 3073 4098 112638 6758

29.5 1042 2084 3126 4168 114545 6873

30 1060 2120 3179 4239 116453 6987

30.5 1077 2155 3232 4310 118361 7102

31 1095 2190 3285 4380 120268 7216

31.5 1113 2225 3338 4451 122176 7331

32 1130 2261 3391 4522 124083 7445

32.5 1148 2296 3444 4592 125991 7559

33 1166 2331 3497 4663 127898 7674

33.5 1183 2367 3550 4734 129806 7788

34 1201 2402 3603 4804 131713 7903

34.5 1219 2437 3656 4875 133621 8017

35 1236 2473 3709 4946 135529 8132

35.5 1254 2508 3762 5016 137436 8246

36 1272 2543 3815 5087 139344 8361

36.5 1289 2579 3868 5157 141251 8475

37 1307 2614 3921 5228 143159 8590

37.5 1325 2649 3974 5299 145066 8704

38 1342 2685 4027 5369 146974 8818

38.5 1360 2720 4080 5440 148881 8933

39 1378 2755 4133 5511 150789 9047

39.5 1395 2791 4186 5581 152696 9162

40 1413 2826 4239 5652 154604 9276

40.5 1431 2861 4292 5723 156512 9391

41 1448 2897 4345 5793 158419 9505

41.5 1466 2932 4398 5864 160327 9620

42 1484 2967 4451 5935 162234 9734

(54)

Eo (mm) 0.5 Eo Eo 1.5 Eo 2 Eo Total (ml) Stock (ml)

43.5 1537 3073 4610 6147 167957 10077

44 1554 3109 4663 6217 169864 10192

44.5 1572 3144 4716 6288 171772 10306

45 1590 3179 4769 6359 173680 10421

45.5 1607 3215 4822 6429 175587 10535

46 1625 3250 4875 6500 177495 10650

46.5 1643 3285 4928 6570 179402 10764

47 1660 3321 4981 6641 181310 10879

47.5 1678 3356 5034 6712 183217 10993

48 1696 3391 5087 6782 185125 11107

48.5 1713 3427 5140 6853 187032 11222

49 1731 3462 5193 6924 188940 11336

49.5 1749 3497 5246 6994 190847 11451

(55)

Lampiran 7. Rekapitulasi Hasil Analisis Ragam Tinggi Tanaman

3MST

Sumber keragaman Db JK KT Fhit Pr>F

Kelompok 2 71.58 35.79 13.79 0.0001

Perlakuan 11 96.28 8.75 3.37 0.0074

Galat Perlakuan 22 57.11 2.59

4 MST

Sumber keragaman db JK KT Fhit Pr>F

Kelompok 2 204.82 102.41 5.84 0.0092

Perlakuan 11 5913.08 537.55 30.67 <.0001 Galat Perlakuan 22 385.57 17.52

5 MST

Sumber keragaman db JK KT Fhit Pr>F

Kelompok 2 19304.35 9652.17 15.47 <0.0001

Perlakuan 11 8736.58 794.23 1.27 0.3017

Galat Perlakuan 22 13723.14 623.77

6 MST

Sumber keragaman db JK KT Fhit Pr>F

Kelompok 2 18173 9086.5 6.77 0.0051

Perlakuan 11 18891.91 1717.44 1.28 0.2981 Galat Perlakuan 22 29515.52 1341.61

7 MST

Sumber keragaman db JK KT Fhit Pr>F

Kelompok 2 1203.78 601.89 0.94 0.4045

Perlakuan 11 6939.72 630.88 0.99 0.4851

(56)

8 MST

Sumber keragaman db JK KT Fhit Pr>F

Kelompok 2 418.68 209.34 0.55 0.5848

Perlakuan 11 3176.9 288.8 0.76 0.675

Galat Perlakuan 22 8375.96 380.72

9 MST

Sumber keragaman db JK KT Fhit Pr>F

Kelompok 2 418.68 209.34 0.55 0.5848

Perlakuan 11 3176.9 288.8 0.76 0.675

Galat Perlakuan 22 8375.96 380.72

10 MST

Sumber keragaman db JK KT Fhit Pr>F

Kelompok 2 418.68 209.34 0.55 0.5848

Perlakuan 11 3176.9 288.8 0.76 0.675

Galat Perlakuan 22 8375.96 380.72

Rekapitulasi Hasil Analisis Ragam Jumlah Daun 3 MST

Sumber keragaman db JK KT Fhit Pr>F

Kelompok 2 6.22 3.11 15.4 <.0001

Perlakuan 11 10.3 0.93 4.64 0.0011

Galat Perlakuan 22 4.44 0.2

4 MST

Sumber keragaman db JK KT Fhit Pr>F

Kelompok 2 20.66 10.33 14.21 0.0001

Perlakuan 11 189.33 17.21 23.67 <.0001

(57)

5 MST

Sumber keragaman db JK KT Fhit Pr>F

Kelompok 2 28.5 14.25 6.25 0.0071

Perlakuan 11 407.33 37.03 16.24 <.0001

Galat Perlakuan 22 50.16 2.28

6 MST

Sumber keragaman db JK KT Fhit Pr>F

Kelompok 2 141.72 70.86 8.22 0.0022

Perlakuan 11 125.63 11.42 1.33 0.2753

Galat Perlakuan 22 189.61 8.61

7 MST

Sumber keragaman db JK KT Fhit Pr>F

Kelompok 2 6.88 3.44 0.94 0.405

Perlakuan 11 39.22 3.56 0.98 0.4955

Galat Perlakuan 22 80.44 3.65

8 MST

Sumber keragaman db JK KT Fhit Pr>F

Kelompok 2 2 1 1.74 0.1994

Perlakuan 11 8.08 1.73 1.28 0.3001

Galat Perlakuan 22 12.66 0.57

9 MST

Sumber keragaman db JK KT Fhit Pr>F

Kelompok 2 0.05 0.027 0.09 0.9121

Perlakuan 11 2.3 0.2 0.7 0.7277

(58)

10 MST

Sumber keragaman db JK KT Fhit Pr>F

Kelompok 2 0.05 0.027 0.09 0.9121

Perlakuan 11 2.3 0.2 0.7 0.7277

Galat Perlakuan 22 6.61 0.3

Rekapitulasi Hasil Analisis Ragam Jumlah Cabang

4 MST

Sumber keragaman db JK KT Fhit Pr>F

Kelompok 2 0.44 0.22 2.51 0.1167

Perlakuan 11 4.44 0.4 4.61 0.0045

Galat Perlakuan 22 1.22 0.08

5 MST

Sumber keragaman db JK KT Fhit Pr>F

Kelompok 2 1.38 0.69 2.1 0.1464

Perlakuan 11 19.63 1.78 5.4 0.0004

Galat Perlakuan 22 7.27 0.33

6 MST

Sumber keragaman db JK KT Fhit Pr>F

Kelompok 2 1.05 0.52 0.57 0.5722

Perlakuan 11 61.63 5.6 6.08 0.0002

Galat Perlakuan 22 20.27 0.92

7 MST

Sumber keragaman db JK KT Fhit Pr>F

Kelompok 2 2.16 1.08 0.88 0.43

Perlakuan 11 33.41 3.03 2.46 0.0348

(59)

8 MST

Sumber keragaman db JK KT Fhit Pr>F

Kelompok 2 6.5 3.25 2.8 0.0823

Perlakuan 11 50.75 4.61 3.98 0.0028

Galat Perlakuan 22 25.5 1.15

9 MST

Sumber keragaman db JK KT Fhit Pr>F

Kelompok 2 6.88 3.44 0.53 0.5948

Perlakuan 11 76.55 6.95 1.07 0.4226

Galat Perlakuan 22 142.44 6.47

10 MST

Sumber keragaman db JK KT Fhit Pr>F

Kelompok 2 177.72 88.86 5.98 0.0084

Perlakuan 11 118.97 10.81 0.73 0.7016

Galat Perlakuan 22 326.94 14.86

Rekapitulasi Hasil Analisis Ragam Umur Berbunga

7 MST

Sumber keragaman db JK KT Fhit Pr>F

Kelompok 2 48.38 24.19 8.37 0.002

Perlakuan 11 529.63 48.14 16.65 <0.0001

Galat Perlakuan 22 63.61 2.89

Rekapitulasi Hasil Analisis Ragam Bunga Jantan

7 MST

Sumber keragaman db JK KT Fhit Pr>F

Kelompok 2 2.38 1.19 0.26 0.7731

(60)

Galat Perlakuan 22 100.94 4.58

8 MST

Sumber keragaman db JK KT Fhit Pr>F

Kelompok 2 5.72 2.86 6.55 0.0059

Perlakuan 11 32.3 2.93 6.72 <.0001

Galat Perlakuan 22 9.61 0.43

Rekapitulasi Hasil Analisis Ragam Bunga Betina

7 MST

Sumber keragaman db JK KT Fhit Pr>F

Kelompok 2 3.38 1.69 2.44 0.1104

Perlakuan 11 35.63 3.23 4.67 0.001

Galat Perlakuan 22 15.27 0.69

8 MST

Sumber keragaman db JK KT Fhit Pr>F

Kelompok 2 0.38 0.19 0.45 0.6464

Perlakuan 11 11.63 1.05 2.42 0.0372

Galat Perlakuan 22 9.61 0.43

Rekapitulasi Hasil Analisis Ragam Bunga Hermaprodit

7 MST

Sumber keragaman db JK KT Fhit Pr>F

Kelompok 2 2.16 1.083 3.33 0.0547

Perlakuan 11 3.66 0.33 1.02 0.4594

(61)

8 MST Sumber keragaman db JK KT Fhit Pr>F

Kelompok 2 0.05 0.02 0.19 0.8312

Perlakuan 11 7.22 0.65 4.41 0.015

Galat Perlakuan 22 3.27 0.14

Rekapitulasi Hasil Analisis Ragam Bobot Buah

Sumber keragaman db JK KT Fhit Pr>F

Kelompok 2 0.29 0.14 4.61 0.0212

Perlakuan 11 4.22 0.38 11.96 <.0001

Galat Perlakuan 22 0.705 0.032

Rekapitulasi Hasil Analisis Ragam Diameter Vertikal

Sumber keragaman db JK KT Fhit Pr>F

Kelompok 2 48.54 24.27 3.36 0.0532

Perlakuan 11 2643.99 240.36 33.31 <.0001

Galat Perlakuan 22 158.77 7.21

Rekapitulasi Hasil Analisis Ragam Diameter Horizontal

Sumber keragaman db JK KT Fhit Pr>F

Kelompok 2 105.12 52.56 3.63 0.0433

Perlakuan 11 1603.45 145.76 10.08 <.0001

Galat Perlakuan 22 318.25 14.46

Rekapitulasi Hasil Analisis Ragam Bobot Kering Batang

Sumber keragaman db JK KT Fhit Pr>F

Kelompok 2 0.49 0.24 0.07 0.9322

Perlakuan 11 266.78 24.25 6.97 <.0001

(62)

Rekapitulasi Hasil Analisis Ragam Bobot Kering Daun

Sumber keragaman db JK KT Fhit Pr>F

Kelompok 2 1.41 0.7 0.19 0.8313

Perlakuan 11 4234.3 384.93 101.33 <.0001

Galat Perlakuan 22 83.57 3.79

Rekapitulasi Hasil Analisis Ragam Bobot Kering Akar

Sumber keragaman db JK KT Fhit Pr>F

Kelompok 2 0.027 0.013 0.61 0.5535

Perlakuan 11 1.22 0.11 4.99 0.0007

Galat Perlakuan 22 0.49 0.02

(63)

DENGAN SISTEM HIDROPONIK

OLEH

HALIMAH RIYANTI

A24070119

DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA

FAKULTAS PERTANIAN

(64)

HALIMAH RIYANTI. Pengaruh Volume Irigasi pada Berbagai Fase

Tumbuh pada Pertumbuhan Melon (Cucumis melo L.) dengan Sistem

Hidroponik (Dibimbing oleh EKO SULISTYONO).

Penelitian ini dilaksanakan untuk mengetahui pengaruh volume irigasi pada berbagai fase tumbuh pada pertumbuhan melon (Cucumis melo L.) yang dibudidayakan secara hidroponik. Penelitian ini dilaksanakan di rumah kaca

University Farm IPB, unit lapangan Cikabayan Dramaga Bogor mulai bulan

Februari hingga Juni 2011.

Penelitian ini dilaksanakan dengan Rancangan Kelompok Lengkap Teracak (RKLT) dengan satu faktor yaitu volume irigasi. Perlakuan pada penelitian ini adalah volume irigasi yaitu 0.5 x Eo (evaporasi permukaan air bebas), 1 x Eo, 1.5 x Eo dan 2 x Eo masing-masing diberikan pada seluruh fase tumbuh, yaitu seluruh fase tumbuh (dari tanam hingga panen), fase tanam hingga berbunga dan fase berbunga hingga panen. Jumlah perlakuan ada 12 taraf perlakuan, antara lain :

(0.5T) Volume irigasi 0.5 x Eo diberikan pada tanam-panen (0.5T1) Volume irigasi 0.5 x Eo diberikan pada tanam-bunga (0.5T2) Volume irigasi 0.5 x Eo diberikan pada bunga-panen (1T) Volume irigasi 1 x Eo diberikan pada tanam-panen (1T1) Volume irigasi 1 x Eo diberikan pada tanam-bunga (1T2) Volume irigasi 1 x Eo diberikan pada bunga-panen (1.5T) Volume irigasi 1.5 x Eo diberikan pada tanam-panen (1.5T1) Volume irigasi 1.5 x Eo diberikan pada tanam-bunga (1.5T2) Volume irigasi 1.5 x Eo diberikan pada bunga-panen (2T) Volume irigasi 2 x Eo diberikan pada tanam-panen (2T1) Volume irigasi 2 x Eo diberikan pada tanam-bunga (2T2) Volume irigasi 2 x Eo diberikan pada bunga-panen

(65)

Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah benih melon varietas Alien yang diperoleh dari toko pertanian yang ada di Bogor dan pasir yang digunakan sebagai media tanaman melon, pemupukan menggunakan pupuk hidroponik dengan komposisi 32-10-10 yang digunakan pada fase tanam hingga berbunga dan komposisi 10-55-10 yang digunakan pada fase berbunga hingga panen. Pestisida yang digunakan antara lain decis dan fungisida yang diaplikasikan seminggu sekali dengan cara disemprot pada tanaman mulai dari tanaman berumur 3 MST.

(66)

Latar Belakang

Kebutuhan terhadap tanaman hortikultura khususnya buah-buahan meningkat seiring dengan peningkatan kesadaran masyarakat akan gizi. Salah satu komoditas buah-buahan yang menjadi prioritas dan perlu mendapat perhatian adalah melon (Cucumis melo L.) Tanaman melon termasuk salah satu jenis tanaman buah-buahan semusim yang mempunyai arti penting bagi perkembangan sosial ekonomi khususnya dalam meningkatkan pendapatan petani, perbaikan gizi masyarakat dan perluasan kesempatan kerja. Melon kini berkembang sebagai komoditas agribisnis dan memiliki nilai ekonomi serta prospek yang cukup besar dalam pemasarannya.

Menurut Fiar (2010) buah melon mengandung antikoagulan yang disebut dengan adenosine sehingga mampu menghentikan penggumpalan sel darah yang dapat memicu timbulnya penyakit stroke atau jantung serta kandungan karotenoid yang tinggi pada buah melon dapat mencegah kanker dan menurunkan resiko serangan kanker paru-paru. Kandungan nutrisi buah melon adalah 34 mg vitamin C, 15.00 mg kalsium, 25.00 mg fosfor, dan 0.5 mg zat besi.

(67)

Budidaya melon di rumah kaca memerlukan pemeliharaan khusus, salah satunya volume irigasi yang berkaitan dengan kebutuhan air dan hara pada tanaman serta fase tumbuh pada tanaman melon juga mempengaruhi kualitas buah melon. Kebutuhan air irigasi merupakan salah satu tahap penting yang diperlukan dalam perencanaan dan pengelolaan sistem irigasi. Sulistyono (2007) menyatakan bahwa kebutuhan air tanaman didefinisikan sebagai volume air yang diperlukan untuk mencukupi kebutuhan air tanaman selain yang berasal dari curah hujan. Air mutlak dibutuhkan oleh setiap makhluk hidup untuk pertumbuhan.

Tujuan

Penelitian ini betujuan untuk mengetahui berapa kebutuhan air untuk tanaman melon dan perbedaan volume air pada berbagai fase tumbuh mempengaruhi pertumbuhan dan produksi melon.

Hipotesis

(68)

Botani dan Diskripsi Tanaman Melon

Melon (Cucumis melo L.) merupakan salah satu anggota famili Cucurbitaceae genus Cucumis. Melon berasal dari Afrika Timur dan Afrika Timur-Laut. Melon merupakan tanaman semusim (annual), tumbuh menjalar di tanah atau dapat dirambatkan pada turus bambu yang mirip dengan tanaman mentimun (Cucumis sativus L.) (Rubatzky, 1999). Melon mulai dikembangkan di Indonesia pada tahun 1980-an di daerah Cisarua (Bogor) dan Kalianda (Lampung) oleh PT Jaka Utama Lampung.

Famili Cucurbitaceae umumnya memiliki bunga monoecious, dengan bunga jantan dan bunga betina atau hermaprodit berada dalam satu tanaman (Richards, 1997). Melon termasuk dalam buah pepo, yaitu pada biji terdapat lapisan tipis yang menyelimuti (lendir). Lendir tersebut terasa manis, kenyal, dan tidak banyak mengandung air. Buah melon menghasilkan banyak biji dalam jumlah banyak (300-500 biji), berwarna puti atau kusam, berbentuk elips dan licin.

Tanaman melon terdiri dari dua daun lembaga sehingga dimasukkan dalam kelas tumbuhan berbiji belah (dikotil) dan tergolong dalam genera Cucumis. Secara lengkap dilihat dari segi taksonomi tumbuhan, tanaman melon diklasifikasikan mulai dari kingdomnya adalah Plantarum, divisi Spermatophyta, sub-divisi Angiospermae, kelas Dikotil, sub-kelas Sympetalae, ordo Cucurbitales, famili Cucurbitaceae, genus Cucum

Gambar

Gambar 1. Tanaman melon di lapangan
Gambar 2. Tinggi tanaman melon perlakuan 0.5T saat 4 MST
Tabel 2. Pengaruh perlakuan terhadap tinggi tanaman
Tabel 3. Pengaruh perlakuan terhadap jumlah daun
+7

Referensi

Dokumen terkait

Permasalahan yang tak kalah pentingnya adalah kebijakan pemerintah untuk menangani permasalahan di bagian hulu sungai Citarum sering menjadikan masyarakat sebagai objek

Dipilihnya PeGI sebagai framework/ kerangka kerja dalam menyusun strategi pengembang e-government LAPAN adalah karena PeGI merupakan kerangka kerja yang digunakan

elalui Aplikasi SPSE Kementerian Keuangan untuk Pengadaan Jasa Konsultansi Perencanaan Renovasi Parkir Balai Diklat Keuangan Balikpapan Tahun Anggaran. enang

Menurut Bambang pengertian Pajak adalah iuran wajib anggota masyarakat kepada negara karena Undang-Undang, dan atas pembayaran tersebut pemerintah tidak memberikan balas jasa

Setelah pengguna yakin punya kemampuan menggunakan komputer dan percaya akan teknologi maka akan meningkat apakah teknologi tersebut bermanfaat (PU) dan mudah

interface penguapan bahan bakar biodiesel-etanol dan biodiesel metanol dengan debit 3 ml/hr Pada gambar 4 terlihat nyala api dengan bahan bakar biodiesel-metanol lebih stabil

Kata asal sebelum pengimbuhan ialah َﻊَﻄَﻗ ertinya memotong, dan perbuatan memotong hanya berlaku sekali sahaja (Ibn Ha:jib 2005. ُﻞِﺑِﻹا ِﺖَﺗﱠﻮَﻣ

data yang sudah diperoleh adalah dengan cara deskriptif, yaitu dengan. menjabarkan data yang diperoleh dengan kata atau kalimat