Kanedi, 2014
Pembelajaran Matematika Dengan Teknik Problem Posing Untuk Meningkatkan Kemampuan Penalalaran Dan Komunikasi Matematis Siswa Sekolah Dasar
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
PEMBELAJARAN MATEMATIKA DENGAN TEKNIK PROBLEM POSING UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN PENALARAN DAN
KOMUNIKASI MATEMATIS SISWA SEKOLAH DASAR
(Studi Eksperimen Kuasi di Kelas V Sekolah Dasar Kecamatan Klari Kabupaten Karawang)
TESIS
Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat Memperoleh Gelar Magister Pendidikan
Program Studi Pendidikan Dasar
Oleh:
KANEDI NIM: 1101658
SEKOLAH PASCASARJANA
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DASAR UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
Kanedi, 2014
Pembelajaran Matematika Dengan Teknik Problem Posing Untuk Meningkatkan Kemampuan Penalalaran Dan Komunikasi Matematis Siswa Sekolah Dasar
Kanedi, 2014
Pembelajaran Matematika Dengan Teknik Problem Posing Untuk Meningkatkan Kemampuan Penalalaran Dan Komunikasi Matematis Siswa Sekolah Dasar
Kanedi, 2014
Pembelajaran Matematika Dengan Teknik Problem Posing Untuk Meningkatkan Kemampuan Penalalaran Dan Komunikasi Matematis Siswa Sekolah Dasar
Kanedi, 2014
Pembelajaran Matematika Dengan Teknik Problem Posing Untuk Meningkatkan Kemampuan Penalalaran Dan Komunikasi Matematis Siswa Sekolah Dasar
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu KATA PENGANTAR
Bismillahirrahmairrahim
Puji dan syukur panjatkan ke Hadirat Allah SWT atas limpahan rahmat
dan karunia-Nya sehinga penulis dapat menyelesaikan tesis yang berjudul
“Pembelajaran Matematika dengan Teknik Problem Posing untuk Meningkatkan
Kemampuan Penalaran dan Komunikasi Matematis Siswa Sekolah Dasar (Studi
Eksperimen Kuasi Kelas V Sekolah Dasar Kecamatan Klari Kabupaten
Karawang)”.
Problem posing dalam matematika didefinisikan sebagai metode mengajar
baru, yang berasal dari teknik mengajar matematika yang sudah ada sebelumnya.
Teknik adalah cara kongkret yang dipakai saat proses pembelajaran berlangsung.
Dalam proses pembelajaran bahwa siswa bisa terlibat dalam merumuskan,
mengajukan masalah atau pertanyaan matematika berdasarkan suatu situasi yang
bisa dilakukan sebelum, dalam, setelah pemecahan masalah. Kemampuan
penalaran matematika adalah kemampuan menggunakan pola dan hubungan
untuk menganalisis situasi matematika, kemampuan memberi pemjelasan,
kemampuan menarik kesimpulan dan memberikan alasan atau bukti terhadap
kebenaran jawaban, menyususn dan menguji konjektur. Kemampuan komunikasi
matematika adalah kemampuan siswa menggunakan matematika sebagai alat
Kanedi, 2014
Pembelajaran Matematika Dengan Teknik Problem Posing Untuk Meningkatkan Kemampuan Penalalaran Dan Komunikasi Matematis Siswa Sekolah Dasar
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
secara lisan maupun tulisan. Dalam penulisan tesis ini, penulis banyak menerima
bantuan dari berbagai pihak. Untuk itu, dengan segala kerendahan hati, penulis
menyampaikan ucapan terima kasih kepada yang terhormat:
1. Bapak Prof. Dr. H. Tatang Herman, M.Ed. selaku Pembingbing I yang
senantiasa meluangkan waktunya untuk memberikan bimbingan, arahan
motivasi dan masukan-masukan yang sangat berarti dari mulai penulisan
proposal sampai sehingga selesai tesis ini.
2. Bapak Turmudi, M.Ed., M.Sc., Ph.D. selaku Pembimbing II dengan
kesibukannya selalu memberikan bimbingan dan masukan yang sangat
berharga dalam penulisan tesis ini.
3. Bapak Prof. Dr. H. Wahyudin, M.Pd. selaku penguji I yang telah memberikan
saran dan arahan demi perbaikan tesis ini.
4. Bapak Dr. H. Solehuddin.,M.Pd,.MA. selaku penguji II yang telah
memberikan saran dan arahan demi perbaikan tesis ini.
5. Bapak Prof. Dr. H. Didi Suryadi, M.Ed. selaku Direktur SPs UPI yang telah
memberikan kesempatan kepada penulis untuk dapat menempuh pendidikan
pada Program Studi Pendidikan Dasar Sekolah Pascasarjana Universitas
Pendidikan Indonesia.
6. Ibu Dr. Hj. Ernawulan Syaodih, M.Pd selaku Ketua Program Studi Pendidikan
Dasar yang telah memberikan arahan, motivasi dan bimbingannya kepada
Kanedi, 2014
Pembelajaran Matematika Dengan Teknik Problem Posing Untuk Meningkatkan Kemampuan Penalalaran Dan Komunikasi Matematis Siswa Sekolah Dasar
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
7. Bapak Ibu dosen pada Program Studi Pendidikan Dasar SPs UPI yang telah
memberikan ilmu dan pengetahuan yang tidak ternilai harganya kepada
penulis.
Kanedi, 2014
Pembelajaran Matematika Dengan Teknik Problem Posing Untuk Meningkatkan Kemampuan Penalalaran Dan Komunikasi Matematis Siswa Sekolah Dasar
Kanedi, 2014
Pembelajaran Matematika Dengan Teknik Problem Posing Untuk Meningkatkan Kemampuan Penalalaran Dan Komunikasi Matematis Siswa Sekolah Dasar
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
PEMBELAJARAN MATEMATIKA DENGAN TEKNIK PROBLEM POSING UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN PENALARAN DAN KOMUNIKASI
MATEMATIS SISWA SEKOLAH DASAR
(Studi Eksperimen Kuasi di Kelas V Sekolah Dasar Kecamatan Klari Kabupaten Karawang)
Kanedi (1101658)
ABSTRAK
Tujuan penelitian ini adalah untuk menelaah apakah terdapat perbedaan peningkatan kemampuan penalaran dan komunikasi matematik siswa, yang belajar matematika dengan teknik problem posing dibandingkan dengan siswa yang belajar dengan konvensional. Metode penelitian yang digunakan adalah kuasi eksperimen dengan desain kelompok kontrol pretes-postes. Penelitian ini dilakukan pada kelas V SDN Duren III Kecamatan Klari Kabupaten Karawang Propinsi Jawa Barat pada bulan September sampai dengan November 2013, melibatkan sebanyak 72 siswa. Untuk memperoleh data digunakan instrumen penelitian, yaitu tes kemampuan penalaran matematik siswa dan tes kemampuan komunikasi matematik siswa, angket siswa terhadap mata pelajaran matematika, obsevasi kegiatan siswa, observasi kegiatan pembelajaran yang dilakukan oleh guru, dan wawancara untuk tanggapan siswa dan guru.
Hasil temuan penelitian menunjukan bahwa pembelajaran dengan teknik problem posing lebih efektif dalam meningkatkan kemampuan penalaran dan kemampuan komunikasi matematik siswa. Pembelajaran matematika pada kelompok siswa yang menggunakan teknik problem posing kelas eksperimen, dengan rerata kemampuan penalaran sebesar 12,25 dan rerata kemampua komunikasi sebesar 11,58. Sedangkan pada kelas yang menggunakan pembelajaran konvensional rerata kemampuan penalaran sebesar 10,36 dan kemampuan komunikasi sebesar 9,94. Selama pembelajaran siswa menunjukan sikap positif terhadap membelajaran matematika dengan teknik problem posing.
Berdasarkan hasil penelitian tersebut, maka dapat direkomendasikan bahwa pembelajaran matematika dengan teknik problem posing, menjadi alternatif pembelajaran yang dapat diterapkan di SD, dalam upaya meningkatkan kemampuan penalaran dan komunikasi matematik siswa. Oleh karen itu, kepada guru matematika SD, teknik problem posing dalam pembelajaran matematika hendaknya terus dikembangkan, dan membiasakannya dalam pembelajaran matematika.
Kata kunci: Pembelajaran matematika dengan teknik problem posing kemampuan penalaran, dan kemampuan komunikasi
MATHEMATICS LEARNING BY MEANS OF PROBLEM POSING TECHNIQUE TO IMPROVE MATHEMATICAL COMPREHENSION AND COMMUNICATION
SKILLS OF ELEMENTARY SCHOOL STUDENTS
(Quasi Experimental Study conducted in the 5th Grade of Elementary School, Klari, Karawang Regency)
Kanedi, 2014
Pembelajaran Matematika Dengan Teknik Problem Posing Untuk Meningkatkan Kemampuan Penalalaran Dan Komunikasi Matematis Siswa Sekolah Dasar
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu Kanedi (1101658)
ABSTRACT
The purpose of the research is to analyze the difference of mathematical comprehension and communication skills of the students learning mathematics by means of Problem Posing Technique compared to those learning conventional mathematics. The method used in this research was Quasi Experimental method, with pretest-posttest control group design. The research was conducted to 72 (seventy two) 5th-grade students of SDN Duren III, Klari, Karawang Regency, West Java Province in September-November 2013. To obtain the data, this research used some instruments, such as students mathematical comprehension and communication skills tests, students questionnaire on Mathematics, observation of students activities, observation of learning activities by the teachers, and interview with students and teachers.
The result of the research shows that the learning process by means of problem posing technique is more effective to improve mathematical comprehension and communication skills of the students. Mathematics learning of the students in experiment class using problem posing technique reaches 12,25 for the average of comprehension skill and 11,58 for communication skill. Meanwhile in conventional learning class, the average of comprehension skill is 10,36 and communication skill is 9,94. During learning process, the students showed a positive respond to mathematics learning process by means of problem posing technique.
Based on the result of this research, it can be recommended that mathematics learning by means of problem posing can be an alternative learning to be applied in elementary school (SD), in order to improve mathematics comprehension and communicative skills of the students. Therefore, it is recommended to mathematics teachers teaching in elementary school to develop problem posing technique in their teaching and learning process, and to use it in daily learning.
Kanedi, 2014
Pembelajaran Matematika Dengan Teknik Problem Posing Untuk Meningkatkan Kemampuan Penalalaran Dan Komunikasi Matematis Siswa Sekolah Dasar
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu DAFTAR ISI
Halaman
ABSTRAK ... i
KATA PENGANTAR ... ii
DAFTAR ISI ... v
DAFTAR TABEL ... viii
DAFTAR GAMBAR ... x
DAFTAR BAGAN ... xi
DAFTAR LAMPIRAN ... xii
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1
B. Rumusan Masalah ... 6
C. Tujuan Penelitian ... 7
D. Manfaat Penelitian ... 8
E. Definisi Operasional ... 8
F. Hipotesis Penelitian ... 9
BAB II LANDASAN TEORITIS A. Pembelajaran Matematika ... 11
B. Poblem Posing ... 12
1. Pengertian Problem Posing ... 12
2. Pembelajaran Problem Posing ... 14
3. Pemecahan Masalah (Problem Solving) ... 18
C. Kemampuan penalaran Matematika ... 19
D. Kemampuan Komunikasi Matematika ... 25
E. Pembelajaran Konvensional ... 29
F. Teori Belajar yang Mendukung Pembelajaran Problem Posing 30
Kanedi, 2014
Pembelajaran Matematika Dengan Teknik Problem Posing Untuk Meningkatkan Kemampuan Penalalaran Dan Komunikasi Matematis Siswa Sekolah Dasar
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
1. Teori Belajar Jean Piaget ... 31
2. Teori Belajar Jerome S. Bruner ... 33
3. Teori Belajar Robert M. Gagne ... 36
4. Teori belajar E.L. Thorndike ... 37
G. Penelitian yang Relevan ... 39
BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian ... 43
B. Subjek Penelitian ... 45
C. Waktu dan Tahap Penelitian ... 45
D. Instrumen Penelitian ... 47
E. Pengembangan Bahan ajar ... 54
F. Teknik Pengumpulan data ... 54
G. Teknik Pengolahan data ... 54
H. Teknik Analisis Data ... 57
I. Kegiatan Pembelajran ... 59
J. Bahan Ajar ... 60
K. Prosedur Penelitian ... 60
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasi Penelitian ... 63
1. Kemampuan Penalaran Siswa ... 64
2. Kemampuan Komunikasi Siswa ... 74
3. Aktivitas Pembelajaran Problem Posing ... 84
a. Aktivitas Pembelajaran siswa ... 84
b. Aktivitas guru ... 85
4. Sikap Siswa Terhadap Pembelajaran Marematika ... 87
5. Sikap Siswa Terhadap Pembelajaran Problem Posing ... 89
6. Sikap Siswa Terhadap Soal-soal Kemampuan Penalaran dan Komunikasi Matematika ... 92
Kanedi, 2014
Pembelajaran Matematika Dengan Teknik Problem Posing Untuk Meningkatkan Kemampuan Penalalaran Dan Komunikasi Matematis Siswa Sekolah Dasar
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
1. Pembelajaran Problem Posing ... 95
2. Kemampuan penalaran siswa ... 97
3. Kemampuan komunikasi siswa ... 100
4. Aktivitas Pembelajaran Problem Posing... ... 102
a. Aktivitas Pembelajaran Siswa ... 102
b. Aktivitas Guru ... 103
5. Sikap siswa Terhadap Pembelajaran Problem Posing ... 105
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ... 106
B. Saran ... 106
DAFTAR PUSTAKA ... 108
LAMPIRAN
A. Silabus dan RPP
B. Instrumen Penelitian
C. Hasil Penelitian
D. Foto –foto Penelitian
E. Surat-surat
vi
Kanedi, 2014
Pembelajaran Matematika Dengan Teknik Problem Posing Untuk Meningkatkan Kemampuan Penalalaran Dan Komunikasi Matematis Siswa Sekolah Dasar
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu DAFTAR TABEL
Tabel
Halaman
2.1 Deskripsi Komponen Penalaran... 23
3.1 Desai Penelitian ... 43
3.2 Jadwal Kegiatan Penelitian ... 45
3.3 Pedoman Penskoran Tes Kemampuan Penalaran Matematika ... 49
3.4 Pedoman Penskoran Tes Kemampuan Komunikasi Matematika ... 50
3.5 Analisis Validitas Tes Kemampuan Penalaran Matematika dan Kemampuan Komunikasi Matematika ... .. 51
3.6 Analisis Daya Pembeda Tes Kemampuan Penalaran dan Kemampuan Komunikasi Matematika ... . 52
3.7 Analisis Tingkat Kesukaran Tes Kemampuan Penalaran dan Kemampuan Komunikasi Matematika ... 53
3.8 Klasifikasi N-Gain (G) ... 55
4.1 Skor Nilai Pretes Kemampuan Penalaran Kelompok Kontrol dan Kelompok Eksperimen ... 64
4.2 Uji Normalitas Skor Pretes Kemampuan Penalaran ... 65
4.3 Uji Homogenitas Skor Pretes Kemampuan Penalaran ... .... 66
4.4 Uji Beda Rerata Skor Pretes Kemampuan Penalaran ... ... 66
4.5 Skor Nilai Postes Kemampuan Penalaran Kelompok Kontrol dan Eksperimen ... 67
4.6 Uji Normalitas Skor Postes Kemampuan Penalaran ... .... 68
4.7 Uji Homogenitas Skor Postes Kemampuan Penalaran ... 69
4.8 Uji Beda Rerata Skor Postes Kemampuan Penalaran ... .... 69
Kanedi, 2014
Pembelajaran Matematika Dengan Teknik Problem Posing Untuk Meningkatkan Kemampuan Penalalaran Dan Komunikasi Matematis Siswa Sekolah Dasar
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
4.10 Uji Normalitas Peningkatan Kemampuan Penalaran ... .... 71
4.11 Uji Homogenitas Peningkatan Kemampuan Penalaran ... 72
4.12 Uji-t Peningkatan Kemampuan Penalaran Matematika ... 72
4.13 Rerata Kemampuan Penalaran Kedua Kelas ... 73
4.14 Skor Nilai Pretes Kemampuan Komunikasi Kelompok Kontrol Dan Kelompok Eksperimen ... 74
4.15 Uji Normalitas Skor Pretes Kemampuan Komunikasi Matematika.. ... 75
4.16 Uji Homogenitas Skor Pretes Kemampuan Komunikasi Matematika .. 76
4.17 Uji Beda Rerata Skor Pretes Kemampuan Komunikasi Matematika.... 76
4.18 Skor Nilai Postes Kemampuan Komunikasi Kelompok Kontrol dan Kelompok Eksperimem ... 77
4.19 Uji Normalitas Skor Postes Kemampuan Komunikasi Matematika .... 78
4.20 Uji Homogenitas Skor Postes Kemampuan Komunikasi Matematika. 79 4.21 Uji Beda Rerata Skor Postes Kemampuan Komunikasi Matemtika ... 79
4.22 Skor N-Gain Kemampuan Komunikasi Kelompok Kontrol dan Kelompok Eksperimen ... 80
4.23 Uji Noemalitas Peningkatan Kemampuan Komunikasi Matematika ... 81
4.24 Uji Homogenitas Peningkatan Komunikasi Matematika ... 82
4.25 Uji-t Peningkatan Kemampuan Komunikasi Matematika ... 82
4.26 Rerata Kemampuan Komunikasi Matematika Kedua Kelas ... 83
4.27 Hasil Observasi Kegitan Siswa Kelas Eksperimen ... 84
4.28 Hasil Observasi Kegitan Guru Kelas Eksperimen ... 86
4.29 Sikap Siswa Terhadap Pembelajaran Matematika ... 87
4.30 Sikap Siswa terhadap Pembelajaran Matematika dengan Problem Posing ... 89
4.31 Sikap Siswa Kelas Eksperimen terhadap Soal-soal Kemampuan Penalaran dan Kemampuna Komunikasi Matematika ... 92
Kanedi, 2014
Pembelajaran Matematika Dengan Teknik Problem Posing Untuk Meningkatkan Kemampuan Penalalaran Dan Komunikasi Matematis Siswa Sekolah Dasar
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
4.1 Siswa Bersungguh-Sungguh dalam Mengukuti Pembelajaran
Matematika ... 88
4.2 Siswa Bersemangat dalam Melakukan Aktivitas Dalam Pemberlajaran Problem Posing ... 90
4.3 Siswa Memiliki Minat yang Tinggi Terhadap Belajar Kelompok ... 91
4.4 Diagram Rerata Kemampuan Penalaran Kedua Kelas ... 98
4.5 Diagram Rerata Kemampuan Penalaran pada Kelas Eksperimen ... 99
4.6 Diagram Rerata Kemampuan Komunikasi Kedua Kelas ... . 100
4.7 Diagram Rerata Kemampuan Komunikasi pada Kelas Eksperimen ... 101
4.8 Diagram Ativitas Siswa pada Setiap Pertemuan ... . 102
Kanedi, 2014
Pembelajaran Matematika Dengan Teknik Problem Posing Untuk Meningkatkan Kemampuan Penalalaran Dan Komunikasi Matematis Siswa Sekolah Dasar
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu DAFTAR BAGAN
Bagan
halaman
3.1 Pemilihan Analisis Data Statistik ... 43
Kanedi, 2014
Pembelajaran Matematika Dengan Teknik Problem Posing Untuk Meningkatkan Kemampuan Penalalaran Dan Komunikasi Matematis Siswa Sekolah Dasar
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran A Rencana Pembelajaran Halman
A1. Silabus Pembelajaran ... 113
A2. Rencana Pembelajaran 1... 114
A3. Rencana Pembelajaran 2... 124
A4. Rencana Pembelajaran 3... 132
A5. Rencana Pembelajaran 4... 141
A6. Rencana Pembelajaran 5... 150
A7. Rencana Pembelajaran 6... 160
Lasmpiran B Instumen Penelitian B1. Kisi-kisi Soal Kemampuan Penalaran dan Komunikasi Matematika... 169
B2. Soal Ujicoba Kemampuan Penalaran Matematika... 170
B3. Soal Ujicoba Kemampuan Komunikasi Matematika... 172
B4. Nilai Hasi Ujicoba Tes Kemampuan Penalaran Matematika... 174
B5. Nilai Hasil Ujicoba Tes Kemampuan Komunikasi Matematika... 175
B6. Hasil Uji Instrumen dengan Bantuan Program ANATES Vearsi 17.0... 176
B7. Soal Tes Kemampuan Penalaran Matematika... 183
B8. Soal Tes Kemampuan Komunikasi Matematika... 185
B9. Kisi-kisi Angket Sikap Siswa... 187
B10. Angket Siswa Terhadap Pembelajaran Matematika Kelas Eksperimen. 188 B11. Lembar Observasi Siswa... 190
B12. Lembar Observasi Guru... .. 191
B13. Pedoman Wawancara Siswa... . 192
B14. Pedoman Wawancara Guru... 193
Lampiran C Data Penelitian C1. Skor Pretes Kemampuan Penalaran Matematika Kelas Kontrol... ... 194
Kanedi, 2014
Pembelajaran Matematika Dengan Teknik Problem Posing Untuk Meningkatkan Kemampuan Penalalaran Dan Komunikasi Matematis Siswa Sekolah Dasar
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
C3. Uji Normalitas Skor Pretes Kemampuan Penalaran Matematika... . 196
C4. Uji Homogenitas Skor Pretes Kemampuan Penalaran Matematika... 197
C5. Uji Beda Rerata Skor Pretes Kemampuan Penalaran matematika... 198
C6. Skor Postes Kemampuan Penalaran Matematika Kelas Kontrol... 199
C7. Skor Postes Kemampuan Penalaran Matematika Kelas Eksperimen... 200
C8. Uji Normalitas Skor Postes Kemampuan Penalaran Matematika... 201
C9. Uji Homogenitas Skor Postes Kemampuan Penalaran Matematika... 202
C10. Uji Beda Rerata Skor Postes Kemampuan Penalaran matematika... 203
C11. Gain Ternormalisasi Kemampuan Penalaran Kelas Kontrol... 204
C12. Gain Ternormalisasi Kemampuan Penalaran Kelas Eksperimen... 205
C13. Uji Normalitas Peningkatan Kemampuan penalaran Matematika... 206
C14. Uji Homogenitas Peningkatan Kemampuan Penalaran Matematika... 207
C15. Uji t Skor Peningkatan Kemampuan Penalaran Matematika... 208
C16. Skor Pretes Kemampuan Komunikasi Matematika Kelas Kontrol... 210
C17. Skor Pretes Kemampuan Komunikasi Matematika Kelas Eksperimen.. 211
C18. Uji Normalitas Skor Pretes Kemampuan Komunikasi Matematika... .. 212
C19. Uji Homogenitas Skor Pretes Kemampuan Komunikasi Matematika.... 213
C20. Uji Beda Rerata Skor Pretes Kemampuan Komunikas matematika... 214
C21. Skor Postes Kemampuan Komunikasi Matematika Kelas Kontrol... 215
C22. Skor Postes Kemampuan Komunikasi Matematika Kelas Eksperimen.. 216
C23. Uji Normalitas Skor Postes Kemampuan Komunikasi Matematika... 217
C24. Uji Homogenitas Skor Postes Kemampuan Komunikasi Matematika....218
C25. Uji Beda Rerata Skor Postes Kemampuan Komunikasi matematika... 219
C26. Gain Ternormalisasi Kemampuan Komunikasi Kelas Kontrol... 220
C27. Gain Ternormalisasi Kemampuan Komunikasi Kelas Eksperimen... 221
C28. Uji Normalitas Peningkatan Kemampuan Komunikasi Matematika... 222
C29. Uji Homogenitas Peningkatan Kemampuan Komunikasi Matematika. . 223
C30. Uji t Skor Peningkatan Kemampuan Komunikasi Matematika... 224
C31. Hasil Observasi Kegiatan Siswa Kelas Eksperimen... 226
C32. Hasil Observasi Kegiatan Guru Kelas Eksperimen... 227
Kanedi, 2014
Pembelajaran Matematika Dengan Teknik Problem Posing Untuk Meningkatkan Kemampuan Penalalaran Dan Komunikasi Matematis Siswa Sekolah Dasar
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
C34. Frekuensi Presentase Jawaban Angket Sikap Siswa Kelas Eksperimen. 229
Lampiran D Foto Penelitian
Lampiran E Surat Ijin Penelitian
1
Kanedi, 2014
Pembelajaran Matematika Dengan Teknik Problem Posing Untuk Meningkatkan Kemampuan Penalalaran Dan Komunikasi Matematis Siswa Sekolah Dasar
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pendidikan adalah suatu aspek kekuatan bangsa, yaitu sumber daya
manusia (SDM) yang memiliki ilmu pengetahuan dan teknologi. Pendidikan pada
hakikatnya berlangsung seumur hidup, dari sejak dalam kandungan, kemudian
melalui seluruh proses dan siklus kehidupan manusia. Oleh karenanya secara
hakiki pembangunan pendidikan merupakan bagian yang tidak terpisahkan dalam
upaya membangun manusia. Upaya-upaya pembangunan pendidikan pada
dasarnya diarahkan untuk mewujudkan kesejahteraan manusia itu sendiri. Dalam
konteks kehidupan berbangsa dan bernegara, pembangunan pendidikan
merupakan wahana untuk mencerdaskan dan mensejahterakan kehidupan warga
negara.
Dengan pendidikan kita bisa mengungkap gagasan dan memecahkan
masalah yang dihadapi dalam kehidupan sehari-hari. Pendidikan tidak terlepas
dari teknologi, misalnya teknologi pertanian, teknologi pertambangan, teknologi
komputer atau teknologi canggih, kata teknologi tidak terlepas dari ilmu
pengetahuan karena memang pada hakekatnya tekologi adalah penerapan ilmu
atau pengetahuan yang terorganisir dalam tugas-tugas praktis. Teknologi tidak
terlepaskan dengan masalah, untuk memecahkan masalah itu maka diperlukan
sumber daya manusia yang memiliki kemampuan pemecahan masalah, untuk
mengungkap gagasan atau memecahkan berbagai masalah dalam kehidupannya,
dapat dikembangkan melalui pendidikan matematika.
Matematika merupakan salah satu disiplin ilmu yang dapat meningkatkan
kemamuan berpikir dan berargumentasi, memberikan kontribusi dalam
menyelesaikan masalah sehari-hari dan dalam dunia kerja. Serta memberikan
dukungan dalam mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi. Oleh sebab
itu, matematika sebagai ilmu dasar perlu dikuasai dengan baik oleh siswa
SD,SMP, SMA, dan perguruan tinggi.
Pembelajaran matematika di SD, SMP, SMA, selalu menjadi
2
Kanedi, 2014
Pembelajaran Matematika Dengan Teknik Problem Posing Untuk Meningkatkan Kemampuan Penalalaran Dan Komunikasi Matematis Siswa Sekolah Dasar
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
bidang matematika menurun. Siswa Indonesia masih dominan dalam level rendah,
atau lebih pada kemampuan menghafal dalam pembelajaran matematika. Hasil
Trends in Mathematics and Science Study (TIMSS) yang diikuti beberapa siswa
kelas VIII Indonesia tahun 2011. Penilaian yang dilakukan International
Association for the Evaluation of Educational Achievement Study Center Boston
College tersebut, diikuti 600.000 siswa dari 63 negara. Untuk bidang Matematika,
Indonesia di urutan ke-38 dengan skor 386 dari 42 negara yang siswanya dites.
Skor Indonesia ini turun 11 poin dari penilaian tahun 2007.
Pada TIMSS matematika kelas VIII tersebut, peringkat pertama diraih
siswa Korea (613), selanjutnya diikuti Singapura. Nilai rata-rata yang dipatok 500
poin. Wono Setiabudi (dalam Kompas 2012) mengatakan bahwa pembelajaran
matematika di Indonesia memang masih menekankan menghapal rumus-rumus
dan menghitung. Bahkan dengan keyakinannya pada rumus-rumus atau
pengetahuan matematika yang sudah ada. Padahal, belajar matematika itu harus
mengembangkan logika, reasoning, dan berargumentasi. Untuk mengejar
ketinggalan tersebut perlu ditingkatkan motivasi, kemampuan, dan kreativitas
serta berperan aktif dalam proses pembelajaran matematika. Oleh karena itu,
maka harus dikembangkan pembelajaran matematika yang tidak hanya
mentransfer pengetahuan kepada siswa, tetapi juga mendorong siswa untuk
menemukan cara mereka sendiri dan mampu menyelesaikan masalah-masalah
yang dihadapinya.
Conrad Wolfram (dalam Kompas, 2012) mengemukakan pembelajaran
matematika tidak semata untuk membuat siwa mampu menghitung, tetapi dalam
matematika bagaimana membuat siswa mampu memecahakan masalah. Fasli Jalal
(dalam Kompas, 2012) mengatakan bahwa guru-guru indonesia umumnya lebih
mengedepankan keterampilan belajar tingkat rendah seperti menghapal, termasuk
juga guru masih belum bisa membuka diri terhadap alternatif jawaban. Indonesia
menghadapi tantangan dalam sistem pendidikan yang masih belum menyiapkan
siswa yang mampu berpikir tinggi yang relevan dengan kehidupannya (Fasli Jalal,
2012). Untuk menghadapi tantangan itu, maka diperlukan teknik dan strategi yang
3
Kanedi, 2014
Pembelajaran Matematika Dengan Teknik Problem Posing Untuk Meningkatkan Kemampuan Penalalaran Dan Komunikasi Matematis Siswa Sekolah Dasar
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Pembelajaran matematika di sekolah dasar tidak hanya diarahkan pada
peningkatan kemampuan siswa dalam berhitung, tetapi juga diarahkan pada
peningkatan kemampuan penalaran logis, berfikir kritis, sistimatis, cermat, dan
kreatif dalam mengkomunikasikan gagasan atau dalam memecahkan masalah. Hal
ini, didorong oleh perkembangan arah pembelajaran matematika yang digagas
oleh National Council of Teacher of Mathematics (NCTM) di Amerika pada
tahun 1989 yang mengembangkan Curriculum and Evaluation Standards for
School Mathematics, di mana pemecahan masalah dan penalaran menjadi tujuan
utama dalam program pembelajaran matematika di Sekolah Dasar.
Untuk mengatasi permasalahan-permasalahan di atas, pemerintah dalam
hal ini Depdikbud, merencanakan penerapan Kurikulum 2013 dengan tujuan
untuk mempersiapkan insan Indonesia supaya memiliki kemampuan hidup
sebagai pribadi dan warga negara yang beriman, produktif, kreatif, inovatif, dan
efektif serta mampu berkontribusi pada kehidupan berbangsa, bernegara dan
berperadaban dunia.
Dalam Kurikulum 2013, menekankan pada dimensi pedagogik modern
dengan menggunakan pendekatan ilmiah (scientific appoach) dalam
pembelajarannya meliputi pengamatan, bertanya, percobaan, mengolah dan
menyajikan data atau informasi, menganalisis, menalar, menyimpulkan, dan
menciptakan untuk mata pelajaran, materi atau situasi tertentu.
Istilah bernalar yang dianut dalam Kurikulum 2013 bertujuan untuk
mengambarkan bahwa guru dan peserta didik merupakan pelaku aktif. Titik
tekannya, tentu dalam banyak hal dan situasi peserta didik harus lebih aktif
daripada guru. Bernalar adalah proses berpikir yang logis dan sistematis atas
fakta. Cara bernalar yang dapat dialihgunakan pada setiap keadaan, seperti
berfikir kritis, logis, sistematis, bersifat objektif, jujur, dan disiplin dalam
menyelesaikan suatu masalah. Kemampuan ini sangat berguna sebagai bekal
hidup pada keadaan yang selalu berubah, tidak pasti, dan kompetitif.
Berdasarkan tujuan tersebut di atas, dapat disimpulakan bahwa belajar
matematika tidak hanya merencanakan, penerapan kurikulum sesuai dengan
4
Kanedi, 2014
Pembelajaran Matematika Dengan Teknik Problem Posing Untuk Meningkatkan Kemampuan Penalalaran Dan Komunikasi Matematis Siswa Sekolah Dasar
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
memotivasi siswa untuk lebih giat belajar, lebih mempunyai keinginan untuk
mengembangkan pengetahuan dalam memahami pelajaran. Hal ini, merupakan
suatu konsep atau aturan yang harus dikembangkan oleh guru dalam kegiatan
belajar mengajar. Namun tentu kesemuanya itu harus disesuaikan dengan
perkembangan kemampuan siswa, sehingga pada akhirnya akan sangat membantu
kelancaran proses pembelajaran matematika di sekolah.
Berbagai kompetensi yang diharapkan, muncul sebagai dampak dari
pembelajaran matematika tentang kemampuan penalaran dan komunikasi
matematika (mathematical reasoning and communication) kedua kemampuan ini
sangat penting dalam mencapai hasil belajar matematika siswa secara optimal.
Shurter dan Pierce (Sumarmo, 1987) penalaran didefinisikan sebagai proses
pencapaian kesimpulan logis berdasarkan fakta dan sumber yang relevan.
Kemampuan penalaran merupakan bagian terpenting dalam matematik,
kemampuan ini meliputi kemampuan untuk berfikir informal, konjektur, membuat
generelisasi serta menggunakan beragam cara untuk pembuktian.
Selain kemampuan penalaran, kemampuan komunikasi matematika dalam
pembelajaran matematika juga bertujuan untuk mengembangkan kemampuan
komunikasi, yaitu mengembangkan kemampuan komunikasi melalui pembicaraan
lisan, catatan, grafik, diagram dalam menjelaskan gagasan (Depdiknas: 2003).
Dengan komunikasi matematika, siswa dapat mengorganisaikan dan
mengkonsolidasi berpikir matematis baik secara lisan maupun tulisan, di samping
renegoisasi respon antar siswa yang terjadi dalam proses pembelajaran. Hal ini,
dapat membawa siswa kepada pemahaman yang mendalam tentang konsep
matematika.
Kemampuan komunikasi sangat penting diperhatikan, karena tanpa
komunikasi kita tidak dapat mengemukakan ide atau gagasan kita kepada orang
lain, baik secara lisan maupun tulisan. Komunikasi dapat terjadi ketika siswa
mengemukakan gagasannya, menjelaskan model yang ditemukannya, ataupun
pada saat siswa membuat konjektur agar siswa lain dapat mengetahuinya. Collins
(Saragi, 2007) mengemukakan bahwa salah satu tujuan yang ingin dicapai dalam
5
Kanedi, 2014
Pembelajaran Matematika Dengan Teknik Problem Posing Untuk Meningkatkan Kemampuan Penalalaran Dan Komunikasi Matematis Siswa Sekolah Dasar
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
siswa untuk mengembangkan dan mengintegrasikan keterampilan komunikasi
melalui lisan maupun tulisan, modeling, speaking, writing, talking, drawing, serta
mempresentasikan apa yang telah dipelajarinya.
Begitu sangat pentingnya kemampuan penalaran dan komunikasi
matematika, perlu diupayakan suatu pembelajaran matematika yang mampu
meningkatkan kedua kemampuan tersebut di atas, salah satu cara yang dapat
dilakukan adalah dengan teknik problem posing. Teknik adalah jalan , alat, atau
media yang digunakan oleh guru untuk mengarahkan kegitan peserta didik kearah
tujuan yang ingin dicapai Gerlach dan Ely (Hanzah B Uno, 2009:2). Teknik
pembelajaran dapat diartikan sebagai cara yang dilakukan seseorang
mengimplementasikan suatu metode secara spesifik (Al Khazin, 2010). Berkaitan
dengan problem posing, teknik dalam pembelajaran matematika adalah jalan, alat,
atau media yang digunakan oleh guru untuk mengarahkan kegiatan peserta didik
kearah tujuan yang ingin dicapai, untuk merumuskan atau mengajukan masalah
atau pertanyaan berdasarkan situasi yang diberikan guru.
Dalam kegiatan problem posing, siswa dibimbing untuk merumuskan atau
mengajukan masalah atau pertanyaan berdasarkan situasi yang diberikan guru.
Situasi dapat berupa gambar, atau informasi lain yang berkaitan dengan materi
pelajaran. Dalam merumuskan suatu masalah, siswa harus berpikir dan bernalar,
menciptakan dan mengkomunikasikan ide-ide matematis, bekerja sama, dan
berargumen dalam merumuskan dan menyelasaikan soal dengan temannya,
menggunakan informasi yang tersedia untuk menyelesaikan masalah serta
memikirkan cara yang paling tepat dan masuk akal untuk menyelesaikan masalah
yang telah dirumuskan.
Problem posing salah satu inti kegiatan matematika, hal ini sejalan dengan
English (1998) yang menjelaskan bahwa problem posing adalah penting dalam
kurikulum matematika karena di dalamnya terdapat inti dari aktivitas matematika
termasuk aktivitas dimana siswa membangun masalahnya sendiri. NCTM
merekomendasikan agar dalam pembelajaran matematika, para siswa diberikan
kesempatan untuk mengajukan soal sendiri (Silver & Cai, 1996). Rekomendasi
6
Kanedi, 2014
Pembelajaran Matematika Dengan Teknik Problem Posing Untuk Meningkatkan Kemampuan Penalalaran Dan Komunikasi Matematis Siswa Sekolah Dasar
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
pembelajaran matematika yang dapat mengembangkan kemampuan matematika
siswa, karena, dalam problem posing, siswa baik secara individu maupun
kelompok, akan mendapat pengalaman langsung untuk mengajukan masalahnya
sendiri.
Selain itu, problem posing memberikan kesempatan seluas-luasnya kepada
siswa untuk mengkonstuksi pikirnya dalam membentuk soal atau membuat
pertanyaan. Hudoyo (1988: 5) kegiatan ini, memungkinkan siswa untuk
melakukan kegiatan yang lebih bermakna sesuai dengan skemata yang dimiliki
siswa. Silver dan Cai (1996) mengemukakan problem posing pada umumnya
digunakan pada tiga bentuk kegiatan kognitif matematis, yaitu perumusan soal
atau pembentukan soal dari situasi yang tersedia baik dilakukan sebelum, selama,
dan setelah pemecahan masalah. Menurut Brown dan Walter (1993: 15) informasi
atau situasi problem posing dapat berupa gambar, benda manipulatif, permainan,
teorema atau konsep, alat peraga, soal, dan solusi dari suatu soal.
Pembelajaran matematika melalui teknik problem posing diharapakan
dapat menjadi pembelajaran yang efektif, karena kegiatan tersebut sesuai dengan
pola pikir matematis dalam arti: (1) pengembangan matematika sering terjadi dari
kegiatan problem posing, dan (2) problem posing merupakan salah satu tahap
berpikir matematis (Suryanto, 1998). Dalam pembelajaran menggunakan teknik
ini sehingga diharapkan siswa menguasai ilmu yang diharapkan.
B. Rumusan Masalah
Berdasarakan uraian pada latar belakang yang dikemukakan di atas, maka
rumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1) Apakah terdapat perbedaan kemampuan penalaran matematis siswa yang
memperoleh pembelajaran dengan teknik problem posing dan siswa yang
memperoleh pembelajaran konvensional?
2) Apakah terdapat perbedaan peningkatan kemampuan penalaran matematis
siswa yang memperoleh pembelajaran dengan teknik problem posing dan
7
Kanedi, 2014
Pembelajaran Matematika Dengan Teknik Problem Posing Untuk Meningkatkan Kemampuan Penalalaran Dan Komunikasi Matematis Siswa Sekolah Dasar
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
3) Apakah terdapat perbedaan kemampuan komunikasi matematis siswa yang
memperoleh pembelajaran dengan teknik problem posing dan siswa yang
yang memperoleh pembelajaran konvensional?
4) Apakah terdapat perbedaan peningkatan kemampuan komunikasi matematis
siswa yang memperoleh pembelajaran dengan teknik problem posing dan
siswa yang memperoleh pembelajaran konvensional?
5) Bagaimana aktivitas siswa dan guru dalam pembelajaran matematis dengan
teknik problem posing?
6) Bagaimana sikap siswa terhadap pembelajaran matematis dengan teknik
problem posing?
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah yang telah dikemukakan di atas, tujuan
penelitian ini secara rinci adalah sebagai berikut:
1. Menelaah, membandingkan, dan mendeskripsikan kemampuan penalaran
matematis siswa yang menggunakan pembalajaran dengan teknik problem
posing dengan pembelajaran konvensional.
2. Menelaah, membandingkan, dan mendeskripsikan kemampuan komunikasi
matematis siswa yang menggunakan pembalajaran dengan teknik problem
posing dengan pembelajaran konvensional
3. Mengetahui aktivitas siswa dan guru dalam pembelajaran matematika dengan
teknik problem posing untuk meningkatkan kemampuan penalaran dan
komunikasi matematis.
4. Mengetahui sikap siswa terhadap pembelajaran matematika dengan teknik
problem posing untuk meningkatkan kemampuan penalaran dan komunikasi
matematika.
D. Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan yang berarti dalam
pemilihan pembelajaran matematika di kelas, khususnya dalam meningkatkan
kemampuan penalaran dan komunikasi matematika siswa. Masukan-masukan itu
8
Kanedi, 2014
Pembelajaran Matematika Dengan Teknik Problem Posing Untuk Meningkatkan Kemampuan Penalalaran Dan Komunikasi Matematis Siswa Sekolah Dasar
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
1. Bagi guru, diharapkan mendapat gambaran tentang bagaimana menerapkan
pembelajaran dengan teknik problem posing dan kaitannya dengan
peningkatan kemampuan penalaran dan komunikasi matematika siswa.
2. Bagi siswa, diharapkan dapat menumbuh kembangkan penalaran dan
komunikasi matematika.
3. Bagi peneliti, diharapkan dapat menjadi bahan referensi selanjutnya.
E. Definisi Operasional
Untuk memperoleh kesamaan pandangan dan menghindari penafsiran
berbeda tentang istilah-istilah yang digunakan dalam penelitian ini, perlu
dikemukakan beberapa definisi operasional sebagai berikut:
1. Teknik problem posing adalah suatu teknik dalam pembelajaran matematika
siswa diminta merumuskan, membentuk, dan mengajukan pertanyaan atau
soal dari situasi yang disediakan. Situasi dapat berupa gambar, soal, cerita,
atau informasi lain yang berkaitan dengan materi pembelajaran.
2. Kemampuan penalaran matematika merupakan kemampuan siswa
menggunakan pola dan hubungan untuk menganalisis situasi matematika,
kemampuan memberikan penjelasan, kemampuan menarik kesimpulan,
kemampuan memberikan alasan, atau bukti terhadap kebenaran solusi,
menyusun dan menguji konjektur.
3. Kemampuan komunikasi matematika adalah kemampuan siswa menggunakan
matematika sebagai alat komunikasi (bahasa matematika) dan kemampuan
mengomunikasikan matematika baik secara lisan maupun tulisan.
4. Aktivitas siswa merupakan kegiatan yang dilakukan oleh siswa selama
pembelajaran, yang meliputi: mendengarkan, memperhatikan penjelasan
guru, berdiskusi antar teman, bertanya kepada guru, mengerjakan tugas yang
diberikan, dan mengomunikasikan hasil kerja.
5. Sikap siswa merupakan salah satu komponen dari aspek afektif yang
merupakan kecenderungan merespon secara positif atau negatif terhadap
pembelajaran matematika dengan teknik problem posing.
6. Pembelajaran kovensional adalah pembelajaran yang secara rutin yang
9
Kanedi, 2014
Pembelajaran Matematika Dengan Teknik Problem Posing Untuk Meningkatkan Kemampuan Penalalaran Dan Komunikasi Matematis Siswa Sekolah Dasar
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
pembelajaran dengan sosl-soal yang lalu, memberikan konsep yang baru
secara langsung, memberikan contoh soal serta prosedur penyelesaiannya,
memberikan soal-soal rutin untuk latihan, diakhiri dengan memberikan
pekerjaan rumah.
F. Hipotesis Penelitian
Berdasarakan kajian permasalahan yang telah diuraiakn di atas, maka
penelitian ini mengajukan sejumlah hipotesis sebagai berikut:
1. Terdapat perbedaan yang signifikan terhadap kemampuan penalaran
matematis antara siswa yang memperoleh pembelajaran dengan teknik
problem posing dan siswa yang memperoleh pembelajaran konvensional.
2. Terdapat perbedaan yang signifikan terhadap peningkatan kemampuan
penalaran matematis siswa yang memperoleh pembelajaran dengan teknik
problem posing dan siswa yang memperoleh pembelajaran konvensional.
3. Terdapat perbedaan yang signifikan terhadap kemampuan komunikasi
matematis antara siswa yang memperoleh pembelajaran dengan teknik
problem posing dan siswa yang memperoleh pembelajaran konvensional.
4. Terdapat perbedaan yang signifikan terhadap peningkatan kemampuan
komunikasi matematis antara siswa yang memperoleh pembelajaran dengan
teknik problem posing dan siswa yang memperoleh pembelajaran
konvensional.
5. Terdapat perbedaan aktivitas siswa terhadap pembelajaran matematik antara
siswa yang memperoleh pemebelajaran dengan teknik problem posing dan
siswa yang memperoleh pembelajaran konvensional.
6. Terdapat perbedaan sikap siswa terhadap pembelajaran matematika antara
siswa yang memperoleh pembelajaran dengan teknik problem posing dan
42
Kanedi, 2014
Pembelajaran Matematika Dengan Teknik Problem Posing Untuk Meningkatkan Kemampuan Penalalaran Dan Komunikasi Matematis Siswa Sekolah Dasar
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu BAB III
METODE PENELITIAN
A. Desain Penelitian
Penelitian yang dilakukan merupakan penelitian kuasi eksperimen, dengan
pendekatan kualitatif dan kuantitatif. Pada penelitian ini ada dua kelompok
subjek penelitian yaitu kelompok eksperimen melakukan pembelajran matematika
dengan teknik problem posing dan kelompok kontrol melakukan pembelajaran
konvensional. Metode penelitian eksperimen yang digunakan untuk mengetahui
kemampuan penalaran dan komunikasi matematika antara siswa yang
menggunakan pembelajaran matematika dengan teknik problem posing dan
pembelajaran konvensional. Kedua kelompok diberikan pretes dan postes dengan
menggunakan tes yang sama. Penelitian kuasi eksperimen adalah suatu penelitian
yang berusaha mencari pengaruh variabel tertentu terhadap variabel lain dalam
kondisi yang tidak terkontrol secara ketat atau penuh, pengontrolan disesuaikan
dengan kondisi yang ada (situasional) Sujana dan Ibrohim (2009). Pada penelitian
ini terdapat dua variabel yaitu variabel bebas (independent variable) dan variabel
terikat (dependent variable). Variabel bebas yaitu pembelajaran matematika
dengan teknik problem posing sedangkan variabel terikat yaitu kemampuan
penalaran dan komunikasi matematika siswa.
Pendekatan kualitatif digunakan untuk memperoleh gambaran tentang
sikap siswa terhadap pembelajaran matematika dengan teknik problem posing.
Sedangkan pendekatan kuantitatif digunakan untuk memperoleh gambaran
tentang kemampuan penalaran dan komunikasi matematika siswa. Desain yang
digunakan dalam penelitian ini adalah desain pretes-postes kelompok kontrol
tanpa acak (Sudjana dan Ibrahim, 2009) dengan rancangan seperti tabel 3.1
43
Kanedi, 2014
Pembelajaran Matematika Dengan Teknik Problem Posing Untuk Meningkatkan Kemampuan Penalalaran Dan Komunikasi Matematis Siswa Sekolah Dasar
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu Tabael 3.1
Desain Penelitian
Kelompok Pretes Perlakuan Postes
E O X O
K O O
Ket: O = Pretes dan Postes (tes kemampuan penalaran dan komunikasi matematik)
X = Pembelajaran Matematik dengan Teknik Problem Posing
Langkah-langkah yang ditempuh dalam penelitian ini adalah:
1. Menentukan subjek penelitian, yaitu penelitian ini akan dilaksanakan pada
satu sekolah yang memilik dua kelas. Kelas pertama dipakai sebagai kelas
eksperimen dan kelas kedua sebagai kelas kontrol
2. Memberikan pelatiahan kepada guru tentang pembelajaran dengan problem
posing dan membuat kesepakatan bahwa pembelajaran dilaksanakan oleh
guru yang bersangkutan, peneliti bertugas sebagai observer dan patrner guru.
Pembelajaran sesuai dengan jadwal yang telah direncanakan. Pelatihan
dilaksanakan tanggal 24 sampai dengan 29 mei 2013, diluar kelas penelitian
hal ini dimaksud agar guru tidak merasa canggung dalam melaksanakan
pembelajaran.
3. Setiap kelompok diberi pretes kemudian menentukan nilai rerata dan
simpangan baku dari setiap kelompok untuk mengetahui keasamaan tingkat
penguasaan kedua kelompok terhadap kemampuan penalaran dan komunikasi
matematik.
4. Memberikan perlakuan kepada setiap kelompok eksperimen yaitu
pembelajaran dengan teknik problem posing sedangkan kepada kelompok
kontrol diberikan perlakuan dengan pembelajaran konvensional.
5. Kepada setiap kelompok postes/tes akhir untuk mengetahui kemampuan
penalaran dan komunikasi matematik.
6. Menggunakan uji t, untuk mengetahui perbedaan kemampuan penalaran dan
komunikasi matematika siswa, antara yang mengunakan pembelajaran
matematika dengan teknik problem posing dengan yang menggunakan
44
Kanedi, 2014
Pembelajaran Matematika Dengan Teknik Problem Posing Untuk Meningkatkan Kemampuan Penalalaran Dan Komunikasi Matematis Siswa Sekolah Dasar
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
penelitian ini melalui tiga tahap yaitu: tahap persiapan penelitian, tahap
penelitian, dan tahap analisis data.
B. Subjek Penelitian
Subjek dalam penelitian ini adalah siswa kelas V SDN Duren III yang
beralamat di Kampung Karangsari Ds Duren Kecamatan Klari Kabupaten
Karawang Propinsi Jawa Barat. NSS sekolah 101022106014 SDN Duren III
mempunyai 18 tenaga mengajar, yang terdiri dari 8 PNS dan 10 tenaga sukwan,
jumlah siswa sebanyak 743, Siswa kelas V sebanyak 120 terbagi menjadi terbagi
kedalam tiga kelas, yaitu kelas A, B, dam kelas C. Pengajar dimasing-masing
kelas eksperimen dan kontrol berbeda, yaitu dikelas eksperimen oleh guru
perempuan bernama Ibu Eha Julaeha sedangkan di kelas kontrol oleh laki-laki
bernama bapak Endi Rustandi. Meskipun berbeda namun kualifikasi mereka dapat
dikatakan sama, seperti dilihat dari jenjang pendidikan yang ditempuh.
Penarikan sampel dilakuakn dengan cara acak sehingga diperoleh sampel
yang terdiri dari dua kelas yaitu satu kelas eksperimen dan satu kelas kontrol.
Pengacakan dilakukan terhadap kelas populasi, dari hasil pemilihan secara acak,
yang terpilih sebagai kelas eksperimen mempelajarai volume kubus dan balok,
dengan teknik problem posing sebanyak 36 siswa yaitu kelas A. Sedangkan untuk
kelas kontrol yaitu kelas B sebanyak 36 siswa mempelajari volume kubus dan
balok dengan pembelajaran konvensional.
C. Waktu dan Tahap Penelitian
1. Waktu Penelitian
Penelitian dilakuakan mualai bulan 0ktober sampai dengan Nopember
45
Kanedi, 2014
Pembelajaran Matematika Dengan Teknik Problem Posing Untuk Meningkatkan Kemampuan Penalalaran Dan Komunikasi Matematis Siswa Sekolah Dasar
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu Tabel 3.2.
tahap penelitian, dan tahap analisis data.
a. Tahap persiapan penelitian
1) Studi literatur berupa buku-buku yang membahas tentang pembelajaran
dengan teknik problem posing, dan studi lapangan untuk mengetahui
pembelajaran yang selama ini dilaksanakan oleh guru dikelompok.
2) Menyusun instrumen penelitian yang disertakan dengan proses bimbingan
dengan dosen pembimbing.
3) Menguji coba instrumen penelitian, analisis hasil coba instrumen,
mengolah data hasil uji coba, membuat rencana pembelajaran untuk
kelompok instrumen.
4) Revisi instrumen.
b. Tahap Pelaksanaan Penelitian
1) Pelaksanan kegiatan diawali dengan memberikan pretes pada kelompok
eksperimen dan kelompok kontrol untuk mengetahui pengetahuan awal
siswa dalam kemampuan penalaran dan komunikasi matematika.
2) Pelaksanaan pembelajaran dengan teknik problem posing pada kelompok
46
Kanedi, 2014
Pembelajaran Matematika Dengan Teknik Problem Posing Untuk Meningkatkan Kemampuan Penalalaran Dan Komunikasi Matematis Siswa Sekolah Dasar
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
(a) Menentukan permasalahan tentang pokok tentang volume balok dan
kubus.
(b) Menyyiapkan peralatan perlengkapan pembelajaran yang dibutuhkan
(c) Melaksanakan proses pembelajaran didalam kelas sebanyak enam
kali pertemuan.
3) Pelaksanaan pembelajaran dikelompok kontrol dengan pembelajaran
konvensional.
4) Observasi terhadap pelaksanaan pembelajaran pada kelompok
eksperimen dan kelompok kontrol.
5) Pelaksanaan postes pada kelompok eksperimen dan kelompok kontrol
untuk mengetahui kemampuan peningkatan penalaran dan komunikasi
matematika.
6) Menyebarakan angket siswa pada siswa kelompok eksperimen untuk
mengetahui setelah perlakuan.
7) Pelaksaan wawancara pada guru dikelompok eksperimen untuk
mengetahui tanggapan dan kesulitan yang dihadapi dalam proses
pembelajaran dengan menggunakan teknik problem posing.
c. Tahap Analisis Data
Data-data yang diperoleh selama penelitian dilaksanakan akan dianalisis,
sehingga sampai diperoleh suatu kesimpulan. Teknik analisis data yang digunakan
yaitu statistik deskriftif dan statistik inferensial. Statistik inferensial digunakan
untuk menguji hipotesis.
D. Instrumen Penelitian
Data yang diperoleh dalam penelitian ini terdiri dari dua jenis, yaitu tes
dan non tes. Instrumen dalam jenis tes adalah tes penalaran dan komunikasi
matematika. Instrumen dalam non-tes terdiri dari lembar observasi, kegiatan siswa
dan guru, angket sikap siswa, serta pedoman wawancara untuk siswa dan guru
terhadap teknik problem posing. Instrumen ini dikembangkan melalui beberapa
tahap, yaitu tahap pembuatan instrumen, tahap penyaringan dan tahap uji caba
instrumen untuk tes kemampuan penalaran dan kemampuan komunikasi
47
Kanedi, 2014
Pembelajaran Matematika Dengan Teknik Problem Posing Untuk Meningkatkan Kemampuan Penalalaran Dan Komunikasi Matematis Siswa Sekolah Dasar
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
B, dan C SDN Duren 3 Klari Karawang, kemudian dikonsultasikan kepada
pembimbing. Pada awalnya instrumen tes kemampuan penalaran dan komunikasi
matematika diuji cobakan secara terbatas kepada 10 siswa kelas 6 SD. Dari uji
coba 10 siswa ini diperoleh masukan untuk merevisi naskah soal tersebut.
Kemudian soal yang telah direvisi diujicobakan kepada siswa satu kelas dengan
peserta didik sebanyak 30 siswa.
Berdasarkan keterangan dari UPTD Pendidikan Kecamatan Klari bahwa
sekolah tempat ujicoba instrumen termasuk pada level sekolah dengan kualifikasi
sedang, hal tersebut dilihat dari rata-rata Ujian Nasional Tahun 2012. Kemudian
hasilnya dianalisis dengan menggunakan anates Versi 4.0.5. Namun berdasarkan
hasi analisis tersebut masih terdapat 1 butir soal yang belum valid, yaitu butir soal
nomor 3. Hal ini dikerenakan butir soal yang belum dipengerti oleh siswa. Setelah
itu penulis kembali mendiskusikan hal tersebut dengan dosen pembimbing dan
sepakat untuk tetap menggunakan keseluruhan tes dengan mengubah redaksi soal
terlebih dahulu. Selanjutnya instrumen tes kemampuan penalaran dan kemampuan
komunikasi matematika diuji cobakan di luar kelas subjek penelitian. Kelas yang
menjadi uji coba instrumen yaitu kelas VI B SDN Duren 3 Klari Karawang. Hasil
ujicoba dianalisis menggunakan bantuan program Anates 4.0.5. dan menunjukan
bahwa semua soal menunjukan tingkat kesukaran yang sedang. Oleh karena itu
soal perlu diperbaiki dan dilakukan ujicoba ulang. Naskah soal tes kemampuan
penalaran dan kemampuan komunikasi matematika terlampir.
Setelah ujicoba yang kedua dilakukan, kemudian data hasil ujicoba
instrumen dianalisis dengan menggunakan program Anates Versi 4.0.5.
Berdasarkan hasil ujicoba tersebut diperoleh bahwa semua butir soal adalah valid
dan layak untuk dijadikan sebagai instrumen penelitian. Hasil ujicoba instrumen
tersebut terlampir. Setiap instrumen penelitian ini selanjutnya dibahas sebagai
berikut:
a. Tes Penalaran dan Komunikasi Matematika
Tes kemampuan penalaran dan komunikasi matematika dalam penelitian
ini, digunakan untuk memperoleh data kuantitatif berupa kemampuan siswa dalam
48
Kanedi, 2014
Pembelajaran Matematika Dengan Teknik Problem Posing Untuk Meningkatkan Kemampuan Penalalaran Dan Komunikasi Matematis Siswa Sekolah Dasar
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
volume kubus dan balok. Tes diberikan pada awal pembalajar (pretes) dan akhir
pembelajaran (postes)
Jumlah soal dalam tes penalaran dan komunikasi matematika sebanyak
sepuluh butir. Setiap soal disusun dalam bentuk essay yang terdiri dari lima soal
kemampuan penalaran dan lima soal kemampuan komunikasi. Bentuk soal essay
ini dapat memberikan kesempatan kepada siswa untuk dan mengemukakan
ide-ide matematika. Hal ini sesuai dengan yang dipersyaratkan oleh Petersson,
Resnick dan Lubienski (Herman, 2006: 73) bahwa tes dengan tipe ini cocok
untuk mengukur daya matematis siswa.
Tes kemampuan penalaran dan komunikasi matematika ini dikembangkan
dari peneliti dengan materi volume kubus dan balok dengan langkah-langkah
sebagai berikut:
1) Membuat kisi-kisi tes yang sesuai dengan indikator pembelajaran,
indikator kemampuan penalaran matematika dan indikator kemampuan
komunikasi matematika, yang disesuaikan dengan tingkat kesukaran soal.
Kisi-kisi tes penalaran dan komunikasi dapat dilihat pada lampiran B.1
2) Membuat soal berdasarkan kisi-kisi soaltes penalaran dan komunikasi
matematika (pretes dan postes) dapat dilihat pada lampiran B2
3) Menilai validitas muka dan validitas isi (content validity) yang dilakukan
oleh dosen pembingbing dan guru kelas V SD.
4) Memeriksa tingkat keterbacaan soal yang dilakukan oleh mahasiswa S2
Program Studi Pendidikan Dasar, guru SD, dan beberapa orang siswa SD.
5) Mengujicobakan tes yang kemudian dilanjutkan dengan menghitung
validitas, relibilitas, tingkat kesukaran, dan pembeda.
b. Pedoman penyekoran tes penalaran dan komunikasi
Untuk memperoleh data yang objektif dari tes penalaran dan komunikasi
matematika, maka ditentukan pedoman penyekoran yang proposional untuk setiap
butir soal. Dalam penelitian ini penyekoran menggunakan rubrik yang dibedakan
untuk masing-masing kemampuan. Pedoman penyekoran untuk mengukur
kemampuan penalaran matematika diadaptasi dari Carroll (1999) yang disajikan
49
Kanedi, 2014
Pembelajaran Matematika Dengan Teknik Problem Posing Untuk Meningkatkan Kemampuan Penalalaran Dan Komunikasi Matematis Siswa Sekolah Dasar
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu Tabel 3.3
Pedoman Penyekoran Tes Kemampuan Penalaran Matematika
Skor indikator
0 Tidak ada jawaban,
Menjawab tidak sesuai dengan pertanyaan, atau Tidak adajawaban yang benar
1
Hanya sebagian penjelasan dengan menggunakan gambar, fakta, dan hubungan
Mengikuti argumen-arguman logis dalam menyelesaikan soal Menarik kesimpulan logis dengan benar
2
Hampir semua penjelasan menggunakan gambar, fakta, dan hubungan
Mengikuti argumen-arguman logis dalam menyelesaikan soal Menarik kesimpulan logis dengan benar
3
Semua penjelasan menggunakan gambar, fakta, dan hubungan Mengikuti argumen-arguman logis dalam menyelesaikan soal Menarik kesimpulan logis dengan lengkap, jelas, dan benar
4
Jawaban benar disertai dengan alasan yang benar
Mengikuti argumen-arguman yang logis dalam menyelesaikan soal Menarik kesimpulan logis dan benar
Sedangkan pedoman penyekoran untuk mengukur kemampuan
komunikasi matematika diadapsi dari Cai, Lane, & Jacabsin (1996) yang
disajikan pada tabel 3.4. Tabel 3.4
Pedoman Pensekoran Tes Kemampuan Komunikasi Matematika
Skor Indikator
0
Tidak ada jawaban, meskipun ada, maka hanya memperlihatkan tidak memahami konsep sehingga informasi yang diberikan tidak berarti apa apa.
1 Hanya sedikit penjelasan, tabel, gambar grafik, diagram atau model matematika yang benar
2
Penjelasan secara matematika masuk akal namun hanya sebagian lengkap dan benar. Membuat tabel, gambar, grafik atau diagram hampir benar namun tidak lengkap. Membuat model matematika hampir
namun salah dalam mendapatkan solusi.
3
Penjelasan secara matematik masuk akal dan benar, meskipun tidak tersusun secara logis. Membuat tabel, gambar, grafik atau diagram dengan benar namun tidak lengkap. Membuat model matematika benar namunkurang benar dalam mendapatkan solusi
4
50
Kanedi, 2014
Pembelajaran Matematika Dengan Teknik Problem Posing Untuk Meningkatkan Kemampuan Penalalaran Dan Komunikasi Matematis Siswa Sekolah Dasar
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu c. Analisis uji coba tes penalaran dan komunikasi matematika
Sebelum pretes dilakukan, instrumen terlebih dahulu diujicobakan kepada
sekelompok siswa kelas V SD yang telah mempelajari volume bangun ruang dan
balok. Ujicoba dilakukan pada satu kelas yang mewakili sekolah yaitu kelas V B
sebanyak 30 siswa. Uji coba instrumen dianalisi dengan menggunakan progran
ANATES Versi 4.0.5
1. Validitas butir soal
Pengujian validitas bertujuan untuk melihat tingkat kesahihan (ketepatan)
suatu alat ukur. Suatu instrumen dikatakan valid jika dapat mengukur apa yang
seharusnya diukur (Sugiyono) dalam Akdon (2008). Pengujian validitas dilakukan
dengan analisis faktor, yaitu mengkorelasikan antara skor butir soal dengan faktor
total dengan menggunakan rumus Pearson Product Moment
Dengan bantuan program ANATES Versi 4.0.5. dapat diperoleh secara
langsung koefisien korelasi setiap butir soal. Setelah diketahui koefisien korelasi
(rxy), maka langkah selanjutnya adalah mengkonsultasikan dengan nilai
r
tabelProduct moment table pada interval kepercayaan 95% dengan derajat kebebasan n
- 2. Setiap butir soal dikatakan valid jika nilai rxy lebih besar dari pada nilai
r
tabel (Muhidin dan Abdurahman, 2007). Hasil analisis tes penalaran dankomunikasi matematika disajikan pada tabel 3.5.
Tabel 3.5 Analisis Validitas Tes KemampuanPenalaran Matematika
Dan Komunikasi Matematika
Nomor Soal xy
r
tabel keterangan51
Kanedi, 2014
Pembelajaran Matematika Dengan Teknik Problem Posing Untuk Meningkatkan Kemampuan Penalalaran Dan Komunikasi Matematis Siswa Sekolah Dasar
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Dari Tabel 3.5 dapat disimpulkan bahwa walaupun koefisien korelasi (rxy)
berbeda namun tetap lebih besar jika dibanding kan dengan nilai
r
tabel. Dengandemikian, semua butir soaldalam tes kemampuan penalaran dan komunikasi
matematika adalah valid.
2. Reliabilitas butir soal
Pengujian reliabilitas dilakukan untuk mengukur ketepatan instrumen atau
ketepatan siswa dalam menjawab alat evaluasi tersebut. Suatu alat evaluasi
(instrumen) dikatakan valid bila reliabilitasnya tinggi. Untuk mengetahui apakah
suatu tes memililki reliabilitas tinggi, atau rendah dapat dilihat dari nilai koefisien
reliabilitasnya.
Berdasarkan hasil ujicoba reliabilitas butir soal secara keseluruhan dengan
bantuan program ANATES Versi 4.0.5 diperoleh koefisien reliabilitas tes sebesar
0,86 untuk kemampuan penalaran dan 0,90 komunikasi matematika. Ini berarti
bahwa tes kemampuan penalaran dan kemampuan komunikasi matematika
reliabilitas yang tinggi.
3. Daya pembeda
Perhitungan daya pembeda dimaksudkan untuk mengetahui sejauh mana
suatu alat evaluasi (tes) dapat membedakan antara siswa yang berada pada
kelompok atas (kemampuan tinggi) dan siswa yang berada pada kelompok bawah
(kemampuan rendah).
Daya pembeda untuk teskemampuan penalaran dan kemampuan komunikasi
52
Kanedi, 2014
Pembelajaran Matematika Dengan Teknik Problem Posing Untuk Meningkatkan Kemampuan Penalalaran Dan Komunikasi Matematis Siswa Sekolah Dasar
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu Tabel 3.6.
Analisis Daya Pembeda Tes Kemampuan Penalaran dan Komunikasi Matematika
Jenis Kemampuan Nomor Soal Daya Pembeda (%)
Dari tabel 3.6 dapat disimpulkan bahwa dari sepuluh soal yang terdapat pada
tes kemampuan penalaran dan kemampuan komunikasi matematika tidak ada yang
mempunyai daya pembeda kurang sehingga soal tersebut dapat dipergunakan
untuk penelitian.
4. Tingkat Kesukaran
Tingkat kesukaran soal diperoleh dengan menghitung persentase siswa
dalam menjawab butir soal dengan benar. Semakin kecil persentase menunjukkan
bahwa butir soal semakin sukar dan semakin besar persentase menunjukkan bahwa
butir soal semakin mudah. Tingkat kesukaran untuk tes kemampuan penalaran dan
53
Kanedi, 2014
Pembelajaran Matematika Dengan Teknik Problem Posing Untuk Meningkatkan Kemampuan Penalalaran Dan Komunikasi Matematis Siswa Sekolah Dasar
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu Tabel 3.7
Analisis Tingkat Kesukaran Tes Kemampuan Penalaran dan Komunikasi Matematika
Jenis Kemampuan Nomor soal
Tingkat
kemampuan penalaran dan komunikasi matematika terdapat 6 soal dengan kategori
soal sedang, dua soal dengan kategori soal sukar, dan dua soal dengan kategori
soal mudah
Berdasarkan hasil analisi validitas, reliabilitas, daya pembeda dan tingkat
kesukaran maka tes kemampuan penalaran dan kemampuan komunikasi
matematika yang telah diujicobakan dapat digunakan sebagai instrumen pada
penelitian ini. Hasil analisis uji instrumen yang diperoleh dari program ANATES
Versi 4.0.5 serta klasifikasi interpretasi reliabilitas, daya pembeda, dan tingkat
kesukaran secara lengkap disajikan dalam lampiran B.6
E. Pengembangan Bahan ajar
Pembelajaran ditunjang dengan menggunakan bahan ajar dalam bentuk
Lembar Kegiatan Siswa (LKS) yang berisikan tugas-tugas yang harus
diselesaikan oleh siswa. Tugas yang berbentuk uraian berupa soal yang disusun