• Tidak ada hasil yang ditemukan

ABSTRAK

ALCHEMI PUTRI JULIAN TIKA KUSDIAN A. Eksplorasi dan Identifikasi Cendawan Antagonis terhadap Rigidoporus lignosus Penyebab Jamur Akar Putih pada Karet. Dibimbing oleh MEITY SURADJI SINAGA.

Industri karet berperan dalam peningkatan pendapatan petani, masyarakat, dan negara, juga dalam pembuatan produk, serta peranan terhadap pelestarian lingkungan. Salah satu hambatan dalam pengembangan budidaya karet adalah adanya penyakit jamur akar putih yang disebabkan oleh Rigidoporus lignosus. Penelitian ini bertujuan mengeksplorasi dan mengidentifikasi cendawan antagonis terhadap R. lignosus. Penelitian dilakukan dengan mengambil contoh tanah dari tanaman karet dan kelapa sawit untuk dibuat suspensi. Suspensi dibuat seri pengenceran hingga tingkat pengenceran 10-5, masing- masing seri pengenceran tersebut diambil sebanyak 1 ml suspensi dan dibiakkan pada media potato dextrose agar (PDA). Uji antagonisme in vitro antara agens antagonis dengan

R. lignosus dilakukan dengan menggunakan metode dual culture. Pengamatan dilakukan dengan mengukur jari-jari koloni patogen yang menjauhi isolat cendawan kandidat dan jari-jari koloni patogen yang mendekati isolat cendawan kandidat, serta menghitung penghambatan kandidat agens antagonis. Identifikasi menggunakan compound microscope. Dari hasil isolasi cendawan rhizosfer diperoleh 26 isolat kandidat antagonis, 10 isolat diantaranya memiliki kemampuan antagonisme terhadap patogen R. lignosus. Hasil identifikasi menunjukkan sebanyak tiga isolat adalah Trichoderma harzianum, enam isolat adalah Gliocladium virens, dan satu isolat adalah Penicillium resticulosum.

Mekanisme antagonis yang dilakukan oleh T. harzianum dan G. virens adalah

hiperparasit, antibiosis, lisis, dan kompetisi ruang. Sedangkan untuk

P. resticulosum adalah kompetisi ruang.

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Karet merupakan salah satu tanaman perkebunan yang mempunyai peran penting bagi subsektor perkebunan negara Indonesia. Indonesia merupakan negara produsen karet dunia terbesar bersama dua negara produsen karet alam lainnya yaitu Thailand dan Malaysia. Indonesia memberikan kontribusi sebesar 26% dari total produksi karet alam dunia. Pengembangan industri karet memberi manfaat dalam peningkatan pendapatan petani, masyarakat, dan negara. Selain itu, industri karet memiliki berbagai macam kegunaan baik untuk industri ban maupun produk lainnya seperti untuk kebutuhan kesehatan, properti atau ba ngunan, farmasi, dan peranan pertanaman karet terhadap pelestarian lingkungan (Deptan 2010). Berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik (2009), luas lahan karet di Indonesia mencapai 5,264 juta hektar dengan produksi karet kering sebanyak 640,787 ton. Produksi karet menciptakan nilai tambah di dalam negeri dan ekspor sebagai penghasil devisa bagi negara.

Pengembangan industri karet hingga saat ini terus dilakukan. Namun, terdapat hambatan dalam pengembangan budidaya karet tersebut antara lain adanya serangan penyakit. Diantaranya penyakit penting yang menyerang karet adalah penyakit jamur akar putih (JAP) yang disebabkan oleh cendawan

Rigidoporus lignosus (Farid et al. 2006; Holliday 1996; Ilahang et al. 2006). Penyakit jamur akar putih mengakibatkan kerugian ekonomi negara yang cukup besar, tidak hanya akibat kerusakan tanaman tetapi juga akibat biaya yang diperlukan untuk pengendaliannya. Kerugian ekonomi yang ditimbulkan di perkebunan karet Indonesia diperkirakan sekitar Rp. 300.000 miliar per tahun dengan perkiraan penyakit di perkebunan besar (negara/swasta) sebesar 3% dan di perkebunan rakyat sebesar 5%. Selain itu, kerugian ekonomi akibat biaya pengendalian penyakit pun cukup besar. Biaya pencegahan penyakit dengan pembongkaran dan pembersihan tunggul yang merupakan sumber infeksi penyakit pada perkebunan besar diperkirakan sekitar Rp. 100.000 miliar per tahun, dan biaya pengobatan tanaman sakit sekitar Rp. 70.000 miliar per tahun. Penyakit

2

tersebut dapat menimbulkan kerusakan di kebun entres, tanama n belum menghasilkan, dan tanaman menghasilkan. Kerusakan berat sering terjadi pada tanaman belum menghasilkan. Kematian tanaman mengakibatkan rendahnya kerapatan pohon karet per hektar yang berpengaruh langsung terhadap produktivitas kebun karet (Situmorang 2004).

Jamur akar putih menjadi penyakit yang sangat penting karena penyebabnya memiliki kisaran inang yang luas. Selain menyerang karet, jamur akar putih dapat menyerang teh, kopi, kakao, kelapa sawit, mangga, nangka, ubi kayu, jati, cengkeh, duwet, lamtoro, sengon, dadap, nibung, kapur barus, cemara, kayu besi, meranti, rasamala, walikukun, kesambi, randu alas, kumpas, akasia, Ficus spp., dan Agzelia sp. Jamur akar putih juga dapat menyerang pupuk hijau, seperti

Tephrosia spp. dan Crotalaria spp. Tanaman penutup tanah kacangan yang menjalar (legume creeping cover, LCC) juga rentan terhadap jamur akar ini (Semangun 2000).

Serangan patogen R. lignosus menyebabkan akar menjadi busuk dan umumnya ditumbuhi rizomorf cendawan. Gejala tampak pada daun; daun-daun yang semula tampak hijau segar berubah menjadi layu, berwarna kusam, dan akhirnya kering (Pawirosoemardjo 2004).

Beberapa cara pengendalian penyakit jamur akar putih telah dilakukan, diantaranya dengan menghilangkan tunggul-tunggul atau organ tanaman berkayu secara tuntas sebagai sumber infeksi, menanam tanaman penutup tanah jenis leguminosa, pelumasan dan penyiraman fungisida, serta pengendalian dengan menggunakan agens hayati seperti Trichoderma spp. yang bersifat antagonis terhadap patogen (Pawirosoemardjo 2004).

Penyakit jamur akar putih efektif dikendalikan dengan pengendalian hayati menggunakan agens antagonis, seperti Trichoderma spp. (Widyastuti et al. 1998). Eksplorasi pada tanah rhizosfer karet dan kelapa sawit dilakukan dalam penelitian ini, guna mencari cendawan antagonis lainnya yang diharapkan dapat efektif dan stabil bila dilakukan pengendalian penyakit jamur akar putih dengan menggunakan pengendalian hayati.

Pengendalian hayati adalah pengurangan jumlah inokulum dalam keadaan aktif maupun dorman atau penurunan aktivitas patogen sebagai parasit oleh satu

3

atau lebih organisme yang berlangsung secara alami atau melalui manipulasi lingkungan, inang, antagonis, atau dengan introduksi secara massal satu atau lebih organisme antagonis (Cook & Baker 1983).

Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengeksplorasi dan mengidentifikasi cendawan antagonis terhadap R. lignosus.

Manfaat Penelitian

Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini ialah memperoleh beberapa cendawan antagonis yang berpotensi menghambat dan menekan perkembangan

R. lignosus, sehingga dapat dikembangkan sebagai metode pengendalian hayati penyakit jamur akar putih pada tanaman karet.

Dokumen terkait