• Tidak ada hasil yang ditemukan

Trend desain penanaman pada lanskap permukiman Bogor Nirwana Residence

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Trend desain penanaman pada lanskap permukiman Bogor Nirwana Residence"

Copied!
242
0
0

Teks penuh

(1)

TREND

DESAIN PENANAMAN PADA LANSKAP

PERMUKIMAN BOGOR NIRWANA RESIDENCE

RINA DWICA DESYANA

DEPARTEMEN ARSITEKTUR LANSKAP

FAKULTAS PERTANIAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(2)

RINGKASAN

RINA DWICA DESYANA. Trend Desain Penanaman pada Lanskap Permukiman Bogor Nirwana Residence. Dibimbing oleh Dr. Ir. NIZAR NASRULLAH, MAgr.

Bertambahnya jumlah penduduk di Kota Bogor berdampak pada meningkatnya kebutuhan akan permukiman, yang menyebabkan makin berkembangnya permukiman yang telah ada dan munculnya permukiman-permukiman baru. Bogor Nirwana Residence (BNR) merupakan salah satu permukiman berkonsep alam yang terdapat di Kota Bogor. Setiap areanya memiliki penataan tanaman dengan desain penanaman yang menarik untuk diteliti. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi keragaman tanaman serta elemen desain penanaman, menganalisis trend desain penanaman dan menyusun rekomendasi konsep tata hijau untuk Permukiman BNR. Area studi mencakup gerbang utama, jalan utama, lima gerbang cluster (Arga Nirwana, Bukit Nirwana I, Padma Nirwana, The Panorama dan Tirta Nirwana), taman publik (taman kolam, taman cluster Arga Nirwana, Padma Nirwana dan Tirta Nirwana) serta masing-masing tiga taman depan rumah dari tiga cluster (Bukit Nirwana I, Padma Nirwana dan The Panorama).

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode survei dengan analisis deskriptif. Tahapan penelitian meliputi pengumpulan data, analisis dan sintesis. Pengumpulan data dilaksanakan dengan dua cara, yaitu survei lapang dan studi pustaka. Aspek yang diteliti mencakup dominansi tanaman, keragaman spesies, pola penanaman serta fungsi dan estetika tanaman pada area studi. Perhitungan dominansi tanaman dan keragaman spesies dilakukan mengikuti metode Shannon-Wiener. Pola penanaman diamati dan dibuat gambar spasialnya kemudian dibandingkan berdasarkan kemiripan pola yang muncul. Penilaian aspek fungsi dan estetika tanaman dilakukan dengan penilaian sendiri berdasarkan hasil pengamatan di lapang, dengan kriteria dan bobot yang telah ditetapkan. Tahap analisis meliputi identifikasi elemen desain penanaman, penataan tanaman, serta fungsi dan estetika penanaman, kemudian melacak pola desain penanaman yang diterapkan pada masing-masing area studi. Tahap akhir dari penelitian berupa sintesis yaitu penyusunan rekomendasi konsep tata hijau untuk Permukiman BNR.

Dari hasil pengumpulan data, didapatkan 128 spesies dari seluruh area studi, dengan 68 spesies di antaranya ditemukan pada lebih dari satu lokasi. Tanaman dengan dominansi tertinggi pada sebagian besar area studi adalah rumput, baik rumput gajah (Axonopus compressus) maupun rumput gajah mini (Axonopus compressus “Dwarf”). Pada lanskap jalan utama, jenis tanaman yang mendapat nilai dominansi tertinggi adalah pohon pengarah dengan nilai rata-rata 43,7 %. Tanaman yang memiliki nilai dominansi tertinggi pada gerbang cluster adalah penutup tanah dengan nilai rata-rata 65,4 %. Untuk taman publik dan taman depan rumah, nilai dominansi tertinggi didapatkan oleh tanaman penutup tanah berupa rumput dengan nilai rata-rata berturut-turut 42,1 % dan 75 %.

(3)

keragaman rendah dengan nilai rata-rata 0,60. Nilai keragaman rata-rata untuk area gerbang cluster adalah sebesar 0,53 atau termasuk rendah. Nilai keragaman rata-rata untuk taman publik termasuk rendah yaitu sebesar 0,32. Untuk area taman depan rumah, nilai keragaman rata-rata adalah 0,45 atau termasuk kategori rendah. Hasil penilaian aspek fungsi pada area jalan utama tergolong buruk dengan nilai rata-rata 58,6 %. Aspek estetika pada keseluruhan area studi termasuk baik dengan kisaran nilai rata-rata 64,6% hingga 75,6%.

Secara keseluruhan, desain penanaman pada BNR memiliki konsep tropis. Konsep ini dapat terlihat dari pemilihan tanaman berupa tanaman yang beradaptasi dengan baik pada iklim tropis, terutama dari jenis palem-paleman. Penataan tanaman secara multistrata juga menguatkan kesan tropis. Untuk trend desain penanaman pada area studi, masing-masing lokasi dikelompokkan ke dalam tipe tertentu berdasarkan kemiripan penataan tanaman pada lanskapnya. Jalan utama yang terdiri dari sembilan segmen digolongkan menjadi tiga tipe. Tipe 1 merupakan tipe dengan penanaman linear berupa gradasi dan repetisi dari blok-blok tanaman pada median. Tipe 2 memiliki penanaman berpola linear dengan kombinasi bentukan organik yang muncul dari semak dan penutup tanah pada median. Tipe 3 memiliki penanaman linear dengan adanya ruang terbuka yang ditanami rumput pada median. Kelima gerbang cluster yang diteliti dikelompokkan menjadi 3 tipe. Tipe 1 merupakan tipe penanaman dengan name sign berada di bagian tengah depan tapak, dengan penanaman di sekeliling name sign yang lebih bersifat dekoratif. Tipe 2 memiliki kemiripan dengan tipe sebelumnya, yaitu name sign terletak di bagian depan tapak, namun tidak dikelilingi penanaman. Tipe terakhir yaitu tipe 3 memiliki penataan di bagian depan tapak berupa penanaman beberapa palem sebagai focal point yang dikombinasikan dengan batu-batu, sementara name sign diletakkan di tepi jalan, bukan di tengah tapak. Keempat taman publik yang menjadi lokasi studi dapat dikelompokkan menjadi 2 tipe. Tipe 1 adalah tipe taman dengan lahan berbentuk memanjang dan penanamannya berpola jalur mengikuti bentukan lahan. Sedangkan tipe 2 merupakan taman pada lahan meluas, dengan penanaman berpola organik menyebar. Dari sembilan sampel taman depan rumah yang diteliti, pola penanamannya dapat dikelompokkan menjadi lima tipe. Tipe yang 1 adalah penanaman semak atau penutup tanah rapat mengelilingi lahan. Tipe 2 yaitu penanaman pada grading. Tipe3 adalah penanaman pada grading dan foundation planting dekat dinding rumah. Tipe 4 yaitu tanaman diletakkan atau ditanam mengikuti pola menyebar yang acak. Tipe 5 merupakan kombinasi penanaman dari tipe-tipe sebelumnya, yaitu penanaman semak atau penutup tanah mengelilingi lahan, penanaman pada grading serta peletakan tanaman menyebar.

Rekomendasi konsep tata hijau untuk Permukiman BNR sebagai hasil akhir penelitian dibuat mengikuti kriteria ideal dari fungsi-fungsi penanaman yang dibutuhkan pada masing-masing area, dengan tetap memperhitungkan segi estetika. Untuk menghasilkan lanskap yang optimal, diperlukan analisis mengenai fungsi penanaman yang dibutuhkan pada masing-masing area serta pertimbangan desain yang dapat memberikan nilai estetik sesuai dengan konsep yang ingin ditampilkan.

(4)

(Planting Design Trend in Residential Landscape of Bogor Nirwana Residence)

Rina Dwica Desyana1, Nizar Nasrullah2

1

Mahasiswa Departemen Arsitektur Lanskap, Fakultas Pertanian, IPB

2

Pengajar Departemen Arsitektur Lanskap, Fakultas Pertanian, IPB

Abstract

Bogor Nirwana Residence (BNR) is a housing estate in Bogor city which has nature concept. Each area in BNR has different planting design trends which are interesting to be studied. The objectives of this study were to identify plants diversity and elements of planting design, to analyze planting design trends and to propose a recommendation of planting design concept for residential landscape of BNR. Method used in this study was survey method with descriptive analysis, which consisted of site inventory, analysis and synthesis stage (arranging recommendation). This study focused on plants dominants, species diversity, functional and aesthetic aspects of the plant arrangements. Results of the study showed that there were 128 species of plants in the whole area of study. The diversity varied from 0,07 to 1,1. Plant types which had highest dominant scores were trees on the main road and groundcovers on cluster gates, public parks and fronthouse gardens. Functional aspects scores on main road classified into poor with score 58,6%, while public park classified into fair with score 63,8%. Aesthetic aspects scores on whole area of study classified into fair, varied from 64,4% to 75,6%. Recommendation of planting design concept was made following ideal criteria of required functional aspects on each area of study.

(5)

TREND

DESAIN PENANAMAN PADA LANSKAP

PERMUKIMAN BOGOR NIRWANA RESIDENCE

RINA DWICA DESYANA

Skripsi

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar

Sarjana Pertanian pada

Departemen Arsitektur Lanskap

DEPARTEMEN ARSITEKTUR LANSKAP

FAKULTAS PERTANIAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(6)

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN

SUMBER INFORMASI

Dengan ini, saya menyatakan bahwa skripsi yang berjudul Trend Desain Penanaman pada Lanskap Permukiman Bogor Nirwana Residence adalah benar merupakan hasil karya sendiri dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun. Semua sumber data dan informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun yang tidak diterbitkan dari penulis lain, telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan pada Daftar Pustaka skripsi ini.

Bogor, Agustus 2011

(7)

© Hak Cipta Milik IPB, tahun 2011

Hak Cipta Dilindungi Undang-undang

Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan atau menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan,

penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik, atau tinjauan suatu masalah, dan pengutipan tersebut tidak merugikan IPB.

(8)

Judul : Trend Desain Penanaman pada Lanskap Permukiman

Bogor Nirwana Residence

Nama : Rina Dwica Desyana

NRP : A44060992

Departemen : Arsitektur Lanskap

Menyetujui, Dosen Pembimbing

Dr. Ir. Nizar Nasrullah, M.Agr

NIP. 19620118 198601 1 001

Mengetahui,

Ketua Departemen Arsitektur Lanskap

Dr. Ir. Siti Nurisjah, MSLA

NIP. 19480912 197412 2 001

(9)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT karena atas berkah dan rahmat-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul Trend Desain

Penanaman pada Lanskap Permukiman Bogor Nirwana Residence” ini. Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana pada Departemen Arsitektur Lanskap, Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor.

Ucapan terima kasih penulis sampaikan kepada semua pihak yang telah membantu penyelesaian skripsi ini, terutama Dr. Ir. Nizar Nasrullah, MAgr. sebagai pembimbing skripsi yang telah memberikan dorongan, arahan dan masukan kepada penulis, Ir. Indung Sitti Fatimah, MSi sebagai pembimbing akademik, Dr. Ir. Andi Gunawan, MAgr.Sc dan Dr. Ir. Bambang Sulistyantara, MAgr. atas masukannya sebagai penguji sidang, serta kepada staf Bogor Nirwana Residence yang telah membantu dalam pengumpulan data di lapang. Terima kasih juga penulis sampaikan kepada keluarga besar Ahmad Markum atas doa dan dukungan yang selalu mengalir kepada penulis, teman-teman Shofura dan Kongkow yang selalu menyemangati dari jauh. Tak lupa untuk keluarga besar Arsitektur Lanskap IPB dan TengTong Family ARL 43 terutama Adho, Manceu, Chan2, Cici, Pram dan Joe atas semua dukungan, semangat, kekeluargaan, canda tawa dan setiap momen yang jadi kenangan.

Penulis berharap agar penelitian ini dapat menjadi referensi dalam penyusunan desain penanaman pada lanskap permukiman di kota besar. Semoga bermanfaat bagi penulis maupun pihak-pihak lainnya.

Bogor, Agustus 2011

(10)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Bogor pada 4 Desember 1988 sebagai putri kedua dari pasangan Bapak Ahmad Markum dan Ibu Suprihatin Sumidami. Pada 1993, penulis memulai pendidikan di TK Tunas Harapan, kemudian melanjutkan ke SD Negeri Lawanggintung 1 pada 1994. Pada tahun 2000 penulis memasuki SLTP Negeri 1 Bogor dan pada 2003 memasuki SMA Negeri 1 Bogor.

Setelah lulus sekolah menengah atas pada tahun 2006, penulis diterima di Institut Pertanian Bogor melalui jalur Undangan Seleksi Masuk (USMI) sebagai mahasiswa Tingkat Persiapan Bersama. Pada tahun berikutnya penulis berhasil masuk Departemen Arsitektur Lanskap Fakultas Pertanian.

(11)

DAFTAR ISI

Teks Halaman

Daftar Tabel ... xiii

Daftar Gambar ... xiv

DaftarLampiran ... xvi

PENDAHULUAN Latar Belakang ... 1

Tujuan ... 2

Manfaat ... 3

TINJAUAN PUSTAKA Trend ... 4

Permukiman ... 4

Desain Penanaman ... 5

Fungsi Tanaman dalam Lanskap ... 6

Kriteria Fungsi Tanaman ... 7

Estetika Tanaman dalam Lanskap ... 10

METODOLOGI Waktu dan Lokasi Penelitian ... 11

Bahan dan Alat ... 11

Batasan Studi ... 12

Metode Penelitian ... 12

KONDISI UMUM Luas, Letak, Batas Kawasan ... 22

Aksesibilitas ... 22

Iklim ... 22

Geologi dan Tanah ... 23

Sosial Ekonomi ... 23

Sejarah Pengembangan ... 23

Fasilitas dan Utilitas ... 24

(12)

Teks Halaman

ANALISIS

Dominansi dan Keragaman Dominansi Tanaman

Jalan Utama ... 30

Gerbang Cluster ... 34

Taman Publik ... 36

Taman Depan Rumah ... 38

Keragaman Spesies ... 40

Penilaian Aspek Fungsi Gerbang dan Jalan Utama ... 42

Taman Publik ... 48

Penilaian Aspek Estetika Gerbang Utama ... 52

Jalan Utama ... 53

Gerbang Cluster ... 54

Taman Publik ... 58

Taman Depan Rumah ... 61

Trend Desain Penanaman Gerbang Utama ... 65

Jalan Utama ... 66

Gerbang Cluster ... 74

Taman Publik ... 78

Taman Depan Rumah ... 82

REKOMENDASI KONSEP TATA HIJAU Gerbang Utama dan Gerbang Cluster... 85

Jalan Utama ... 89

Taman Publik ... 93

Taman Depan Rumah ... 96

PENUTUP Simpulan ... 98

(13)

Teks Halaman

(14)

DAFTAR TABEL

No. Teks Halaman

1. Fungsi Tanaman dalam Lanskap ... 6

2. Jenis, Parameter, Bentuk, Cara Pengumpulan dan Sumber Data... 13

3. Matriks Penilaian pada Area Studi... 16

4. Kriteria Penilaian Aspek Fungsi Tanaman Jalan ... 17

5. Kriteria Penilaian Aspek Fungsi Tanaman pada Taman Publik ... 18

6. Kriteria dan Penilaian Aspek Estetika Tanaman ... 19

7. Jenis Tanaman di Lokasi Studi ... 26

8. Jumlah dan Jenis Tanaman pada Masing-masing Area Studi ... 29

9. Jenis Tanaman dengan Nilai Dominansi Tertinggi pada Masing-masing Lokasi Studi ... 38

10.Nilai Keragaman Tanaman di Area Jalan Utama ... 40

11.Nilai Keragaman Tanaman di Area Gerbang Cluster ... 41

12.Nilai Keragaman Tanaman di Area Taman Publik ... 41

13.Nilai Keragaman Tanaman di Area Taman Depan Rumah ... 42

14.Nilai Aspek Fungsi di Area Jalan Utama ... 43

15.Nilai Aspek Fungsi di Area Taman Publik ... 48

16.Nilai Aspek Estetika di Area Gerbang dan Jalan Utama ... 53

17.Nilai Aspek Estetika di Area Gerbang Cluster ... 58

18.Nilai Aspek Estetika di Area Taman Publik ... 61

19.Nilai Aspek Estetika di Area Taman Depan Rumah ... 64

20.Pengelompokan Lokasi Studi Berdasarkan Pola Desain Penanaman ... 65

21.Tipe Penataan Tanaman pada Jalan Utama... 67

22.Ilustrasi Penataan Tanaman pada Area Jalan Utama ... 68

23.Tipe Penataan Tanaman pada Gerbang Cluster ... 74

24.Ilustrasi Penataan Tanaman pada Area Gerbang Cluster... 75

25.Tipe Penataan Tanaman pada Area Taman Publik ... 79

26.Ilustrasi Penataan Tanaman pada Area Taman Publik ... 79

27.Tipe Penataan Tanaman pada Taman Depan Rumah ... 82

(15)

DAFTAR GAMBAR

No. Teks Halaman

1. Peta Lokasi Studi ... 11

2. Contoh Pola Desain Penanaman pada Taman Depan Rumah... 15

3. Tahapan Penelitian ... 21

4. Peta Jalan Utama Kawasan Permukiman Bogor Nirwana Residence... 25

5. Pohon Pengarah dengan Dominansi Tinggi pada Jalan Utama ... 34

6. Pohon dengan Dominansi Tinggi pada Gerbang Cluster ... 35

7. Pohon dengan Dominansi Tinggi pada Taman Publik ... 37

8. Penanaman pada Taman Depan Rumah... 39

9. Penanaman dengan Fungsi Pembatas Visual (Screen) Buruk pada Median Jalan Utama ... 44

10.Penanaman dengan Fungsi Peneduh Baik pada Tepi Jalan Utama ... 46

11.Penanaman dengan Fungsi Pengarah Baik pada Jalan Utama ... 47

12.a) Penanaman pada Ujung Median, b) Penanaman pada Round About ... 47

13.Taman Publik tanpa Pembatas Visual di Sekitar Taman ... 49

14.Penanaman dengan Fungsi Peneduh Baik pada Taman Cluster The Panorama ... 50

15.Penanaman dengan Fungsi Penahan Erosi Baik pada Taman Kolam (Taman Publik) ... 51

16.Penanaman dengan Variasi Bentuk Tajuk, Warna dan Tekstur pada Gerbang Utama BNR ... 52

17.Pemilihan Tanaman dengan Ciri Fisik Menarik pada Jalan Utama ... 54

18.Penataan Tanaman pada Gerbang Cluster ... 56

19.Penataan Tanaman pada Gerbang Cluster ... 57

20.Pengelompokan Tanaman dengan Nilai Baik pada Taman Kolam (Taman Publik) ... 60

21.Taman Depan Rumah dengan Nilai Gradasi/Repetisi Buruk ... 62

22.Desain Penanaman pada Gerbang Utama BNR ... 66

23.Rekomendasi Tata Hijau untuk Gerbang Utama ... 87

24.Rekomendasi Tata Hijau untuk Gerbang Cluster ... 88

25.Rekomendasi Tata Hijau untuk Jalan Utama ... 92

(16)

No. Teks Halaman

(17)

DAFTAR LAMPIRAN

No. Teks Halaman

1. Dominansi dan Keragaman Tanaman di Area Studi ... 101

2. Penilaian Aspek Fungsi pada Jalan Utama ... 111

3. Penilaian Aspek Fungsi pada Taman Publik ... 114

4. Penilaian Aspek Estetika pada Area Publik ... 116

5. Penilaian Aspek Estetika pada Taman Publik ... 118

(18)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Bertambahnya jumlah penduduk membuat kebutuhan akan rumah sebagai sarana tempat tinggal turut meningkat. Pertumbuhan penduduk ini berimplikasi pada munculnya permukiman-permukiman baru dan semakin berkembangnya permukiman-permukiman yang telah ada sebelumnya. Sebagai contoh, penduduk Kota Bogor pada tahun 2010 mencapai 949 ribu jiwa dengan laju pertumbuhan penduduk mencapai 2,39 % dan kepadatan penduduk 8.494 orang per km², dengan okupasi wilayah permukiman sebesar hampir 70 % dari seluruh wilayah Kota Bogor (Pemerintah Daerah Jawa Barat 2010).

Menurut Simonds (1983), permukiman merupakan pengelompokan dari beberapa cluster tempat tinggal yang memiliki ruang terbuka secara bersama dan merupakan kelompok yang cukup kecil untuk melibatkan semua anggota keluarga dalam suatu aktivitas kelompok, tapi cukup besar untuk menampung fasilitas besar seperti tempat berbelanja, lapangan bermain (playground) dan daerah penyangga (buffer). Rumah menjadi permukiman bila dipikirkan dalam kelipatannya baik sekumpulan kesatuan yang terpisah di atas petak-petak lahan individual maupun sebagai kelompok rumah gandeng, rumah susun, atau apartemen (Laurie 1986). Bagi masyarakat golongan menengah ke atas, rumah dan permukiman bukan hanya sebagai sarana pemenuhan kebutuhan papan, melainkan juga sebagai pemberi rasa aman, pemuas kebutuhan akan keindahan hingga penanda status sosial. Hal ini menyebabkan pihak pengembang berlomba-lomba menyediakan permukiman yang fungsional, nyaman, mudah diakses, memiliki fasilitas lengkap dan secara visual bernilai estetis. Faktor yang mendukung estetika sebuah hunian antara lain desain bangunan, lokasi dengan view yang indah, serta penanaman pada area sekitarnya.

(19)

klasifikasi hortikultur, yaitu syarat tumbuh, toleransi terhadap suhu, air, cahaya, tanah, angin, hama dan penyakit, sifat penyebaran, dan sifat adaptasi, serta klasifikasi fisik, yaitu fungsi tanaman, ukuran dewasa tanaman, kecepatan tumbuh, sifat, umur, bentuk, tekstur, aroma dan budidaya. Desain penanaman diwujudkan dalam suatu konsep penanaman. Konsep penanaman merupakan keputusan dari seluruh sisi atau aspek penanaman, baik dari sisi fungsi maupun estetika atau desain. Dalam kaitannya sebagai elemen utama tata hijau dalam lanskap kota khususnya permukiman, Booth (1983) mengemukakan bahwa tanaman dalam lingkungan perkotaan memiliki tiga fungsi utama yaitu fungsi struktural, fungsi lingkungan dan fungsi visual. Trend desain, termasuk desain penanaman, sangat dipengaruhi oleh waktu, tempat dan faktor-faktor sosial ekonomi seperti status dan kondisi ekonomi masyarakat.

Saat ini, terdapat banyak permukiman dengan desain penanaman yang serupa, baik dari jenis tanaman yang digunakan maupun penataan tanaman. Terdapat semacam kecenderungan untuk mengikuti trend desain penanaman yang sedang digemari dalam jangka waktu tertentu. Hal ini menyebabkan masing-masing permukiman kurang memiliki karakter dan identitas tersendiri.

Permukiman Bogor Nirwana Residence (BNR) yang mengusung konsep Inspired by Nature merupakan salah satu permukiman besar di kota Bogor yang memiliki penataan lanskap yang cukup baik. Permukiman dengan luas area sekitar 1000 hektar ini sejak awal telah berkomitmen untuk mengalokasikan 60 % lahannya sebagai ruang terbuka hijau. Setiap areanya memiliki desain penanaman yang berbeda, mulai dari gerbang utama, jalan utama, taman, hingga penanaman untuk tiap cluster. Desain penanaman dengan karakter yang berbeda ini merupakan hal yang menarik untuk dikaji lebih mendalam.

Tujuan

(20)

1. mengidentifikasi keragaman tanaman beserta elemen desain penanaman pada lanskap Permukiman Bogor Nirwana Residence,

2. menganalisis trend desain penanaman pada lanskap Permukiman Bogor Nirwana Residence, dan

3. menyusun rekomendasi konsep tata hijau untuk Permukiman Bogor Nirwana Residence.

Manfaat

Manfaat penelitian secara umum adalah untuk menjadi referensi dalam penyusunan desain penanaman pada lanskap permukiman di kota besar, serta mengaplikasikan ilmu di bidang arsitektur lanskap yang telah diperoleh mahasiswa. Selain itu manfaat khusus yang diharapkan adalah

1. memberikan gambaran tentang konsep desain penanaman permukiman bertema alam, dan

(21)

TINJAUAN

PUSTAKA

Trend

Secara etimologi, trend memiliki padanan sebagai gaya, model atau kecenderungan (Echols dan Shadily 1996). Trend juga didefinisikan sebagai suatu fenomena yang populer dalam jangka waktu tertentu. Dalam penelitian ini, trend dapat diartikan sebagai kecenderungan gaya yang digunakan dalam desain penanaman lanskap. Trend penanaman dapat dipengaruhi oleh berbagai faktor, seperti kondisi lingkungan, preferensi dan faktor ekonomi pemilik properti. Pola desain yang sering digunakan dalam penataan tanaman dapat dikategorikan menjadi kelompok besar, yaitu pola geometrik (formal) dan organik (informal).

Permukiman

Menurut Simonds (1983), permukiman merupakan pengelompokan dari beberapa cluster tempat tinggal yang memiliki ruang terbuka secara bersama dan merupakan kelompok yang cukup kecil untuk melibatkan semua anggota keluarga dalam suatu aktivitas kelompok, tapi cukup besar untuk menampung fasilitas besar seperti tempat berbelanja, lapangan bermain (playground) dan daerah penyangga (buffer). Rumah menjadi pemukiman bila dipikirkan dalam kelipatannya baik sekumpulan kesatuan yang terpisah di atas petak-petak lahan individual maupun sebagai kelompok rumah gandeng, rumah susun, atau apartemen (Laurie 1986).

(22)

1. kondisi tanah dan lapisan tanah, 2. air tanah dan drainase,

3. bebas tidaknya dari bahaya banjir perumahan, 4. bebas tidaknya dari bahaya-bahaya topografi,

5. pemenuhan pelayanan kesehatan dan keamanan, pembuangan air limbah, penyediaan air bersih, pembuangan sampah dan jaringan utilitas,

6. potensi untuk pengembangan ruang terbuka, dan

7. bebas tidaknya dari gangguan debu, asap dan bau busuk.

Berdasarkan Undang-undang Republik Indonesia No.4 Tahun 1992 tentang perumahan dan permukiman, permukiman adalah bagian dari lingkungan hidup di luar kawasan lindung, baik yang berupa kawasan perkotaan maupun perdesaan yang berfungsi sebagai lingkungan tempat tinggal atau lingkungan hunian dan tempat kegiatan yang mendukung perikehidupan dan penghidupan. Sementara itu, perumahan diartikan sebagai kelompok rumah yang berfungsi sebagai lingkungan tempat tinggal atau lingkungan hunian yang dilengkapi dengan sarana dan prasarana lingkungan.

Desain Penanaman

Desain penanaman adalah penanaman yang diinginkan pada suatu lahan di masa yang akan datang (Carpenter et al. 1975). Tanaman yang dipilih dan ditata diharapkan dapat menjadi komponen yang mewadahi aktivitas pengguna dalam suasana yang aman, nyaman, indah dan tanaman dapat dipelihara. Desain penanaman ini diwujudkan dalam suatu konsep penanaman. Konsep penanaman merupakan keputusan dari seluruh sisi atau aspek penanaman, baik dari sisi fungsi maupun estetika atau desain.

(23)

Fungsi Tanaman dalam Lanskap

Dalam kaitannya sebagai elemen utama tata hijau dalam lanskap kota khususnya permukiman, Booth (1983) mengemukakan bahwa tanaman dalam lingkungan perkotaan memiliki tiga fungsi utama yaitu fungsi struktural, fungsi lingkungan dan fungsi visual. Selain itu, tanaman juga menyediakan sumber makanan dasar dan habitat bagi kehidupan semua makhluk hidup melalui keterlibatannya dalam jaring-jaring makanan, transpirasi, kontrol iklim, penyimpanan air, bangunan tanah, penguraian bahan organik serta produksinya (Simonds 1983).

Tanaman mempunyai fungsi-fungsi penting dalam kehidupan manusia, yang dapat mempengaruhi manusia baik secara langsung maupun tidak langsung. Fungsi-fungsi tanaman dalam kehidupan manusia menurut Grey dan Deneke (1978), Booth (1983), dan Carpenter et al. (1975) dapat dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1. Fungsi Tanaman dalam Lanskap

No. Fungsi Tanaman Spesifikasi

1. Perbaikan Iklim 1. Modifikasi suhu

2. Penghalang angin dan pergerakan udara 3. Pengontrol presipitasi dan kelembaban 4. Penyaring dan pengkayaan udara

2. Bidang Teknik 1. Pengontrol pembuangan air dan pengendali mutu air

2. Pengontrol bising 3. Penyerap polusi udara

4. Pengontrol sinar langsung ataupun pantulan 5. Pengontrol pergerakan

6. Pengontrol erosi tanah

3. Bidang Arsitektur 1. Pemersatu area

2. Sebagai layar

3. Pembentuk suasana pribadi 4. Sebagai daya tarik

5. Memberikan tema pada suatu lanskap 6. Memperlunak garis arsitektur

7. Kanopi pohon sebagai pembatas bidang atas 8. Pembatas ruang terbuka

9. Penghalang pemandangan buruk

4. Nilai estetik 1. Menampilkan keindahan bentuk, warna dan tekstur

2. Pembingkai pemandangan 3. Pelengkap elemen bangunan

4. Pemersatu elemen-elemen lanskap yang berbeda 5. Habitat kehidupan liar 1. Sebagai tempat tinggal

2. Sebagai tempat mencari makanan

(24)

Kriteria Fungsi Tanaman

Agar dapat berfungsi dalam arsitektur lanskap, terdapat beberapa kriteria tanaman yang harus dipenuhi, yaitu :

1. Pengontrol Visual

Tanaman pagar yang rapat dan mempunyai ketinggian lebih dari 1,8 meter dapat menciptakan suasana pribadi dan agar dapat menghalangi sinar secara efektif, tanaman harus diletakkan pada tempat yang strategis antara sumber sinar dengan area yang akan dilindungi (Carpenter et al. 1975). Efektivitas tanaman dalam mengontrol sinar, baik sinar langsung maupun sinar pantulan tergantung dari ukuran tanaman, ketinggian tanaman dan kepadatan daun (Grey dan Deneke 1978).

2. Pembatas Fisik

Penghalang fisik bagi manusia dan hewan diberikan oleh tanaman yang memiliki ketinggian antara 0,9-1,8 meter. Tanaman dengan ketinggian lebih dari 1,8 meter selain dapat menciptakan penghalang fisik yang baik, juga dapat digunakan sebagai pengontrol visual (Carpenter et al. 1975). Grey dan Deneke (1978) juga menambahkan bahwa tanaman yang berduri dapat menghalangi pergerakan.

3. Pengontrol Suhu

Radiasi matahari dapat berpengaruh terhadap suhu lingkungan. Efektivitas pepohonan dalam menangkap radiasi matahari tergantung pada kepadatan daun, bentuk daun dan pola percabangan (Grey dan Deneke 1978). Susunan daun yang rapat, lapisan daun yang berganda atau tajuk yang rapat dapat menghalangi datangnya sinar matahari. Simonds (1983) menyatakan bahwa pohon yang memiliki batas kanopi tinggi berguna dalam menangkap radiasi matahari. Kriteria tanaman yang dapat digunakan untuk menghalangi sinar dan menurunkan temperatur adalah

a.bertajuk lebar,

b.bentuk daun lebar, dan

(25)

4. Penahan Angin

Tanaman dapat mengontrol angin dengan cara menghalangi, mengarahkan atau memperkuat angin (Carpenter et al. 1975). Efektivitas penanamannya sebagai pembatas angin ditentukan oleh tinggi tanaman, lebar penanaman dan kerapatan daun. Grey dan Deneke (1978) menyatakan bahwa tingkat proteksi suatu area oleh angin tergantung pada tinggi pohon. Angin yang mempunyai arah tegak lurus terhadap deretan tanaman penahan angin gerakannya akan dipengaruhi sampai pada jarak 5-10 kali tinggi tanaman penghalang pada ruang dekat pohon dan sampai 30 kali tinggi tanaman pada bagian belakang. Lebar tanaman dan mudah tidaknya tanaman ditembus angin tergantung dari pengaturan tanaman yang baik agar dapat menahan angin, yaitu dengan mengkombinasikan antara pohon dan semak. Selain itu tanaman penghalang angin juga dapat mempengaruhi suhu daerah di belakangnya (Crockett 1971).

5. Pengontrol Presipitasi dan Kelembaban

Kriteria tanaman yang dapat menangkap jatuhnya air hujan dan mengontrol pergerakan air ke tanah adalah tanaman berdaun jarum atau berdaun kasar (berambut), pola percabangan horizontal dan tekstur batang yang kasar (Grey dan Deneke 1978). Tanaman dapat mengontrol kelembaban dengan melepaskan air ke udara melalui transpirasi. Semakin banyak jumlah daun, jumlah air yang dikeluarkan semakin banyak, dengan demikian kelembaban udara semakin tinggi (Carpenter et al. 1975).

6. Pengontrol Bising

(26)

kebisingan dengan frekuensi yang lebih rendah. Penanaman satu jenis tanaman tidak seefektif penanaman beberapa jenis tanaman, karena penanaman satu spesies hanya dapat menangkap suara dengan frekuensi rendah atau tinggi saja, tapi tidak efektif dalam mereduksi suara dengan frekuensi sedang (antara tinggi dan rendah). Selanjutnya Grey dan Deneke (1978) menyatakan bahwa tanaman berdaun tebal, cabang dan batang yang besar dan penanaman yang rapat serta cabang-cabang yang ringan, mudah bergerak sehingga menimbulkan suara merupakan tanaman yang efektif dalam mengontrol kebisingan.

7. Pengontrol Polusi Udara

Polusi udara dapat berupa partikel debu atau gas (Grey dan Deneke 1978). Polutan yang berbentuk partikel dapat ditangkap oleh daun tanaman yang kasar dan berambut secara efektif. Partikel-partikel polutan yang terbawa angin ditangkap oleh cabang dan dedaunan pohon. Kriteria tanaman yang dapat digunakan untuk menyerap polutan berupa gas yaitu

a.mempunyai pertumbuhan yang cepat, b.tumbuh sepanjang tahun,

c.percabangan dan daun yang padat, dan d.daun yang berambut.

8. Kontrol Erosi

(27)

Estetika Tanaman dalam Lanskap

Selain memperhatikan fungsi, penggunaan tanaman juga harus diperhatikan dari segi estetikanya yaitu bagian tanaman yang mempunyai keunikan dan keindahan tersendiri baik dari segi warna, aroma, tekstur dan bentuk (Carpenter et al. 1975). Nilai estetik atau nilai hias dari suatu tanaman dapat dilihat dari bentuk keseluruhan tanaman atau bentuk dari bagian-bagian tanaman seperti bentuk percabangan, bentuk daun, bunga dan buah. Selain itu dapat pula dilihat dari nilai aromatik dan nilai historiknya (Crockett 1971).

Pemilihan tanaman selain harus memperhatikan segi visual juga perlu menyesuaikan antara kondisi fisik tapak dengan kondisi tanaman, perkembangan tanaman tersebut baik pada waktu muda maupun saat dewasa serta pemeliharaannya. Pemilihan yang tepat dan cermat akan sangat penting dalam menentukan keberhasilan suatu lanskap. Menurut Eckbo (1956), pemilihan tanaman perlu memperhatikan :

1. Klasifikasi hortikultur, meliputi syarat tumbuh, toleransi terhadap suhu, air, cahaya, tanah, angin, hama dan penyakit, sifat penyebaran dan sifat adaptasi. 2. Klasifikasi budidaya, meliputi fungsi tanaman, ukuran dewasa tanaman,

kecepatan tumbuh, sifat, umur, bentuk tekstur, warna, aroma dan budidaya.

(28)

METODOLOGI

Waktu dan Lokasi Penelitian

Penelitian dilakukan mulai bulan April 2010 sampai Juli 2011. Tahap pengumpulan data dilakukan pada bulan April hingga Juni 2010, sementara pengolahan data dan penyusunan skripsi dilakukan pada bulan Juni 2010 hingga Juli 2011. Lokasi penelitian adalah Permukiman Bogor Nirwana Residence Kecamatan Bogor Selatan, Kota Bogor, Provinsi Jawa Barat. Pengolahan dan analisis data dilakukan di Kampus IPB Darmaga Bogor. Gambar 1 menunjukkan lokasi studi.

Gambar 1. Peta Lokasi Studi (tanpa skala)

Bahan dan Alat

(29)

dan komputer dengan software AutoCAD 2004, Adobe Photoshop CS3, Microsoft Word 2007 dan Microsoft Excel 2007.

Batasan Studi

Hasil akhir dari penelitian ini dibatasi pada produk rekomendasi konsep tata hijau (block plan) untuk lanskap permukiman BNR. Sebagai area studi adalah permukiman Bogor Nirwana Residence, dengan sampel pengamatan pada gerbang utama, jalan utama, gerbang cluster, taman, hingga taman depan rumah.

Metode Penelitian

Penelitian dilaukan menggunakan metode survei. Pelaksanaannya meliputi pengumpulan data primer dan sekunder, kemudian dilakukan analisis data dan perumusan rekomendasi sebagai hasil akhir penelitian.

Pengumpulan Data

Tahap inventarisasi mencakup pengumpulan data di lokasi penelitian. Pengumpulan data mengenai desain penanaman dan trend yang sedang berkembang pada lokasi penelitian dilaksanakan melalui dua cara, yaitu survei lapang dan studi pustaka. Data yang diambil meliputi peta lokasi, letak dan batas kawasan, geologi, tanah dan topografi, iklim, sosial ekonomi, dan data vegetasi. Data vegetasi adalah elemen penanaman (jenis atau keragaman tanaman) dan penataan tanaman (proporsi atau komposisi tanaman).

(30)

Tabel 2. Jenis, Parameter, Bentuk, Cara Pengumpulan dan Sumber Data

Sekunder Studi literatur Pengelola kawasan

Sekunder Studi literatur Pengelola kawasan

Sekunder Studi literatur Pengelola kawasan

(31)

1. Dominansi dan Keragaman

Pelaksanaan studi meliputi pengamatan lapang dengan cara menginventarisasi jenis-jenis tanaman yang digunakan pada penanaman di setiap area studi. untuk mengetahui sebaran vegetasi/tanaman tersebut dilakukan penghitungan keragaman dan dominansi tanaman. Perhitungan dominansi penutupan kanopi dan keragaman spesies dilakukan mengikuti metode Shannon-Wiener dalam Vitasari (2004).

a. Dominansi Tanaman

Dominansi dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut Luas Proyeksi Kanopi Spesies i x 100 % Dominansi =

Luas Bidang Dasar Semua Spesies

b. Keragaman Spesies

Kompleksitas vegetasi yang digambarkan dengan keragaman dihitung dengan rumus

H = -∑ Pi ln Pi dimana Pi = Ni / N total Keterangan :

Pi = Jumlah individu suatu spesies/jumlah total seluruh spesies Ni = Jumlah individu spesies i

N total = Jumlah total individu

H = Indeks keragaman Shannon-Wiener

Nilai perhitungan indeks keragaman (H) tersebut menunjukkan bahwa jika:

(32)

3. Pola Penanaman

Pola penanaman yang ada pada setiap area studi diamati dan dibuat gambar spasialnya dengan bantuan software AutoCAD. Gambar eksisting dari setiap kelompok area kemudian dibandingkan berdasarkan kemiripan pola yang muncul.

Pola penanaman yang diperoleh untuk area jalan berbeda dengan area studi lainnya. Pada lanskap jalan, pada umumnya penanaman yang ada mengikuti pola linear, sementara pada area lainnya yaitu gerbang utama, gerbang cluster, taman dan taman rumah dapat lebih beragam mengikuti pola formal (geometrik) atau informal (organik), serta simetris atau asimetris.

Gambar 2. Contoh Pola Desain Penanaman pada Taman Depan Rumah

4. Aspek Fungsi dan Estetika

Penilaian aspek fungsi dan estetika dilakukan dengan penilaian sendiri berdasarkan hasil pengamatan di lapang secara keseluruhan. Tabel 3 menunjukkan aspek yang dinilai pada masing-masing area studi.

Tapak yang telah diinventarisasi beserta elemen-elemen yang ada di dalamnya dibuat kembali gambarnya menggunakan software AutoCAD, kemudian ditentukan fungsi penanaman yang dibutuhkan pada setiap area studi. Selanjutnya ditentukan area penanaman ideal yang dapat memenuhi masing-masing fungsi tersebut. Skoring dilakukan dengan membandingkan luas area tapak yang memenuhi kriteria yang ditetapkan sesuai standar penilaian pada area penanaman ideal, yaitu :

(33)

Nilai yang telah didapatkan dihitung sesuai bobot masing-masing kriteria yang telah ditetapkan. Pembobotan ini penting karena ada kriteria yang menjadi faktor kritis dari setiap komponen yang dinilai. Penilaian untuk masing-masing kriteria tersebut dijumlahkan sehingga diperoleh nilai total untuk setiap komponen aspek. Nilai total yang diperoleh kemudian dibandingkan dengan nilai ideal atau total maksimum yang dapat diperoleh masing-masing komponen lalu diubah ke dalam bentuk persen sehingga total bobot penilaian dapat dikelompokkan kembali menjadi 4 kategori penilaian akhir untuk setiap aspek. Persyaratan pemenuhan kriteria sebagai berikut :

Sangat Baik bila pemenuhan kriteria ≥ 81 % Baik bila pemenuhan kriteria 61-80 % Buruk bila pemenuhan kriteria 41-60 % Sangat Buruk bila pemenuhan kriteria ≤ 40 %

Tabel 3. Matriks Area Studi dan Aspek Penilaian

Area

Erosi Pengarah Estetika

Gerbang Utama √

Penilaian aspek fungsi hanya dilakukan untuk tanaman pada lanskap jalan utama dan taman publik. Tanaman yang diinventarisasi pada lanskap jalan utama dikelompokkan berdasarkan fungsinya. Komponen aspek fungsi yang diamati meliputi fungsi tanaman sebagai pembatas visual, penahan angin, kontrol kesilauan, peneduh, penahan erosi dan pengarah. Sedangkan untuk tanaman pada taman publik, komponen yang diamati meliputi fungsi tanaman sebagai pembatas visual, penahan angin, peneduh dan penahan erosi.

(34)

Tabel 4. Kriteria Penilaian Aspek Fungsi Tanaman Jalan

No Komponen

Aspek Fungsi Kriteria Penilaian

Penilaian

d) Bermassa daun padat/rimbun 1) 3)

1 – 4 4 10%

c) Peletakan sesuai orientasi objek yang dinaungi 4)

1 – 4 4 20%

d) Tajuk bersinggungan 3)

1 – 4 4 10%

e) Bermassa daun padat 4)

1 – 4 4 10%

f) Percabangan 5m di atas tanah 3) 1 – 4 4 10%

g) Ditanam secara kontinu/teratur 3)

1 – 4 4 10%

Jumlah Total 7 - 28 28 100%

4. Penahan Erosi Tanaman Pendek a) Penutupan merata 1) 3)

1 – 4 4 40%

b) Ditanam secara massal 1) 3)

1 – 4 4 30%

c)Penutup tanah tahunan/rumput 1) 3) 1 – 4 4 30%

Jumlah Total 3 - 12 12 100%

Pohon

a) Penutupan merata 1) 3)

1 – 4 4 40%

b) Pohon konifer (berdaun jarum) 1) 3)

1 – 4 4 20%

c) Perdu dengan ketinggian 3-6m atau pohon dengan

ketinggian ≥ 6m 1) 4) 1 – 4 4 20%

d) Jarak tanam teratur 1) 4)

1 – 4 4 10%

e) Berkesan rapi dan memudahkan orientasi 4)

1 – 4 4 10%

(35)

Tabel 5. Kriteria Penilaian Aspek Fungsi Tanaman pada Taman Publik

No Komponen

Aspek Fungsi Kriteria Penilaian

Penilaian

Angin b) Kombinasi pohon dan semak atau penanaman

berlapis 1) 3)

1 – 4 4 20%

c) Ditanam berbaris atau membentuk massa 1)

1 – 4 4 20% c) Peletakan sesuai orientasi objek yang dinaungi 4)

1 – 4 4 20%

d) Tajuk bersinggungan 3)

1 – 4 4 10%

e) Bermassa daun padat 4)

1 – 4 4 10%

f) Percabangan 2,5m di atas tanah 3) 1 – 4 4 10%

g) Ditanam secara kontinu/teratur 3)

1 – 4 4 10%

Jumlah Total 7 - 28 28 100%

4. Penahan Erosi Tanaman Pendek a) Penutupan merata 1) 3)

1 – 4 4 40%

b)Ditanam secara massal 1) 3) 1 – 4 4 30%

c) Penutup tanah tahunan/rumput 1) 3)

1 – 4 4 30%

Jumlah Total 3 - 12 12 100%

Pohon

a) Penutupan merata 1) 3)

1 – 4 4 40%

b)Pohon konifer (berdaun jarum) 1) 3) 1 – 4 4 20%

c) Percabangan horizontal 1) 3)

1 – 4 4 20%

Departemen Pekerjaan Umum (1996) dalam Vitasari (2004)

b. Aspek Estetika

(36)

Tabel 6. Kriteria dan Penilaian Aspek Estetika Tanaman

c) Terdapat variasi warna (batang, daun, bunga, buah)

1) 2) 1 - 4 4

d) Tekstur tanaman menarik 1) 2)

1 - 4 4

Jumlah Total 4 - 16 16 100 %

2. Pengaturan a.Gradasi / Repetisi

Tanaman a) Terdapat perubahan warna untuk tiap kelompok tanaman pada jarak tertentu 1) 2)

1 – 4 4

b) Terdapat perubahan bentuk untuk tiap kelompok tanaman pada jarak tertentu 1) 2)

1 - 4 4

c) Terdapat perubahan tekstur untuk tiap kelompok tanaman pada jarak tertentu 1) 2)

1 - 4 4

Jumlah Total 3 - 12 12 100 % b.Kesatuan / Tema

a) Memiliki kesatuan tema garis dengan lingkungan sekitar 1) 2) 3)

1 - 4 4

b) Memiliki kesatuan bentuk dengan lingkungan sekitar 1) 2) 3)

1 - 4 4

c) Memiliki kesatuan warna dengan lingkungan sekitar 1) 2) 3)

1 - 4 4

d) Dominansi terlihat (terdapat pola/tanaman tertentu yang dapat terekam dengan apik) 1) 2) 3)

1 - 4 4

Jumlah Total 4 - 16 16 100 % c. Aksen (Kontras/Focal Point)

a) Memiliki aksen dari segi pengelompokan tanaman secara massal atau individu dengan struktur unik/khas 1) 2) 3)

1 - 4 4

b) Memiliki aksen dari pengelompokan

warna/bentuk/tekstur tertentu dari tanaman 1) 2) 3)

1 - 4 4

Jumlah Total 2 - 8 8 100 % d. Keseimbangan

a) Terciptanya keseimbangan dari komposisi tanaman secara visual baik yang bersifat formal

(geometrik/simetris) ataupun secara informal

(37)

Analisis Data

Tahap pengolahan data adalah kegiatan analisis dari kondisi tapak yang telah diinventarisasi. Analisis yang dilakukan yaitu mengidentifikasi elemen desain penanaman, penataan penanaman pada area studi, serta fungsi dan estetika penanaman, kemudian melacak pola desain penanaman yang diterapkan pada masing-masing area studi. Desain penanaman yang didapat kemudian dikelompokkan menurut polanya dengan mempertimbangkan proporsi tanaman yang ada. Analisis ini dilakukan dengan metode analisis deskriptif.

Perumusan Rekomendasi

(38)

Gambar 3. Tahapan Penelitian

analisis pengumpulan

data

Membandingkan dan Mendeskripsikan Dominansi, Keragaman, Fungsi,

Estetika dan Trend Desain Penanaman pada Lokasi Studi

Perumusan Rekomendasi Konsep Tata Hijau dari Aspek Fungsi,

Estetika serta Trend Desain

Pendalaman Teori Sesuai Tujuan dan Ruang Lingkup Studi

Pengumpulan Data melalui Pengamatan Lapang,

Pengukuran, Pemotretan, Studi Literatur dan Wawancara di

Lokasi Studi Permukiman Bogor Nirwana Residence

Analisis Data pada Masing-masing Lokasi Studi

Dominansi dan Keragaman

Tanaman pada Gerbang

Utama, Jalan Utama,

Gerbang Cluster, Taman

Publik dan Taman Depan

Utama, Gerbang Cluster,

Taman Publik dan Taman

Depan Rumah

perumusan

(39)

KONDISI

UMUM

Luas, Letak, Batas Kawasan

Berdasarkan masterplan, BNR sebagai kawasan permukiman dan pariwisata memiliki luas lahan sebesar 1200 ha. Secara administratif, BNR terletak pada dua kelurahan yaitu Kelurahan Mulyaharja dan Kelurahan Rangga Mekar, Kecamatan Bogor Selatan, Kota Bogor, Provinsi Jawa Barat. BNR terletak di kaki Gunung Salak dengan ketinggian sekitar 400 meter di atas permukaan laut.

Area BNR berbatasan dengan tegalan (Kelurahan Empang) di sebelah utara, Sungai Cipinang Gading dan permukiman penduduk (Kelurahan Rangga Mekar) di sebelah timur, permukiman penduduk (Kelurahan Sukamantri dan Kelurahan Pamoyanan) di sebelah selatan, serta tegalan dan Sungai Cisadane (Kelurahan Mulyaharja dan Kelurahan Pasirjaya) di sebelah barat. Dari area BNR dapat terlihat view ke arah Gunung Salak dan Gunung Gede Pangrango.

Aksesibilitas

Perumahan BNR cukup strategis dan dapat diakses dari beberapa jalur, yaitu dari Batutulis dan Dreded-Pahlawan. Keduanya dapat diakses dalam waktu relatif singkat dari Jalan Tol Jagorawi. Selain itu, untuk menuju perumahan ini dari Jakarta dapat pula melalui jalur tol Jakarta-Bogor. Boulevard BNR termasuk ke dalam perencanaan jalan tol Bogor inner ring road, sehingga nantinya akses masuk ke perumahan ini akan semakin mudah.

Iklim

(40)

Geologi dan Tanah

Berdasarkan analisis Service Laboratory Seameo Biotrop, tanah di kawasan BNR tergolong tanah latosol cokelat. Tanah latosol merupakan tanah yang mengalami pelapukan intensif dan perkembangan lanjut, dimana umumnya berasal dari batuan induk vulkanik, sehingga memiliki sifat tanah subur dan bertekstur remah. Selain latosol, pada daerah bantaran sungai juga terdapat tanah aluvial (Suryani 2007). Topografi kawasan bervariasi mulai dari datar hingga agak landai pada area perumahan dan komersial, dan landai hingga curam pada area penghijauan.

Lokasi BNR di kaki Gunung Salak memberi corak lanskap berupa banyak batuan baik di permukaan maupun di dalam tanah. Batuan yang berasal dari letusan Gunung Salak ini juga ditemukan di sungai-sungai yang melintasi kawasan maupun berbatasan dengan kawasan.

Sosial Ekonomi

Penghuni BNR berasal dari Bogor maupun luar Bogor. Sebagian rumah di BNR telah ditempati sebagai rumah hunian dan sebagian lainnya sebagai rumah peristirahatan di akhir pekan. Terdapat pula rumah-rumah yang sengaja tidak dihuni, hanya sebagai investasi pemiliknya. Dilihat dari nilai jual rumah dan daya beli konsumen, penghuni BNR dapat digolongkan dalam status sosial menengah ke atas, dengan kesenjangan cukup tinggi dibandingkan area sekitarnya yang masih berupa perumahan sederhana.

Sejarah Pengembangan

Pada awalnya, permukiman ini bernama Graha Bogor Indah (GBI) yang baru dikembangkan seluas 100 ha. GBI pertama kali dikembangkan pada tahun

(41)

pendidikan. Pada tahun 2004, nama GBI diubah menjadi Bogor Nirwana Residence (BNR).

PT GAP mengembangkan BNR dengan konsep “Inspired by Nature”, yaitu konsep hunian premium yang menghadirkan suasana alami dan keasrian alam sekitar berupa hawa pegunungan serta view sekitar permukiman berupa pegunungan dan sungai. PT GAP melanjutkan pengembangan tahap I yang sebelumnya dikelola oleh PT APH, serta fokus pada pengembangan tahap selanjutnya. Untuk mendukung konsep alami, sebanyak 60% dari luas area keseluruhan direncanakan menjadi ruang terbuka hijau.

Area perumahan BNR sebagian besar ditata dalam sistem cluster, dimana sekelompok rumah berada dalam satu area dengan hanya satu jalan masuk atau keluar, sehingga lebih menjamin keamanan penghuni. Setiap cluster memiliki penataan lanskap yang menarik dengan fasilitas pendukung yang memadai. Beberapa cluster yang terdapat di BNR antara lain Tirta Nirwana, Bayu Nirwana, The Panorama, Bukit Nirwana 1 dan 2, Padma Nirwana, Arga Nirwana dan Grand Harmony 1 hingga 5. Cluster lainnya masih dalam tahap pengembangan, antara lain The Cliff dan Cendana.

Fasilitas dan Utilitas

Sebagai sebuah permukiman terintegrasi, BNR tidak hanya terdiri dari area hunian, tapi juga dilengkapi dengan berbagai fasilitas. Fasilitas-fasilitas tersebut di antaranya kawasan Nirwana Epicentrum yang terdiri dari lifestyle center, komplek pendidikan (Bakrie University dan Madania), Orchard Walk Mall, Orchard Walk Arcade, community center (Flona Walk), Aston Bogor Hotel & Resort, lapangan golf 18 hole dan wahana permainan air The Jungle Waterpark. Selain itu, terdapat pula taman ketetanggaan di beberapa cluster sebagai tempat berkumpul para penghuni dan mushola yang berdampingan dengan club house di setiap cluster.

(42)

Gambar 4. Peta Jalan Utama Kawasan Permukiman Bogor Nirwana Residence (tanpa skala)

(43)

Elemen Tanaman

Elemen tanaman pada lokasi studi dapat digolongkan sebagai berikut. 1. Pohon, yang berfungsi sebagai peneduh, pengarah, penghalang terik matahari,

pengatur iklim mikro, mempertegas ruang, memberikan keseimbangan lingkungan, memberikan kenyamanan dan menambah nilai estetik.

2. Semak atau perdu yang berfungsi sebagai pembatas visual, pengarah, pereduksi silau cahaya dari lampu kendaraan (pada jalan), pencegah erosi dan pemberi nilai estetik.

3. Penutup tanah (groundcover), yang berfungsi sebagai pembatas jalan, mengurangi silau cahaya matahari maupun lampu, mencegah erosi dan menambah nilai estetik.

4. Rumput, sebagai pencegah erosi, alas dan penambah nilai estetik.

5. Tanaman merambat, untuk memperlunak kesan keras dari hard material dan menambah nilai estetik.

6. Tanaman air, sebagai penambah nilai estetik.

Tabel 7 menunjukkan jenis pohon, semak/perdu, penutup tanah, tanaman memanjat, rumput dan tanaman air yang ada di lokasi studi, sementara Tabel 8 menunjukkan sebaran jenis tanaman pada lokasi studi.

Tabel 7. Jenis Tanaman di Lokasi Studi

Nama Ilmiah Nama Lokal Lokasi

(44)

Tabel 7. (Lanjutan)

Nama Ilmiah Nama Lokal Lokasi

GU Jalan GC TP TDR

Ptychosperma macarthurii (H.Wendl. ex HJ

Veitch) H. Wendl. ex Hook. f. Palem hijau √

Alpinia zerumbet (Pers.) B.L.Burtt &

(45)

Tabel 7. (Lanjutan)

Nama Ilmiah Nama Lokal Lokasi

(46)

Tabel 7. (Lanjutan)

Nama Ilmiah Nama Lokal Lokasi

GU Jalan GC TP TDR

Sansevieria trifasciata Prain Sansevieria √ √ √ √

Spathiphyllum wallisii Spatipilum √ √

Spathoglotis plicata BL Anggrek tanah ungu √ √ √

Wedelia biflora (L.) DC. Seruni rambat √

Zephyranthes rosea Bawang-bawangan √ √ √ √

Tabel 8. Jumlah dan Jenis Tanaman pada Masing-masing Area Studi

Tipe Tanaman

Individu Spesies Individu Spesies Individu Spesies Individu Spesies Individu Spesies

(47)

ANALISIS

Dominansi dan Keragaman

Dominansi Tanaman

Dari hasil perhitungan dominansi tanaman pada lokasi studi, didapatkan bahwa spesies dengan nilai dominansi tertinggi pada sebagian besar area studi adalah rumput, baik rumput gajah (Axonopus compressus) maupun rumput gajah mini (Axonopus compressus “Dwarf”). Penggunaan rumput menjadi dominan dibandingkan spesies tanaman lainnya karena fungsinya sebagai alas pada lanskap dengan sifat tahan injakan serta fungsinya dalam mencegah erosi sekaligus menambah nilai estetik pada lanskap. Selain rumput paetan, rumput gajah mini juga cenderung dipilih karena pemeliharaannya yang mudah dan tidak memerlukan pemangkasan. Tabel 9 menunjukkan tanaman dengan nilai dominansi tertinggi pada tiap lokasi studi, sementara perhitungan dominansi dan keragaman pada masing-masing area studi disajikan pada Tabel Lampiran 1.

Jalan Utama

(48)

Tabel 9. Jenis Tanaman dengan Nilai Dominansi Tertinggi pada Masing-masing Lokasi Studi

Lokasi Pohon Semak/Perdu

Penutup Tanah

(Groundcover) Tanaman Memanjat Tanaman Air Nama % Nama % Nama % Nama % Nama %

Jalan Utama

Segmen 1 (Gerbang

Utama-Median) Roystonea regia 57,4

Aerva

sanguinolenta 1,7

Axonopus

compressus 31,7

Segmen 2

(Blok Palem Kurma) Roystonea regia 32,0

Hymenocallis

Jembatan) Mimusoph elengi 36,7

Bougainvillea

(Blok Palem Sadeng 3) Pinus merkusii 43,9 Euphorbia milii 0,6

(49)

Tabel 9 (Lanjutan)

Lokasi Pohon Semak/Perdu

Penutup Tanah

(Groundcover) Tanaman Memanjat Tanaman Air Nama % Nama % Nama % Nama % Nama %

The Panorama Samanea saman 22,9

Codiaeum

Arga Nirwana Samanea saman 66,7

Pachystachys

lutea 8,0 Zephyranthes rosea 19,8

Padma Nirwana Samanea saman 9,5

Beaucarnea

recurvata 0,2

Axonopus compressus

'Dwarf' 75,1

The Panorama Samanea saman 28,5

(50)

Tabel 9 (Lanjutan)

Lokasi Pohon Semak/Perdu

Penutup Tanah

(Groundcover) Tanaman Memanjat Tanaman Air Nama % Nama % Nama % Nama % Nama %

Bukit Nirwana I 8/19 Neomarica longifolia 7,3

Axonopus compressus

sempervirens 8,7 Spathoglotis plicata 8,5

Axonopus compressus

'Dwarf' 64,2

Jasminum

pubescens 1,2 Nelumbo nucifera 4,9

Padma Nirwana I/21

Cupressus

sempervirens 2,7 Aerva sanguinolenta 5,7

Axonopus compressus

'Dwarf' 85,3

Padma Nirwana I/25 Adenium sp. 1,0 Neomarica longifolia 9,6

Axonopus compressus

'Dwarf' 80,4

Padma Nirwana I/65

Psidium

guajava 13,5 Aerva sanguinolenta 1,0

Axonopus compressus

'Dwarf' 63,4

Panorama 2/8 Ficus benjamina 2,2 Calathea picturata 4,5

Axonopus compressus

Panorama 3/7 Plumeria alba 6,0 Neomarica longifolia 7,1

Axonopus compressus

'Dwarf' 80,1 Equisetum hymale 0,0

Rata-rata 5,2 7,3 75,0 1,0 2,4

(51)

Untuk jenis semak atau perdu, tanaman yang mendapat nilai dominansi tertinggi terdiri dari sablo laut (Aerva sanguinolenta) pada segmen 1, segmen 3, segmen 4, segmen 6 dan segmen 7 berturut-turut sebesar 1,7 %, 3,6 %, 6,4 %, 2,1 % dan 6,3 %. Jenis lainnya adalah spider lily (Hymenocallis speciosa) sebesar 1,5 % pada segmen 2, bugenvil (Bougainvillea spectabilis) sebesar 4,2 % pada segmen 5, serta euphorbia (Euphorbia milii) sebesar 0,6 % pada segmen 8. Segmen 9 tidak memiliki tanaman semak atau perdu.

Gambar 5. Pohon Pengarah dengan Dominansi Tinggi pada Jalan Utama. a) Palem Raja (Roystonea regia) pada Segmen 1,

b) Pinus (Pinus merkusii) pada segmen 8

Spesies tanaman penutup tanah yang mendominasi pada segmen 1 hingga segmen 8 adalah rumput paetan (Axonopus compressus) berturut-turut sebesar 31,7 %, 31 %, 78,7 %, 40 %, 40,8 %, 28,8 %, 34,8 % dan 48,6 %, dan pada segmen 9 terdapat paku jejer (Nephrolepis exaltata) sebesar 0,3 %. Tanaman memanjat hanya terdapat pada segmen 7 dan 8, yaitu daun pilo (Philodendron selloum) dengan nilai dominansi masing-masing 2 individu per 1000 meter persegi dan 4 individu per meter persegi. Pada jalan utama hanya terdapat satu spesies tanaman air yaitu hanguana (Hanguana malayana) dengan nilai dominansi 0,1 % pada segmen 7.

Gerbang Cluster

Pada gerbang cluster, tipe tanaman dengan nilai dominansi rata-rata tertinggi adalah tanaman penutup tanah, yaitu rumput gajah mini sebesar 65,4 % diikuti pohon dengan nilai rata-rata 15,9 %, tanaman memanjat dengan nilai 7,1

(52)

%, tanaman air sebesar 1,9 % dan semak atau perdu sebesar 1,7 %. Jenis pohon dengan nilai dominansi tertinggi pada gerbang cluster adalah pohon yang memiliki fungsi estetik sebagai focal point. Gambar 6 menunjukkan contoh pohon dengan nilai dominansi tinggi pada gerbang cluster.

Pada gerbang cluster Arga Nirwana dengan luas area penanaman sekitar 46 m² terdapat tabebuya bunga kuning (Tabebuia donnell-Smithii) dengan nilai 25,6 %. Pada gerbang cluster Bukit Nirwana I dengan luas area penanaman kurang lebih 38 m² terdapat palem phoenix (Phoenix canariensis) dengan nilai 12,5 %. Palem sadeng memiliki nilai dominansi tertinggi untuk jenis pohon pada cluster Padma Nirwana dan Tirta Nirwana, masing-masing sebesar 4,4 % dan 14,3 %, sementara pada gerbang cluster The Panorama dengan luas area penanaman sekitar 75 m² terdapat ki hujan (Samanea saman) dengan nilai 22,9 %.

Jenis semak atau perdu dengan dominansi tertinggi pada gerbang cluster Arga Nirwana adalah giant false agave (Furcraea gigantea) sebesar 1,3 %. Selanjutnya terdapat lidah mertua (Sansevieria trifasciata) dengan nilai 2,1 % pada Bukit Nirwana I, anggrek tanah ungu (Spathoglotis plicata) dengan nilai 0,9 % pada Padma Nirwana (luas area penanaman sekitar 57 m²), puring (Codiaeum variegatum) dengan nilai 2 % pada The Panorama, serta walisongo (Schefflera arboricola) dengan nilai 2,2 % pada Tirta Nirwana yang memiliki luas area penanaman hampir mencapai 58 m².

Gambar 6. Pohon dengan Dominansi Tinggi pada Gerbang Cluster

a) Palem Phoenix (Phoenix canariensis) pada Bukit Nirwana I, b) Palem Sadeng (Livistona rotundifolia) pada Padma Nirwana

Spesies rumput gajah mini (Axonopus compressus “Dwarf”) memiliki nilai tertinggi untuk jenis tanaman penutup tanah pada kelima gerbang cluster,

(53)

berturut-turut sebesar 65,8 % pada gerbang cluster Arga Nirwana, 65,3 % pada gerbang cluster Bukit Nirwana I, 83,2 % pada gerbang cluster Padma Nirwana, 53,1 % pada gerbang cluster The Panorama dan 59,8 % pada gerbang cluster Tirta Nirwana. Tanaman memanjat dan tanaman air hanya terdapat pada gerbang cluster Tirta Nirwana, yaitu alamanda (Allamanda cathartica) dengan nilai 7,1 % dan typa (Typha angustifolia) dengan nilai 1,9 %.

Pada lanskap gerbang cluster, pohon juga menjadi jenis tanaman dengan nilai dominansi cukup tinggi. Pohon yang ada di gerbang utama terutama merupakan pohon yang lebih bernilai estetik yang berfungsi sebagai point of interest. Semak atau perdu juga digunakan namun tidak terlalu banyak sehingga nilai dominansinya tidak terlalu tinggi, hanya berkisar 0,9 % hingga 2,2 %. Secara keseluruhan, keberadaan tanaman pada gerbang cluster dapat melembutkan kesan keras yang muncul dari hardscape yang ada seperti name sign dan pos keamanan.

Taman Publik

Terdapat empat taman publik yang menjadi lokasi studi, yaitu taman kolam di samping Marketing Office yang luas area penanamannya mencapai 5.834 m², taman cluster Arga Nirwana yang memiliki luas area penanaman sekitar 86 m², Padma Nirwana dengan area penanaman seluas kurang lebih 1.490 m² dan The Panorama dengan luas area penanaman kurang lebih 680 m². Tipe tanaman dengan nilai dominansi rata-rata tertinggi pada lanskap taman publik adalah tanaman penutup tanah dengan nilai 42,1 % disusul berturut-turut pohon, semak dan tanaman air masing-masing sebesar 41,5 %, 2,6 % dan 0,1 %. Gambar 7 menunjukkan contoh pohon dengan nilai dominansi tinggi pada taman publik.

(54)

Untuk jenis tanaman penutup tanah, rumput paetan (Axonopus compressus) memiliki nilai tertinggi pada taman kolam dengan nilai 23,6 %. Pada taman Arga Nirwana, nilai dominansi tertinggi dimiliki oleh bawang-bawangan (Zephyranthes rosea) yaitu sebesar 19,8 %. Rumput gajah mini (Axonopus compressus “Dwarf”) menjadi tanaman penutup tanah dengan nilai dominansi tertinggi pada taman Padma Nirwana dan The Panorama, masing-masing sebesar 75,1 % dan 49,8 %. Spesies tanaman air hanya ditemukan pada taman kolam yaitu papirus (Cyperus alternifolius) dengan nilai dominansi 0,1 %.

Gambar 7. Pohon dengan Dominansi Tinggi pada Taman Publik. a) Taman Kolam, b) Taman Cluster Arga Nirwana

Pohon peneduh merupakan jenis tanaman dengan nilai dominansi tertinggi pada lanskap taman publik. Hal ini berhubungan dengan fungsi peneduh yang sangat dibutuhkan dalan sebuah taman, yang berfungsi optimal dalam ameliorasi iklim dan memberikan kenyamanan bagi pengguna taman. Semak atau perdu serta tanaman penutup tanah selain rumput yang digunakan dalam penanaman di area taman publik cenderung memiliki warna dan tekstur yang menarik, untuk menambah nilai estetik pada taman. Rumput dan tanaman penutup tanah juga banyak digunakan sebagai alas pada lanskap taman publik, terutama penanaman pada tapak yang berkontur karena fungsi rumput yang baik untuk menahan erosi. Selain berfungsi sebagai pencegah erosi, tanaman penutup tanah juga memberikan warna dan tekstur yang kontras yang dapat meningkatkan nilai estetik (Carpenter et al. 1975).

(55)

Taman Depan Rumah

Dari kesembilan sampel yang diteliti, tanaman penutup tanah berupa rumput gajah mini menempati nilai dominansi tertinggi dengan nilai rata-rata sebesar 75 %. Tanaman semak menempati posisi kedua dengan nilai rata-rata 7,3 %, diikuti pohon dengan nilai 5,2 %, tanaman air dengan nilai 2,4 % dan tanaman memanjat dengan nilai 1 %.

Tanaman pada taman depan rumah pada Bukit Nirwana I 5/1 yang memiliki nilai dominansi tertinggi adalah rumput gajah mini (Axonopus compressus “Dwarf”) dengan nilai 83,7 % diikuti krimbosa putih (Tabernaemontana corymbosa) dari jenis semak atau perdu dengan nilai dominansi 5,6 % dan palem merah (Cyrtostachys renda) dari jenis pohon dengan nilai 3,4 %. Pada taman depan rumah Bukit Nirwana I 8/19, nilai dominansi tertinggi dimiliki oleh rumput gajah mini dari jenis tanaman penutup tanah, iris (Neomarica longifolia) dari semak atau perdu dan monstera robek (Monstera deliciosa) dari jenis tanaman memanjat, dengan nilai dominansi masing-masing 85,6 %, 7,3 % dan 0,8 %. Rumput gajah mini mendapat nilai tertinggi sebesar 64,2 % pada taman depan rumah Bukit Nirwana I 8/28, diikuti anggrek tanah ungu (Spathoglotis plicata) dari jenis semak atau perdu dengan nilai 18,5 %, cemara lilin (Cupressus sempervirens) dari jenis pohon dengan nilai 8,7 %, lotus (Nelumbo nucifera) dengan nilai 4,9 % dari jenis tanaman air dan melati rambat (Jasminum pubescens) dengan nilai 1,2 % dari jenis tanaman memanjat.

(56)

Nirwana ini tidak didapati jenis tanaman memanjat maupun tanaman air. Gambar 8 menunjukkan contoh penanaman pada taman depan rumah.

Gambar 8. Penanaman pada Taman Depan Rumah. a) Bukit Nirwana I 5/1, b) Bukit Nirwana I 8/28, c) Padma Nirwana 1/25, d) Padma Nirwana 1/65

Pada tiga sampel rumah di cluster The Panorama yaitu Panorama 2/8, Panorama 3/5 dan Panorama 3/7, rumput gajah mini masih menjadi spesies dengan nilai dominansi tertinggi, berturut-turut sebesar 67,8 %, 64,4 % dan 80,1 %. Pada Panorama 2/8, tanaman lain yang mendapat nilai dominansi tinggi adalah beringin bonsai (Ficus benjamina) sebesar 2,2 % dan marantha merah (Calathea picturata) sebesar 4,5 %. Tanaman lain dengan nilai dominansi tinggi pada Panorama 3/7 adalah iris sebesar 7,1 % dan kamboja (Plumeria alba) sebesar 6 %. Pada Panorama 3/7 ini juga terdapat jenis tanaman air, yaitu futoi (Equisetum hymale) dengan nilai dominansi kurang dari 1 %.

Dominansi penutupan kanopi tanaman jenis semak yang cukup tinggi di area taman depan rumah diperkirakan karena pemilik properti menginginkan

a

d b

(57)

kesan terbuka pada taman depan rumah, sehingga memungkinkan aliran udara dan cahaya matahari dapat mencapai rumah tanpa terhalang kanopi pohon besar. Penggunaan tanaman jenis semak atau perdu serta tanaman penutup tanah juga dapat memberikan kesan lebih lapang daripada jenis pohon, yang dapat diterapkan pada lahan dengan luasan sempit seperti pada taman depan rumah. Selain itu, tanaman semak yang dipilih kebanyakan merupakan semak dengan warna semarak seperti sablo laut, spatipilum, anggrek tanah ungu dan iris yang dapat memberikan nilai estetik dan suasana cerah pada taman.

Keragaman Spesies

Hasil inventarisasi tanaman pada lokasi studi menunjukkan bahwa terdapat dua lokasi studi dengan nilai keragaman sedang, yaitu pada jalan utama segmen 1 (gerbang utama) yang sekaligus menjadi lokasi dengan nilai keragaman tertinggi pada area jalan utama, dan segmen 6 (blok palem sadeng 1) dengan nilai masing-masing 1,10 dan 1,05. Pada area jalan utama, lokasi dengan nilai keragaman terendah adalah segmen 8 (blok palem sadeng 3) dengan nilai 0,10. Tabel 10 menyajikan nilai keragaman pada area jalan utama. Nilai keragaman rata-rata pada area ini adalah 0.60 dan termasuk kategori keragaman rendah. Tabel 10. Nilai Keragaman Tanaman di Area Jalan Utama

Lokasi H Kategori

Segmen 1 (Gerbang Utama) 1,10 Sedang

Segmen 2 (Blok Palem Kurma) 0,55 Rendah

Segmen 3 (Blok Palem Putri) 0,47 Rendah

Segmen 4 (Blok Eboni) 0,70 Rendah

Segmen 5 (Blok Salam - Jembatan) 0,16 Rendah

Segmen 6 (Blok Palem Sadeng 1) 1,05 Sedang

Segmen 7 (Blok Palem Sadeng 2) 0,65 Rendah

Segmen 8 (Blok Palem Sadeng 3) 0,10 Rendah

Segmen 9 (Orchard Walk) 0,60 Rendah

Rata-rata 0,60 Rendah

Keterangan : H = Indeks Keragaman, Tinggi jika H>3, Sedang jika 1<H<3, Rendah jika H<1

Gambar

Tabel 2. Jenis, Parameter, Bentuk, Cara Pengumpulan dan Sumber Data
Tabel 4. Kriteria Penilaian Aspek Fungsi Tanaman Jalan
Tabel 5. Kriteria Penilaian Aspek Fungsi Tanaman pada Taman Publik
Gambar 3. Tahapan Penelitian
+7

Referensi

Dokumen terkait