• Tidak ada hasil yang ditemukan

Policy Analysis for Marine Tourism Development (Case of Tagalaya dan Kumo Islands in North Halmahera District of North Moluccas Province)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Policy Analysis for Marine Tourism Development (Case of Tagalaya dan Kumo Islands in North Halmahera District of North Moluccas Province)"

Copied!
88
0
0

Teks penuh

(1)

BAHARI

(KASUS PULAU TAGALAYA DAN PULAU KUMO DI

KABUPATEN HALMAHERA UTARA)

JOICE BETSY MAHURA

SEKOLAH PASCASARJANA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(2)

PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN

SUMBER INFORMASI

Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis Analisis Kebijakan Pengembangan Wisata Bahari (Kasus Pulau Tagalaya dan Pulau Kumo di Kabupaten Halmahera Utara) adalah karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir tesis ini.

Bogor, November 2010

(3)
(4)

ABSTRACT

MAHURA. Policy Analysis for Marine Tourism Development (Case of Tagalaya dan Kumo Islands in North Halmahera District of North Moluccas Province). Under direction of EKO SRI WIYONO and DANIEL R. alternative policy strategies for the development of marine tourism at Tagalaya and Kumo islands by stakeholder’s opinion. The objectives this research are : (1) to assess marine tourism potential in Tagalaya and Kumo Islands, North Halmahera District, (2) to know community participation level within marine tourism development (3) selection of alternative policy strategicies for marine tourism developement. The strategies from SWOT analysis were combined from internal and external factors, and by stakeholders opinion, the priorities of these strategies become the alternative stratagies for Tagalaya and Kumo islands. Result of this research shows that the total sustainability value for Tagalaya island is 708 (S1) and the total sustainability value for Kumo Island is 676 (S2), this value show that Tagalaya and Kumo islands are potential to development marine tourism. Result of matrix Internal Factors Analysis Summary (IFAS) to show that total factor internal value in IFAS by 2,7 ≥ 2.5, which means the internal condition has strength to overcome weakness state. Whereas result External Factors Analysis Summary (EFAS) shows that the total EFAS value by 2,6 ≥ 2,5, which mean the system capable to response external state. Based on SWOT (Strength Weakness, Opportunity-Threat) and AHP analysis, seven development strategies for marine tourism recommended are: (1) improveding marine tourism infrastructure; (2) community base marine tourism management; (3) marine tourism campaign and promotion; (4) inter sectoral cooperation development; (5) training programs for marine tourism; (6) stabilizing regional security; and (7) zoning for fisheries and marine tourism areas.

(5)

RINGKASAN

JOICE BETSY MAHURA, Analisis Kebijakan Pengembangan Wisata Bahari (Kasus Pulau Tagalaya dan Pulau Kumo di Kabupaten Halmahera Utara). Dibawah bimbingan EKO SRI WIYONO dan DANIEL R. MONINTJA.

Pemerintah Kabupaten Halmahera Utara memproyeksikan kawasan pulau Tagalaya dan Kumo sebagai salah satu daerah wisata bahari. Dengan pengembangan kawasan tersebut diharapkan memberikan dampak bagi peningkatan kesejahteraan penduduk, kelestarian sumberdaya pesisir, peningkatan pendapatan asli daerah (PAD) dan mendorong pertumbuhan perekonomian di Kabupaten Halmahera Utara. Namun disayangkan keunikan sumberdaya pesisir sampai saat ini belum dikelola secara baik sehingga pemanfaatan kegiatan pariwisata menjadi rendah dan belum memberikan kontribusi yang berarti bagi kesejahteraan masyarakat dan pendapatan asli daerah. Bertolak dari uraian di atas, diperlukan terobosan alternatif strategi kebijakan untuk mendorong pengembangan wisata bahari tersebut. Atas dasar itu, penulis melakukan penelitian kebijakan pengembangan wisata bahari di Pulau Tagalaya dan Kumo Kabupaten Halmahera Utara. Dari penelitian ini diharapkan pengelolaan dan pemanfaatan wisata bahari di kedua pulau tersebut berjalan efektif, efisien dan berkelanjutan.

Metode penelitian yang digunakan metode survei dan analisis data yang digunakan adalah sebagai berikut: (1) analisis deskriptif, untuk mengkaji potensi wisata dan persepsi masyarakat terhadap pengembangan wisata bahari; (2) analisis potensi wisata, untuk mengkaji potensi dan kondisi kawasan wisata bahari; (3) analisis SWOT, untuk merumuskan alternatif strategi kebijakan pengembangan wisata bahari terbaik; dan (4) analisis AHP, untuk menentukan alternatif strategi kebijakan pengembangan wisata bahari terbaik.

Hasil kajian tarhadap potensi wisata bahari Pulau Tagalaya dan Pulau Kumo, Pulau Tagalaya memiliki nilai 708 dengan kriteria sangat sesuai (S1), dan Pulau Kumo memiliki nilai 676 dengan kriteria sesuai (S2), artinya kedua pulau tersebut memiliki potensi untuk dikembangkan menjadi kawasan wisata bahari. Dengan menyuguhkan atraksi wisata bahari berupa berenang, selancar angin, berperahu dan memancing. Hasil survei terhadap persepsi responden, daya tarik wisata adalah keindahan sumberdaya alamnya. Namun pengembangan kawasan wisata bahari di kedua pulau tersebut terkendala oleh kurangnya akses transportasi, sarana dan prasarana wisata.

Internal Faktors Analysis Summary (IFAS) menunjukkah bahwa total skor faktor internal pada IFAS sebesar 2,7 ≥ 2,5 yang artinya kondisi internal memiliki kekuatan untuk mengatasi situasi (kelemahan). Eksternal Faktors Analysis Summary (EFAS) menunjukkan bahwa nilai total skor faktor eksternal pada matrik EFAS sebesar 2,6 ≥ 2,5 artinya sistem mampu merespons situasi eksternal yang ada.

(6)

terkait ; (5) Pembinaan dan pelatihan wisata bahari; (6) Peningkatan stabilitas keamanan wilayah; dan (7) Pembagian zonasi pemanfaatan perikanan dan pariwisata.

Hasil beberapa analisis tersebut, sumberdaya pesisir bahari Pulau Tagalaya dan Pulau Kumo memiliki potensi dan daya dukung untuk pengembangan wisata bahari. Obyek wisata berupa pantai pasir putih yang indah, taman laut (terumbu karang dan biota didalamnya) alami dan asri, kondisi perairan yang tenang dan jernih, menjadi daya tarik berkunjungnya wisatawan. Pengembangan wisata bahari berdampak positif bagi masyarakat, tetapi infrastruktur dan kemampuan pengelolaan wisata bahari Pulau Tagalaya dan Pulau Kumo oleh masyarakat selama ini masih rendah, sehingga perlu dukungan pemerintah dan stakeholders

lainnya dalam pembagian peran pengelolaan wisata bahari secara proposional dan profesional diantara masing-masing pihak (konsep ko-manajemen). Strategi pengembangan wisata bahari di kedua pulau tersebut dapat dipilih dari ketujuh alternatif strategi kebijakan berdasarkan skala prioritas.

(7)

© Hak Cipta milik IPB, tahun 2010 Hak Cipta dilindungi Undang-Undang

Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan atau menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik, atau tinjauan suatu masalah; dan pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan yang wajar IPB

(8)

ANALISIS KEBIJAKAN PENGEMBANGAN WISATA

BAHARI

(KASUS PULAU TAGALAYA DAN PULAU KUMO DI

KABUPATEN HALMAHERA UTARA)

JOICE BETSY MAHURA

Tesis

Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister Sains pada

Mayor Sistem dan Pemodelan Perikanan Tangkap Departemen Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan

SEKOLAH PASCASARJANA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(9)
(10)

LEMBAR PENGESAHAN

Judul Tesis : Analisis Kebijakan Pengembangan Wisata Bahari (Kasus Pulau Tagalaya dan Pulau Kumo di Kabupaten Halmahera Utara)

Nama Mahasiswa : Joice Betsy Mahura

NRP : C452070164

Program Studi : Sistem dan Pemodelan Perikanan Tangkap

Disetujui Komisi Pembimbing

Dr. Eko Sri Wiyono, S.Pi, M.Si Prof. Dr. Ir. Daniel R. Monintja

Ketua Anggota

Diketahui

Ketua Program Studi Dekan Sekolah Pasca Sarjana IPB

Sistem dan Pemodelan Perikanan Tangkap

Prof. Dr. Ir. John Haluan, M.Sc Prof. Dr. Ir. Khairil A. Notodiputro, MS.

(11)

PRAKATA

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan YME atas segala rahmat karunia-Nya sehingga karya ilmiah dengan judul “Analisis Kebijakan Pengembangan Wisata Bahari (Kasus Pulau Tagalaya dan Pulau Kumo di Kabupaten Halmahera Utara)” berhasil diselesaikan.

Terima kasih penulis ucapkan kepada Bapak Dr. Eko Sri Wiyono, S.Pi., M.Si. dan Bapak Prof. Dr. Ir. Daniel R Monintja selaku ketua dan anggota komisi pembimbing yang telah banyak memberi arahan, bimbingan dan saran selama ini. Di samping itu, penghargaan penulis sampaikan kepada Bapak Bupati Kabupaten Halmahera Utara, Bapak Wakil Bupati Kabupaten Halmahera Utara, Bapak Kepala Dinas DKP Kabupaten Halmahera Utara, Kepala Dinas Pariwisata dan Kebudayaan, dan semua pihak yang telah membantu selama pengumpulan data. Ungkapan terima kasih juga disampaikan kepada keluaragaku, atas segala doa dan kasih sayangnya.

Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.

Bogor, November 2010

(12)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Tobelo Kabupaten Halmahera Utara pada 8 Februari 1963, merupakan anak ketiga dari tujuh bersaudara dari pasangan Yan Daniel Mahura dan Carolina Engeline Djawa. Menamatkan Sekolah Dasar pada SD GMIH 2 Tobelo tahun 1973, menamatkan Sekolah Lanjutan Pertama pada SMP Negeri Tobelo tahun 1976, menamatkan Sekolah Menengah Atas pada SMA Negeri Ternate tahun 1980. Pada tahun yang sama penulis melanjutkan studi pada Akademik Bahasa Asing Atma Jaya Makassar sampai tahun 1981, di tahun tersebut penulis diterima menjadi mahasiswa pada Fakultas Sastra Jurusan Sastra Inggris di Universitas Hasanuddin, Makassar dan selesai tahun 1987.

Tahun 1987 – 1991 menjadi staf pengajar (honorer) pada Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) Universitas Khairun Ternate. Tahun 1992 diangkat menjadi CPNS pada Dinas Pariwisata Kabupaten Maluku Utara, Tahun 1996-1999 sebagai Kepala Seksi Pemasaran Wisata. Tahun 2001 penulis dimutasikan ke Kantor Camat Tobelo sebagai Kepala Seksi Pemerintahan. Tahun 2002 diangkat sebagai Kepala Seksi Pemerintahan. Tahun 2002 diangkat sebagai kepala seksi TRANTIB. Juli tahun 2003, diangkat sebagai kepala bagian KESRA DAN PP (Pemberdayaan Perempuan) pada Pemda Kabupaten Halmahera Utara. Pada tahun yang sama (2003-2006) bulan November dimutasikan sebagai kepala Kantor Kependudukan, Capil dan Keluarga Berencana – Tahun 2007 diangkat sebagai Kepala Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil.

(13)

1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Ekosistem pesisir merupakan ekosistem yang dinamis dan mempunyai kekayaan habitat yang beragam, di darat maupun di laut saling berinteraksi antara habitat tersebut. Selain mempunyai potensi yang besar, wilayah pesisir juga merupakan ekosistem yang paling mudah terkena dampak kegiatan manusia. Umumnya kegiatan pembangunan secara langsung maupun tidak langsung berdampak merugikan terhadap ekosistem pesisir (Dahuri et al. 2001).

Sebagai negara kepulauan, Indonesia memiliki keragaman dan kekayaan sumberdaya pesisir yang luar biasa yang dapat dimanfaatkan untuk kemajuan dan kemakmuran bangsa Indonesia. Salah satu potensi yang dimiliki oleh negara kita adalah potensi wisata bahari (marine tourism) di wilayah pesisir. Dari kegiatan wisata bahari telah memberikan sumbangan yang berarti bagi pertumbuhan ekonomi Indonesia. Kontribusi pariwisata bahari ini terhadap pembangunan nasional berupa penyediaan lapangan pekerjaan dan aktivitas ekonomi lainnya (multiplier effect) serta pemasukan devisa bagi negara. Akan tetapi, dari begitu banyak potensi wisata bahari tersebut, hanya baru sebagian kecil yang dikelola dan dikembangkan dengan baik.

Pengembangan suatu lokasi wisata bahari memerlukan kehati-hatian karena sifat alaminya yang rentan. Perencanaan dan pengelolaannya memerlukan koordinasi dan integrasi dari berbagai pihak. Wisata bahari biasanya mempunyai kekhususan sifat, seperti lokasinya yang tidak begitu luas. Lokasi yang tidak terlalu luas maka diperlukan daya dukung lingkungan, yaitu kemampuan wilayah untuk menerima tekanan dari luar tanpa mengakibatkan degradasi lingkungan. Oleh karena itu, pemanfaatan sumberdaya pesisir harus secara seimbang diikuti dengan upaya konservasi, sehingga dapat berlangsung secara optimal dan berkelanjutan (Dahuri 2000).

(14)

wisata budaya) yang masih belum dikembangkan dan diperhatikan. Keunikan sumber daya alam dan sejarah budaya tersebut merupakan suatu potensi yang jika dikelola dengan baik dapat memberikan keuntungan kepada berbagai pihak.

Pemanfaatan potensi wisata bahari Kabupaten Halmahera Utara sesuai dengan pesan di dalam undang-undang otonomi daerah, yaitu pemerintah daerah perlu mengolah sumber daya alam yang ada di wilayah kewenangan untuk kepentingan lokal dan nasional. Kabupaten Halmahera Utara dengan luas wilayah sebesar 24.983,32 km2 dan luas lautan 19.536,02 km2 (78%) dengan jumlah pulau sebanyak 94 pulau memiliki potensi wisata bahari yang sangat besar, seperti Pulau Tagalaya, Pulau Kumo, Pulau Kakara dan pulau-pulau kecil lainnya.

Pulau Tagalaya memiliki keragaman obyek wisata bahari berupa pasir putih, taman laut dan terumbu karang yang masih alami. Begitu pula, Pulau Kumo dengan pantai landai, berpasir putih dan dikelilingi ekosistem terumbu karang, serta kondisi perairan yang relatif jernih disertai dengan deburan ombak menuju pantai merupakan keindahan pulau yang dapat dinikmati para pengunjung. Pengunjung pulau ini dapat melakukan aktivitas kebaharian, diantaranya adalah menyelam, memancing, berlayar dan bersantai di pantai. Akses ke dua pulau ini, pengunjung dapat menggunakan sarana transportasi perairan berupa perahu nelayan secara sistem carteran atau reguler dengan waktu kurang lebih 20 menit dari Kota Tobelo. Namun disayangkan keunikan sumberdaya pesisir ini sampai saat ini belum dimanfaatkan dan dikelola secara baik.

(15)

1.2 Perumusan Masalah

Pemerintah Kabupaten Halmahera Utara memproyeksikan kawasan pulau Tagalaya dan Pulau Kumo sebagai daerah wisata bahari. Pengembangan kawasan wisata tersebut diharapkan menjadikannya sebagai daerah tujuan wisata. Dengan pengembangan tersebut diharapkan memberikan dampak bagi peningkatan kesejahteraan penduduk, kelestarian sumberdaya pesisir, peningkatan pendapatan asli daerah (PAD) dan mendorong pertumbuhan perekonomian di Kabupaten Halmahera Utara.

Pengembangan pulau tersebut sebagai kawasan tujuan wisata, perlu diketahui kondisi dan keberadaan sumber daya alam Pulau Tagalaya dan Pulau Kumo Kabupaten Halmahera Utara. Hal ini mengingatkan bahwa dalam pengembangan wisata bahari perlu didukung oleh kondisi yang sesuai dengan keinginan wisatawan. Kedua pulau ini jauh dari ibu kota propinsi/kabupaten/kota sehingga perlu adanya investasi besar dan masih ada beberapa keterbatasan seperti pendidikan, kesehatan, aksesibilitas, sarana dan prasarana dasar (listrik, air bersih, komunikasi). Hal tersebut sangat penting agar pengembangannya dapat mendukung diversifikasi kegiatan wisata bahari. Data kondisi tersebut penting untuk melakukan pengelolaan wilayah. Kesesuaian lahan untuk membangun wisata bahari mutlak memerlukan dukungan data dan informasi yang benar dan berbasiskan ilmu pengetahuan, meliputi: (1) kondisi kawasan (2) daya dukung kawasan (3) sumber daya hayati dan non hayati serta (4) kondisi sosial ekonomi masyarakat.

Dalam rangka mendukung kebijakan penegembangan wisata bahari tersebut, maka fokus dari penelitian ini adalah untuk menganalisis aspek kondisi kawsan, aspek daya dukung kawasan, aspek peranserta masyarakat kawasan wisata, serta penilaian kebijakan pemerintah selama ini.

Berdasarkan uraian-uraian di atas, maka permasalahan yang hendak dikaji dalam penelitian ini disajikan dalam bentuk pertanyaan sebagai berikut:

1) Bagaimana kondisi dan potensi sumberdaya pesisir bahari di Pulau Tagalaya dan Pulau Kumo di Kabupaten Halmahera Utara?

(16)

3) Mengapa kebijakan pemerintah daerah terhadap pengembangan wisata bahari belum optimal?

1.3 Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan:

1) Mengkaji potensi wisata bahari di Pulau Tagalaya dan Pulau Kumo Kabupaten Halmahera Utara.

2) Mengetahui sejauh mana tingkat partisipasi masyarakat dalam pengembangan wisata bahari wisata bahari Pulau Tagalaya dan Pulau Kumo Kabupaten Halmahera Utara..

3) Menyusun alternatif strategi kebijakan yang tepat untuk pengembangan pariwisata bahari di Pulau Tagalaya dan Pulau Kumo Kabupaten Halmahera Utara.

1.4 Manfaat Penelitian

Manfaat penelitian ini adalah:

1) Memberikan masukan bagi pemerintah Daerah Kabupaten Halmahera Utara dalam pengembangan suatu kawasan wisata, khususnya kawasan pariwisata bahari.

2) Memberikan informasi kepada pihak yang terkait untuk pengembangan pariwisata bahari berbasis masyarakat di lokasi studi.

3) Diperolehnya peluang potensi pengembangan pariwisata bahari di Pulau Tagalaya dan Pulau Kakara.

1.5 Hipotesis

(17)

1.6 Kerangka Pikir Penelitian

Gambar 1 Kerangka pikir penelitian. Potensi keindahahan alam Pulau Tagalaya dan Pulau Komo

Pemanfaatan yang belum optimal

Analisis Potensi

Analisis faktor internal dan eksternal

Analisis Kebijakan Mulai

Deskriptif

SWOT

AHP

(18)
(19)

2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pariwisata

2.1.1 Definisi pariwisata

Menurut UU No. 9 tahun 1990 tentang Pariwisata, pariwisata dapat diartikan sebagai segala sesuatu yang berhubungan dengan wisata termasuk pengusahaan obyek dan daya tarik wisata serta usaha-usaha yang berkaitan di bidang tersebut. Usaha pariwisata adalah kegiatan yang bertujuan menyelenggarakan jasa pariwisata atau menyediakan atau mengusahakan obyek dan daya tarik wisata, usaha sarana wisata, dan kegiatan lain yang terkait dengan pariwisata.

Melihat pertumbuhan ekonomi yang semakin pesat, terutama perkembangan global yang berlangsung, beriringan dengan kemajuan teknologi komunikasi atau informasi membawa pada konsekuensi iklim persaingan yang sangat ketat. Setiap negara akan terseret dalam interaksi global yang semakin membuat batas-batas negara menjadi transparan. Pemahaman yang mendalam tentang dinamika perkembangan pariwisata mutlak diperlukan untuk mempersiapkan sektor pariwisata sebagai “The Biggest Foreign Exchage Earner”. Pariwisata adalah salah satu jenis industri baru yang mampu mengahsilkan pertumbuhan ekonomi yang cepat dalam penyediaan lapangan kerja, peningkatan penghasilan serta menstimulasi sektor-sektor lainnya (Pendit 1994).

Menurut Hidayat (2000), bahwa wisata bahari meliputi berbagai aktivitas wisata yang menyangkut kelautan. Aktivitas wisata bahari tersebut diantaranya adalah santai di pantai/menikmati lingkungan alam sekitar, berenang, tour keliling (Boat tour, Cruising/extended boat tour), surfing, diving, water sky dan sailing. Beberapa atraksi wisata bahari sekaligus merupakan potensi laut sebagai medium wisata adalah taman laut (terumbu karang dan biota laut). Formasi karang buatan (artificial reef), obyek purbakala, ikan-ikan buruan dan pantai yang indah pendayagunaan laut sebagai wisata memerlukan persyaratan tertentu, antara lain: 1) Keadaan musim/cuaca yang cukup baik sepanjang tahun.

(20)

3) Kedaan pantai yang bersih dan alami yang disertai peraturan-peraturan tertentu akan bangunan dan macam kegiatan.

4) Kedaan dasar laut yang masih alami, misalnya taman laut yang merupakan habitat dari berbagai flora dan fauna.

5) Gelombang dan arus yang relatif tidak terlalu besar serta aksesibilitas yang tinggi.

Kegiatan pariwisata merupakan suatu kegiatan jasa pelayanan, maka dalam mewujudkan produk dalam mendukung pelayanan pariwisata kan mempengaruhi keberadaan sumberdaya. Aset utama yang menciptakan produk pariwisata adalah sumberdaya fisik, sumberdaya buatan dan budaya. Menurut Mardani (1995), selama 2 dekade perkembangan pariwisata di wilayah Asia Pasifik, khususnya perkembangan pariwisata pesisir dan wisata bahari menunjukkan pertumbuhan yang pesat. Hal ini mengakibatkan pula semakin banyaknya masyarakat yang terlibat dalam kegiatan pariwisata ini. Peningkatan fasilitas dan aksesibilitas di sekitar kawasan wisata ikut pula mempercepat pertumbuhan di wilayah pesisir.

Suwantoro (1997) mengidentifikasikan empat kelompok, faktor yang mempengaruhi penentuan pilihan daerah tujuan wisata,seperti:

1) Fasilitas: akomodasi, atraksi, jalan, tanda-tanda penunjuk arah.

2) Nilai estensis: pemandangan (panorama), iklan, tempat bersantai, cuaca. 3) Waktu/biaya: jarak dari tempat asal (rumah), waktu dan biaya

perjalanan,harga/tarif pelayanan.

4) Kualitas hidup: keramahtamahan penduduk bebas dari pencemaran.

2.1.2 Pariwisata bahari

Ekosistem pesisir merupakan ekosistem yang dinamis yang mempunyai habitat yang beragam, di darat maupun di laut serta saling berinteraksi antara habitat tersebut. Selain mempunyai potensi yang besar, wilayah pesisir juga merupakan ekosistem yang paling mudah terkena dampak kegiatan manusia. Umumnya kegiatan pembangunan secara langsung maupun tidak langsung berdampak merugikan terhadap ekosistem pesisir dan lautan (Dahuri et al. 2001).

(21)

lain sebagainya. Pariwisata ini sering disosialisasikan dengan istilah tiga “S” (Sun sea and sand), artinya jenis pariwisata yang menyediakan keindahan dan kenyamanan alami dari kontribusi cahaya matahari, laut dan pantai berpasir (Dahuri 1993).

Moscardo dan Kim (1990) mengatakan bahwa pariwisata yang berkelanjutan harus memperhatikan :

1) Peningkatan kesejahteraan masyarakat lokal,

2) menjamin keindahaan antar generasi dan intergenerasi,

3) melindungi keanekaragaman biologi dan mempertahankan sistem ekologi yang ada, serta

4) menjamin integritas budaya.

Wisata bahari merupakan suatu bentuk wisata potensial termasuk di dalam kegiatan “Clean industry” . Pelaksanaan wisata bahari yang berhasil apabila memenuhi berbagai komponen yakni terkaitnya dengan kelestarian lingkungan alami, kesejahteraan penduduk yang mendiami wilayah tersebut, kepuasan pengunjung yang menikmatinya dan keterpaduan komunitas dengan area pengembangannya (Nurisyah 2001). Dengan memperhatikan komponen tersebut maka wisata bahari akan memberikan kontribusi nyata bagi perekonomian masyarakat.

(22)

Bagi negara berkembang yang memiliki daya tarik pariwisata berupa atraksi sumberdaya alam, umumnya mengandalkan kegiatan pariwisata ini sebagai sektor pendorong pertumbuhan ekonomi. Oleh karena itu persaingan dalam memperoleh para wisata dunia menjadi sangat kompetitif. Strategi yang dapat diterapkan dalam memenangkan persaingan ini adalah dengan memanfaatkan keunggulan kompetitif daya tarik wisata yang dimiliki. Daya tarik tersebut dapat berupa nilai historis, nilai budaya atau tradisi, wisata petualangan dan keindahan alam (Dahuri 1993).

2.2 Pengembangan Wisata Bahari Berkelanjutan

Pengelolahan sumberdaya pesisir sebagaimana bentuk-bentuk pengelolahan lainnya seperti pengembangan masyarakat tidak lepas dari kebijakan pemerintah setempat maupun pemerintah pusat dalam konteks makro. Kebijakan pemerintah memegang peranan penting setidaknya dalam kontribusinya sebagai pihak yang mengeluarkan peraturan dan perundang-undangan yang relevan dengan obyek pengelolaan.

Pengelolaan wilayah pesisir khususnya untuk pariwisata tidak terlepas dari pemanfaatkan sumberdaya alam untuk pembangunan.dimana pemanfaatan sumberdaya alam untuk pembangunan haruslah memperhatikan: tidak merusak tata lingkungan hidup manusia, dilaksanakan dengan kebijaksanaan yang menyeluruh, dan memperhitungkan Generasi yang akan datang (Reksohadiprodjo

et al. 1992).

(23)

tingkat pemanfaatan sumberdaya alam yang dapat pulih hendaknya tidak melebihi kemampuan pulih sumberdaya tersebut dalam kurun waktu tertentu (Dahuri 1993).

Pencapaian pembangunan kawasan pesisir dan lautan secara optimal dan berkelanjutan hanya dapat diilakukan melalui pengelolahan wilayah pesisir dan laut secara terpadu, yang didasarkan pada empat pokok alasan:

1) Terdapatnya keterkaitan ekologis baik antara ekosistem di dalam kawasan pesisir maupun antara kawasan pesisir dengan lahan atas dan laut lepas.

2) Terdapatnya lebih dari dua macam sumberdaya alam dan lingkungan yang dapat dikembangkan untuk kepentingan pembangunan.

3) Terdapat lebih dari satu kelompok masyarakat yang memiliki ketrampilan,keahlian,kesenangan, dan bidang pekerjaan secara berbeda. 4) Secara ekologis dan ekonomis, pemanfaatan secara monokultur sangat rentan

terhadap pertumbuhan internal dan eksternal yang menjurus kegagalan usaha. Low Choy dan Heillbronn (1995), merumuskan lima faktor batasan yang mendasar dalam penentuan prinsip utama ekowisata, yaitu :

1) Lingkungan; ecotourism bertumpu pada lingkungan alam, budaya yang relative belum tercemar atau terganggu

2) Masyarakat; ekotourism harus memberikan manfaat ekologi, social dan ekonomi langsung kepada masyarakat.

3) Pendidikan dan Pengalaman; Ekotourism harus dapat meningkatkan pemahaman akan lingkungan alam dan budaya dengan adanya pengalaman yang dimiliki

4) Berkelanjutan; Ekotourism dapat memberikan sumbangan positip bagi keberlanjutan ekologi lingkungan baik jangka pendek maupun jangka panjang.

(24)

Hal yang paling penting dalam keberhasilan pembangunan wilayah pesisir untuk pariwisata bahari secara bekerlanjutan adalah jika pola intensitas (tingkat) pembangunnannya sesuai dengan daya dukung lingkungan yang ada dan adanya kemampuan untuk mengkonversi sumberdaya alam pesisir. Kondisi ini bisa terlaksana jika ada perhatian dan pengertian yang kuat terhadap kelestarian lingkungan. Lawrence (1998) menyebutkan, pengelola wilayah pesisir secara berkelanjutana tergantung pada perhatian kepada masalah pengelola dan perencanaan, yaitu:

1) Pengakuan terhadap pentingnya aspek ekonomi dan sosial dari wilayah pesisir.

2) Kemampuan mengambil keputusan untuk menrencanakan dan mengelola pemanfaatan wilayah pesisir secara berkelanjutan.

3) Intergrasi pengelolaan pemanfaatan wilayah ppesisir yang beragam kedalam struktur sosial, budaya, hukum dan administratif dari wilayah.

4) Pemeliharaan komponen keutuhan fungsional dari wilayah pesisir serta ekosistem komponennya

Menurut Moscardo dan Kim (1990), manyatakan bahwa pariwisata yang berkelanjutan harus memperhatikan:

1) Peningkatan kesejahteraan masyarakat,

2) Mempertahankan keadilan antara generasi dan intergenerasi,

3) Melindungi keanekaragaman biologi dan mempertahankan sistem ekologi, dan 4) Menjamin integritas budaya.

Berkembangnya pariwisata akan berakibat ganda terhadap berbagai sektor lainnya, seperti sektor pertanian, peternakan, industri kerajinan rakyat, dan kegiatan lainnya yang bersifat temporer (Spillane 1994).

(25)

keikutsertaan masyarakat setempat dalam setiap kegiatan kepariwisataan perlu diperhatikan.

2.3 Kebijakan Pengembangan Wisata Bahari

Subsektor pariwisata bahari merupakan sektor yang memiliki masa depan yang menjanjikan untuk menunjang pembangunan kelautan (Kusumastanto 2000). Objek-objek utama yang menjadi potensi pariwisata bahari adalah wisata pantai (seaside tourism), wisata alam (pantai), wisata budaya (cultural tourism), wisata pesiar (cruise tourism), dan wisata bisnis (bussinnes tourism).

Menurut Kusumastanto (2003), fokus utama dalam kebijakan pengembangan wisata bahari terutama diarahkan untuk:

1) Meningkatkan ketersediaan sarana publik yang menciptakan pelayanan dan kenyamanan hakiki bagi wisatawan mancanegara maupun domestik yang akan memanfaatkan sumber daya wisata bahari.

2) Meningkatkan kualitas dan kapasitas sumberdaya manusia yang berkiprah dalam mengelola wisata bahari.

3) Mengembangkan sistem pendataan dan informasi yang lengkap dengan memanfaatkan teknologi yang modern, sehingga memudahkan wisatawan mendapatkan informasi dan akses cepat, murah serta mudah. Pengembangan sistem pendataan dan informasi ini sekaligus melayani dan mendukung kegiatan promosi dan investasi di bidang wisata bahari.

4) Mengembangkan aktivitas ekonomi non pariwisata yang memiliki keterkaitan dengan kegiatan wisata bahari, misalnya industri kerajinan, perikanan, restoran, misal sea food dan jasa angkutan laut.

5) Meningkatkan jaminan dan sistem keamanan bagi wisatawan yang memanfaatkan potensi wisata bahari.

6) Menciptakan iklim investasi yang kondusif bagi kalangan investor untuk mengembangkan wisata bahari seperti insentif maupun desinsentif.

(26)

Dalam UU No. 17 tahun 2005 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional (RPJPN 2005-2025), pembangunan kepariwisataan ditujukan untuk mendorong kegiatan ekonomi dan meningkatkan citra Indonesia; meningkatkan kesejahteraan masyarakat lokal; serta memberikan perluasan kesempatan kerja. Pengembangan kepariwisataan dilakukan dengan memanfaatkan keragaman pesona keindahan alam dan potensi nasional sebagai wisata bahari terluas di dunia secara arif dan berkelanjutan, serta mendorong kegiatan ekonomi yang terkait dengan mengembangkan budaya bangsa. Dengan mengacu pada arahan RPJPN tersebut, maka sasaran pembangunan kepariwisataan di tahun 2008 akan dilakukan secara bersama, adalah meningkatkan jumlah wisatawan mancanegara ke Indonesia menjadi 7 juta orang dengan penerimaan devisa sebesar USD 6,7 milyar; dan meningkatkan jumlah perjalanan wisatawan nusantara menjadi 223 juta perjalanan (Nirwandar 2008).

Selanjutnya dikatakan bahwa, sasaran-sasaran pembangunan kepariwisataan tahun 2008 tersebut akan dilakukan bersama melalui :

1) Penyelenggaraan “Visit Indonesia Year 2008”.

2) Pemasangan iklan pariwisata di media cetak, elektronik, dan billboard. 3) Dukungan promosi dan pemasangan iklan bagi 10 destinasi pariwisata

unggulan.

4) Pendukungan kegiatan MICE.

5) Pelaksanaan kampanye nasional sadar wisata.

6) Fasilitas pengembangan di 10 destinasi pariwisata unggulan. 7) Dukungan pengembangan pariwisata bagi 23 provinsi.

8) Meningkatkan kualitas sumberdaya manusia penyelenggara pariwisata di daerah unggulan.

9) Meningkatkan daya saing sumberdaya manusia diklat pariwisata.

2.4 Analisis Kebijakan Dalam Pengelolaan Sumberdaya

(27)

menghasilkan dan memindahkan informasi yang relevan dengan kebijakan sehingga dapat dimanfaatkan di tingkat politik dalam rangka memecahkan masalah-masalah kebijakan (Dunn 1998).

Analisis kebijakan merupakan salah satu faktor lainnya di dalam sistem kebijakan. Suatu sistem kebijakan atau seluruh pola institusional dimana didalamnya kebijakan dibuat, mencakup hubungan timbal balik antara tiga unsur, yaitu kebijakan publik, pelaku kebijakan , dan lingkungan kebijakan. Sistem kebijakan adalaj produk manusia yang subyektif yang diciptakan melalui pilihan-pilihan yang sadar oleh pelaku kebijakan (Dve yang diacu dalam Dunn 1998)

(28)
(29)

3

METODOLOGI

3.1 Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitan ini dilaksanakan pada kawasan wisata bahari Pulau Tagalaya dan Pulau Kumo di Kabupaten Halmahera, Provinsi Maluku Utara. Lokasi penelitian dapat dilihat pada Lampiran 2.

Tahapan penelitian ini terdiri dari tiga tahap, yaitu tahap persiapan, penyusunan proposal dan kuesioner (dua bulan), tahap pengumpulan data (satu bulan) dan tahap penyusunan dan konsultasi laporan thesis (enam bulan). Untuk ketiga tahap tersebut dibutuhkan waktu selama sembilan bulan mulai dari Juni 2009 – Februari 2010.

3.2 Metode Pengumpulan Data

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah studi kasus, dengan objek kasus adalah kegiatan pariwisata oleh masyarakat yang berada pada daerah objek wisata Pulau Tagalaya dan Pulau Kumo di Kabupaten Halmahera.

Data yang diperoleh meliputi data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh langsung dari contoh/responden dengan metode purposive sampling melalui teknik wawancara dan dibantu dengan instrumen survei berupa pertanyaan-pertanyaan tertulis dan alternatif jawabannya yang telah disediakan dalam bentuk kuisioner (Sugiyono 2006). Wawancara dilakukan terhadap masyarakat kawasan (pelaku usaha, nelayan dan tokoh masayarakat), wisatawan, Dinas Perikanan Kabupaten Halut, Dinas Pariwisata Kabupaten Halut, serta lembaga-lembaga yang berhubungan dengan kegiatan penelitian. Jumlah responden yang diwawancarai adalah sebanyak 27 orang.

(30)

Tabel 1 Data primer dan sekunder yang diambil dalam penelitian.

3.3 Pengolahan dan Analisis Data

3.3.1 Analisis Persepsi Masyarakat

Data yang telah terkumpul kemudian ditabulasi, diolah dan dianalisis dengan serangkaian metode dan hasilnya disajikan dalam bentuk tematik berupa gambar dan tabel. Untuk menggambarkan persepsi masyarakat terhadap faktor-faktor pengembangan wisata bahari, dilakukan analisis persepsi dengan pendekatan deskriktif. Faktor yang dipertimbangkan dalam menganalisis persepsi ini adalah :

1) Sarana dan Prasarana wisata bahari 2) Akses transfortasi wisata bahari

3) Kesan wisatawan terhadap objek wisata bahari 4) Keterlibatan masyarakat terhadap wisata bahari

Analisis dilakukan terhadap dua lokasi ( Pulau Tagalaya dan Pulau Kumo) yang dijadikan objek penelitian ini.

3.3.2 Analisis potensi wisata bahari

(31)

kawasan tersebut masih alami dan memiliki daya dukung ekosistem dan fisik sesuai dengan standar kriteria kesesuaian sebagai wisata bahari. Penentuan daya dukung dan potensi kawasan bahari dapat diketahui dengan penilaian kesesuaian sebagai kawasan wisata bahari dan penilaian potensi wisata bahari berdasarkan faktor-faktor pendukungnya, seperti disajikan pada Tabel 2 dan Tabel 3.

Tabel 2 Standar penilaian kesesuaian sebagai wisata bahari.

Parameter Bobot S1 Skor S2

Tabel 3 Penilaian potensi wisata bahari berdasarkan faktor-faktor pendukung kegiatan wisata

No. Parameter Nilai

1 Jenis pantai 0 = pasir 1 = pasir karang 2 = pasir putih

2 Kejernihan air 0 = 1 - 3 m 1 = 1 - 4 m 2 ≥ 10

3 Bentuk tubir (morfologi

(32)

mudah

3.3.3 Analisis strategi kebijakan pengembangan wisata bahari

Untuk menentukan alternatif strategi kebijakan pengembangan wisata bahari Pulau Tagalaya dan Pulau Kumo menggunakan analisis SWOT atau dalam bahasa Indonesia lebih dikenal dengan Ke-Ke-P-An. Analisis ini merupakan singkatan dari kekuatan (strength), kelemahan (weaknes), peluang (opportunity), dan ancaman (threat). SWOT adalah merupakan alat analisis yang mendasarkan kepada kemampuan melihat kekuatan baik internal maupun eksternal yang dimiliki pelaku usaha/organisasi dibanding pelaku usaha/organisasi pesaing. Tujuannya adalah untuk melakukan analisis situasi atau kondisi, sehingga dapat merumuskan strategi kebijakan yang mendukung pelaku usaha/organisasi dalam menghadapi persaingannya di pasaran.

Analisis SWOT ini dilakukan dengan : 1) Menganalisis Faktor Strategis Internal dan Eksternal, 2) Membuat Matriks Faktor Strategi Internal (IFAS =

Internal Strategic Faktors Analysis Summary) dan Matriks Faktor Strategis Eksternal (EFAS = External Strategic Faktors Analysis Summary), 3) Menyusun keputusan alternatif kebijakan strategis.

(33)

Langkah menganalisis faktor strategis internal dan eksternal adalah sebagai berikut :

(1) Menginventarisir faktor internal yang mempengaruhi pencapaian

goals/sasaran, visi, dan misi yang telah ditetapkan secara rinci (detail) dengan teknik brainstorming dan atau NGT/Non Group Tecnique.

Kemudian mendiskusikan setiap faktor internal apakah termasuk kekuatan atau kelemahan dibandingkan dengan perusahaan lain, dengan cara poling

pendapat.

(i) Kekuatan adalah kegiatan (proses) dan sumberdaya sudah baik. (ii) Kelemahan adalah kegiatan (proses) dan sumberdaya belum baik. (2) Menginventarisir faktor eksternal yang mempengaruhi pencapaian

goals/sasaran, visi dan misi yang telah ditetapkan secara rinci (detail) dengan teknik brainstorming dan NGT/NonGroup Tecnique. Kemudian mendiskusikan setiap faktor eksternal apakah termasuk peluang atau ancaman dibanding perusahaan lain, dengan cara poling pendapat.

(i) Peluang adalah faktor eksternal yang positif (ii) Ancaman adalah faktor eksternal yang negatif

2) Membuat matriks faktor strategi internal (IFAS) dan matriks faktor strategis eksternal (EFAS)

Tujuannya adalah melihat berapa posisi tiap faktor yang telah termasuk kedalam kekuatan, kelemahan, peluang ataupun ancaman setelah dilakukan pembobotan, peratingan, dan penilaian. Penyusunan matriks IFAS dan EFAS dilakukan sebagai berikut:

1) melakukan identifikasi atas faktor-faktor: (1) IFAS: kekuatan dan kelemahan (2) EFAS: peluang dan ancaman

2) pembobotan terhadap masing-masing faktor, mulai dari 1,00 (sangat penting) sampai dengan 0,00 (tidak penting). Skor jumlah bobot untuk keseluruhan faktor adalah 1,00.

(34)

(1) IFAS: kekuatan bersifat positif (semakin besar kekuatan semakin besar pula nilai rating yang diberikan), sedangkan untuk kelemahan dilakukan sebaliknya (semakin besar kelemahan semakin kecil nilai rating yang diberikan).

(2) EFAS: peluang bersifat positif (semakin besar peluang semakin besar pula nilai rating yang diberikan), sedangkan untuk ancaman dilakukan sebaliknya (semakin besar ancaman semakin kecil nilai rating yang diberikan).

4) Dilakukan perkalian bobot dengan rating untuk menentukan skor terbobot dari masing-masing faktor.

5) Jumlah dari skor terbobot menentukan kondisi sistem atau organisasi:

(1) IFAS: Jika nilai total skor terbobot ≥ 2,5 berarti kondisi internal memiliki kekuatan untuk mengatasi kelemahan.

(2) EFAS: Jika nilai total skor terbobot ≥ 2,5 berarti kondisi eksternal memiliki peluang untuk mengatasi ancaman.

3) Merumuskan strategi umum (grand strategy)

Tujuannya merumuskan strategi umum (grand strategy), adalah mengembangkan perusahaan dengan memanfaatkan hasil Analisis SWOT kedalam suatu format dengan memilih 5-10 faktor utama tiap kekuatan, kelemahan, peluang, dan ancaman.

4) Membuat keputusan strategis

Merumuskan keputusan strategi dengan menghubungkan antara baris faktor internal (S dan W) dan kolom faktor eksternal (O dan T). Pada pertemuan keduanya, melakukan analisis strategi yang mungkin dikembangkan dengan memanfaatkan keterkaitan keduanya. Adapun tahapannya adalah sebagai berikut:

(1) Strategi yang menghubungkan antara S dan O, strategi dibuat berdasarkan jalan pikiran yaitu dengan memanfaatkan seluruh kekuatan untuk merebut dan memanfaat peluang yang sebesar-besarnya.

(35)

(3) Strategi yang menghubungkan antara W dan O, strategi ini diterapkan berdasarkan pemanfaatan peluang dengan cara meminimalkan kelemahan yang ada.

(4) Strategi yang menghubungkan antara W dan T, strategi ini berdasarkan pada kegiatan yang bersifat defensif dan berusaha meminimalkan kelemahan yang ada serta menghindari ancaman.

3.3.4 Analisis hirarki proses (AHP)

Setelah dilakukan analisis SWOT kemudian dilanjutkan dengan Analisis Hirarki Proses (AHP) untuk menentukan kebijakan-kebijakan dalam rangka pengembangan wisata bahari Pulau Tagalaya dan Kumo di Kabupaten Halmahera Utara, dimana variabel-variabel dimasukkan kedalam suatu susunan hirarki, yang memberi pertimbangan numerik pada pertimbangan subyektif tentang relatif pentingnya variabel dan mensintesis berbagai pertimbangan untuk menetapkan variabel yang memiliki prioritas relatif yang tertinggi. Langkah paling awal dalam penggunaan proses analisis hirarki adalah merinci permasalahan kedalam elemen-elemennya dan mengatur bagian dari elemen-elemen kedalam bentuk hirarki (Nurani 2008).

Untuk menilai perbandingan tingkat kepentingan suatu elemen terhadap elemen lain maka digunakan pembobotan berdasarkan skala proses PHA yang disarankan oleh Saaty (1993) seperti pada Tabel 4. Dalam kondisi pembangunan yang makin kompleks analisis sistematis sangat diperlukan, bahkan sedapat mungkin faktor lain, seperti faktor politis harus dapat dijadikan bagian internal keseluruhan analisis. Dengan menggunakan metode PHA permasalahan yang kompleks tersebut akan dapat dirangkum sepenuhnya.

(36)

termasuk didalamnya adalah kualitas SDM dalam bidang pariwisata bahari, dimana dengan adanya pelayanan wisata bahari akan memberikan dampak

multiplier effect bagi masyarakat Pulau Tagalaya dan Pulau Kumo. Komponen ini merupakan kriteria sosial dan kriteria ekonomi dalam pengembangan wisata bahari, 3) ketersediaan sarana publik untuk mendukung kegiatan wisata bahari , 4) perjalanan atau transportasi laut maupun darat untuk aksesibilitas menuju ke lokasi wisata bahari. Komponen 3) dan 4) merupakan kriteria infrastruktur dalam pengembangan wisata bahari. Komponen yang terakhir adalah 5) pemasaran. Komponen pemasaran termasuk regulasi dalam investasi atau pengembangan wisata bahari. Komponen ini merupakan kriteria kebijakan dalam pengembangan wisata bahari di Pulau Tagalaya dan Pulau Kumo.

Tabel 4 Skala penilaian perbandingan

Intensitas

kepentingan Definisi Penjelasan

1 Kedua elemen sama pentingnya

(equal)

Dua mempunyai pengaruh yang sama besar terhadap tujuan.

3

Elemen yang satu sedikit lebih penting daripada elemen yang lainnya (moderate)

Pengalaman dan penilaian sedikit mendukung satu elemen dibandingkan elemen lainnya.

5 Elemen satu lebih penting dari pada elemen lainnya (stong)

Pengalaman dan penilaian sangat kuat mendukung satu elemen dibandingkan elemen lainnya.

7

Satu elemen jelas lebih mutlak penting daripada elemen lainnya

(very srtong)

Satu elemen yang kuat didukung dan dominan terlihat dalam praktek.

9 Satu elemen mutlak penting dari pada elemen lainnya (extreme)

Bukti yang memdukung elemen satu terhadap elemen lain memiliki tingkat penegasan tertinggi yang mungkin menguatkan.

2, 4, 6, dan 8 Nilai-nilai antara dua nilai pertimbangan yang berdekatan

Nilai ini diberikan bila ada dua kompromi diantara dua pilihan.

Kebalikan Jika untuk aktivitas i mendapat satu angka jika dibandingkan dengan aktivitas y maka j mempunyai nilai kebalikkannya dibanding dengan i.

Prinsip-prinsip dasar menggunakan PHA yaitu : (1) Menyusun hirarki

(2) Menetapkan prioritas dan (3) Konsistensi logis

(37)

(1) Matriks banding berpasang dibuat dari puncak hirarki, kemudian satu tingkat dibawahnya dan seterusnya dibuat untuk keseluruhan tingkatan hirarki.

(2) Matriks banding berpasang dapat berdasarkan pendapat perseorangan (matriks individu), dapat pula berdasarkan pendapat dari beberapa orang (matriks gabungan)

(3) Matriks banding berpasang diisi dengan bilangan yang menggambarkan relatif pentingnya suatu elemen atas elemen yang lainnya.

Tabel 5 Matriks untuk berbanding berpasangan

C A1 A2 A3 A4 … An

C : Kriteria atau sifat yang digunakan untuk pembandingan A1, A2, ... Cn : Set elemen yang akan dibandingkan, satu tingkat dibawah C. a12, a13 …1 : Kuantifikasi pendapat dari hasil komparasi yang

mencerminkan nilai kepentingan Ai terhadap Aj

Formulasi untuk menentukan vektor prioritas dari elemen-elemen pada setiap matriks adalah sebagai berikut (Nurani 2008):

1) Formulasi dengan menggunakan rata-rata aritmetik

Menjumlahkan nilai-nilai dalam setiap kolom (Nkj).

(38)

Nkj : Nilai kolom ke j

aij : Nilai setiap entri dalam matriks pada baris i dan kolom j n : jumlah elemen

Membagi setiap entri dalam setiap kolom dengan jumlah pada kolom untuk memperoleh matriks yang dinormalisasi (Ndij).

Vektor prioritas dari setiap elemen, diperoleh dengan merata-ratakan nilai sepanjang baris (Vpi).

2) Formulasi dengan menggunakan rata-rata geometrik

Perkalian baris (Zi) dengan menggunakan rumus.

)

(39)

( )

VPi : Vektor Prioritas elemen i Zi : Perkalian baris I

3) Pendapat gabungan dengan menggunakan rumus:

)

4) Rasio konsistensi dihitung dengan rumus sebagai berikut :

Perhitungan akar ciri atau nilai eigen (eigen value) maksimum (α maks) dengan rumus :

VA = aij x Vp dengan VA = (V aij)

Dimana : VA adalah vektor antara

Perhitungan Indeks Konsistensi (CI), dengan rumus :

1

(40)

RI CI

CR=

Untuk memudahkan analisis AHP dalam penelitian ini digunakan bantuan

(41)

4

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Potensi Wisata Bahari Pulau Tagalaya dan Pulau Kumo

Suatu kawasan yang akan digunakan sebagai obyek wisata bahari perlu mempertimbangkan daya dukung dari kawasan tersebut sebelum dibangun. Pentingnya mengetahui daya dukung dari kawasan agar setiap kegiatan pemanfaatan tidak mengganggu atau merusak lingkungan fisik, biota dan lingkungan sosial. Daya dukung untuk wisata ada yang intensif, terbatas dan tertutup. Daya dukung intensif adalah penggunaan kawasan secara keseluruhan untuk kegiatan parawisata, secara terbatas adalah sebagian kawasan digunakan untuk kegiatan pariwisata dan secara tertutup dapat diartikan sebagai pemanfaatan kawasan tidak boleh membangun penggunaan fisik, tetapi hanya diperbolehkan untuk melihat keindahan alamnya.

Pulau Tagalaya dan Pulau Kumo diproyeksikan menjadi kawasan wisata bahari di Kabupaten Halmahera. Letak kedua pulau tersebut di depan ibu kota Halmahera Utara yaitu Tobelo. Pulau Tagalaya dapat ditempuh sekitar 20 menit dari Tobelo dengan menggunakan speedboat dan taxi (perahu motor tempel 5 pk). Pulau ini memiliki panorama pantai pasir putih dan hutan bakau yang masih alami, sehingga menjadi keunikan tersendiri selain keindahan bawah laut (terumbu karang dan ikan hias). Pulau Kumo dapat ditempuh dari kota Tobelo sekitar 10 menit dengan menggunakan taxi (perahu motor tempel). Pulau ini juga memiliki pasir putih, air laut yang jernih, arus yang tenang dan terdapat keanekaragaman jenis ikan dan terumbu karang.

(42)

Tabel 6 Hasil penilaian kesesuaian Pulau Tagalaya untuk wisata bahari

Parameter Kriteria Bobot Skor Jumlah

Kecerahan perairan (%) > 75 10 20 200

Tingkat kesesuaian wisata ini didukung dengan penilaian potensi wisata berdasarkan beberapa faktor-faktor pendukung wisata, seperti tersaji pada Tabel 8. Hasil penilaian potensi wisata, menunjukkan bahwa Pulau Tagalaya dan Pulau Kumo memang memiliki potensi yang tinggi dengan nilai kriteria sebesar 29 untuk dikembangkan menjadi obyek tujuan wisata. Dalam hal ini obyek wisata bahari dengan pelbagai atraksi, seperti: menyelam (diving), snorkling, berenang, photo hanting, berperahu, memancing dan berbagai kegiatan wisata di pantai. Kegitan wisata tersebut cocok untuk perairan yang menghadap ke barat (pulau Halmahera) karena perairannya tenang berada di antara pulau-pulau kecil dan Teluk Kao, sedangkan untuk kegiatan ski air dan surfing cocok untuk perairan pantai pulau yang menhadap ke timur (Laut Halmahera dan Samudera Pasifik)

Tabel 7 Hasil penilaian kesesuaian Pulau Kumo untuk wisata bahari.

Parameter Kriteria Bobot Skor Jumlah

Kecerahan perairan (%) > 75 10 20 200

(43)

kelestariannya, bagi pemerintah daerah meningkatkan PAD dan bagi negara mendapatkan devisa.

Tabel 8 Hasil penilaian potensi wisata berdasarkan faktor pendukung kegiatan wisata.

No. Parameter Nilai

1 Jenis pantai 2

2 Kejernihan air 2

3 Bentuk tubir (morfologi dasar) 1

4 Keanekaragaman ekosistem 1

5 Keaslian ekosistem 1

6 Kenaekaragaman ikan 2

7 Keanekaragaman karang 2

8 Estetika 2

9 Aksesibilitas 2

10 Keamanan dan keselamatan 2

11 Rekreasi bawah air 2

12 Berlayar (perahu, kanoing) 2

13 Rekreasi pantai 2

14 Memancing 2

15 Transportasi 1

16 Air bersih 2

17 Listrik 0

18 Ketersediaan fasilitas pendukung 1

Total 29

Keterangan :

Potensi tinggi : jika total nilai berkisar antara 26 – 38

Potensi sedang : jika total nilai berkisar antara 13 – 25

Potensi rendah : jika total nilai berkisar antara 0 – 12

4.2 Persepsi Terhadap Wisata Bahari Pulau Tagalaya dan Pulau Kumo

4.2.1 Sarana dan prasarana wisata bahari

(44)

(tempat makan) tidak tersedia di sini, jadi pengunjung harus bawa makanan sendiri sebelum menuju obyek wisata di sini, hanya pada hari minggu baru ada masyarakat di kawasan tersebut berjualan makanan.

Gambar 1 Persepsi wisatawan terhadap sarana dan prasarana wisata bahari Pulau Tagalaya dan Pulau Kumo.

4.2.2 Akses transportasi wisata bahari

Untuk akses transportasi menuju obyek daerah wisata Pulau Tagalaya dan Pulau Kumo, persepsi responden sekitar 43,75% mengaku kurang puas dan 40.63% merasa sulit. Dari Gambar 2, menunjukkan fasilitas transportasi obyek wisata bahari masih kurang mendukung bagi peningkatan kunjungan wisatawan. Hal ini disebabkan jika wisatawan ingin berkunjung ke Pulau Tagalaya harus sewa/carter taxi (perahu motor tempel 5PK). Sedangkan untuk menuju Pulau Kumo relatif lancar, karena jarak yang dekat dari Tobelo dan tersedia taxi (perahu motor tempel 5PK) secara reguler.

Di Kabupaten Halmahera Utara terdapat bandara udara Kao dengan kapasitas yang masih terbatas hanya untuk pesawat kecil. Oleh karena itu, untuk meningkatkan kunjungan wisatawan dari luar Halmahera Utara maka bandara Kao sudah selayaknya diperluas sahingga pesawat lebih besar dapat mendarat. Untuk jadwal penerbangan pesawat selama ini dari Jakarta menuju Tobelo melalui

(45)

Manado dan itupun hanya tersedia pada hari-hari tertentu. Transportasi udara setiap hari hanya tersedia dari Jakarta ke Ternate. Untuk perjalanan dari Ternate ke Tobelo dilanjutkan dengan speedboat yang tersedia dari pulul 05.00 – 19.00 dan selanjutnya ditempuh dengan jalur darat berupa kendaraan umum tersedia dari pulul 05.00 – 19.00.

Gambar 2 Persepsi wisatawan terhadap transportasi menuju wisata bahari Pulau Tagalaya dan Pulau Kumo.

Selain fasilitas akses transportasi, sarana dan prasarana wisata bahari yang masih minim, rendahnya tingkat kunjungan wisatawan ke wisata bahari di Kabupaten Halmahera Utara disebabkan secara nasional kawasan ini belum termasuk kawasan destinasi pariwisata nasional. Hal ini diduga menyebabkan belum banyaknya dikenal oleh para wisatawan. Sebagai kabupaten yang masih baru berdiri sejak 2003, maka masih banyak sarana dan prasarana infrastruktur yang perlu dibenahi termasuk sektor pariwisata.

4.2.3 Kesan wisatawan terhadap obyek wisata bahari

(46)

disajikan pada Lampiran 2. Kesan wisatawan terhadap kawasan wisata di Pulau Tagalaya dan Pulau Kumo, menunjukkan bahwa obyek wisata kedua pulau tersebut menjadi daya tarik. Hal ini terlihat dari hasil pengamatan bahwa 62,5% responden menyatakan menarik dan 28,13 cukup menarik, seperti disajikan pada Gambar 3. Daya tari obyek wisata ini disebabkan kondisi perairan di kedua pulau sangat indah dengan pasir putih, terumbu karang yang masih bagus, arus perairan tenang dan jernih, maka mengundang wisatawan untuk menikmati rekreasi pantai, berenang, menyelam, selancar, berperahu dan memancing.

Gambar 3 Kesan wisatawan terhadap wisata bahari Pulau Tagalaya dan Pulau Kumo.

4.2.4 Keterlibatan masyarakat terhadap wisata bahari

(47)

Gambar 4 Tingkat partisipasi masyarakat lokal terhadap wisata bahari Pulau Tagalaya dan Pulau Kumo.

Berdasarkan hasil interview dengan masyarakat setempat kedua pulau tersebut, menunjukan bahwa 83% responden mengatakan masyarakat setempat terlibat dalam pengelolaan wisata bahari. Pada saat ini pengelolaan wisata bahari dikelola oleh kaum muda di kedua pulau tersebut, untuk menjaga kebersihan dan keamanan dalam berekreasi. Kaum muda ini berperan hanya pada waktu jumlah wisatawan yang berkunjung banyak, yaitu pada hari minggu dan hari libur nasional. Kaum muda ini melakukan pungutan terhadap wisatawan sebesar Rp 1000 rupiah per orang. Hasil pungutan itu dialokasikan untuk Gereja sebesar Rp 200 rupiah, desa sebesar 200 rupiah, kebersihan Rp 100 rupiah dan pengelola 500 rupiah. Selain kaum muda, ibu-ibu berperan juga dalam kebersihan kawasan wisata dari sampah, setiap hari sabtu atau sehari sebelum hari libur nasional.

Pengelolaan Pulau Tagalaya dan Pulau Kumo sebagai kawasan wisata bahari dengan melibatkan masyarakat kawasan adalah sangat penting dan sudah tepat, mengingat peran pemerintah di kawasan ini masih minim (belum ada pegawai pemda yang ditempatkan dilokasi ini). Selain itu, tujuan dari pengelolaan wisata bahari adalah tercapainya kesejahteraan masyarakat kawasan, integritas kultural, dan terpeliharanya keanekaragaman sumberdaya hayati. Pelibatan masyarakat dalam pengelolaan memberikan beberapa manfaat, yaitu (1)

80

Berpatisipasi Kurang Berpartisipasi tidak terlibat

(48)

peningkatan pendapatan masyarakat, (2) menjaga kelestarian sumberdaya pesisir, (3) menjaga integritas kultural masyarakat, jika hal ini tidak dipertahankan maka akan timbul permasalahan yang baru lagi. Untuk itu pengelolaan berbasis masyarakat (community base management) sangat penting di pertahankan dan diseuaikan dengan pendekatan konsep ko-manajemen (kemitraan antara masyarakat, pemerintah dan stakholders terkait lainnya).

4.3 Analisis Strategi Kebijakan Pengembangan Wisata Bahari

4.3.1 Identifikasi isu dan permasalahan

Isu di bidang pengelolaan wisata bahari yang dapat diidentifikasi di wilayah pesisir Kabupaten Halmahera Utara cukup beragam. Dari permasalahan beragam itu yang terungkap dari kelompok masyarakat pesisir di wilayah ini, umumnya bermuara pada beberapa permasalahan kunci. Namun demikian, sebagian masalah juga merupakan penyebab bagi timbulnya masalah lainnya.

Beberapa penyebab masalah tersebut antara lain adalah (1) Pengawasan yang kurang/terbatas terhadap pemanfaatan sumberdaya alam di wilayah wisata bahari; (2) Kurangnya infrastruktur (sarana prasarana) pendukung wisata bahari (tranportasi, listrik, air bersih, telekomunikasi); (3) Akses masyarakat terbatas terhadap modal, pasar, dan pendidikan; (4) rendahnya kemampuan pengelolaan kegiatan wisata bahari; dan (5) kerjasama antara pemerintah dan masyarakat belum terjalin baik. Akibat dari permasalahan tersebut, yang sering muncul adalah; (1) kerusakan lingkungan dan sumberdaya alam wisata bahari; (2) pertumbuhan ekonomi yang lambat berkembang (3) pendapatan masyarakat yang relatif rendah dibandingkan dengan kawasan non pesisir; (4) obyek daya tarik wisata bahari belum memberikan kontribusi yang berarti bagi masyarakat sehingga pengembangan kegiatan pariwisata menjadi rendah; dan (5) belum optimalnya pembagian peran antara pemerintah dan masyarakat dalam pengelolaan dan pemanfaatan dari kegiatan wisata bahari.

4.3.2 Penentuan faktor strategis internal

(49)

daerah), maka diperoleh 10 faktor utama yang dapat menjadi kekuatan dan kelemahan pengembangan kegiatan wisata bahari Pulau Tagalaya dan Pulau Kumo, disajikan pada Tabel 9.

Tabel 9 Hasil penilaian faktor internal pengembangan wisata bahari di Pulau Tagalaya dan Pulau Kumo Kabupaten Halmahera Utara.

No Parameter Kunci Indikator Kinerja K/L

1 Potensi keindahan SDA SDA masih alami dan asri K

2 Akses permodalan dan pemasaran masih rendah

Keterbatasan permodalan yang dimiliki masyarakat setempat sehingga kegiatan usaha hanya berlangsung pada hari minggu dan hari libur nasional yang tingkat wisatawan/pengunjung relative banyak, belum ada system pemasaran

obyek wisata yang dikelola dengan baik L 3 Dukungan masyarakat Keterlibatan masyarakat sebagai pelaku

wisata K

4 Potensi tenaga kerja Penyerapan tenaga kerja masyarakat

kawasan wisata K

5 SDM masih rendah Tingkat pendidikan sebagian besar

rendah L

6 Kelembagaan masyarakat lokal Mulai terbangunnya tatanan di

masyarakat lokal untuk mengelola wisata

bahari K

7 Diversifikasi usaha pariwisata masih rendah

Tidak ada variasi kegiatan usaha wisata bahari, seperti kios-kios makanan dan

cendramata L

8 Dukungan pemerintah daerah Komitmen PEMDA mendukung

kebijakan wisata bahari melalui berbagai

program pembangunan K

9 Sarana prasarana wisata bahari belum memadai

Kurangnya fasilitas publik untuk

mendukung kegiatan pariwisata L

10 Akses transportasi masih terbatas

Hanya tersedia perahu motor tempel (taxi) untuk lalulintas antar pulau dengan

kapasitas 5 orang L

Keterangan : K=kekuatan, L=kelemahan

(50)

Berbagai informasi faktor internal yang mempengaruhi pengembangan rumusan strategi perbaikan bagi pengembangan wisata bahari Pulau Tagalaya dan Pulau Kumo.

Untuk perumusan faktor strategi internal kebijakan pengembangan wisata bahari digunakan model matriks Internal Faktors Analysis Summary (IFAS).

Penggunan matriks IFAS ini untuk mengukur sejauhmana kekuatan dan kelemahan yang dimiliki dari kegiatan wisata bahari. Dengan melakukan pembobotan dan penilaian rating terhadap kekuatan dan kelemahan yang dimiliki wisata bahari tersebut akan diperoleh skor penilaian terhadap masing-masing faktor kekuatan dan kelemahan tersebut, seperti tersaji pada Tabel 10.

Tabel 10 Matrik IFAS pengelolaan wisata bahari di Pulau Tagalaya dan Pulau Kumo Kabupaten Halmahera Utara

Faktor-faktor Internal Bobot Rating Skor

Kekuatan (Strengths)

1. Potensi keindahan SDA (S1) 0.15 4 0.58

2. Dukungan pemerintah daerah (S2) 0.13 4 0.54

3. Dukungan dari masyarakat (S3) 0.14 3 0.43

4. Potensi tenaga kerja (S4) 0.12 3 0.36

5. Kelembagaan masyarakat lokal (S5) 0.12 2 0.25

Total Kekuatan 2.17

Kelemahan (Weakness)

1. Akses permodalan dan pemasaran masih rendah

(W1) 0.05 2 0.10

2. SDM masih rendah (W2) 0.07 2 0.13

3. Akses transportasi sangat terbatas (W3) 0.06 2 0.12 4. Prasarana dan sarana wisata bahari belum

memadai (W4) 0.05 2 0.11

5. Diversifikasi usaha pariwisata rendah (W5) 0.10 1 0.10

Total Kelamahan 0.56

Total Faktor Internal 1 2.7

Keterangan reting : 1 = sangat lemah 2 = agak lemah 3 = agak kuat 4 = sangat kuat

(51)

nilai 0,12. Apabila ketiga kekuatan itu dioptimalkan akan mengatasi berbagai kelemahan yang ada. Hal ini didukung dengan nilai total skor pada matrik IFAS sebesar 2,7 ≥ 2,5 yang artinya kondisi internal memiliki kekuatan untuk mengatasi situasi/permasahalan (kelemahan).

4.3.3 Penentuan faktor strategis eksternal

Berdasarkan hasil wawancara dengan beberapa responden, diperoleh 10 faktor eksternal yang mempengaruhi pengembangan wisata bahari baik yang secara langsung maupun tidak langsung. Faktor eksternal berpengaruh positif adalah peluang dan berpengaruh negatif adalah ancaman, disajikan pada Tabel 11.

Tabel 11 Hasil penilaian faktor eksternal pengembangan wisata bahari

No Parameter Kunci Indikator Kinerja P/A

1 Meningkatnya minat wisatawan terhadap pariwisata bahari

Terus meningkatnya kunjungan wisatawan, baik lokal, regional maupun internasional berdampak positif bagi pengembangan wisata bahari

P

2 Kebijakan pemerintah dalam pengembangan sektor wisata bahari

Dukungan pemerintah yang kuat dalam meperbaiki aspek kegiatan wisata bahari, seperti prasarana dan sarana, akses transportasi, dan kegiatan promosi

P

3 Kesempatan berusaha Penduduk Halmahera Utara sebagian besar

tinggal di kawasan pesisir dan pulau-pulau kecil yang tergantung pada sector perikanan. Dengan berkembangnya wisata bahari di wilayah mereka akan mendorong untuk tumbuhnya usaha-usaha baru yang mendukung wisata bahari, seperti: tempat makan, kios cendramata, penginapan dll.

P

4 Peningkatan kesempatan kerja Pengembangan wisata bahari dapat menciptakan lapangan kerja baru atau

sampingan yang meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan masyarakat

P

5 Pangsa pasar wisata bahari terbuka

Dengan promosi melalui website membuka akses pemasaran dan investasi secara luas baik lokal, domestik maupun internasional

P

6 Persaingan pasar wisata bahari cukup tinggi

Wilayah wisata bahari kabupaten Halmahera Utara berdekatan dengan Bunaken, Wakatobi, Bandanera dan Raja ampat yang sama-sama mempromosikan wisata bahari

A

7 Kondisi sosial-politik yang rentan konflik

Mengingat wilayah Halmahera Utara baru mengalami kerusuhan diawal tahun 2000, perlu pencitraan bahwa di wilayah ini kondisinya sudah kondusif

A

8 Konflik pemanfaatan ruang dengan kegiatan perikanan

Perlu penegasan dan pengaturan kegiatan yang jelas, agar dua kegiatan ini saling mendukung bukannya saling konflik dalam pemanfaatan ruang perairan

(52)

No Parameter Kunci Indikator Kinerja P/A

9 Pencemaran lingkungan Pengawasan dan pembinaan terhadap kegiatan

destructive fishing, penambangan karang dan

penambangan emas masih belum terkendali. Kebiasaan masyarakat membuang sampah rumah tangga ke laut.

A

10 Koordinasi antar sektor terkait masih lemah

Menjalin kerjasama dan koordinasi antar instasi terkait dalam rangka pengembangan wisata bahari masih belum berjalan optimal

A

Keterangan : P=peluang A=ancaman

Untuk penilaian faktor strategi eksternal yang mempengaruhi pengembangan wisata bahari digunakan model matriks Eksternal Faktors Analysis Summary (EFAS). Penggunan matriks EFAS ini untuk menilai sejauhmana peluang dan ancaman faktor eksternal terhadap pengembangan wisata bahari. Dengan melakukan pembobotan dan penilaian rating terhadap peluang dan ancaman kegiatan wisata bahari, maka akan diperoleh skor penilaian terhadap masing-masing faktor peluang dan ancaman tersebut yang hasilnya akan berdampak negatif atau positif, seperti tersaji pada Tabel 12.

Tabel 12 Matrik EFAS pengelolaan wisata bahari di Pulau Tagalaya dan Pulau Kumo Kabupaten Halmahera Utara.

Faktor-faktor Eksternal Bobot Rating Skor

Peluang (Opportunities)

1. Minat wisatawan terhadap pariwisata bahari

terus meningkat (O1) 0.11 3 0.33

2. Kebijakan pemerintah dalam pengembangan

sektor wisata bahari (O2) 0.15 4 0.60

3. Peluang berusaha (O3) 0.12 3 0.35

4. Peningkatan kesempatan kerja (O4) 0.12 2 0.23

5. Pangsa pasar wisata terbuka (O5) 0.13 2 0.26

Total Kekuatan 1.74

Ancaman (Threats)

1. Persaingan pasar wisata bahari cukup tinggi (T1) 0.11 3 0.32 2. Kondisi sosial-politik yang rentan konflik (T2) 0.07 3 0.21 3. Konflik ruang dengan kegiatan perikanan (T3) 0.07 1 0.07

4. Pencemaran lingkungan (T4) 0.07 1 0.07

5. Koordinasi antar sektor masih lemah (T5) 0.07 2 0.14

Total Kelamahan 0.82

(53)

Hasil analisis tabel EFAS diatas menunjukkah bahwa faktor eksternal utama yang mempengaruhi pengembangan wisata bahari adalah kebijakan pemerintah dalam pengembangan sektor wisata bahari dengan skor 0,60 dan meningkatnya wawasan dan peluang berusaha bagi masyarakat dengan skor 0,35. Sedangkan ancaman yang utama adalah persaingan pasar wisata bahari cukup tinggi dengan skor 0,32. Hal ini dimungkinkan karena kawasan wisata bahari di Halmahera Utara berdampingan dengan wisata bahari Wakatobi, Bunaken dan Raja ampat yang sudah terkenal di dunia. Akan tetapi, jika semua peluang dapat dimanfaatkan dengan optimal akan dapat mengatasi berbagai ancaman tersebut. Hal ini didukung nilai total skor pada matrik EFAS sebesar 2,6 ≥ 2,5 artinya sistem mampu merespon situasi eksternal yang ada.

4.3.4 Dampak kegiatan wisata bahari terhadap masyarakat

Dari hasil perhitungan IFAS dan EFAS dapat diketahui dampak positif dan dampak negatif dari kegiatan wisata bahari terhadap masyarakat. Dampak positif dapat dilihat dari kekuatan dan peluang sedangkan dampak negatif dapat dilihat dari kelemahan dan ancaman terhadap kegiatan wisata bahari. Hasil skor yang didapat dari perhitungan IFAS dan EFAS untuk kekuatan dan peluang sebesar 3,91 atau 73.1 % berdampak positif terhadap masyarakat. Perhitungan kelemahan dan ancaman sebesar 1,38 atau 26,9% berdampak negatif terhadap masyarakat.

Gambar 5 Dampak kegiatan wisata bahari terhadap masyarakat.

Berdasarkan nilai yang diperoleh tersebut dapat disimpulkan bahwa dampak pengembangan wisata bahari dalam pengelolaan Pulau Tagalaya dan Pulau Kumo memberikan nilai positif bagi masyarakat. Hal ini menunjukkan

Nilai Negatif (1,38) 26,9%

(54)

masyarakat menginginkan pengembangan wisata bahari di tempat tinggal mereka. Dalam pengelolaan wisata bahari, masyarakat diberi peran besar ikut serta dalam pengelolaan wisata bahari di kedua pulau tersebut. Pengelolaan wisata bahari berbasis masyarakat ini, selain dapat meningkatkan pendapatan masyarakat juga dapat menjaga kelestarian sumberdaya pesisir. Dengan kata lain, masyarakat diberikan tanggung jawab mengelola wisata bahari maka dengan sendirinya meraka akan menjaga kelestarian sumberdaya pesisir yang merupakan obyek wisata. Jika mereka merusak sumberdaya tersebut sama halnya memutus usaha dan pendapatan mereka.

4.3.5 Perumusan alternatif strategi kebijakan wisata bahari

Untuk merumuskan alternatif strategi kebijakan pengembangan wisata bahari di Halmahera Utara, pemerintah daerah dan masyarakat dapat menggunakan kekuatan-peluang yang dimiliki dan meminimalkan kelemahan-ancaman yang dihadapi. Berdasarkan semua analisis faktor internal dan eksternal dapat dirumuskan berbagai alternatif strategi kebijakan bagi pengembangan wisata bahari dengan menggunakan analisis matriks SWOT, sebagaimana disajikan pada Tabel 13.

Hasil matriks SWOT menunjukkan bahwa ada tujuh alternatif strategi kebijakan yang mendukung pengembangan wisata bahari Pulau Tagalaya dan Pulau Kumo Kabupaten di Halmahera Utara, yaitu:

1) Pengelolaan wisata bahari berbasis masyarakat. 2) Peningkatan promosi dan publikasi objek wisata.

3) Peningkatan akses transportasi dan sarana prasarana penunjang wisata bahari. 4) Pembinaan dan pelatihan wisata bahari.

5) Peningkatan stabilitas keamanan wilayah.

6) Pembagian zonasi pemanfaatan perikanan dan pariwisata.

Gambar

Gambar 1  Kerangka pikir penelitian.
gambar dan tabel. Untuk menggambarkan persepsi masyarakat terhadap faktor-
Tabel 2  Standar penilaian kesesuaian sebagai wisata bahari.
Tabel 4  Skala penilaian perbandingan
+7

Referensi

Dokumen terkait

Adalah Mahasiswa Fakultas Ekonomi dan Ilmu Sosial UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, sehubungan dengan penelitian skripsi berjudul : "Pengaruh Komitmen

Latuheru(1988:14), menyatakan bahwa media pembelajaran adalah bahan, alat, atau teknik yang digunakan dalam kegiatan belajar mengajar dengan maksud agar proses

Pembangunan Talud Kali Kacangijo Belakang Smp 4

Peserta didik dapat menunjukkan tokoh para pendiri negara dalam perumusan dan penetapan Pancasila sebagai dasar negara.3. Peserta didik dapat menjelaskan semangat para

Uji efektivitas jambu biji merah (Psidium guajava) terhadap laju aliran saliva pada penderita xerostomia yang mengonsumsi telmisartan.. Ekstrak teh hijau 3% yang

Misalnya, kalau kita tulis model (M/M/1) : FIFO// ∞/∞ , ini berarti bahwa model menyatakan kedatangan distribusikan secara Poisson, waktu pelayanan distribusikan secara

Randugunting Kota Tegal Tahun Anggaran 2015 dalam waktu 3 (tiga) hari kerja.. setelah pengumuman pemenang, terhitung mulai hari Sabtu tanggal 15 Agustus

→ Menjawab pertanyaan tentang materi analisis deskripsi dengan tabel untuk menganalisis teks pemberitahuan yang terdapat pada buku pegangan peserta didik atau lembar kerja yang