• Tidak ada hasil yang ditemukan

METODE PENELITIAN

D. Instrumen Penelitian

Data yang diperoleh dalam penelitian ini terdiri dari dua jenis, yaitu tes dan non tes. Instrumen dalam jenis tes adalah tes penalaran dan komunikasi matematika. Instrumen dalam non-tes terdiri dari lembar observasi, kegiatan siswa dan guru, angket sikap siswa, serta pedoman wawancara untuk siswa dan guru terhadap teknik problem posing. Instrumen ini dikembangkan melalui beberapa tahap, yaitu tahap pembuatan instrumen, tahap penyaringan dan tahap uji caba instrumen untuk tes kemampuan penalaran dan kemampuan komunikasi matematika. Sebelum soal diuji cobakan, peneliti berdiskusi dengan guru kelas V

47

Kanedi, 2014

Pembelajaran Matematika Dengan Teknik Problem Posing Untuk Meningkatkan Kemampuan Penalalaran Dan Komunikasi Matematis Siswa Sekolah Dasar

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

B, dan C SDN Duren 3 Klari Karawang, kemudian dikonsultasikan kepada pembimbing. Pada awalnya instrumen tes kemampuan penalaran dan komunikasi matematika diuji cobakan secara terbatas kepada 10 siswa kelas 6 SD. Dari uji coba 10 siswa ini diperoleh masukan untuk merevisi naskah soal tersebut. Kemudian soal yang telah direvisi diujicobakan kepada siswa satu kelas dengan peserta didik sebanyak 30 siswa.

Berdasarkan keterangan dari UPTD Pendidikan Kecamatan Klari bahwa sekolah tempat ujicoba instrumen termasuk pada level sekolah dengan kualifikasi sedang, hal tersebut dilihat dari rata-rata Ujian Nasional Tahun 2012. Kemudian hasilnya dianalisis dengan menggunakan anates Versi 4.0.5. Namun berdasarkan hasi analisis tersebut masih terdapat 1 butir soal yang belum valid, yaitu butir soal nomor 3. Hal ini dikerenakan butir soal yang belum dipengerti oleh siswa. Setelah itu penulis kembali mendiskusikan hal tersebut dengan dosen pembimbing dan sepakat untuk tetap menggunakan keseluruhan tes dengan mengubah redaksi soal terlebih dahulu. Selanjutnya instrumen tes kemampuan penalaran dan kemampuan komunikasi matematika diuji cobakan di luar kelas subjek penelitian. Kelas yang menjadi uji coba instrumen yaitu kelas VI B SDN Duren 3 Klari Karawang. Hasil ujicoba dianalisis menggunakan bantuan program Anates 4.0.5. dan menunjukan bahwa semua soal menunjukan tingkat kesukaran yang sedang. Oleh karena itu soal perlu diperbaiki dan dilakukan ujicoba ulang. Naskah soal tes kemampuan penalaran dan kemampuan komunikasi matematika terlampir.

Setelah ujicoba yang kedua dilakukan, kemudian data hasil ujicoba instrumen dianalisis dengan menggunakan program Anates Versi 4.0.5. Berdasarkan hasil ujicoba tersebut diperoleh bahwa semua butir soal adalah valid dan layak untuk dijadikan sebagai instrumen penelitian. Hasil ujicoba instrumen tersebut terlampir. Setiap instrumen penelitian ini selanjutnya dibahas sebagai berikut:

a. Tes Penalaran dan Komunikasi Matematika

Tes kemampuan penalaran dan komunikasi matematika dalam penelitian ini, digunakan untuk memperoleh data kuantitatif berupa kemampuan siswa dalam menyelesaikan soal-soal penalaran dan komunikasi matematika, pada materi

48

Kanedi, 2014

Pembelajaran Matematika Dengan Teknik Problem Posing Untuk Meningkatkan Kemampuan Penalalaran Dan Komunikasi Matematis Siswa Sekolah Dasar

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

volume kubus dan balok. Tes diberikan pada awal pembalajar (pretes) dan akhir pembelajaran (postes)

Jumlah soal dalam tes penalaran dan komunikasi matematika sebanyak sepuluh butir. Setiap soal disusun dalam bentuk essay yang terdiri dari lima soal kemampuan penalaran dan lima soal kemampuan komunikasi. Bentuk soal essay ini dapat memberikan kesempatan kepada siswa untuk dan mengemukakan ide-ide matematika. Hal ini sesuai dengan yang dipersyaratkan oleh Petersson, Resnick dan Lubienski (Herman, 2006: 73) bahwa tes dengan tipe ini cocok untuk mengukur daya matematis siswa.

Tes kemampuan penalaran dan komunikasi matematika ini dikembangkan dari peneliti dengan materi volume kubus dan balok dengan langkah-langkah sebagai berikut:

1) Membuat kisi-kisi tes yang sesuai dengan indikator pembelajaran, indikator kemampuan penalaran matematika dan indikator kemampuan komunikasi matematika, yang disesuaikan dengan tingkat kesukaran soal. Kisi-kisi tes penalaran dan komunikasi dapat dilihat pada lampiran B.1 2) Membuat soal berdasarkan kisi-kisi soaltes penalaran dan komunikasi

matematika (pretes dan postes) dapat dilihat pada lampiran B2

3) Menilai validitas muka dan validitas isi (content validity) yang dilakukan oleh dosen pembingbing dan guru kelas V SD.

4) Memeriksa tingkat keterbacaan soal yang dilakukan oleh mahasiswa S2 Program Studi Pendidikan Dasar, guru SD, dan beberapa orang siswa SD. 5) Mengujicobakan tes yang kemudian dilanjutkan dengan menghitung

validitas, relibilitas, tingkat kesukaran, dan pembeda. b. Pedoman penyekoran tes penalaran dan komunikasi

Untuk memperoleh data yang objektif dari tes penalaran dan komunikasi matematika, maka ditentukan pedoman penyekoran yang proposional untuk setiap butir soal. Dalam penelitian ini penyekoran menggunakan rubrik yang dibedakan untuk masing-masing kemampuan. Pedoman penyekoran untuk mengukur kemampuan penalaran matematika diadaptasi dari Carroll (1999) yang disajikan pada tabel.3.3.

49

Kanedi, 2014

Pembelajaran Matematika Dengan Teknik Problem Posing Untuk Meningkatkan Kemampuan Penalalaran Dan Komunikasi Matematis Siswa Sekolah Dasar

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu Tabel 3.3

Pedoman Penyekoran Tes Kemampuan Penalaran Matematika

Skor indikator

0  Tidak ada jawaban,

 Menjawab tidak sesuai dengan pertanyaan, atau  Tidak adajawaban yang benar

1

 Hanya sebagian penjelasan dengan menggunakan gambar, fakta, dan hubungan

 Mengikuti argumen-arguman logis dalam menyelesaikan soal  Menarik kesimpulan logis dengan benar

2

 Hampir semua penjelasan menggunakan gambar, fakta, dan hubungan

 Mengikuti argumen-arguman logis dalam menyelesaikan soal  Menarik kesimpulan logis dengan benar

3

 Semua penjelasan menggunakan gambar, fakta, dan hubungan  Mengikuti argumen-arguman logis dalam menyelesaikan soal  Menarik kesimpulan logis dengan lengkap, jelas, dan benar 4

 Jawaban benar disertai dengan alasan yang benar

 Mengikuti argumen-arguman yang logis dalam menyelesaikan soal  Menarik kesimpulan logis dan benar

Sedangkan pedoman penyekoran untuk mengukur kemampuan komunikasi matematika diadapsi dari Cai, Lane, & Jacabsin (1996) yang disajikan pada tabel 3.4. Tabel 3.4

Pedoman Pensekoran Tes Kemampuan Komunikasi Matematika

Skor Indikator

0

Tidak ada jawaban, meskipun ada, maka hanya memperlihatkan tidak memahami konsep sehingga informasi yang diberikan tidak berarti apa apa.

1 Hanya sedikit penjelasan, tabel, gambar grafik, diagram atau model matematika yang benar

2

Penjelasan secara matematika masuk akal namun hanya sebagian lengkap dan benar. Membuat tabel, gambar, grafik atau diagram hampir benar namun tidak lengkap. Membuat model matematika hampir

namun salah dalam mendapatkan solusi.

3

Penjelasan secara matematik masuk akal dan benar, meskipun tidak tersusun secara logis. Membuat tabel, gambar, grafik atau diagram dengan benar namun tidak lengkap. Membuat model matematika benar namunkurang benar dalam mendapatkan solusi

4

Penjelasan secara matematika masuk akal dan benar, serta tersusun secara logis. Membuat tabel, gambar, grafik atau diagram lengkap dan benar. Membuat model matematika dan mendapatkan solusi yang benar.

50

Kanedi, 2014

Pembelajaran Matematika Dengan Teknik Problem Posing Untuk Meningkatkan Kemampuan Penalalaran Dan Komunikasi Matematis Siswa Sekolah Dasar

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu c. Analisis uji coba tes penalaran dan komunikasi matematika

Sebelum pretes dilakukan, instrumen terlebih dahulu diujicobakan kepada sekelompok siswa kelas V SD yang telah mempelajari volume bangun ruang dan balok. Ujicoba dilakukan pada satu kelas yang mewakili sekolah yaitu kelas V B sebanyak 30 siswa. Uji coba instrumen dianalisi dengan menggunakan progran ANATES Versi 4.0.5

1. Validitas butir soal

Pengujian validitas bertujuan untuk melihat tingkat kesahihan (ketepatan) suatu alat ukur. Suatu instrumen dikatakan valid jika dapat mengukur apa yang seharusnya diukur (Sugiyono) dalam Akdon (2008). Pengujian validitas dilakukan dengan analisis faktor, yaitu mengkorelasikan antara skor butir soal dengan faktor total dengan menggunakan rumus Pearson Product Moment

Dengan bantuan program ANATES Versi 4.0.5. dapat diperoleh secara langsung koefisien korelasi setiap butir soal. Setelah diketahui koefisien korelasi

(rxy), maka langkah selanjutnya adalah mengkonsultasikan dengan nilai

r

tabel Product moment table pada interval kepercayaan 95% dengan derajat kebebasan n - 2. Setiap butir soal dikatakan valid jika nilai rxy lebih besar dari pada nilai

r

tabel (Muhidin dan Abdurahman, 2007). Hasil analisis tes penalaran dan komunikasi matematika disajikan pada tabel 3.5.

Tabel 3.5 Analisis Validitas Tes KemampuanPenalaran Matematika Dan Komunikasi Matematika

Nomor Soal xy

r

tabel keterangan

Kemampuan Penalaran Matematika 1 0,824 0,339 Valid 2 0,850 0,339 Valid 3 0,766 0,339 Valid 4 0,864 0,339 Valid 5 0,836 0,339 Valid Kemampuan Komunikasi Matematika 1 0,862 0,339 Valid 2 0,718 0,339 Valid 3 0,745 0,339 Valid 4 0,815 0,339 Valid 5 0,795 0,339 Valid

51

Kanedi, 2014

Pembelajaran Matematika Dengan Teknik Problem Posing Untuk Meningkatkan Kemampuan Penalalaran Dan Komunikasi Matematis Siswa Sekolah Dasar

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Dari Tabel 3.5 dapat disimpulkan bahwa walaupun koefisien korelasi (rxy)

berbeda namun tetap lebih besar jika dibanding kan dengan nilai

r

tabel. Dengan demikian, semua butir soaldalam tes kemampuan penalaran dan komunikasi matematika adalah valid.

2. Reliabilitas butir soal

Pengujian reliabilitas dilakukan untuk mengukur ketepatan instrumen atau ketepatan siswa dalam menjawab alat evaluasi tersebut. Suatu alat evaluasi (instrumen) dikatakan valid bila reliabilitasnya tinggi. Untuk mengetahui apakah suatu tes memililki reliabilitas tinggi, atau rendah dapat dilihat dari nilai koefisien reliabilitasnya.

Berdasarkan hasil ujicoba reliabilitas butir soal secara keseluruhan dengan bantuan program ANATES Versi 4.0.5 diperoleh koefisien reliabilitas tes sebesar 0,86 untuk kemampuan penalaran dan 0,90 komunikasi matematika. Ini berarti bahwa tes kemampuan penalaran dan kemampuan komunikasi matematika reliabilitas yang tinggi.

3. Daya pembeda

Perhitungan daya pembeda dimaksudkan untuk mengetahui sejauh mana suatu alat evaluasi (tes) dapat membedakan antara siswa yang berada pada kelompok atas (kemampuan tinggi) dan siswa yang berada pada kelompok bawah (kemampuan rendah).

Daya pembeda untuk teskemampuan penalaran dan kemampuan komunikasi matematika dapat disajikan pada tabel 3.6.

52

Kanedi, 2014

Pembelajaran Matematika Dengan Teknik Problem Posing Untuk Meningkatkan Kemampuan Penalalaran Dan Komunikasi Matematis Siswa Sekolah Dasar

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu Tabel 3.6.

Analisis Daya Pembeda Tes Kemampuan Penalaran dan Komunikasi Matematika

Jenis Kemampuan Nomor Soal Daya Pembeda (%) Interpretasi Daya Pembeda Kemampuan Penalaran Matematika 1 37,50 Baik 2 53,13 Sangat Baik 3 40,63 Baik 4 43,75 Baik 5 40,63 Baik Kemampuan Komunikasi Matematika 1 62,50 Sangat Baik 2 46,88 Baik 3 34,38 Baik 4 50,00 Sagat Baik 5 37,50 Baik

Dari tabel 3.6 dapat disimpulkan bahwa dari sepuluh soal yang terdapat pada tes kemampuan penalaran dan kemampuan komunikasi matematika tidak ada yang mempunyai daya pembeda kurang sehingga soal tersebut dapat dipergunakan untuk penelitian.

4. Tingkat Kesukaran

Tingkat kesukaran soal diperoleh dengan menghitung persentase siswa dalam menjawab butir soal dengan benar. Semakin kecil persentase menunjukkan bahwa butir soal semakin sukar dan semakin besar persentase menunjukkan bahwa butir soal semakin mudah. Tingkat kesukaran untuk tes kemampuan penalaran dan kemampuan komunikasi matematika disajikan dalam tabel 3.7

53

Kanedi, 2014

Pembelajaran Matematika Dengan Teknik Problem Posing Untuk Meningkatkan Kemampuan Penalalaran Dan Komunikasi Matematis Siswa Sekolah Dasar

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu Tabel 3.7

Analisis Tingkat Kesukaran Tes Kemampuan Penalaran dan Komunikasi Matematika

Jenis Kemampuan Nomor soal

Tingkat kesukaran (%) Interpretasi tingkat kesukaran Kemampuan Penalaran Matematika 1 59,38 Sedang 2 54,69 Sedang 3 76,56 Mudah 4 65,63 Sedang 5 29,69 Sukar Kemampuan Komunikasi Matematika 1 56,25 Sedang 2 57,81 Sedang 3 79,69 Mudah 4 62,50 Sedang 5 28,13 Sukar

Dar tabel 3.7 dapat disimpulkan bahwa dari sebanyak sepuluh soal tes kemampuan penalaran dan komunikasi matematika terdapat 6 soal dengan kategori soal sedang, dua soal dengan kategori soal sukar, dan dua soal dengan kategori soal mudah

Berdasarkan hasil analisi validitas, reliabilitas, daya pembeda dan tingkat kesukaran maka tes kemampuan penalaran dan kemampuan komunikasi matematika yang telah diujicobakan dapat digunakan sebagai instrumen pada penelitian ini. Hasil analisis uji instrumen yang diperoleh dari program ANATES Versi 4.0.5 serta klasifikasi interpretasi reliabilitas, daya pembeda, dan tingkat kesukaran secara lengkap disajikan dalam lampiran B.6

Dokumen terkait