• Tidak ada hasil yang ditemukan

PEMBELAJARAN MATEMATIKA DENGAN TEKNIK PROBLEM POSING UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN PENALARAN DAN KOMUNIKASI MATEMATIS SISWA SEKOLAH DASAR : Studi Eksperimen Kuasi di Kelas V Sekolah Dasar Kecamatan Klari Kabupaten Karawang.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PEMBELAJARAN MATEMATIKA DENGAN TEKNIK PROBLEM POSING UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN PENALARAN DAN KOMUNIKASI MATEMATIS SISWA SEKOLAH DASAR : Studi Eksperimen Kuasi di Kelas V Sekolah Dasar Kecamatan Klari Kabupaten Karawang."

Copied!
58
0
0

Teks penuh

(1)

Kanedi, 2014

Pembelajaran Matematika Dengan Teknik Problem Posing Untuk Meningkatkan Kemampuan Penalalaran Dan Komunikasi Matematis Siswa Sekolah Dasar

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

PEMBELAJARAN MATEMATIKA DENGAN TEKNIK PROBLEM POSING UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN PENALARAN DAN

KOMUNIKASI MATEMATIS SISWA SEKOLAH DASAR

(Studi Eksperimen Kuasi di Kelas V Sekolah Dasar Kecamatan Klari Kabupaten Karawang)

TESIS

Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat Memperoleh Gelar Magister Pendidikan

Program Studi Pendidikan Dasar

Oleh:

KANEDI NIM: 1101658

SEKOLAH PASCASARJANA

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DASAR UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

(2)

Kanedi, 2014

Pembelajaran Matematika Dengan Teknik Problem Posing Untuk Meningkatkan Kemampuan Penalalaran Dan Komunikasi Matematis Siswa Sekolah Dasar

(3)

Kanedi, 2014

Pembelajaran Matematika Dengan Teknik Problem Posing Untuk Meningkatkan Kemampuan Penalalaran Dan Komunikasi Matematis Siswa Sekolah Dasar

(4)

Kanedi, 2014

Pembelajaran Matematika Dengan Teknik Problem Posing Untuk Meningkatkan Kemampuan Penalalaran Dan Komunikasi Matematis Siswa Sekolah Dasar

(5)

Kanedi, 2014

Pembelajaran Matematika Dengan Teknik Problem Posing Untuk Meningkatkan Kemampuan Penalalaran Dan Komunikasi Matematis Siswa Sekolah Dasar

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmairrahim

Puji dan syukur panjatkan ke Hadirat Allah SWT atas limpahan rahmat

dan karunia-Nya sehinga penulis dapat menyelesaikan tesis yang berjudul

“Pembelajaran Matematika dengan Teknik Problem Posing untuk Meningkatkan

Kemampuan Penalaran dan Komunikasi Matematis Siswa Sekolah Dasar (Studi

Eksperimen Kuasi Kelas V Sekolah Dasar Kecamatan Klari Kabupaten

Karawang)”.

Problem posing dalam matematika didefinisikan sebagai metode mengajar

baru, yang berasal dari teknik mengajar matematika yang sudah ada sebelumnya.

Teknik adalah cara kongkret yang dipakai saat proses pembelajaran berlangsung.

Dalam proses pembelajaran bahwa siswa bisa terlibat dalam merumuskan,

mengajukan masalah atau pertanyaan matematika berdasarkan suatu situasi yang

bisa dilakukan sebelum, dalam, setelah pemecahan masalah. Kemampuan

penalaran matematika adalah kemampuan menggunakan pola dan hubungan

untuk menganalisis situasi matematika, kemampuan memberi pemjelasan,

kemampuan menarik kesimpulan dan memberikan alasan atau bukti terhadap

kebenaran jawaban, menyususn dan menguji konjektur. Kemampuan komunikasi

matematika adalah kemampuan siswa menggunakan matematika sebagai alat

(6)

Kanedi, 2014

Pembelajaran Matematika Dengan Teknik Problem Posing Untuk Meningkatkan Kemampuan Penalalaran Dan Komunikasi Matematis Siswa Sekolah Dasar

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

secara lisan maupun tulisan. Dalam penulisan tesis ini, penulis banyak menerima

bantuan dari berbagai pihak. Untuk itu, dengan segala kerendahan hati, penulis

menyampaikan ucapan terima kasih kepada yang terhormat:

1. Bapak Prof. Dr. H. Tatang Herman, M.Ed. selaku Pembingbing I yang

senantiasa meluangkan waktunya untuk memberikan bimbingan, arahan

motivasi dan masukan-masukan yang sangat berarti dari mulai penulisan

proposal sampai sehingga selesai tesis ini.

2. Bapak Turmudi, M.Ed., M.Sc., Ph.D. selaku Pembimbing II dengan

kesibukannya selalu memberikan bimbingan dan masukan yang sangat

berharga dalam penulisan tesis ini.

3. Bapak Prof. Dr. H. Wahyudin, M.Pd. selaku penguji I yang telah memberikan

saran dan arahan demi perbaikan tesis ini.

4. Bapak Dr. H. Solehuddin.,M.Pd,.MA. selaku penguji II yang telah

memberikan saran dan arahan demi perbaikan tesis ini.

5. Bapak Prof. Dr. H. Didi Suryadi, M.Ed. selaku Direktur SPs UPI yang telah

memberikan kesempatan kepada penulis untuk dapat menempuh pendidikan

pada Program Studi Pendidikan Dasar Sekolah Pascasarjana Universitas

Pendidikan Indonesia.

6. Ibu Dr. Hj. Ernawulan Syaodih, M.Pd selaku Ketua Program Studi Pendidikan

Dasar yang telah memberikan arahan, motivasi dan bimbingannya kepada

(7)

Kanedi, 2014

Pembelajaran Matematika Dengan Teknik Problem Posing Untuk Meningkatkan Kemampuan Penalalaran Dan Komunikasi Matematis Siswa Sekolah Dasar

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

7. Bapak Ibu dosen pada Program Studi Pendidikan Dasar SPs UPI yang telah

memberikan ilmu dan pengetahuan yang tidak ternilai harganya kepada

penulis.

(8)

Kanedi, 2014

Pembelajaran Matematika Dengan Teknik Problem Posing Untuk Meningkatkan Kemampuan Penalalaran Dan Komunikasi Matematis Siswa Sekolah Dasar

(9)

Kanedi, 2014

Pembelajaran Matematika Dengan Teknik Problem Posing Untuk Meningkatkan Kemampuan Penalalaran Dan Komunikasi Matematis Siswa Sekolah Dasar

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

PEMBELAJARAN MATEMATIKA DENGAN TEKNIK PROBLEM POSING UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN PENALARAN DAN KOMUNIKASI

MATEMATIS SISWA SEKOLAH DASAR

(Studi Eksperimen Kuasi di Kelas V Sekolah Dasar Kecamatan Klari Kabupaten Karawang)

Kanedi (1101658)

ABSTRAK

Tujuan penelitian ini adalah untuk menelaah apakah terdapat perbedaan peningkatan kemampuan penalaran dan komunikasi matematik siswa, yang belajar matematika dengan teknik problem posing dibandingkan dengan siswa yang belajar dengan konvensional. Metode penelitian yang digunakan adalah kuasi eksperimen dengan desain kelompok kontrol pretes-postes. Penelitian ini dilakukan pada kelas V SDN Duren III Kecamatan Klari Kabupaten Karawang Propinsi Jawa Barat pada bulan September sampai dengan November 2013, melibatkan sebanyak 72 siswa. Untuk memperoleh data digunakan instrumen penelitian, yaitu tes kemampuan penalaran matematik siswa dan tes kemampuan komunikasi matematik siswa, angket siswa terhadap mata pelajaran matematika, obsevasi kegiatan siswa, observasi kegiatan pembelajaran yang dilakukan oleh guru, dan wawancara untuk tanggapan siswa dan guru.

Hasil temuan penelitian menunjukan bahwa pembelajaran dengan teknik problem posing lebih efektif dalam meningkatkan kemampuan penalaran dan kemampuan komunikasi matematik siswa. Pembelajaran matematika pada kelompok siswa yang menggunakan teknik problem posing kelas eksperimen, dengan rerata kemampuan penalaran sebesar 12,25 dan rerata kemampua komunikasi sebesar 11,58. Sedangkan pada kelas yang menggunakan pembelajaran konvensional rerata kemampuan penalaran sebesar 10,36 dan kemampuan komunikasi sebesar 9,94. Selama pembelajaran siswa menunjukan sikap positif terhadap membelajaran matematika dengan teknik problem posing.

Berdasarkan hasil penelitian tersebut, maka dapat direkomendasikan bahwa pembelajaran matematika dengan teknik problem posing, menjadi alternatif pembelajaran yang dapat diterapkan di SD, dalam upaya meningkatkan kemampuan penalaran dan komunikasi matematik siswa. Oleh karen itu, kepada guru matematika SD, teknik problem posing dalam pembelajaran matematika hendaknya terus dikembangkan, dan membiasakannya dalam pembelajaran matematika.

Kata kunci: Pembelajaran matematika dengan teknik problem posing kemampuan penalaran, dan kemampuan komunikasi

MATHEMATICS LEARNING BY MEANS OF PROBLEM POSING TECHNIQUE TO IMPROVE MATHEMATICAL COMPREHENSION AND COMMUNICATION

SKILLS OF ELEMENTARY SCHOOL STUDENTS

(Quasi Experimental Study conducted in the 5th Grade of Elementary School, Klari, Karawang Regency)

(10)

Kanedi, 2014

Pembelajaran Matematika Dengan Teknik Problem Posing Untuk Meningkatkan Kemampuan Penalalaran Dan Komunikasi Matematis Siswa Sekolah Dasar

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu Kanedi (1101658)

ABSTRACT

The purpose of the research is to analyze the difference of mathematical comprehension and communication skills of the students learning mathematics by means of Problem Posing Technique compared to those learning conventional mathematics. The method used in this research was Quasi Experimental method, with pretest-posttest control group design. The research was conducted to 72 (seventy two) 5th-grade students of SDN Duren III, Klari, Karawang Regency, West Java Province in September-November 2013. To obtain the data, this research used some instruments, such as students mathematical comprehension and communication skills tests, students questionnaire on Mathematics, observation of students activities, observation of learning activities by the teachers, and interview with students and teachers.

The result of the research shows that the learning process by means of problem posing technique is more effective to improve mathematical comprehension and communication skills of the students. Mathematics learning of the students in experiment class using problem posing technique reaches 12,25 for the average of comprehension skill and 11,58 for communication skill. Meanwhile in conventional learning class, the average of comprehension skill is 10,36 and communication skill is 9,94. During learning process, the students showed a positive respond to mathematics learning process by means of problem posing technique.

Based on the result of this research, it can be recommended that mathematics learning by means of problem posing can be an alternative learning to be applied in elementary school (SD), in order to improve mathematics comprehension and communicative skills of the students. Therefore, it is recommended to mathematics teachers teaching in elementary school to develop problem posing technique in their teaching and learning process, and to use it in daily learning.

(11)

Kanedi, 2014

Pembelajaran Matematika Dengan Teknik Problem Posing Untuk Meningkatkan Kemampuan Penalalaran Dan Komunikasi Matematis Siswa Sekolah Dasar

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRAK ... i

KATA PENGANTAR ... ii

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR TABEL ... viii

DAFTAR GAMBAR ... x

DAFTAR BAGAN ... xi

DAFTAR LAMPIRAN ... xii

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Rumusan Masalah ... 6

C. Tujuan Penelitian ... 7

D. Manfaat Penelitian ... 8

E. Definisi Operasional ... 8

F. Hipotesis Penelitian ... 9

BAB II LANDASAN TEORITIS A. Pembelajaran Matematika ... 11

B. Poblem Posing ... 12

1. Pengertian Problem Posing ... 12

2. Pembelajaran Problem Posing ... 14

3. Pemecahan Masalah (Problem Solving) ... 18

C. Kemampuan penalaran Matematika ... 19

D. Kemampuan Komunikasi Matematika ... 25

E. Pembelajaran Konvensional ... 29

F. Teori Belajar yang Mendukung Pembelajaran Problem Posing 30

(12)

Kanedi, 2014

Pembelajaran Matematika Dengan Teknik Problem Posing Untuk Meningkatkan Kemampuan Penalalaran Dan Komunikasi Matematis Siswa Sekolah Dasar

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

1. Teori Belajar Jean Piaget ... 31

2. Teori Belajar Jerome S. Bruner ... 33

3. Teori Belajar Robert M. Gagne ... 36

4. Teori belajar E.L. Thorndike ... 37

G. Penelitian yang Relevan ... 39

BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian ... 43

B. Subjek Penelitian ... 45

C. Waktu dan Tahap Penelitian ... 45

D. Instrumen Penelitian ... 47

E. Pengembangan Bahan ajar ... 54

F. Teknik Pengumpulan data ... 54

G. Teknik Pengolahan data ... 54

H. Teknik Analisis Data ... 57

I. Kegiatan Pembelajran ... 59

J. Bahan Ajar ... 60

K. Prosedur Penelitian ... 60

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasi Penelitian ... 63

1. Kemampuan Penalaran Siswa ... 64

2. Kemampuan Komunikasi Siswa ... 74

3. Aktivitas Pembelajaran Problem Posing ... 84

a. Aktivitas Pembelajaran siswa ... 84

b. Aktivitas guru ... 85

4. Sikap Siswa Terhadap Pembelajaran Marematika ... 87

5. Sikap Siswa Terhadap Pembelajaran Problem Posing ... 89

6. Sikap Siswa Terhadap Soal-soal Kemampuan Penalaran dan Komunikasi Matematika ... 92

(13)

Kanedi, 2014

Pembelajaran Matematika Dengan Teknik Problem Posing Untuk Meningkatkan Kemampuan Penalalaran Dan Komunikasi Matematis Siswa Sekolah Dasar

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

1. Pembelajaran Problem Posing ... 95

2. Kemampuan penalaran siswa ... 97

3. Kemampuan komunikasi siswa ... 100

4. Aktivitas Pembelajaran Problem Posing... ... 102

a. Aktivitas Pembelajaran Siswa ... 102

b. Aktivitas Guru ... 103

5. Sikap siswa Terhadap Pembelajaran Problem Posing ... 105

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ... 106

B. Saran ... 106

DAFTAR PUSTAKA ... 108

LAMPIRAN

A. Silabus dan RPP

B. Instrumen Penelitian

C. Hasil Penelitian

D. Foto –foto Penelitian

E. Surat-surat

vi

(14)

Kanedi, 2014

Pembelajaran Matematika Dengan Teknik Problem Posing Untuk Meningkatkan Kemampuan Penalalaran Dan Komunikasi Matematis Siswa Sekolah Dasar

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu DAFTAR TABEL

Tabel

Halaman

2.1 Deskripsi Komponen Penalaran... 23

3.1 Desai Penelitian ... 43

3.2 Jadwal Kegiatan Penelitian ... 45

3.3 Pedoman Penskoran Tes Kemampuan Penalaran Matematika ... 49

3.4 Pedoman Penskoran Tes Kemampuan Komunikasi Matematika ... 50

3.5 Analisis Validitas Tes Kemampuan Penalaran Matematika dan Kemampuan Komunikasi Matematika ... .. 51

3.6 Analisis Daya Pembeda Tes Kemampuan Penalaran dan Kemampuan Komunikasi Matematika ... . 52

3.7 Analisis Tingkat Kesukaran Tes Kemampuan Penalaran dan Kemampuan Komunikasi Matematika ... 53

3.8 Klasifikasi N-Gain (G) ... 55

4.1 Skor Nilai Pretes Kemampuan Penalaran Kelompok Kontrol dan Kelompok Eksperimen ... 64

4.2 Uji Normalitas Skor Pretes Kemampuan Penalaran ... 65

4.3 Uji Homogenitas Skor Pretes Kemampuan Penalaran ... .... 66

4.4 Uji Beda Rerata Skor Pretes Kemampuan Penalaran ... ... 66

4.5 Skor Nilai Postes Kemampuan Penalaran Kelompok Kontrol dan Eksperimen ... 67

4.6 Uji Normalitas Skor Postes Kemampuan Penalaran ... .... 68

4.7 Uji Homogenitas Skor Postes Kemampuan Penalaran ... 69

4.8 Uji Beda Rerata Skor Postes Kemampuan Penalaran ... .... 69

(15)

Kanedi, 2014

Pembelajaran Matematika Dengan Teknik Problem Posing Untuk Meningkatkan Kemampuan Penalalaran Dan Komunikasi Matematis Siswa Sekolah Dasar

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

4.10 Uji Normalitas Peningkatan Kemampuan Penalaran ... .... 71

4.11 Uji Homogenitas Peningkatan Kemampuan Penalaran ... 72

4.12 Uji-t Peningkatan Kemampuan Penalaran Matematika ... 72

4.13 Rerata Kemampuan Penalaran Kedua Kelas ... 73

4.14 Skor Nilai Pretes Kemampuan Komunikasi Kelompok Kontrol Dan Kelompok Eksperimen ... 74

4.15 Uji Normalitas Skor Pretes Kemampuan Komunikasi Matematika.. ... 75

4.16 Uji Homogenitas Skor Pretes Kemampuan Komunikasi Matematika .. 76

4.17 Uji Beda Rerata Skor Pretes Kemampuan Komunikasi Matematika.... 76

4.18 Skor Nilai Postes Kemampuan Komunikasi Kelompok Kontrol dan Kelompok Eksperimem ... 77

4.19 Uji Normalitas Skor Postes Kemampuan Komunikasi Matematika .... 78

4.20 Uji Homogenitas Skor Postes Kemampuan Komunikasi Matematika. 79 4.21 Uji Beda Rerata Skor Postes Kemampuan Komunikasi Matemtika ... 79

4.22 Skor N-Gain Kemampuan Komunikasi Kelompok Kontrol dan Kelompok Eksperimen ... 80

4.23 Uji Noemalitas Peningkatan Kemampuan Komunikasi Matematika ... 81

4.24 Uji Homogenitas Peningkatan Komunikasi Matematika ... 82

4.25 Uji-t Peningkatan Kemampuan Komunikasi Matematika ... 82

4.26 Rerata Kemampuan Komunikasi Matematika Kedua Kelas ... 83

4.27 Hasil Observasi Kegitan Siswa Kelas Eksperimen ... 84

4.28 Hasil Observasi Kegitan Guru Kelas Eksperimen ... 86

4.29 Sikap Siswa Terhadap Pembelajaran Matematika ... 87

4.30 Sikap Siswa terhadap Pembelajaran Matematika dengan Problem Posing ... 89

4.31 Sikap Siswa Kelas Eksperimen terhadap Soal-soal Kemampuan Penalaran dan Kemampuna Komunikasi Matematika ... 92

(16)

Kanedi, 2014

Pembelajaran Matematika Dengan Teknik Problem Posing Untuk Meningkatkan Kemampuan Penalalaran Dan Komunikasi Matematis Siswa Sekolah Dasar

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

4.1 Siswa Bersungguh-Sungguh dalam Mengukuti Pembelajaran

Matematika ... 88

4.2 Siswa Bersemangat dalam Melakukan Aktivitas Dalam Pemberlajaran Problem Posing ... 90

4.3 Siswa Memiliki Minat yang Tinggi Terhadap Belajar Kelompok ... 91

4.4 Diagram Rerata Kemampuan Penalaran Kedua Kelas ... 98

4.5 Diagram Rerata Kemampuan Penalaran pada Kelas Eksperimen ... 99

4.6 Diagram Rerata Kemampuan Komunikasi Kedua Kelas ... . 100

4.7 Diagram Rerata Kemampuan Komunikasi pada Kelas Eksperimen ... 101

4.8 Diagram Ativitas Siswa pada Setiap Pertemuan ... . 102

(17)

Kanedi, 2014

Pembelajaran Matematika Dengan Teknik Problem Posing Untuk Meningkatkan Kemampuan Penalalaran Dan Komunikasi Matematis Siswa Sekolah Dasar

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu DAFTAR BAGAN

Bagan

halaman

3.1 Pemilihan Analisis Data Statistik ... 43

(18)

Kanedi, 2014

Pembelajaran Matematika Dengan Teknik Problem Posing Untuk Meningkatkan Kemampuan Penalalaran Dan Komunikasi Matematis Siswa Sekolah Dasar

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran A Rencana Pembelajaran Halman

A1. Silabus Pembelajaran ... 113

A2. Rencana Pembelajaran 1... 114

A3. Rencana Pembelajaran 2... 124

A4. Rencana Pembelajaran 3... 132

A5. Rencana Pembelajaran 4... 141

A6. Rencana Pembelajaran 5... 150

A7. Rencana Pembelajaran 6... 160

Lasmpiran B Instumen Penelitian B1. Kisi-kisi Soal Kemampuan Penalaran dan Komunikasi Matematika... 169

B2. Soal Ujicoba Kemampuan Penalaran Matematika... 170

B3. Soal Ujicoba Kemampuan Komunikasi Matematika... 172

B4. Nilai Hasi Ujicoba Tes Kemampuan Penalaran Matematika... 174

B5. Nilai Hasil Ujicoba Tes Kemampuan Komunikasi Matematika... 175

B6. Hasil Uji Instrumen dengan Bantuan Program ANATES Vearsi 17.0... 176

B7. Soal Tes Kemampuan Penalaran Matematika... 183

B8. Soal Tes Kemampuan Komunikasi Matematika... 185

B9. Kisi-kisi Angket Sikap Siswa... 187

B10. Angket Siswa Terhadap Pembelajaran Matematika Kelas Eksperimen. 188 B11. Lembar Observasi Siswa... 190

B12. Lembar Observasi Guru... .. 191

B13. Pedoman Wawancara Siswa... . 192

B14. Pedoman Wawancara Guru... 193

Lampiran C Data Penelitian C1. Skor Pretes Kemampuan Penalaran Matematika Kelas Kontrol... ... 194

(19)

Kanedi, 2014

Pembelajaran Matematika Dengan Teknik Problem Posing Untuk Meningkatkan Kemampuan Penalalaran Dan Komunikasi Matematis Siswa Sekolah Dasar

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

C3. Uji Normalitas Skor Pretes Kemampuan Penalaran Matematika... . 196

C4. Uji Homogenitas Skor Pretes Kemampuan Penalaran Matematika... 197

C5. Uji Beda Rerata Skor Pretes Kemampuan Penalaran matematika... 198

C6. Skor Postes Kemampuan Penalaran Matematika Kelas Kontrol... 199

C7. Skor Postes Kemampuan Penalaran Matematika Kelas Eksperimen... 200

C8. Uji Normalitas Skor Postes Kemampuan Penalaran Matematika... 201

C9. Uji Homogenitas Skor Postes Kemampuan Penalaran Matematika... 202

C10. Uji Beda Rerata Skor Postes Kemampuan Penalaran matematika... 203

C11. Gain Ternormalisasi Kemampuan Penalaran Kelas Kontrol... 204

C12. Gain Ternormalisasi Kemampuan Penalaran Kelas Eksperimen... 205

C13. Uji Normalitas Peningkatan Kemampuan penalaran Matematika... 206

C14. Uji Homogenitas Peningkatan Kemampuan Penalaran Matematika... 207

C15. Uji t Skor Peningkatan Kemampuan Penalaran Matematika... 208

C16. Skor Pretes Kemampuan Komunikasi Matematika Kelas Kontrol... 210

C17. Skor Pretes Kemampuan Komunikasi Matematika Kelas Eksperimen.. 211

C18. Uji Normalitas Skor Pretes Kemampuan Komunikasi Matematika... .. 212

C19. Uji Homogenitas Skor Pretes Kemampuan Komunikasi Matematika.... 213

C20. Uji Beda Rerata Skor Pretes Kemampuan Komunikas matematika... 214

C21. Skor Postes Kemampuan Komunikasi Matematika Kelas Kontrol... 215

C22. Skor Postes Kemampuan Komunikasi Matematika Kelas Eksperimen.. 216

C23. Uji Normalitas Skor Postes Kemampuan Komunikasi Matematika... 217

C24. Uji Homogenitas Skor Postes Kemampuan Komunikasi Matematika....218

C25. Uji Beda Rerata Skor Postes Kemampuan Komunikasi matematika... 219

C26. Gain Ternormalisasi Kemampuan Komunikasi Kelas Kontrol... 220

C27. Gain Ternormalisasi Kemampuan Komunikasi Kelas Eksperimen... 221

C28. Uji Normalitas Peningkatan Kemampuan Komunikasi Matematika... 222

C29. Uji Homogenitas Peningkatan Kemampuan Komunikasi Matematika. . 223

C30. Uji t Skor Peningkatan Kemampuan Komunikasi Matematika... 224

C31. Hasil Observasi Kegiatan Siswa Kelas Eksperimen... 226

C32. Hasil Observasi Kegiatan Guru Kelas Eksperimen... 227

(20)

Kanedi, 2014

Pembelajaran Matematika Dengan Teknik Problem Posing Untuk Meningkatkan Kemampuan Penalalaran Dan Komunikasi Matematis Siswa Sekolah Dasar

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

C34. Frekuensi Presentase Jawaban Angket Sikap Siswa Kelas Eksperimen. 229

Lampiran D Foto Penelitian

Lampiran E Surat Ijin Penelitian

(21)

1

Kanedi, 2014

Pembelajaran Matematika Dengan Teknik Problem Posing Untuk Meningkatkan Kemampuan Penalalaran Dan Komunikasi Matematis Siswa Sekolah Dasar

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan adalah suatu aspek kekuatan bangsa, yaitu sumber daya

manusia (SDM) yang memiliki ilmu pengetahuan dan teknologi. Pendidikan pada

hakikatnya berlangsung seumur hidup, dari sejak dalam kandungan, kemudian

melalui seluruh proses dan siklus kehidupan manusia. Oleh karenanya secara

hakiki pembangunan pendidikan merupakan bagian yang tidak terpisahkan dalam

upaya membangun manusia. Upaya-upaya pembangunan pendidikan pada

dasarnya diarahkan untuk mewujudkan kesejahteraan manusia itu sendiri. Dalam

konteks kehidupan berbangsa dan bernegara, pembangunan pendidikan

merupakan wahana untuk mencerdaskan dan mensejahterakan kehidupan warga

negara.

Dengan pendidikan kita bisa mengungkap gagasan dan memecahkan

masalah yang dihadapi dalam kehidupan sehari-hari. Pendidikan tidak terlepas

dari teknologi, misalnya teknologi pertanian, teknologi pertambangan, teknologi

komputer atau teknologi canggih, kata teknologi tidak terlepas dari ilmu

pengetahuan karena memang pada hakekatnya tekologi adalah penerapan ilmu

atau pengetahuan yang terorganisir dalam tugas-tugas praktis. Teknologi tidak

terlepaskan dengan masalah, untuk memecahkan masalah itu maka diperlukan

sumber daya manusia yang memiliki kemampuan pemecahan masalah, untuk

mengungkap gagasan atau memecahkan berbagai masalah dalam kehidupannya,

dapat dikembangkan melalui pendidikan matematika.

Matematika merupakan salah satu disiplin ilmu yang dapat meningkatkan

kemamuan berpikir dan berargumentasi, memberikan kontribusi dalam

menyelesaikan masalah sehari-hari dan dalam dunia kerja. Serta memberikan

dukungan dalam mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi. Oleh sebab

itu, matematika sebagai ilmu dasar perlu dikuasai dengan baik oleh siswa

SD,SMP, SMA, dan perguruan tinggi.

Pembelajaran matematika di SD, SMP, SMA, selalu menjadi

(22)

2

Kanedi, 2014

Pembelajaran Matematika Dengan Teknik Problem Posing Untuk Meningkatkan Kemampuan Penalalaran Dan Komunikasi Matematis Siswa Sekolah Dasar

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

bidang matematika menurun. Siswa Indonesia masih dominan dalam level rendah,

atau lebih pada kemampuan menghafal dalam pembelajaran matematika. Hasil

Trends in Mathematics and Science Study (TIMSS) yang diikuti beberapa siswa

kelas VIII Indonesia tahun 2011. Penilaian yang dilakukan International

Association for the Evaluation of Educational Achievement Study Center Boston

College tersebut, diikuti 600.000 siswa dari 63 negara. Untuk bidang Matematika,

Indonesia di urutan ke-38 dengan skor 386 dari 42 negara yang siswanya dites.

Skor Indonesia ini turun 11 poin dari penilaian tahun 2007.

Pada TIMSS matematika kelas VIII tersebut, peringkat pertama diraih

siswa Korea (613), selanjutnya diikuti Singapura. Nilai rata-rata yang dipatok 500

poin. Wono Setiabudi (dalam Kompas 2012) mengatakan bahwa pembelajaran

matematika di Indonesia memang masih menekankan menghapal rumus-rumus

dan menghitung. Bahkan dengan keyakinannya pada rumus-rumus atau

pengetahuan matematika yang sudah ada. Padahal, belajar matematika itu harus

mengembangkan logika, reasoning, dan berargumentasi. Untuk mengejar

ketinggalan tersebut perlu ditingkatkan motivasi, kemampuan, dan kreativitas

serta berperan aktif dalam proses pembelajaran matematika. Oleh karena itu,

maka harus dikembangkan pembelajaran matematika yang tidak hanya

mentransfer pengetahuan kepada siswa, tetapi juga mendorong siswa untuk

menemukan cara mereka sendiri dan mampu menyelesaikan masalah-masalah

yang dihadapinya.

Conrad Wolfram (dalam Kompas, 2012) mengemukakan pembelajaran

matematika tidak semata untuk membuat siwa mampu menghitung, tetapi dalam

matematika bagaimana membuat siswa mampu memecahakan masalah. Fasli Jalal

(dalam Kompas, 2012) mengatakan bahwa guru-guru indonesia umumnya lebih

mengedepankan keterampilan belajar tingkat rendah seperti menghapal, termasuk

juga guru masih belum bisa membuka diri terhadap alternatif jawaban. Indonesia

menghadapi tantangan dalam sistem pendidikan yang masih belum menyiapkan

siswa yang mampu berpikir tinggi yang relevan dengan kehidupannya (Fasli Jalal,

2012). Untuk menghadapi tantangan itu, maka diperlukan teknik dan strategi yang

(23)

3

Kanedi, 2014

Pembelajaran Matematika Dengan Teknik Problem Posing Untuk Meningkatkan Kemampuan Penalalaran Dan Komunikasi Matematis Siswa Sekolah Dasar

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Pembelajaran matematika di sekolah dasar tidak hanya diarahkan pada

peningkatan kemampuan siswa dalam berhitung, tetapi juga diarahkan pada

peningkatan kemampuan penalaran logis, berfikir kritis, sistimatis, cermat, dan

kreatif dalam mengkomunikasikan gagasan atau dalam memecahkan masalah. Hal

ini, didorong oleh perkembangan arah pembelajaran matematika yang digagas

oleh National Council of Teacher of Mathematics (NCTM) di Amerika pada

tahun 1989 yang mengembangkan Curriculum and Evaluation Standards for

School Mathematics, di mana pemecahan masalah dan penalaran menjadi tujuan

utama dalam program pembelajaran matematika di Sekolah Dasar.

Untuk mengatasi permasalahan-permasalahan di atas, pemerintah dalam

hal ini Depdikbud, merencanakan penerapan Kurikulum 2013 dengan tujuan

untuk mempersiapkan insan Indonesia supaya memiliki kemampuan hidup

sebagai pribadi dan warga negara yang beriman, produktif, kreatif, inovatif, dan

efektif serta mampu berkontribusi pada kehidupan berbangsa, bernegara dan

berperadaban dunia.

Dalam Kurikulum 2013, menekankan pada dimensi pedagogik modern

dengan menggunakan pendekatan ilmiah (scientific appoach) dalam

pembelajarannya meliputi pengamatan, bertanya, percobaan, mengolah dan

menyajikan data atau informasi, menganalisis, menalar, menyimpulkan, dan

menciptakan untuk mata pelajaran, materi atau situasi tertentu.

Istilah bernalar yang dianut dalam Kurikulum 2013 bertujuan untuk

mengambarkan bahwa guru dan peserta didik merupakan pelaku aktif. Titik

tekannya, tentu dalam banyak hal dan situasi peserta didik harus lebih aktif

daripada guru. Bernalar adalah proses berpikir yang logis dan sistematis atas

fakta. Cara bernalar yang dapat dialihgunakan pada setiap keadaan, seperti

berfikir kritis, logis, sistematis, bersifat objektif, jujur, dan disiplin dalam

menyelesaikan suatu masalah. Kemampuan ini sangat berguna sebagai bekal

hidup pada keadaan yang selalu berubah, tidak pasti, dan kompetitif.

Berdasarkan tujuan tersebut di atas, dapat disimpulakan bahwa belajar

matematika tidak hanya merencanakan, penerapan kurikulum sesuai dengan

(24)

4

Kanedi, 2014

Pembelajaran Matematika Dengan Teknik Problem Posing Untuk Meningkatkan Kemampuan Penalalaran Dan Komunikasi Matematis Siswa Sekolah Dasar

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

memotivasi siswa untuk lebih giat belajar, lebih mempunyai keinginan untuk

mengembangkan pengetahuan dalam memahami pelajaran. Hal ini, merupakan

suatu konsep atau aturan yang harus dikembangkan oleh guru dalam kegiatan

belajar mengajar. Namun tentu kesemuanya itu harus disesuaikan dengan

perkembangan kemampuan siswa, sehingga pada akhirnya akan sangat membantu

kelancaran proses pembelajaran matematika di sekolah.

Berbagai kompetensi yang diharapkan, muncul sebagai dampak dari

pembelajaran matematika tentang kemampuan penalaran dan komunikasi

matematika (mathematical reasoning and communication) kedua kemampuan ini

sangat penting dalam mencapai hasil belajar matematika siswa secara optimal.

Shurter dan Pierce (Sumarmo, 1987) penalaran didefinisikan sebagai proses

pencapaian kesimpulan logis berdasarkan fakta dan sumber yang relevan.

Kemampuan penalaran merupakan bagian terpenting dalam matematik,

kemampuan ini meliputi kemampuan untuk berfikir informal, konjektur, membuat

generelisasi serta menggunakan beragam cara untuk pembuktian.

Selain kemampuan penalaran, kemampuan komunikasi matematika dalam

pembelajaran matematika juga bertujuan untuk mengembangkan kemampuan

komunikasi, yaitu mengembangkan kemampuan komunikasi melalui pembicaraan

lisan, catatan, grafik, diagram dalam menjelaskan gagasan (Depdiknas: 2003).

Dengan komunikasi matematika, siswa dapat mengorganisaikan dan

mengkonsolidasi berpikir matematis baik secara lisan maupun tulisan, di samping

renegoisasi respon antar siswa yang terjadi dalam proses pembelajaran. Hal ini,

dapat membawa siswa kepada pemahaman yang mendalam tentang konsep

matematika.

Kemampuan komunikasi sangat penting diperhatikan, karena tanpa

komunikasi kita tidak dapat mengemukakan ide atau gagasan kita kepada orang

lain, baik secara lisan maupun tulisan. Komunikasi dapat terjadi ketika siswa

mengemukakan gagasannya, menjelaskan model yang ditemukannya, ataupun

pada saat siswa membuat konjektur agar siswa lain dapat mengetahuinya. Collins

(Saragi, 2007) mengemukakan bahwa salah satu tujuan yang ingin dicapai dalam

(25)

5

Kanedi, 2014

Pembelajaran Matematika Dengan Teknik Problem Posing Untuk Meningkatkan Kemampuan Penalalaran Dan Komunikasi Matematis Siswa Sekolah Dasar

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

siswa untuk mengembangkan dan mengintegrasikan keterampilan komunikasi

melalui lisan maupun tulisan, modeling, speaking, writing, talking, drawing, serta

mempresentasikan apa yang telah dipelajarinya.

Begitu sangat pentingnya kemampuan penalaran dan komunikasi

matematika, perlu diupayakan suatu pembelajaran matematika yang mampu

meningkatkan kedua kemampuan tersebut di atas, salah satu cara yang dapat

dilakukan adalah dengan teknik problem posing. Teknik adalah jalan , alat, atau

media yang digunakan oleh guru untuk mengarahkan kegitan peserta didik kearah

tujuan yang ingin dicapai Gerlach dan Ely (Hanzah B Uno, 2009:2). Teknik

pembelajaran dapat diartikan sebagai cara yang dilakukan seseorang

mengimplementasikan suatu metode secara spesifik (Al Khazin, 2010). Berkaitan

dengan problem posing, teknik dalam pembelajaran matematika adalah jalan, alat,

atau media yang digunakan oleh guru untuk mengarahkan kegiatan peserta didik

kearah tujuan yang ingin dicapai, untuk merumuskan atau mengajukan masalah

atau pertanyaan berdasarkan situasi yang diberikan guru.

Dalam kegiatan problem posing, siswa dibimbing untuk merumuskan atau

mengajukan masalah atau pertanyaan berdasarkan situasi yang diberikan guru.

Situasi dapat berupa gambar, atau informasi lain yang berkaitan dengan materi

pelajaran. Dalam merumuskan suatu masalah, siswa harus berpikir dan bernalar,

menciptakan dan mengkomunikasikan ide-ide matematis, bekerja sama, dan

berargumen dalam merumuskan dan menyelasaikan soal dengan temannya,

menggunakan informasi yang tersedia untuk menyelesaikan masalah serta

memikirkan cara yang paling tepat dan masuk akal untuk menyelesaikan masalah

yang telah dirumuskan.

Problem posing salah satu inti kegiatan matematika, hal ini sejalan dengan

English (1998) yang menjelaskan bahwa problem posing adalah penting dalam

kurikulum matematika karena di dalamnya terdapat inti dari aktivitas matematika

termasuk aktivitas dimana siswa membangun masalahnya sendiri. NCTM

merekomendasikan agar dalam pembelajaran matematika, para siswa diberikan

kesempatan untuk mengajukan soal sendiri (Silver & Cai, 1996). Rekomendasi

(26)

6

Kanedi, 2014

Pembelajaran Matematika Dengan Teknik Problem Posing Untuk Meningkatkan Kemampuan Penalalaran Dan Komunikasi Matematis Siswa Sekolah Dasar

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

pembelajaran matematika yang dapat mengembangkan kemampuan matematika

siswa, karena, dalam problem posing, siswa baik secara individu maupun

kelompok, akan mendapat pengalaman langsung untuk mengajukan masalahnya

sendiri.

Selain itu, problem posing memberikan kesempatan seluas-luasnya kepada

siswa untuk mengkonstuksi pikirnya dalam membentuk soal atau membuat

pertanyaan. Hudoyo (1988: 5) kegiatan ini, memungkinkan siswa untuk

melakukan kegiatan yang lebih bermakna sesuai dengan skemata yang dimiliki

siswa. Silver dan Cai (1996) mengemukakan problem posing pada umumnya

digunakan pada tiga bentuk kegiatan kognitif matematis, yaitu perumusan soal

atau pembentukan soal dari situasi yang tersedia baik dilakukan sebelum, selama,

dan setelah pemecahan masalah. Menurut Brown dan Walter (1993: 15) informasi

atau situasi problem posing dapat berupa gambar, benda manipulatif, permainan,

teorema atau konsep, alat peraga, soal, dan solusi dari suatu soal.

Pembelajaran matematika melalui teknik problem posing diharapakan

dapat menjadi pembelajaran yang efektif, karena kegiatan tersebut sesuai dengan

pola pikir matematis dalam arti: (1) pengembangan matematika sering terjadi dari

kegiatan problem posing, dan (2) problem posing merupakan salah satu tahap

berpikir matematis (Suryanto, 1998). Dalam pembelajaran menggunakan teknik

ini sehingga diharapkan siswa menguasai ilmu yang diharapkan.

B. Rumusan Masalah

Berdasarakan uraian pada latar belakang yang dikemukakan di atas, maka

rumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1) Apakah terdapat perbedaan kemampuan penalaran matematis siswa yang

memperoleh pembelajaran dengan teknik problem posing dan siswa yang

memperoleh pembelajaran konvensional?

2) Apakah terdapat perbedaan peningkatan kemampuan penalaran matematis

siswa yang memperoleh pembelajaran dengan teknik problem posing dan

(27)

7

Kanedi, 2014

Pembelajaran Matematika Dengan Teknik Problem Posing Untuk Meningkatkan Kemampuan Penalalaran Dan Komunikasi Matematis Siswa Sekolah Dasar

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

3) Apakah terdapat perbedaan kemampuan komunikasi matematis siswa yang

memperoleh pembelajaran dengan teknik problem posing dan siswa yang

yang memperoleh pembelajaran konvensional?

4) Apakah terdapat perbedaan peningkatan kemampuan komunikasi matematis

siswa yang memperoleh pembelajaran dengan teknik problem posing dan

siswa yang memperoleh pembelajaran konvensional?

5) Bagaimana aktivitas siswa dan guru dalam pembelajaran matematis dengan

teknik problem posing?

6) Bagaimana sikap siswa terhadap pembelajaran matematis dengan teknik

problem posing?

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah yang telah dikemukakan di atas, tujuan

penelitian ini secara rinci adalah sebagai berikut:

1. Menelaah, membandingkan, dan mendeskripsikan kemampuan penalaran

matematis siswa yang menggunakan pembalajaran dengan teknik problem

posing dengan pembelajaran konvensional.

2. Menelaah, membandingkan, dan mendeskripsikan kemampuan komunikasi

matematis siswa yang menggunakan pembalajaran dengan teknik problem

posing dengan pembelajaran konvensional

3. Mengetahui aktivitas siswa dan guru dalam pembelajaran matematika dengan

teknik problem posing untuk meningkatkan kemampuan penalaran dan

komunikasi matematis.

4. Mengetahui sikap siswa terhadap pembelajaran matematika dengan teknik

problem posing untuk meningkatkan kemampuan penalaran dan komunikasi

matematika.

D. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan yang berarti dalam

pemilihan pembelajaran matematika di kelas, khususnya dalam meningkatkan

kemampuan penalaran dan komunikasi matematika siswa. Masukan-masukan itu

(28)

8

Kanedi, 2014

Pembelajaran Matematika Dengan Teknik Problem Posing Untuk Meningkatkan Kemampuan Penalalaran Dan Komunikasi Matematis Siswa Sekolah Dasar

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

1. Bagi guru, diharapkan mendapat gambaran tentang bagaimana menerapkan

pembelajaran dengan teknik problem posing dan kaitannya dengan

peningkatan kemampuan penalaran dan komunikasi matematika siswa.

2. Bagi siswa, diharapkan dapat menumbuh kembangkan penalaran dan

komunikasi matematika.

3. Bagi peneliti, diharapkan dapat menjadi bahan referensi selanjutnya.

E. Definisi Operasional

Untuk memperoleh kesamaan pandangan dan menghindari penafsiran

berbeda tentang istilah-istilah yang digunakan dalam penelitian ini, perlu

dikemukakan beberapa definisi operasional sebagai berikut:

1. Teknik problem posing adalah suatu teknik dalam pembelajaran matematika

siswa diminta merumuskan, membentuk, dan mengajukan pertanyaan atau

soal dari situasi yang disediakan. Situasi dapat berupa gambar, soal, cerita,

atau informasi lain yang berkaitan dengan materi pembelajaran.

2. Kemampuan penalaran matematika merupakan kemampuan siswa

menggunakan pola dan hubungan untuk menganalisis situasi matematika,

kemampuan memberikan penjelasan, kemampuan menarik kesimpulan,

kemampuan memberikan alasan, atau bukti terhadap kebenaran solusi,

menyusun dan menguji konjektur.

3. Kemampuan komunikasi matematika adalah kemampuan siswa menggunakan

matematika sebagai alat komunikasi (bahasa matematika) dan kemampuan

mengomunikasikan matematika baik secara lisan maupun tulisan.

4. Aktivitas siswa merupakan kegiatan yang dilakukan oleh siswa selama

pembelajaran, yang meliputi: mendengarkan, memperhatikan penjelasan

guru, berdiskusi antar teman, bertanya kepada guru, mengerjakan tugas yang

diberikan, dan mengomunikasikan hasil kerja.

5. Sikap siswa merupakan salah satu komponen dari aspek afektif yang

merupakan kecenderungan merespon secara positif atau negatif terhadap

pembelajaran matematika dengan teknik problem posing.

6. Pembelajaran kovensional adalah pembelajaran yang secara rutin yang

(29)

9

Kanedi, 2014

Pembelajaran Matematika Dengan Teknik Problem Posing Untuk Meningkatkan Kemampuan Penalalaran Dan Komunikasi Matematis Siswa Sekolah Dasar

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

pembelajaran dengan sosl-soal yang lalu, memberikan konsep yang baru

secara langsung, memberikan contoh soal serta prosedur penyelesaiannya,

memberikan soal-soal rutin untuk latihan, diakhiri dengan memberikan

pekerjaan rumah.

F. Hipotesis Penelitian

Berdasarakan kajian permasalahan yang telah diuraiakn di atas, maka

penelitian ini mengajukan sejumlah hipotesis sebagai berikut:

1. Terdapat perbedaan yang signifikan terhadap kemampuan penalaran

matematis antara siswa yang memperoleh pembelajaran dengan teknik

problem posing dan siswa yang memperoleh pembelajaran konvensional.

2. Terdapat perbedaan yang signifikan terhadap peningkatan kemampuan

penalaran matematis siswa yang memperoleh pembelajaran dengan teknik

problem posing dan siswa yang memperoleh pembelajaran konvensional.

3. Terdapat perbedaan yang signifikan terhadap kemampuan komunikasi

matematis antara siswa yang memperoleh pembelajaran dengan teknik

problem posing dan siswa yang memperoleh pembelajaran konvensional.

4. Terdapat perbedaan yang signifikan terhadap peningkatan kemampuan

komunikasi matematis antara siswa yang memperoleh pembelajaran dengan

teknik problem posing dan siswa yang memperoleh pembelajaran

konvensional.

5. Terdapat perbedaan aktivitas siswa terhadap pembelajaran matematik antara

siswa yang memperoleh pemebelajaran dengan teknik problem posing dan

siswa yang memperoleh pembelajaran konvensional.

6. Terdapat perbedaan sikap siswa terhadap pembelajaran matematika antara

siswa yang memperoleh pembelajaran dengan teknik problem posing dan

(30)

42

Kanedi, 2014

Pembelajaran Matematika Dengan Teknik Problem Posing Untuk Meningkatkan Kemampuan Penalalaran Dan Komunikasi Matematis Siswa Sekolah Dasar

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu BAB III

METODE PENELITIAN

A. Desain Penelitian

Penelitian yang dilakukan merupakan penelitian kuasi eksperimen, dengan

pendekatan kualitatif dan kuantitatif. Pada penelitian ini ada dua kelompok

subjek penelitian yaitu kelompok eksperimen melakukan pembelajran matematika

dengan teknik problem posing dan kelompok kontrol melakukan pembelajaran

konvensional. Metode penelitian eksperimen yang digunakan untuk mengetahui

kemampuan penalaran dan komunikasi matematika antara siswa yang

menggunakan pembelajaran matematika dengan teknik problem posing dan

pembelajaran konvensional. Kedua kelompok diberikan pretes dan postes dengan

menggunakan tes yang sama. Penelitian kuasi eksperimen adalah suatu penelitian

yang berusaha mencari pengaruh variabel tertentu terhadap variabel lain dalam

kondisi yang tidak terkontrol secara ketat atau penuh, pengontrolan disesuaikan

dengan kondisi yang ada (situasional) Sujana dan Ibrohim (2009). Pada penelitian

ini terdapat dua variabel yaitu variabel bebas (independent variable) dan variabel

terikat (dependent variable). Variabel bebas yaitu pembelajaran matematika

dengan teknik problem posing sedangkan variabel terikat yaitu kemampuan

penalaran dan komunikasi matematika siswa.

Pendekatan kualitatif digunakan untuk memperoleh gambaran tentang

sikap siswa terhadap pembelajaran matematika dengan teknik problem posing.

Sedangkan pendekatan kuantitatif digunakan untuk memperoleh gambaran

tentang kemampuan penalaran dan komunikasi matematika siswa. Desain yang

digunakan dalam penelitian ini adalah desain pretes-postes kelompok kontrol

tanpa acak (Sudjana dan Ibrahim, 2009) dengan rancangan seperti tabel 3.1

(31)

43

Kanedi, 2014

Pembelajaran Matematika Dengan Teknik Problem Posing Untuk Meningkatkan Kemampuan Penalalaran Dan Komunikasi Matematis Siswa Sekolah Dasar

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu Tabael 3.1

Desain Penelitian

Kelompok Pretes Perlakuan Postes

E O X O

K O O

Ket: O = Pretes dan Postes (tes kemampuan penalaran dan komunikasi matematik)

X = Pembelajaran Matematik dengan Teknik Problem Posing

Langkah-langkah yang ditempuh dalam penelitian ini adalah:

1. Menentukan subjek penelitian, yaitu penelitian ini akan dilaksanakan pada

satu sekolah yang memilik dua kelas. Kelas pertama dipakai sebagai kelas

eksperimen dan kelas kedua sebagai kelas kontrol

2. Memberikan pelatiahan kepada guru tentang pembelajaran dengan problem

posing dan membuat kesepakatan bahwa pembelajaran dilaksanakan oleh

guru yang bersangkutan, peneliti bertugas sebagai observer dan patrner guru.

Pembelajaran sesuai dengan jadwal yang telah direncanakan. Pelatihan

dilaksanakan tanggal 24 sampai dengan 29 mei 2013, diluar kelas penelitian

hal ini dimaksud agar guru tidak merasa canggung dalam melaksanakan

pembelajaran.

3. Setiap kelompok diberi pretes kemudian menentukan nilai rerata dan

simpangan baku dari setiap kelompok untuk mengetahui keasamaan tingkat

penguasaan kedua kelompok terhadap kemampuan penalaran dan komunikasi

matematik.

4. Memberikan perlakuan kepada setiap kelompok eksperimen yaitu

pembelajaran dengan teknik problem posing sedangkan kepada kelompok

kontrol diberikan perlakuan dengan pembelajaran konvensional.

5. Kepada setiap kelompok postes/tes akhir untuk mengetahui kemampuan

penalaran dan komunikasi matematik.

6. Menggunakan uji t, untuk mengetahui perbedaan kemampuan penalaran dan

komunikasi matematika siswa, antara yang mengunakan pembelajaran

matematika dengan teknik problem posing dengan yang menggunakan

(32)

44

Kanedi, 2014

Pembelajaran Matematika Dengan Teknik Problem Posing Untuk Meningkatkan Kemampuan Penalalaran Dan Komunikasi Matematis Siswa Sekolah Dasar

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

penelitian ini melalui tiga tahap yaitu: tahap persiapan penelitian, tahap

penelitian, dan tahap analisis data.

B. Subjek Penelitian

Subjek dalam penelitian ini adalah siswa kelas V SDN Duren III yang

beralamat di Kampung Karangsari Ds Duren Kecamatan Klari Kabupaten

Karawang Propinsi Jawa Barat. NSS sekolah 101022106014 SDN Duren III

mempunyai 18 tenaga mengajar, yang terdiri dari 8 PNS dan 10 tenaga sukwan,

jumlah siswa sebanyak 743, Siswa kelas V sebanyak 120 terbagi menjadi terbagi

kedalam tiga kelas, yaitu kelas A, B, dam kelas C. Pengajar dimasing-masing

kelas eksperimen dan kontrol berbeda, yaitu dikelas eksperimen oleh guru

perempuan bernama Ibu Eha Julaeha sedangkan di kelas kontrol oleh laki-laki

bernama bapak Endi Rustandi. Meskipun berbeda namun kualifikasi mereka dapat

dikatakan sama, seperti dilihat dari jenjang pendidikan yang ditempuh.

Penarikan sampel dilakuakn dengan cara acak sehingga diperoleh sampel

yang terdiri dari dua kelas yaitu satu kelas eksperimen dan satu kelas kontrol.

Pengacakan dilakukan terhadap kelas populasi, dari hasil pemilihan secara acak,

yang terpilih sebagai kelas eksperimen mempelajarai volume kubus dan balok,

dengan teknik problem posing sebanyak 36 siswa yaitu kelas A. Sedangkan untuk

kelas kontrol yaitu kelas B sebanyak 36 siswa mempelajari volume kubus dan

balok dengan pembelajaran konvensional.

C. Waktu dan Tahap Penelitian

1. Waktu Penelitian

Penelitian dilakuakan mualai bulan 0ktober sampai dengan Nopember

(33)

45

Kanedi, 2014

Pembelajaran Matematika Dengan Teknik Problem Posing Untuk Meningkatkan Kemampuan Penalalaran Dan Komunikasi Matematis Siswa Sekolah Dasar

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu Tabel 3.2.

tahap penelitian, dan tahap analisis data.

a. Tahap persiapan penelitian

1) Studi literatur berupa buku-buku yang membahas tentang pembelajaran

dengan teknik problem posing, dan studi lapangan untuk mengetahui

pembelajaran yang selama ini dilaksanakan oleh guru dikelompok.

2) Menyusun instrumen penelitian yang disertakan dengan proses bimbingan

dengan dosen pembimbing.

3) Menguji coba instrumen penelitian, analisis hasil coba instrumen,

mengolah data hasil uji coba, membuat rencana pembelajaran untuk

kelompok instrumen.

4) Revisi instrumen.

b. Tahap Pelaksanaan Penelitian

1) Pelaksanan kegiatan diawali dengan memberikan pretes pada kelompok

eksperimen dan kelompok kontrol untuk mengetahui pengetahuan awal

siswa dalam kemampuan penalaran dan komunikasi matematika.

2) Pelaksanaan pembelajaran dengan teknik problem posing pada kelompok

(34)

46

Kanedi, 2014

Pembelajaran Matematika Dengan Teknik Problem Posing Untuk Meningkatkan Kemampuan Penalalaran Dan Komunikasi Matematis Siswa Sekolah Dasar

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

(a) Menentukan permasalahan tentang pokok tentang volume balok dan

kubus.

(b) Menyyiapkan peralatan perlengkapan pembelajaran yang dibutuhkan

(c) Melaksanakan proses pembelajaran didalam kelas sebanyak enam

kali pertemuan.

3) Pelaksanaan pembelajaran dikelompok kontrol dengan pembelajaran

konvensional.

4) Observasi terhadap pelaksanaan pembelajaran pada kelompok

eksperimen dan kelompok kontrol.

5) Pelaksanaan postes pada kelompok eksperimen dan kelompok kontrol

untuk mengetahui kemampuan peningkatan penalaran dan komunikasi

matematika.

6) Menyebarakan angket siswa pada siswa kelompok eksperimen untuk

mengetahui setelah perlakuan.

7) Pelaksaan wawancara pada guru dikelompok eksperimen untuk

mengetahui tanggapan dan kesulitan yang dihadapi dalam proses

pembelajaran dengan menggunakan teknik problem posing.

c. Tahap Analisis Data

Data-data yang diperoleh selama penelitian dilaksanakan akan dianalisis,

sehingga sampai diperoleh suatu kesimpulan. Teknik analisis data yang digunakan

yaitu statistik deskriftif dan statistik inferensial. Statistik inferensial digunakan

untuk menguji hipotesis.

D. Instrumen Penelitian

Data yang diperoleh dalam penelitian ini terdiri dari dua jenis, yaitu tes

dan non tes. Instrumen dalam jenis tes adalah tes penalaran dan komunikasi

matematika. Instrumen dalam non-tes terdiri dari lembar observasi, kegiatan siswa

dan guru, angket sikap siswa, serta pedoman wawancara untuk siswa dan guru

terhadap teknik problem posing. Instrumen ini dikembangkan melalui beberapa

tahap, yaitu tahap pembuatan instrumen, tahap penyaringan dan tahap uji caba

instrumen untuk tes kemampuan penalaran dan kemampuan komunikasi

(35)

47

Kanedi, 2014

Pembelajaran Matematika Dengan Teknik Problem Posing Untuk Meningkatkan Kemampuan Penalalaran Dan Komunikasi Matematis Siswa Sekolah Dasar

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

B, dan C SDN Duren 3 Klari Karawang, kemudian dikonsultasikan kepada

pembimbing. Pada awalnya instrumen tes kemampuan penalaran dan komunikasi

matematika diuji cobakan secara terbatas kepada 10 siswa kelas 6 SD. Dari uji

coba 10 siswa ini diperoleh masukan untuk merevisi naskah soal tersebut.

Kemudian soal yang telah direvisi diujicobakan kepada siswa satu kelas dengan

peserta didik sebanyak 30 siswa.

Berdasarkan keterangan dari UPTD Pendidikan Kecamatan Klari bahwa

sekolah tempat ujicoba instrumen termasuk pada level sekolah dengan kualifikasi

sedang, hal tersebut dilihat dari rata-rata Ujian Nasional Tahun 2012. Kemudian

hasilnya dianalisis dengan menggunakan anates Versi 4.0.5. Namun berdasarkan

hasi analisis tersebut masih terdapat 1 butir soal yang belum valid, yaitu butir soal

nomor 3. Hal ini dikerenakan butir soal yang belum dipengerti oleh siswa. Setelah

itu penulis kembali mendiskusikan hal tersebut dengan dosen pembimbing dan

sepakat untuk tetap menggunakan keseluruhan tes dengan mengubah redaksi soal

terlebih dahulu. Selanjutnya instrumen tes kemampuan penalaran dan kemampuan

komunikasi matematika diuji cobakan di luar kelas subjek penelitian. Kelas yang

menjadi uji coba instrumen yaitu kelas VI B SDN Duren 3 Klari Karawang. Hasil

ujicoba dianalisis menggunakan bantuan program Anates 4.0.5. dan menunjukan

bahwa semua soal menunjukan tingkat kesukaran yang sedang. Oleh karena itu

soal perlu diperbaiki dan dilakukan ujicoba ulang. Naskah soal tes kemampuan

penalaran dan kemampuan komunikasi matematika terlampir.

Setelah ujicoba yang kedua dilakukan, kemudian data hasil ujicoba

instrumen dianalisis dengan menggunakan program Anates Versi 4.0.5.

Berdasarkan hasil ujicoba tersebut diperoleh bahwa semua butir soal adalah valid

dan layak untuk dijadikan sebagai instrumen penelitian. Hasil ujicoba instrumen

tersebut terlampir. Setiap instrumen penelitian ini selanjutnya dibahas sebagai

berikut:

a. Tes Penalaran dan Komunikasi Matematika

Tes kemampuan penalaran dan komunikasi matematika dalam penelitian

ini, digunakan untuk memperoleh data kuantitatif berupa kemampuan siswa dalam

(36)

48

Kanedi, 2014

Pembelajaran Matematika Dengan Teknik Problem Posing Untuk Meningkatkan Kemampuan Penalalaran Dan Komunikasi Matematis Siswa Sekolah Dasar

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

volume kubus dan balok. Tes diberikan pada awal pembalajar (pretes) dan akhir

pembelajaran (postes)

Jumlah soal dalam tes penalaran dan komunikasi matematika sebanyak

sepuluh butir. Setiap soal disusun dalam bentuk essay yang terdiri dari lima soal

kemampuan penalaran dan lima soal kemampuan komunikasi. Bentuk soal essay

ini dapat memberikan kesempatan kepada siswa untuk dan mengemukakan

ide-ide matematika. Hal ini sesuai dengan yang dipersyaratkan oleh Petersson,

Resnick dan Lubienski (Herman, 2006: 73) bahwa tes dengan tipe ini cocok

untuk mengukur daya matematis siswa.

Tes kemampuan penalaran dan komunikasi matematika ini dikembangkan

dari peneliti dengan materi volume kubus dan balok dengan langkah-langkah

sebagai berikut:

1) Membuat kisi-kisi tes yang sesuai dengan indikator pembelajaran,

indikator kemampuan penalaran matematika dan indikator kemampuan

komunikasi matematika, yang disesuaikan dengan tingkat kesukaran soal.

Kisi-kisi tes penalaran dan komunikasi dapat dilihat pada lampiran B.1

2) Membuat soal berdasarkan kisi-kisi soaltes penalaran dan komunikasi

matematika (pretes dan postes) dapat dilihat pada lampiran B2

3) Menilai validitas muka dan validitas isi (content validity) yang dilakukan

oleh dosen pembingbing dan guru kelas V SD.

4) Memeriksa tingkat keterbacaan soal yang dilakukan oleh mahasiswa S2

Program Studi Pendidikan Dasar, guru SD, dan beberapa orang siswa SD.

5) Mengujicobakan tes yang kemudian dilanjutkan dengan menghitung

validitas, relibilitas, tingkat kesukaran, dan pembeda.

b. Pedoman penyekoran tes penalaran dan komunikasi

Untuk memperoleh data yang objektif dari tes penalaran dan komunikasi

matematika, maka ditentukan pedoman penyekoran yang proposional untuk setiap

butir soal. Dalam penelitian ini penyekoran menggunakan rubrik yang dibedakan

untuk masing-masing kemampuan. Pedoman penyekoran untuk mengukur

kemampuan penalaran matematika diadaptasi dari Carroll (1999) yang disajikan

(37)

49

Kanedi, 2014

Pembelajaran Matematika Dengan Teknik Problem Posing Untuk Meningkatkan Kemampuan Penalalaran Dan Komunikasi Matematis Siswa Sekolah Dasar

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu Tabel 3.3

Pedoman Penyekoran Tes Kemampuan Penalaran Matematika

Skor indikator

0  Tidak ada jawaban,

 Menjawab tidak sesuai dengan pertanyaan, atau  Tidak adajawaban yang benar

1

 Hanya sebagian penjelasan dengan menggunakan gambar, fakta, dan hubungan

 Mengikuti argumen-arguman logis dalam menyelesaikan soal  Menarik kesimpulan logis dengan benar

2

 Hampir semua penjelasan menggunakan gambar, fakta, dan hubungan

 Mengikuti argumen-arguman logis dalam menyelesaikan soal  Menarik kesimpulan logis dengan benar

3

 Semua penjelasan menggunakan gambar, fakta, dan hubungan  Mengikuti argumen-arguman logis dalam menyelesaikan soal  Menarik kesimpulan logis dengan lengkap, jelas, dan benar

4

 Jawaban benar disertai dengan alasan yang benar

 Mengikuti argumen-arguman yang logis dalam menyelesaikan soal  Menarik kesimpulan logis dan benar

Sedangkan pedoman penyekoran untuk mengukur kemampuan

komunikasi matematika diadapsi dari Cai, Lane, & Jacabsin (1996) yang

disajikan pada tabel 3.4. Tabel 3.4

Pedoman Pensekoran Tes Kemampuan Komunikasi Matematika

Skor Indikator

0

Tidak ada jawaban, meskipun ada, maka hanya memperlihatkan tidak memahami konsep sehingga informasi yang diberikan tidak berarti apa apa.

1 Hanya sedikit penjelasan, tabel, gambar grafik, diagram atau model matematika yang benar

2

Penjelasan secara matematika masuk akal namun hanya sebagian lengkap dan benar. Membuat tabel, gambar, grafik atau diagram hampir benar namun tidak lengkap. Membuat model matematika hampir

namun salah dalam mendapatkan solusi.

3

Penjelasan secara matematik masuk akal dan benar, meskipun tidak tersusun secara logis. Membuat tabel, gambar, grafik atau diagram dengan benar namun tidak lengkap. Membuat model matematika benar namunkurang benar dalam mendapatkan solusi

4

(38)

50

Kanedi, 2014

Pembelajaran Matematika Dengan Teknik Problem Posing Untuk Meningkatkan Kemampuan Penalalaran Dan Komunikasi Matematis Siswa Sekolah Dasar

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu c. Analisis uji coba tes penalaran dan komunikasi matematika

Sebelum pretes dilakukan, instrumen terlebih dahulu diujicobakan kepada

sekelompok siswa kelas V SD yang telah mempelajari volume bangun ruang dan

balok. Ujicoba dilakukan pada satu kelas yang mewakili sekolah yaitu kelas V B

sebanyak 30 siswa. Uji coba instrumen dianalisi dengan menggunakan progran

ANATES Versi 4.0.5

1. Validitas butir soal

Pengujian validitas bertujuan untuk melihat tingkat kesahihan (ketepatan)

suatu alat ukur. Suatu instrumen dikatakan valid jika dapat mengukur apa yang

seharusnya diukur (Sugiyono) dalam Akdon (2008). Pengujian validitas dilakukan

dengan analisis faktor, yaitu mengkorelasikan antara skor butir soal dengan faktor

total dengan menggunakan rumus Pearson Product Moment

Dengan bantuan program ANATES Versi 4.0.5. dapat diperoleh secara

langsung koefisien korelasi setiap butir soal. Setelah diketahui koefisien korelasi

(rxy), maka langkah selanjutnya adalah mengkonsultasikan dengan nilai

r

tabel

Product moment table pada interval kepercayaan 95% dengan derajat kebebasan n

- 2. Setiap butir soal dikatakan valid jika nilai rxy lebih besar dari pada nilai

r

tabel (Muhidin dan Abdurahman, 2007). Hasil analisis tes penalaran dan

komunikasi matematika disajikan pada tabel 3.5.

Tabel 3.5 Analisis Validitas Tes KemampuanPenalaran Matematika

Dan Komunikasi Matematika

Nomor Soal xy

r

tabel keterangan

(39)

51

Kanedi, 2014

Pembelajaran Matematika Dengan Teknik Problem Posing Untuk Meningkatkan Kemampuan Penalalaran Dan Komunikasi Matematis Siswa Sekolah Dasar

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Dari Tabel 3.5 dapat disimpulkan bahwa walaupun koefisien korelasi (rxy)

berbeda namun tetap lebih besar jika dibanding kan dengan nilai

r

tabel. Dengan

demikian, semua butir soaldalam tes kemampuan penalaran dan komunikasi

matematika adalah valid.

2. Reliabilitas butir soal

Pengujian reliabilitas dilakukan untuk mengukur ketepatan instrumen atau

ketepatan siswa dalam menjawab alat evaluasi tersebut. Suatu alat evaluasi

(instrumen) dikatakan valid bila reliabilitasnya tinggi. Untuk mengetahui apakah

suatu tes memililki reliabilitas tinggi, atau rendah dapat dilihat dari nilai koefisien

reliabilitasnya.

Berdasarkan hasil ujicoba reliabilitas butir soal secara keseluruhan dengan

bantuan program ANATES Versi 4.0.5 diperoleh koefisien reliabilitas tes sebesar

0,86 untuk kemampuan penalaran dan 0,90 komunikasi matematika. Ini berarti

bahwa tes kemampuan penalaran dan kemampuan komunikasi matematika

reliabilitas yang tinggi.

3. Daya pembeda

Perhitungan daya pembeda dimaksudkan untuk mengetahui sejauh mana

suatu alat evaluasi (tes) dapat membedakan antara siswa yang berada pada

kelompok atas (kemampuan tinggi) dan siswa yang berada pada kelompok bawah

(kemampuan rendah).

Daya pembeda untuk teskemampuan penalaran dan kemampuan komunikasi

(40)

52

Kanedi, 2014

Pembelajaran Matematika Dengan Teknik Problem Posing Untuk Meningkatkan Kemampuan Penalalaran Dan Komunikasi Matematis Siswa Sekolah Dasar

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu Tabel 3.6.

Analisis Daya Pembeda Tes Kemampuan Penalaran dan Komunikasi Matematika

Jenis Kemampuan Nomor Soal Daya Pembeda (%)

Dari tabel 3.6 dapat disimpulkan bahwa dari sepuluh soal yang terdapat pada

tes kemampuan penalaran dan kemampuan komunikasi matematika tidak ada yang

mempunyai daya pembeda kurang sehingga soal tersebut dapat dipergunakan

untuk penelitian.

4. Tingkat Kesukaran

Tingkat kesukaran soal diperoleh dengan menghitung persentase siswa

dalam menjawab butir soal dengan benar. Semakin kecil persentase menunjukkan

bahwa butir soal semakin sukar dan semakin besar persentase menunjukkan bahwa

butir soal semakin mudah. Tingkat kesukaran untuk tes kemampuan penalaran dan

(41)

53

Kanedi, 2014

Pembelajaran Matematika Dengan Teknik Problem Posing Untuk Meningkatkan Kemampuan Penalalaran Dan Komunikasi Matematis Siswa Sekolah Dasar

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu Tabel 3.7

Analisis Tingkat Kesukaran Tes Kemampuan Penalaran dan Komunikasi Matematika

Jenis Kemampuan Nomor soal

Tingkat

kemampuan penalaran dan komunikasi matematika terdapat 6 soal dengan kategori

soal sedang, dua soal dengan kategori soal sukar, dan dua soal dengan kategori

soal mudah

Berdasarkan hasil analisi validitas, reliabilitas, daya pembeda dan tingkat

kesukaran maka tes kemampuan penalaran dan kemampuan komunikasi

matematika yang telah diujicobakan dapat digunakan sebagai instrumen pada

penelitian ini. Hasil analisis uji instrumen yang diperoleh dari program ANATES

Versi 4.0.5 serta klasifikasi interpretasi reliabilitas, daya pembeda, dan tingkat

kesukaran secara lengkap disajikan dalam lampiran B.6

E. Pengembangan Bahan ajar

Pembelajaran ditunjang dengan menggunakan bahan ajar dalam bentuk

Lembar Kegiatan Siswa (LKS) yang berisikan tugas-tugas yang harus

diselesaikan oleh siswa. Tugas yang berbentuk uraian berupa soal yang disusun

Gambar

Tabel
Gambar                                                                                                    Halaman
Tabel 3.2. Jadwal Rencana Kegiatan Penelitian
Tabel 3.3
+5

Referensi

Dokumen terkait

Populasi dalam penelitian ini adalah masyarakat yang ada disekitar eMTe Highland Resort yang berjumlah 151 responden, terdiri dari masyarakat yang berada disekitar

Segala puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala berkat dan pengasihan-Nya yang sungguh berlimpah, sehingga penulis dapat

SIDa adalah keseluruhan proses dalam satu sistem untuk menumbuhkembangkan inovasi yang dilakukan antarinstitusi pemerintah, pemda, lembaga kelitbangan, lembaga pendidikan,.

dengan penulisan skripsi yang berjudul “Analisis Strategi Bisnis Jasa.

[r]

Teknik ini digunakan untuk mengamati dari dekat dalam upaya mencari dan menggali data melalui pengamatan secara langsung dan mendalam terhadap subjek dan

[r]

Tujuan dari laporan kerja praktek ini adalah untuk mengetahui cara pembuatan penyambungan dan konektor pada Fiber Optik, sedangkan metode yang dilakukan oleh penulis adalah