• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISIS HUBUNGAN SELF-EFFICACY DAN METAKOGNITIF TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA SMA BERDASARKAN GENDER PADA KONSEP GENETIKA.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "ANALISIS HUBUNGAN SELF-EFFICACY DAN METAKOGNITIF TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA SMA BERDASARKAN GENDER PADA KONSEP GENETIKA."

Copied!
36
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISIS HUBUNGAN SELF-EFFICACY DAN METAKOGNITIF TERHADAP HASIL

BELAJAR SISWA SMA BERDASARKAN GENDER PADA KONSEP GENETIKA

SKRIPSI

diajukan untuk memenuhi sebagian dari syarat memperoleh gelar sarjana S1

Pendidikan Biologi

oleh:

Dewi Purnamasari Suherman

1100985

DEPARTEMEN PENDIDIKAN BIOLOGI

FAKULTAS PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

(2)

ANALISIS HUBUNGAN SELF-EFFICACY DAN METAKOGNITIF TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA SMA BERDASARKAN GENDER PADA KONSEP GENETIKA

Oleh:

Dewi Purnamasari Suherman

1100985

Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana pada Fakultas Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam

© Dewi Purnamasari Suherman 2015

Universitas Pendidikan Indonesia

Hak Cipta dilindungi undang-undang

Skripsi ini tidak boleh diperbanyak seluruhnya atau sebagian,

(3)
(4)

ABSTRACT

This study investigated the effect of self-efficacy beliefs and metacognitive on academic performance among high school students based on gender on Genetics concept. The background of this research is the lower of awareness, motivation, and regulation level that effected by self-efficacy and metacognitive. The purpose of this research is to analyze the effects of self-efficacy beliefs and metacognitive on academic performance among high school students based on gender on Genetic concept. Descriptive method is constructed this study. A total of 60 students XII grader of high school are participated in the study. Data were collected by Self-efficacy and Metacognitive Questionnaire, Genetic Concept Test, and Final Questionnaire. Data were analyzed using inferential statistics, regression. Regression analysis indicated that self-efficacy and metacognitive was a strong predictor of academic performance. This case are showed by the value of regression, so that self-efficacy and metacognitive were inferred was a strong predictor of academic performance. The other finding on this research show that there is a relation between self-efficacy and metacognitive in learning, there is a relation between self-efficacy and high school students’ academic performance on Genetics concept, there is a relation between metacognitive and high school students’ academic performance on Genetics concept, also show that male students are outperforming female students on self-efficacy, metacognitive, and academic performance.

(5)

ABSTRAK

Rendahnya kesadaran, motivasi, dan regulasi diri pada siswa dalam pembelajaran merupakan salah satu masalah utama dalam dunia pendidikan. Hal ini dapat dipengaruhi oleh self-efficacy dan metakognitif. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis hubungan self-efficacy dan metakognitif terhadap hasil belajar siswa SMA berdasarkan gender pada konsep Genetika. Metode penelitian yang digunakan merupakan metode deskriptif. Sebanyak 60 siswa kelas XII SMA dilibatkan dalam penelitian ini. Pengumpulan data dilakukan melalui instrumen berupa Kuesioner Self-efficacy dan Metakognitif, Tes Konsep Genetika, dan Angket. Data dalam penelitian ini diuji dengan menggunakan uji regresi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat hubungan antara self-efficacy dan metakognitif dalam pembelajaran siswa SMA pada konsep Genetika, selain itu juga terdapat hubungan antara masing-masing variabel (self-efficacy dan metakognitif) terhadap hasil belajar siswa SMA pada konsep Genetika, serta terdapat perbedaan tingkat self-efficacy dan metakognitif pada siswa laki-laki menunjukkan hasil yang lebih tinggi dibandingkan dengan siswa perempuan dalam pembelajaran konsep Genetika dan berpengaruh terhadap hasil belajar. Hasil penelitian memberikan kesimpulan bahwa terdapat hubungan yang kuat antara self-efficacy dan metakognitif terhadap hasil belajar siswa SMA pada konsep Genetika

(6)

DAFTAR ISI

Halaman

KATA PENGANTAR... i

UCAPAN TERIMA KASIH... ii

ABSTRAK... iv

ABSTRACT………. v

DAFTAR ISI... vii

DAFTAR TABEL... viii

DAFTAR GAMBAR... x

DAFTAR LAMPIRAN... xi

BAB I PENDAHULUAN... 1 – 6 A. Latar Belakang... 1 – 4 B. Rumusan Masalah... 4 – 5 C. Batasan Masalah……... 5

D. Tujuan Penelitian... 5 – 6 E. Manfaat Penelitian... 6

F. Hipotesis………... 6

BAB II LANDASAN TEORITIS... 7 - 27 A. Self-efficacy……..…………... 8 – 11 B. Metakognitif………... 11 – 15 C. Hubungan Self-efficacy dan Metakognitif……….………... 15 – 19 D.Hasil Belajar………...…... 19 – 21 E.Perbedaan Tingkat Self-efficacy dan Metakognitif Laki-laki dan Perempuan dalam Hubungannya terhadap Hasil Belajar………... 21 – 23 F.Konsep Genetika……… 23 – 27 BAB III METODE PENELITIAN... 28 – 38 A. Lokasi dan Waktu Penelitian... 28

B. Subjek Penelitian... 28

C. Metode Penelitian... 28

D. Desain Penelitian... 28 – 29 E. Definisi Operasional………... 29

(7)

J. Prosedur Penelitian…...……….. 38

K. Alur Penelitian……… 38

BAB IV TEMUAN DAN PEMBAHASAN... 39 – 75 A. Hubungan antara Self-efficacy dan Metakognitif Siswa SMA

dalam Pembelajaran……… 39 – 46

B. Hubungan Self-efficacy dan Hasil Belajar Siswa SMA pada

Konsep Genetika……… 46 – 52

C. Hubungan Metakognitif dan Hasil Belajar Siswa SMA pada

Konsep Genetika... 52 – 58 D. Hubungan Self-efficacy dan Metakognitif terhadap Hasil

Belajar Siswa SMA pada Konsep Genetika... 58 – 68 E. Perbedaan Tingkat Self-efficacy dan Metakognitif Siswa

Laki-laki dengan Siswa Perempuan serta Hubungannya terhadap

Hasil Belajar pada Konsep Genetika... 69 – 54 BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI... 76 78 A. Simpulan………... 76 – 77 B. Implikasi dan

(8)

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1. Kompetensi Inti, Kompetensi Dasar, dan Indikator Konsep Genetika ….... 23 – 24

Tabel 3.1. Rekapitulasi Hasil Analisis Butir Soal Tes Konsep Genetika ………….….. 30 – 31

Tabel 3.2. Persentase Jumlah Butir Soal pada Masing-masing Dimensi

Pengetahuan Kognitif

……….. 31

Tabel 3.3. Teknik Pengumpulan Data

………... 32

Tabel 3.4. Penilaian Berdasarkan Skala Likert-type

………...……….…. 33

Tabel 3.5. Rubrik Penilaian Kuesioner Self-efficacy dan Metakognitif ..…………..…. 33

Tabel 3.6. Kriteria Interpretasi Persentase Kuesioner Self-efficacy dan Metakognitif ... 33

Tabel 3.7. Rubrik Penilaian Tes Konsep Genetika

………..………… 34

Tabel 3.8. Kriteria Interpretasi Hasil Belajar berdasarkan Hasil Tes Konsep Genetika 35

Tabel 3.9. Interpretasi Koefisien Uji Regresi

……….. 35

Tabel 4.1. Hasil Kuesioner Self-efficacy dan Metakognitif ……… 39 – 41

Tabel 4.3. Uji Regresi antara Self-efficacy dengan Metakognitif

(9)

Tabel 4.4. Nilai Signifikansi Uji Regresi antara Self-efficacy dengan Metakognitif ….. 42

Tabel 4.5. Perbandingan Tingkat Self-efficacy dengan Hasil Belajar berdasarkan

Persentase Rata-rata Kuesioner Self-efficacy dan Tes Konsep Genetika ….. 46 – 48

Tabel 4.6. Uji Regresi antara Self-efficacy dan Hasil Belajar

………... 48

Tabel 4.7. Nilai Signifikansi Uji Regresi antara Self-efficacy dan Hasil Belajar

………. 49

Tabel 4.8. Perbandingan Tingkat Metakognitif dengan Hasil Belajar berdasarkan

Persentase Rata-rata Kuesioner Metakognitif dan Tes Konsep Genetika … 52 – 54

Tabel 4.9. Uji Regresi antara Metakognitif dan Hasil Belajar

………. 54

Tabel 4.10. Nilai Signifikansi Uji Regresi antara Metakognitif dan hasil Belajar …….. 55

Tabel 4.11. Perbandingan Tingkat Self-efficacy, Metakognitif, dan Hasil Belajar Berdasarkan Persentase Rata-rata Kuesioner dan Tes Konsep Genetika … 58 – 59

Tabel 4.12. Uji Regresi antara Self-efficacy dan Metakognitif terhadap Hasil Belajar

… 63

Tabel 4.13. Nilai Signifikansi Uji Regresi antara Self-efficacy dan Metakognitif

terhadap Hasil Belajar

………... 63

Tabel 4.14. Perbandingan Jawaban Angket mengenai Self-efficacy dan

(10)

dengan Skor Tinggi dan Siswa dengan Skor Rendah

……….. 64 – 65

Tabel 4.15.Matriks Perbandingan Nilai Hubungan Masing-masing Variabel

terhadap Hasil Belajar Berdasarkan Hasil Uji Regresi

………. 66

Tabel 4.16. Perbandingan Skor Rata-rata Self-efficacy, Metakognitif, dan

Hasil Belajar antara Siswa Laki-laki dengan Siswa Perempuan ………….. 69 – 70

Tabel 4.17. Uji Regresi antara Self-efficacy dan Metakognitif terhadap Hasil Belajar

pada Siswa Laki-laki

………. 72

Tabel 4.18. Uji Regresi antara Self-efficacy dan Metakognitif terhadap Hasil Belajar

pada Siswa Perempuan

………. 72

Tabel 4.19. Perbandingan Nilai Hubungan Self-efficacy dan Metakognitif terhadap Hasil Belajar pada Siswa Laki-laki dengan Siswa Perempuan

Berdasarkan Hasil Uji Regresi

(11)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1. Komponen Metakognitif ………..…... 14 Gambar 2.2. Conceptual Framework of Self Regulation ……….…... 18

Gambar 2.3. Analisis Hubungan Self-efficacy dan Metakognitif terhadap

Hasil Belajar Berdasarkan Gender ………... 23

Gambar 3.1. Alur Penelitian ………... 38

Gambar 4.1. Grafik Perbandingan Nilai Hubungan Masing-masing Variabel

terhadap Hasil Belajar berdasarkan Hasil Uji Regresi ……… 66 Gambar 4.2. Grafik Perbandingan Self-efficacy, Metakognitif, dan Hasil Belajar

(12)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran A. Instrumen Penelitian………..……… 82

Lampiran B. Analisis Butir Soal……….. 104

Lampiran C. Data Hasil Penelitian………. 107

Lampiran D. Hasil Uji Statistika Data Penelitia………. 115

(13)
(14)

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Peningkatan kualitas pendidikan selalu menjadi masalah utama dalam perkembangan pendidikan. Kualitas pendidikan yang dinilai dari hasil pembelajaran telah menunjukkan bahwa pembelajaran masih dapat dikatakan kurang (Aurah, 2013). Hal ini membuat beberapa ahli menulusuri penyebab dari permasalahan tersebut. Penyebab dari permasalahan tersebut terletak pada proses pembelajaran. Beberapa ahli seperti Brown et al. (2008, dalam Aurah, 2013) menemukan adanya kekurangan pada tingkat keyakinan diri siswa terhadap kemampuannya yang berpengaruh terhadap hasil belajar. Dalam dunia pendidikan, keyakinan diri seseorang terhadap kemampuannya dikenal sebagai self-efficacy. Selain itu, Cera et al. (2013) juga menemukan penyebab kurangnya kualitas pendidikan disebabkan oleh

rendahnya kemampuan siswa dalam memproses dan menyimpan informasi serta mengontrol proses yang terjadi dalam pembelajaran. Kemampuan tersebut dilakukan melalui metakognitif. Self-efficacy pada siswa dipercaya dapat membantu meningkatkan kinerja dalam pembelajaran (Aurah, 2013). Siswa yang yakin terhadap kemampuannya, pada umumnya memiliki kesadaran akan potensi maupun kekurangan yang harus diperbaiki dalam pembelajaran. Untuk meningkatkan kualitas pendidikan dibutuhkan kemampuan dalam mengatur proses pembelajaran. Pengaturan proses pembelajaran tersebut dapat dilakukan dengan melibatkan self-efficacy dan metakognitif dalam setiap proses pembelajaran.

Self-efficacy merupakan keyakinan dalam diri seseorang terhadap kemampuannya

(15)

2

masalah. Ashton (1984, dalam Ekici et al., 2004) menyatakan bahwa self-efficacy sangat dibutuhkan terutama pada pelajaran yang siswa anggap sulit, seperti Biologi.

Biologi merupakan salah satu mata pelajaran yang dianggap sulit. Hal ini sesuai dengan hasil survey yang dilakukan oleh Aurah (2013) bahwa sebagian besar siswa berpendapat pelajaran Biologi merupakan pelajaran yang sulit karena pada pelajaran tersebut siswa dituntut dapat menghubungkan satu konsep dengan konsep lainnya. Dalam proses pembelajaran Biologi dibutuhkan keyakinan diri pada siswa terhadap kemampuannya, kesadaran akan potensi dan kekurangan yang dimiliki dalam pembelajaran, serta motivasi untuk meningkatkan kinerja dalam pembelajaran. Keyakinan diri, kesadaran akan potensi dan kekurangan, dan motivasi merupakan hal yang terdapat dalam self-efficacy. Pada proses pembelajaran, self-efficacy memengaruhi pemilihan cara siswa dalam memecahkan suatu masalah dalam soal, kegigihan dalam menghadapi kesulitan pembelajaran, serta tingkat usaha dalam melakukan proses pembelajaran (Aurah, 2013). Berdasarkan penjelasan di atas dapat dinyatakan bahwa self-efficacy dapat berpengaruh terhadap hasil belajar. Britner et al. (2006) menyatakan bahwa pada umumnya tingkat self-efficacy diikuti oleh metakognitif.

(16)

3

Hasil belajar yang diteliti dalam konteks ini merupakan hasil belajar pada konsep Genetika. Konsep Genetika dianalisis dalam penelitian ini karena konsep Genetika merupakan salah satu konsep dalam Biologi yang banyak mengandung aspek-aspek pemecahan masalah. Aspek pemecahan masalah diperlukan dalam penelitian ini untuk mengungkap seberapa jauh tingkat metakognitif siswa. Selain itu juga berdasarkan angket yang disebar kepada beberapa siswa oleh peneliti untuk menanyakan materi pada pelajaran Biologi apa yang paling sulit, sebagian besar siswa menjawab konsep Genetika merupakan materi yang paling sulit dalam pelajaran Biologi. Materi yang paling sulit diteliti dalam penelitian ini bertujuan agar kemampuan siswa dalam menyelesaikan suatu masalah yang terdapat dalam soal evaluasi pembelajaran terlihat dengan jelas. Dengan demikian diharapkan dapat ditelaah kemampuan siswa dalam menjawab atau menyelesaikan masalah melalui self-efficacy dan metakognitif. Self-efficacy dan metakognitif bersifat tidak stabil,

keduanya dapat naik atau pun turun sewaktu-waktu, hal ini dipengaruhi oleh motivasi diri masing-masing siswa (Aurah, 2013).

Dari penelitian yang dilakukan oleh Crandal (1969), ditemukan sebuah fakta bahwa terdapat perbedaan antara self-efficacy laki-laki dan perempuan. Adanya perbedaan tingkat self-efficacy dan metakognitif pada siswa laki-laki dan perempuan dapat berpengaruh terhadap kinerja dan hasil belajar masing-masing siswa.

Pembelajaran yang diterapkan di Indonesia masih belum dapat membuat siswa sadar terhadap proses yang dilakukan siswa dalam pembelajaran, masih belum dapat membangun kemampuan yang dimiliki siswa, dan belum dapat membuat siswa sadar akan strategi yang harus dilakukan dalam pembelajaran (Winarno et al., 2000). Peningkatan kemampuan metakognitif secara signifikan merupakan efek yang dihasilkan dari pembelajaran (Winarno et al., 2000).

(17)

4

belajar telah dilakukan sebelumnya oleh beberapa peneliti di Indonesia maupun di luar negeri. Diantaranya adalah penelitian yang dilakukan oleh Putri (2013) yang meneliti mengenai bagaimana hubungan antara self-efficacy dan self-regulated learning terhadap prestasi akademik remaja pada pelajaran Matematika dan Bahasa

berdasarkan gender. Selain itu juga pernah dilakukan penelitian oleh Aurah (2013) mengenai pengaruh self-efficacy dan metakognitif terhadap pembelajaran yang dilakukan di Kenya. Namun pada penelitian tersebut masih terdapat kekurangan, karena belum mengungkapkan bagaimana hubungan antara self-efficacy dan metakognitif sehingga dapat berpengaruh terhadap hasil belajar. Selain itu, tingkat self-efficacy dan metakognitif berdasarkan gender yang memengaruhi hasil belajar

pada pelajaran Biologi juga belum pernah diungkap.

Berdasarkan masalah pendidikan di Indonesia dan kurangnya penelitian yang mengungkap tentang hubungan self-efficacy dan metakognitif terhadap hasil belajar berdasarkan gender, maka perlu dilakukan penelitian mengenai hubungan self-efficacy dan metakognitif terhadap hasil belajar berdasarkan gender. Hal tersebutlah

yang melatarbelakangi dilakukannya penelitian dengan judul “Analisis Hubungan Self-efficacy dan Metakognitif terhadap Hasil Belajar Siswa SMA Berdasarkan

Gender pada Konsep Genetika”.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini

adalah “Bagaimana hubungan self-efficacy dan metakognitif terhadap hasil belajar

siswa SMA berdasarkan gender pada konsep Genetika?”

Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka dibuat pertanyaan penelitian sebagai berikut:

1. Bagaimana hubungan antara self-efficacy dan metakognitif dalam pembelajaran siswa SMA pada konsep Genetika?

(18)

5

3. Bagaimana hubungan antara metakognitif dan hasil belajar siswa SMA pada konsep Genetika?

4. Bagaimana hubungan antara self-efficacy dan metakognitif terhadap hasil belajar siswa SMA pada konsep Genetika?

5. Adakah perbedaan antara self-efficacy dan metakognitif yang dimiliki siswa laki-laki dengan siswa perempuan dan bagaimana hubungannya terhadap hasil belajar pada konsep Genetika?

C. Batasan Masalah

Pada penelitian ini, permasalahan yang diteliti dibatasi sebagai berikut:

1. Self-efficacy memiliki kedudukan sebagai alat penilaian keyakinan diri dan motivasi siswa selama proses pembelajaran. Indikator self-efficacy yang digunakan dalam penelitian diadaptasi dari SEMLI-S (Thomas et al., 2008) yaitu Self-efficacy, Learning Risk Awareness.

2. Metakognitif sebagai alat penilaian strategi atau cara siswa dalam melakukan proses pembelajaran. Indikator metakognitif yang digunakan dalam penelitian diadaptasi dari SEMLI-S (Thomas et al., 2008) yaitu Connectivity constructivist (CC), Monitoring, Evaluating, and Planning (MEP), dan Control Concentration. 3. Konsep Genetika dibatasi pada subkonsep Genetika Mendel, Hereditas, dan

Mutasi. Ranah kognitif pada konsep Genetika yang dianalisis terdiri dari dimensi C2, C3, C4, dan C5.

4. Variabel lain yang diukur dalam penelitian ini adalah gender.

D. Tujuan Penelitian

Sesuai dengan rumusan masalah yang telah diuraikan di atas, maka tujuan dari penelitian ini:

1. Menganalisis hubungan self-efficacy dan metakognitif dalam pembelajaran. 2. Menganalisis hubungan self-efficacy dan hasil belajar siswa SMA pada konsep

(19)

6

3. Menganalisis hubungan metakognitif dan hasil belajar siswa SMA pada konsep Genetika.

4. Menganalisis hubungan antara self-efficacy dan metakognitif terhadap hasil belajar siswa SMA pada konsep Genetika.

5. Menganalisis perbedaan tingkat self-efficacy dan metakognitif siswa laki-laki dengan siswa perempuan serta hubungannya terhadap hasil belajar pada konsep Genetika.

E. Manfaat Penelitian

Manfaat dari penelitian ini adalah:

1. Hasil penelitian ini dapat menjadi wacana tentang keterkaitan antara self-efficacy dan metakognitif terhadap hasil belajar.

2. Guru dapat menciptakan pembelajaran yang dapat memunculkan self-efficacy dan metakognitif pada siswa dalam pembelajaran untuk meningkatkan hasil belajar. 3. Memberikan feedback dan motivasi kepada siswa SMA dalam meningkatkan

self-efficacy dan metakognitifnya agar hasil belajar menjadi lebih baik terutama pada

pelajaran Biologi.

4. Siswa dapat mengetahui sejauh mana kemampuannya dalam meregulasi diri melalui self-efficacy dan metakognitif sehingga dapat dijadikan sebagai tolak ukur evaluasi dalam pembelajaran.

5. Bagi peneliti, penelitian ini dapat dijadikan sebagai acuan untuk melakukan penelitian lanjutan mengenai bagaimana cara untuk meningkatkan self-efficacy dan metakognitif yang telah dimiliki siswa.

F. Hipotesis

Berdasarkan rumusan masalah yang telah dipaparkan, maka dibuat hipotesis penelitian sebagai berikut:

“Terdapat hubungan antara self-efficacy dan metakognitif terhadap hasil belajar siswa

(20)

28

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Lokasi dan Waktu Penelitian

Lokasi penelitian dilakukan di sebuah SMA Bilingual Boarding School di Bandung. Waktu penelitian dilakukan pada semester genap tahun pelajaran 2014/2015 untuk siswa kelas XII, yaitu pada bulan Maret 2015.

B. Subjek Penelitian

Sampel yang dilibatkan dalam penelitian ini merupakan siswa kelas XII SMA pada salah satu SMA Bilingual Boarding School di Bandung. Sampel yang digunakan berjumlah 72 siswa, 12 siswa digunakan sebagai sampel dalam uji coba instrumen, 60 lainnya digunakan sebagai sampel penelitian yang masing-masing siswa berasal dari empat kelas yang berbeda. 60 siswa yang dijadikan sampel penelitian terdiri dari 30 siswa laki-laki dan 30 siswa perempuan.

C. Metode Penelitian

Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif. Metode pada penelitian ini tidak menggunakan kelas kontrol sebagai pembanding atau tidak melakukan manipulasi terhadap suatu perlakuan. Penelitian ini mendeskripsikan hubungan self-efficacy dan metakognitif siswa dalam memengaruhi peningkatan hasil belajar siswa SMA berdasarkan gender pada konsep Genetika.

D. Desain Penelitian

Keterangan:

X: kelompok yang diuji terhadap suatu variabel yang kemudian efek pada variabelnya akan diukur.

(21)

29

O: pengukuran atau observasi terhadap variabel yang sedang diteliti pada individu, kelompok atau obyek tertentu.

Desain penelitian yang digunakan yaitu One-shoot Case Study, peneliti hanya menganalisis hubungan antara satu variabel dengan variabel lain tanpa memberikan treatment (tidak ada kelas kontrol).

E. Definisi Operasional

Definisi operasional dalam penelitian ini diantaranya adalah sebagai berikut: 1. Self-efficacy

Self-efficacy yang dimaksudkan dalam penelitian ini merupakan keyakinan diri

seseorang terhadap kemampuan yang dimilikinya untuk mencapai suatu keberhasilan dalam pembelajaran (Bandura, 1986). Self-efficacy diukur dengan menggunakan kuesioner yang dimodifikasi dari kuesioner SEMLI-S (Self-efficacy and Metacognitive Learning Inventory – Science) yang disusun oleh Thomas et al. (2008).

2. Metakognitif

Metakognitif yang dimaksudkan dalam penelitian ini merupakan kemampuan yang dimiliki seseorang dalam pembelajaran melalui perencanaan, strategi, pengontrolan, dan evaluasi proses pembelajaran (Flavell, 1981). Metakognitif pada penelitian ini diukur dengan menggunakan instrumen berupa kuesioner yang dimodifikasi dari kuesioner SEMLI-S (Self-efficacy and Metacognitive Learning Inventory – Science) yang disusun oleh Thomas et al. (2008).

3. Hasil belajar

Hasil belajar yang dimaksudkan dalam penelitian ini merupakan hasil pembelajaran yang diperoleh siswa pada bab Genetika. Hasil belajar dalam penelitian ini diukur dengan menggunakan tes, yaitu tes konsep Genetika. Ranah kognitif yang ada dalam tes konsep Genetika berada pada pengetahuan C2, C3, C4, dan C5 dengan dominasi soal berada pada ranah C4.

F. Instrumen Penelitian dan Pengembangannya

(22)

30

1. Kuesioner Self-efficacy dan Metakognitif

Kuesioner Self-efficacy dan Metakognitif digunakan untuk mengukur tingkat self-efficacy dan metakognitif siswa. Kuesioner ini terdiri dari 20 item dengan dua

indikator yang berbeda yaitu self-efficacy dan metakognitif (Lampiran A.1.). Pertanyaan tentang self-efficacy dan metakognitif masing-masing berjumlah 10 nomor. Kuesioner ini diberikan kepada siswa SMA kelas 12 dalam bentuk skala empat Likert type (Lampiran A.2.). Kuesioner self-efficacy dan metakognitif yang digunakan dalam penelitian ini merupakan modifikasi dari kuesioner SEMLI-S (Self-efficacy and Metacognitive Learning Inventory – Science) yang dibuat oleh Thomas et al. (2008) (Lampiran A.3.).

2. Tes Konsep Genetika

Konsep Genetika yang dianalisis dalam penelitian ini tidak melibatkan semua subkonsep. Sub konsep yang ada pada tes konsep Genetika yaitu Genetika Mendel, Hereditas, dan Mutasi. Soal tes konsep Genetika berjumlah 12 soal uraian, sebagian besar soal berada pada jenjang kemampuan C4 (menganalisis). Rincian butir soal tes konsep Genetika terdapat pada kisi-kisi (Lampiran A.4.) dan soal tes konsep Genetika (Lampiran A.5.).

Pengembangan instrumen tes konsep Genetika selanjutnya dengan uji validitas dan reliabilitas dengan menggunakan program ANATES untuk mengetahui tingkat validitas dan reliabilitas butir soal instrumen pada Tes Konsep Genetika, sehingga jika ditemukan butir soal yang tidak valid dan atau reliabilitas rendah dapat dilakukan revisi. Di bawah ini merupakan rekapitulasi hasil analisis butir soal tes konsep Genetika

Tabel 3.1. Rekapitulasi Hasil Analisis Butir Soal Tes Konsep Genetika

No

Daya Pembeda

Taraf

Kesukaran Validitas Kesim. Reliabilitas

Prsn Int Prsn Int Vi Int r Int

1 30% CK 56,7% SD 0,640 ST Terima

0,97 Sangat tinggi

2 30% CK 66,7% SD 0,800 ST Terima

(23)

31

No

Daya Pembeda

Taraf

Kesukaran Validitas Kesim. Reliabilitas

Prsn Int Prsn Int Vi Int r Int

4 30% CK 66,7% SD 0,451 CK Terima

0,97 Sangat tinggi

5 30% CK 55,6% SD 0,564 TG Terima

6 30% CK 72,2% MD 0,094 SR Terima

7 30% CK 66,7% SD 0,788 ST Terima

8 70% BS 50% SD 0,662 ST Terima

9 50% BK 52,1% SD 0,849 ST Terima

10 80% BS 52,8% SD 0,856 ST Terima

11 80% BS 54,2% SD 0,940 ST Terima

12 50% BK 56,7% SD 0,904 ST Terima

Keterangan: Prsn = Persentase, Int = Interpretasi, JL = Jelek, CK = Cukup, BK = Baik, MD=Mudah, SD = Sedang, SK = Sukar, SB = Sangat Buruk, BR = Buruk, KR = Kurang, BK = Baik, BS = Baik Sekali, Vi = Validitas, SR = Sangat Rendah, RD = Rendah, CK = Cukup, TG = Tinggi, Kesim. = Kesimpulan, r = Reliabilitas. Nilai batas signifikasi koefisien korelasi adalah 0,349. (Lampiran B).

Berdasarkan perhitungan uji validitas dan reliabilitas di atas dapat diketahui bahwa butir soal dalam tes konsep Genetika memiliki validitas dan reliabilitas yang sangat tinggi, sehingga tidak dilakukan revisi pada instrumen tes konsep Genetika. Soal dalam tes konsep Genetika mengacu pada dimensi pengetahuan Bloom (1956). Berikut disajikan persentase jumlah butir soal pada masing-masing dimensi pengetahuan kognitif

Tabel 3.2. Persentase Jumlah Butir Soal pada Masing-masing Dimensi Pengetahuan Kognitif Dimensi Pengetahuan C1 (mengingat) C2 (memahami) C3 (mengaplikasi) C4 (menganalisis) C5 (mengevaluasi) C6 (membuat)

Faktual - - - -

Konseptual - 8,3% 33,4% 50% - -

Prosedural - - - - - -

Metakognitif - - - - 8,3% -

3. Angket

Angket digunakan sebagai alat untuk mengukur sejauh mana tingkat self-efficacy dan metakognitif siswa berdasarkan motivasi dalam pembelajaran

(24)

32

(faktor yang paling kuat dalam memengaruhi self-efficacy dan metakognitif). Angket ini diberikan pada siswa dengan skor tertinggi dan siswa dengan skor terendah pada kuesioner self-efficacy dan metakognitif juga pada tes konsep Genetika. Pengisian angket yang hanya dilakukan pada siswa skor tertinggi dan siswa skor terendah bertujuan untuk melihat perbedaan motivasi dan strategi pembelajaran siswa berdasarkan pengalaman akademiknya. Siswa dengan skor tertinggi diduga memiliki motivasi dan strategi pembelajaran yang baik sehingga ia memiliki pengalaman akademik yang baik yang tidak hanya ia dapatkan di sekolah tetapi juga pada suatu kompetisi atau olimpiade. Sebaliknya, siswa dengan skor terendah diduga kurang memiliki motivasi dan strategi dalam pembelajaran sehingga ia tidak memiliki pengalaman yang akademik di sekolah maupun pada sebuah kompetisi atau olimpiade. Untuk membuktikan dugaan tersebut digunakanlah angket (Lampiran A.6.).

Pertanyaan yang terdapat dalam angket dibuat dengan persentase soal self-efficacy sebesar 27,3%, soal metakognitif sebesar 36,4%, dan sisanya 36,3%

merupakan soal yang menanyakan pengalaman mereka dalam prestasinya. G. Teknik Pengumpulan Data

Pengumpulan data dilakukan melalui tes konsep Genetika, kuesioner self-efficacy dan metakognitif, serta angket. Tes konsep Genetika dan kuesioner diberikan pada siswa dalam hari yang sama, sedangkan angket diberikan setelah skor tes konsep dan kuesioner diketahui. Keseluruhan teknik pengumpulan data dapat dilihat pada Tabel 3.3.

Tabel 3.3. Teknik Pengumpulan Data

No. Pengumpulan data

Jenis data Sumber data

Keterangan

1 Tes konsep

Genetika

Tes penguasaan konsep

Siswa Dilakukan setelah uji coba

2 Kuesioner self-efficacy dan metakognitif

Kualitas / tingkatan self-efficacy dan

metakognitif

Siswa Dilakukan setelah pengambilan data tes konsep Genetika

3 Angket Kualitas akademik

(pengalaman prestasi)

Siswa Dilakukan setelah pengambilan data tes konsep Genetika dan kuesioner

(25)

33

H. Teknik Pengolahan Data

1. Kuesioner self-efficacy dan metakognitif

Tahap pengolahan data pada kuesioner self-efficacy dan metakognitif terdiri dari:

a. Memberikan skor

Pemberian skor pada kuesioner self-efficacy dan metakognitif menggunakan skala Likert dengan rentang nilai 1 – 4. Berikut adalah penilaian berdasarkan skala Likert

Tabel 3.4. Penilaian Berdasarkan Skala Likert-type

No. Jawaban item kuesioner self-efficacy dan metakognitif Skor

1 Sangat setuju 4

2 Setuju 3

3 Tidak setuju 2

4 Sangat tidak setuju 1

b. Mengolah skor

a) Menjumlahkan skor yang diperoleh tiap siswa dalam menjawab kuesioner self-efficacy dan metakognitif

b) Menjumlahkan skor total keseluruhan komponen yang dianalisis pada setiap indikator

c) Menentukan skor maksimal

d) Menentukan skor yang diperoleh tiap siswa

Skor = X 100%

Skor maksimal = 80

Tabel 3.5. Rubrik Penilaian Kuesioner Self-efficacy dan Metakognitif Jumlah butir soal Bobot nilai tertinggi Skor maksimal

20 4 80

e) Menghitung rata-rata yang diperoleh siswa dari tiap kelas

f) Melakukan interpretasi atau kriteria self-efficacy dan metakognitif berdasarkan skor yang diperolehnya

Jumlah skor yang diperoleh

(26)

34

Tabel 3.6. Kriteria Interpretasi Persentase Kuesioner Self-efficacy dan Metakognitif

Persentase Predikat

80 – 100% self-efficacy dan metakognitif yang tinggi 60 – 79 % self-efficacy dan metakognitif yang cukup 40 – 59 % self-efficacy dan metakognitif yang rendah 20 – 39 % Tidak memiliki self-efficacy dan metakognitif

Kriteria ini didapatkan dari perhitungan skor maksimal dan skor minimal yang dibandingkan dengan jumlah butir soal, sehingga didapatkan interval persentase dari masing-masing kriteria seperti di atas.

2. Tes konsep Genetika

Tahapan pengolahan data yang diperoleh dari tes konsep Genetika adalah sebagai berikut:

a. Memberikan skor

Pemberian skor pada jawaban setiap item dilakukan dengan menggunakan rubrik. Berikut adalah rubrik penilaian tes konsep Genetika

Tabel 3.7. Rubrik Penilaian Tes Konsep Genetika No. Bentuk Soal Skor maksimal

1 Uraian 5

2 Uraian 1

3 Uraian 8

4 Uraian 3

5 Uraian 3

6 Uraian 3

7 Uraian 7

8 Uraian 3

9 Uraian 8

10 Uraian 6

11 Uraian 8

12 Uraian 10

Total skor 65

b. Mengolah skor

Pengolahan skor pada tes konsep Genetika dilakukan dengan tahapan-tahapan sebagai berikut:

1) Menjumlahkan skor yang diperoleh tiap siswa dalam menjawab soal tes konsep Genetika

2) Menentukan skor maksimal

(27)

35

Skor = X 100

Skor maksimal = 65

4) Membuat peringkat dari tiap kelas yang dijadikan subjek penelitian berdasarkan skor yang diperoleh

5) Melakukan interpretasi atau kriteria hasil belajar berdasarkan skor yang diperoleh pada tes konsep Genetika

Tabel 3.8. Kriteria Interpretasi Hasil Belajar berdasarkan Hasil Tes Konsep Genetika

Persentase Predikat

80 – 100% Sangat tinggi

60 – 79 % Tinggi

40 – 59 % Cukup

20 – 39 % Rendah

0 – 19 % Sangat rendah

6) Menghitung rata-rata skor dari tiap kelas

Jawaban siswa disesuaikan dengan kunci jawaban tes konsep Genetika (Lampiran A.7.).

3. Angket

a. Memberikan skor

Skor yang diberikan pada instrumen angket berupa penilaian secara kualitatif. b. Mengolah skor

Hasil angket diolah untuk mendukung data dari hasil kuesioner self-efficacy dan metakognitif dan tes konsep Genetika.

I. Analisis Data

Data yang diperoleh melalui instrumen selanjutnya akan dianalisis dengan menggunakan uji statistika, yaitu uji regresi. Uji regresi digunakan untuk mengetahui hubungan antara self-efficacy dan metakognititf terhadap hasil belajar. uji regresi dilakukan dengan menggunakan program SPSS 16.0. Nilai uji regresi selanjutnya di interpretasi untuk mengetahui kategori dari hubungan antar variabel yang diujikan. Interpretasi koefisien uji regresi dapat dilihat pada tabel dibawah ini

Jumlah skor yang diperoleh

(28)

36

Tabel 3.9. Interpretasi Koefisien Uji Regresi (Sugiono, 2004)

Rentang nilai Interpretasi

0,00 – 0,199 Sangat lemah 0,20 – 0,399 Lemah 0,40 – 0,599 Cukup 0,60 – 0,799 Kuat

0,80 – 1,00 Sangat kuat

J. Prosedur Penelitian

Penelitian ini dilakukan dalam beberapa tahap yaitu tahap persiapan, tahap pelaksanaan, dan tahap pengolahan data.

1. Tahap Persiapan

Tahap persiapan yang dilakukan dalam penelitian ini meliputi: a. Studi literatur mengenai self-efficacy dan metakognitif b. Penyusunan rencana penelitian.

c. Seminar rencana penelitian. d. Perbaikan rencana penelitian. e. Pembuatan instrumen berupa:

1) Kuesioner self-efficacy dan metakognitif, digunakan untuk mengukur tingkat self-efficacy dan metakognitif siswa

2) Tes konsep Genetika, digunakan untuk mengukur hasil belajar siswa pada bab Genetika

3) Angket, digunakan untuk mengetahui perbedaan tingkat self-efficacy dan metakognitif pada siswa dengan skor tertinggi dan siswa dengan skor terendah pada kuesioner dan tes konsep Genetika yang diukur berdasarkan pengalaman akademik.

f. Judgement instrumen yang dilakukan oleh dosen ahli (Lampiran E.1.). g. Pemilihan sampel sekolah.

2. Tahap Pelaksanaan

Tahap pelaksanaan yang dilakukan dalam penelitian ini meliputi: a. Perizinan penelitian (Lampiran E.2.).

(29)

37

d. Analisis butir soal yang telah diujicobakan, untuk mengetahui validitas dan reliabilitas butir soal.

e. Pengambilan data.

Pengambilan data yang dilakukan pertama kali adalah dengan memberikan soal tes konsep Genetika yang diikuti oleh pengisian kuesioner self-efficacy dan metakognitif. Teknis pengambilan data pada instrumen tes konsep Genetika dilakukan dalam 2 jam pelajaran (80 menit), 60 menit pertama dilakukan tes konsep Genetika dan 20 menit terakhir siswa mengisi kuesioner self-efficacy dan metakognitif. Kuesioner ini berisi pertanyaan yang

merefleksikan dirinya saat mengerjakan soal pada tes konsep Genetika. f. Penghitungan skor pada masing-masing instrumen.

g. Membuat peringkat siswa berdasarkan skor pada kuesioner dan tes konsep Genetika.

h. Pemberian angket pada siswa yang memiliki skor tertinggi dan siswa yang memiliki skor terendah. Siswa yang mengisi angket berjumlah delapan orang dan berasal dari empat kelas yang berbeda.

3. Tahap Penyelesaian

Tahap penyelesaian yang dilakukan dalam penelitian ini meliputi: a. Pengolahan data.

b. Pengujian statistika.

Pengujian statistika yang dilakukan dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan uji regresi.

c. Interpretasi hasil olah data.

d. Pembahasan temuan yang didapat dari seluruh instrumen. e. Perumusan kesimpulan.

f. Penyusunan laporan. K. Alur Penelitian

(30)

38

STUDI PENDAHULUAN

Penyusunan rencana penelitian

Pemilihan sampel sekolah

Seminar rencana penelitian

Perbaikan rencana penelitian Penyusunan

instrumen penelitian

Pembuatan “Kuesioner

Self-efficacy dan

Metakognitif”

Pembuatan angket untuk memilih konsep yang akan digunakan

Pembuatan soal “Tes

Konsep Genetika” Pembuatan angket

Perizinan penelitian

TAHAP JUDGEMENT INSTRUMEN

TAHAP UJI COBA INSTRUMEN

Pelaksanaan “Tes

Konsep Genetika” Pelaksanaan “Kuesioner efficacy dan Metakognitif”

Self-Pelaksanaan angket akhir

TAHAP ANALISIS DAN PEMBAHASAN

TAHAP PERUMUSAN KESIMPULAN

[image:30.612.103.569.108.658.2]

TAHAP PENYUSUNAN LAPORAN

Gambar 3.1. Alur Penelitian

TAHAP PENGAMBILAN DATA

Keterangan:

Tahap Persiapan

Tahap Pelaksanaan

(31)

75

BAB V

SIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI

A. Simpulan

Berdasarkan penelitian yang dilakukan, dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan antara self-efficacy dan metakognitif terhadap hasil belajar siswa SMA berdasarkan gender pada konsep Genetika. Hal ini dibuktikan pada temuan penelitian bahwa hasil belajar yang tinggi dipengaruhi oleh tingkat self-efficacy dan metakognitif yang tinggi pula.

Self-efficacy dan metakognitif merupakan dua hal berbeda namun didalamnya

terdapat hubungan dalam memengaruhi hasil belajar. Nilai pada uji regresi antara self-efficacy dan metakognitif menunjukkan angka 0.384 yang berarti bahwa terdapat

hubungan antara self-efficacy dan metakognitif walaupun berada dalam kategori lemah.

(32)

76

Tingkat self-efficacy dan metakognitif antara siswa laki-laki dan siswa perempuan menunjukkan nilai yang cukup jauh. Tingkat self-efficacy dan metakognitif siswa laki-laki lebih tinggi dibandingkan dengan self-efficacy dan metakognitif siswa perempuan. Hal ini tentunya berpengaruh terhadap hasil belajar. Nilai R pada siswa laki-laki menunjukkan nilai 0,608, sedangkan nilai R pada siswa perempuan sebesar 0,594. Nilai tersebut menunjukkan bahwa siswa laki-laki lebih banyak menggunakan self-efficacy dan metakognitif pada proses pembelajaran sehingga hasil belajar pada

konsep Genetika siswa laki-laki lebih tinggi dibandingkan dengan siswa perempuan. Hasil penelitian yang didapatkan dari angket juga memberikan kesimpulan bahwa self-efficacy dan metakognitif dipengaruhi oleh pengalaman, siswa yang memiliki

pengalaman akademik yang baik cenderung memiliki self-efficacy dan metakognitif tinggi karena siswa dengan self-efficacy dan metakognitif tinggi memiliki motivasi yang juga tinggi serta memiliki kemampuan untuk mengatur proses pembelajarannya dan memperbaiki proses pembelajaran.

B. Implikasi dan Rekomendasi

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, terdapat beberapa hal yang harus disampaikan dalam penelitian sejenis, sebagai referensi maupun perbaikan. Diantaranya adalah sebagai berikut:

1. Untuk Guru

a. Berdasarkan hasil penelitian, hasil belajar akan lebih baik jika dalam proses pembelajaran siswa menggunakan self-efficacy dan metakognitif, sehingga guru dapat menciptakan pembelajaran di kelas yang dapat membangun self-efficacy dan metakognitif siswa agar hasil belajar menjadi lebih baik.

(33)

77

siswa perempuan lebih rendah pada pembelajaran Biologi dibandingkan dengan siswa laki-laki.

2. Untuk Siswa

a. Berdasarkan hasil penelitian, siswa dapat mengetahui kekurangan yang ia miliki dalam pembelajaran sehingga siswa dapat memperbaiki kekurangan tersebut dan hasil belajar menjadi lebih baik.

b. Berdasarkan hasil penelitian, siswa dapat meningkatkan motivasi dan kinerja dalam pembelajaran melalui efficacy dan metakognitif. Adanya self-efficacy dan metakognitif dalam pembelajaran dapat menciptakan hasil belajar

yang lebih baik.

3. Untuk Peneliti

a. Berdasarkan hasil penelitian, masih terdapat kekurangan sehingga penelitian selanjutnya diharapkan dapat meneliti bagaimana cara untuk meningkatkan self-efficacy dan metakognitif siswa yang dilakukan melalui perencanaan,

penggunaan strategi, monitor dan evaluasi dalam pembelajaran.

(34)

Daftar Pustaka

Age, D. (2011). Self-efficacy, goal orientations and learning strategies as mediators between preceeding and subsequent academic achievement. Learning and Individual Differences, 21 191-195.

Anwar. (2004). Pendidikan Kecakapan Hidup. Bandung: Alfabeta.

Aurah, C. M. (2013). The effects of self-efficacy beliefs and metacognition on academic performance: a mixed method study. American Journal of Educational Research, 1(8),334-343.*

Aydin, Y. C., Uzuntirryaki, E., dan Demirdogen, B. (2011). Interplay of motivational and cognitive in predicting self-efficacy and anxiety. Educational Psychology, 31, 55-66.

Bandura A (1977) Self-efficacy: Toward a unifying theory of behavioral change.Psychol.Rev.84, 191-215.

Bandura, A. (1986). Social Foundations of Thought and Action: A Social Cognitive Theory. NJ: Prentice Hall Bandura, A. (1997). Self-Efficacy: The Exercise of Control. New York: Freeman Best & Kahn (2003).

Biryukov, P. 2002. Metacognitive aspects of solving combinatorics problems. Journal Education.

Bloom, B. S. (Ed.), Engelhart, M. D. Furst, E. J., Hill, W. H., dan Krathwohl, D. R. (1956). Taxonomy of Educational Objectives, Handbook I: The Cognitive Domain. New York: David McKay Co Inc.

Britner, S. L., & Pajares, F. (2006). Sources of Science Self-Efficacy Beliefs of Middle School Students. Journal of Research in Science Teaching, 43(5), 485.

Campbell, N., A. (2010). BIOLOGI. Jakarta: Erlangga.

Cervone, D. (1989). Effects of envisioning future activities on self-efficacy judgements and motivation: An ability heuristic interpretation. Cognitive Therapy and Research, 13, 246-261.

Coutinho, S. (2008). Self-efficacy, metacognition, and performance. North American Journal of Psychology, 10, 165-172.

(35)

Downing, K. J. (2009). Self-efficacy and metacognitive development. The International Journal of Learning, 16(4), 185-199.

Dunn R. 1986. Learning style: State of the science. Theory into Practice, 24(1), 10-19.

Ekici, G., Fettahliouglu, P., dan Cibik, A. S. (2012). Biology self-efficacy beliefs of the students studying in the department of biology and department of biology teaching. International Online Journal of Educational Sciences. 4(1), 39-49.

Flavell, J.H.: 1971. First discussant’s comments: What is memory development the development of? Human development, 14 p.277

Garner, R. & Alexander, P.A. (1989). Metacognition: Answered and unanswered questions, Educational Psychologist, 24, 143-158

Hong, Z. R. dan Lin, H. S. (2012). Boys’ and girls’ involvement in science learning and their self-efficacy in Taiwan. International Union of Psychological Science, 48(3), 272-284.

Javanmard, A., Hoshmandja, M., dan Ahmadzade, L. (2012). Investigating the relationship between efficacy, cognitive and metacognitive strategies, and academic self-handicapping with academic achievement in male high school students in the tribes of fars province. Journal of Life Science Biomedicine, 3(1), 27-34.

Joseph, N. (2010). Metacognition Needed: Teaching Middle and High School Students to Develop Strategic Learning Skills, Preventing School Failure, 54 (2) 99-103, Heldref Pub.

Legg, A. M., dan Locker, L. (2009). Math performance and its relationship to math anxiety and metacognition. North American Journal of Psychology, 11, 471-486.

Memnun, D.S.&Akkaya, R. (2009). The levels of metacognitive awareness of primary teacher trainees, Procedia social and behavioral Sciences 1(2009), 1919-1923.

Putri, D. J. (2013). Analisis gender terhadap self-efficacy dan sel-regulated learning, dan prestasi akademik siswa dalam pelajaran matematika dan Bahasa Indonesia. Bogor: Institut

Pertanian Bogor.

Ravikumar, S. dan Manimozhi, T. K. (2011). Self-efficacy among the students of biological sciences at Cuddalore district, TN, India. Indian Journal od Science and Technology, 4(1), 1-4.

Ridley, D.S., Schutz, P.A., Glanz, R.S. & Weinstein, C.E. (1992). Self-regulated Learning: the interactive influence of metacognitive awareness and goal-setting. Journal of Experimental Education 60 (4), 293-306.

(36)

Schraw, G., Crippen, K. J., dan Hartley, K. (2006). Promoting self-regulation in science education: metacognition as part of a broader perspective on learning. Research in Science Education 2(36), 111–139.

Simsek, A. dan Balaban, J.(2010) Learning Strategies of Successful and Unsuccessful University Students, Contemporary Educational Technology, 1(1) 36-45.

Smith D.M. dan Colb D.A. (1996). User’s guide for the learning-style inventory. Boston, MA: Hay/McBer Training Resources Group.

Sugiono, Prof. Dr. (2004). Statistik Nonparametrik Untuk Penelitian. ALFABETA: Bandung.

Thomas, G., Anderson, D., dan Nashon, s. (2008). Development of an instrument

designed to investigate elements ofscience students’ metacognition,self-efficacy and learning processes:the SEMLI-S. International Journal of Education. 2(32), 1-24.

Gambar

Tabel 3.1. Rekapitulasi Hasil Analisis Butir Soal Tes Konsep Genetika
Tabel 3.2. Persentase Jumlah Butir Soal pada Masing-masing Dimensi Pengetahuan Kognitif
Tabel 3.3. Teknik Pengumpulan Data Jenis data
Tabel 3.7. Rubrik Penilaian Tes Konsep Genetika No. Bentuk Soal Skor maksimal
+3

Referensi

Dokumen terkait

1) Penelitian bermanfaat bagi penulis untuk mengenal dan memahami kondisi psikologis para penderita kanker payudara. 2) Penelitian ini sangat bermanfaat sebagai bekal bagi penulis

Kegiatan yang ditandai adanya kesengajaan dari kedua belah pihak yaitu pihak pendidik yang sengaja membelajarkan peserta didik, dan peserta didik yang senagja untuk

Yang dimaksud dengan pelayanan navigasi penerbangan dilaksanakan dalam keadaan darurat penerbangan adalah pelayanan navigasi penerbangan yang diberikan kepada pesawat udara

Pada masalah khusus membahas mengenai tata bangunan kantor Suku Dinas Pemadam Kebakaran Jakarta Selatan untuk sebagai bangunan penunjang aksibilitas petugas Pemadam Kebakaran

Proyek tersebut dibangun dengan luas tanah 4.720 m2, serta luas bangunan 45.211,7 m2, yang terdiri dari Office Tower 29 lantai, Car Parks 3 lantai pada basemant dan 8 lantai

Variabel dalam penelitian ini terdiri dari tiga variable, yaitu dua variabel bebas (independent va riables) dalam penelitian ini adalah: kepemimpinan instruksional

Dinas Pemadam Kebakaran Propinsi DKI Jakarta adalah unsur pelaksanaan pemerintah daerah yang diberikan tanggung jawab dalam melaksanakan tugas tugas penanganan masalah

Ketika dilarutkan dalam atau dicampur dengan bahan lain dan dalam kondisi yang menyimpang dari yang disebutkan dalam EN374 silahkan hubungi suplier sarung tangan CE-resmi (misalnya