BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Salah satu tanda kesehatan adalah adanya kemampuan seseorang melakukan aktivitas, seperti berdiri, berjalan, dan bekerja. Kemampuan aktivitas seseorang tidak terlepas dari keadekuatan sistem saraf dan muskuloskeletal.
ktivitas sebagai salah satu tanda bahwa seseorang itu dalam keadaan sehat. Seseorang dalam rentang sehat dilihat dari bagaimana kemampuannya dalam melakukan berbagai aktivitas. Kemampuan aktivitas seseorang itu tidak terlepas dari keadekuatan sistem persarafan dan muskuloskeletal.
Aktivitas sendiri sebagai suatu energi atau keadaan bergerak dimana manusia memerlukan hal tersebut agar dapat memenuhi kebutuhan hidupnya.
B. Rumusan Masalah
1. Jelaskan pengertian kebutuhan aktifitas ?
2. Apa saja sistem tubuh yang berperan dalam kebutuhan aktifitas ? 3. Jelaskan Kemampuan Mobilitas ?
4. Jelaskan Kemampuan Rentang Gerak ? 5. Jelaskan Kemampuan Kekuatan Otot ?
C. Tujuan Penulisan
Untuk mengetahui apa itu kebutuhan manusia dan untuk memenuhi tugas mata kuliah Sistem Endokrin.
A. Pengertian
Aktivitas adalah suatu energi atau keadaan bergerak dimana manusia memerlukan untuk dapat memenuhi kebutuhan hidup. Salah satu tanda kesehatan adalah adanya kemampuan seseorang melakukan aktivitas seperti berdiri, berjalan dan bekerja. Kemampuan aktivitas seseorang tidak terlepas dari keadekuatan system persarafan dan muskuloskeletel.
Kebutuhan aktivitas (pergerakan) merupakan satu kesatuan yang saling berhubungan dengan kebutuhan dasar dan tidur, dan saling mempengaruhi manusia yang lain seperti istirahat.
B. Sistem tubuh yang berperan dalam Kebutuhan Aktivitas
Ada pun sistem tubuh yang berperan dalam kebutuhan aktivitas:
1. Tulang
Merupakan organ yang memiliki berbagai fungsi, diantaranya :
a. Mekanis :
- Membentuk rangka
- Tempat melekatnya berbagai otot.
b. Tempat penyimpanan mineral (Kalsium dan Fosfor).
c. Tempat sumsum tulang sebagai pembentuk sel darah.
d. Pelindung organ-organ dalam.
Jenis tulang :
a. Pipih ( kepala dan pelvis).
b. Kuboid (Vertebra dan tarsal).
c. Panjang (Femur dan Tibia).
2. Otot dan tendon
b. Tendon adalah suatu jaringan ikat yang melekat pada tulang, origo adalah tempat asal tendon dan insersio adalah arah tendon.
c. Terputusnya tendon akan membuat kontraksi otot tidak akan dapat menggerakkan tulang
3. Ligamen
Merupakan bagian yang menghubungkan tulang dengan tulang.
4. Sistem Syaraf
a. Terdiri dari sistem syaraf pusat (otak dan medula spinalis) dan syaraf tepi (perifer).
b. Setiap syaraf memiliki bagian somatis dan otonom.
c. Bagian Somatis memiliki fungsi sensorik dan motorik
5. Sendi
Merupakan tempat bertemunya dua ujung tulang atau lebih.Sendi membuat segmentasi darikerangka tubuh dan memungkinkan gerakan antar segmen dan bebagai pertumbuhan tulang.
C. Kemampuan Mobilitas
Mobilitas merupakan kemampuan individu untuk bergerak secara bebas, mudah, teratur dengan tujuan memenuhi kebutuhan aktifitas guna mempertahankan kesehatannya.
Pengkajian kemampuan mobilitas dilakukan dengan tujuan untuk menilai kemampuan gerak ke posisi miring, duduk, berdiri, bangun, dan berpindah tanpa bantuan.
Jenis mobilitas :
1. Mobilitas penuh
Kemampuan seseorang untuk bergerak secara penuh dan bebas sehingga dapat melakukan ineraksi sosial dan menjalankan peran sehari-hari.
Kemampuan seseorang untuk bergerak dengan batasan jelas dan tidak mampu bergerak secara bebas karena dipengaruhi oleh ganguan syaraf motorik dan sensorik.
a. Mobilitas sebagian temporer
Mobilitas Sebagian Temporer merupakan kemampuan seseorang untuk bergerak dengan batasan yang sifatnya sementara. Kemungkinan disebabkan oleh trauma pada muskuloskeletal, Contoh: adanya dislokasi sendi dan tulang.
b. Mobilitas sebagian permanen
Mobilitas Sebagian Permanen merupakan kemampuan seseorang untuk bergerak dengan batasan yang sifatnya menetap. Hal tersebut disebabkan rusaknya sistem syaraf yang reversibel, contoh: hemiplegia akibat stroke, paraplegi karena cedera tulang belakang.
Faktor yang mempengaruhi mobilitas :
1. Gaya hidup, Perubahan gaya hidup dapat mempengaruhi kemampuan mobilitas seseorang karena gaya hidup berdampak pada perilaku atau kebiasaan sehari-hari.
2. Proses penyakit, dapat mempengaruhi kemampuan mobilitas karena dapat mempengaruhi fungsi sistem tubuh. Sebagai contoh, orang yang menderita fraktur femur akan mengalami keterbatasan pergerakan dalam ekstremitas bagian bawah.
3. Kebudayaan, Kemampuan melakukan mobilitas dapat juga dipengaruhi kebudayaan.contoh, orang yang memiliki budaya sering berjalan jauh, memiliki kemampuan mobilitas yang kuat dibandingkan dengan orang yang karena adat budaya tertentu dibatasi aktifitasnya.
4. Tingkat energi, Energi adalah sumber untuk melakukan mobilitas. Agar seseorang dapat melakukan mobilitas yang baik dibutuhkan energi cukup.
Kategori tingkat kemampuan aktivitas adalah,sebagai berikut : Tingkat
Aktivitas/Mobilitas
Kategori
Tingkat 0 Tingkat 1 Tingkat 2
Tingkat 3
Tingkat 4
Mampu merawat diri sendiri secara penuh. Memerlukan penggunaan alat.
Memerlukan bantuan atau pengawasan orang lain.
Memerlukan bantuan, pengawasan orang lain, dan peralatan.
Sangat tergantung dan tidak dapat melakukan atau berpartisipasi dalam perawatan.
D. Kemampuan Rentang Gerak
Pengkajian rentang gerak (range of mation-ROM) dilakukan pada daerah seperti bahu, siku, lengan, panggul, dan kaki.
Melatih rentang gerak sendi:
Fleksi dan ekstensi pergelangan tangan Tekuk tangan pasien kedepan sejauh mungkin
Fleksi dan ekstensi siku
Tekuk siku pasien sehingga tangannya mendekat bahu
Pronasi dan supinasi lengan bawah
Putar lengan bawah pasien sehingga telapaknya menjauhinya
Kembalikan keposisi semula
Putar lengan bawah pasien sehingga telapak tangannya
menghadap kearahnya
Kembalikan keposisi semula
Pronasi fleksi bahu
Angkat lengan pasien pada posisi semula
Abduksi dan Adduksi
Gerakan lengan pasien menjauh dari tubuhnya kearah
perawat
Kembalikan keposisi semula
Rotasi bahu
Gerakkan lengan bawah kebawah sampai menyentuh tempat
tidur, telapak tangan menghadap kebawah
Kembalikan keposisi semula
Gerakkan lengan bawah kebelakang sampai menyentuh
tempat tidur, telapak tangan menghadap keatas
Kembalikan keposisi semula
Fleksi dan ekstensi jari-jari kaki Tekuk jari-jari kaki kebawah
Luruskan jari-jari kemudian dorong kebelakang
Kembalikan ke posisi semula
Infersi dan efersi kaki
Putar kaki kedalam sehingga telapak kaki menghadap ke kaki
Kembalikan keposisi semula
Putar kaki keluar sehingga bagian telapak kaki menjauhi kaki
lainnya
Kembalikan keposisi semula
Fleksi dan ekstensi pergelangan kaki
Tekuk pergelangan kaki, arahkan jari-jari kaki kearah dada
pasien
Kembalikan ke posisi semula
Tekuk pergelangan kaki menjauhi dada pasien
Fleksi dan ekstensi lutut
Angkat kaki, tekuk pada lutut dan pangkah paha
Lanjutkan menekuk lutut kearah dada sejauh mungkin
Kebawahkan kaki dan luruskan lutut dengan mengangkat
kaki keatas
Kembali keposisi semula
Rotasi pangkal paha
Putar kaki menjauhi perawat
Putar kaki ke arah perawat
Kembalikan keposisi semula
Abduksi dan adduksi pangkal paha
Jaga posisi kaki pasien lurus, angkat kaki kurang lebih 8 cm
dari tempat tidur, gerakkan kaki menjauhi badan pasien
Gerakkan kaki mendekati badan pasien
Kembalikan keposisi semula
Daya tahan otot adalah kapasitas sekelompok otot utnuk melakukan kontraksi yang beruntun atau berulang-ulang terhadap suatu beban submaksimal dalam jangka waktu tertentu.
Sedangkan kekuatan otot adalah tenaga, gaya atau ketegangan yang dapat dihasilkan oleh otot atau sekelompok otot pada suatu kontraksi dengan beban maksimal. Seseorang mungkin memiliki kekuatan pada bagian otot tertentu namun belum tentu memiliki pada bagian otot lainnya.
Dalam mengkaji kekuatan otot dapat ditentukan kekuatan secara bilateral atau tidak.
Mengukur kekuatan otot:
Skala 0.
Artinya otot tak mampu bergerak, misalnya jika tapak tangan dan jari mempunyai skala 0 berarti tapak tangan dan jari tetap aja ditempat walau sudah diperintahkan untuk bergerak.
Skala 1.
Jika otot ditekan masih terasa ada kontraksi atau kekenyalan ini berarti otot masih belum atrofi atau belum layu.
Skala 2.
Dapat mengerakkan otot atau bagian yang lemah sesuai perintah misalnya tapak tangan disuruh telungkup atau lurus bengkok tapi jika ditahan sedikit saja sudah tak mampu bergerak
Skala 3.
Dapat menggerakkan otot dengan tahanan minimal misalnya dapat menggerakkan tapak tangan dan jari
Dapat bergerak dan dapat melawan hambatan yang ringan.
Skala 5.
Bebas bergerak dan dapat melawan tahanan yang setimpal
Skala diatas pada umumnya dipakai untuk memeriksa penderita yang mengalami kelumpuhan selain mendiagnosa status kelumpuhan juga dipakai untuk melihat apakah ada kemajuan yang diperoleh selama menjalani perawatan atau sebaliknya apakah terjadi perburukan pada seseorang penderita.
BAB II
PENUTUP
DAFTAR PUSTAKA
Tarwoto-Martonah. 2004. Kebutuhan Dasar Manusia dan Proses Keperawatan, Edisi I. Jakarta : Salemba Medika
Potter & Perry. 2005. Buku Ajar Fundamental Keperawatan Edisi 4. Jakarta : EGC