• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengembangan Budidaya Sayuran Dengan Sis

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Pengembangan Budidaya Sayuran Dengan Sis"

Copied!
15
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Pertumbuhan penduduk dan meningkatnya urbanisasi merupakan tantangan pada masa mendatang. Pada tahun 1994 diperkirakan 45 % penduduk dunia tinggal di kota dan diperkirakan pada tahun 2025 meningkat menjadi 65 % (Nugent, 2000). Keadaan ini akan menimbulkan permasalahan tentang infrastrur publik, tempat tinggal, tenaga kerja, kerawanan pangan serta permasalahan lingkungan dan sanitasi. Oleh karena itu pertanian kota perlu dikembangkan yang ditujukan untuk (a) peningkatan ketahanan pangan, (b) pengentasan kemiskinan, peningkatan kesehatan masyarakat, pengendalian lingkungan (Baumgartner dan Belevi , 2007).

Dikarenakan masyarakat melihat bagaimana komposisi penduduk yang semakin tahun semakin bertambah kepadatannya, makin terlihat pula permasalahan yang ada dibaliknya. Permasalahan tersebut diantaranya adalah ketersediaan pasokan pangan.Makin berkurangnya lahan karena kepadatan penduduk menyebabkan harga pangan makin melambung. Masyarakat pun harus mencari cara membuka lahan baru pertanian. Selain itu, produk pertanian sangat bergantung pada alam, cuaca, dan proses pengerjaannya. Ketika cuaca tidak menentu, petani harus mengalami kerugian dan gagal panen yang mengantarkan produk pertanian tertentu langka dan harganya mahal. Belum lagi maraknya penggunaan pestisida yang menyebabkan sayur mayur dan buah-buahan mengandung racun juga tingkat kesegaran pasokan pangan tersebut. Maka dari itu, banyak masyarakat yang memanfaatkan lahan mereka di perkotaan untuk menghasilkan produk pertanian seperti sayuran dan buah-buahan. Lahannya meliputi ruang sempit sekitar teras rumah hingga atap bangunan.

(2)

pangan, kenyamanan hidup ditengah polusi udara perkotaan dan menghadirkan nuansa estetika dirumah kota. Jarak perkotaan yang jauh dari sumber produksi pangan. Keterbatasan lahan, jarak perkotaan yang jauh dari sumber produksi pangan bukanlah hal yang menjadi hambatan untuk mengaktualkan potensi nilai ekonomi yang dimiliki lahan perkotaan. Dari sinilah pemerintah mulai bergerak, dengan mengusung konsep atau model pertanian perkotaan. Melalui penerapan model ini diharapkan mampu menjadi salah satu solusi untuk menjawab yang selama ini menjadi kendala dalam pemenuhan kebutuhan pangan masyarakat perkotaan sekaligus menumbuh-kembangkan kegiatan pertanian di wilayah perkotaan. Implementasi model pertanian perkotaan yang dikembangkan adalah dengan cara menanam secara vertikal atau bertingkat, yang populernya disebut juga model dengan sistem pertanian vertikultur (Yenisbar dan Rawiniwati; 2012).

Pada sistem budidaya vertikultur tidak semua jenis tanaman dapat dibudidayakan, namun terbatas pada tanaman yang bentuk dan ukurannya sesuai dengan media tanam.

Tanaman yang sesuai dibudidayakan dengan cara vertikultur adalah jenis tanaman sayur-sayuran, tanaman hias, dan tanaman obat-obatan yang memiliki perakaran yang dangkal dan memiliki berat yang relatif ringan sehingga tidak akan terlalu membebani media tanam vertikultur pada pertumbuhan tanaman tersebut. Budidaya sayuran dengan metode vertikultur merupakan salah satu cara untuk melakukan efisiensi pemanfaatan lahan. Melalui cara ini penanaman beberapa jenis sayuran bisa digunakan untuk memenuhi kebutuhan konsumsi keluarga.

1.2 Rumusan Masalah

1.1.1 Apa yang dimaksud dengan pertanian vertikultur? 1.1.2 Bagaimana cara menerapkan pertanian vertikultur?

1.1.3 Bagaimana budidaya sayuran dengan pertanian vertikultur? 1.3 Tujuan

(3)

1.4 Manfaat

1.4.1 Bagi akademik sebagai pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi serta melengkapi penelitian yang dilakukan.

1.4.2 Bagi penulis sebagai pengetahuan dan wawasan terutaman yang berkaitan dengan topik penelitian.

(4)

BAB II PEMBAHASAN

2.1 Pertanian Vertikultur

Sesuai dengan asal katanya dari bahas inggris, yaitu vertical dan culture maka maka vertikultur adalah system budidaya pertanian yang dilakukan secara vertical atau bertinggkat, baik indoor mau pun outdoor. System budidaya pertanian secara vertical ini merupakan konsep penghijauan yang cocok untuk daerah perkotaan dan lahan terbatas. Misalnya, lahan 1 m mungkin hanya bisa menanam 5 tanaman dengan, system vertical bisa untuk 20 batang tanaman. Vertikultur tidak hanya kebun vertical namun ide ini sangat merangsang seseorang untuk menciptakan khasanah biodiversitas dipekarangan yang sempit sekalipun. Struktur vertical, memudahkan pengguna membuat dan memeliharanya (Liferdi, 2011).

Vertikultur merupakan upaya pemanfaatan lahan sempit dengan seoptimal mungkin. Selain pemanfaatan lahan yang sempit, teknik bercocok tanam secara vertikultur mampu menghasilkan tanaman yang berkualitas sesuai dengan kualitas pembudidayaan pada tanaman itu sendiri. Sehingga teknik bercocok tanam secara vertikultur dapat direalisasikan dalam pertanian masa kini. Pada teknik ini tanaman ditanam secara bertingkat atau vertikal dengan bantuan media tanam berupa pipa paralon atau bahan-bahan lainnya yang tersedia dan mampu menunjang pertumbuhan tanaman ke arah samping (Ramdani, 2012).

(5)

sayuran daun lainya. Untuk tujuan komersial, pengembangan vertikulur ini perlu dipertimbangan aspek ekonominya agar biaya produksinya jangan sampai melebihi pendapatan dari hasil penjualan tanaman. Sedangkan untuk hobi, vertikultur dapat dijadikan sebagai media kreativitas dan memperoleh panenan yang sehat dan berkualitas (Liferdi, 2011).

Ada beberapa jenis model vertikultur, masing-masing memiliki karakteristik yang berbeda. Jenis yang pertama adalah vertikultur jenis vertical, biasanya ada dalam bentuk wadah-wadah kokoh berbentuk kolom yang tegak berdiri dilahan. Jenis yang kedua adalah jenis horizontal, yang umumnya dalam bentuk rak-rak atau tangga bertingkat. Selain itu juga ada jenis vertikultur yang bergantung. Jenis ini umumnya dalam bentuk pot-pot atau wadah yang diikat oleh tali atau kawat dan digantung pada atao (Avicenna, 2010)

Dalam melakukan budidaya tanaman vertikultur hal terpenting yang diperhatikan adalah wadah yang akan dipakai dalam menyediakan ruang yang baik bagi tanaman. Bahan yang dapat digunakan dalam budidaya tanaman vertikultur antara lain paralon, bambu, talang, pot, dan lain-lain. Banyak sedikitnya alat yang digunakan tergantung pada bangunan dan model wadah yang akan digunakan. Ukuran panjang-pendek, tinggi-rendah, serta besar kecilnya tergantung pada lahan yang dimiliki (Bangfad, 2008).

2.2 Penerapan Pertanian Vertikultur

Cara bercocok tanam secara vertikultur sebenarnya sama dengan bercocok tanam di kebun atau di ladang. Perbedaannya terletak pada lahan yang digunakan lebih efisien, artinya jumlah tanaman yang ditanam dalam sistem vertikultur lebih banyak dibandingkan dengan cara konvensional meskipun luas lahan yang digunakan sama. Adapun alasan diterpakannya sistem pertanian vertikultur antara lain :

1. Efisien dalam penggunaan lahan artinya bisa dilaksanakan di lahan yang relatif sempit sekalipun.

(6)

3. Mudah dipindahkan untuk tanaman yang ditanam didalam pot, atau mudah diubah tata letak bagi tanaman yang diletakkan didalam rak.

4. Lebih efektif dan efisien dalam hal perawatan seperti pengendalian

Organisme pengganggu tanaman karena kemungkinan untuk tumbuh gulma ataupun munculnya serangan hama dan penyakit sangat kecil. Jika ada serangan hama lebih mudah dalam pengendalaiannya.

5. Dapat memanfaatkan benda-benda yang tidak terpakai untuk membuat pot-pot tanaman seperti bekas kaleng cat, kaleng biskuit, atau wadah plastik pelumas, paralon bekas, talang bekas, gelas air minum mineral, ember bekas serata dapat memakai kantung plastik jenis polybag. (Dewanto, 2012)

(Liferdi, 2011) Pelaksanan pertanian vertikultur ini ada beberapa langakah yang harus dilakukan, yaitu antara lain:

1. Pembuatan wadah tanaman vertikultur.

Bahan yang kita gunakan, serperti yang sudah dikatakan tadi yaitu: bisa memanfaatkan barang-barang bekas seperti paralon, talang, bamboo,pot dan bambu.

2. Pengadaan media tanam.

Media tanam adalah tempat tumbuhnya tanaman untuk menunjang perakaran. Dari media tanam inilah tanaman menyerap makanan berupa unsur hara melalui akarnya. Media tanam yang digunakan adalah campuran antara tanah, pupuk kompos, dan sekam dengan perbandingan 1:1:1. Setelah semua bahan terkumpul, dilakukan pencampuran hingga merata. Tanah dengan sifat koloidnya memiliki kemampuan untuk mengikat unsur hara, dan melalui air unsur hara dapat diserap oleh akar tanaman dengan prinsip pertukaran kation. Sekam berfungsi untuk menampung air di dalam tanah sedangkan kompos menjamin tersedianya bahan penting yang akan diuraikan menjadi unsur hara yang diperlukan tanaman.

Campuran media tanam kemudian dimasukkan ke dalam bambu hingga penuh. Untuk memastikan tidak ada ruang kosong, dapat digunakan bambu kecil atau kayu untuk mendorong tanah hingga ke dasar wadah (ruas terakhir). Media tanam di dalam bambu diusahakan agar tidak terlalu padat supaya air mudah mengalir, juga supaya akar tanaman tidak kesulitan bernafas, dan tidak terlalu renggang agar ada keleluasaan dalam mempertahankan air dan menjaga kelembaban.

(7)

Sebelum berencana membuat wadah vertikal, terlebih dahulu mempersiapkan sejumlah bibit tanaman, Ketika tanaman sudah mencapai umur siap dipindahkan, pada dasarnya ada tiga tahap dalam proses ini, yaitu persemaian, pemindahan, dan penanaman. Seperti halnya menanam, menyemaikan benih juga memerlukan wadah dan media tanam. Wadah bisa apa saja sepanjang dapat diisi media tanam seperlunya dan memiliki lubang di bagian bawah untuk mengeluarkan kelebihan air. Persemaian menggunakan wadah khusus persemaian benih yang disebut tray dengan jumlah lubang 128 buah (tray lain jumlah dan ukuran lubangnya bervariasi). Dapat juga persemain menggunakan sebuah pot ukuran sedang dan sebuah bekas tempat kue. Ada pun untuk media tanamnya adalah media tanam dari produk jadi yang bersifat organik. Jika menggunakan tray, jumlah benih yang dapat disemaikan sudah terukur karena setiap lubang diisi sebuah benih (walaupun bisa juga diisi 2 atau 3). Jika menggunakan wadah lain maka jumlah benih yang dapat disemaikan disesuaikan dengan ukuran wadahnya, dalam hal ini jarak tanam benih diatur sedemikian rupa agar tidak berdempetan. Dua-tiga minggu setelah persemaian benih sudah berkecambah dan mengeluarkan 3-4 daun. Idealnya, benih yang sudah tumbuh daun berjumlah 4-5 helai sudah layak dipindah tanamkan.

Bibit tanaman yang dipindahkan ke wadah vertukultur sudah berumur lebih dari satu bulan, daunnya pun sudah bertambah. Karena hanya memiliki total 20 lubang tanam dari dua batang bambu, maka cukup leluasa untuk memilih 20 bibit terbaik. Sebelum bibit-bibit ditanam di wadah bambu, terlebih dahulu menyiramkan air ke dalamnya hingga jenuh, ditandai dengan menetesnya air keluar dari lubang-lubang tanam. Setelah cukup, baru mulai menanam bibit satu demi satu. Semua bagian akar dari setiap bibit harus masuk ke dalam tanah. Setiap jenis bibit (cabe merah dan tomat) dikelompokkan di wadah bambu terpisah. Pemanenan

Pemanenan sayuran biasanya dilakukan dengan sistem cabut akar (sawi, bayam, seledri, kemangi, selada, kangkung dan sebagainya). Apabila kita punya tanaman sendiri dan dikonsumsi sendiri akan lebih menghemat apabila panen dilakukan dengan mengambil daunnya saja. Dengan cara tersebut tanaman sayuran bisa bertahan lebih lama dan bisa panen berulang-ulang.

(8)

a. Pemilihan Jenis Tanaman

Sebelum bercocok tanam sebaiknya mengenal terlebih dulu sifat-sifat tanaman yang akan kita budidayakan . Beberapa tanaman sayuran kadang kala hanya cocok untuk daerah dataran rendah dan sebagian lagi hanya cocok untuk daerah dataran tinggi . Selain itu, sinar matahari sangat mempengaruhi pertumbuhan tanaman kecuali jamur yang tidak membutuhkansinar matahari, hanya sirkulasi udara.

1 . Sayuran Buah

Jenis sayuran buah biasanya dikonsumsi bagian buahnya. Yang bisaditanam dalam pot di antaranya cabal besar, cabal rawit, terung, mentimun, pare, tomat, kacang panjang, boncis, kapri, kecipir dan paprika. Pertumbuhan dan produksi paprika, kapri, dan tomat akan lebih bagus bila ditanam di daerah dataran tinggi . Namun jenis tomat tertentu seperti mutiara, intan, berlian, dan tomat sayur dapat diusahakan di dataran rendah dengan hasil yang balk .

2 . Sayuran Daun

Jenis tanaman termasuk sayuran daun yang dapat dipotkan lebih beragam, antara lain : bayam, kangkung, caisin, selada, selederi, bawang daun, baby capri, kobis, talas daun, kemangi, pakcoi dan kailan . Selada merupakan sayuran dataran tinggi, namun jenis selada betawi yang berdaun tipis dan rasanya renyah dapat diusahakan di dataran rendah . Beberapa sayuran yang balk diusahakan di dataran rendah adalah : pakcoi, kailan, kobis, dan baby capri.

3 . Sayuran Bunga

Hanya beberapa jenis sayuran bunga saja yang bisa ditanam dalam pot, yaitu bunga kol dan brokoli . Itupun harus memperhatikan kondisi iklim setempat, karena kedua tanaman ini umumnya banyak ditanam di dataran tinggi .

4 . Sayuran Umbi

(9)

5 . Tanaman Empon-Empon

Jenis empon-empon umumnya banyak sisukai ibu-ibu rumah tangga . Alasannya, jika memerlukan bumbu tidak perlu ke warung atau pasar, tinggal ambil sedikit dari tanaman koleksi . Jenis tanaman bumbu dan empon-empon yang dapat dipotkan adalah: kunyit, kencur, lenkuas, serai, dan temu kunci . Tanaman ini baik diusahakan di dataran rendah maupun tinggi .

b. Pemilihan jenis pot

Beberapa pilihan sistern bertanam verticulture dalam pot diantaranya adalah dengan pot tunggal, pot horisontal bertingkat ataupun pot vertikal . Jenis maupun bahan bisa berupa kaleng bekas, pot tanah, semen, plastik, ember, polybag, pipa paralon, hambu petung dan sebagainya . Untuk kesempatan kali ini, secara khusus akan dijelaskan pot tanaman dari bambu dengan posisi horisontal bertingkat . Wadah ini bisa diletakkan di mana saja asal

kena sinar matahari . Bisa untuk menanam sayur, tanaman hias ataupun anggrek . Wadah ini sangat cocok untuk lahan yang sangat terbatas dan apabila pandai mengaturnya bisa menjadi satu karya seni yang indah . Untuk pembuatannya diperlukan beherapa bahan dan alat. Bahan:

1. Bambu petung ukuran diameter 8 inci I batang 2. Bambu biasa ukuran sedang 2 batang

3. Tali injuk 10 ikat

4. Paku reng I ons dan paku ternit 1/2 ons Alat :

Golok, palu, gergaji dan boor listrik Cara Pembuatannya :

1. Bambu petung dipotong pakai gergaji menjadi 5 bagian (2 meteran). 2. Bambu potongan tersebut lalu dicoak selebar 7-10 cm di setiap ruasnya. 3. Buatlah lubang pada bagian bawah pakai boor supaya air tidak menggenang. 4. Ambil bambu biasa potong menjadi 4 bagian (sebagai tiang).

5. Buatlah juga potongan hambu panjang 60 cm dan 90 cm masing-masing 2 buah.

(10)

7. Untuk tiang penyangga tengah pakulah potongan bambu yang ukuran 60 cm. 8. Sedang untuk penyangga bawah pakulah potongan bambu ukuran 90 cm pada

bambu yang sebagai tiang.

9. Kemudian balutlah dengan tali injuk dan paku dengan paku ternit sebagai penguat.

10. Setelah itu mulailah kita merangkai bambu yang ukuran 2 meteran dengan cara menumpangkan lonjoran bambu pada tiang kiri dan kanan lalu paku dan balut dengan tali injuk sehingga jadilah rak verti model horizontal bertingkat .

c. Media Tanam

Media tanam yang dapat digunakan untuk bercocok tanam sayur dalam pot verti sangat beragam . Namun pertumbuhan tanaman lebih baik bila yang digunakan sebagai media adalah tanah gambut. Campuran antara abu sekam + pupuk kandang, abu sampah + pupuk kandang, pasir + pupuk kandang, gambut + pupuk kandang, tanah + sekam + pupuk kandang juga bisa digunakan. Bisa juga menggunakan kompos + tanah + arang sekam dengan perbandingan 1 :1 :1 . Aduklah campuran tersebut secara merata. Sebaiknya media tanam juga ditambah dengan pupuk TSP dan KCL masingmasing 10 gram per tanaman, bisa

juga menggunakan pupuk mejemuk yaitu NPK Ponska. d. Persemaian dan penanaman

1. Persemaian

Sebelum penanaman biasanya dilakukan persemaian terlebih dahulu. Beberapa jenis tanaman tersebut adalah tomat, cabal, terong, mentimun, bunga kol, brokoli, selada, caisim, kailan dan lain lainnya. Setelah benih tumbuh akan diperoleh bibit. Bibit inilah yang nantinya

(11)

proses kecambah, bisa juga setelah itu benih direndam sebentar dalam zat pengatur tumbuh. Setelah itu benih diangkat dan dibungkus kain lembab yang dihamparkan . Kurang lebih 1-5 hari biasanya benih sudah mulai berkecambah dan siap dipindahkan kedalam bak pesemaian . Cara lain benih langsung dibariskan kedalam bak persemaian dan tutupi dengan hamparan media tipis saja. Perawatan yang dilakukan selama dalam persemaian cukup penyiraman saja dengan menggunakan hand sprayer yang semprotannya halus . Setelah 3 minggu benih telah tumbuh menjadi bibit dan siap dipindahkan ke dalam pot verti .

2. Penanaman

Pada pot yang telah dipersiapkan dalam hal ini pot dari bambu seperti tersebut diatas yaitu pot horizontal bertingkat isikan media yang telah siap kedalam coakan bambu sebanyak 2/3 bagian atau pada batas lubang coakan yang telah dibuat. Setelah pot diisi media sebaiknya disiram terlebih dahulu sehingga didapatkan keadaan yang basah/lembab .

Tanamkan bibit yang telah siap tanam yaitu caisin, selada, kalian, bawang-bawangan dan lain sebagainya. Karena menggunakan pot bertingkat aturlah penanaman misalnya rak terbawah dengan satu jenis tanaman, kemudian rak atasnya lagi dengan jenis tanaman yang berbeda sehingga akan didapatkan susunan yang serasi dan punya nilai seni . Sedangkan untuk jenis tanaman kangkung, bayam, baby capri lebih baik ditanam langsung dari benih .

3. Perawatan

(12)

jamur dan tanaman menjadi tidak sehat hingga menimbulkan kematian. Jika ditemukan ulat atau hama yang menyerang tanaman sebaiknya diambil dan dimusnahkan secara manual. Penggunaan pestisida sebaiknya ditiadakan karena sayuran yang meninggalkan residu pestisida akan

berbahaya jika dikonsumsi. Namun demikian untuk sekala serangan besar penyemprotan pestisida dapat dilakukan dengan prinsip PHT. Pemupukan untuk tanaman sayuran daun tentu saja berbeda dengan pemupukan tanaman sayuran buah. Pada sayuran daun pemupukkan lebih dititikberatkan pada pertumbuhan vegetatif, sedang pada sayuran buah selain pertumbuhan vegetatif, pertumbuhan generatif juga harus diperhatikan agar produksi buahnya

maksimal. Pemupukan tidak bisa dilepaskan dari kegiatan ini, untuk itu lakukanlah pemupukan secara rutin 2-7 hari sekali . Pada sayuran daun karena titik beratnya pertumbuhan vegetatif maka pupuk yang diberikan harus banyak mengandung unsur nitrogen, dosis 20 gr pupuk urea atau ZA dilarutkan dalam 10 liter air siramkan pada masing-masing pot secukupnya saja sampai media basah atau bisa saja menggunakan pupuk cair yang sudah umum dipasarkan di toko-toko pertanian.

Apabila suatu kali tanaman kita terserang hama, sebaiknya menggunakan bahan alami yang bisa kita buat sendiri . Berikut ini cara pembuatan pemberantas hama alami yang bisa dibuat sendiri dan lebih aman dipakai serta tak ada efek sampingnya bagi tanaman .

a. Resep I

Bahan yang diperlukan: Tembakau 1/2 kg, 2 liter air, 4 butir kapur barus (digerus) . Cara pembuatannya: Tembakau direndam air 2 liter selama dua hari, campurkan gerusan kapur barus dan setiap 2 sendok makan rendaman tembakau dan kapur barus dicampur dengan air cucian I liter . Semprotkan pada tanaman yang sedang kena hama penyakit .

b. Resep II

(13)

Sebaiknya digunakan pada sore hari sekitar pukul 16.00 atau 17.00 WIB. Kalau masih ada sisa bisa disimpan kurang lehih I

minggu. Pemakaian bisa diulangi kalau hama penyakitnya masih belum hilang tuntas. Pengendali hama ini Iebih efektif bila digunakan untuk tiga kali pemakaian, atau kalau misalnya masih tersisa banyak bisa disimpan di tempat yang tidak terkena sinar matahari .

4. Panen

Pernanenan sayuran biasanya dilakukan dengan sistem cabut akar (sawi, bayam, seledri, kemangi, salada, kangkung dan sebagainya). Apabila kita punya tanaman sendiri dan dikonsumsi sendiri akan lebih menghemat apabila kita potong daunnya. Dengan cara tersebut tanaman sayuran hisa bertahan chili lama dan kita bisa panen berulang-ulang. Selain tanaman

(14)

BAB III PENUTUP

3.1 Simpulan

Bertambahnya jumlah penduduk akan menimbulkan permasalahan seperti, tentang infrastrur publik, tempat tinggal, tenaga kerja, kerawanan pangan serta permasalahan lingkungan dan sanitasi. Pertambahan penduduk juga mengurangi perluasan lahan yang ada, dengan kata lain alih fungsi lahan semakin genjar terjadi, seperti perubahan lahan pertanian yang beralih fungsi menjadi pemukiman, industri dan yang lain sebagainya.Pada daerah perkotaan lahan pertanian semakin berkurang, berkurangnya lahan pertanian akan menambah permasalahan baru yang berpengaruh pada kegiatan pertanian khususnya kebutuhan pangan. Untuk mengatasi masalah tersebut, penduduk yang tinggal diperkotan masih bisa bertani dengan menggunakan sistem vertikultur. Sistem vertikultur merupakan sistem budidaya pertanian yang dilakukan secara vertical atau bertinggkat, baik indoor mau pun outdoor. Sistem budidaya pertanian secara vertical ini merupakan konsep penghijauan yang cocok untuk daerah perkotaan dan lahan terbatas.

Selain pemanfaatan lahan yang sempit, teknik bercocok tanam secara vertikultur mampu menghasilkan tanaman yang berkualitas sesuai dengan kualitas pembudidayaan pada tanaman itu sendiri. Sehingga teknik bercocok tanam secara vertikultur dapat direalisasikan dalam pertanian masa kini. Pada teknik ini tanaman ditanam secara bertingkat atau vertikal dengan bantuan media tanam berupa pipa paralon atau bahan-bahan lainnya yang tersedia dan mampu menunjang pertumbuhan tanaman ke arah samping. Pertanian vertikultur tidak hanya sebagai sumber pangan tetapi juga menciptakan suasana alami yang menyenangkan.

3.2 Saran

(15)

DAFTAR PUSTAKA

Baumgartner, N, and H. Belevi.2007. A Systematic Overview of Urban Agriculture in Developing Countries AWAG – Swiss Federal Institute for

Environmental Science & Technology.SANDEC – Dept. of Water & Sanitation in Developing Countries.

Lukman, Liferdi. 2011. Teknologi Budidaya Tanaman Sayuran Secara Vertikultur. Bandung : Balai Penelitian Tanaman Sayuran.

Nugent, R. (2000), "The impact of urban agriculture on the household and local economies", In: Growing cities, growing food (Ed.: N. Bakker, M. Dubbeling, S. Gündel, U. Sabel-Koschella and H. de Zeeuw), DSA, Eurasburg, 76-97

Rasapto, Pujo.2006. Budidaya Sayuran Dengan Vertikultur. Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Jawa Tengah.

Yenisbar & Rawiniwati.2012. Pertanian Perkotaan Dengan Sistem Vertikultur.

Avicenna. 2011. Mengenal Vertikultur.

http:// thegreenstall.blogspot.com/2011/02/mengenal-vertikultur-dan-tips .html. ( diakses 20 November 2014)

Bangfad. 2008. Budidaya Secara Vertikultur. http://

cerianet-agricultur.blogspot.com/2008/12/budidaya-tanaman-secara-vertikultur. html.(diakses 20 November 2014)

Dewanto, Kenardi. 2012 .Sistem Pertanian Vertikultur.

http://kenzhi17.blogspot.com/2012/10/sistem-pertanian-vertikultur_702.html. (diakses 20 November 2014)

Maunilai. 2013. Penerapan Budidaya Vertikultur.

http://paknilaia.blogspot.com/2013/12/penerapan-sistem-budidaya-vertikultur.html. (diakses 20 November 2014)

Ramdani, Dadan. 2012.Vertikultur.

Referensi

Dokumen terkait

Untuk dapat menimbulkan suatu proses kognitif memahami dalam kategori menerangkan dengan contoh tersebut, seseorang diberikan sebuah konsep atau prinsip tertentu kemudian

Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif, yang bertujuan untuk menguraikan hasil analisis kritis penggunaan tabel taksonomi pendidikan, pada

'13 100 Gunung kidul (DIY) 5 Tenaga Penyuluh Lapangan Pengendalian Penggunaan Bahan Bakar Minyak 1 6 14 Feb.. '13 100 Tegal 7 Tenaga Penyuluh

(1) Dinas Pendapatan, Pengelolaan Keuangan dan Asset Daerah mempunyai tugas melaksanakan penyusunan dan pelaksanaan kebijakan daerah di bidang Pendapatan,

Penilaian dilakukan untuk unsur teori dan praktik penilaian kepribadian siswa yang meliputi; disiplin waktu, kemauan kerja dan motivasi, prestasi dan kerja nyata,

Komitmen karyawan (Y2) Dimensi perilaku penting yang dapat digunakan untuk menilai kecenderungan karyawan untuk bertahan sebagai anggota perusahaan (Mowday, 1992)

Seiring waktu berjalan terkadang dapat dijumpai dalam praktek dilapangan, pada saat surat perjanjian pemborongan pembangunan rumah huni telah terjadi perubahan

Secara umum dapat dilihat pada tabel 7, bahwa indikator evaluasi tergolong dalam kriteria tinggi dengan tingkat capaian sebesar 92.00%. hal ini didukung oleh data yang