• Tidak ada hasil yang ditemukan

Untuk memperoleh data yang sesuai dengan penelitian ini, maka digunakan instrumen sebagai berikut:

30

1. Kuesioner Self-efficacy dan Metakognitif

Kuesioner Self-efficacy dan Metakognitif digunakan untuk mengukur tingkat self-efficacy dan metakognitif siswa. Kuesioner ini terdiri dari 20 item dengan dua indikator yang berbeda yaitu self-efficacy dan metakognitif (Lampiran A.1.). Pertanyaan tentang self-efficacy dan metakognitif masing-masing berjumlah 10 nomor. Kuesioner ini diberikan kepada siswa SMA kelas 12 dalam bentuk skala empat Likert type (Lampiran A.2.). Kuesioner self-efficacy dan metakognitif yang digunakan dalam penelitian ini merupakan modifikasi dari kuesioner SEMLI-S (Self-efficacy and Metacognitive Learning Inventory – Science) yang dibuat oleh Thomas et al. (2008) (Lampiran A.3.).

2. Tes Konsep Genetika

Konsep Genetika yang dianalisis dalam penelitian ini tidak melibatkan semua subkonsep. Sub konsep yang ada pada tes konsep Genetika yaitu Genetika Mendel, Hereditas, dan Mutasi. Soal tes konsep Genetika berjumlah 12 soal uraian, sebagian besar soal berada pada jenjang kemampuan C4 (menganalisis). Rincian butir soal tes konsep Genetika terdapat pada kisi-kisi (Lampiran A.4.) dan soal tes konsep Genetika (Lampiran A.5.).

Pengembangan instrumen tes konsep Genetika selanjutnya dengan uji validitas dan reliabilitas dengan menggunakan program ANATES untuk mengetahui tingkat validitas dan reliabilitas butir soal instrumen pada Tes Konsep Genetika, sehingga jika ditemukan butir soal yang tidak valid dan atau reliabilitas rendah dapat dilakukan revisi. Di bawah ini merupakan rekapitulasi hasil analisis butir soal tes konsep Genetika

Tabel 3.1. Rekapitulasi Hasil Analisis Butir Soal Tes Konsep Genetika

No

Daya Pembeda

Taraf

Kesukaran Validitas Kesim. Reliabilitas

Prsn Int Prsn Int Vi Int r Int

1 30% CK 56,7% SD 0,640 ST Terima

0,97 Sangat tinggi

2 30% CK 66,7% SD 0,800 ST Terima

31

No

Daya Pembeda

Taraf

Kesukaran Validitas Kesim. Reliabilitas

Prsn Int Prsn Int Vi Int r Int

4 30% CK 66,7% SD 0,451 CK Terima 0,97 Sangat tinggi 5 30% CK 55,6% SD 0,564 TG Terima 6 30% CK 72,2% MD 0,094 SR Terima 7 30% CK 66,7% SD 0,788 ST Terima 8 70% BS 50% SD 0,662 ST Terima 9 50% BK 52,1% SD 0,849 ST Terima 10 80% BS 52,8% SD 0,856 ST Terima 11 80% BS 54,2% SD 0,940 ST Terima 12 50% BK 56,7% SD 0,904 ST Terima

Keterangan: Prsn = Persentase, Int = Interpretasi, JL = Jelek, CK = Cukup, BK = Baik, MD=Mudah, SD = Sedang, SK = Sukar, SB = Sangat Buruk, BR = Buruk, KR = Kurang, BK = Baik, BS = Baik Sekali, Vi = Validitas, SR = Sangat Rendah, RD = Rendah, CK = Cukup, TG = Tinggi, Kesim. = Kesimpulan, r = Reliabilitas. Nilai batas signifikasi koefisien korelasi adalah 0,349. (Lampiran B).

Berdasarkan perhitungan uji validitas dan reliabilitas di atas dapat diketahui bahwa butir soal dalam tes konsep Genetika memiliki validitas dan reliabilitas yang sangat tinggi, sehingga tidak dilakukan revisi pada instrumen tes konsep Genetika. Soal dalam tes konsep Genetika mengacu pada dimensi pengetahuan Bloom (1956). Berikut disajikan persentase jumlah butir soal pada masing-masing dimensi pengetahuan kognitif

Tabel 3.2. Persentase Jumlah Butir Soal pada Masing-masing Dimensi Pengetahuan Kognitif Dimensi Pengetahuan C1 (mengingat) C2 (memahami) C3 (mengaplikasi) C4 (menganalisis) C5 (mengevaluasi) C6 (membuat) Faktual - - - - - - Konseptual - 8,3% 33,4% 50% - - Prosedural - - - - - - Metakognitif - - - - 8,3% - 3. Angket

Angket digunakan sebagai alat untuk mengukur sejauh mana tingkat self-efficacy dan metakognitif siswa berdasarkan motivasi dalam pembelajaran (self-efficacy), strategi dalam pembelajaran (metakognitif), dan pengalaman akademik

32

(faktor yang paling kuat dalam memengaruhi self-efficacy dan metakognitif). Angket ini diberikan pada siswa dengan skor tertinggi dan siswa dengan skor terendah pada kuesioner self-efficacy dan metakognitif juga pada tes konsep Genetika. Pengisian angket yang hanya dilakukan pada siswa skor tertinggi dan siswa skor terendah bertujuan untuk melihat perbedaan motivasi dan strategi pembelajaran siswa berdasarkan pengalaman akademiknya. Siswa dengan skor tertinggi diduga memiliki motivasi dan strategi pembelajaran yang baik sehingga ia memiliki pengalaman akademik yang baik yang tidak hanya ia dapatkan di sekolah tetapi juga pada suatu kompetisi atau olimpiade. Sebaliknya, siswa dengan skor terendah diduga kurang memiliki motivasi dan strategi dalam pembelajaran sehingga ia tidak memiliki pengalaman yang akademik di sekolah maupun pada sebuah kompetisi atau olimpiade. Untuk membuktikan dugaan tersebut digunakanlah angket (Lampiran A.6.).

Pertanyaan yang terdapat dalam angket dibuat dengan persentase soal self-efficacy sebesar 27,3%, soal metakognitif sebesar 36,4%, dan sisanya 36,3% merupakan soal yang menanyakan pengalaman mereka dalam prestasinya.

G. Teknik Pengumpulan Data

Pengumpulan data dilakukan melalui tes konsep Genetika, kuesioner self-efficacy dan metakognitif, serta angket. Tes konsep Genetika dan kuesioner diberikan pada siswa dalam hari yang sama, sedangkan angket diberikan setelah skor tes konsep dan kuesioner diketahui. Keseluruhan teknik pengumpulan data dapat dilihat pada Tabel 3.3.

Tabel 3.3. Teknik Pengumpulan Data

No. Pengumpulan data

Jenis data Sumber data Keterangan 1 Tes konsep Genetika Tes penguasaan konsep

Siswa Dilakukan setelah uji coba

2 Kuesioner self-efficacy dan metakognitif Kualitas / tingkatan self-efficacy dan metakognitif

Siswa Dilakukan setelah pengambilan data tes konsep Genetika

3 Angket Kualitas akademik

(pengalaman prestasi)

Siswa Dilakukan setelah pengambilan data tes konsep Genetika dan kuesioner

33

H. Teknik Pengolahan Data

1. Kuesioner self-efficacy dan metakognitif

Tahap pengolahan data pada kuesioner self-efficacy dan metakognitif terdiri dari:

a. Memberikan skor

Pemberian skor pada kuesioner self-efficacy dan metakognitif menggunakan skala Likert dengan rentang nilai 1 – 4. Berikut adalah penilaian berdasarkan skala Likert

Tabel 3.4. Penilaian Berdasarkan Skala Likert-type

No. Jawaban item kuesioner self-efficacy dan metakognitif Skor

1 Sangat setuju 4

2 Setuju 3

3 Tidak setuju 2

4 Sangat tidak setuju 1

b. Mengolah skor

a) Menjumlahkan skor yang diperoleh tiap siswa dalam menjawab kuesioner self-efficacy dan metakognitif

b) Menjumlahkan skor total keseluruhan komponen yang dianalisis pada setiap indikator

c) Menentukan skor maksimal

d) Menentukan skor yang diperoleh tiap siswa

Skor = X 100%

Skor maksimal = 80

Tabel 3.5. Rubrik Penilaian Kuesioner Self-efficacy dan Metakognitif Jumlah butir soal Bobot nilai tertinggi Skor maksimal

20 4 80

e) Menghitung rata-rata yang diperoleh siswa dari tiap kelas

f) Melakukan interpretasi atau kriteria self-efficacy dan metakognitif berdasarkan skor yang diperolehnya

Jumlah skor yang diperoleh Skor maksimal

34

Tabel 3.6. Kriteria Interpretasi Persentase Kuesioner Self-efficacy dan Metakognitif

Persentase Predikat

80 – 100% self-efficacy dan metakognitif yang tinggi 60 – 79 % self-efficacy dan metakognitif yang cukup 40 – 59 % self-efficacy dan metakognitif yang rendah 20 – 39 % Tidak memiliki self-efficacy dan metakognitif

Kriteria ini didapatkan dari perhitungan skor maksimal dan skor minimal yang dibandingkan dengan jumlah butir soal, sehingga didapatkan interval persentase dari masing-masing kriteria seperti di atas.

2. Tes konsep Genetika

Tahapan pengolahan data yang diperoleh dari tes konsep Genetika adalah sebagai berikut:

a. Memberikan skor

Pemberian skor pada jawaban setiap item dilakukan dengan menggunakan rubrik. Berikut adalah rubrik penilaian tes konsep Genetika

Tabel 3.7. Rubrik Penilaian Tes Konsep Genetika No. Bentuk Soal Skor maksimal

1 Uraian 5 2 Uraian 1 3 Uraian 8 4 Uraian 3 5 Uraian 3 6 Uraian 3 7 Uraian 7 8 Uraian 3 9 Uraian 8 10 Uraian 6 11 Uraian 8 12 Uraian 10 Total skor 65 b. Mengolah skor

Pengolahan skor pada tes konsep Genetika dilakukan dengan tahapan-tahapan sebagai berikut:

1) Menjumlahkan skor yang diperoleh tiap siswa dalam menjawab soal tes konsep Genetika

2) Menentukan skor maksimal

35

Skor = X 100

Skor maksimal = 65

4) Membuat peringkat dari tiap kelas yang dijadikan subjek penelitian berdasarkan skor yang diperoleh

5) Melakukan interpretasi atau kriteria hasil belajar berdasarkan skor yang diperoleh pada tes konsep Genetika

Tabel 3.8. Kriteria Interpretasi Hasil Belajar berdasarkan Hasil Tes Konsep Genetika

Persentase Predikat 80 – 100% Sangat tinggi 60 – 79 % Tinggi 40 – 59 % Cukup 20 – 39 % Rendah 0 – 19 % Sangat rendah

6) Menghitung rata-rata skor dari tiap kelas

Jawaban siswa disesuaikan dengan kunci jawaban tes konsep Genetika (Lampiran A.7.).

3. Angket

a. Memberikan skor

Skor yang diberikan pada instrumen angket berupa penilaian secara kualitatif. b. Mengolah skor

Hasil angket diolah untuk mendukung data dari hasil kuesioner self-efficacy dan metakognitif dan tes konsep Genetika.

I. Analisis Data

Data yang diperoleh melalui instrumen selanjutnya akan dianalisis dengan menggunakan uji statistika, yaitu uji regresi. Uji regresi digunakan untuk mengetahui hubungan antara self-efficacy dan metakognititf terhadap hasil belajar. uji regresi dilakukan dengan menggunakan program SPSS 16.0. Nilai uji regresi selanjutnya di interpretasi untuk mengetahui kategori dari hubungan antar variabel yang diujikan. Interpretasi koefisien uji regresi dapat dilihat pada tabel dibawah ini

Jumlah skor yang diperoleh Skor maksimal

36

Tabel 3.9. Interpretasi Koefisien Uji Regresi (Sugiono, 2004)

Rentang nilai Interpretasi

0,00 – 0,199 Sangat lemah 0,20 – 0,399 Lemah 0,40 – 0,599 Cukup 0,60 – 0,799 Kuat 0,80 – 1,00 Sangat kuat J. Prosedur Penelitian

Penelitian ini dilakukan dalam beberapa tahap yaitu tahap persiapan, tahap pelaksanaan, dan tahap pengolahan data.

1. Tahap Persiapan

Tahap persiapan yang dilakukan dalam penelitian ini meliputi: a. Studi literatur mengenai self-efficacy dan metakognitif b. Penyusunan rencana penelitian.

c. Seminar rencana penelitian. d. Perbaikan rencana penelitian. e. Pembuatan instrumen berupa:

1) Kuesioner self-efficacy dan metakognitif, digunakan untuk mengukur tingkat self-efficacy dan metakognitif siswa

2) Tes konsep Genetika, digunakan untuk mengukur hasil belajar siswa pada bab Genetika

3) Angket, digunakan untuk mengetahui perbedaan tingkat self-efficacy dan metakognitif pada siswa dengan skor tertinggi dan siswa dengan skor terendah pada kuesioner dan tes konsep Genetika yang diukur berdasarkan pengalaman akademik.

f. Judgement instrumen yang dilakukan oleh dosen ahli (Lampiran E.1.). g. Pemilihan sampel sekolah.

2. Tahap Pelaksanaan

Tahap pelaksanaan yang dilakukan dalam penelitian ini meliputi: a. Perizinan penelitian (Lampiran E.2.).

b. Pengaturan jadwal dengan pihak sekolah untuk uji coba instrumen. c. Uji coba instrumen.

37

d. Analisis butir soal yang telah diujicobakan, untuk mengetahui validitas dan reliabilitas butir soal.

e. Pengambilan data.

Pengambilan data yang dilakukan pertama kali adalah dengan memberikan soal tes konsep Genetika yang diikuti oleh pengisian kuesioner self-efficacy dan metakognitif. Teknis pengambilan data pada instrumen tes konsep Genetika dilakukan dalam 2 jam pelajaran (80 menit), 60 menit pertama dilakukan tes konsep Genetika dan 20 menit terakhir siswa mengisi kuesioner self-efficacy dan metakognitif. Kuesioner ini berisi pertanyaan yang merefleksikan dirinya saat mengerjakan soal pada tes konsep Genetika.

f. Penghitungan skor pada masing-masing instrumen.

g. Membuat peringkat siswa berdasarkan skor pada kuesioner dan tes konsep Genetika.

h. Pemberian angket pada siswa yang memiliki skor tertinggi dan siswa yang memiliki skor terendah. Siswa yang mengisi angket berjumlah delapan orang dan berasal dari empat kelas yang berbeda.

3. Tahap Penyelesaian

Tahap penyelesaian yang dilakukan dalam penelitian ini meliputi: a. Pengolahan data.

b. Pengujian statistika.

Pengujian statistika yang dilakukan dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan uji regresi.

c. Interpretasi hasil olah data.

d. Pembahasan temuan yang didapat dari seluruh instrumen. e. Perumusan kesimpulan.

f. Penyusunan laporan. K. Alur Penelitian

Alur penelitian disusun agar penelitian berlangsung secara terarah, sistematis, dan sesuai tujuan. Alur penelitian dapat dilihat pada Gambar 3.1

38

STUDI PENDAHULUAN

Penyusunan rencana penelitian

Pemilihan sampel sekolah

Seminar rencana penelitian

Perbaikan rencana penelitian Penyusunan

instrumen penelitian

Pembuatan “Kuesioner

Self-efficacy dan

Metakognitif”

Pembuatan angket untuk memilih konsep yang akan digunakan

Pembuatan soal “Tes

Konsep Genetika” Pembuatan angket

Perizinan penelitian

TAHAP JUDGEMENT INSTRUMEN

TAHAP UJI COBA INSTRUMEN

Pelaksanaan “Tes

Konsep Genetika” Pelaksanaan “Kuesioner efficacy dan Metakognitif”Self- Pelaksanaan angket akhir

TAHAP ANALISIS DAN PEMBAHASAN

TAHAP PERUMUSAN KESIMPULAN

TAHAP PENYUSUNAN LAPORAN

Gambar 3.1. Alur Penelitian

TAHAP PENGAMBILAN DATA

Keterangan:

Tahap Persiapan Tahap Pelaksanaan Tahap Penyelesaian

75

BAB V

SIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI

A. Simpulan

Berdasarkan penelitian yang dilakukan, dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan antara self-efficacy dan metakognitif terhadap hasil belajar siswa SMA berdasarkan gender pada konsep Genetika. Hal ini dibuktikan pada temuan penelitian bahwa hasil belajar yang tinggi dipengaruhi oleh tingkat self-efficacy dan metakognitif yang tinggi pula.

Self-efficacy dan metakognitif merupakan dua hal berbeda namun didalamnya terdapat hubungan dalam memengaruhi hasil belajar. Nilai pada uji regresi antara self-efficacy dan metakognitif menunjukkan angka 0.384 yang berarti bahwa terdapat hubungan antara self-efficacy dan metakognitif walaupun berada dalam kategori lemah.

Selain dilakukan uji regresi antara self-efficacy dan metakognitif, juga dilakukan uji regresi pada masing-masing variabel terhadap hasil belajar. Berdasarkan temuan penelitian, dapat disimpulkan bahwa hasil belajar akan lebih baik jika terdapat kedua variabel (self-efficacy dan metakognitif) selama proses pembelajaran. Hal ini dibuktikan dengan nilai R pada masing-masing uji regresi. Nilai R pada uji regresi antara self-efficacy dan metakognitif (nilai kuesioner yang digabung dan dirata-ratakan) dengan hasil belajar menunjukan nilai yang paling tinggi dibandingkan dengan hubungan antara masing-masing variabel terhadap hasil beljara yaitu sebesar 0,612. Hubungan tersebut berada pada kategori hubungan yang kuat. Hal ini menunjukkan bahwa siswa kelas XII SMA tersebut memiliki keyakinan diri yang kuat terhadap kemampuannya juga memiliki kemampuan yang kuat dalam mengeksplorasi, menjelaskan, dan meningkatkan proses berpikir dalam pembelajaran konsep Genetika. Sehingga dapat disimpulkan bahwa hasil belajar akan lebih baik jika dalam proses pembelajarannya terdapat dua variabel (self-efficacy dan metakognitif) yang saling berhubungan, tidak hanya self-efficacy dan metakognitif secara masing-masing.

76

Tingkat self-efficacy dan metakognitif antara siswa laki-laki dan siswa perempuan menunjukkan nilai yang cukup jauh. Tingkat self-efficacy dan metakognitif siswa laki-laki lebih tinggi dibandingkan dengan self-efficacy dan metakognitif siswa perempuan. Hal ini tentunya berpengaruh terhadap hasil belajar. Nilai R pada siswa laki-laki menunjukkan nilai 0,608, sedangkan nilai R pada siswa perempuan sebesar 0,594. Nilai tersebut menunjukkan bahwa siswa laki-laki lebih banyak menggunakan self-efficacy dan metakognitif pada proses pembelajaran sehingga hasil belajar pada konsep Genetika siswa laki-laki lebih tinggi dibandingkan dengan siswa perempuan.

Hasil penelitian yang didapatkan dari angket juga memberikan kesimpulan bahwa self-efficacy dan metakognitif dipengaruhi oleh pengalaman, siswa yang memiliki pengalaman akademik yang baik cenderung memiliki self-efficacy dan metakognitif tinggi karena siswa dengan self-efficacy dan metakognitif tinggi memiliki motivasi yang juga tinggi serta memiliki kemampuan untuk mengatur proses pembelajarannya dan memperbaiki proses pembelajaran.

B. Implikasi dan Rekomendasi

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, terdapat beberapa hal yang harus disampaikan dalam penelitian sejenis, sebagai referensi maupun perbaikan. Diantaranya adalah sebagai berikut:

1. Untuk Guru

a. Berdasarkan hasil penelitian, hasil belajar akan lebih baik jika dalam proses pembelajaran siswa menggunakan self-efficacy dan metakognitif, sehingga guru dapat menciptakan pembelajaran di kelas yang dapat membangun self-efficacy dan metakognitif siswa agar hasil belajar menjadi lebih baik.

b. Pada pembelajaran Biologi, guru sebaiknya mendorong motivasi dan menerapkan metode pembelajaran yang lebih baik terutama pada siswa perempuan. Hal ini bertujuan untuk meningkatkan self-efficacy dan metakognitif siswa perempuan yang berpengaruh terhadap peningkatan hasil belajar. Sebab berdasarkan hasil penelitian, self-efficacy dan metakognitif

77

siswa perempuan lebih rendah pada pembelajaran Biologi dibandingkan dengan siswa laki-laki.

2. Untuk Siswa

a. Berdasarkan hasil penelitian, siswa dapat mengetahui kekurangan yang ia miliki dalam pembelajaran sehingga siswa dapat memperbaiki kekurangan tersebut dan hasil belajar menjadi lebih baik.

b. Berdasarkan hasil penelitian, siswa dapat meningkatkan motivasi dan kinerja dalam pembelajaran melalui efficacy dan metakognitif. Adanya self-efficacy dan metakognitif dalam pembelajaran dapat menciptakan hasil belajar yang lebih baik.

3. Untuk Peneliti

a. Berdasarkan hasil penelitian, masih terdapat kekurangan sehingga penelitian selanjutnya diharapkan dapat meneliti bagaimana cara untuk meningkatkan self-efficacy dan metakognitif siswa yang dilakukan melalui perencanaan, penggunaan strategi, monitor dan evaluasi dalam pembelajaran.

b. Berdasarkan hasil penelitian juga diharapkan dapat meneliti bagaimana metode yang tepat yang diterapkan dalam pembelajaran khususnya pada siswa perempuan agar self-efficacy dan metakognitif siswa perempuan dapat meningkat (tidak tertinggal dari siswa laki-laki) sehingga hasil belajar pada pelajaran Biologi juga dapat meningkat.

Daftar Pustaka

Age, D. (2011). Self-efficacy, goal orientations and learning strategies as mediators between preceeding and subsequent academic achievement. Learning and Individual Differences, 21 191-195.

Anwar. (2004). Pendidikan Kecakapan Hidup. Bandung: Alfabeta.

Aurah, C. M. (2013). The effects of self-efficacy beliefs and metacognition on academic performance: a mixed method study. American Journal of Educational Research, 1(8),334-343.*

Aydin, Y. C., Uzuntirryaki, E., dan Demirdogen, B. (2011). Interplay of motivational and cognitive in predicting self-efficacy and anxiety. Educational Psychology, 31, 55-66. Bandura A (1977) Self-efficacy: Toward a unifying theory of behavioral change.Psychol.Rev.84,

191-215.

Bandura, A. (1986). Social Foundations of Thought and Action: A Social Cognitive Theory. NJ: Prentice Hall Bandura, A. (1997). Self-Efficacy: The Exercise of Control. New York: Freeman Best & Kahn (2003).

Biryukov, P. 2002. Metacognitive aspects of solving combinatorics problems. Journal Education.

Bloom, B. S. (Ed.), Engelhart, M. D. Furst, E. J., Hill, W. H., dan Krathwohl, D. R. (1956). Taxonomy of Educational Objectives, Handbook I: The Cognitive Domain. New York: David McKay Co Inc.

Britner, S. L., & Pajares, F. (2006). Sources of Science Self-Efficacy Beliefs of Middle School Students. Journal of Research in Science Teaching, 43(5), 485.

Campbell, N., A. (2010). BIOLOGI. Jakarta: Erlangga.

Cervone, D. (1989). Effects of envisioning future activities on self-efficacy judgements and motivation: An ability heuristic interpretation. Cognitive Therapy and Research, 13, 246-261.

Coutinho, S. (2008). Self-efficacy, metacognition, and performance. North American Journal of Psychology, 10, 165-172.

Coutinho, S., dan Neuman, G. (2008). A model of metacognition, achievement goal orientation, learning style and self-efficacy. Learning Eviron Res, 11, 131-151.

Downing, K. J. (2009). Self-efficacy and metacognitive development. The International Journal of Learning, 16(4), 185-199.

Dunn R. 1986. Learning style: State of the science. Theory into Practice, 24(1), 10-19.

Ekici, G., Fettahliouglu, P., dan Cibik, A. S. (2012). Biology self-efficacy beliefs of the students studying in the department of biology and department of biology teaching. International Online Journal of Educational Sciences. 4(1), 39-49.

Flavell, J.H.: 1971. First discussant’s comments: What is memory development the development of? Human development, 14 p.277

Garner, R. & Alexander, P.A. (1989). Metacognition: Answered and unanswered questions, Educational Psychologist, 24, 143-158

Hong, Z. R. dan Lin, H. S. (2012). Boys’ and girls’ involvement in science learning and their self-efficacy in Taiwan. International Union of Psychological Science, 48(3), 272-284. Javanmard, A., Hoshmandja, M., dan Ahmadzade, L. (2012). Investigating the relationship

between efficacy, cognitive and metacognitive strategies, and academic self-handicapping with academic achievement in male high school students in the tribes of fars province. Journal of Life Science Biomedicine, 3(1), 27-34.

Joseph, N. (2010). Metacognition Needed: Teaching Middle and High School Students to Develop Strategic Learning Skills, Preventing School Failure, 54 (2) 99-103, Heldref Pub. Legg, A. M., dan Locker, L. (2009). Math performance and its relationship to math anxiety and

metacognition. North American Journal of Psychology, 11, 471-486.

Memnun, D.S.&Akkaya, R. (2009). The levels of metacognitive awareness of primary teacher trainees, Procedia social and behavioral Sciences 1(2009), 1919-1923.

Putri, D. J. (2013). Analisis gender terhadap self-efficacy dan sel-regulated learning, dan prestasi akademik siswa dalam pelajaran matematika dan Bahasa Indonesia. Bogor: Institut

Pertanian Bogor.

Ravikumar, S. dan Manimozhi, T. K. (2011). Self-efficacy among the students of biological sciences at Cuddalore district, TN, India. Indian Journal od Science and Technology, 4(1), 1-4.

Ridley, D.S., Schutz, P.A., Glanz, R.S. & Weinstein, C.E. (1992). Self-regulated Learning: the interactive influence of metacognitive awareness and goal-setting. Journal of Experimental Education 60 (4), 293-306.

Schraw, G. & Dennison, R.S. (1994). Assessing Metacognitive Awareness. Contemporary Educational Psychology 19, 460-475.

Schraw, G., Crippen, K. J., dan Hartley, K. (2006). Promoting self-regulation in science education: metacognition as part of a broader perspective on learning. Research in Science Education 2(36), 111–139.

Simsek, A. dan Balaban, J.(2010) Learning Strategies of Successful and Unsuccessful University Students, Contemporary Educational Technology, 1(1) 36-45.

Smith D.M. dan Colb D.A. (1996). User’s guide for the learning-style inventory. Boston, MA: Hay/McBer Training Resources Group.

Sugiono, Prof. Dr. (2004). Statistik Nonparametrik Untuk Penelitian. ALFABETA: Bandung. Thomas, G., Anderson, D., dan Nashon, s. (2008). Development of an instrument

designed to investigate elements ofscience students’ metacognition,self-efficacy and learning processes:the SEMLI-S. International Journal of Education. 2(32), 1-24.

Zimmerman, B. J. (2000). Attaining Self-Regulation: A Social Cognitive Perspective. In P. R. P. Boekaerts & M. Zeidner (Eds.), Handbook of Self-regulation (Pp. 13-41). San Diego, CA: Academic Press.

Dokumen terkait