• Tidak ada hasil yang ditemukan

Perilaku Suami dalam Mendukung Pemberian Imunisasi pada Bayi di Wilayah Kerja Puskesmas Kolang Kecamatan Kolang Kabupaten Tapanuli Tengah Tahun 2011.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Perilaku Suami dalam Mendukung Pemberian Imunisasi pada Bayi di Wilayah Kerja Puskesmas Kolang Kecamatan Kolang Kabupaten Tapanuli Tengah Tahun 2011."

Copied!
108
0
0

Teks penuh

(1)

KOLANG KABUPATEN TAPANULI TENGAH TAHUN 2011

SKRIPSI

OLEH :

SARBARITA SIMANGUNSONG NIM. 091000267

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(2)

PERILAKU SUAMI DALAM MENDUKUNG PEMBERIAN IMUNISASI PADA BAYI DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS KOLANG KECAMATAN

KOLANG KABUPATEN TAPANULI TENGAH TAHUN 2011

SKRIPSI

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat

OLEH :

SARBARITA SIMANGUNSONG NIM. 091000267

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(3)

HALAMAN PENGESAHAN Skripsi Dengan Judul :

PERILAKU SUAMI DALAM MENDUKUNG PEMBERIAN IMUNISASI PADA BAYI DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS KOLANG KECAMATAN

KOLANG KABUPATEN TAPANULI TENGAH TAHUN 2011

Yang dipersiapkan dan dipertahankan oleh : SARBARITA SIMANGUNSONG

NIM. 091000267

Telah Diuji dan Dipertahankan Dihadapan Tim Penguji Skripsi Pada Tanggal 23 Juli 2011 dan

Dinyatakan Telah Memenuhi Syarat Untuk Diterima Tim Penguji

Ketua penguji

Drs. Eddy Syahrial, MS NIP. 19590713 198703 1 001

Penguji I

Dra. Syarifah, MS

NIP. 19611219 198703 2 002

Penguji II

Drs. Alam Bakti Keloko, M.Kes NIP. 19620604 199203 1 001

Medan, Agustus 2011 Fakultas Kesehatan Masyarakat

Universitas Sumatera Utara Dekan,

(4)

ABSTRAK

Perilaku suami dalam mendorong pemberian imunisasi pada bayi merupakan salah satu faktor penting dalam peningkatan cakupan imunisasi. Hal ini disebabkan karena sebagian besar penduduk di Indonesia memiliki sosial budaya patrilineal, yang menempatkan posisi laki-laki lebih tinggi dari perempuan termasuk dalam pengambilan keputusan untuk pemberian imunisasi pada bayi. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui perilaku suami dalam mendukung pemberian imunisasi pada bayi di Wilayah Kerja Puskesmas Kolang Kecamatan Kolang Kabupaten Tapanuli Tengah Tahun 2011.

  Jenis penelitian ini adalah deskriptif dengan menggunakan rancangan cross sectional. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh suami yang memiliki bayi yaitu berjumlah 390 orang dan dijadikan sampel sebanyak 80 orang. Data karakteristik, sumber informasi, dan perilaku suami diperoleh melalui wawancara dengan menggunakan kuesioner. Data yang sudah dikumpulkan dianalisa secara deskriptif dan disajikan dalam bentuk tabel distribusi frekuensi.

Hasil penelitian diketahui bahwa sebagian besar (36,25%) suami berada pada kelompok umur 26-30 tahun, sementara yang paling sedikit (5,00%) berumur ≥ 41 tahun. Tingkat pendidikan suami tergolong rendah yaitu tamat SD (42,50%), bahkan masih ada yang tidak sekolah /tidak tamat SD (11,25%). Secara umum jenis pekerjaan suami adalah petani (71,25%) dan buruh tani (25,00%). Sebagian besar (61,25%) suami memiliki penghasilan yang tergolong rendah (< Rp 965.000,-per bulan). Sumber informasi tentang imunisasi paling banyak diperoleh melalui perawat/bidan. Sementara yang paling sedikit adalah media cetak (surat kabar, brosur) dan tetangga/teman. Sebagian besar pengetahuan suami pada kategori kurang (50,00%), sementara kategori baik hanya sebesar 16,25%. Sikap suami tentang imunisasi mayoritas pada kategori sedang (48,75%) dan kurang (37,50%). Tindakan suami dalam mendukung imunisasi pada bayi sebagian besar berada pada kategori kurang (53,80%), sementara tindakan kategori baik hanya sebesar 6,20%.

Disarankan kepada Kepala Puskesmas Kolang agar mengaktifkan petugas imunisasi dan kader untuk melakukan kunjungan rumah bayi yang tidak diimunisasi dan langsung memberikan penyuluhan kepada orang tua bayi terutama kepala rumah tangga yaitu suami mengenai imunisasi.

(5)

ABSTRACT

Husband's behavior in promoting immunization in infants is one important factor in increasing immunization coverage. This is because most of the population in Indonesia has a patriarchal social culture, which places the position of men more than women included in the decision to immunization in infants. The purpose of this study was to determine the behavior of the husband in support of immunization in infants in the Work Area Primary Health Center Kolang in 2011.

This type of research is descriptive by using cross sectional design. The population in this study is the husband who has a baby that is numbered 390 people and sampled as many as 80 people. Data characteristics, information sources, and the husband's behavior is obtained through interviews using a questionnaire. Data already collected was analyzed descriptively and are presented in the form of a frequency distribution table.

Survey results revealed that the majority (36.25%) husbands were in the age group 26-30 years, while the least (5.00%) aged ≥ 40 years. Husband's educational level is low complete primary school (42.50%), there was even a school that does not / did not complete primary school (11.3%). Generally this type of work husbands were farmers (71.3%) and laborers (25.00%). The majority (61.25%) husband has a relatively low income (< Rp 965.000,- per month). Sources of information about most is obtained through the immunization nurse /midwife. While the least is the print media (newspapers, brochures) and neighbors / friends. Most of the knowledge of her husband on a category less (50.00%), while both categories only by 16.25%. Husband's attitudes about immunization the majority of the category of being (48,75%) and less (37.50%). Husband's actions in support of immunization in infants are mostly located in the category of less (53.80%), while both categories of actions only amounted to 6.20%.

Kolang suggested to the Chief Public Primary Health Center for Immunization and cadres to enable officers to conduct home visits and the infants who were not immunized immediately provide counseling to the parents of infants, especially heads of households the husband about immunizations.

(6)

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama : Sarbarita Simangunsong

Tempat / Tanggal Lahir : Unte Mungkur III, 24 Juni 1981

Agama : Kristen Protestan

Status Perkawinan : Kawin

Alamat : Jln. Sibolga-Barus Km. 17. Desa Unte Mungkur III Kec. Kolang Kab. Tapanuli Tengah

Riwayat Pendidikan

1. SD Negeri Purbatua I : Tahun 1987-1993 2. SMP Swasta Fatima Sibolga : Tahun 1993-1996 3. SMA Swasta PGRI Sibolga : Tahun 1996-1999 4. AKPER B.A.S. Balimbingan : Tahun 2002-2005 5. FKM USU Medan : Tahun 2009-sekarang

Riwayat Pekerjaan

(7)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan RahmatNya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini, Penulis menyadari sepenuhnya bahwa apa yang disajikan dalam skripsi masih terdapat kekurangan. Oleh sebab itu penulis mengharapkan saran dan kritikan yang sifatnya membangun yang bermanfaat bagi skripsi ini. Adapun judul skripsi ini adalah “Perilaku Suami dalam Mendukung Pemberian Imunisasi pada Bayi di Wilayah Kerja Puskesmas Kolang Kecamatan Kolang Kabupaten Tapanuli Tengah Tahun 2011”.

Pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan terimakasih kepada Drs. Eddy Syahrial, M.S selaku dosen pembimbing I dan Dra. Syarifah, M.S selaku dosen pembimbing II, yang telah banyak meluangkan waktu dan pikiranya dalam memberikan petunjuk, saran dan bimbingan kepada penulis sehingga skripsi ini dapat diselesaikan.

Penyusunan skripsi ini tidak terlepas dari bantuan dan dukungan dari berbagai pihak. Untuk itu, penulis dengan rasa hormat menyampaikan terimakasih kepada : 1. Bapak Dr. Drs. Surya Utama, MS, selaku Dekan Fakultas Kesehatan Masyarakat

Universitas Sumatera Utara.

2. Bapak Drs. Tukiman, MKM, selaku Ketua Departemen Promosi Kesehatan Dan Ilmu Perilaku Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.

(8)

4. Ibu dr. Masdyana Dolok Saribu, MARS, selaku Kepala Dinas Kesehatan Tapanuli Tengah yang telah memberikan dukungan dan izin kepada penulis untuk melakukan penelitian sehingga penelitian dapat selesai dengan baik.

5. Bapak Jonnedi Marbun, S.Pd, selaku Kepala Camat Kecamatan Kolang Tapanuli Tengah yang telah memberikan izin untuk memperoleh data dalam penelitian ini. 6. Kepada istriku Saryeni Anggreni Ruth Panggabean yang telah banyak

memberikan dukuan moril selama penulis mengikuti dan menyelesaikan perkuliahan ini dan buat anakku tersayang Aulia Tyo Sophia Simangunsong yang selalu memberikan keceriaan di rumah dan memberikan semangat dalam menyelesaikan studi ini.

7. Sahabat-sahabatku di FKM USU terutama di Departemen PKIP stambuk 2009 yang selalu mendukungku, sehingga menambah semangat bagi saya dalam menyelesaikan skripsi ini.

Akhirnya pada semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang telah banyak memberikan bantuan dan dorongan semangat. Semoga Tuhan Tuhan Yang Maha Esa senantiasa memenuhi kehidupan Bapak, Ibu, dan teman-teman sekalian. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi para pembaca sekalian.

Medan, Juli 2011 Penulis

(9)

DAFTAR ISI

2.4.4. Penyakit Yang Dapat Dicegah Dengan Imunisasi ... 19

2.4.5. Jadwal dan Dosis Pemberian Imunisasi ... 26

2.5. Dukungan Suami dalam Pemberian Imunisasi Pada Bayi ... 26

2.6. Kerangka Konsep Penelitian ... 27

(10)

3.5. Defenisi Operasional ... 30

3.6 Aspek Pengukuran ... 31

3.7 Pengolahan dan Analisa Data ... 35

3.7.1 Pengolahan Data ... 35

3.7.2 Analisa Data ... 35

BAB IV HASIL PENELITIAN 4.1. Gambaran Umum Daerah Penelitian ... 36 ber Informasi Tentang Imunisasi ... 44

4.4. Perilaku Responden ... 44

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN 6.1. Kesimpulan ... 73

6.2. Saran ... 74

(11)

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1. Jadwal Pemberian Imunisasi ... 26 Tabel 2.2. Dosis dan Cara Pemberian Vaksin ... 26 Tabel 4.1. Luas Kecamatan Kolang Menurut Desa /Kelurahan Tahun 2010 .... 36 Tabel 4.2. Luas, Jumlah Penduduk Dan Kepadatan Penduduk Dirinci

Menurut Desa /Kelurahan Tahun 2010 ... 37 Tabel 4.3. Banyaknya Penduduk Dirinci Menurut Jenis Kelamin dan Desa

/Kelurahan Tahun 2010 ... 38 Tabel 4.4. Banyaknya Penduduk Dirinci Menurut Jenis Kelamin dan

Kelompok Umur Tahun 2010 ... 38 Tabel 4.5. Banyaknya Penduduk Menurut Agama Yang Dianut Tahun 2010 ... 39 Tabel 4.6. Banyaknya Tenaga Kerja Yang Bekerja Menurut Lapangan

Pekerjaan dan Desa /Kelurahan Tahun 2010 ... 39 Tabel 4.7. Distribusi Responden Berdasarkan Umur di Wilayah Kerja

Puskesmas Kolang Kecamatan Kolang Tahun 2011 ... 40 Tabel 4.8. Distribusi Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan di Wilayah

Kerja Puskesmas Kolang Kecamatan Kolang Tahun 2011 ... 40 Tabel 4.9. Distribusi Responden Berdasarkan Jenis Pekerjaan di Wilayah

Kerja Puskesmas Kolang Kecamatan Kolang Tahun 2011 ... 41 Tabel 4.10. Distribusi Responden Berdasarkan Penghasilan Perbulan di

Wilayah Kerja Puskesmas Kolang Kecamatan Kolang Tahun 2011 41 Tabel 4.11. Distribusi Responden Berdasarkan Sumber Informasi Tentang

Imunisasi di Wilayah Kerja Puskesmas Kolang Kecamatan Kolang Tahun 2011... 42 Tabel 4.12. Distribusi Frekuensi Pengetahuan Responden tentang Tujuan

Imunisasi ... 43 Tabel 4.13. Distribusi Frekuensi Pengetahuan Responden tentang Manfaat

(12)

Tabel 4.14. Distribusi Frekuensi Pengetahuan Responden tentang Jenis-Jenis Imunisasi ... 44 Tabel 4.15. Distribusi Frekuensi Pengetahuan Responden tentang Awal

Pemberian Imunisasi ... 44 Tabel 4.16. Distribusi Frekuensi Pengetahuan Responden tentang Batas Usia

Pemberian Imunisasi Lengkap ... 45 Tabel 4.17. Distribusi Frekuensi Pengetahuan Responden tentang Manfaat

yang Dapat Dirasakan Oleh Keluarga Jika Anak Diimunisasi ... 45 Tabel 4.18. Distribusi Frekuensi Pengetahuan Responden tentang Efek

Samping Pemberian Imunisasi ... 46 Tabel 4.19. Distribusi Frekuensi Pengetahuan Responden tentang Dampak

yang Diakibatkan Jika Anak Tidak Diimunisasi ... 46 Tabel 4.20. Distribusi Frekuensi Pengetahuan Responden tentang Tempat

Imunisasi ... 47 Tabel 4.21. Distribusi Frekuensi Pengetahuan Responden tentang Biaya Yang

Harus Dikeluarkan Untuk Mengimunisasi Bayi ... 47 Tabel 4.22. Distribusi Responden Berdasarkan Tingkat Pengetahuan Tentang

Imunisasi Pada Bayi di Wilayah Kerja Puskesmas Kolang Kecamatan Kolang Tahun 2011 ... 48 Tabel 4.23. Distribusi Responden Berdasarkan Sikap Tentang Imunisasi Pada

Bayi di Wilayah Kerja Puskesmas Kolang Kecamatan Kolang Tahun 2011... 48 Tabel 4.24. Distribusi Responden Berdasarkan Sikap Tentang Imunisasi Pada

Bayi di Wilayah Kerja Puskesmas Kolang Kecamatan Kolang Tahun 2011... 51 Tabel 4.25. Distribusi Frekuensi Status Imunisasi Bayi ... 52 Tabel 4.26. Distribusi Frekuensi Alasan Responden Mengimunisasi Bayi ... 52 Tabel 4.27. Distribusi Frekuensi Alasan Responden Tidak Mengimunisasi Bayi 52 Tabel 4.28. Distribusi Frekuensi Usia bayi Saat Pertama Kali Imunisasi ... 53 Tabel 4.29. Distribusi Frekuensi Tindakan Responden dalam Ikut Membawa

(13)

Tabel 4.29. Distribusi Frekuensi Alasan Responden Tidak Ikut Membawa Bayi Imunisasi ... 53 Tabel 4.30. Distribusi Frekuensi Tindakan Responden dalam Mendukung Istri

untuk Mengimunisasi Bayi ... 54 Tabel 4.31. Distribusi Frekuensi Tindakan Responden dalam Menanyakan

Kelengkapan Imunisasi Bayi... 54 Tabel 4.32. Distribusi Frekuensi Tindakan Responden dalam Menyediakan

Biaya Untuk Imunisasi Bayi ... 55 Tabel 4.33. Distribusi Frekuensi Tindakan Responden dalam Membawa Bayi

Untuk Imunisasi ... 55 Tabel 4.34. Distribusi Frekuensi Tindakan Responden Ikut Merawat Bayi Saat

Demam Setelah Imunisasi ... 55 Tabel 4.35. Distribusi Frekuensi Tindakan Responden dalam Mengkompres

Bekas Suntikan Dengan Air Hangat ... 56 Tabel 4.36. Distribusi Frekuensi Tindakan Responden dalam Mendukung

Program Imunisasi ... 56 Tabel 4.37. Distribusi Frekuensi Tindakan Responden dalam Menanyakan

Kepada Petugas Kesehatan Tentang Efek Samping Imunisasi ... 57 Tabel 4.38. Distribusi Frekuensi Tindakan Responden dalam Mengajak

Anggota Keluarga Ikut Mendukung Imunisasi ... 57 Tabel 4.39. Distribusi Frekuensi Tindakan Responden Ikut Berpartisipasi ... 58 Tabel 4.40. Distribusi Frekuensi Tindakan Responden dalam Mengajak Istri

Ikut Berpartisipasi ... 58 Tabel 4.41. Distribusi Responden Berdasarkan Tindakan Dalam Mendukung

(14)

ABSTRAK

Perilaku suami dalam mendorong pemberian imunisasi pada bayi merupakan salah satu faktor penting dalam peningkatan cakupan imunisasi. Hal ini disebabkan karena sebagian besar penduduk di Indonesia memiliki sosial budaya patrilineal, yang menempatkan posisi laki-laki lebih tinggi dari perempuan termasuk dalam pengambilan keputusan untuk pemberian imunisasi pada bayi. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui perilaku suami dalam mendukung pemberian imunisasi pada bayi di Wilayah Kerja Puskesmas Kolang Kecamatan Kolang Kabupaten Tapanuli Tengah Tahun 2011.

  Jenis penelitian ini adalah deskriptif dengan menggunakan rancangan cross sectional. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh suami yang memiliki bayi yaitu berjumlah 390 orang dan dijadikan sampel sebanyak 80 orang. Data karakteristik, sumber informasi, dan perilaku suami diperoleh melalui wawancara dengan menggunakan kuesioner. Data yang sudah dikumpulkan dianalisa secara deskriptif dan disajikan dalam bentuk tabel distribusi frekuensi.

Hasil penelitian diketahui bahwa sebagian besar (36,25%) suami berada pada kelompok umur 26-30 tahun, sementara yang paling sedikit (5,00%) berumur ≥ 41 tahun. Tingkat pendidikan suami tergolong rendah yaitu tamat SD (42,50%), bahkan masih ada yang tidak sekolah /tidak tamat SD (11,25%). Secara umum jenis pekerjaan suami adalah petani (71,25%) dan buruh tani (25,00%). Sebagian besar (61,25%) suami memiliki penghasilan yang tergolong rendah (< Rp 965.000,-per bulan). Sumber informasi tentang imunisasi paling banyak diperoleh melalui perawat/bidan. Sementara yang paling sedikit adalah media cetak (surat kabar, brosur) dan tetangga/teman. Sebagian besar pengetahuan suami pada kategori kurang (50,00%), sementara kategori baik hanya sebesar 16,25%. Sikap suami tentang imunisasi mayoritas pada kategori sedang (48,75%) dan kurang (37,50%). Tindakan suami dalam mendukung imunisasi pada bayi sebagian besar berada pada kategori kurang (53,80%), sementara tindakan kategori baik hanya sebesar 6,20%.

Disarankan kepada Kepala Puskesmas Kolang agar mengaktifkan petugas imunisasi dan kader untuk melakukan kunjungan rumah bayi yang tidak diimunisasi dan langsung memberikan penyuluhan kepada orang tua bayi terutama kepala rumah tangga yaitu suami mengenai imunisasi.

(15)

ABSTRACT

Husband's behavior in promoting immunization in infants is one important factor in increasing immunization coverage. This is because most of the population in Indonesia has a patriarchal social culture, which places the position of men more than women included in the decision to immunization in infants. The purpose of this study was to determine the behavior of the husband in support of immunization in infants in the Work Area Primary Health Center Kolang in 2011.

This type of research is descriptive by using cross sectional design. The population in this study is the husband who has a baby that is numbered 390 people and sampled as many as 80 people. Data characteristics, information sources, and the husband's behavior is obtained through interviews using a questionnaire. Data already collected was analyzed descriptively and are presented in the form of a frequency distribution table.

Survey results revealed that the majority (36.25%) husbands were in the age group 26-30 years, while the least (5.00%) aged ≥ 40 years. Husband's educational level is low complete primary school (42.50%), there was even a school that does not / did not complete primary school (11.3%). Generally this type of work husbands were farmers (71.3%) and laborers (25.00%). The majority (61.25%) husband has a relatively low income (< Rp 965.000,- per month). Sources of information about most is obtained through the immunization nurse /midwife. While the least is the print media (newspapers, brochures) and neighbors / friends. Most of the knowledge of her husband on a category less (50.00%), while both categories only by 16.25%. Husband's attitudes about immunization the majority of the category of being (48,75%) and less (37.50%). Husband's actions in support of immunization in infants are mostly located in the category of less (53.80%), while both categories of actions only amounted to 6.20%.

Kolang suggested to the Chief Public Primary Health Center for Immunization and cadres to enable officers to conduct home visits and the infants who were not immunized immediately provide counseling to the parents of infants, especially heads of households the husband about immunizations.

(16)

BAB I PENDAHULUAN

1.5.Latar Belakang

Lebih dari 12 juta anak berusia kurang dari 5 tahun meninggal setiap tahun, sekitar 2 juta disebabkan oleh penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi. Serangan penyakit tersebut akibat status imunisasi dasar yang tidak lengkap pada sekitar 20% anak sebelum ulang tahun yang pertama (WHO dan UNICEF dalam Utomo, 2008). Berdasarkan estimasi global yang dilakukan WHO tahun 2007 pelaksanaan imunisasi dapat mencegah kurang lebih 25 juta kematian balita tiap tahun akibat penyakit difteri, tetanus, pertusis (batuk rejan) dan campak. Di seluruh dunia, cakupan imunisasi polio yang diterima bayi dengan 3 dosis vaksin polio tahun 2007 adalah 82% dan cakupan imunisasi Hepatitis B dengan 3 dosis vaksin adalah 65%. Sedangkan cakupan imunisasi DPT dan campak masing-masing sebesar 81% dan 82% (WHO, 2008).

(17)

Salah satu target keberhasilan kegiatan imunisasi adalah tercapainya Universal Child Immunization (UCI), yaitu cakupan imunisasi lengkap bayi, secara merata pada bayi di 100% desa/kelurahan pada tahun 2010. Indikator imunisasi lengkap adalah cakupan imunisasi kontak pertama (DPT I) sebesar 90%, dan cakupan imunisasi kontak lengkap (campak) sebesar 80%. Indikator lainnya yang digunakan untuk kontak lengkap adalah cakupan imunisasi DPT 3 sebesar 80%. Secara nasional, pencapaian UCI tingkat desa/kelurahan tahun 2004-2005 mengalami peningkatan 6,8% dari 69,43% tahun 2004 menjadi 76,23% tahun 2005 (Profil Kesehatan Indonesia, 2006).

Hasil cakupan imunisasi nasional tahun 2007 BCG (86,9%), DPT 3 (67,7%), Polio 3 (71,0%), HB 3 (62,8), Campak (81,6%). Hasil cakupan tersebut tidak jauh berbeda dengan hasil survei cakupan imunisasi nasional yang dilakukan Pusat Riset Epidemiologi dan Surveilens Departemen Epidemiologi Universitas Indonesia yaitu BCG, DPT I dan Campak >80% sedangkan DPT 3 dan HB 3 <80% (Immunization Coverage Survey, 2007). Imunisasi lengkap yaitu 1 (satu) dosis vaksin BCG, 3 (tiga) dosis vaksin DPT, 4 (empat) dosis vaksin Polio dan 1 (satu) vaksin Campak serta ditambah 3 (dosis) vaksin Hepatitis B diberikan sebelum anak berumur satu tahun (9-11 bulan) (Immunization Coverage Survey, 2007).

(18)

peningkatan menjadi 47 per 1.000 kelahiran hidup. Angka Kematian Bayi (AKB) menurut hasil Surkesnas/Susenas pada tahun 2001 sebesar 50 per 1.000 kelahiran hidup dan dari hasil SDKI 2002-2003 terjadi penurunan cukup besar menjadi 35 per 1.000 kelahiran hidup (Profil Kesehatan Indonesia, 2006).

Menurut data dari WHO Health Report 2006 pada tahun 2004 di Indonesia terdapat 38 kematian balita per 1.000 kelahiran hidup sedangkan data yang didapat dari Immunization Summary 2007 terlihat penurunan angka kematian balita untuk tahun 2005 yaitu sebesar 36 kematian balita per 1.000 kelahiran hidup (Profil Kesehatan Indonesia, 2006).

Selama lebih dari lima belas tahun, ditengarai tingkat kematian anak balita di Indonesia menurun sebesar 42%, tingkat kematian bayi 31%, dan tingkat kematian pascaneonatal 50% (BPS, 2005). Di balik kemajuan tersebut, ternyata Indonesia masih memiliki masalah tertingginya angka kematian bayi dan kematian ibu di wilayah ASEAN.

(19)

lebih dari 70% kematian disebabkan Diare, Pneumonia, Campak, Malaria, dan Malnutrisi.

Perilaku suami dalam mendorong pemberian imunisasi pada bayi merupakan salah satu faktor dalam pencapaian cakupan imunisasi. Hal ini dikarenakan sebagian besar setiap daerah di Indonesia memiliki sosial budaya dalam hal pengambilan keputusan di rumah tangga adalah pihak suami. Sehingga anggapan salah tentang imunisasi yang berkembang dalam masyarakat membuat para suami merasa khawatir terhadap resiko dari beberapa vaksin yang diberikan pada bayi. Adanya kepercayaan tersebut membuat para suami kurang memberikan dorongan kepada istri untuk mengimunisasi bayi mereka.

Pada umumnya suami tidak menyadari manfaat pemberian imunisasi pada bayi terhadap kesehatan. Hal ini dipengaruhi oleh latar belakang pendidikan suami, karena semakin tinggi pendidikan maka semakin baik wawasan tentang kesehatan. Selain tingkat pendidikan, pengetahuan dan sikap juga dapat mempengaruhi perilaku suami yang tercermin pada tindakan suami dalam mendorong pemberian imunisasi pada bayi. Oleh karena pentingnya pemberian imunisasi dasar lengkap, maka suami dituntut untuk memiliki pengetahuan yang memadai. Menurut Notoatmodjo (2007), pengetahuan merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang, yang dapat menimbulkan perubahan persepsi dan terbentuknya sikap yang konsisten. Dengan pengetahuan, sikap dan tindakan yang baik dalam mendorong pemberian imunisasi, sehingga dapat menurunkan angka kematian pada anak.

(20)

DPT, Polio, dan HB), sehingga untuk mengetahui gambaran kelengkapan imunisasi pada bayi biasanya dapat dilihat dari cakupan imunisasi campak. Hasil laporan Riskedas tahun 2010 diperoleh bahwa cakupan imunisasi campak di Propinsi Sumatera Utara hanya mencapai 51,1%, sementara cakupan imunisasi nasional mencapai 74,4%. Hal tersebut menunjukkan bahwa cakupan imunisasi campak di Propinsi Sumatera Utara masih cukup rendah bila dibandingkan dengan propinsi lainnya yang rata-rata > 60%, bahkan ada beberapa propinsi yang mencapai 90%, seperti di Yogyakarta dan Kepulauan Riau.

Berdasarkan data yang diperoleh dari Dinas Kesehatan Tapanuli Tengah tahun 2009, diperoleh laporan hasil cakupan imunisasi dari 7.985 sasaran bayi, diimunisai BCG 6.256 (78,3%), Polio1 6.989 (87,5%), Polio2 6.464 (81,0%), Polio3 6.162 (77,2%), Poli4 7.260 (90,9%), Campak 5.355 (67,1%), HB-0 (0-7 hari) 2.641 (33,1%), DPT-HB-1 6.219 (77,9%), DPT-HB-2 5.883 (73,7%) dan DPT-HB-3 5.588 (70,0%). Dari angka cakupan ini terlihat bahwa rata-rata bayi diimunisasi untuk masing-masing jenis imunisasi adalah sebesar 5.882 (73,7%). Hal ini menunjukkan ada 2.103 (26,3%) bayi yang belum mendapatkan imunisasi lengkap (Dinkes Tapanuli Tengah, 2010).

(21)

sebesar 144 (36,9%). Hal ini menunjukkan ada 264 (63,1%) bayi yang belum mendapatkan imunisasi lengkap (Puskesmas Kolang, 2010).

Dalam mengatasi masalah kesehatan yang terjadi pada keluarga, yang mengambil keputusan dalam pemecahannya adalah tetap kepala keluarga yaitu pihak suami. Sehingga suami yang kurang mendukung dalam pemberian imunisasi pada bayi merupakan salah satu faktor rendahnya pencapaian cakupan imunisasi di Kecamatan Kolang. Berdasarkan uraian tersebut di atas, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian tentang perilaku suami dalam mendukung pemberian imunisasi pada bayi di Wilayah Kerja Puskesmas Kolang Kecamatan Kolang Kabupaten Tapanuli Tengah Tahun 2010.

1.6.Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalah penelitian ini adalah bagaimana perilaku suami dalam mendukung pemberian imunisasi pada bayi di Wilayah Kerja Puskesmas Kolang Kecamatan Kolang Kabupaten Tapanuli Tengah tahun 2010.

1.7.Tujuan Penelitian 1.3.1. Tujuan Umum

(22)

1.3.2.Tujuan Khusus

a. Untuk mengetahui karakteristik suami yang meliputi umur, tingkat pendidikan, pekerjaan, dan penghasilan suami.

b. Untuk mengetahui sumber informasi yang diperoleh suami tentang imunisasi pada bayi.

c. Untuk mengetahui pengetahuan suami tentang imunisasi pada bayi.

d. Untuk mengetahui sikap suami dalam mendukung pemberian imunisasi pada bayi.

e. Untuk mengetahui tindakan suami dalam mendukung pemberian imunisasi pada bayi.

1.8.Manfaat Penelitian

a. Sebagai bahan masukan bagi Puskesmas Kolang untuk meningkatkan cakupan imunisasi di wilayah kerja Puskesmas Kolang Kecamatan Kolang Kabupaten Tapanuli Tengah.

(23)

2.2. Perilaku

Notoatmodjo (2007) menyatakan bahwa perilaku adalah tindakan atau perbuatan suatu organisme yang dapat diamati bahkan dapat dipelajari. Perilaku ini tidak sama dengan sikap. Sikap adalah suatu kecenderungan untuk mengadakan tindakan terhadap suatu objek, dengan suatu cara yang menyatakan adanya tanda-tanda untuk menyenangi atau tidak menyenangi obyek tersebut. Sikap hanyalah sebagian dari perilaku manusia.

Perilaku manusia sangatlah kompleks dan mempunyai ruang lingkup yang sangat luas, Bloom dalam Notoatmodjo (2007), membagi perilaku ke dalam tiga domain, yaitu 1) kognitif, 2) afektif, dan 3) psikomotor. Untuk memudahkan pengukuran, maka tiga domain ini diukur dari; pengetahuan, sikap dan tindakan/ praktek.

2.1.1. Pengetahuan

Pengetahuan adalah hasil ‘tahu’, dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan terjadi melalui pancaindra manusia, yakni: indra penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa, dan raba. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga (Notoatmodjo, 2007).

(24)

mengungkapkan bahwa sebelum orang mengadopsi perilaku baru, dalam diri orang tersebut terjadi proses yang berurutan, yakni (Notoatmodjo, 2007) :

a. Awareness (kesadaran), di mana orang tersebut menyadari dalam arti mengetahui terlebih dahulu terhadap stimulus (objek).

b. Interest (merasa tertarik) terhadap stimulus atau objek tersebut. Di sini sikap subjek sudah mulai timbul.

c. Evaluation (menimbang-nimbang) terhadap baik dan tidaknya stimulus tersebut bagi dirinya. Hal ini berarti sikap responden sudah lebih baik lagi.

d. Trial, di mana subjek mulai mencoba melakukan sesuatu sesuai dengan apa yang dikehendaki oleh stimulus.

e. Adoption, di mana subjek telah berperilaku baru sesuai dengan pengetahuan, kesadaran, dan sikapnya terhadap stimulus.

Namun demikian, dari penelitian selanjutnya Rogers menyimpulkan bahwa perubahan perilaku tidak selalu melewati tahap-tahap tersebut. Apabila penerimaan perilaku baru atau adopsi perilaku melalui proses seperti ini, di mana didasari oleh pengetahuan, kesadaran dan sikap yang positif maka perilaku tersebut akan bersifat langgeng. Sebaliknya apabila perilaku itu tidak didasari oleh pengetahuan dan kesadaran akan tidak berlangsung lama.

Pengetahuan yang dicakup dalam domain kognitif mempunyai 6 tingkat, yakni (Notoatmodjo, 2007):

1. Tahu (know)

(25)

terhadap suatu yang spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari atau rangsangan yang telah diterima. Oleh sebab itu, ‘tahu’ ini merupakan tingkat pengetahuan yang paling rendah. Kata kerja untuk mengukur bahwa orang tahu tentang apa yang dipelajari antara lain : menyebutkan, menguraikan, mendefinisikan, menyatakan, dan sebagainya.

2. Memahami (Comprehension)

Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui, dan dapat menginterpretasikan materi tersebut secara benar. Orang yang telah paham terhadap objek atau materi harus dapat menjelaskan, menyebutkan contoh, menyimpulkan, meramalkan, dan sebagainya terhadap objek yang dipelajari.

3. Aplikasi (Application)

Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi riil (sebenarnya). Aplikasi di sini dapat diartikan aplikasi atau penggunaan hukum-hukum, rumus, metode, prinsip, dan sebagainya dalam konteks atau situasi yang lain.

4. Analisis (Analysis)

(26)

5. Sintesis (Synthesis)

Sintesis menunjukkan pada suatu kemampuan untuk meletakkan atau menghubungkan bagian-bagian dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru. Dengan kata lain sintesis itu suatu kemampuan untuk menyusun formulasi baru dari formulasi-formulasi yang ada.

6. Evaluasi (Evaluation)

Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi atau penilaian terhadap suatu materi atau objek. Penilaian-penilaian itu berdasarkan suatu kriteria yang ditentukan sendiri, atau menggunakan kriteria-kriteria yang telah.

2.1.2. Sikap

Berkowitz tahun 1972 pernah mendaftarkan lebih dari tiga puluh definisi tentang sikap (Azwar, 2000), namun secara garis besarnya dapat dibagi menjadi tiga kelompok pemikiran, yaitu:

1). Kelompok pertama yang diwakili oleh Louis Thurstone (1928), Rensis Likert (1932), Charles Osgood (1975), mengatakan bahwa “sikap adalah suatu bentuk evaluasi atau reaksi perasaan, baik perasaan mendukung atau memihak (favorable) maupun perasaan tidak mendukung dan tidak memihak (unfavorable) terhadap objek sikap tertentu”.

(27)

tertentu, apabila individu dihadapkan pada suatu stimulus yang menghendaki adanya respons”.

3). Kelompok ketiga adalah yang mengatakan bahwa “sikap merupakan konstalasi komponen-komponen kognitif, afektif dan konatif”. Termasuk dalam kelompok ini Secord dan Backman (1964) mengatakan bahwa “sikap adalah sebagai keteraturan tertentu dalam hal perasaan (efeksi), pemikiran (kognisi) dan predisposisi tindakan seseorang terhadap suatu aspek di lingkungan sekitarnya.”

Sikap terjadi karena adanya rangsangan sebagai objek sikap yang harus diberi respon, baik responnya positif ataupun negatif, suka atau tidak suka, setuju atau tidak setuju, dan sebagainya. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa sikap mempunyai dua kemungkinan, yaitu sikap positif dan sikap negatif terhadap suatu objek sikap. Sikap akan menunjukkan apakah seseorang menyetujui, mendukung, memihak (favorable) atau tidak menyetujui, tidak mendukung atau tidak memihak (unfavorable) suatu objek sikap. Bila seseorang mempunyai sikap mendukung objek sikap, berarti mempunyai sikap positif terhadap objek tersebut. Sebaliknya jika seseorang tidak mendukung terhadap objek sikap, berarti mempunyai sikap yang arahnya negatif terhadap objek yang bersangkutan (Fishbein, 1987).

2.1.3. Tindakan

(28)

sesuai dengan sikap. Bila sikap individu sama dengan sikap sekelompok dimana ia berada adalah bagian atau anggotanya (Notoatmodjo, 2007).

Setelah seseorang mengetahui stimulus atau objek kesehatan, kemudian mengadakan penilaian atau pendapat terhadap apa yang diketahui, proses selanjutnya diharapkan dia akan melaksanakan atau mempraktekkan apa yang diketahui atau disikapinnya (dinilai baik). Oleh sebab itu indikator praktek kesehatan ini juga mencakup (Notoatmodjo, 2007).

a. Tindakan sehubungan dengan penyakit

b. Tindakan pemeliharaan dan peningkatan kesehatan c. Tindakan kesehatan lingkungan

2.2. Konsep Gender

Konsep gender berbeda dengan konsep seks (jenis kelamin), seks merupakan pembagian dua jenis kelamin manusia yang ditentukan secara biologis yang melekat pada jenis kelamin tertentu, laki-laki dan perempuan. Konsep gender, adalah konsep yang mengacu pada suatu sifat yang melekat pada kaum laki-laki maupun perempuan yang dikontruksi secara sosial kultural (Fakih, 1996). Dikatakan sebagai konstruksi sosial kultural karena sifat-sifat itu dari waktu ke waktu maupun dari tempat ke tempat bisa berlawanan, dalam arti berbeda atau dipertukarkan.

(29)

hak dan kesempatan baik bagi laki-laki dan terutama perempuan. Oleh karena itu, banyak perempuan mengalami ketimpangan serta ketidakadilan gender dari pada laki-laki. Konstruksi demikian sering terjadi di dalam berbagai kebudayaan masyarakat sebagaimana tercermin pada adanya konsep feminisme dan maskulinitas.

Ketimpangan kekuasaan dan akses antara laki-laki dan perempuan ini sejak dahulu kala diperkuat oleh nilai-nilai atau budaya Patriarki. Perempuan selalu dilekatkan pada citra feminitas, yang diartikan selalu pada sifat pasrah mendahulukan kepentingan orang lain, mempertahankan ketergantungan pada laki-laki serta dituntut untuk mengedepankan peran domestiknya saja sebagai bagian dari kodrat. Sementara laki-laki lekat sebagai sosok prima, maskulinitas, yang mengcitrakan keberanian, tegas dalam bertindak, sosok yang harus dipatuhi, dilayani, sehingga secara sosial laki-laki diposisikan lebih tinggi dari pada perempuan. Ketimpangan gender berlangsung hampir di semua kehidupan, publik maupun privat (Fakih, 1996).

2.3. Keluarga

(30)

perannya masing-masing, menciptakan serta membedakan kebudayaan (Effendy, 1998).

Ada juga yang mengmukakan pengertian sebuah keluarga sebagai suatu sistem sosial yang terdiri dari dua orang atau lebih yang tinggal bersama karena hubungan darah, perkawinan, adopsi atau perjanjian bersama. Sebagai sebuah sistem keluarga mempunyai pengaruh yang begitu kuat terhadap perkembangan seorang individu yang merupakan bagian dari sistem dan menentukan apakah seorang individu akan berhasil dalam menjalani kehidupannya. Keluarga merupakan jaringan yang mempunyai hubungan erat dan bersifat mandiri dimana masalah seseorang individu mempengaruhi anggota keluarga dan seluruh keluarga (Effendy, 1998).

Peran keluarga sangat penting untuk setiap aspek perawatan anggota keluarga, terutama pada kuratif (pengobatan). Apabila ada anggota keluarga yang sakit, keluarga juga yang akan memperhatikan individu tersebut secara total, menilai, dan memberikan perawatan yang dibutuhkan untuk mencapai suatu keadaan sehat sampai tingkat optimum, mengingat prioritas tertinggi dari keluarga adalah kesejahteraan anggota keluarga.

2.3.1. Tugas Keluarga di Bidang Kesehatan

Keluarga mempunyai tugas di bidang kesehatan yang perlu dipahami dan dilakukan, meliputi (Effendy, 1998):

a. Mengenal masalah kesehatan keluarga

(31)

keadaan kesehatan dan perubahan-perubahan yang dialami anggota keluarga. Perubahan sekecil apapun yang dialami anggota keluarga secara tidak langsung menjadi perhatian orang tua/keluarga. Apabila menyadari adanya perubahan keluarga, perlu dicatat kapan terjadinya, perubahan apa yang terjadi, dan seberapa besar perubahannya.

b. Memutuskan tindakan kesehatan yang tepat bagi keluarga

Tugas ini merupakan upaya keluarga yang utama untuk mencari pertolongan yang tepat sesuai dengan keadaan keluarga, dengan pertimbangan siapa diantara keluarga yang mempunyai kemampuan untuk memutuskan tindakan keluarga. Tindakan kesehatan yang dilakukan oleh keluarga diharapkan tepat agar masalah kesehatan dapat dikurangi atau bahkan teratasi. Jika keluarga mempunyai keterbatasan dapat meminta bantuan kepada orang di lingkungan tinggal keluarga agar memperoleh bantuan.

c. Merawat keluarga yang mengalami gangguan kesehatan

(32)

d. Memodifikasi lingkungan keluarga untuk menjamin kesehatan keluarga

Sumber-sumber keluarga yang dimiliki, keuntungan atau manfaat pemeliharaan lingkungan, pentingnya hygiene sanitasi, kekompakan antara anggota keluarga. e. Memanfaatkan fasilitas pelayanan kesehatan disekitarnya bagi keluarga

Keberadaan fasilitas kesehatan, keuntungan yang dapat diperoleh dan fasilitas kesehatan terjangkau oleh keluarga (Suprajitno, 2004).

2.3.2. Pemegang Kekuasaan dalam Keluarga

Pemegang kekuasaan dalam keluarga menurut yaitu (Effendy, 1998):

a. Patriakal, yang dominan dan pemegang kekuasaan dalam keluarga adalah di pihak ayah.

b. Matriakal, yang dominan dan memegang kekuasaan dalam keluarga adalah di pihak ibu.

c. Equalitarian, yang memegang kekuasaan dalam keluarga adalah ayah dan ibu. Dalam mengatasi masalah kesehatan yang terjadi pada keluarga, yang mengambil keputusan dalam pemecahannya adalah tetap kepala keluarga atau anggota keluarga yang dituakan, mereka yang menentukan masalah dan kebutuhan keluarga. Dasar pengambilan keputusan tersebut yaitu :

a. Hak dan tanggung jawabnya sebagai kepala keluarga

b. Kewenangan dan otoritas yang telah diakui oleh masing-masing anggota keluarga.

(33)

2.3.3. Dukungan Keluarga

Pengertian sebuah dukungan keluarga merupakan proses yang terjadi terus-menerus disepanjang masa kehidupan manusia. Dukungan keluarga berfokus pada interaksi yang berlangsung dalam berbagai hubungan sosial sebagaimana yang dievaluasi oleh individu. Dukungan keluarga mengacu pada dukungan-dukungan sosial yang dipandang oleh anggota keluarga sebagai suatu yag dapat diakses untuk keluarga (dukungan keluarga bisa/tidak digunakan tetapi anggota keluarga memandang bahwa orang yang bersifat mendukung selalu siap memberikan bantuan). Dukungan keluarga dapat berupa dukungan keluarga internal seperti dukungan suami atau istri atau dukungan dari saudara kandung dan dapat juga berupa dukungan keluarga eksternal yang didapat dari sahabat, teman dan tetangga bagi keluarga inti (Friedman, 1998).

2.4. Imunisasi

2.4.1. Pengertian Imunisasi

Imunisasi berasal dari kata imun, kebal atau resisten. Jadi imunisasi adalah suatu cara untuk menimbulkan/meningkatkan kekebalan seseorang secara aktif terhadap suatu penyakit, sehingga bila kelak ia terpapar dengan penyakit tersebut tidak akan sakit atau sakit ringan. Sedangkan imunisasi dasar adalah pemberian imunisasi awal untuk mencapai kadar kekebalan di atas ambang perlindungan (Wahab, 2002).

(34)

vaksin Hepatitis B diberikan sebelum anak berumur satu tahun (9-11 bulan) (Depkes RI, 2000).

2.4.2. Tujuan Imunisasi

Tujuan imunisasi adalah untuk mencegah terjadinya penyakit tertentu pada seseorang, dan menghilangkan penyakit tertentu pada sekelompok masyarakat (populasi) atau bahkan menghilangkan penyakit tertentu dari dunia, seperti cacar. Tujuan dari imunisasi adalah memberikan suatu antigen untuk merangsang sistem imunoglobik tubuh untuk membentuk antibodi spesifik sehingga dapat melindungi tubuh dari serangan penyakit (Musa dalam Wardhana, 2001).

Menurut Depkes RI (2005), tujuan pemberian imunisasi adalah untuk mencegah penyakit dan kematian bayi dan anak-anak yang disebabkan oleh wabah yang sering muncul. Pemerintah Indonesia sangat mendorong pelaksanaan program imunisasi sebagai cara untuk menurunkan angka kesakitan, kematian pada bayi, balita atau anak-anak pra sekolah.

2.4.3. Manfaat Imunisasi

(35)

memperbaiki tingkat kesehatan, menciptakan bangsa yang kuat dan berakal untuk melanjutkan pembangunan negara dan memperbaiki citra bangsa (Wahab, 2002). 2.4.4. Penyakit Yang Dapat Dicegah Dengan Imunisasi

Jenis-jenis penyakit menular yang saat ini masuk ke dalam program imunisasi adalah tuberkulosis, difteri, pertusis, tetanus, polio, campak, dan hepatitis B (Depkes RI, 2005).

1. Tuberkulosis Berat

Penyakit TBC merupakan penyakit infeksi yang disebabkan oleh sejenis bakteri yang berbentuk batang disebut Mycobakterium Tuberculosis dan dikenal juga dengan Basil Tahan Asam. Penyakit TBC berat pada anak adalah Tuberculosis Miller (penyakit paru berat) yang menyebar ke seluruh tubuh dan Meningitis Tuberculosis yang menyerang otak, yang keduanya bisa menyebabkan kematian pada anak. Basil tuberkulosis termasuk dalam genus Mycobacterium, suatu anggota dari famili Mycobacterium dan termasuk dalam ordo Actinomycetalis. Mycobacterium tuberculosa menyebabkan sejumlah penyakit berat pada manusia dan penyebab terjadinya infeksi. Masih terdapat Mycobacterium paratuberkulosis dan Mycobacterium yang dianggap sebagai Mycobacterium non tuberculosis atau tidak dapat terklasifikasikan (Depkes RI, 2005).

(36)

otak dan saraf yaitu meningitis dengan gejala iritabel, kaku kuduk, muntah-muntah dan keasadaran menurun.

WHO melaporkan terdapat lebih dari 250.000 anak menderita TB dan 100.000 diantaranya meninggal dunia. Sedangkan di Indonesia angka kejadian tuberkulosis pada anak belum diketahui pasti karena sulit mendiagnosa, namun bila angka kejadian tuberkulosis dewasa tinggi dapat diperkirakan kejadian tuberkulosis pada anak akan tinggi pula. Hal ini terjadi karena setiap orang dewasa dengan BTA positif akan menularkan pada 10-15 orang di lingkungannya, terutama anak-anak. Penularan dari orang dewasa yang menderita TB ini biasanya melelaui inhalasi butir sputum penderita yang mengandung kuman tuberkulosis, ketika penderita dewasa batuk, bersin dan berbicara (Depkes, RI, 2005).

(37)

2. Difteri

Adalah penyakit akut saluran napas bagian atas yang sangat mudah menular. Penularannya melalui droplet (ludah) yang melayang-layang di udara dalam sebuah ruangan dengan penderita atau melalui kontak memegang benda yang terkontaminasi oleh kuman diphteria dan melalui kontak dari orang ke orang. Penyebab penyakit ini adalah bakteri Corynebacterium diphteriae. Kuman ini tahan beberapa minggu dalam air, suhu dingin (es), susu, serta lendir yang mengering. Manusia adalah natural host dari bakteri C. diphteriae. Penyakit ini ditandai dengan adanya pertumbuhan membran (pseudomembran) berwarna putih keabu-abuan, yang berlokasi utamanya di nasofaring atau daerah tenggorokan, selain itu dapat juga di trachea, hidung dan tonsil (Depkes RI, 2005).

Secara umum gejala penyakit difteri ditandai dengan adanya demam yang tidak terlalu tinggi, kemudian tampak lesu, pucat, nyeri kepala, anoreksia (gejala tidak mampu makan) dan gejala khas pilek, napas yang sesak dan berbunyi (Stridor). Untuk pencegahan penyakit ini, vaksin diberikan secara bersama dengan vaksin pertusis dan tetanus toxoid, yang dikenal sebagai vaksin trivalen yaitu DPT (difteri, pertusis, dan tetanus) (Depkes RI, 2005).

3. Pertusis

(38)

Gejala awal berupa batuk-batuk ringan pada siang hari. Makin hari makin berat disertai batuk paroksismal selama dua hingga enam minggu. Batuk tersebut dikenal sebagai whooing cough, yaitu batuk terus tak berhenti-henti yang diakhiri dengan tarikan napas panjang berbunyi suara melengking khas. Gejala lain adalah anak menjadi gelisah, muka merah karena menahan batuk, pilek, serak, anoreksia (tidak mau makan), dan gejala lain yang mirip influenza. Pencegahan penyakit ini dengan melakukan imuniasi DPT (diteri, pertusis, dan tetanus) (Depkes RI, 2005). 4. Tetanus

Penyakit tetanus adalah penyakit menular yang tidak menular dari manusia ke manusia secara langsung. Penyebabnya sejenis kuman yang dinamakan Clostridium tetani. Binatang seperti kuda dan kerbau bertindak sebagai harbour (persinggahan sementara). Gejala umum penyakit tetannus pada awalnya dapat dikatakan tidak khas bahkan gejala ini terselimuti oleh rasa sakit yang berhubungan dengan luka yang diderita. Dalam waktu 48 jam penyakit ini dapat menjadi buruk. Penderita akan mengalami kesulitan membuka mulut, tengkuk terasa kaku, dinding otot perut kaku dan terjadi rhisus sardonikus, yaitu suatu keadaan berupa kekejangan atau spasme otot wajah dengan alis tertarik ke atas, sudut mulut tertarik ke luar dan ke bawah, bibir tertekan kuat pada gigi (Depkes RI, 2005).

Ada tiga tipe gejala tetanus, yaitu :

a. Tipe pertama penderita hanya mengalami kontraksi otot-otot lokal, jadi tidak mengalami rhisus sardonikus.

(39)

c. Tipe cephalic (tipe susunan saraf pusat), tipe ini jarang terjadi. Gejalanya timbul kekejangan pada otot-otot yang langsung mendapat sambungan saraf pusat.

Masa inkubasi biasanya 3-21 hari, walaupun rentang waktu bisa satu hari sampai beberapa bulan. Hal ini tergantung pada ciri, letak dan kedalaman luka. Rata-rata masa inkubasi adalah 10 hari. Kebanyakan kasus terjadi dalam waktu 14 hari. Pada umumnya, makin pendek masa inkubasi biasanya karena luka terkontaminasi berat, akibatnya makin berat penyakitnya dan makin jelek prognosisnya. Cara pencegahan dapat dilakukan dengan pemberian tetanus toxoid bersama-sama diphteria toxoid dan vaksin pertusis dalam kombinasi vaksin DPT (Depkes RI, 2005). 5. Polio

Polio atau penyakit infeksi yang menyebabkan kelumpuhan kaki. Penyakit polio disebabkan oleh poliovirus (genus enterovirus) tipe 1, 2 dan 3. semua tipe dapat menyebabkan kelumpuhan. Tipe 1 dapat diisolasi dari hampir semua kelumpuhan. Tipe 3 lebih jarang, demikian pula tipe 2 paling jarang. Tipe 1 paling sering menyebabkan kejadian luar biasa. Sebagian besar kasus vaccine associated disebabkan oleh tipe 2 dan 3. Masa inkubasi umumnya 7-14 hari untuk kasus paralitik, dengan rentang waktu antara 3-35 hari. Reservoir satu-satunya adalah manusia, dan sumber penularan biasanya penderita tanpa gejala (inapparent infection) terutama anak-anak (Depkes RI, 2005).

(40)

terjadi melalui sekret faring daripada melalui rute orofecal. Cara pencegahan dengan memberikan imunisasi polio (OPV/Oral Polio Vaccine) yang sangat efektif memproduksi antibodi terhada virus polio. Satu dosis OPV menimbulkan kekebalan terhadap ketiga tipe virus polio pada sekitar 50% penerima vaksin. Dengan 3 dosis OPV, 95% penerima vaksin akan terlindungi dari ancaman poliomielitis, diperkirakan seumur hidup. Dosis ke empat akan meningkatkan serokonversi sehingga 3 dosis OV. Disamping itu, virus yang ada pada OPV dapat mengimunisasi orang-orang disekitarnya dengan cara penyebaran sekunder. Hal ini dapat memutuskan rantai penularan polio (Depkes RI, 2005).

6. Campak

Penyakit ini meruakan penyakit menular yang bersifat akut dan menular lewat udara melalui sistem pernapasan, terutama percikan ludah seseorang penderita. Penyebab penyakit campak adalah virus yang masuk ke dalam genus Morbilivirus dan keluarga Paramyxoviridae. Masa ikubasi berkisar antara 10 hingga 12 hari, kadang 2-4 hari. Gejala awal berua demam, malaise atau demam, gejala conjunctivis dan coryza atau kemerahan pada mata seperti sakit mata, serta gejala radang tracheo bronchitis yakni daerah tenggorokan saluran napas bagian atas. Campak dapat menimbulkan komplikasi radang telinga tengah, pneumonia (radang paru), diare, encephalitis (radang otak), hemiplegia (kelumpuhan otot kaki) (Depkes RI, 2005).

(41)

a. Stadium kataral, berlangsung selama 4-5 hari disertai panas malaise, batuk, fotofobia (takut terhadap suasana terang atau cahaya), konjunctivis dan coryza. Menjelang akhir stadium kataral timbul bercak berwarna putih kelabu khas sebesar ujung jarum dan dikelilingi eritema, lokasi disekitar mukosa mulut. b. Stadium erupsi, dengan gejala batuk yang bertambah serta timbul eritema di

mana-mana. Ketika erupsi berkurang maka demam makin lama makin berkurang.

c. Stadium konvalesen

Pencegahan penyakit campak dapat dilakukan dengan pemberian imunisasi campak yang menggunakan vaksin yang mengandung virus campak yang dilemahkan.

7. Hepatitis B

(42)

2.5. Dukungan Suami dalam Pemberian Imunisasi Pada Bayi

(43)

2.7. Kerangka Konsep Penelitian

Gambar 1.1. Kerangka Konsep Penelitian

Dari kerangka konsep di atas dijelaskan bahwa pengetahuan suami tentang imunisasi pada bayi dapat dilihat dari karakteristik suami (umur, pendidikan, pekerjaan dan penghasilan suami) dan sumber informasi mengenai imunisasi pada bayi (petugas kesehatan, media elektronik/cetak, dan teman/keluarga), sedangkan dukungan suami dalam pemberian imunisasi pada bayi dapat dilihat dari pengetahuan dan sikap suami tentang imunisasi pada bayi.

Karakteristik :  Umur  Pendidikan  Pekerjaan  Penghasilan

Sumber Informasi :  Petugas kesehatan  Media Elektronik/

Cetak

 Teman/Keluarga

Pengetahuan Sikap

(44)

3.3Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini adalah deskriptif dengan menggunakan rancangan cross sectional (sekat silang) untuk menggambarkan perilaku suami dalam mendukung pemberian imunisasi pada bayi di Wilayah Kerja Puskesmas Kolang Kecamatan Kolang Kabupaten Tapanuli Tengah tahun 2010.

3.4Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Wilayah Kerja Puskesmas Kolang Kecamatan Kolang Kabupaten Tapanuli Tengah. Pemilihan lokasi ini dipilih dengan alasan bahwa : cakupan imunisasi bayi di Wilayah Kerja Puskesmas Kolang Kecamatan Kolang adalah yang paling rendah di Kabupaten Tapanuli Tengah. Pada umumnya Kecamatan Kolang memiliki sosial budaya dalam hal pemegang kekuasaan di rumah tangga adalah pihak suami (patriakal), sehingga dukungan dari suami dalam pemberian imunisasi berpengaruh terhadap pencapaian cakupan imunisasi di Kecamatan Kolang. Penelitian ini dilakukan mulai bulan Desember 2010 sampai dengan Mei 2011

3.5. Populasi dan Sampel 3.3.1 Populasi

(45)

3.3.3 Sampel

Sampel dalam penelitian ini adalah sebagian dari populasi. Besar sampel ditentukan dengan menggunakan rumus (Notoadmodjo, 2003).

n =

d = Penyimpangan statistik dari sampel terhadap populasi, yang ditetapkan 0,1 Perhitungan :

Maka jumlah sampel pada penelitian ini adalah sebanyak 80 orang. Sampel diperoleh dengan menggunakan Simple Random Sampling

3.6. Pengumpulan Data 1. Data Primer

(46)

2. Data Sekunder

Data sekunder meliputi gambaran demografi dan letak geografis yang diperoleh dari Kantor Camat di Kecamatan Kolang Kabupaten Tapanuli Tengah.

3.5. Defenisi Operasional

a. Umur suami adalah lamanya hidup suami yang dihitung dari sejak dilahirkan sampai ulang tahun terakhir.

b. Pendidikan suami adalah pendidikan formal tertinggi yang pernah ditempuh dan ditamatkan oleh suami.

c. Pekerjaan adalah suatu kegiatan yang dilakukan responden untuk mendapatkan uang.

d. Penghasilan adalah jumlah seluruh pengasilan suami yang meliputi penghasilan pokok dan penghasilan tambahan selama satu bulan dalam satuan rupiah.

e. Sumber informasi adalah segala petunjuk yang diperoleh responden untuk mengetahui informasi tentang imunisasi pada bayi yang dapat berasal dari petugas kesehatan, media elektronik/cetak, dan teman/keluarga.

 Petugas kesehatan adalah seseorang yang bekerja di bidang kesehatan seperti

puskesmas.

 Media elektronik/cetak adalah sumber informasi mengenai imunisasi pada

bayi yang diperoleh resonden dari televisi, radio, dan internet serta dapat juga diperoleh dari surat kabar seperti koran, majalah dan buku-buku kesehatan.  Teman/Keluarga adalah orang-orang yang memiliki hubungan dekat dengan

(47)

f. Pengetahuan adalah segala sesuatu yang diketahui responden tentang imunisasi pada bayi.

g. Sikap adalah tanggapan responden terhadap sesuatu yang diketahuinya tentang imunisasi pada bayi.

h. Tindakan adalah segala perbuatan yang telah dilakukan responden dalam hal mendukung pemberian imunisasi pada bayi.

3.6 Aspek Pengukuran 1. Karakteristik Suami: a. Umur

Umur dapat dikategorikan sebagai berikut:   25 tahun

 26-30 tahun  31-35 tahun  36-40 tahun  > 40 tahun

b. Pendidikan

Untuk pendidikan responden yaitu:  Tidak sekolah/Tidak tamat SD

 SD

 SMP

 SMA

(48)

c. Pekerjaan

Untuk pekerjaan responden dibagi atas:

 PNS

 Berdagang/wiraswasta  Petani

 Buruh tani/buruh pabrik

d. Penghasilan suami

Tingkat pendapatan suami per bulan dikategorikan berdasarkan upah minimum regional (UMR) Propinsi Sumatera Utara tahun 2010:

 Tinggi  Rp 965.000,-perbulan  Rendah < Rp 965.000,- perbulan

2. Sumber Informasi Mengenai Imunisasi pada Bayi

Sumber informasi mengenai imunisasi pada bayi dapat diperoleh dari berbagai sumber seperti :

 Petugas kesehatan  Media Elektronik/Cetak  Teman/keluarga. 3. Pengetahuan

(49)

 Baik : Jika > 75 % dijawab dengan benar dengan total nilai >23.  Sedang : Jika 45-75 % dijawab dengan benar dengan total nilai 14-23  Kurang : Jika < 45 % dijawab dengan benar dengan total nilai < 14

4. Sikap

Sikap responden diukur melalui 15 pernyataan. Bila responden menjawab setuju diberi nilai 2, jawaban kurang setuju diberi nilai 1, dan jawaban tidak setuju diberi nilai 0. Berdasarkan jumlah nilai tertinggi yang dapat dicapai responden adalah 30. Berdasarkan jumlah nilai yang ada dapat diklasifikasikan dalam 3 kategari yaitu (Arikunto, S, 2006) :

 Baik : Jika > 75 % dijawab dengan benar dengan total nilai >23.  Sedang : Jika 45-75 % dijawab dengan benar dengan total nilai 14-23  Kurang : Jika < 45 % dijawab dengan benar dengan total nilai < 14

5. Tindakan

Tindakan diukur melalui 10 pertanyaan. Bila responden menjawab a diberi nilai 2, menjawab b diberi nilai 1 dan menjawab c diberi nilai 0. Jumlah nilai tertinggi yang dapat dicapai responden adalah 20 dan yang terendah 0. Berdasarkan jumlah nilai yang ada dapat diklasifikasikan dalam 3 kategari (Arikunto, S, 2006) :

(50)

3.7 Pengolahan dan Analisa Data 3.7.1 Pengolahan Data

Pengolahan data dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut : a. Editing

Untuk melakukan pengecekan isi kuesioner apakah kuesioner sudah diisi dengan lengkap jelas jawaban dari responden dan relevan dengan pertanyaan.

b. Coding

Merupakan kegiatan merubah data berbentuk huruf menjadi data berbentuk angka. Gunanya untuk mempermudah pada saat analisi data dan juga entri data.

c. Processing

Setelah data dikoding maka selanjutnya melakukan entry data dari kuesioner ke dalam program komputer.

d. Cleaning

Merupakan kegiatan pengecekan kembali data yang sudah di entry apakah ada kesalahan atau tidak.

e. Tabulating adalah penyusunan data agar dengan mudah untuk dijumlahkan, disusun, ditata dan dianalisis.

3.7.2 Analisis Data

(51)

BAB IV

HASIL PENELITIAN

4.1. Gambaran Umum Daerah Penelitian 4.1.1. Geografi

Kecamatan Kolang Kabupaten Tapanuli Tengah memiliki luas wilayah ± 400,5 Km2. Adapun batas wilayah Kecamatan Kolang sebagai berikut :

 Sebelah Utara : Kecamatan Sorkam  Sebelah Selatan : Kecamatan Tapian Nauli  Sebelah barat : Samudra Hindia

 Sebelah Timur : Kabupaten Tapanuli Utara

Luas Kecamatan Kolang menurut Desa /Kelurahan dapat dilihat pada tabel 4.1. berikut :

Tabel 4.1. Luas Kecamatan Kolang Menurut Desa /Kelurahan Tahun 2010 No. Desa /Kelurahan Luas (Km2) Rasio Terhadap Total

Luas Kecamatan (%)

1. Unte Mungkur IV 13,91 3,47

2. Unte Mungkur III 11,99 2,99

3. Unte Mungkur II 11,44 2,86

4. Unte Mungkur I 41,05 10,25

5. Satahi Nauli 49,56 12,37

6. Hurlang Muara Nauli 49,17 12,27

7. Kolang Nauli 6,06 1,51

8. Pasar Onan Hurlang 5,58 1,39

9. Sipakpahi Aek Lobu 34,99 8,73

10. Hudopa Nauli 158,77 39,63

11. Eawa Makmur 10,05 2,51

12. Makarti Nauli 8,08 2,02

Jumlah 400,65 100,00

(52)

Dari tabel 4.1. diketahui bahwa Kelurahan Hudopa Nauli memiliki wilayah yang paling luas di Kecamatan Kolang yaitu 158,77 Km2 atau 39,63% dari luas Kecamatan Kolang. Sementara luas wilayah yang paling kecil adalah Pasar Onan Hurlang, yaitu 5,58 Km2 atau hanya 1,39% dari luas Kecamatan Kolang.

4.1.2. Demografi

Gambaran data demografi setiap desa /kelurahan di Kecamatan Kolang dapat dilihat pada tabel di bawah ini.

Tabel 4.2. Luas, Jumlah Penduduk Dan Kepadatan Penduduk Dirinci Menurut Desa /Kelurahan Tahun 2010

No. Desa /Kelurahan Luas (Km2) Jumlah

Sumber : Kordinator Statistik Kecamatan Kolang

(53)

Tabel 4.3. Banyaknya Penduduk Dirinci Menurut Jenis Kelamin dan Desa /Kelurahan Tahun 2010

No. Desa /Kelurahan Laki_Laki Perempuan Jumlah

1. Unte Mungkur IV 866 911 1.777

Sumber : Kordinator Statistik Kecamatan Kolang

Dari tabel 4.3. diketahui bahwa laki-laki (1.067 orang) dan perempuan (1.043 orang) paling banyak ada di daerah Satahi Nauli, sementara yang paling sedikit ada di daerah Eawa Makmur.

Tabel 4.4. Banyaknya Penduduk Dirinci Menurut Jenis Kelamin dan Kelompok Umur Tahun 2010

No. Kelompok Umur Laki_Laki Perempuan Jumlah

1. 0 – 4 tahun 11.363 1.200 2.563

(54)

Tabel 4.5. Banyaknya Penduduk Menurut Agama Yang Dianut Tahun 2010 No. Desa /Kelurahan Islam Katolik Kristen Hindu Budha Jumlah

1. Unte Mungkur IV 887 214 675 0 0 1.776

Sumber : Kordinator Statistik Kecamatan Kolang

Dari tabel 4.5. diketahui bahwa Agama Kristen merupakan Agama yang paling banyak dianut di Kecamatan Kolang yaitu 1.160 orang. Sementara Agama Islam dan Agama Katolik masing-masing sebanyak 6.220 orang dan 1.105 orang.

Tabel 4.6. Banyaknya Tenaga Kerja Yang Bekerja Menurut Lapangan Pekerjaan dan Desa /Kelurahan Tahun 2010

No. Desa /Kelurahan Pertanian Industri PNS dan

ABRI Lainnya Jumlah

(55)

Dari tabel 4.6. diketahui bahwa Pertanian merupakan jenis pekerjaan yang paling banyak di Kecamatan Kolang yaitu 10.672 orang. Sedangkan jenis pekerjaan yang paling sedikit adalah PNS dan ABRI yaitu 247 orang.

4.2. Karakteristik Responden

Karakteristik responden yang dinyatakan dalam penelitian ini meliputi umur, pendidikan, pekerjaan dan penghasilan per bulan.

4.2.1. Umur

Tabel 4.7. Distribusi Responden Berdasarkan Umur di Wilayah Kerja Puskesmas Kolang Kecamatan Kolang Tahun 2011

No. Kelompok Umur Frekuensi Persentase

1. 21 – 25 tahun 7 8,75

2. 26 – 30 tahun 29 36,25

3. 31 – 35 tahun 23 28,75

4. 36 – 40 tahun 17 21,25

5.  41 tahun 4 5,00

Total 80 100,00

Dari tabel 4.7. diketahui bahwa sebagian besar responden berada pada kelompok umur 26-30 tahun yaitu sebanyak 29 orang (36,25%), sementara responden yang paling sedikit berada pada umur ≥ 40 tahun yaitu sebanyak 4 orang (5,00%).

4.2.2. Pendidikan

Tabel 4.8. Distribusi Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan di Wilayah Kerja Puskesmas Kolang Kecamatan Kolang Tahun 2011

No. Tingkat Pendidikan Frekuensi Persentase

1. Tidak sekolah /tidak tamat SD 9 11,25

2. SD 34 42,50

3. SMP 21 26,25

4. SMA 14 17,50

5. Perguruan Tinggi 2 2,50

(56)

Dari tabel 4.8. diketahui bahwa sebagian besar jenjang pendidikan formal yang pernah ditempuh responden tergolong rendah yaitu tamat SD sebanyak 34 orang (42,50%), bahkan masih ada responden yang tidak sekolah /tidak tamat SD yaitu sebanyak 9 orang (11,25%). Sementara yang paling sedikit adalah tingkat pendidikan Perguruan Tinggi yaitu hanya sebanyak 2 orang (2,50%).

4.2.3. Pekerjaan

Tabel 4.9. Distribusi Responden Berdasarkan Jenis Pekerjaan di Wilayah Kerja Puskesmas Kolang Kecamatan Kolang Tahun 2011

No. Jenis Pekerjaan Frekuensi Persentase

1. Pegawai Negeri Sipil (PNS) 2 2,50

2. Berdagang /wiraswasta 1 1,25

3. Petani 57 71,25

4. Buruh tani 20 25,00

Total 80 100,00

Dari tabel 4.9. diketahui bahwa secara umum jenis pekerjaan responden adalah sebagai petani yaitu sebanyak 57 orang (71,25%), bahkan ada diantara responden yang memiliki jenis pekerjaan sebagai buruh tani yaitu sebanyak 20 orang (25,00%). Sementara jenis pekerjaan lainnya yaitu PNS dan berdagang/wiraswasta masing-masing sebanyak 2 orang (2,50%) dan 1 orang (1,25%).

4.2.4. Penghasilan

Tabel 4.10. Distribusi Responden Berdasarkan Penghasilan Perbulan di Wilayah Kerja Puskesmas Kolang Kecamatan Kolang Tahun 2011 No. Penghasilan Frekuensi Persentase

1. Di atas UMR (Rp 965.000,‐/bulan) 31 38,75

2. Di bawah UMR (< Rp 965.000,- /bulan) 49 61,25

(57)

Dari tabel 4.10 diketahui bahwa sebagian besar penghasilan responden per bulannya di bawah UMR (< Rp 965.000,-) yaitu sebanyak 49 orang.

4.4. Sumber Informasi Tentang Imunisasi

Tabel 4.11. Distribusi Responden Berdasarkan Sumber Informasi Tentang Imunisasi di Wilayah Kerja Puskesmas Kolang Kecamatan Kolang Tahun 2011

No. Sumber Informasi Tentang Imunisasi

4. Perawat/bidan 50 62,50 30 37,50 80 100,00

5. Kader kesehatan 19 23,75 61 76,25 80 100,00

6. Keluarga 7 8,75 74 92,50 80 100,00

7. Tetangga/teman 5 6,25 79 98,75 80 100,00

Dari tabel 4.11. diketahui bahwa informasi tentang imunisasi yang diperoleh responden berasal dari berbagai sumber seperti : media elektronik (TV, radio), media cetak (surat kabar, brosur), dokter, perawat /bidan, kader kesehatan, keluarga, dan tetangga/teman. Namun dari hasil penelitian diperoleh sumber informasi tentang imunisasi paling banyak diperoleh melalui perawat/bidan. Sementara yang paling sedikit adalah media cetak (surat kabar, brosur) dan tetangga/teman.

4.4. Perilaku Responden

Pengukuran perilaku responden dalam mendukung pemberian imunisasi pada bayi diukur dari; pengetahuan, sikap dan tindakan/ praktek responden.

4.4.1. Pengetahuan

(58)

1. Pengetahuan Responden tentang Tujuan Imunisasi

Tabel 4.12. Distribusi Frekuensi Pengetahuan Responden tentang Tujuan Imunisasi

No. Tujuan imunisasi Frekuensi Persentase 1. Suntikan yang bisa membuat anak cacat 16 20,00 2. Melindungi tubuh dari serangan penyakit 21 26,25 3. Suntikan yang bisa membuat anak sakit parah 43 53,75

Total 80 100,00

Dari tabel 4.12. dapat dilihat sebanyak 43 responden (53,75%) mengatakan bahwa tujuan imunisasi adalah untuk menyuntik anak dan dapat membuat anak sakit parah, sementara yang mengatakan untuk melindungi tubuh anak dari serangan penyakit yaitu sebanyak 21 responden (26,25%).

2. Pengetahuan Responden tentang Manfaat Imunisasi pada Anak

Tabel 4.13. Distribusi Frekuensi Pengetahuan Responden tentang Manfaat Imunisasi pada Anak

No. Manfaat imunisasi pada anak Frekuensi Persentase 1. Mencegah penderitaan atau cacat dan kematian 19 23,75

2. Anak menjadi tidak rewel 14 17,50

3. Tidak ada manfaatnya 47 58,75

Total 80 100,00

(59)

3. Pengetahuan Responden tentang Jenis-Jenis Imunisasi

Tabel 4.14. Distribusi Frekuensi Pengetahuan Responden tentang Jenis-Jenis Imunisasi

No. Jenis-Jenis Imunisasi

Jawaban

Jumlah Tahu Tidak Tahu

n % n % n %

1. BCG 0 0,00 80 100,00 80 100,00

2. Hepatitis B 6 7,50 74 92,50 80 100,00

3. Polio 27 33,75 53 66,25 80 100,00

4. DPT 0 0,00 80 100,00 80 100,00

5. Campak 31 38,75 49 61,25 80 100,00

Dari tabel 4.14. dapat dilihat bahwa sebagian besar responden mengetahui campak merupakan jenis imunisasi yaitu sebanyak 31 responden (38,75%), sementara responden yang mengetahui Polio sebanyak 27 responden (33,75%), yang mengetahui Hepatitis B sebanyak 6 responden (7,50%), sementara yang mengetahui jenis imunsasi BCG dan DPT tidak ada.

4. Pengetahuan Responden tentang Awal Pemberian Imunisasi

Tabel 4.15. Distribusi Frekuensi Pengetahuan Responden tentang Awal Pemberian Imunisasi

No. Awal Pemberian imunisasi Frekuensi Persentase

1. Remaja 8 10,00

2. Anak-anak 53 66,25

3. Sejak lahir 19 23,75

Total 80 100,00

(60)

5. Pengetahuan Responden tentang Batas Usia Pemberian Imunisasi Lengkap Tabel 4.16. Distribusi Frekuensi Pengetahuan Responden tentang Batas Usia

Pemberian Imunisasi Lengkap

No. Batas Usia Pemberian Imunisasi lengkap Frekuensi Persentase

1. Sebelum 1 tahun 21 26,25

2. Sebelum 2 tahun 24 30,00

3. Sebelum 3 tahun 35 43,75

Total 80 100,00

Dari tabel 4.16. dapat dilihat bahwa sebanyak 35 responden (43,75%) mengatakan pemberian imunisasi lengkap adalah sebelum usia 3 tahun, dan ada juga yang mengatakan sebelum 2 tahun yaitu sebanyak 24 responden (30,00%).

5. Pengetahuan Responden tentang Manfaat Pemberian Imunisasi

Tabel 4.17. Distribusi Frekuensi Pengetahuan Responden tentang Manfaat yang Dapat Dirasakan Oleh Keluarga Jika Anak Diimunisasi

No. Manfaat yang dapat dirasakan oleh

keluarga jika anak diimunisasi Frekuensi Persentase 1. Menghilangkan kecemasan dan biaya

pengobatan yang dikeluar

16 20,00

2. Tidak ada manfaatnya 51 63,75

3. Tidak tahu 13 16,25

Total 80 100,00

(61)

6. Pengetahuan Responden tentang Efek Samping Pemberian Imunisasi

Tabel 4.18. Distribusi Frekuensi Pengetahuan Responden tentang Efek Samping Pemberian Imunisasi

No. Efek samping pemberian imunisasi Frekuensi Persentase

1. Anak demam 35 43,75

2. Anak bisa cacat 18 22,50

3. Anak bisa meninggal 27 33,75

Total 80 100,00

Dari tabel 4.18. dapat dilihat bahwa sebanyak 35 responden (43,75%) telah mengetahui efek samping pemberian imunisasi yaitu anak akan menjadi demam, sedangkan responden lainnya mengatakan anak bisa cacat (22,50%) dan anak bisa meninggal (33,75%).

7. Pengetahuan Responden tentang Dampak yang Diakibatkan Jika Anak Tidak Diimunisasi

Tabel 4.19. Distribusi Frekuensi Pengetahuan Responden tentang Dampak yang Diakibatkan Jika Anak Tidak Diimunisasi

No. Dampak yang diakibatkan

jika anak tidak diimunisasi Frekuensi Persentase 1. Anak gampang terkena penyakit infeksi 25 31,25

2. Anak menjadi rewel 7 8,75

3. Tidak ada dampaknya 48 60,00

Total 80 100,00

(62)

8. Pengetahuan Responden tentang Tempat Imunisasi

Tabel 4.20. Distribusi Frekuensi Pengetahuan Responden tentang Tempat Imunisasi

No. Tempat Imunisasi

Jawaban

Jumlah Tahu Tidak Tahu

n % n % n %

1. Posyandu 32 40,00 48 60,00 80 100,00

2. Puskesmas 44 55,00 36 45,00 80 100,00

3. Rumah Sakit 12 15,00 68 85,00 80 100,00

Dari tabel 4.20. dapat diketahui bahwa ada beberapa responden yang mengetahui posyandu, puskesmas, dan rumah sakit merupakan tempat imunisasi bayi. Sehingga dari hasil diperoleh sebanyak 44 responden (55,00%) mengatakan puskesmas, 32 responden (40,00%) mengatakan posyandu, dan sebanyak 12 responden (15,00%) mengatakan rumah sakit.

10. Pengetahuan Responden tentang Biaya Yang Harus Dikeluarkan Untuk Mengimunisasi Bayi

Tabel 4.21. Distribusi Frekuensi Pengetahuan Responden tentang Biaya Yang Harus Dikeluarkan Untuk Mengimunisasi Bayi

No. Biaya Yang Harus Dikeluarkan

Untuk Mengimunisasi Bayi Frekuensi Persentase

1. Ada 58 72,50

2. Tidak ada 22 27,50

Total 80 100,00

Gambar

Gambar 1.1. Kerangka Konsep Penelitian
Tabel 4.1. Luas Kecamatan Kolang Menurut Desa /Kelurahan Tahun 2010 Rasio Terhadap Total
Tabel 4.2. Luas, Jumlah Penduduk Dan Kepadatan Penduduk Dirinci Menurut Desa /Kelurahan Tahun 2010
Tabel 4.3. Banyaknya Penduduk Dirinci Menurut Jenis Kelamin dan Desa /Kelurahan Tahun 2010
+7

Referensi

Dokumen terkait

Determinan Kegagalan Pemberian Imunisasi Pertama (HB0 DAN BCG) Pada Bayi Baru Lahir (Studi di Wilayah Kerja Puskesmas Moncek Tengah Kecamatan Lenteng

Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kepatuhan Ibu dalam Pemberian Imunisasi Dasar pada Bayi di Kelurahan Rimbo Kaluang Wilayah Kerja.. Puskesmas

Pengaruh karakteristik Ibu dan dukungan suami terhadap pemberian imunisasi BCG pada Bayi diwilayah kerja puskesmas Aekraja Kabupaten Tapanuli Utara Tahun 2011.. Pengetahuan,

Distribusi Frekuensi Pengetahuan Responden tentang Jenis Imunisasi yang Dapat Mencegah Diare di Wilayah Kerja Puskesmas Sarudik Kecamatan Sarudik Tahun 2012.

5 Apakah keluarga peduli terhadap isu efek samping pemberian imunisasi campak pada bayi seperti bayi akan demam setelah di imunisasi?. 6 Apakah keluarga selalu melibatkan ibu

Kesimpulan yang dapat diambil dari penelitian tentang “Pengaruh Pelatihan Pemberian Makan pada Bayi dan Anak terhadap Pengetahuan Kader di Wilayah Puskesmas Klaten

Tujuan penelitian ini adalah hubungan pengetahuan ibu tentang sistem imun bayi dengan pemberian imunisasi dasar di wilayah kerja Puskesmas Selesai Saya akan memberikan

Jumlah informan dalam penelitian ini 6 orang yaitu petugas Puskesmas dan masyarakat yang terkait dengan kegiatan Imunisasi di Wilayah kerja Puskesmas Kalangan adapun