• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV HASIL PENELITIAN

4.4. Perilaku Responden

Pengukuran perilaku responden dalam mendukung pemberian imunisasi pada bayi diukur dari; pengetahuan, sikap dan tindakan/ praktek responden.

4.4.1. Pengetahuan

Hasil penelitian melalui wawancara untuk mengetahui pengetahuan suami tentang imunisasi bayi dapat dilihat pada tabel di bawah ini.

1. Pengetahuan Responden tentang Tujuan Imunisasi

Tabel 4.12. Distribusi Frekuensi Pengetahuan Responden tentang Tujuan Imunisasi

No. Tujuan imunisasi Frekuensi Persentase 1. Suntikan yang bisa membuat anak cacat 16 20,00 2. Melindungi tubuh dari serangan penyakit 21 26,25 3. Suntikan yang bisa membuat anak sakit parah 43 53,75

Total 80 100,00

Dari tabel 4.12. dapat dilihat sebanyak 43 responden (53,75%) mengatakan bahwa tujuan imunisasi adalah untuk menyuntik anak dan dapat membuat anak sakit parah, sementara yang mengatakan untuk melindungi tubuh anak dari serangan penyakit yaitu sebanyak 21 responden (26,25%).

2. Pengetahuan Responden tentang Manfaat Imunisasi pada Anak

Tabel 4.13. Distribusi Frekuensi Pengetahuan Responden tentang Manfaat Imunisasi pada Anak

No. Manfaat imunisasi pada anak Frekuensi Persentase 1. Mencegah penderitaan atau cacat dan kematian 19 23,75

2. Anak menjadi tidak rewel 14 17,50

3. Tidak ada manfaatnya 47 58,75

Total 80 100,00

Dari tabel 4.13. dapat dilihat bahwa sebanyak 47 responden (58,75%) mengatakan bahwa tidak ada manfaatnya anak diimunisasi, dan ada juga responden yang mengatakan bahwa manfaat imunisasi adalah untuk membuat anak menjadi tidak rewel yaitu sebanyak 14 responden (17,50%).

3. Pengetahuan Responden tentang Jenis-Jenis Imunisasi

Tabel 4.14. Distribusi Frekuensi Pengetahuan Responden tentang Jenis-Jenis Imunisasi

No. Jenis-Jenis Imunisasi

Jawaban

Jumlah Tahu Tidak Tahu

n % n % n % 1. BCG 0 0,00 80 100,00 80 100,00 2. Hepatitis B 6 7,50 74 92,50 80 100,00 3. Polio 27 33,75 53 66,25 80 100,00 4. DPT 0 0,00 80 100,00 80 100,00 5. Campak 31 38,75 49 61,25 80 100,00

Dari tabel 4.14. dapat dilihat bahwa sebagian besar responden mengetahui campak merupakan jenis imunisasi yaitu sebanyak 31 responden (38,75%), sementara responden yang mengetahui Polio sebanyak 27 responden (33,75%), yang mengetahui Hepatitis B sebanyak 6 responden (7,50%), sementara yang mengetahui jenis imunsasi BCG dan DPT tidak ada.

4. Pengetahuan Responden tentang Awal Pemberian Imunisasi

Tabel 4.15. Distribusi Frekuensi Pengetahuan Responden tentang Awal Pemberian Imunisasi

No. Awal Pemberian imunisasi Frekuensi Persentase

1. Remaja 8 10,00

2. Anak-anak 53 66,25

3. Sejak lahir 19 23,75

Total 80 100,00

Dari tabel 4.15. dapat dilihat bahwa sebanyak 53 responden (66,25%) mengatakan bahwa pemberian imunisasi sebaiknya diberikan sejak anak-anak, dan ada juga menyatakan diberikan sejak remaja yaitu sebanyak 8 responden (10,00%).

5. Pengetahuan Responden tentang Batas Usia Pemberian Imunisasi Lengkap Tabel 4.16. Distribusi Frekuensi Pengetahuan Responden tentang Batas Usia

Pemberian Imunisasi Lengkap

No. Batas Usia Pemberian Imunisasi lengkap Frekuensi Persentase

1. Sebelum 1 tahun 21 26,25

2. Sebelum 2 tahun 24 30,00

3. Sebelum 3 tahun 35 43,75

Total 80 100,00

Dari tabel 4.16. dapat dilihat bahwa sebanyak 35 responden (43,75%) mengatakan pemberian imunisasi lengkap adalah sebelum usia 3 tahun, dan ada juga yang mengatakan sebelum 2 tahun yaitu sebanyak 24 responden (30,00%).

5. Pengetahuan Responden tentang Manfaat Pemberian Imunisasi

Tabel 4.17. Distribusi Frekuensi Pengetahuan Responden tentang Manfaat yang Dapat Dirasakan Oleh Keluarga Jika Anak Diimunisasi

No. Manfaat yang dapat dirasakan oleh

keluarga jika anak diimunisasi Frekuensi Persentase 1. Menghilangkan kecemasan dan biaya

pengobatan yang dikeluar

16 20,00

2. Tidak ada manfaatnya 51 63,75

3. Tidak tahu 13 16,25

Total 80 100,00

Dari tabel 4.17. dapat dilihat bahwa sebagian besar responden mengatakan bahwa tidak ada manfaat yang dapat dirasakan oleh keluarga jika anak diimunisasi yaitu sebanyak 51 responden (63,75%), sementara yang mengatakan untuk menghilangkan kecemasan dan biaya pengobatan yang keluar ada sebanyak 16 responden (20,00%).

6. Pengetahuan Responden tentang Efek Samping Pemberian Imunisasi

Tabel 4.18. Distribusi Frekuensi Pengetahuan Responden tentang Efek Samping Pemberian Imunisasi

No. Efek samping pemberian imunisasi Frekuensi Persentase

1. Anak demam 35 43,75

2. Anak bisa cacat 18 22,50

3. Anak bisa meninggal 27 33,75

Total 80 100,00

Dari tabel 4.18. dapat dilihat bahwa sebanyak 35 responden (43,75%) telah mengetahui efek samping pemberian imunisasi yaitu anak akan menjadi demam, sedangkan responden lainnya mengatakan anak bisa cacat (22,50%) dan anak bisa meninggal (33,75%).

7. Pengetahuan Responden tentang Dampak yang Diakibatkan Jika Anak Tidak Diimunisasi

Tabel 4.19. Distribusi Frekuensi Pengetahuan Responden tentang Dampak yang Diakibatkan Jika Anak Tidak Diimunisasi

No. Dampak yang diakibatkan

jika anak tidak diimunisasi Frekuensi Persentase 1. Anak gampang terkena penyakit infeksi 25 31,25

2. Anak menjadi rewel 7 8,75

3. Tidak ada dampaknya 48 60,00

Total 80 100,00

Dari tabel 4.19. dapat diketahui ada sebanyak 48 responden (60,00%) yang mengatakan tidak ada dampak yang ditimbulkan meskipun anak tidak diimunisasi, dan hanya sebanyak 25 responden (31,25%) yang mengatakan anak akan gampang terkena penyakit infeksi jika anak tidak diimunisasi.

8. Pengetahuan Responden tentang Tempat Imunisasi

Tabel 4.20. Distribusi Frekuensi Pengetahuan Responden tentang Tempat Imunisasi

No. Tempat Imunisasi

Jawaban

Jumlah Tahu Tidak Tahu

n % n % n %

1. Posyandu 32 40,00 48 60,00 80 100,00

2. Puskesmas 44 55,00 36 45,00 80 100,00

3. Rumah Sakit 12 15,00 68 85,00 80 100,00

Dari tabel 4.20. dapat diketahui bahwa ada beberapa responden yang mengetahui posyandu, puskesmas, dan rumah sakit merupakan tempat imunisasi bayi. Sehingga dari hasil diperoleh sebanyak 44 responden (55,00%) mengatakan puskesmas, 32 responden (40,00%) mengatakan posyandu, dan sebanyak 12 responden (15,00%) mengatakan rumah sakit.

10. Pengetahuan Responden tentang Biaya Yang Harus Dikeluarkan Untuk Mengimunisasi Bayi

Tabel 4.21. Distribusi Frekuensi Pengetahuan Responden tentang Biaya Yang Harus Dikeluarkan Untuk Mengimunisasi Bayi

No. Biaya Yang Harus Dikeluarkan

Untuk Mengimunisasi Bayi Frekuensi Persentase

1. Ada 58 72,50

2. Tidak ada 22 27,50

Total 80 100,00

Dari tabel 4.21. dapat diketahui bahwa sebagian besar responden menyatakan ada biaya yang harus dikeluarkan pada saat anak diimunisasi yaitu sebanyak 58 responden (72,50%), sementara sisanya yaitu 22 responden (27,50%) mengatakan tidak ada biaya yang harus dikeluarkan pada saat anak diimunisasi.

1.1. Kategori Pengetahuan Responden

Tabel 4.22. Distribusi Responden Berdasarkan Tingkat Pengetahuan Tentang Imunisasi Pada Bayi di Wilayah Kerja Puskesmas Kolang Kecamatan Kolang Tahun 2011

No. Pengetahuan Tentang Imunisasi Pada Bayi Frekuensi Persentase

1. Pengetahuan Baik 13 16,25

2. Pengetahuan Sedang 27 33,75

3. Pengetahuan Kurang 40 50,00

Total 80 100,00

Dari tabel 4.22. diketahui bahwa sebagian besar pengetahuan responden tentang imunisasi pada bayi berada dikategori kurang yaitu sebanyak 40 orang (50,00%), sementara pengetahuan pada kategori baik hanya sebanyak 13 orang (16,25%).

4.4.2. Sikap Responden

Sikap responden terhadap mendukung imunisasi pada bayi untuk seluruh indikator dalam pengukuran sikap dapat dilihat pada tabel 2.23. berikut :

1. Sikap Responden Berdasarkan Indikator-Indikator Pernyataan Tentang Imunisasi Pada Bayi

Tabel 4.23. Distribusi Responden Berdasarkan Sikap Tentang Imunisasi Pada Bayi di Wilayah Kerja Puskesmas Kolang Kecamatan Kolang Tahun 2011 No. Pernyataan Jawaban Jumlah Setuju KS TS n % n % n % n %

1. Selain untuk ibu, penyuluhan tentang

imunisasi bagi ayah juga penting dilakukan. 34 42,50 21 26,25 25 31,25 80 100,00

2. Pemberian imunisasi pada bayi sangat

penting dilakukan. 21 26,25 23 28,75 36 45,00 80 100,00

3. Jika timbul reaksi gangguan kesehatan setelah imunisasi, bapak seharusnya tidak lagi menyarankan istri untuk mengimunisasi

bayi.

4. Bapak seharusnya memberikan dukungan pada istri agar membawa bayi untuk diimunisasi.

34 42,50 28 35,00 18 22,50 80 100,00

5. Bapak seharunya tidak malu untuk mengantar

anak imunisasi. 17 21,25 27 33,75 36 45,00 80 100,00

6. Anak akan tetap memiliki kekebalan tubuh

terhadap penyakit infeksi, meskipun anak tidak diimunisasi.

47 58,75 24 30,00 9 11,25 80 100,00

7. Pemberian imunisasi dapat menunjang

tumbuh kembang anak lebih berkualitas 22 27,50 39 48,75 19 23,75 80 100,00

8. Seharusnya bayi tidak diimunisasi karena

dapat meninggal setelah diimunisasi. 31 38,75 29 36,25 20 25,00 80 100,00

9. Seharusnya bayi tidak diimunisasi karena vaksin yang disuntikkan itu terbuat dari zat yang haram.

20 25,00 31 38,75 29 36,25 80 100,00

10. Pemberian imunisasi seharusnya dilakukan

sebelum bayi berusia 1 tahun. 25 31,25 21 26,25 34 42,50 80 100,00

11. Pemberian imunisasi hanya akan

menyusahkan keluarga saja, karena setelah bayi diimunisasi bayi pasti sakit parah.

41 51,25 22 27,50 17 21,25 80 100,00

12 Munculnya rasa sakit, kemerahan di sekitar

tempat penyuntikan merupakan reaksi normal dan tidak akan berbahaya terhadap bayi.

32 40,00 28 35,00 20 25,00 80 100,00

13. Seharusnya bayi tidak boleh diimunisasi

sesaat setelah bayi lahir 41 51,25 23 28,75 16 20,00 80 100,00

14. Penundaan atau penolakan imunisasi akan membawa risiko terkena penyakit menular bagi anak bersangkutan

23 28,75 30 37,50 27 33,75 80 100,00

15. Seharusnya bayi tidak diimunisasi karena vaksin yang disuntikkan itu terbuat dari kuman yang menyebabkan penyakit sapi gila.

23 28,75 36 45,00 21 26,25 80 100,00

16.. Vaksin yang diberikan dalam imunisasi

merupakan produk yang sangat tidak aman 22 27,50 39 48,75 19 23,75 80 100,00

17. Jika bapak ragu terhadap efek samping yang

ditimbulkan setelah pemberian imunisasi, maka sebaiknya hal itu bapak tanyakan saja pada petugas kesehatan agar bapak mendapat saran yang menguntungkan dari mereka.

38 47,50 26 32,50 16 20,00 80 100,00

18 Sebenarnya tidak ada manfaatnya diberikan

imunisasi pada bayi. 39 48,75 22 27,50 19 23,75 80 100,00

19. Seharusnya program imunisasi yang ada di

desa saya dihilangkan saja. 39 48,75 17 21,25 24 30,00 80 100,00

20. Peran suami sangat besar bagi ibu untuk

membawa anak imunisasi. 43 53,75 27 33,75 10 12,50 80 100,00

Dari tabel 4.23 diketahui sebanyak 34 responden (42,50%) setuju supaya dilakukannya penyuluhan imunisasi bagi suami, sementara responden yang menyatakan setuju terhadap pemberian imunisasi pada bayi hanya sebanyak 21

responden (26,25%). Sebanyak 41 responden (51,25%) menyatakan setuju supaya tidak lagi menyarankan istri mengimunisasi bayi jika timbul reaksi gangguan kesehatan setelah imunisasi. Sebanyak 34 responden (42,50%) setuju agar memberikan dukungan pada istri dalam membawa bayi untuk diimunisasi.

Dari hasil penelitian juga diketahui sebanyak 17 responden (21,25%) setuju supaya tidak malu untuk mengantar anak imunisasi. Sebanyak 47 responden (58,75%) setuju bahwa meskipun anak tidak diimunisasi, tetapi anak tetap memiliki kekebalan tubuh terhadap penyakit infeksi. Sebanyak 22 responden (27,50%) setuju terhadap pemberian imunisasi dapat menunjang tumbuh kembang anak lebih berkualitas. Sebanyak 31 responden (38,75%) setuju untuk tidak mengimunisasi bayi karena dapat meninggal setelah diimunisasi. Sebanyak 20 responden (25,00%) setuju agar bayi tidak diimunisasi karena vaksin yang disuntikkan itu terbuat dari zat yang haram.

Dari tabel 4.23. juga dapat diketahui sebanyak 25 responden (31,25%) setuju terhadap pemberian imunisasi seharusnya dilakukan sebelum bayi berusia 1 tahun. Sebanyak 41 responden (51,25%) menyatakan setuju bahwa pemberian imunisasi hanya akan menyusahkan keluarga saja, karena setelah bayi diimunisasi bayi pasti sakit. Sebanyak 32 responden (40,00%) menyatakan setuju jika rasa sakit, kemerahan di sekitar tempat penyuntikan merupakan reaksi normal dan tidak akan berbahaya terhadap bayi. Sebanyak 41 responden (51,25%) menyatakan setuju jika bayi tidak boleh diimunisasi sesaat setelah bayi lahir. Sebanyak sebanyak 23 responden (28,75%) setuju bahwa penundaan atau penolakan imunisasi akan membawa risiko terkena penyakit menular bagi anak bersangkutan

Berdasarkan tabel 4.23. juga dapat dilihat sebanyak 23 responden (28,75%) menyatakan setuju supaya bayi tidak diimunisasi karena vaksin yang disuntikkan itu terbuat dari kuman yang menyebabkan penyakit sapi gila. Sebanyak 22 responden (27,50%) menyatakan setuju bahwa vaksin yang diberikan dalam imunisasi merupakan produk yang sangat tidak aman. sebanyak 38 responden (47,5%) setuju untuk menanyakan kepada petugas kesehatan tentang efek samping yang ditimbulkan setelah pemberian imunisasi. Sebanyak 39 responden (48,75%) setuju bahwa tidak ada manfaatnya diberikan imunisasi pada bayi. Sebanyak 39 responden (48,75%) setuju terhadap program imunisasi yang ada di desa mereka dihilangkan saja. Sebanyak 43 responden (53,75%) setuju terhadap peran suami sangat besar bagi ibu untuk membawa anak imunisasi.

2. Kategori Sikap Responden

Tabel 4.24. Distribusi Responden Berdasarkan Sikap Tentang Imunisasi Pada Bayi di Wilayah Kerja Puskesmas Kolang Kecamatan Kolang Tahun 2011

No. Sikap Tentang Imunisasi Pada Bayi Frekuensi Persentase

1. Sikap Baik 11 13,75

2. Sikap Sedang 39 48,75

3. Sikap Kurang 30 37,50

Total 80 100,00

Dari tabel 4.24. diketahui bahwa sebagian besar sikap responden tentang imunisasi pada bayi berada dikategori sedang yaitu sebanyak 39 orang (48,75%), sementara sikap pada kategori baik dan kategori kurang masing-masing sebanyak 11 orang (13,75%) dan 30 orang (37,50%).

4.4.2. Tindakan Responden

Tindakan responden dalam mendukung imunisasi pada bayi untuk setiap masing-masing pertanyaan dapat dilihat pada tabel di bawah ini :

1. Status Imunisasi Bayi

Tabel 4.25. Distribusi Frekuensi Status Imunisasi Bayi

No. Status Imunisasi Bayi Frekuensi Persentase

1. Diimunisasi 44 55,00

2. Tidak diimunisasi 36 45,00

Total 80 100,00

Dari tabel 4.25. diketahui bahwa sebagian besar bayi diimunisasi yaitu sebanyak 44 bayi (55,00%), sementara bayi yang tidak diimunisasi sebanyak 36 bayi (45,00%).

2. Alasan Responden Mengimunisasi Bayi

Tabel 4.26. Distribusi Frekuensi Alasan Responden Mengimunisasi Bayi

No. Alasan Mengimunisasi Bayi Frekuensi Persentase

1. Agar anak sehat 18 40,90

2. Lebih kebal terhadap penyakit 26 59,10

Total 44 100,00

Dari tabel 4.26. diketahui bahwa dari 44 bayi yang diimunisasi, sebanyak 26 responden (59,10%) mengatakan alasan bayi diimunisasi supaya lebih kebal terhadap penyait, sementara responden lainnya (40,90%) mengatakan agar anak sehat

3. Alasan Responden Tidak Mengimunisasi Bayi

Tabel 4.27. Distribusi Frekuensi Alasan Responden Tidak Mengimunisasi Bayi No. Alasan Tidak Mengimunisasi Bayi Frekuensi Persentase

1. Bayi menjadi sakit 29 80,60

2. Bayi menjadi lumpuh 7 19,40

Total 36 100,0

Dari tabel 4.27. diketahui bahwa dari 36 bayi yang tidak diimunisasi, sebanyak 29 responden (80,60%) mengatakan alasan bayi tidak diimunisasi karena bayi akan menjadi sakit, sementara responden lainnya (19,40%) mengatakan bayi menjadi lumpuh jika bayi diimunisasi.

4. Usia bayi Saat Pertama Kali Imunisasi

Tabel 4.28. Distribusi Frekuensi Usia bayi Saat Pertama Kali Imunisasi

No. Usia Bayi Diimunisasi Frekuensi Persentase

1. 0-3 bulan 31 70,50

2. 4-7 bulan 10 22,70

3. 8-12 bulan 3 6,80

Total 44 100,00

Dari tabel 4.28. diketahui bahwa dari 44 bayi yang diimunisasi, sebanyak 31 responden (70,50%) mengatakan bayi mulai diimunisasi pada usia 0-3 bulan, sementara responden lainnya mengatakan bayi diimunisasi mulai pada usia 4-7 bulan (22,70%) dan 8-12 bulan (6,80%).

5. Tindakan Responden Ikut Membawa Bayi Imunisasi

Tabel 4.29. Distribusi Frekuensi Tindakan Responden dalam Ikut Membawa Bayi Imunisasi

No. Ikut Membawa Bayi Imunisasi Frekuensi Persentase

1. Ikut 0 0,00

2. Tidak ikut 44 100,00

Total 44 100,00

Dari tabel 4.29. diketahui bahwa semua responden tidak ikut membawa bayi imunisasi.

6. Alasan Responden Tidak Ikut Membawa Bayi Imunisasi

Tabel 4.29. Distribusi Frekuensi Alasan Responden Tidak Ikut Membawa Bayi Imunisasi

No. Alasan Tidak Ikut Membawa Bayi Imunisasi

Frekuensi Persentase

1. Sibuk kerja 30 68,18

2. Imunisasi urusan ibu rumah tangga 9 20,45

3. Malu 5 11,36

Total 44 100,00

Dari tabel 4.29. diketahui bahwa alasan responden tidak ikut membawa bayi imunisasi karena responden sibuk kerja (68,18%), responden merasa imunisasi merupakan urusan ibu rumah tangga (20,45%), dan responden merasa malu (11,36%).

7. Tindakan Responden dalam Mendukung Istri untuk Mengimunisasi Bayi Tabel 4.30. Distribusi Frekuensi Tindakan Responden dalam Mendukung Istri

untuk Mengimunisasi Bayi

No. Mendukung Istri Untuk Mengimunisasi Bayi Frekuensi Persentase 1. Ya 6 7,50 2. Kadang - kadang 40 50,00 3. Tidak pernah 34 42,50 Total 80 100,00

Dari tabel 4.30. diketahui bahwa ada sebanyak 34 responden (42,50%) tidak pernah mendukung istri untuk mengimunisasi bayi, sementara yang selalu mendukung hanya sebanyak 6 responden (7,50%).

8. Tindakan Responden dalam Menanyakan Kelengkapan Imunisasi Bayi

Tabel 4.31. Distribusi Frekuensi Tindakan Responden dalam Menanyakan Kelengkapan Imunisasi Bayi

No. Menanyakan Kelengkapan Imunisasi Bayi Frekuensi Persentase

1. Ya 6 7,50

2. Kadang - kadang 42 52,50

3. Tidak pernah 32 40,00

Total 80 100,00

Dari tabel 4.31. diketahui bahwa jumlah responden yang tidak pernah menanyakan kelengkapan imunisasi kepada istri sebanyak 32 responden (40,00%), sementara yang selalu menanyakan kelengkapan imunisasi hanya ada sebanyak 6 responden (7,50%).

9. Tindakan Responden dalam Menyediakan Biaya Untuk Imunisasi Bayi

Tabel 4.32. Distribusi Frekuensi Tindakan Responden dalam Menyediakan Biaya Untuk Imunisasi Bayi

No. Menyediakan Biaya Untuk Imunisasi Bayi Frekuensi Persentase

1. Ya 10 12,50

2. Kadang - kadang 30 37,50

3. Tidak pernah 40 50,00

Total 80 100,00

Dari tabel 4.32. diketahui sebagian besar responden tidak pernah menyediakan biaya untuk imunisasi bayi yaitu sebanyak 40 responden (50,00%), sementara yang yang selalu menyediakan biaya untuk imunisasi bayi hanya sebanyak 10 responden (12,50%).

10. Tindakan Responden dalam Membawa Bayi Untuk Imunisasi

Tabel 4.33. Distribusi Frekuensi Tindakan Responden dalam Membawa Bayi Untuk Imunisasi

No. Membawa Bayi Untuk Imunisasi Frekuensi Persentase

1. Ya 0 0,00

2. Kadang - kadang 0 0,00

3. Tidak pernah 44 100,00

Total 44 100,00

Dari tabel 4.33. diketahui bahwa semua responden (100%) tidak pernah membawa bayi untuk imunisasi pada saat istri berhalangan.

11. Tindakan Responden Ikut Merawat Bayi Saat Demam Setelah Imunisasi Tabel 4.34. Distribusi Frekuensi Tindakan Responden Ikut Merawat Bayi Saat

Demam Setelah Imunisasi

No. Ikut Merawat Saat Bayi Demam

Setelah Imunisasi Frekuensi Persentase

1. Ya 23 52,30

2. Kadang - kadang 21 47,70

3. Tidak pernah 0 0,00

Total 44 100,00

Dari tabel 4.34. diketahui bahwa dari 44 bayi yang diimunisai, sebanyak 23 responden (52,30) selalu ikut merawat saat bayi demam setelah imunisasi, sementara responden lainnya (47,70%) mengatakan kadang-kadang.

12. Tindakan Responden dalam Mengkompres Bekas Suntikan Dengan Air Hangat

Tabel 4.35. Distribusi Frekuensi Tindakan Responden dalam Mengkompres Bekas Suntikan Dengan Air Hangat

No. Bekas Suntikan Imunisasi

1. Ya 17 38,60

2. Kadang - kadang 27 61,40

3. Tidak pernah 0 0,00

Total 44 100,00

Dari tabel 4.35. diketahui bahwa dari 44 responden yang ikut merawat bayi saat demam setelah imunisasi, sebanyak 17 responden (38,60%) selalu mengkompres bekas suntikan dengan air hangat, sementara responden lainnya (61,40%) mengatakan kadang-kadang.

13. Tindakan Responden dalam Mendukung Program Imunisasi

Tabel 4.36. Distribusi Frekuensi Tindakan Responden dalam Mendukung Program Imunisasi

No. Mendukung Program Imunisasi Frekuensi Persentase

1. Ya 6 7,50

2. Kadang - kadang 42 52,50

3. Tidak pernah 32 40,00

Total 80 100,00

Dari tabel 4.36. diketahui bahwa ada sebanyak 32 responden (40,00%) tidak pernah mendukung program imunisasi yang ada di desa/kelurahan mereka, sementara yang selalu mendukung hanya sebanyak 6 responden (7,50%).

14. Tindakan Responden dalam Menanyakan Kepada Petugas Kesehatan Tentang Efek Samping Imunisasi

Tabel 4.37. Distribusi Frekuensi Tindakan Responden dalam Menanyakan Kepada Petugas Kesehatan Tentang Efek Samping Imunisasi

No. Menanyakan Kepada Petugas Kesehatan

Tentang Efek Samping Imunisasi Frekuensi Persentase

1. Ya 5 6,25

2. Kadang - kadang 18 22,50

3. Tidak pernah 57 71,25

Total 80 100,00

Dari tabel 4.37. diketahui bahwa sebagian besar responden tidak pernah menanyakan kepada petugas kesehatan tentang efek samping imunisasi yaitu

sebanyak 57 responden (71,25%), sementara yang sering menanyakan kepada petugas kesehatan tentang efek samping imunisasi hanya sebanyak 5 responden (6,25%). 15. Tindakan Responden dalam Mengajak Anggota Keluarga Ikut

Mendukung Imunisasi

Tabel 4.38. Distribusi Frekuensi Tindakan Responden dalam Mengajak Anggota Keluarga Ikut Mendukung Imunisasi

No. Mengajak Anggota Keluarga

Ikut Mendukung Frekuensi Persentase

1. Ya 5 6,25

2. Kadang - kadang 34 42,50

3. Tidak pernah 41 51,25

Total 80 100,00

Dari tabel 4.38. diketahui bahwa sebagian besar responden tidak pernah mengajak anggota keluarga lainnya ikut mendukung imunisasi yaitu sebanyak 41 responden (51,3%), sementara yang sering mengajak anggota keluarga lainnya ikut mendukung imunisasi hanya sebanyak 5 responden (6,3%).

16. Tindakan Responden Ikut Berpartisipasi dalam Acara Penyuluhan Tabel 4.39. Distribusi Frekuensi Tindakan Responden Ikut Berpartisipasi

No. Ikut Berpartisipasi Frekuensi Persentase

1. Ya 2 2,50

2. Kadang - kadang 15 18,75

3. Tidak pernah 63 78,75

Total 80 100,00

Dari tabel 4.39. diketahui bahwa sebagian besar responden tidak pernah ikut berpartisipasi dalam mengikuti penyuluhan yang ada di desa /kelurahan mereka yaitu sebanyak 63 responden (78,8%), sementara yang selalu ikut berpartisipasi dalam mengikuti penyuluhan yang ada di desa /kelurahan mereka yaitu hanya sebanyak 2 responden (2,5%).

17. Tindakan Responden dalam Mengajak Istri Ikut Berpartisipasi dalam Acara Penyuluhan

Tabel 4.40. Distribusi Frekuensi Tindakan Responden dalam Mengajak Istri Ikut Berpartisipasi

No. Mengajak Istri Berpartisipasi Frekuensi Persentase

1. Ya 2 2,50

2. Kadang - kadang 13 16,25

3. Tidak pernah 65 81,25

Total 80 100,00

Dari tabel 4.40. diketahui bahwa sebagian besar responden tidak pernah mengajak istri untuk berpartisipasi dalam acara penyuluhan yang ada di desa /kelurahan mereka yaitu sebanyak 65 responden (81,25%), sementara yang selalu mengajak istri berpartisipasi dalam mengikuti penyuluhan yang ada di desa /kelurahan mereka yaitu hanya sebanyak 2 responden (2,25%).

4.18. Kategori Tindakan Responden

Tabel 4.41. Distribusi Responden Berdasarkan Tindakan Dalam Mendukung Pemberian Imunisasi Pada Bayi di Wilayah Kerja Puskesmas Kolang Kecamatan Kolang Tahun 2011

No. Tindakan Dalam Mendukung

Pemberian Imunisasi Pada Bayi Frekuensi Persentase

1. Tindakan Baik 5 6,20

2. Tindakan Sedang 32 40,00

3. Tindakan Kurang 43 53,80

Total 80 100,00

Dari tabel 4.41. diketahui bahwa sebagian besar tindakan responden dalam mendukung imunisasi pada bayi berada dikategori kurang yaitu sebanyak 43 orang (53,80%), sementara tindakan kategori baik hanya sebanyak 5 orang (6,20%).

5.1. Karakteristik Suami 5.1.1. Umur

Dari hasil penelitian diperoleh sebagian besar (36,25%) suami berumur 26-30 tahun, sementara yang paling sedikit (5,00%) umur ≥ 41 tahun. Dilihat dari umur suami yang menjadi responden pada penelitian ini, sebagian besar berada pada kategori dewasa muda (21-40 tahun). Menurut Gunarsa (1991), dimana usia juga mempengaruhi terhadap daya tangkap dan pola pikir seseorang. Semakin bertambah usia akan semakin berkembang pula daya tangkap dan pola pikirnya, sehingga pengetahuan yang diperolehnya semakin membaik, karena usia yang semakin tua, maka semakin banyak informasi yang dijumpai dan semakin banyak hal yang dikerjakan sehingga menambah pengetahuannya

5.1.2. Pendidikan

Sebagian besar tingkat pendidikan formal yang pernah ditempuh suami tergolong rendah yaitu tamat SD (42,50%), bahkan masih ada yang tidak sekolah /tidak tamat SD (11,25%). Sementara Tingkat Pendidikan Perguruan Tinggi hanya sebesar 2,50%. Menurut Soewondo dan Sadli (1990), pendidikan formal sangat penting karena dapat membentuk pribadi dengan wawasan berfikir yang lebih baik. Dengan demikian semakin tinggi tingkat pendidikan formal seseorang maka ia akan lebih banyak menyerap pengetahuan tentang kesehatan, dan hal ini akan berdampak

positif terhadap pemanfaatan pelayanan kesehatan. Dan sesuai dengan teori Green (1980) dalam Notoatmodjo, (2007) yang menyatakan bahwa pendidikan merupakan faktor predisposisi untuk terjadinya perubahan perilaku kesehatan. Dari hasil penelitian Darnen (2002), diperoleh bahwa pendidikan suami memiliki hubungan yang bermakna dengan status kelengkapan imunisasi yaitu p=0,003. Sehingga suami dengan tingkat pendidikan yang tinggi akan memberikan imunisasi kepada anaknya lebih lengkap. Karena secara tidak langsung suami turut menentukan pengambilan keputusan dalam keluarga, termasuk dalam pemilihan pelayanan kesehatan.

Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Harlina (2006) tentang faktor- faktor yang berhubungan dengan status imunisasi campak di Kecamatan Darussalam Kabupaten Aceh Besar yang dilaporkan bahwa ada hubungan yang bermakna antara pendidikan ibu dengan status imunisasi campak dengan nilai p=0,0580. Sulastri (2002) yang melakukan penelitian di Puskesmas Garuda Kecamatan Andir Kota Bandung, didapat hubungan bermakna antara pendidikan dengan pemanfaatan pelayanan imunisasi BCG. Wardhana (2001), ada pengaruh pendidikan terhadap status kelengkapan imunisasi dasar pada anak di Kabupaten Majalengka.

Peningkatan cakupan imunisasi melalui pendidikan orang tua telah menjadi strategi popular di berbagai Negara. Strategi ini berasumsi bahwa anak-anak tidak akan diimunisasi secara benar disebabkan orang tua tidak mendapat penjelasan yang baik atau karena memiliki sikap yang buruk tentang imunisasi. Program imunisasi dapat berhasil jika ada usaha yang sungguh-sunggung dan berkesinambungan pada

orang-orang yang memiliki pengetahuan dan komitmen yang tinggi terhadap imunisasi. Jika suatu program intervensi preventif seperti imunisasi ingin dijalankan secara serius dalam menjawab perubahan pola penyakit dan persoalan pada anak, maka perbaikan dalam evaluasi perilaku kesehatan masyarakat dan peningkatan pengetahuan sangat diperlukan (Ali, 2003 dalam Tawi, 2008).

5.1.3. Pekerjaan

Secara umum jenis pekerjaan suami adalah petani (71,25%) dan buruh tani (25,00%). Sementara jenis pekerjaan lainnya adalah PNS (2,50%) dan berdagang/wiraswasta (1,25%). Pada umumnya suami yang bekerja sebagai buruh tani tidak tetap, tidak setiap hari bekerja sehingga mendapatkan penghasilan perbulannya rendah. Menurut Isfan, (2006), risiko ketidaklengkapan imunisasi dasar pada anak 3,21 kali pada suami yang bekerja di sektor non formal dibandingkan sektor formal.

5.1.4. Penghasilan

Sebagian besar (61,25%) pengasilan suami di bawah UMR Propinsi Sumatera Utara (< Rp 965.000,-per bulan). Hal ini dikarenakan bahwa pada umumnya jenis pekerjaan suami adalah sebagai petani dan buruh tani, dimana penghasilan yang mereka dapatkan rendah. Meskipun penghasilan suami rendah, tetapi untuk imunisasi tidak dikutip bayaran, namun ekonomi dalam hal ini berkaitan dengan biaya yang

Dokumen terkait