METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian
D. Instrumen Alat Ukur
Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan skala psikologi, yaitu instrumen yang dapat dipakai untuk mengukur atribut psikologis (Azwar, 1999). Terdapat dua skala yang akan digunakan yaitu skala burnout dengan skala hardiness.
1. Skala Burnout
Skala ini diadaptasi oleh penulis berdasarkan skala Maslach Burnout
Inventory yang dibuat oleh Maslach (1981), yang kemudian diadaptasi dan
dimodifikasi oleh penulis. Skala Burnout tersebut menggunakan skala Likert yang terdiri dari 24 aitem dan menyediakan 5 pilihan jawaban, antara lain : Sangat Sesuai (SS), Sesuai (S), Kadang-Kadang (KD), Tidak Sesuai (TS), Sangat Tidak Sesuai (STS).
Berdasarkan perhitungan uji seleksi aitem dan reliabilitas skala burnout sebanyak dua kali putaran, yang terdiri dari 24 aitem, diperoleh aitem yang
16
gugur sebanyak 10 aitem sehingga menyisakan 14 aitem yang valid sehingga memperoleh koefisien alpha sebesar 0,865. Hal ini menunjukkan bahwa skala
burnout reliabel karena suatu alat ukur dikatakan reliabel apabila nilai alpha
cronbach >0,5 (Azwar, 2001). 2. Skala Hardiness
Hardiness dapat diukur dengan menggunakan skala hardinessyang
disusun oleh peneliti berdasarkan aspek yang dikemukakan oleh Maddi (2013). Skala hardiness menggunakan skala Likert yang terdiri dari 36 aitem dan menyediakan 5 pilihan jawaban, antara lain : Sangat Sesuai (SS), Sesuai (S), Kadang-Kadang (KD), Tidak Sesuai (TS), Sangat Tidak Sesuai (STS).
Berdasarkan perhitungan uji seleksi aitem dan reliabilitas skala
hardiness sebanyak 4 kali putaran, yang terdiri dari 36 aitem, diperoleh aitem
yang gugur sebanyak 21 aitem sehingga menyisakan 15 aitem yang valid sehingga memperoleh koefisien alpha sebesar 0,869. Hal ini menunjukkan bahwa skala hardinessreliabel karena suatu alat ukur dikatakan reliabel apabila nilai alpha cronbach >0,5 (Azwar, 2001).
17
HASIL PENELITIAN
Tabel 1. Deskriptive Statistika
N Mean Std. Deviation Minimum Maximum
HARDINESS 40 64.05 4.982 56 75
BURNOUT 40 31.98 7.301 16 46
Berdasarkan tabel 1 skor empirik yang diperoleh pada skala hardiness yang paling rendah adalah 56 dan yang paling tinggi adalah 75, rata-ratanya adalah 64,05 dengan standar deviasi 4,982. Pada skala burnout diperoleh skor paling tinggi 46 dan paling rendah sebesar 16 dengan standar deviasi 7,301. Untuk kategorisasinya menggunakan data hipotetik. Skala hardiness mempunyai aitem 14 dan burnout mempunyai 15 aitem maka kategorisasinya adalah sebagai berikut: Tabel 2. Kategorisasi Pengukuran Skala Hardiness NO INTERVAL KATEGORI F PRESENTASE MEAN 1 63 ≤ x < 75 Sangat Tinggi 40 100% 64,05 2 51 ≤ x ≤ 63 Tinggi 0 0% 3 39 ≤ x ≤ 51 Sedang 0 0% 4 27 ≤ x ≤ 39 Rendah 0 0% 5 15 ≤ x ≤ 27 Sangat Rendah 0 0% 40 100%
Berdasarkan tabel 2 di atas dapat dilihat bahwa tidak ada partisipan yang memiliki skor tinggi, sedang, rendah dan sangat rendah, 40 partisipan (100 %) memiliki skor yang sangat tinggi.
18
Tabel 2.1. Kategorisasi Pengukuran Skala Burnout
NO INTERVAL KATEGORI F PERSENTASE MEAN
1 50,8 ≤ x < 60 Sangat Tinggi 0 0 % 2 41,6 ≤ x ≤ 20,8 Tinggi 0 0% 3 32,4 ≤ x ≤ 41,6 Sedang 5 12,5 % 4 23,2 ≤ x ≤ 32,4 Rendah 0 0% 31,98 5 14 ≤ x ≤ 23,2 Sangat Rendah 35 87,5 % 40 100 %
Berdasarkan tabel 2.1 di atas dapat dilihat bahwa tidak ada partisipan yang memiliki skor sangat tinggi, tinggi, dan rendah, 5 partisipan (12,5 %) berada pada kategori sedang dengan persentase 12,5 % , 35 partisipan (87,5 %) berada pada kategori sangat rendah.
Uji Asumsi
Uji asumsi yang dilakukan terdiri dari uji normalitas dan uji linearitas. Uji normalitas dapat dilihat pada tabel berikut ini:
19
aTest distribution is Normal. b.Calculated from data.
Uji normalitas menggunakan uji Kolmogorov-Sminov yang menunjukkan skala hardiness (K-S-Z = 0,852, p = 0,463, p > 0,05) dan skala Burnout (K-S-Z = 0,641, p = 0,806, p > 0,05). Dapat disimpulkan bahwa variabel hardiness dan
burnout memiliki sebaran data yang berdistribusi normal.
Hasil uji linearitas dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 3.1 Uji Normalitas
HARDINESS BURNOUT
N 40 40
Normal Parametersa,,b Mean 64.05 31.98 Std Deviation 4.982 7.301 Most Extreme Differences Absolute .135 .101
Positive .135 .093
Negative -0.83 -.101
Kolmogorov-Smirnov-Z .852 .641
Asymp. Sig (1-tailed) .463 .806
Tabel 3.2 Uji Linearitas ANOVA Table
Sum of Squares df Mean Square F Sig. BURNOUT * HARDINESS Between Groups (Combined) 1483.368 17 87.257 3.223 .006
Linearity 617.266 1 617.266 22.800 .000
Deviation from 866.102 16 54.131 1.999 .066
Linearity
Within Groups 595.607 22 27.073 Total 2078.975 39
20
Hasil uji linearitas menunjukkan adanya hubungan yang linear antara
hardiness dan burnout dengan Deviation from Linearity F beda = 1,999 dengan
signifikansi sebesar 0,66 (p > 0,05).
UJI KORELASI
Berdasarkan uji asumsi yang telah dilakukan, diketahui bahwa data berdistribusi normal. Uji korelasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah korelasi Pearson. Tabel 5 menunjukkan hasil dari uji korelasi.
Tabel 4. Uji Korelasi
Correlations
HARDINESS BURNOUT
HARDINESS Pearson Correlation 1 -.545**
Sig. (1-tailed) .000
N 40 40
BURNOUT Pearson Correlation -.545** 1
Sig. (1-tailed) .000
N 40 40 **. Correlation is significant at the 0.01 level (1-tailed).
Berdasarkan uji asumsi yang telah dilakukan sebelumnya dapat diketahui bahwa data berdistribusi normal dengan nilai sig=0 (p> 0,05) dan kedua variabel penelitian linier (p>0,05), maka uji korelasi yang dilakukan menggunakan
Pearson Correlation Product Moment. Berdasarkan hasil uji korelasi antar kedua
variabel dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan negatif yang signifikan antara hardiness dengan burnout, yang berarti makin tinggi hardiness maka makin rendah tingkat burnout pada perawat Rumah Sakit Roemani Semarang. Ditemukan pula bahwa hardiness memberikan sumbangan sebesar 29,7% yang
21
artinya 70,3% burnout pada perawat Rumah Sakit Roemani Semarang masih dipengaruhi oleh faktor lain.
PEMBAHASAN
Berdasarkan hasil uji korelasi mengenai hubungan antara hardiness dengan burnout menunjukkan angka korelasi antara hardiness dengan burnout adalah -0,545 dan sig = 0 (p< 0,05). Hal ini berarti ada hubungan negatif yang signifikan antara hardiness dengan burnout. Dengan demikian hipotesis penelitian yang menyebutkan ada hubungan antara hardiness dengan burnout ini dapat diterima. Hal ini berarti semakin tinggi hardiness maka semakin rendah pula tingkat burnout yang terjadi pada perawat rumah sakit Roemani Semarang, begitupun sebaliknya
Adanya hubungan yang negatif antara hardiness dan burnout mi mungkin disebabkan oleh karena yang pertama adanya karakteristik pribadi yang kuat dalam diri perawat untuk melakukan tugas dan pelayanannnya dengan penuh komitmen, sehingga membuat perawat dapat mengatasi burnout-nya. Pernyataan tersebut didukung oleh Eid, Jonsen, Bartone & Nissestad (2007) bahwa individu yang memiliki tingkat hardiness tinggi merasa lebih berkomitmen terhadap pekerjaan dan kehidupan mereka serta percaya akan kemampuan yang dimilikinya untuk menjalankan kendali atas hidupnya masing-masing. Mereka juga mampu mengevaluasi atas perubahan yang dialaminya dalam situasi dan kondisi yang penuh dengan tekanan, sehingga mereka mampu melewatinya dengan baik. Kemudian selanjutnya, sebagian perawat mengungkap bahwa ketika mereka memiliki ketangguhan psikologis yang tinggi dalam menghadapi persoalan, maka membuat mereka menjadi lebih kuat sehingga dapat mengurangi burnout. Hal
22
tersebut didukung oleh hasil penelitian Orr dan Westman (1991) yang menyatakan
hardiness (ketangguhan psikologis) erat kaitannya dengan individu memiliki nilai
positif dari pengalaman yang dirasanya cukup berat untuk dihadapi.
Kemudian yang kedua adalah sebagian perawat menganggap bahwa sebagai perawat perlu memiliki karakteristik prinadi yang kuat dalam menjalankan tugasnya, sehingga membuat mereka tetap tegar dalam menghadapi tugas-tugas yang berat, sehingga mereka memiliki tingkat burnout yang rendah. Pernyataan ini didukung oleh hasil penelitian yang telah dilakukan oleh Asih (2015) yang menyebutkan bahwa hardiness yang semakin tinggi akan menyebabkan tingkat burnout pada seseorang rendah dan ini ditunjukkan dengan korelasi sebesar -0,890. Hal ini juga sejalan dengan pernyataan dari Schulz (2011) bahwa individu yang tidak rentan mengalami burnout adalah individu yang mampu menghadapi permasalahan dengan berpikiran secara positif. Begitu pula dengan yang dikatakan oleh Maddi (2013) individu akan lebih resisten terhadap permasalahan jika ia memiliki hardiness yang tinggi dibandingkan pada individu dengan hardiness rendah. Hal ini tercerminkan apabila individu dengan hardiness yang tinggi ini memiliki minat dan komitmen yang tinggi dalam menjalankan tugas atau pekerjaannya. Sementara apabila individu dengan hardiness yang rendah cenderung akan mudah stress, putus asa, tertekan dan ccenderung menjadi individu yang acuh tak acuh (dalam Riggio, 2003).
Dengan demikian salah satu faktor yang mempengaruhi burnout adalah
hardiness. Hal ini ditunjukkan dengan hasil yang telah diteliti oleh penulis bahwa hardiness memberikan sumbangan sebesar 29,7%, yang mana sisanya yaitu
23
kelamin, usia), job demand, dll. Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Moradi, Poursarrajian, Naeeni (2013) yang menyebutkan bahwa
burnout dipengaruhi oleh hardiness yang mana sebesar 21%.
PENUTUP
KESIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh kesimpulan sebagai berikut:
1. Hasil uji korelasi, menunjukkan bahwa ada hubungan negatif yang signifikan antara hardiness dan burnout pada Perawat Rumah Sakit Roemani Semarang yang artinya bahwa semakin tinggi hardiness maka tingkat burnout akan rendah begitupun sebaliknya apabila hardiness rendah maka tingkat burnout akan tinggi.
2. Tingkat hardiness yang dimiliki oleh perawat Rumah Sakit Roemani Semarang sangat tinggi, sedangkan pada tingkat burnout nya berada di kategori sedang (12,5%) dan sangat rendah (87,5%)
3. Ditemukan bahwa hardiness memberikan sumbangan sebesar 29,7%, . Hal ini berarti hardiness memiliki kontribusi sebesar 29,7% terhadap burnout..
SARAN
Berdasarkan hasil penelitian, pembahasan dan kesimpulan di atas, maka peneliti mengajukan beberapa saran sebagai berikut:
1. Bagi Pihak Manajemen Rumah Sakit
Memberi peluang kepada setiap perawat untuk dapat memiliki karakteristik pribadi yang kuat dengan menciptakan komitmen yang tinggi di
24
kalangan perawat, seperti menerapkan kegiatan (tugas-tugas lembur dan menantang), sharing dengan pihak perawat.
2. Bagi Perawat
Setiap perawat diberi kesempatan untuk dapat mengendalikan diri mereka ketika menghadapi berbagai pasien dengan melihat bahwa tugas-tugas yang dihadapi sebagai tantangan dan bukan beban yang membuat mereka mengurangi kondisi burnout mereka. Ada beberapa cara yang dapat dilakukan oleh perawat misalnya setiap perawat perlu mewujudkan keikatan kerja secara emosional dam organasisasi dalam bekerja dan bersedia untuk dapat bekerja lembur atau menerima tugas-tugas yang menantang.
3. Bagi Peneliti Selanjutnya
Diharapkan untuk dapat meningkatkan kualitas penelitian lebih lanjut yang berkaitan dengan faktor lain yang mungkin dapat memengaruhi burnout, seperti job demand (tuntutan/beban kerja), big five personality, demografis (jenis kelamin, usia), dll sehingga hasil yang didapat lebih bervariasi dan beragam sehingga kesimpulan yang diperoleh lebih menyeluruh.
25