• Tidak ada hasil yang ditemukan

INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2011

RINGKASAN

RINA DWICA DESYANA. Trend Desain Penanaman pada Lanskap Permukiman Bogor Nirwana Residence. Dibimbing oleh Dr. Ir. NIZAR NASRULLAH, MAgr.

Bertambahnya jumlah penduduk di Kota Bogor berdampak pada meningkatnya kebutuhan akan permukiman, yang menyebabkan makin berkembangnya permukiman yang telah ada dan munculnya permukiman-permukiman baru. Bogor Nirwana Residence (BNR) merupakan salah satu permukiman berkonsep alam yang terdapat di Kota Bogor. Setiap areanya memiliki penataan tanaman dengan desain penanaman yang menarik untuk diteliti. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi keragaman tanaman serta elemen desain penanaman, menganalisis trend desain penanaman dan menyusun rekomendasi konsep tata hijau untuk Permukiman BNR. Area studi mencakup gerbang utama, jalan utama, lima gerbang cluster (Arga Nirwana, Bukit Nirwana I, Padma Nirwana, The Panorama dan Tirta Nirwana), taman publik (taman kolam, taman cluster Arga Nirwana, Padma Nirwana dan Tirta Nirwana) serta masing-masing tiga taman depan rumah dari tiga cluster (Bukit Nirwana I, Padma Nirwana dan The Panorama).

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode survei dengan analisis deskriptif. Tahapan penelitian meliputi pengumpulan data, analisis dan sintesis. Pengumpulan data dilaksanakan dengan dua cara, yaitu survei lapang dan studi pustaka. Aspek yang diteliti mencakup dominansi tanaman, keragaman spesies, pola penanaman serta fungsi dan estetika tanaman pada area studi. Perhitungan dominansi tanaman dan keragaman spesies dilakukan mengikuti metode Shannon-Wiener. Pola penanaman diamati dan dibuat gambar spasialnya kemudian dibandingkan berdasarkan kemiripan pola yang muncul. Penilaian aspek fungsi dan estetika tanaman dilakukan dengan penilaian sendiri berdasarkan hasil pengamatan di lapang, dengan kriteria dan bobot yang telah ditetapkan. Tahap analisis meliputi identifikasi elemen desain penanaman, penataan tanaman, serta fungsi dan estetika penanaman, kemudian melacak pola desain penanaman yang diterapkan pada masing-masing area studi. Tahap akhir dari penelitian berupa sintesis yaitu penyusunan rekomendasi konsep tata hijau untuk Permukiman BNR.

Dari hasil pengumpulan data, didapatkan 128 spesies dari seluruh area studi, dengan 68 spesies di antaranya ditemukan pada lebih dari satu lokasi. Tanaman dengan dominansi tertinggi pada sebagian besar area studi adalah rumput, baik rumput gajah (Axonopus compressus) maupun rumput gajah mini (Axonopus compressus “Dwarf”). Pada lanskap jalan utama, jenis tanaman yang

mendapat nilai dominansi tertinggi adalah pohon pengarah dengan nilai rata-rata 43,7 %. Tanaman yang memiliki nilai dominansi tertinggi pada gerbang cluster adalah penutup tanah dengan nilai rata-rata 65,4 %. Untuk taman publik dan taman depan rumah, nilai dominansi tertinggi didapatkan oleh tanaman penutup tanah berupa rumput dengan nilai rata-rata berturut-turut 42,1 % dan 75 %.

Nilai rata-rata indeks keragaman tanaman pada seluruh lokasi studi termasuk kategori rendah, yaitu sebesar 0,48. Area jalan utama termasuk kategori

keragaman rendah dengan nilai rata-rata 0,60. Nilai keragaman rata-rata untuk area gerbang cluster adalah sebesar 0,53 atau termasuk rendah. Nilai keragaman rata-rata untuk taman publik termasuk rendah yaitu sebesar 0,32. Untuk area taman depan rumah, nilai keragaman rata-rata adalah 0,45 atau termasuk kategori rendah. Hasil penilaian aspek fungsi pada area jalan utama tergolong buruk dengan nilai rata-rata 58,6 %. Aspek estetika pada keseluruhan area studi termasuk baik dengan kisaran nilai rata-rata 64,6% hingga 75,6%.

Secara keseluruhan, desain penanaman pada BNR memiliki konsep tropis. Konsep ini dapat terlihat dari pemilihan tanaman berupa tanaman yang beradaptasi dengan baik pada iklim tropis, terutama dari jenis palem-paleman. Penataan tanaman secara multistrata juga menguatkan kesan tropis. Untuk trend desain penanaman pada area studi, masing-masing lokasi dikelompokkan ke dalam tipe tertentu berdasarkan kemiripan penataan tanaman pada lanskapnya. Jalan utama yang terdiri dari sembilan segmen digolongkan menjadi tiga tipe. Tipe 1 merupakan tipe dengan penanaman linear berupa gradasi dan repetisi dari blok-blok tanaman pada median. Tipe 2 memiliki penanaman berpola linear dengan kombinasi bentukan organik yang muncul dari semak dan penutup tanah pada median. Tipe 3 memiliki penanaman linear dengan adanya ruang terbuka yang ditanami rumput pada median. Kelima gerbang cluster yang diteliti dikelompokkan menjadi 3 tipe. Tipe 1 merupakan tipe penanaman dengan name sign berada di bagian tengah depan tapak, dengan penanaman di sekeliling name sign yang lebih bersifat dekoratif. Tipe 2 memiliki kemiripan dengan tipe sebelumnya, yaitu name sign terletak di bagian depan tapak, namun tidak dikelilingi penanaman. Tipe terakhir yaitu tipe 3 memiliki penataan di bagian depan tapak berupa penanaman beberapa palem sebagai focal point yang dikombinasikan dengan batu-batu, sementara name sign diletakkan di tepi jalan, bukan di tengah tapak. Keempat taman publik yang menjadi lokasi studi dapat dikelompokkan menjadi 2 tipe. Tipe 1 adalah tipe taman dengan lahan berbentuk memanjang dan penanamannya berpola jalur mengikuti bentukan lahan. Sedangkan tipe 2 merupakan taman pada lahan meluas, dengan penanaman berpola organik menyebar. Dari sembilan sampel taman depan rumah yang diteliti, pola penanamannya dapat dikelompokkan menjadi lima tipe. Tipe yang 1 adalah penanaman semak atau penutup tanah rapat mengelilingi lahan. Tipe 2 yaitu penanaman pada grading. Tipe3 adalah penanaman pada grading dan foundation planting dekat dinding rumah. Tipe 4 yaitu tanaman diletakkan atau ditanam mengikuti pola menyebar yang acak. Tipe 5 merupakan kombinasi penanaman dari tipe-tipe sebelumnya, yaitu penanaman semak atau penutup tanah mengelilingi lahan, penanaman pada grading serta peletakan tanaman menyebar.

Rekomendasi konsep tata hijau untuk Permukiman BNR sebagai hasil akhir penelitian dibuat mengikuti kriteria ideal dari fungsi-fungsi penanaman yang dibutuhkan pada masing-masing area, dengan tetap memperhitungkan segi estetika. Untuk menghasilkan lanskap yang optimal, diperlukan analisis mengenai fungsi penanaman yang dibutuhkan pada masing-masing area serta pertimbangan desain yang dapat memberikan nilai estetik sesuai dengan konsep yang ingin ditampilkan.

(Planting Design Trend in Residential Landscape of Bogor Nirwana Residence)

Rina Dwica Desyana1, Nizar Nasrullah2 1

Mahasiswa Departemen Arsitektur Lanskap, Fakultas Pertanian, IPB

2

Pengajar Departemen Arsitektur Lanskap, Fakultas Pertanian, IPB Abstract

Bogor Nirwana Residence (BNR) is a housing estate in Bogor city which has nature concept. Each area in BNR has different planting design trends which are interesting to be studied. The objectives of this study were to identify plants diversity and elements of planting design, to analyze planting design trends and to propose a recommendation of planting design concept for residential landscape of BNR. Method used in this study was survey method with descriptive analysis, which consisted of site inventory, analysis and synthesis stage (arranging recommendation). This study focused on plants dominants, species diversity, functional and aesthetic aspects of the plant arrangements. Results of the study showed that there were 128 species of plants in the whole area of study. The diversity varied from 0,07 to 1,1. Plant types which had highest dominant scores were trees on the main road and groundcovers on cluster gates, public parks and fronthouse gardens. Functional aspects scores on main road classified into poor with score 58,6%, while public park classified into fair with score 63,8%. Aesthetic aspects scores on whole area of study classified into fair, varied from 64,4% to 75,6%. Recommendation of planting design concept was made following ideal criteria of required functional aspects on each area of study.

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Bertambahnya jumlah penduduk membuat kebutuhan akan rumah sebagai sarana tempat tinggal turut meningkat. Pertumbuhan penduduk ini berimplikasi pada munculnya permukiman-permukiman baru dan semakin berkembangnya permukiman-permukiman yang telah ada sebelumnya. Sebagai contoh, penduduk Kota Bogor pada tahun 2010 mencapai 949 ribu jiwa dengan laju pertumbuhan penduduk mencapai 2,39 % dan kepadatan penduduk 8.494 orang per km², dengan okupasi wilayah permukiman sebesar hampir 70 % dari seluruh wilayah Kota Bogor (Pemerintah Daerah Jawa Barat 2010).

Menurut Simonds (1983), permukiman merupakan pengelompokan dari beberapa cluster tempat tinggal yang memiliki ruang terbuka secara bersama dan merupakan kelompok yang cukup kecil untuk melibatkan semua anggota keluarga dalam suatu aktivitas kelompok, tapi cukup besar untuk menampung fasilitas besar seperti tempat berbelanja, lapangan bermain (playground) dan daerah penyangga (buffer). Rumah menjadi permukiman bila dipikirkan dalam kelipatannya baik sekumpulan kesatuan yang terpisah di atas petak-petak lahan individual maupun sebagai kelompok rumah gandeng, rumah susun, atau apartemen (Laurie 1986). Bagi masyarakat golongan menengah ke atas, rumah dan permukiman bukan hanya sebagai sarana pemenuhan kebutuhan papan, melainkan juga sebagai pemberi rasa aman, pemuas kebutuhan akan keindahan hingga penanda status sosial. Hal ini menyebabkan pihak pengembang berlomba-lomba menyediakan permukiman yang fungsional, nyaman, mudah diakses, memiliki fasilitas lengkap dan secara visual bernilai estetis. Faktor yang mendukung estetika sebuah hunian antara lain desain bangunan, lokasi dengan view yang indah, serta penanaman pada area sekitarnya.

Desain penanaman adalah penanaman yang diinginkan pada suatu lahan di masa yang akan datang (Carpenter, Walker, Lanphear 1975). Tanaman yang dipilih dan ditata diharapkan dapat menjadi komponen yang mewadahi aktivitas pengguna dalam suasana yang aman, nyaman, indah dan tanaman dapat dipelihara. Menurut Eckbo (1956), pemilihan tanaman perlu memperhatikan

klasifikasi hortikultur, yaitu syarat tumbuh, toleransi terhadap suhu, air, cahaya, tanah, angin, hama dan penyakit, sifat penyebaran, dan sifat adaptasi, serta klasifikasi fisik, yaitu fungsi tanaman, ukuran dewasa tanaman, kecepatan tumbuh, sifat, umur, bentuk, tekstur, aroma dan budidaya. Desain penanaman diwujudkan dalam suatu konsep penanaman. Konsep penanaman merupakan keputusan dari seluruh sisi atau aspek penanaman, baik dari sisi fungsi maupun estetika atau desain. Dalam kaitannya sebagai elemen utama tata hijau dalam lanskap kota khususnya permukiman, Booth (1983) mengemukakan bahwa tanaman dalam lingkungan perkotaan memiliki tiga fungsi utama yaitu fungsi struktural, fungsi lingkungan dan fungsi visual. Trend desain, termasuk desain penanaman, sangat dipengaruhi oleh waktu, tempat dan faktor-faktor sosial ekonomi seperti status dan kondisi ekonomi masyarakat.

Saat ini, terdapat banyak permukiman dengan desain penanaman yang serupa, baik dari jenis tanaman yang digunakan maupun penataan tanaman. Terdapat semacam kecenderungan untuk mengikuti trend desain penanaman yang sedang digemari dalam jangka waktu tertentu. Hal ini menyebabkan masing-masing permukiman kurang memiliki karakter dan identitas tersendiri.

Permukiman Bogor Nirwana Residence (BNR) yang mengusung konsep Inspired by Nature merupakan salah satu permukiman besar di kota Bogor yang memiliki penataan lanskap yang cukup baik. Permukiman dengan luas area sekitar 1000 hektar ini sejak awal telah berkomitmen untuk mengalokasikan 60 % lahannya sebagai ruang terbuka hijau. Setiap areanya memiliki desain penanaman yang berbeda, mulai dari gerbang utama, jalan utama, taman, hingga penanaman untuk tiap cluster. Desain penanaman dengan karakter yang berbeda ini merupakan hal yang menarik untuk dikaji lebih mendalam.

Tujuan

Tujuan umum dari penelitian ini adalah mengetahui trend desain penanaman pada lanskap permukiman Bogor Nirwana Residence yang mencakup gerbang utama, gerbang cluster, taman publik dan taman depan rumah, sementara tujuan khususnya yaitu

1. mengidentifikasi keragaman tanaman beserta elemen desain penanaman pada lanskap Permukiman Bogor Nirwana Residence,

2. menganalisis trend desain penanaman pada lanskap Permukiman Bogor Nirwana Residence, dan

3. menyusun rekomendasi konsep tata hijau untuk Permukiman Bogor Nirwana Residence.

Manfaat

Manfaat penelitian secara umum adalah untuk menjadi referensi dalam penyusunan desain penanaman pada lanskap permukiman di kota besar, serta mengaplikasikan ilmu di bidang arsitektur lanskap yang telah diperoleh mahasiswa. Selain itu manfaat khusus yang diharapkan adalah

1. memberikan gambaran tentang konsep desain penanaman permukiman bertema alam, dan

2. menjadi alternatif yang dapat dipertimbangkan oleh pihak pengembang permukiman Bogor Nirwana Residence untuk menentukan langkah lebih lanjut dalam proses pengembangan berikutnya.

TINJAUAN

PUSTAKA

Trend

Secara etimologi, trend memiliki padanan sebagai gaya, model atau kecenderungan (Echols dan Shadily 1996). Trend juga didefinisikan sebagai suatu fenomena yang populer dalam jangka waktu tertentu. Dalam penelitian ini, trend dapat diartikan sebagai kecenderungan gaya yang digunakan dalam desain penanaman lanskap. Trend penanaman dapat dipengaruhi oleh berbagai faktor, seperti kondisi lingkungan, preferensi dan faktor ekonomi pemilik properti. Pola desain yang sering digunakan dalam penataan tanaman dapat dikategorikan menjadi kelompok besar, yaitu pola geometrik (formal) dan organik (informal).

Permukiman

Menurut Simonds (1983), permukiman merupakan pengelompokan dari beberapa cluster tempat tinggal yang memiliki ruang terbuka secara bersama dan merupakan kelompok yang cukup kecil untuk melibatkan semua anggota keluarga dalam suatu aktivitas kelompok, tapi cukup besar untuk menampung fasilitas besar seperti tempat berbelanja, lapangan bermain (playground) dan daerah penyangga (buffer). Rumah menjadi pemukiman bila dipikirkan dalam kelipatannya baik sekumpulan kesatuan yang terpisah di atas petak-petak lahan individual maupun sebagai kelompok rumah gandeng, rumah susun, atau apartemen (Laurie 1986).

Untuk menyediakan kenyamanan dan dapat mengakomodasi kepentingan penghuninya, sebuah permukiman membutuhkan kelengkapan fasilitas penunjang. Lingkungan bermukim yang ideal adalah dengan terdapatnya fasilitas-fasilitas lokal yang tersusun rapi dalam suatu kelompok hunian yang berada pada pusat permukiman, adanya hubungan antar rumah dengan hadirnya pedestrian untuk pejalan kaki, taman yang tersebar secara radial, hubungannya dengan lingkungan luar dan terdapatnya akses lalu lintas yang mudah (Eckbo 1964). Merunut pada Chiara dan Koppelman (1990), terdapat tujuh karakteristik yang harus diperhatikan dalam perencanaan kawasan permukiman yang layak huni, yaitu

1. kondisi tanah dan lapisan tanah, 2. air tanah dan drainase,

3. bebas tidaknya dari bahaya banjir perumahan, 4. bebas tidaknya dari bahaya-bahaya topografi,

5. pemenuhan pelayanan kesehatan dan keamanan, pembuangan air limbah, penyediaan air bersih, pembuangan sampah dan jaringan utilitas,

6. potensi untuk pengembangan ruang terbuka, dan

7. bebas tidaknya dari gangguan debu, asap dan bau busuk.

Berdasarkan Undang-undang Republik Indonesia No.4 Tahun 1992 tentang perumahan dan permukiman, permukiman adalah bagian dari lingkungan hidup di luar kawasan lindung, baik yang berupa kawasan perkotaan maupun perdesaan yang berfungsi sebagai lingkungan tempat tinggal atau lingkungan hunian dan tempat kegiatan yang mendukung perikehidupan dan penghidupan. Sementara itu, perumahan diartikan sebagai kelompok rumah yang berfungsi sebagai lingkungan tempat tinggal atau lingkungan hunian yang dilengkapi dengan sarana dan prasarana lingkungan.

Desain Penanaman

Desain penanaman adalah penanaman yang diinginkan pada suatu lahan di masa yang akan datang (Carpenter et al. 1975). Tanaman yang dipilih dan ditata diharapkan dapat menjadi komponen yang mewadahi aktivitas pengguna dalam suasana yang aman, nyaman, indah dan tanaman dapat dipelihara. Desain penanaman ini diwujudkan dalam suatu konsep penanaman. Konsep penanaman merupakan keputusan dari seluruh sisi atau aspek penanaman, baik dari sisi fungsi maupun estetika atau desain.

Dalam memilih tanaman untuk desain penanaman, faktor-faktor yang harus diperhatikan antara lain sifat fisik yang mencakup warna, tekstur, ukuran, bentuk, aroma dan fungsi, serta sifat ekologis atau hayati tanaman, meliputi persyaratan tumbuh tanaman terhadap iklim, tanah, air, udara, perbanyakan dan pemeliharaan. Faktor yang mempengaruhi desain penanaman antara lain biaya konstruksi dan pemeliharaan jangka panjang, serta kondisi tapak yang mencakup jenis tanah, topografi, drainase, iklim, lokasi, serta existing features.

Fungsi Tanaman dalam Lanskap

Dalam kaitannya sebagai elemen utama tata hijau dalam lanskap kota khususnya permukiman, Booth (1983) mengemukakan bahwa tanaman dalam lingkungan perkotaan memiliki tiga fungsi utama yaitu fungsi struktural, fungsi lingkungan dan fungsi visual. Selain itu, tanaman juga menyediakan sumber makanan dasar dan habitat bagi kehidupan semua makhluk hidup melalui keterlibatannya dalam jaring-jaring makanan, transpirasi, kontrol iklim, penyimpanan air, bangunan tanah, penguraian bahan organik serta produksinya (Simonds 1983).

Tanaman mempunyai fungsi-fungsi penting dalam kehidupan manusia, yang dapat mempengaruhi manusia baik secara langsung maupun tidak langsung. Fungsi-fungsi tanaman dalam kehidupan manusia menurut Grey dan Deneke (1978), Booth (1983), dan Carpenter et al. (1975) dapat dilihat pada Tabel 1. Tabel 1. Fungsi Tanaman dalam Lanskap

No. Fungsi Tanaman Spesifikasi

1. Perbaikan Iklim 1. Modifikasi suhu

2. Penghalang angin dan pergerakan udara 3. Pengontrol presipitasi dan kelembaban 4. Penyaring dan pengkayaan udara

2. Bidang Teknik 1. Pengontrol pembuangan air dan pengendali mutu air

2. Pengontrol bising 3. Penyerap polusi udara

4. Pengontrol sinar langsung ataupun pantulan 5. Pengontrol pergerakan

6. Pengontrol erosi tanah

3. Bidang Arsitektur 1. Pemersatu area

2. Sebagai layar

3. Pembentuk suasana pribadi 4. Sebagai daya tarik

5. Memberikan tema pada suatu lanskap 6. Memperlunak garis arsitektur

7. Kanopi pohon sebagai pembatas bidang atas 8. Pembatas ruang terbuka

9. Penghalang pemandangan buruk

4. Nilai estetik 1. Menampilkan keindahan bentuk, warna dan tekstur

2. Pembingkai pemandangan 3. Pelengkap elemen bangunan

4. Pemersatu elemen-elemen lanskap yang berbeda 5. Habitat kehidupan liar 1. Sebagai tempat tinggal

2. Sebagai tempat mencari makanan

Kriteria Fungsi Tanaman

Agar dapat berfungsi dalam arsitektur lanskap, terdapat beberapa kriteria tanaman yang harus dipenuhi, yaitu :

1. Pengontrol Visual

Tanaman pagar yang rapat dan mempunyai ketinggian lebih dari 1,8 meter dapat menciptakan suasana pribadi dan agar dapat menghalangi sinar secara efektif, tanaman harus diletakkan pada tempat yang strategis antara sumber sinar dengan area yang akan dilindungi (Carpenter et al. 1975). Efektivitas tanaman dalam mengontrol sinar, baik sinar langsung maupun sinar pantulan tergantung dari ukuran tanaman, ketinggian tanaman dan kepadatan daun (Grey dan Deneke 1978).

2. Pembatas Fisik

Penghalang fisik bagi manusia dan hewan diberikan oleh tanaman yang memiliki ketinggian antara 0,9-1,8 meter. Tanaman dengan ketinggian lebih dari 1,8 meter selain dapat menciptakan penghalang fisik yang baik, juga dapat digunakan sebagai pengontrol visual (Carpenter et al. 1975). Grey dan Deneke (1978) juga menambahkan bahwa tanaman yang berduri dapat menghalangi pergerakan.

3. Pengontrol Suhu

Radiasi matahari dapat berpengaruh terhadap suhu lingkungan. Efektivitas pepohonan dalam menangkap radiasi matahari tergantung pada kepadatan daun, bentuk daun dan pola percabangan (Grey dan Deneke 1978). Susunan daun yang rapat, lapisan daun yang berganda atau tajuk yang rapat dapat menghalangi datangnya sinar matahari. Simonds (1983) menyatakan bahwa pohon yang memiliki batas kanopi tinggi berguna dalam menangkap radiasi matahari. Kriteria tanaman yang dapat digunakan untuk menghalangi sinar dan menurunkan temperatur adalah

a.bertajuk lebar,

b.bentuk daun lebar, dan

4. Penahan Angin

Tanaman dapat mengontrol angin dengan cara menghalangi, mengarahkan atau memperkuat angin (Carpenter et al. 1975). Efektivitas penanamannya sebagai pembatas angin ditentukan oleh tinggi tanaman, lebar penanaman dan kerapatan daun. Grey dan Deneke (1978) menyatakan bahwa tingkat proteksi suatu area oleh angin tergantung pada tinggi pohon. Angin yang mempunyai arah tegak lurus terhadap deretan tanaman penahan angin gerakannya akan dipengaruhi sampai pada jarak 5-10 kali tinggi tanaman penghalang pada ruang dekat pohon dan sampai 30 kali tinggi tanaman pada bagian belakang. Lebar tanaman dan mudah tidaknya tanaman ditembus angin tergantung dari pengaturan tanaman yang baik agar dapat menahan angin, yaitu dengan mengkombinasikan antara pohon dan semak. Selain itu tanaman penghalang angin juga dapat mempengaruhi suhu daerah di belakangnya (Crockett 1971). 5. Pengontrol Presipitasi dan Kelembaban

Kriteria tanaman yang dapat menangkap jatuhnya air hujan dan mengontrol pergerakan air ke tanah adalah tanaman berdaun jarum atau berdaun kasar (berambut), pola percabangan horizontal dan tekstur batang yang kasar (Grey dan Deneke 1978). Tanaman dapat mengontrol kelembaban dengan melepaskan air ke udara melalui transpirasi. Semakin banyak jumlah daun, jumlah air yang dikeluarkan semakin banyak, dengan demikian kelembaban udara semakin tinggi (Carpenter et al. 1975).

6. Pengontrol Bising

Efektivitas tanaman dalam mengontrol bising tergantung dari tinggi tanaman, kepadatan daun dan lebar penanaman. Tanaman yang mempunyai penutupan daun sampai bawah, lebih efektif dalam mengontrol bising. Secara umum vegetasi paling efektif digunakan untuk mengurangi kebisingan dengan frekuensi tinggi yang mengganggu (berbahaya). Beberapa tanaman dengan lebar 25-50 kaki dapat mengurangi suara bising dengan frekuensi tertinggi antara 10-20 dB, tapi kurang efektif jika digunakan untuk mereduksi

kebisingan dengan frekuensi yang lebih rendah. Penanaman satu jenis tanaman tidak seefektif penanaman beberapa jenis tanaman, karena penanaman satu spesies hanya dapat menangkap suara dengan frekuensi rendah atau tinggi saja, tapi tidak efektif dalam mereduksi suara dengan frekuensi sedang (antara tinggi dan rendah). Selanjutnya Grey dan Deneke (1978) menyatakan bahwa tanaman berdaun tebal, cabang dan batang yang besar dan penanaman yang rapat serta cabang-cabang yang ringan, mudah bergerak sehingga menimbulkan suara merupakan tanaman yang efektif dalam mengontrol kebisingan.

7. Pengontrol Polusi Udara

Polusi udara dapat berupa partikel debu atau gas (Grey dan Deneke 1978). Polutan yang berbentuk partikel dapat ditangkap oleh daun tanaman yang kasar dan berambut secara efektif. Partikel-partikel polutan yang terbawa angin ditangkap oleh cabang dan dedaunan pohon. Kriteria tanaman yang dapat digunakan untuk menyerap polutan berupa gas yaitu

a.mempunyai pertumbuhan yang cepat, b.tumbuh sepanjang tahun,

c.percabangan dan daun yang padat, dan d.daun yang berambut.

8. Kontrol Erosi

Erosi tanah dipengaruhi oleh daya perlindungan tanah terhadap angin dan air, karakteristik fisik tanah serta topografi. Erosi oleh angin dipengaruhi oleh

Dokumen terkait