• Tidak ada hasil yang ditemukan

Instruksi DNR Pada Pasien di Luar Rumah Sakit

E. PENOLAKAN RESUSITASI / DNR I. Pendahuluan

XV. Instruksi DNR Pada Pasien di Luar Rumah Sakit

1. Pada situasi kasus emergensi yang terjadi di luar rumah sakit, usaha RJP memiliki angka keberhasilan yang lebih rendah pada pasien dengan usia sangat lanjut atau memiliki penyakit berat / terminal.

2. Saat ini, banyak pasien-pasien dengan kondisi tersebut memilih untuk meninggal dengan tenang dan tidak ingin menjalani intervensi yang agresif, seperti RJP. Banyak juga pasien yang memilih dirawat di rumah sampai akhir usianya tiba.9

3. Protokol Pelayanan Kegawatdaruratan Medis menyatakan bahwa inisiasi RJP ditujukan kepada semua pasien yang mengalami henti jantung / napas, kecuali pasien telah ditemukan meninggal sebelumnya dengan tanda-tanda kematian yang jelas atau pasien memiliki instruksi tertulis DNR yang valid dan ditandatangani oleh dokter.10

4. Tujuan dibuat panduan ini:

a. Memfasilitasi pasien untuk memilih penanganan medis apa yang mereka inginkan dari Tim Kegawatdaruratan Medis jika terjadi henti jantung / napas di luar rumah sakit. b. Tim kegawatdaruratan medis meliputi: pemberi pertolongan pertama (polisi / pemadam

kebakaran / lainnya yang mengikuti pelatihan RJP), petugas ambulans, paramedis dan perawat di mobil rawat intensif (mobile intensive care unit-MICU).

5. Definisi:

a. Formulir Instruksi DNR di Luar Rumah Sakit yang valid:formulir tertulis yang dinyatakan valid jika terisi lengkap dan ditandatangani oleh pasien / wali sahnya dan dokter penanggungjawab pasien. Fotokopi yang dilegalisir dianggap sah dan berlaku. (lihat lampiran 4)

b. Gelang DNR: adalah gelang pengenal yang berarti bahwa pemakainya memiliki instruksi DNR yang valid. Gelang ini harus telah disetujui oleh pemerintah setempat, resmi, mudah dikenali, dan khusus / khas; dipakai di pergelangan tangan atau kaki. Gelang ini harus dikenali oleh Tim Kegawatdaruratan Medis dan petugas kesehatan lainnya.

6. Panduan:

a. Tim Kegawatdaruratan Medis akan melakukan usaha RJP pada semua pasien yang ditemukan henti napas/jantung kecuali jika pasien tersebut memiliki instruksi DNR yang valid.

b. Jika pasien dengan henti jantung / napas memiliki instruksi DNR, tim kegawatdaruratan medis harus:

(1) Melakukan asesmen mengenai tidak adanya pernapasan dan atau denyut jantung

(2) Jika petugas tiba di tempat kejadian tanpa mobil rawat intensif (MICU), ikuti protokol setempat

(3) Untuk petugas MICU, kontak / hubungi dokter penanggungjawab pasien (yang menandatangani DNR) untuk mengkonfirmasi validitas instruksi DNR-di luar rumah sakit, beritahukan kondisi pasien.

c. Jika pasien dengan instruksi DNR yang valid tidak berada dalam kondisi henti jantung / napas, tim kegawatdaruratan medis harus:

(1) Melakukan asesmen pasien

(2) Menyediakan semua tatalaksana yang sesuai

(3) Menyediakan transportasi ke rumah sakit, jika diperlukan

(4) Menghargai dan mematuhi instruksi DNR jika terjadi henti napas / jantung pada pasien selama transfer.

(5) Memberikan salinan instruksi DNR ke rumah sakit penerima, jika tersedia.

d. Saat memutuskan untuk membuat instruksi DNR, dokter tidak boleh mempengaruhi keinginan pasien / wali sahnya.

e. Instruksi DNR dapat dibatalkan kapanpun oleh pasien dengan merusak / menyobek formulir dan gelang DNR, atau dengan menyatakan secara lisan.9

f. Validitas instruksi DNR:

(1) Hanya dokter penanggungjawab pasien yang boleh menulis instruksi DNR untuk pasien yang dirawat di rumah.

(2) Hubungi dokter penanggungjawab pasien untuk mendiskusikan pembuatan instruksi DNR.

(3) Pastikan formulir DNR telah diisi dengan lengkap oleh dokter, termasuk tanda tangan dan alamat pasien / wali sah; nama, alamat, nomor telepon, dan tanda tangan dokter; dan tanggal pembuatannya.

(4) Gelang DNR dapat diperoleh dari dokter atau rumah sakit tempat pasien berobat. (lihat lampiran 5mengenai panduan gelang DNR)

(5) Simpan salinan instruksi DNR di rumah dan selalu dibawa oleh pasien kemanapun dia pergi.

(6) Pastikan semua keluarga / wali pasien mengetahui instruksi DNR ini.11

7. Pada pasien di panti jompo: perawat pasien diperbolehkan untuk menulis instruksi DNR dan ‘penolakan untuk dirawat di rumah sakit’ (Do Not Hospitalized), berdasarkan hasil konsultasi dengan dokter.

a. Prosedur Dasar

(1) Memperoleh izin persetujuan tertulis (informed consent) dari pasien / wali sahnya.

(2) Melengkapi ‘formulir instruksi DNR di luar rumah sakit’. Berikan salinan di rekam medis pasien. Berikan bebrapa salinan kepada pasien dan atau keluarga / pengasuh di luar rumah sakit / panti jompo.

(3) Informasikan kepada pasien dan atau pengasuh mengenai penggunaan formulir DNR ini dan anjurkan agar formulir ini diletakkan di tempat-tempat yang mudah terlihat di rumah (misalnya: papan harian pasien, senderan ranjang, pintu kamar tidur, atau kulkas).

(4) Pasien boleh menggunakan gelang DNR (tidak wajib). Gelang ini harus dianggap valid dan mengindikasikan bahwa pasien memiliki instruksi DNR di luar rumah sakit. Dokter harus menginformasikan kepada pasien / wali sahnya mengenai ketersediaan gelang DNR sebagai sarana tambahan untuk memberitahu Tim Kegawatdaruratan Medis.

(5) Lakukan peninjauan ulang terhadap status DNR secara periodikn dengan pasien / wali sahnya, lakukan revisi terhadap rencana penanganan pasien (jika diperlukan), dan catatlah di rekam medis pasien. Jika instruksi DNR ini dibatalkan, berikan instruksi untuk menghancurkan / menyobek formulir DNR dan melepas gelang DNR.

b. Rekomendasi tambahan mengenai dokumentasi instruksi DNR

(1) Dokter sebaiknya memberi catatan di kurva medis pasien mengenai instruksi DNR, yang mencakup:

• Diagnosis

• Alasan dibuat instruksi DNR

• Kapasitas pasien dalam membuat keputusan

• Dokumentasi bahwa diskusi mengenai status DNR telah dilakukan. tulis juga siapa saja yang mengahadiri diskusi tersebut.

c. Pembatalan instruksi DNR

(1) Instruksi DNR dapat dibatalkan kapanpun oleh pasien dengan cara menghancurkan / menyobek formulir dan gelang DNR, atau dengan menyatakan secara lisan oleh pasien

8. Dokumentasi

a. Catat semua informasi pasien dan asesmen pasien

b. Catat instruksi DNR pasien yang telah divalidasi. Lampirkan salinan formulir NDR di luar rumah sakit.

c. Ikuti protokol kegawatdaruratan medis setempat9

1. Manajer Pelayanan Medis bertanggungjawab untuk mengidentifikasi pelatihan-pelatihan apa saja yang diperlukan untuk mengimplementasikan kebijakan ini.

2. Persyaratan pelatihan yang harus dimiliki oleh personel rumah sakit harus didiskusikan sebagai bagian dari proses Peninjauan Ulang Performa Kerja Rumah Sakit (Performance Development Review) dan keputusan mengenai pelatihan-pelatihan yang diperlukan harus dituliskan dalam Rencana Pengembangan Performa Kerja Rumah Personel Rumah Sakit (Personal Development Plan).

Dokumen terkait