Diagram alir 2. Sistem Hukum Pemilihan Umum KDH dan WKDH
Sistem hukum dalam Pemilihan Umum KDH dan WKDH didasarkan pada konstitusi Pasal 18 ayat (4) Perubahan kedua UUD 1945 yang menyatakan : “Gubernur, Bupati, dan Walikota masing-masing sebagai kepala pemerintahan daerah provinsi, kabupaten, dan kota dipilih secara demokratis”. DPRD Hukum Pilkada Peserta Pilkada
Masyarakat Pemilih
KPUD PPS PPK KPPS PanWasLu72
Interpretasi dari kata demokratis kemudian
mengacu pada suatu sistem Pemilihan Umum KDH dan WKDH yang dipilih secara langsung oleh rakyat
tanpa melalui perwakilannya(DPRD
Provinsi/Kabupaten/Kota).
Konsekuensi logis dari interpretasi hukum mengenai sistem Pemilihan Umum yang diterapkan menuntut dibentuknya suatu kerangka hukum spesifik yang mengatur. Hal ini yang melatar belakangi munculnya UU Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah yang didalamnya mengatur mengenai Pemilihan KDH dan WKDH.
Pasal 57 ayat (1) UU Nomor 32 Tahun 2004 menyatakan : “Pemilihan kepala daerah dan wakil kepala daerah diselenggarakan oleh KPUD yang
bertanggungjawab kepada DPRD”. Sehingga
berdasarkan ini KPUD diberikan wewenang sebagai penyelenggara dan DPRD(representatif dari rakyat) sebagai penanggungjawab(lihat diagram alir 2).
Dalam rangka menjaga netralitas KPUD dalam penyelenggaraan Pemilihan KDH dan WKDH, maka dalam rekrutmen calon anggota KPUD dibentuklah tim seleksi yang diatur dalam UU No. 22 Tahun 2007 Pasal 22 Ayat (2) :
Tim Seleksi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berjumlah 5 (lima) orang anggota yang berasal dari unsur akademisi, profesional, dan masyarakat yang memiliki integritas dan tidak menjadi anggota partai politik dalam kurun waktu 5 (lima) tahun terakhir.
73
Komisi Pemilihan Umum yang telah terbentuk kemudian membentuk Panitia Pengawas, Panitia Pemilihan Kecamatan(PPK), Panitia Pemungutan
Suara(PPS), dan Kelompok Penyelenggara
Pemungutan Suara(KPPS).
Pasal 57 ayat (3) dan (4) UU No. 22 Tahun 2007 memberikan mandat untuk diadakan suatu
lembaga pengawasan(Panitia Pengawas Pemilu)
dengan tujuan memastikan suatu proses Pemilihan Umum KDH dan WKDH yang demokratis secara prosedural maupun substansial. Bunyi Pasal 57 Ayat (3) dan (4) adalah :
Ayat (3) Dalam mengawasi penyelenggaraan pemilihan kepala daerah dan wakil kepala daerah, dibentuk panitia pengawas pemilihan kepala daerah dan wakil kepala daerah yang keanggotaannya terdiri atas unsur kepolisian, kejaksaan, perguruan tinggi, pers, dan tokoh masyarakat.
Ayat (4) Anggota panitia pengawas sebagaimana dimaksud pada ayat (3) berjumlah 5 (lima) orang untuk provinsi, 5 (lima) orang untuk kabupaten/kota dan 3 (tiga) orang untuk kecamatan.
Dalam kaitannya dengan peserta Pemilihan Umum KDH dan WKDH diatur dalam Pasal 58 UU Nomor 12 Tahun 2008 tentang Perubahan Kedua atas UU 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah, sebagaimana dipersyaratkan bagi calon KDH dan WKDH :
Calon kepala daerah dan wakil kepala daerah adalah warga negara Republik Indonesia yang memenuhi syarat:
a. bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa;
b. setia kepada Pancasila sebagai Dasar Negara, Undang-Undang Dasar Negara Republik
74
Indonesia Tahun 1945, cita-cita Proklamasi Kemerdekaan 17 Agustus 1945, dan kepada Negara Kesatuan Republik Indonesia serta Pemerintah;
c. berpendidikan sekurang-kurangnya sekolah lanjutan tingkat atas dan/atau sederajat;
d. berusia sekurang-kurangnya 30 (tiga puluh) tahun bagi calon gubernur/wakil gubernur dan berusia sekurang-kurangnya 25 (dua puluh lima) tahun bagi calon bupati/wakil bupati dan walikota/wakil walikota;
e. sehat jasmani dan rohani berdasarkan hasil pemeriksaan kesehatan menyeluruh dari tim dokter;
f. tidak pernah dijatuhi pidana penjara berdasarkan putusan pengadilan yang telah memperoleh kekuatan hukum tetap karena melakukan tindak pidana yang diancam dengan pidana penjara 5 (lima) tahun atau lebih;
g. tidak sedang dicabut hak pilihnya berdasarkan putusan pengadilan yang telah memperoleh kekuatan hukum tetap;
h. mengenal daerahnya dan dikenal oleh masyarakat di daerahnya;
i. menyerahkan daftar kekayaan pribadi dan bersedia untuk diumumkan;
j. tidak sedang memiliki tanggungan utang secara perseorangan dan/atau secara badan hukum yang menjadi tanggung jawabnya yang merugikan keuangan negara;
k. tidak sedang dinyatakan pailit berdasarkan putusan pengadilan yang telah memperoleh kekuatan hukum tetap;
l. dihapus;
m. memiliki Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP) atau bagi yang belum mempunyai NPWP wajib mempunyai bukti pembayaran pajak;
n. menyerahkan daftar riwayat hidup lengkap yang memuat antara lain riwayat pendidikan dan pekerjaan serta keluarga kandung, suami atau istri;
o. belum pernah menjabat sebagai kepala daerah atau wakil kepala daerah selama 2 (dua) kali masa jabatan dalam jabatan yang sama;
p. tidak dalam status sebagai penjabat kepala daerah; dan.
75
q. mengundurkan diri sejak pendaftaran bagi kepala daerah dan/atau wakil kepala daerah yang masih menduduki jabatannya.
Proses rekrutmen politik untuk menetapkan calon peserta Pemilihan Umum KDH dan WKDH memberikan kesempatan bagi Partai Politik untuk mengusulkan pasangan calon serta memberikan kesempatan bagi perseorangan untuk mendaftarkan diri dengan persyaratan yang telah ditentukan dalam undang-undang. Proses ini diatur dalam
undang-undang sebagai norma publik serta
Anggaran Dasar/Anggaran Rumah Tangga maupun mekanisme internal partai sebagai norma non- publik.
Proses rekrutmen calon peserta Pemilihan Umum KDH dan WKDH ini melibatkan partisipasi masyarakat dan demokrasi prosedural dalam partai politik untuk memberikan pertimbangan bagi KPU
dalam menentukan pasangan calon peserta
Pemilihan Umum KDH dan WKDH sesuai Pasal 59 Ayat (4) dan (4a) UU No 12 Tahun 2008 tentang Perubahan Kedua atas UU Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah sebagai berikut:
Ayat (4) Dalam proses penetapan pasangan calon, partai politik atau gabungan partai politik memperhatikan pendapat dan tanggapan masyarakat.
Ayat (4a) Dalam proses penetapan pasangan calon perseorangan, KPU provinsi dan/atau KPU kabupaten/kota memperhatikan pendapat dan tanggapan masyarakat.
76
Pengaturan Pemilihan Umum KDH dan WKDH berlaku pula untuk masyarakat pemilih. Pengaturan
ini berkaitan dengan mekanisme pendaftaran
sebagai pemilih, mekanisme pencoblosan, peran serta dalam kampanye dan mengawal proses demokrasi itu sendiri.
Setelah seluruh proses Pemilihan Umum KDH dan WKDH selesai KPUD harus menyampaikan Laporan Pertanggungjawaban kepada DPRD seperti dinyatakan dalam Pasal 57 ayat (2) : “Dalam melaksanakan tugasnya, KPUD menyampaikan laporan penyelenggaraan pemilihan kepala daerah dan wakil kepala daerah kepada DPRD.”