• Tidak ada hasil yang ditemukan

CONTOH Pedoman Penatalaksanaan Hak Pasien Dan Keluarga

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "CONTOH Pedoman Penatalaksanaan Hak Pasien Dan Keluarga"

Copied!
75
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I PENDAHULUAN

1.1.LATAR BELAKANG

Saat sekarang ini masyarakat sudah semakin cermat dan kritis terhadap produk jasa yang diperolehnya termasuk pelayanan yang diberikan dalam bidang kesehatan. Hal ini tentunya memacu instansi rumah sakit khususnya rumah sakit swata untuk meningkatkan kualitas pelayanannya mulai dari pra sampai pasca pelayanan. Pelayanan yang prima akan meningkatkan kepuasan dan kepercayaan pasien terhadap rumah sakit tersebut.

Rumah sakit merupakan sarana pelayanan kesehatan, tempat berkumpulnya orang sakit maupun orang sehat atau dapat menjadi tempat penularan penyakit serta memungkinkan terjadinya pencemaran lingkungan dan gangguan kesehatan (Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 1204/Menkes/SK/X/2004 tentang Persyaratan Kesehatan Lingkungan Rumah Sakit). Sedangkan pengertian rumah sakit menurut Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 340/MENKES/PER/III/2010, rumah sakit merupakan institusi pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna yang menyediakan pelayanan rawat inap, rawat jalan dan gawat darurat.

Rumah sakit sebagai penyelenggara pelayanan kesehatan yang meliputi preventif, kuratif, rehabilitatif dan promotif mempunyai hak-hak dan kewajiban-kewajiban dalam hubungan hukum perjanjian terapeutik dengan pasien sebagaimana yang diatur dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 44 Tahun 2009 Tentang Rumah Sakit. Melalui mottonya, Melayani dengan Penuh Cinta Kasih, RS Royal Progress berkomitmen untuk memberikan pelayanan medis yang terbaik kepada masyarakat, memberikan penjelasan medis yang komprehensif kepada seluruh pasien dan menjunjung tinggi keselamatan pasien serta hak dan kewajiban pasien.

Pelaksanaan hak dan kewajiban antara rumah sakit dan pasien merupakan sebuah tanggung jawab yang lahir dari hubungan hukum diantara keduanya. Setiap upaya pelayanan medis seperti pengobatan, penyembuhan dan pemulihan kesehatan yang diberikan oleh rumah sakit terhadap pasien merupakan wujud pelaksanaan dari kewajiban rumah sakit dalam memenuhi hak-hak pasien.

(2)

1.2. TUJUAN

Setelah membaca pedoman ini, diharapkan mampu memahami dan memenuhi hak-hak pasien dalam memberikan pelayanan kesehatan.

1.3. BATASAN OPERASIONAL

1. Hak adalah segala sesuatu yang harus didapatkan oleh setiap orang yang telah ada sejak lahir bahkan sebelum lahir. Berdasarkan kamus Bahasa Indonesia, hak merupakan sesuatu hal yang benar, milik, kepunyaan, kewenangan, kekuasaan untuk berbuat sesuatu (karena telah ditentukan oleh undang-undang, aturan, dsb), kekuasaan yang benar atas sesuatu atau untuk menuntut sesuatu, derajat atau martabat.

2. Kewajiban adalah sesuatu yang wajib dilaksanakan, keharusan (sesuatu hal yang harus dilaksanakan).

3. General Consent atau Persetujuan Umum adalah pernyataan kesepakatan yang diberikan oleh pasien terhadap peraturan rumah sakit yang bersifat umum.

4. Informed Consent adalah suatu kesepakatan atau persetujuan pasien atau usaha medis yang akan dilakukan oleh dokter terhadap dirinya, setelah pasien mendapatkan informasi dari dokter mengenai upaya medis yang dapat dilakukan untuk menolong dirinya disertai dengan informasi mengenai segala resiko yang mungkin terjadi.

5. Pasien adalah penerima jasa pelayanan kesehatan di Rumah Sakit baik dalam keadaan sehat maupun sakit.

6. Dokter dan Dokter Gigi adalah seorang tenaga kesehatan yang menjadi tempat kontak pertama pasien dengan dokternya untuk menyelesaikan semua masalah kesehatan yang dihadapi tanpa memandang jenis penyakit, organologi, golongan usia, dan jenis kelamin, sedini dan sedapat mungkin, secara menyeluruh, paripurna, bersinambung, dan dalam koordinasi serta kolaborasi dengan profesional kesehatan lainnya, dengan menggunakan prinsip pelayanan yang efektif dan efisien serta menjunjung tinggi tanggung jawab profesional, hukum, etika dan moral.

7. Keluarga adalah suami atau istri, ayah atau ibu kandung, anak-anak kandung, saudara-saudara kandung.

(3)

• Ayah adalah ayah kandung atau ayah angkat yang ditetapkan berdasarkan penetapan pengadilan atau berdasarkan hukum adat.

• Ibu adalah ibu kandung atau ibu angkat yang ditetapkan berdasarkan penetapan pengadilan atau berdasarkan hukum adat.

• Suami adalah seorang laki-laki yang dalam ikatan perkawinan dengan seorang perempuan berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

• Istri adalah seorang perempuan yang dalam ikatan perkawinan dengan seorang laki-laki berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Apabila yang bersangkutan mempunyai lebih dari 1 (satu) istri, perlindungan hak keluarga dapat diberikan kepada salah satu dari istri.

1.4. RUANG LINGKUP

Hak pasien selalu dihubungkan dengan pemeliharaan kesehatan yang bertujuan agar pasien mendapatkan upaya kesehatan, sarana kesehatan dan bantuan dari tenaga kesehatan yang memenuhi standar pelayanan kesehatan yang optimal sesuai dengan UU No. 44 tahun 2009 tentang Rumah Sakit.

A. Prinsip Dalam Pelayanan Kesehatan :

a) Bahawa upaya kesehatan yang semula dititikberatkan pada upaya penyembuhan penderita, secara berangsur-angsur berkembang kearah keterpaduan upaya kesehatan yang menyeluruh. b) Bahwa dalam rangka mewujudkan derajat kesehatan yang optimal bagi seluruh masyarakat

perlu adanya perlindungan hak pasien dan keluarga.

c) Bahwa keberhasilan pembangunan di berbagai bidang dan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi telah meningkatkan taraf kesejahteraan masyarakat dan kesadaran akan hidup sehat.

d) Bahwa meningkatkanya kebutuhan pelayanan dan pemerataan yang mencakup tenaga, sarana, prasarana baik jumlah maupun mutu.

e) Bahwa pelayanan kesehatan sangat penting apabila dihadapkan kepada pasien yang sangat membutuhkan pelayanan kesehatan dengan baik dan dapat memuaskan para pasien.

f) Perlindungan merupakan hal yang essensial dalam kehidupan karena merupakan sifat yang melekat pada setiap hak yang dimiliki.

g) Bahwa seseorang dapat menuntut haknya apabila telah memenuhi kewajibannya, oleh karena itu kewajiban menjadi hak yang paling utama dilakukan.

(4)

h) Bahwa perlindungan bagi tenaga kesehatan maupun pasien merupakan hal yang bersifat timbal balik, yaitu pihak-pihak tersebut dapat terlindungi hak-haknya bila melakukan kewajibannya.

i) Bahwa dalam kondisi tertentu pasien tidak memiliki kemampuan untuk mendapatkan informasi atau penjelasan mengenai haknya sehingga akan disampaikan melalui keluarga. j) Bahwa untuk mengatur pemenuhan perlindungan hak pasien dan keluarga harus ada

pedoman sebagai acuan bagi seluruh petugas rumah sakit.

B. Hak Pasien dan Keluarga

Dalam pelayanan kesehatan, pasien memiliki hak-hak yang telah diatur dalam Undang Undang RI No. 44 Tahun 2009 Pasal 32 tentang Rumah Sakit, yaitu :

a. Pasien berhak memperoleh informasi mengenai tata tertib dan peraturan yang berlaku di Rumah Sakit.

b. Pasien berhak memperoleh informasi tentang hak dan kewajiban pasien.

c. Pasien berhak memperoleh layanan yang manusiawi, adil, jujur dan tanpa diskriminasi. d. Pasien berhak memperoleh layanan kesehatan yang bermutu sesuai dengan standar profesi

dan standar prosedur operasional.

e. Pasien berhak memperoleh layanan yang efektif dan efisien sehingga pasien terhindar dari kerugian fisik dan materi.

f. Pasien berhak mengajukan pengaduan atas kualitas pelayanan yang didapatkan.

g. Pasien berhak memilih dokter dan kelas perawatan sesuai dengan keinginannya dan peraturan yang berlaku di Rumah Sakit.

h. Pasien berhak meminta konsultasi tentang penyakit yang dideritanya kepada dokter lain yang mempunyai Surat Ijin Praktek (SIP) baik di dalam maupun di luar Rumah Sakit.

i. Pasien berhak mendapatkan privasi dan kerahasiaan penyakit yang diderita termasuk data-data medisnya.

j. Pasien berhak mendapatkan informasi yang meliputi diagnosis dan tata cara tindakan medis, tujuan tindakan medis, alternatif tindakan, resiko dan komplikasi yang mungkin terjadi dan prognosis terhadap tindakan yang dilakukan serta perkiraan biaya pengobatan.

k. Pasien berhak memberikan persetujuan atau menolak atas tindakan yang akan dilakukan oleh tenaga kesehatan terhadap penyakit yang dideritanya.

l. Pasien berhak didampingi keluarganya dalam keadaan kritis.

m. Pasien berhak menjalankan ibadah sesuai agama/kepercayaan yang dianutnya selama hal itu tidak mengganggu pasien lainnya.

(5)

n. Pasien berhak memperoleh keamanan dan keselamatan dirinya selama dalam perawatan di Rumah Sakit.

o. Pasien berhak mengajukan usul, saran, perbaikan atas prilaku Rumah Sakit terhadap dirinya. p. Pasien berhak menolak pelayanan bimbingan rohani yang tidak sesuai dengan agama dan

kepercayaan yang dianutnya.

q. Pasien berhak menggugat dan/atau menuntut Rumah Sakit apabila Rumah Sakit diduga memberikan pelayanan yang tidak sesuai dengan standar baik secara perdata maupun pidana. r. Pasien berhak mengeluhkan pelayanan Rumah Sakit yang tidak sesuai dengan standar pelayanan melalui media cetak dan elektronik sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

Dalam UU No. 23 tahun 1992 tentang Kesehatan, pasal 53 menyebutkan beberapa hak pasien, yaitu hak atas informasi, hak atas second opinion, hak atas kerahasiaan, hak atas persetujuan tindakan medis, hak atas masalah spiritual dan hak atas ganti rugi.

Menurut UU No. 36 tahun 2009 tentang kesehatan, pada pasal 4 – 8 disebutkan setiap orang berhak atas kesehatan, akses atas sumber daya, pelayanan kesehatan yang aman, bermutu dan terjangkat, menentukan sendiri pelayanan kesehatan yang diperlukan, lingkungan yang sehat, info dan edukasi kesehatan yang seimbang dan bertanggung jawab, dan informasi tentang data kesehatan dirinya. Hak-hak pasien dalam UU No.36 tahun 2009 itu diantaranya meliputi :

a. Hak menerima atau menolak sebagian atau seluruh pertolongan (kecuali tak sadar, penyakit menular berat, gangguan jiwa berat).

b. Hak atas rahasia pribadi (kecuali perintah UU, pengadilan, ijin yang bersangkutan, kepentingan yang bersangkutan, kepentingan masyarakat).

c. Hak tuntut ganti rugi akibat salah atau kelalaian (kecuali tindakan penyelamatan nyawa atau cegah cacat).

Pada UU No. 29 tahun 2004 tentang Praktik Kedokteran khususnya pada pasal 52 juga diatur hak-hak pasien, yang meliputi :

a. Mendapatkan penjelasan secara lengkap tentang tindakan medis sebagaimana dimaksud dalam pasal 45 ayat (3).

b. Meminta pendapat dokter atau dokter gigi lain.

c. Mendapatkan pelayanan sesuai dengan kebutuhan medis. d. Menolak tindakan medis.

(6)

e. Mendapatkan isi rekam medis.

Terkait rekam medis, Peraturan Menteri Kesehatan No. 269 pasal 12 menyebutkan :

a. Berkas rekam medis milik sarana pelayanan kesehatan. b. Isi rekam medis merupakan milik pasien.

c. Isi rekam medis sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dalam bentuk ringkasan rekam medis. d. Ringkasan rekam medis sebagaimana dimaksud pada ayat (3) dapat diberikan, dicatat, atau

dicopy oleh pasien atau orang yang diberi kuasa atau atas persetujuan tertulis pasien atau keluarga pasien yang berhak untuk itu.

Hak pasien lainnya :

a. Pasien berhak mendapatkan pelayanan kerohanian.

b. Pasien berhak mendapatkan perlindungan terhadap kebutuhan privasinya. c. Pasien berhak mendapatkan perlindungan terhadap harta yang dimilikinya. d. Pasien berhak mendapatkan perlindungan terhadap kekerasan fisik.

e. Pasien berhak mendapatkan perlindungan terhadap kerahasiaan informasi yang berkaitan dengan kondisi kesehatannya.

f. Pasien dan keluarga berhak mendapatkan edukasi tentang pelayanan. g. Pasien berhak menolak atau tidak melanjutkan pengobatan.

h. Pasien berhak menolak atau memberhentikan resusitasi atau bantuan hidup dasar. i. Pasien dan keluarga berhak dilibatkan dalam pengambilan keputusan tentang pelayanan. j. Pasien dan keluarga berhak mendapatkan persetujuan tindakan (informed consent) k. Pasien berhak mendapatkan pelayanan tahap terminal di akhir kehidupannya.

C. Kewajiban Rumah Sakit

a. Memberikan hak istimewa dalam menentukan informasi apa saja yang berhubungan dengan pelayanan yang boleh disampaikan kepada keluarga atau pihak lain.

b. Pasien diinformasikan tentang kerahasiaan informasi dalam rekam medik pasien.

c. Pembukaan atas kerahasiaan informasi mengenai pasien dalam rekam medik diperbolehkan dalam UU No. 29 tahun 2004, yaitu sebagai berikut :

1. Diminta oleh aparat penegak hukum dalam rangkat penegakkan hukum misalnya visum et repertum.

(7)

3. Untuk kepentingan kesehatan pasien sendiri.

4. Berdasarkan ketentuan perundang-undangan yang berlaku.

d. Pasien diminta persetujuaannya untuk membuka informasi yang tidak tercakup dalam undang-undang dan peraturan.

e. Rumah sakit menghormati kerahasiaan informasi kesehatan pasien dengan membatasi akses ke ruang penyimpanan rekam medik pasien di tempat umum dan sebagainya.

f. Rumah sakit merespon terhadap permintaan pasien dan keluarganya untuk memberikan pelayanan kerohanian atau sejenisnya berkenaan dengan agama dan kepercayaan pasien. g. Menyediakan partisi atau sekat pemisah untuk menghormati privasi pasien di ruang

perawatan.

h. Menyediakan locker atau lemari untuk menyimpan harta benda pasien.

i. Memasang CCTV pada area yang memerlukan pengawasan ketat dan area rumah sakit yang jauh dari keamanan.

j. Memasang akses pin pada pintu ruangan yang memiliki akses terbatas, seperti ruang bayi, ruang perawatan, ruang rekam medik, dan sebagainya.

k. Melindungi pasien dari kekerasan fisik dengan memantau ketat pengunjung yang masuk ke ruang perawatan dan mewajibkan pengunjung untuk memakai ID Card.

l. Menyediakan tenaga keamanan untuk memantau area di lingkungan rumah sakit. m. Menyediakan tenaga penterjemah baik bagi pasien yang tidak bisa memahami bahasa

Indonesia maupun bagi pasien tuna rungu.

n. Membentuk Tim Manajemen Nyeri untuk mengatasi nyeri pada pasien.

o. Membentuk Tim Code Blue untuk memberikan pelayanan resusitasi bagi pasien yang membutuhkan.

p. Memberikan informasi bila terjadi penundaan pelayanan. q. Menyediakan formulir permintaan pelayanan kerohanian. r. Menyediakan formulir permintaan penyimpanan harta benda. s. Menyediakan formulir pelepasan informasi.

t. Menyediakan formulir permintaan privasi. u. Menyediakan formulir permintaan penterjemah.

D. Kewajiban Pasien

Selain hak, pasien juga memiliki kewajiban yang terdapat dalam persetujuan umum yang diberikan kepada pasien pada saat masuk ruang rawat inap atau pada saat melakukan pendaftaran pertama kali sebagai pasien rawat jalan. Kewajiban pasien telah diatur dalam UU No. 29 tahun 2004 tentang Praktik Kedokteran terutama pasal 53 UU, yang meliputi :

(8)

a. Memberikan informasi yang lengkap dan jujur tentang masalah kesehatannya. b. Mematuhi nasihat dan petunjuk dokter dan dokter gigi.

c. Mematuhi ketentuan yang berlaku di sarana pelayanan kesehatan. d. Memberi imbalan jasa atas pelayanan yang diterima.

Kewajiban Pasien lainnya :

a. Memberikan data pribadi Anda secara lengkap dan akurat, seperti nama lengkap, tanggal lahir, alamat dan nomor telepon yang dapat dihubungi.

b. Memberikan data keluarga yang dapat dihubungi bila Anda dalam keadaan darurat.

c. Bertanya bila Anda tidak mengerti diagnosa atau rencana pengobatan yang akan Anda jalani. Anda dan keluarga Anda bertanggung jawab untuk memberitahu pihak rumah sakit apabila Anda tidak mengerti prosedur yang akan dijalankan.

d. Memberitahukan perubahan yang terjadi atas kondisi dan kesehatan Anda.

e. Berpartisipasi aktif dalam pengobatan Anda, termasuk pemberian keputusan mengenai rencana perawatan kesehatan Anda termasuk pengambilan obat-obatan dan pembuatan janji konsultasi dengan dokter pada kunjungan berikutnya.

f. Menginformasikan pihak rumah sakit apabila Anda mengalami hambatan dengan rencana pengobatan yang diberikan.

g. Bertanggung jawab atas semua konsekuensi yang ada apabila Anda menolak pengobatan medis atau meninggalkan rumah sakit tanpa persetujuan dokter.

h. Memperlakukan petugas rumah sakit, pasien lainnya dan pengunjung dengan sopan.

i. Datang sesuai dengan waktu yang dijanjikan. Jika Anda tidak bisa hadir sesuai dengan perjanjian, silahkan memberitahu pihak rumah sakit sebelumnya.

j. Menghormati privasi pasien lainnya.

k. Bertanggung jawab atas keamanan barang-barang berharga dan barang-barang pribadi Anda selama berada di rumah sakit.

l. Tidak melakukan perbuatan yang melanggar tata krama dan etika yang berlaku. m. Menggunakan dan menjaga properti dan fasilitas rumah sakit dengan baik.

(9)

BAB III

TATA LAKSANA HAK PASIEN DAN KELUARGA

A. Tata Laksana Pelayanan Kerohanian I. Latar Belakang

Suatu usaha bimbingan untuk pasien rawat inap agar mampu memahami arti dan makna hidup sesuai dengan keyakinan dan agama yang dianut masing-masing. Kegiatan ini juga untuk melengkapi pelayanan dari kelahiran sampai kematian di Rumah Sakit Royal Progress dengan pelayanan penuh dengan cinta kasih. Selain itu juga pelayanan kerohanian ini merupakan standar akreditasi yang menjunjung tinggi etika.

II. Ruang Lingkup

Pelayanan pasien rawat inap di Rumah Sakit Royal Progress

III. Tujuan

Untuk menstandarkan pelayanan kerohanian di Rumah Sakit Royal Progress.

IV. Tata Laksana

1. Perawat memberikan informasi kepada pasien saat pasien masuk ke rawat inap tentang pelayanan kerohanian di rumah sakit Royal Progress, serta membantu request permintaan tersebut.

2. Perawat memberikan formulir serta meminta keluarga pasien/pasien untuk mengisi formulir dan menginformasikan pasien bahwa customer service akan memberikan informasi konfirmasi pelayanan kerohanian dalam waktu 1 x 24 jam. Perawat memberikan formulir ke customer service dari hari senin-jumat antara jam 08.00-19.00WIB dan hari sabtu jam 08.00-13.00WIB . Bila hari minggu, tanggung jawab customer service akan di layani oleh admission rawat inap. Customer service atau admission wajib untuk menghubungi pasien kembali dengan nama penanggung jawab kerohanian dalam waktu 1 x 24jam.

3. Customer service/admission akan menghubungi petugas kerohanian atas permintaan di formulir tersebut. Bila waktu yang di diminta pasien tidak bisa tercapai, admission atau customer service wajib tulis waktu yang bisa diberikan sebagai pelayanan pemberian alternative.

4. Customer service akan konfirmasi nama & waktu petugas pelayanan ini kepada pasien dan keluarga pasien. Jika pasien atau keluarga pasien tidak di tempat, customer service/admission wajib tinggalkan fotokopi formulir fotokopi, dan menulis: nama

(10)

customer service/admission, nomor telepon yang bisa dihubungi untuk konfirmasi kembali ke petugas kerohanian, jam penitipan surat dan nama yang dititipkan.

5. Bila janji sudah pasti, customer service/admission harus beritahu perawat di lantai yang akan dikunjungi kerohian dan sekuriti untuk penerimaan tamu. Kartu identitas tetap harus ditukar pada saat pengunjungan dari petugas kerohanian.

6. Kerohanian datang ke RSRP dan wajib lapor ke security. Security akan memberikan kartu ID untuk naik ke lantai pasien dimana harus minta bantuan perawat untuk mengantarnya ke kamar pasien.

Tata Laksana Permintaan Pelayanan Kerohanian di Luar Daftar Pelayanan Kerohanian RS Royal Progress

1. Perawat memberikan informasi kepada pasien bahwa saat ini rumah sakit royal progress melayani permintaan kerohanian agama kristen,katolik, dan Budha.

2. Perawat meminta referensi kepada pasien tentang pelayanan kerohanian yang bisa dihubungi untuk memberikan pelayanan.

3. Menghubungi customer service untuk mengambil formulir yang ditulis pasien beserta nomor telepon yang direfensikan oleh pasien.

4. Petugas Customer service/admission akan menghubungi petugas kerohanian atas permintaan di formulir tersebut. Bila waktu yang di request pasien tidak bisa tercapai, admission atau customer service wajib meminta kembali referensi yang lain untuk bisa diberikan sebagai pelayanan pemberian alternative.

5. Bila janji sudah pasti, customer service/admission harus beritahu perawat di lantai yang akan dikunjungi kerohian dan sekuriti untuk penerimaan tamu. Kartu identitas tetap harus ditukar pada saat pengunjungan dari petugas kerohanian.

6. Kerohanian datang ke RSRP dan wajib lapor ke security. Security akan memberikan kartu ID untuk naik ke lantai pasien dimana harus minta bantuan perawat untuk mengantarnya ke kamar pasien.

(11)

Alur Proses Pelayanan Kerohanian

(H=0)

(H=0)

(di hari perjanjian)

B. PELAYANAN KEBUTUHAN PRIVASI PASIEN I. Latar Belakang

Pelayanan yang berbasis pada kepuasan pelanggan perlu menjaga hak privasi pasien untuk meningkatkan kepercayaan dan kenyamanan pasien dengan memastikan bahwa sistem pelayanan kesehatan cukup adil dan responsif dalam memberikan kebutuhan dan hak pelanggan.

Hak privasi pasien adalah tuntutan seseorang terhadap sesuatu yang merupakan kebutuhan pribadinya sesuai dengan keadilan, moralitas, dan legalitas. Hak merupakan kepentingan yang dilindungi oleh hukum. Hak pasien yang menonjol dan juga merupakan hak asazi dari pasien antara lain : hak atas informasi, hak atas persetujuan, hak atas kerahasiaan, hak atas pendapat kedua, dan hak untuk melihat rekam medis.

Permintan Pasien tentang kerohanian

Pasien isi formulir & Perawat akan diinfokan kembali 1x24 jam ke

pasien.

Cust.Service/admission hubungi kerohanian dan beritahu ke pasien, suster dan sekuriti tentang rencana kedatangan petugas kerohanian

Kerohanian ke RSRP, lapor ke sekuriti, lalu ke perawat untuk diantar

(12)

II. Pengertian

Pasien berhak mendapatkan privasi dan kerahasiaan penyakit yang diderita termasuk data-data medisnya. Hak pasien dalam hal privasi meliputi :

1. Privasi identitas pasien 2. Privasi di ruang perawatan 3. Privasi di ruang pemeriksaan 4. Privasi saat dilakukan tindakan 5. Privasi saat transportasi 6. Privasi saat di kamar operasi

7. Privasi rekam medik

8. Privasi saat akan mengakhiri kehidupan

III. Tujuan

Memberikan jaminan kerahasiaan dan privasi pasien dan memberikan penghargaan atas privasi pasien meningkatkan kepercayaan dan kenyamanan pasien dengan memastikan bahwa sistem pelayanan kesehatan cukup adil dan responsif dalam memberikan kebutuhan dan hak pelanggan.

IV. Tatalaksana

1. Standar menjaga privasi identitas pasien :

a. Menjaga identitas pasien/informasi tentang kesehatan atau kondisi pasien agar tidak dapat dilihat/terbaca oleh khalayak umum.

b. Identitas pasien tidak dicantumkan di depan kamar pasien atau nurse station.

c. Menggunakan simbol atau istilah yang hanya diketahui oleh petugas RS Royal Progress

2. Standar privasi di ruang perawatan :

a. Untuk kamar perawatan yang memuat lebih dari satu orang di setiap tempat tidur pasien agar dipasang gorden/sampiran.

b. Memastikan pintu /gorden dalam posisi tertutup.

c. Memastikan pasien perempuan terpisah dengan pasien laki-laki, apabila dalam kondisi darurat dimana pasien laki-laki bercampur dengan pasien perempuan oleh adanya kebijakan tidak boleh menolak pasien maka harus sepengetahuan dan persetujuan dari pasien dan keluarga.

d. Peliputan yang dilakukan oleh media massa baik berupa wawancara atau pengambilan gambar harus mendapat ijin dari Manajemen, dokter dan perawat yang merawat pasien dan pasien serta keluarganya.

(13)

3. Menjaga privasi di ruang pemeriksaan : a. Menempatkan pasien di ruang pemeriksaan b. Menutup gorden saat melakukan pemeriksaan c. Memasang selimut saat melakukan pemeriksaan

d. Memberitahukan pasien/keluarga akan dilakukan pemeriksaan dan seijin pasien e. Menutup pintu/gorden kamar periksa pada saat pemeriksaan

4. Menjaga privasi saat melakukan tindakan : a. Membuka bagian yang akan diintervensi

b. Memberikan pakaian khusus pada pasien bila diperlukan

c. Menutup pintu/gorden dan meminta keluarga pasien menunggu di luar ruangan / memberikan ijin untuk menunggu kepada keluarga yang mempunyai keterkaitan /kepentingan dengan kondisi pasien bila diperlukan.

5. Standar menjaga privasi saat melakukan transportasi: a. Menutup tubuh pasien dengan selimut.

b. Memastikan bahwa semua bagian tubuh pasien tertutup kecuali muka pasien. c. Menaikkan pengaman tempat tidur pasien.

d. Bila pasien pakai kursi roda, pastikan bagian bawah tubuh pasien tertutup selimut

6. Standar menjaga privasi di kamar operasi : a. Membuka bagian/area yang akan dioperasi.

b. Tidak membicarakan privasi pasien walaupun pasien sudah dianestesi.

c. Jangan tertawa/menertawakan keadaan pasien walaupun pasien dalam kondisi dterbius/ pengaruh obat anestesi.

d. Menutup kembali tubuh pasien saat selesai operasi.

7. Standar menjaga privasi rekam medis pasien:

a. Memastikan penempatan rekam medis pasien di tempat yang aman.

b. Permintaan rekam medis pasien hanya bisa diberikan untuk kepentingan pengobatan pasien dan untuk kepentingan lain harus sesuai aturan dan pinjaman menggunakan bon peminjaman

c. Rekam medis tidak boleh digandakan/difotocopi atau difoto.

d. Semua rekam medis pasien pulang harus dikembalikan di Rekam Medis dalam waktu 24 jam.

(14)

8. Standar menjaga privasi pasien yang akan mengakhiri kehidupan : a. Keluarga pasien diinformasikan kondisi pasien

b. Bila pasien dirawat di bangsal perawatan maka pasien dipindahkan di tempat khusus dengan menutup gorden sehingga terpisah dari pandangan pasien lainnya.

c. Mengurangi kegiatan di kamar tersebut atau meminimalkan kebisingan. d. Menfasilitasi bila keluarga pasien membutuhkan pendampingan rohaniawan

e. Segera hubungi kamar jenazah untuk memindahkan jenazah dari ruang perawatan ke kamar jenazah.

V. Bukti Dokumen

1. Panduan Penjelasan Informasi Hak Pasien dan Keluarga didokumentasikan dalam RM pasien

C. PERLINDUNGAN HARTA BENDA MILIK PASIEN I. Latar Belakang

Seringkali terjadi banyak kasus atau peristiwa secara mendadak atau tiba – tiba misalnya kecelakaan, pingsan, bencana alam yang mengakibatkan timbulnya korban. Hal ini dapat mengakibatkan suatu kondisi yang cukup berbeda yakni kepanikan, kacau, kecurigaan. Baik korban yang mengalami maupun orang yang melihat atau menolong. Kadang kala sering juga dalam kesempatan tersebut kewaspadaan kurang akibat situasi yang tidak menentu. Sehingga dapat berakibat adanya kehilangan barang atau benda terutama dari korban yang mengalami bencana.

Negara Indonesia mempunyai landasan hukum yang cukup kuat untuk dapat melindungi hak pribadi seseorang untuk mendapatkan perlindungan yang layak tanpa terkecuali baik untuk diri pribadai maupun barang atau benda yang dimilikinya. Sehingga setiap orang yang berada di tempat manapun tidak merasa terancam baik secara fisik ataupun non fisik akibat kehilangan barang atau benda.

II. Pengertian

Pengertian perlindungan adalah proses menjaga atau perbuatan untuk melindungi. Harta benda adalah barang kekayaan.

III. Tujuan

1. Mendeskripsikan prosedur untuk memastikan tidak terjadinya adanya kehilangan harta benda pribadi pada pasien/pengunjung/karyawan selama berada di rumah sakit.

(15)

2. Mengurangi kejadian yang berhubungan dengan adanya kecurian dari pihak dalam atau luar pada pasien/pengunjung/karyawan.

IV. Ruang Lingkup

• Panduan ini diterapkan kepada semua pasien/pengunjung/karyawan selama berada dalam rumah sakit.

• Pelaksana panduan ini adalah semua karyawan yang bekerja di rumah sakit (medis ataupun non medis).

V. Prinsip

1. Semua pasien/pengunjung/karyawan yang berada dalam rumah sakit harus mendapat perlindungan harta benda pribadi dengan benar saat masuk rumah sakit dan selama berada dirumah sakit.

2. Setiap pasien/pengunjung/karyawan yang berada dalam rumah sakit harus berusaha menjaga harta benda pribadi.

3. Tujuan utama perlindungan harta benda adalah untuk menjaga keamanan yang memiliki harta benda tersebut.

4. Perlindungan harta benda digunakan pada proses pasien/pengunjung/karyawan masuk dalam rumah sakit atau selama berada dalam lingkungan rumah sakit.

VI. Kewajiban dan Tanggung Jawab 1. Seluruh Staf Rumah Sakit

a. Memahami dan menerapkan prosedur perlindungan harta benda pribadi milik pasien/pengunjung

b. Memastikan prosedur perlindungan harta benda pribadi milik pasien/pengunjung yang benar ketika pasien/pengunjung selama berada di rumah sakit

c. Melaporkan kejadian salah prosedur perlindungan harta benda milik pasien/pengunjung/karyawan

2. SDM yang bertugas Perawat :

a. Bertanggung jawab memberikan perlindungan harta benda pasien dan memastikan perlindungan tersebut tercatat di pada laporan di rawat inap

b. Memastikan harta benda tersimpan dengan baik. Jika terdapat kesalahan penyimpanan maka penyimpanan harus dipindah tempatnya

Petugas Keamanan/Security

a. Bertanggung jawab memberikan pengamanan harta benda pasien dan memastikan pengamanan tersebut tercatat di pada laporan

(16)

b. Memastikan harta benda tersimpan dengan baik. Jika terdapat kesalahan penyimpanan maka penyimpanan harus dipindah tempatnya

3. Kepala Instalasi / KepalaRuang

a. Memastikan seluruh staf di Instalasi memahami prosedur perlindungan harta benda pasien

b. Menyelidiki semua insiden salah perlindungan harta benda pasien dan memastikan terlaksananya suatu tindakan untuk mencegah terulangnya kembali kejadian tersebut. 4. Manajer

a. Memantau dan memastikan panduan perlindungan harata benda dikelola dengan baik oleh Kepala Instalasi

b. Menjaga standarisasi dalam menerapkan panduan perlindungan harta benda pasien/pengunjung/karyawan

VII. Tata Laksana Perlindungan Harta Benda I. Perlindungan

A.Perlindungan Pasien

Berlaku untuk pasien yang berada di rawat inap dimana dalam hal ini pasien mengenakan perhiasan atau barang berharga lainnya dan sedang dalam kondisi akan dilakukan tindakan pelayanan medis

1. Tata laksana perlindungan harta benda pasien

a. Semua pasien sebelum masuk rawat inap harus diinformasikan bahwa rumah sakit tidak bertanggung jawab jika ada harta benda yang hilang sebab pada saat akan masuk rawat inap sudah diinformasikan oleh Unit Admission

b. Pastikan bahwa pasien sudah menyetujui dan mengerti tentang informasi yang disampaikan tentang perlindungan harta benda

c. Pastikan pasien memberikan Surat Pernyataan bahwa bersedia tidak akan menuntut apapun pada pihak rumah sakit apabila terjadi kehilangan harta benda karena sudah diinformasikan bahwa rumah sakit tidak bertanggung atasa harta benda pribadi milik pasien

d. Pastikan adanya proses serah terima penyimpanan sementara untuk harta benda pribadi milik pasien apabila pada pasien tersebut tidak ada keluarga yang mendampingi dan akan dilakukan tindakan pelayanan kesehatan

e. Segera hubungi pihak keamanan untuk kasus kehilangan harta benda milik pasien jika ada peristiwa kehilangan

f. Jika perlu hubungi pihak yang berwajib untuk menangani kasus kehilangan harta benda milik pasien jika kasus tersebut berlanjut

(17)

2. Tindakan/prosedur yang membutuhkan perlindungan harta benda pasien

a. Berikut adalah beberapa prosedur yang membutuhkan perlindungan harta benda pasien :

• Pada saat pasien tidak ada keluarga yang mendampingi sedangkan pada pasien tersebut akan dilakukan tindakan pelayanan kesehatan

• Pada saat pasien mengalami hilang kesadaran/hilang ingatan

b. Para staf RS Royal Progress harus memberikan perlindungan harta benda pasien dengan benar dengan menanyakan kejelasan informasi yang disampaikan oleh Unit Admission untuk tidak meninggalkan harta benda khususnya yang berharga diluar pengamatan pasien, kemudian membandingkannya dengan adanya Surat Pernyataan yang tercantum di rekam medis. Jangan menyebutkan semua informasi tentang perlindungan dan meminta pasien untuk mengkonfirmasi dengan jawaban ya / tidak.

c. Jangan melakukan prosedur apapun jika pasien tidak mengetahui untuk menjaga harta bendanya sendiri. Informasi mengenai bahwa rumah sakit tidak bertanggung jawab atas barang benda milik pasien diinformasikan ulang oleh perawat yang bertugas menangani pasien secara personal sebelum pasien menjalani suatu prosedur.

d. Perlindungan harta benda sebaiknya mencakup 2 detail wajib, yaitu : • Didata semua harta benda pada saat pasien masuk

• Mendata semua pengunjung yang datang berkunjung di ruang perawatan tempat pasien dirawat.

B. Perlindungan Pengunjung

1. Tata laksana perlindungan harta benda pengunjung

a. Semua pengunjung harus diidentifikasi dengan benar sebelum masuk dalam lingkungan rumah sakit dengan menggunakan tanda pengenal yang masih berlaku (KTP, SIM, Paspor) dan harta benda apa saja yang dibawa.

b. Pastikan pada pengunjung agar menjaga harta benda yang dibawanya dan jelaskan bahwa tidak ada penitipan harta benda yang dibawanya.

c. Perlindungan harta benda harus diberikan pada semua pengunjung jika terjadi kecelakaan, bencana atau hilang kesadaran/ingatan pada diri pengunjung tersebut dan tidak ada pengecualian selama berada dalam lingkungan rumah sakit.

(18)

d. Jika terjadi kecelakaan/bencana atau hilang kesadaran/ingatan pada pengunjung secara tiba – tiba pastikan segera berikan perlindungan terhadap diri dan harta benda pengunjung, kemudian catat pada buku laporan dan laporkan pada pihak manajemen rumah sakit.

e. Pada situasi di mana tidak dapat diberikan perlindungan terhadap harta benda maka harta benda harus dipastikan dititipkan/ditinggal pada pihak keamanan dan kemudian dikoordinasikan pada pihak manajemen.

f. Harta benda pengunjung tidak boleh dititipkan kepada pihak rumah sakit walaupun bersifat sementara dan kondisi pengunjung masih memungkinkan untuk menjaga harta bendanya sendiri karena rumah sakit tidak bertanggung jawab perlindungan harta benda tersebut kecuali dalam kondisi tertentu. g. Pada saat menitipkan harta benda untuk sementara waktu jika pengunjung

dalam kondisi terluka atau hilang kesadaran/ingatan maka harus memberikan Surat Pernyataan Penitipan dengan disertai tanda pengenal (KTP/SIM/Paspor) yang masih berlaku dan dibubuhi oleh tanda tangan/cap jempol pengunjung. h. Tanda pengenal yang disertakan di pos keamanan sebaiknya mencakup 2 detail

wajib yang dapat mengidentifikasi pengunjung, yaitu: • Tanda pengenal masih berlaku

• Tanda pengenal harus asli/bukan fotocopy

i. Jelaskan prosedur perlindungan harta benda sementara dan tujuannya kepada pengunjung.

j. Periksa ulang 2 (dua) detail data di buku laporan sebelum memberikan perlindungan harta benda pada pengunjung.

k. Saat menanyakan identitas dan harta benda pengunjung, selalu gunakan pertanyaan terbuka, misalnya: ‘Siapa nama Anda?’ barang apa yang Anda titipkan ? (jangan menggunakan pertanyaan tertutup seperti ‘Apakah nama Anda Ibu Susi?’)

l. Jika pengunjung tidak mampu memberitahukan namanya (misalnya pada pengunjung tidak sadar, bayi, disfasia, gangguan jiwa), verifikasi harta benda pengunjung kepada keluarga / pengantarnya. Jika mungkin, tanda pengenal jangan dijadikan satu-satunya bentuk identifikasi pada saaat menitipkan harta benda. Tanya ulang nama dan alamat pengunjung, kemudian bandingkan jawaban pengunjung dengan data yang tertulis dibuku laporan.

m. Pengecekan buku laporan pengunjung dilakukan tiap kali pergantian jaga petugas keamanan.

(19)

n. Unit yang memberikan perlindungan pada harta benda pengunjung harus menanyakan ulang identitas pengunjung dan membandingkan data yang diperoleh dari laporan verifikasi pihak keamanan.

o. Pada kasus pengunjung yang tidak mau diberikan perlindungan harta benda: Hal ini dapat dikarenakan berbagai macam sebab, seperti:

Menolak diberikan perlindungan harta benda Tidak ada kepercayaan dari pengunjung

• Proses perlindungan harta benda harus diinformasikan akan risiko yang dapat terjadi jika tidak dilakukan. Alasan pengunjung harus dicatat pada buku laporan petugas keamanan.

• Jika pengunjung menolak untuk diberikan perlindungan harta bendanya, petugas harus lebih waspada dan mencari cara lain untuk memberikan perlindungan pada harta benda pengunjung dengan benar sebelum dilakukan tindakan pelayanan kesehatan

2. Tindakan/ prosedur yang membutuhkan perlindungan harta benda

a. Berikut adalah beberapa prosedur yang membutuhkan perlindungan harta benda pengunjung :

o Pada saat terjadi bencana (kebakaran, gempa) • Pada saat evakuasi karena terjadinya bencana • Pada saat terjadi kasus pencurian

• Pada saat pengunjung hilang kesadaran/ingatan

b. Para staf RS Royal Progress harus mengkonfirmasi pengunjung dalam perlindungan harta benda dengan benar dengan menanyakan nama dan harta benda yang akan dilindungi, kemudian membandingkannya dengan data berdasarkan informasi yang didapat dari laporan petugas keamanan. Jangan menyebutkan nama dan harta benda yang dilindungi dan meminta pengunjung untuk mengkonfirmasi dengan jawaban ya / tidak.

c. Jangan melakukan prosedur apapun jika pengunjung tidak mau diberikan perlindungan pada harta benda yang dibawanya. Perlindungan harta benda harus di pastikan diberlakukan ulang oleh petugas keamanan yang bertugas menangani pengunjung secara personal pada saat pengunjung datang.

(20)

C. Perlindungan Karyawan

1. Tatalaksana perlindungan harta benda karyawan

a. Semua karyawan harus bertanggung jawab sendiri atas harta benda yang dibawanya.

b. Pastikan pada karyawan agar menjaga harta benda yang dibawanya dan jelaskan bahwa tidak ada penitipan harta benda yang dibawanya.

c. Perlindungan harta benda harus diberikan pada semua karyawan jika terjadi kecelakaan, bencana atau hilang kesadaran/ingatan pada diri karyawan tersebut dan tidak ada pengecualian selama berada dalam lingkungan rumah sakit. d. Jika terjadi kecelakaan/bencana atau hilang kesadaran/ingatan pada karyawan

secara tiba – tiba pastikan segera berikan perlindungan terhadap diri dan harta benda karyawan, kemudian catat pada buku laporan dan laporkan pada pihak manajemen rumah sakit.

e. Pada situasi di mana tidak dapat diberikan perlindungan terhadap harta benda maka harus dipastikan harat benda dititipkan/ditinggal pada pihak keamanan dan kemudian dikoordinasikan pada pihak manajemen.

f. Harta benda karyawan tidak boleh dititipkan kepada pihak rumah sakit walaupun bersifat sementara dan kondisi pengunjung masih memungkinkan untuk menjaga harta bendanya sendiri karena rumah sakit tidak bertanggung jawab perlindungan harta benda tersebut kecuali dalam kondisi tertentu. g. Pada saat menitipkan harta benda untuk sementara waktu jika karyawan dalam

kondisi terluka atau hilang kesadaran/ingatan maka harus memberikan Surat Pernyataan Penitipan dengan disertai tanda pengenal (KTP/SIM/Paspor) yang masih berlaku dan dibubuhi oleh tanda tangan/cap jempol karyawan.

h. Tanda pengenal yang disertakan di pos keamanan sebaiknya mencakup 2 detail wajib yang dapat mengidentifikasi pengunjung, yaitu:

• Tanda pengenal masih berlaku

• Tanda pengenal harus asli/bukan fotocopy

i. Jelaskan prosedur perlindungan harta benda sementara dan tujuannya kepada karyawan

j. Periksa ulang 2 (dua) detail data di buku laporan sebelum memberikan perlindungan harta benda pada karyawan

k. Saat menanyakan identitas dan harta benda karyawan, selalu gunakan pertanyaan terbuka, misalnya: ‘Siapa nama Anda?’ barang apa yang Anda titipkan ? (jangan menggunakan pertanyaan tertutup seperti ‘Apakah nama Anda Ibu Susi?’)

(21)

l. Jika karyawan tidak mampu memberitahukan namanya (misalnya pada karyawan tidak sadar, disfasia, gangguan jiwa), verifikasi harta benda karyawan kepada teman sejawat/unit kerjanya. Jika mungkin, tanda pengenal jangan dijadikan satu-satunya bentuk identifikasi pada saat menitipkan harta benda. Tanya ulang nama dan alamat pengunjung, kemudian bandingkan jawaban karyawan dengan data yang tertulis dibuku laporan

m. Pengecekan buku laporan dilakukan tiap kali pergantian jaga petugas keamanan n. Unit yang memberikan perlindungan pada harta benda karyawan harus

menanyakan ulang identitas karyawan dan membandingkan data yang diperoleh dari laporan verifikasi pihak keamanan

o. Pada kasus karyawan yang tidak mau diberikan perlindungan harta benda: • Hal ini dapat dikarenakan berbagai macam sebab, seperti:

Menolak diberikan perlindungan harta benda Tidak ada kepercayaan dari karyawan

• Proses perlindungan harta benda harus diinformasikan akan risiko yang dapat terjadi jika tidak dilakukan. Alasan karyawan harus dicatat pada buku laporan petugas keamanan.

• Jika karyawan menolak untuk diberikan perlindungan harta bendanya, petugas harus lebih waspada dan mencari cara lain untuk memberikan perlindungan pada harta benda pengunjung dengan benar sebelum dilakukan tindakan pelayanan kesehatan

2. Tindakan/ prosedur yang membutuhkan perlindungan harta benda

a. Berikut adalah beberapa prosedur yang membutuhkan perlindungan harta benda karyawan :

Pada saat terjadi bencana (kebakaran, gempa) Pada saat evakuasi karena terjadinya bencana Pada saat terjadi kasus pencurian

Pada saat karyawan hilang kesadaran/ingatan

b. Para staf RS Royal Progress harus mengkonfirmasi karyawan dalam perlindungan harta benda dengan benar dengan menanyakan nama dan harta benda yang akan dilindungi, kemudian membandingkannya dengan data berdasarkan informasi yang didapat dari laporan petugas keamanan. Jangan menyebutkan nama dan harta benda yang dilindungi dan meminta karyawan untuk mengkonfirmasi dengan jawaban ya / tidak.

(22)

c. Jangan melakukan prosedur apapun jika pengunjung tidak mau diberikan perlindungan pada harta benda yang dibawanya. Perlindungan harta benda harus di pastikan diberlakukan ulang oleh petugas keamanan yang bertugas menangani pengunjung secara personal pada saat pengunjung datang.

II. Tata Cara Perlindungan Jenis Perlindungan

Perlindungan yang tersedia di RS Royal Progress adalah sebagai berikut : 1. Perlindungan harta benda pasien

2. Perlindungan harta benda pengunjung 3. Perlindungan harta benda karyawan Menitipkan Harta Benda

Proses perlindungan harta benda yang tersedia di RS Royal Progress adalah sebagai berikut :

Pasien

Proses perlindungan harta benda dilaksanakan jika pasien dalam kondisi akan ada tindakan pelayanan kesehatan dan tidak ada keluarga yang mendampingi atau dalam kondisi hilang kesadaran.

Pengunjung

Proses perlindungan harta benda dilaksanakan jika pengunjung menjadi korban kecelakaan/hilang kesadaran secara tiba-tiba dan tidak ada keluarga yang mendampingi. Karyawan

Proses perlindungan harta benda dilaksanakan jika karyawan menjadi korban kecelakaan/hilang kesadaran secara tiba-tiba dan tidak ada keluarga yang mendampingi.

III. Pelaporan Insiden/Kejadian Kesalahan Perlindungan Harta Benda Pasien

1. Contoh kesalahan yang dapat terjadi adalah:

a. Misidentifikasi data / pencatatan di buku laporan b. Tidak adanya tanda pada harta benda yang dilindungi c. Misidentifikasi laporan investigasi

d. Registrasi ganda saat mendata harta benda yang dilindungi

e. Kesalahan penulisan tanda untuk harat benda yang mendapat perlindungan di buku laporan

2. Beberapa penyebab umum terjadinya misidentifikasi adalah: a. Kesalahan pada administrasi / tata usaha

(23)

• Salah memberikan tanda pada harta benda pasien • Kesalahan mengisi buku laporan

• Penulisan data berdasar tanda pengenal yang salah

• Pencatatan yang tidak benar / tidak lengkap / tidak terbaca b. Kegagalan verifikasi

• Tidak adekuatnya / tidak adanya protokol verifikasi • Tidak mematuhi protokol verifikasi

c. Kesulitan komunikasi

• Hambatan akibat keterbatasan fisik, kondisi, atau keterbatasan bahasa pasien • Kegagalan untuk pembacaan kembali

• Kurangnya kultur / budaya organisasi

d. Jika terjadi insiden akibat kesalahan pendataan harta benda pasien pastikan keamanan dan keselamatan pasien

Pengunjung

1. Contoh kesalahan yang dapat terjadi adalah:

a. Kesalahan penulisan tanda pengenal yang masih berlaku di buku laporan b. Tidak adanya tanda pada harta benda yang dilindungi

c. Registrasi ganda saat mendata harta benda yang dilindungi 2. Beberapa penyebab umum terjadinya misidentifikasi adalah:

a. Kesalahan pada administrasi / tata usaha

• Salah memberikan tanda pada harta benda pengunjung • Kesalahan mengisi buku laporan

• Penulisan data berdasar tanda pengenal yang salah

• Pencatatan yang tidak benar / tidak lengkap / tidak terbaca b. Kegagalan verifikasi

• Tidak adekuatnya / tidak adanya protokol verifikasi • Tidak mematuhi protokol verifikasi

c. Kesulitan komunikasi

• Hambatan akibat keterbatasan fisik, kondisi, atau keterbatasan bahasa pengunjung

• Kegagalan untuk pembacaan kembali • Kurangnya kultur / budaya organisasi

d. Jika terjadi insiden akibat kesalahan pendataan harta benda pengunjung pastikan keamanan dan keselamatan karyawan

(24)

• Salah memberikan tanda pada harta benda pengunjung • Kesalahan mengisi buku laporan

• Penulisan data berdasar harta benda yang dititipkan salah • Pencatatan yang tidak benar / tidak lengkap / tidak terbaca e. Kegagalan verifikasi

• Tidak adekuatnya / tidak adanya protokol verifikasi • Tidak mematuhi protokol verifikasi

f. Kesulitan komunikasi

• Hambatan akibat keterbatasan fisik, kondisi, atau keterbatasan bahasa pengunjung

• Kegagalan untuk pembacaan kembali • Kurangnya kultur / budaya organisasi

g. Jika terjadi insiden akibat kesalahan pendataan harta benda pengunjung pastikan keamanan dan keselamatan pengunjung

Karyawan

1. Contoh kesalahan yang dapat terjadi adalah:

a. Kesalahan penulisan pada tanda pengenal karyawan b. Tidak adanya tanda pada harta benda yang dilindungi c. Registrasi ganda saat mendata harta benda yang dilindungi 2. Beberapa penyebab umum terjadinya misidentifikasi adalah:

a. Kesalahan pada administrasi / tata usaha

• Salah memberikan tanda pada harta benda karyawan • Kesalahan mengisi buku laporan

• Penulisan data berdasar tanda pengenal yang salah

• Pencatatan yang tidak benar / tidak lengkap / tidak terbaca b. Kegagalan verifikasi

• Tidak adekuatnya / tidak adanya protokol verifikasi • Tidak mematuhi protokol verifikasi

c. Kesulitan komunikasi

• Hambatan akibat keterbatasan fisik, kondisi, atau keterbatasan bahasa karyawan

• Kegagalan untuk pembacaan kembali • Kurangnya kultur / budaya organisasi

(25)

d. Jika terjadi insiden akibat kesalahan pendataan harta benda karyawan pastikan keamanan dan keselamatan karyawan

• Salah memberikan tanda pada harta benda pasien • Kesalahan mengisi buku laporan

• Penulisan data berdasar harta benda yang dititipkan salah • Pencatatan yang tidak benar / tidak lengkap / tidak terbaca e. Kegagalan verifikasi

• Tidak adekuatnya / tidak adanya protokol verifikasi • Tidak mematuhi protokol verifikasi

f. Kesulitan komunikasi

• Hambatan akibat keterbatasan fisik, kondisi, atau keterbatasan bahasa karyawan

• Kegagalan untuk pembacaan kembali • Kurangnya kultur / budaya organisasi

g. Jika terjadi insiden akibat kesalahan pendataan harta benda karyawan pastikan keamanan dan keselamatan karyawan

IV. Revisi Dan Audit Pasien

1. Kebijakan ini akan dikaji ulang dalam kurun waktu 2 tahun

2. Rencana audit akan disusun dengan bantuan HRD serta akan dilaksanakan dalam waktu 6 bulan setelah implementasi kebijakan. Audit ini meliputi:

a. Jumlah persentase pasien yang membutuhkan perlindungan pada harta benda b. Akurasi dan reliabilitas informasi yang terdapat di buku laporan

c. Alasan mengapa pasien tidak menggunakan tanda identitas untuk perlindungan khusus

3. Setiap pelaporan insiden yang berhubungan dengan visitor akan dipantau dan ditindaklanjuti saat dilakukan revisi kebijakan.

Pengunjung

1. Kebijakan ini akan dikaji ulang dalam kurun waktu 2 tahun

2. Rencana audit akan disusun dengan bantuan panita kesehatan keselamatan kerja serta akan dilaksanakan dalam waktu 6 bulan setelah implementasi kebijakan. Audit ini meliputi :

a. Jumlah persentase pengunjung yang menggunakan tanda visitor b. Akurasi dan reliabilitas informasi yang terdapat di buku laporan

(26)

c. Alasan mengapa pengunjung tidak menggunakan tanda visitor

3. Setiap pelaporan insiden yang berhubungan dengan visitor akan dipantau dan ditindaklanjuti saat dilakukan revisi kebijakan.

Karyawan

1. Kebijakan ini akan dikaji ulang dalam kurun waktu 2 tahun

2. 2. Rencana audit akan disusun oleh Unit HRD serta akan dilaksanakan dalam waktu 6 bulan setelah implementasi kebijakan. Audit ini meliputi:

a. Jumlah persentase karyawan yang menggunakan tanda pengenal b. Akurasi dan reliabilitas informasi yang terdapat di buku laporan c. Alasan mengapa karyawan tidak menggunakan tanda pengenal

3. Setiap pelaporan insiden yang berhubungan dengan karyawan akan dipantau dan ditindaklanjuti saat dilakukan revisi kebijakan.

D. PERLINDUNGAN TERHADAP KEKERASAN FISIK I. Latar Belakang

Seringkali terjadi banyak kasus atau peristiwa yang tidak terekspos atau diketahui oleh kalayak ramai salah satunya yaitu Kekerasan Dalam Rumah Tangga, Kekerasan Pada Anak , adanya intervensi atau intimidasi dari pihak yang tidak dikenal. Hal ini bisa terjadi dikarenakan banyak orang yang menganggap suatu hal tabu atau memalukan jika menceritakan kejadian yang mengakibatkan adanya Kekerasan Dalam Rumah Tangga (KDRT), Kekerasan Pada Anak, intervensi dan intimidasi.

Efek dari adanya Kekerasan Dalam Rumah Tangga (KDRT), Kekerasan Pada Anak, intervensi dan intimidasi bisa berupa adanya kekerasan fisik, gangguan psikologi (rasa cemas, rasa takut) bahkan bisa sampai membuat seseorang merasa terancam dan berhalusinasi.

Negara Indonesia mempunyai landasan hukum yang cukup kuat untuk dapat melindungi hak pribadi seseorang untuk mendapatkan perlindungan yang layak tanpa terkecuali. Sehingga setiap orang yang berada di tempat manapun tidak merasa terancam baik secara fisik ataupun non fisik

II. Pengertian

• Pengertian perlindungan adalah proses menjaga atau perbuatan untuk melindungi.

• Kekerasan Fisik pada pasien/pengunjung/karyawan adalah tindakan fisik yang dilakukan terhadap orang lain atau kelompok yang mengakibatkan luka fisik, seksual dan psikologi.

(27)

III. Tujuan

1. Mendeskripsikan prosedur untuk memastikan tidak terjadinya adanya kekerasan fisik pada pasien/pengunjung/karyawan selama berada di rumah sakit.

2. Mengurangi kejadian yang berhubungan dengan adanya serangan dari pihak luar pada pasien/pengunjung/karyawan. Serangan ini dapat berupa: Tindakan itu antara lain berupa memukul, menendang, menampar, menikam, menembak, mendorong (paksa), menjepit Mengurangi kejadian cidera pada pasien/pengunjung/karyawan selama berada dalam rumah sakit

IV. Ruang Lingkup

1. Panduan ini diterapkan kepada semua pasien/pengunjung/karyawan selama berada dalam rumah sakit.

2. Pelaksana panduan ini adalah semua karyawan yang bekerja di rumah sakit (medis ataupun non medis).

V. Prinsip

1. Semua pasien/pengunjung/karyawan yang berada dalam rumah sakit harus diidentifikasi dengan benar saat masuk rumah sakit dan selama berada dirumah sakit.

2. Setiap pasien/pengunjung/karyawan yang berada dalam rumah sakit harus menggunakan tanda pengenal berupa tanda identitas pasien, kartu visitor/pengunjung atau kartu pengenal karyawan.

3. Tujuan utama tanda identifikasi ini adalah untuk mengidentifikasi pemakainya.

4. Tanda identitas pasien, kartu visitor/pengunjung, atau kartu pengenal karyawan ini digunakan pada proses untuk adanya pasien/pengunjung/karyawan masuk dalam rumah sakit.

VI. Kewajiban dan Tanggung Jawab 1. Seluruh Staf Rumah Sakit

a. Memahami dan menerapkan prosedur identifikasi pasien/pengunjung/karyawan b. Memastikan identifikasi pasien/pengunjung yang benar ketika pasien/pengunjung

selama berada di rumah sakit

c. Melaporkan kejadian salah identifikasi pasien/pengunjung/karyawan; termasuk hilangnya tanda pengenal/tanda visitor/kartu pengenal.

(28)

2. SDM yang bertugas Perawat :

a. Bertanggung jawab memberikan tanda identitas pasien dan memastikan kebenaran data yang tercatat di tanda pengenal.

b. Memastikan tanda identitas terpasang dengan baik. Jika terdapat kesalahan data, tanda identitas harus diganti, dan bebas coretan.

Petugas Keamanan/Security

a. Bertanggung jawab memberikan tanda visitor pengunjung dan memastikan adanya pencatatan data berdasarkan tanda pengenal yang masih berlaku (KTP, SIM, Paspor) yang tercatat pada buku tamu.

b. Memastikan tanda visitor pengunjung terpasang dengan baik (tidak rusak dan bebas coretan). Jika rusak maka harus segera diganti.

HRD

a. Bertanggung jawab memberikan kartu pengenal karyawan dan memastikan adanya pencatatan data berdasarkan CV yang ada dalam file karyawan (hasil rekruitment). b. Memastikan kartu pengenal karyawan terpasang dengan baik (tidak rusak dan bebas

coretan). Jika rusak maka harus segera diganti. Kepala Instalasi / KepalaRuang

a. Memastikan seluruh staf di Instalasi memahami prosedur identifikasi pasien/pengunjung/karyawan dan memastikan kebenaran data yang tercatat di tanda pengenal/buku laporan keamanan/data karyawan di HRD,

b. Menyelidiki semua insiden salah identifikasi pasien/pengunjung/karyawan dan memastikan terlaksananya suatu tindakan untuk mencegah terulangnya kembali kejadian tersebut.

Manajer

a. Memantau dan memastikan panduan identitas pasien/pengunjung/karyawan dikelola dengan baik oleh Kepala Instalasi.

b. Menjaga standarisasi dalam menerapkan panduan identitas pasien/pengunjung/karyawan.

VII.Tata Laksana Identifikasi A. Identitas Pasien

Berlaku untuk pasien yang merupakan korban Kekerasan Dalam Rumah Tangga (KDRT), Kekerasan Pada Anak, mendapat Intimidasi/Intervensi dari pihak tidak dikenal.

(29)

a. Semua pasien yang merupakan korban Kekerasan Dalam Rumah Tangga (KDRT), Kekerasan Pada Anak, mendapat Intimidasi/intervensi dari pihak tidak dikenal harus diidentifikasi dengan benar sebelum masuk dalam lingkungan rumah sakit dengan menggunakan tanda identitas pasien.

b. Pastikan bahwa pasien harus memang terlindungi dari semua ancaman baik berupa fisik ataupun melalui alat komunikasi.

c. Pastikan pasien memberikan Surat Pernyataan Perlindungan bahwa tidak akan bertemu dengan siapapun kecuali dengan persetujuan pasien.

d. Pastikan pengamanan secara ketat pada pasien selama pasien mendapatkan perawatan.

Jika perlu hubungi pihak berwajib untuk kasus Kekerasan Dalam Rumah Tangga (KDRT), Kekerasan Pada Anak , intervensi/intimidasi jika kasus tersebut berlanjut. e. Tanda identitas hanya boleh dilepas saat pasien keluar/pulang dari lingkungan

rumah sakit.

2. Tindakan/ prosedur yang membutuhkan identifikasi

a. Berikut adalah beberapa prosedur yang membutuhkan identifikasi pengunjung : • Pada saat terjadi serangan secara fisik

• Pada saat terjadi intervensi/intimidasi via telepon

b. Para staf RS Royal Progress harus mengkonfirmasi identitas pasien korban Kekerasan Dalam Rumah Tangga (KDRT), Kekerasan pada Anak dengan benar dengan menanyakan nama dan tanggal lahir pasien, kemudian membandingkannya dengan yang tercantum di rekam medis dan gelang pengenal. Jangan menyebutkan nama, tanggal lahir, dan alamat pasien dan meminta pasien untuk mengkonfirmasi dengan jawaban ya / tidak.

c. Jangan melakukan prosedur apapun jika pasien tidak memakai tanda identitas pasien. Tanda Identitas harus dipakaikan ulang oleh perawat yang bertugas menangani pasien secara personal sebelum pasien menjalani suatu prosedur. c. Tanda identitas pasien sebaiknya mencakup 3 detail wajib, yaitu :

(1) Berwarna sesuai dengan aturan WHO

(2) Warna abu – abu untuk tindakan kekerasan pada orang dewasa (3) Warna pink untuk tindakan kekerasan pada anak

d. Mudah dikenali namun tidak mencolok dengan berupa tanda pita/pakaian berwana khusus

(30)

B. Identitas Pengunjung

1. Tatalaksana Identifikasi Pengunjung

b. Semua pengunjung harus diidentifikasi dengan benar sebelum masuk dalam lingkungan rumah sakit dengan menggunakan tanda pengenal yang masih berlaku (KTP, SIM, Paspor).

c. Pastikan pemakaian tanda visitor pada pengunjung di daerah dada (tempat yang mudah terlihat), jelaskan dan pastikan tanda visitor terpasang dengan baik dan nyaman untuk pengunjung.

d. Tanda visitor harus diberikan pada semua pengunjung tidak ada pengecualian dan harus dipakai selama berada dalam lingkungan rumah sakit.

e. Jika tidak dapat diberikan pada pengunjung karena merupakan tamu penting (sudah ada janji dengan pihak manajemen) maka pastikan pengunjung tersebut dikenali oleh pihak manajemen sebelum bertemu dengan pihak manajemen rumah sakit.

Pada situasi di mana tidak dapat diberikan tanda visitor maka tanda pengenal yang masih berlaku (KTP/SIM/Paspor) harus dipastikan dititipkan/ditinggal pada pihak keamanan.

f. Tanda visitor hanya boleh dilepas saat pengunjung keluar/pulang dari lingkungan rumah sakit. Tanda visitor tersebut hanya boleh dilepas di depan dan dikembalikan pada pihak keamanan dengan menukar tanda pengenal yang masih berlaku (KTP/SIM/Paspor) yang sudah dititipkan/ditinggalkan pada saat akan memasuki dalam lingkungan rumah sakit.

g. Tanda visitor sebaiknya mencakup 2 detail wajib yang dapat mengidentifikasi pengunjung, yaitu:

(1) Berwarna terang,mudah dikenali

(2) Tercantum nomor kedatangan/kunjungan

h. Pada saat meninggalkan tanda pengenal (KTP/SIM/Paspor) di pos keamanan sebaiknya mencakup 2 detail wajib yang dapat mengidentifikasi pengunjung, yaitu:

(1) Tanda pengenal masih berlaku

(2) Tanda pengenal harus asli/bukan fotocopy

i. Pada saat mendata pengunjung di pos keamanan sebaiknya mencakup 3 detail wajib yang dapat mengidentifikasi pengunjung, yaitu :

(1) Nama pengunjung harus ditulis sesuai dengan tanda pengenal/tidak boleh disingkat/nama nama panggilan (minimal dua suku kata)

(31)

(3) Nomor telepon pengunjung harus ditulis yang digunakan saat ini/masih berfungsi

j. Jangan pernah mencoret dan merobek tanda visitor.

k. Jika tanda visitor rusak dan tidak dapat dipakai, segera berikan tanda visitor yang baru.

l. Jelaskan prosedur tanda visitor dan tujuannya kepada pengunjung.

m. Periksa ulang 2 (dua) detail data di buku laporan sebelum pengunjung menerima tanda visitor.

n. Saat menanyakan identitas pengunjung, selalu gunakan pertanyaan terbuka, misalnya: ‘Siapa nama Anda?’ (jangan menggunakan pertanyaan tertutup seperti ‘Apakah nama anda Ibu Susi?’)

o. Jika pengunjung tidak mampu memberitahukan namanya (misalnya pada pengunjung tidak sadar, bayi, disfasia, gangguan jiwa), verifikasi identitas pengunjung kepada keluarga / pengantarnya. Jika mungkin, tanda visitor jangan dijadikan satu-satunya bentuk identifikasi sebelum dilakukan suatu intervensi. Tanya ulang nama dan alamat pengunjung, kemudian bandingkan jawaban pengunjung dengan data yang tertulis dibuku laporan.

p. Semua pengunjung menggunakan hanya 1 tanda visitor.

q. Pengecekan buku laporan pengunjung dilakukan tiap kali pergantian jaga petugas keamanan.

r. Unit yang menerima pengunjung harus menanyakan ulang identitas pengunjung dan membandingkan data yang diperoleh dari laporan verivikasi pihak keamanan s. Pada kasus pengunjung yang tidak menggunakan tanda visitor:

• Hal ini dapat dikarenakan berbagai macam sebab, seperti: Menolak penggunaan tanda visitor

Pengunjung melepas tanda visitor Tanda visitor hilang

• Tanda visitor harus diinformasikan akan risiko yang dapat terjadi jika tanda visitor tidak dipakai. Alasan pasien harus dicatat pada buku laporan petugas keamanan.

• Jika pengunjung menolak menggunakan tanda visitor, petugas harus lebih waspada dan mencari cara lain untuk mengidentifikasi pengunjung dengan benar sebelum dilakukan pengunjung masuk dakam rumah sakit

2. Tindakan/ prosedur yang membutuhkan identifikasi

(32)

• Pada saat terjadi bencana (kebakaran, gempa) • Pada saat evakuasi karena terjadinya bencana • Pada saat terjadi kasus pencurian

b. Para staf RS Royal Progress harus mengkonfirmasi identifikasi pengunjung dengan benar dengan menanyakan nama dan keperluan kunjungan, kemudian membandingkannya dengan data berdasarkan informasi yang didapat dari laopran petugas keamanan. Jangan menyebutkan nama dan keperluan kunjungan dan meminta pengunjung untuk mengkonfirmasi dengan jawaban ya / tidak. c. Jangan melakukan prosedur apapun jika pengunjung tidak memakai tanda visitor.

Tanda visitor harus di pastikan diberikan ulang oleh petugas keamanan yang bertugas menangani pengunjung secara personal pada saat pengunjung datang. C. Identitas Karyawan

1. Tata laksana Identifikasi Karyawan

a. Semua karyawan harus diidentifikasi dengan benar sebelum masuk dalam lingkungan rumah sakit dengan melalui proses kelulusan masa percobaan. b. Pastikan pemakaian tanda pengenal pada karyawan di daerah dada (tempat yang

mudah terlihat), jelaskan dan pastikan tanda pengenal terpasang dengan baik dan nyaman untuk karyawan. Tanda pengenal harus diberikan pada semua pengunjung tidak ada pengecualian dan harus dipakai selama berada dalam lingkungan rumah sakit.

c. Tanda pengenal hanya boleh dilepas saat karyawan keluar/pulang dari lingkungan rumah atau dalam kondisi lepas dinas.

d. Tanda pengenal sebaiknya mencakup 3 detail wajib yang dapat mengidentifikasi karyawan, yaitu:

• Karyawan menggunakan baju sesuai Unit Kerjanya • Terdapat tulisan nama dan gelar karyawan tersebut • Terdapat Nomor Induk Karyawan (NIK)

• Terdapat Unit Kerja karyawan tersebut

e. Jangan pernah mencoret dan merobek tanda pengenal.

f. Jika tanda pengenal rusak dan tidak dapat dipakai, segera berikan tanda pengenal yang baru oleh Unit HRD.

g. Jelaskan prosedur tanda pengenal dan tujuannya kepada karyawan.

h. Periksa ulang 2 (dua) detail tanda pengenal sebelum karyawan menerima tanda pengenal.

(33)

j. Pada kasus karyawan yang tidak menggunakan tanda pengenal. • Hal ini dapat dikarenakan berbagai macam sebab, seperti:

Menolak penggunaan tanda pengenal Karyawan melepas tanda pengenal Tanda pengenal hilang

• Tanda pengenal harus diinformasikan akan risiko yang dapat terjadi jika tanda pengenal tidak dipakai. Alasan karyawan harus dicatat pada buku pelanggaran disiplin Unit HRD.

2. Tindakan/ prosedur yang membutuhkan tanda pengenal

a. Berikut adalah beberapa prosedur yang membutuhkan tanda pengenal : • Pemberian hak karyawan

• Pemberlakuan kewajiban karyawan

• Pada saat terjadi bencana (kebakaran, gempa) • Pada saat evakuasi karena terjadinya bencana • Pada saat terjadi kasus pencurian

b. Para staf RS Royal Progress harus mengkonfirmasi tanda pengenal dengan benar dengan menanyakan nama karyawan tersebut pada Unit HRD.

c. Jangan melakukan prosedur apapun jika karyawan tidak memakai tanda pengenal. Tanda pengenal harus di pastikan diberikan ulang oleh staf Unit HRD yang bertugas menangani karyawan pada saat karyawan tersebut mulai pertama kali bekerja di rumah sakit.

2. Tata Cara Identitas Jenis Identititas

Identitas yang tersedia di RS Royal Progress adalah sebagai berikut : a. Tanda identitas pasien

b. Tanda visitor/pengunjung c. Tanda pengenal karyawan Melepas Identitas

Pelepasan Identifikasi yang tersedia di RS Royal Progress adalah sebagai berikut : Pasien

Tanda pasien untuk perlindungan khusus dilaksanakan jika sudah ada perlindungan secara hukum yang jelas pada pasien pulang atau keluar rumah sakit oleh pihak berwajib.

(34)

Pengunjung

Tanda visitor hanya dilepas saat pengunjung pulang atau keluar dari rumah sakit. Karyawan

Tanda pengenal hanya dilepas saat karyawan pulang atau keluar dari rumah sakit setelah jam dinas.

3. Pelaporan Insiden/Kejadian Kesalahan Identitas Tata Cara Identitas Pasien

a. Contoh kesalahan yang dapat terjadi adalah:

• Misidentifikasi data / pencatatan di rekam medis

• Tidak adanya tanda sebagai pasien dengan perlindungan khusus • Misidentifikasi laporan investigasi

• Registrasi ganda saat masuk rumah sakit

• Kesalahan penulisan tanda pasien perlindungan khusus yang masih berlaku di buku laporan

b. Beberapa penyebab umum terjadinya misidentifikasi adalah: • Kesalahan pada administrasi / tata usaha

Salah memberikan tanda pasien untuk perlindungan khusus Kesalahan mengisi buku laporan

Penulisan data berdasar tanda pengenal yang salah Pencatatan yang tidak benar / tidak lengkap / tidak terbaca • Kegagalan verifikasi

Tidak adekuatnya / tidak adanya protokol verifikasi Tidak mematuhi protokol verifikasi

• Kesulitan komunikasi

Hambatan akibat keterbatasan fisik, kondisi, atau keterbatasan bahasa pengunjung

Kegagalan untuk pembacaan kembali Kurangnya kultur / budaya organisasi

c. Jika terjadi insiden akibat kesalahan identifikasi pengunjung pastikan keamanan dan keselamatan pengunjung

Tata Cara Identitas Pengunjung

a. Kesalahan yang dapat terjadi adalah:

• Kesalahan penulisan tanda pengenal yang masih berlaku di buku laporan • Tidak adanya tanda visitor pada pengunjung

(35)

• Registrasi ganda saat masuk rumah sakit

b. Beberapa penyebab umum terjadinya misidentifikasi adalah: • Kesalahan pada administrasi / tata usaha

Salah memberikan tanda visitor Kesalahan mengisi buku laporan

Penulisan data berdasar tanda pengenal yang salah

Pencatatan yang tidak benar / tidak lengkap / tidak terbaca • Kegagalan verifikasi

Tidak adekuatnya / tidak adanya protokol verifikasi Tidak mematuhi protokol verifikasi

• Kesulitan komunikasi

Hambatan akibat keterbatasan fisik, kondisi, atau keterbatasan bahasa pengunjung

Kegagalan untuk pembacaan kembali Kurangnya kultur / budaya organisasi

c. Jika terjadi insiden akibat kesalahan identifikasi pengunjung, pastikan keamanan dan keselamatan pengunjung.

Tata Cara Identitas Karyawan

a. Contoh kesalahan yang dapat terjadi adalah: • Misidentifikasi data / pencatatan di HRD • Tidak adanya tanda pengenal sebagai karyawan • Misidentifikasi laporan investigasi

• Registrasi ganda saat masuk rumah sakit

• Kesalahan penulisan tanda pengenal yang masih berlaku di buku laporan b. Beberapa penyebab umum terjadinya misidentifikasi adalah:

• Kesalahan pada administrasi / tata usaha • Salah memberikan tanda pengenal • Kesalahan mengisi buku laporan

• Penulisan data berdasar tanda pengenal yang salah • Pencatatan yang tidak benar / tidak lengkap / tidak terbaca

(36)

VIII. Revisi Dan Audit Pasien

1. Kebijakan ini akan dikaji ulang dalam kurun waktu 2 tahun

2. Rencana audit akan disusun dengan bantuan panitia pasien safety serta akan dilaksanakan dalam waktu 6 bulan setelah implementasi kebijakan. Audit ini meliputi:

a. Jumlah persentase pasien yang menggunakan tanda identitas untuk perlindungan khusus

b. Akurasi dan reliabilitas informasi yang terdapat di buku laporan

c. Alasan mengapa pasien tidak menggunakan tanda identitas untuk perlindungan khusus

3. Setiap pelaporan insiden yang berhubungan dengan visitor akan dipantau dan ditindaklanjuti saat dilakukan revisi kebijakan.

Pengunjung

1. Kebijakan ini akan dikaji ulang dalam kurun waktu 2 tahun

2. Rencana audit akan disusun dengan bantuan panitia kesehatan keselamatan kerja serta akan dilaksanakan dalam waktu 6 bulan setelah implementasi kebijakan. Audit ini meliputi: a. Jumlah persentase pengunjung yang menggunakan tanda visitor

b. Akurasi dan reliabilitas informasi yang terdapat di buku laporan c. Alasan mengapa pengunjung tidak menggunakan tanda visitor

3. Setiap pelaporan insiden yang berhubungan dengan visitor akan dipantau dan ditindaklanjuti saat dilakukan revisi kebijakan.

Karyawan

1. Kebijakan ini akan dikaji ulang dalam kurun waktu 2 tahun

2. Rencana audit akan disusun oleh Unit HRD serta akan dilaksanakan dalam waktu 6 bulan setelah implementasi kebijakan. Audit ini meliputi:

a. Jumlah persentase karyawan yang menggunakan tanda pengenal b. Akurasi dan reliabilitas informasi yang terdapat di buku laporan c. Alasan mengapa karyawan tidak menggunakan tanda pengenal

3. Setiap pelaporan insiden yang berhubungan dengan karyawan akan dipantau dan ditindaklanjuti saat dilakukan revisi kebijakan.

Referensi

Dokumen terkait

Untuk pengisian Untuk pengisian F SEL (Fungsi sel) F SEL (Fungsi sel) gunaka gunakan rumus n rumus pangka pangkat (^) t (^) sepert seperti =B26^5 ( i =B26^5 (  pengisian

Penelitian pengembangan ini bertujuan untuk mengetahui 1) Bagaimana kemampuan mahasiswa menulis bahasa Prancis dalam mata kuliah expression écrite sebelum dan

Şeyh Ebu Bekir Varrak : Birgün Hazreti Muhammed Tirmizi: "Seni biryere götürsem benimle gelir misin?"; "Ferman senindir" diye cevap verdi. Önüne düştü,

Indonesia, kenyataannya menunjukan bahwa asuhan spiritual (spiritual care) belum diberikan oleh perawat secara kompeten. Setidaknya fakta tersebut, didasarkan oleh beberapa

baik yang sengaja dibentuk maupun yang secara wajar telah tumbuh dan berkembang di dalam sejarah masyarakat yang bersangkutan atau dalam suatu masyarakat hukum adat

Tanaman yang sesuai dibudidayakan dengan cara vertikultur adalah jenis tanaman sayur-sayuran, tanaman hias, dan tanaman obat-obatan yang memiliki perakaran yang

Berdasarkan data pada Tabel 1 yang menunjukkan hasil analisis jalur dari pengaruh positif variabel Keputusan Pembelian terhadap Kepuasan Konsumen ditunjukkan

tersebut. Kondisi ini menggambarkan bahwa siswa masih belum dapat menyelesaikan soal matematika dengan baik. Antusias belajar matematika siswa masih tergolong rendah,