Kebijakan Pengembangan SIDa untuk
Peningkatan Daya Saing Daerah
Oleh:
Dr. AFRIADI SYAHBANA HASIBUAN, MPA, MCom.
Perpres No.32 thn 2011 ttg Masterplan Percepatan Dan Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia 2011-2025
PP No.79 thn 2005 ttg BINWAS
dan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah UU No.39 thn 2008 ttg Kementerian Negara UU No.32 thn 2004 juncto UU no 23 thn 2014 ttg Pemerintahan Daerah
UU No.18 thn 2002, ttg Sistem Nasional Penelitian, Pengembangan, dan Penerapan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi
Dasar
Huku
m
Permendagri No.20 thn 2011 ttg Pedoman Penelitian dan Pengembangan di Lingkungan Kemendagri dan Pemerintahan Daerah
Perber Menristek & Mendagri No.03 & 36 thn 2012 ttg Penguatan Sistem Inovasi Daerah (SIDa)
Badan Penelitian dan Pengembangan
TUGAS DAN FUNGSI KEMENDAGRI
1. PERPRES NO.24 THN 2010 ttg Kementerian bahwa
KEMENTERIAN DALAM NEGERI MEMPUNYAI TUGAS
MENYELENGGARAKAN URUSAN DI BIDANG
“PEMERINTAHAN DALAM NEGERI” DALAM PEMERINTAHAN
UNTUK MEMBANTU PRESIDEN DALAM
MENYELENGGARAKAN PEMERINTAHAN NEGARA (PASAL 66);
2. BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN, MEMPUNYAI
TUGAS “MERUMUSKAN SERTA MELAKSANAKAN
KEBIJAKAN DAN STANDARDISASI TEKNIS KEPEMERINTAHAN DALAM NEGERI DI BIDANG
“PEMBINAAN” KELITBANGAN”.
Pemerintahan merupakan organisasi atau wadah orang yang mempunyai kekuasaaan, mengurus kesejahteraan rakyat, dan pembangunan
I N O V A S I D A E R A H
KEMENTERIAN DALAM NEGERI
1. peningkatan efisiensi; 2. perbaikan efektivitas;
3. perbaikan kualitas pelayanan; 4. tidak ada konflik kepentingan; 5. berorientasi kepada
kepentingan umum;
6. dilakukan secara terbuka; dan 7. dapat dipertanggungjawabkan
hasilnya tidak untuk kepentingan diri sendiri.
PRINSIP-PRINSIP
Semua bentuk pembaruan dalam penyelenggaraan pemerintahan daerah yang meliputi jenis, prosedur, dan
metoda
Perlindungan atas Inovasi sepanjang tidak memperkaya diri dan/atau orang
lain
5
Pasal 387
Pasal 386 ayat (1) “Dalam rangka peningkatan kinerja penyelenggaraan
Kedudukan pelaku inovasi litbang sbg obyek pelanggaran Hukum
(UU Nomor 23 tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah)
Pasal 389 dikatakan bahwa “Dalam hal pelaksanaan inovasi yang telah
menjadi kebijakan Pemerintah Daerah dan inovasi tersebut tidak mencapai sasaran yang telah ditetapkan, aparatur sipil negara tidak dapat dipidana. Namun dengan syarat :
a. Usulan inovasi yang berasal dari anggota DPRD ditetapkan dalam rapat paripurna ayat (2) dan disampaikan kpd KDH untuk
ditetapkan dalam Perkada sebagai inovasi Daerah ayat (3)
b. Usulan inovasi yang berasal dari ASN , harus memperoleh izin tertulis dari pimpinan Perangkat Daerah dan menjadi inovasi Perangkat Daerah ayat (4)
c. Usulan inovasi yang berasal masyarakat disampaikan kepada DPRD dan/atau kepada Pemerintah Daerah ayat (5)
d. Jenis, prosedur dan metode penyelenggaraan Pemerintahan
2
Authoritative definition of innovation
An authoritative definition of innovation is provided in the slo manual (OECD 2005), a methodological manual by the OECD on the measurement of technological innovation. An innovation is „the implementation of a new or significantly
improved product (goods or services), or process, a new marketing method, or a new organisational method in
business practices, workplace organisation or external relations.‟This definition is inspired by
INOVASI: PENGERTIAN
1. Lundvall (1992) mengartikan sistem inovasi sebagai unsur-unsur
dan hubungan-hubungan yang berinteraksi dalam produksi,
difusi, dan penggunaan pengetahuan yang baru dan berguna secara ekonomis, dan seringkali berlokasi atau berakar dalam batas-batas suatu negara;
2. Freeman (1987) menyebutkan sistem inovasi sebagai jejaring
kelembagaan dalam sektor publik dan swasta dimana kegiatan-kegiatan dan interaksi-interaksinya memulai, mendatangkan, mengubah, dan mendifusikan teknologi-teknologi baru;
3. Hall dkk. (2003) berpendapat bahwa Sistem inovasi adalah
kelompok organisasi dan individu yang terlibat dalam produksi, difusi dan adaptasi, dan penggunaan pengetahuan signifikansi sosial ekonomi, dan konteks kelembagaan yang mengatur cara dimana interaksi-interaksi dan proses-proses ini terjadi;
4. Hall dkk. (2003) menyatakan lebih lanjut bahwa pendekatan sistem
PENGERTIAN SISTEM INOVASI, MENUNJUKKAN EMPAT (4) HAL YANG SAMA:
1. Pertama, ada penekanan bahwa inovasi adalah proses
pembelajaran. Hal ini berarti bahwa perubahan teknologi tidak banyak dipertimbangkan sebagai pengembangan material, tetapi lebih sebagai suatu rekombinasi dari pengetahuan (yang seringkali sudah ada) atau penciptaan kombinasi-kombinasi baru. Proses pembelajaran ini bergantung pada keterlibatan banyak aktor yang mempertukarkan pengetahuan, aktor-aktor ini terdiri dari berbagai organisasi, meliputi perusahaan, pemerintah, dan lembaga penelitian.
2. Kedua, ada penekanan pada peranan lembaga.
3. Ketiga, sistem inovasi menekankan hubungan antara
aktor dan lembaga atau adanya gagasan tentang suatu sistem. Perspektif sistem menunjukkan adanya pendekatan holistik. Holistik dalam sistem inovasi berarti bahwa kinerja suatu sistem inovasi tidak dapat dianggap sebagai fungsi linear dari unsur-unsurnya. Sebaliknya, hal tersebut merupakan hasil dari 6 banyak hubungan di antara unsur-unsurnya.
4. Keempat, sistem inovasi menekankan pentingnya
Dengan demikian sistem inovasi sebenarnya
mencakup basis:
Basis ilmu pengetahuan
dan
teknologi
(termasuk di
dalamnya aktivitas
pendidikan
, aktivitas
penelitian
dan pengembangan
, dan
rekayasa
);
basis
produksi
(meliputi aktivitas-aktivitas nilai
tambah bagi pemenuhan kebutuhan
bisnis
dan non
bisnis serta masyarakat umum); dan
Basis
pemanfaatan dan difusinya
dalam masyarakat;
serta
DENGAN DEMIKIAN, PENGERTIAN SINGKAT
1. Inovasi: proses atau hasil kreativitas
pembaruan/perbaikan yang membawa (memberikan) kegunaan/kemanfaatan nyata (komersial/bisnis, ekonomi, sosial, dan/atau budaya);
2. Difusi: suatu proses di mana inovasi dikomunikasikan
melalui suatu saluran komunikasi tertentu dalam waktu tertentu di antara para anggota suatu sistem sosial atau masyarakat (Rogers, 1995, 1997); Difusi teknologi adalah kegiatan adopsi dan penerapan hasil inovasi secara lebih ekstensif oleh penemunya dan/atau pihak-pihak lain dengan tujuan untuk meningkatkan daya guna potensinya (UU No. 18 tahun 2002);
3. Pembelajaran: suatu proses belajar
PEMBELAJARAN
BERAGAM INOVASI, KESALINGTERKAITAN & EFEKTIVITAS PENGUATAN
DARI ARGUMENT DIATAS, MAKA:
INOVASI
DAPAT
MENJADI
SUMBER
KEUNGGULAN KOMPETITIF/DAYA SAING (
Mc.Grath; Tsai; Venkataraman dan Mc. Millian, 1996);
DALAM HAL INI, TERDAPAT 2 ALASAN;
PERTAMA: INOVASI YANG BERHASIL AKAN
MENINGKATKAN NILAI PASAR DARI BARANG
DAN JASA YANG DIHASILKAN INOVATOR
TERSEBUT;
KEDUA: BERDASARKAN
THEORY
RESOURCE-BASED VIEW (RBV)
, DENGAN
KEMAMPUAN
INTEGRASI URUSAN PEMERINTAHAN BERBASIS SISTEM INOVASI UNTUK PENGEMBANGAN EKONOMI DAERAH
(KPE) BERDAYA SAING
URUSAN Potensi Ekonomi
Daerah (SDA,SDM dan
SDB)
Technolg & Socio institu.
inovasi
Harga Mutu Networking Pemasaran 23/2014 Psl 386 - 389)
UU No. 23/2014 Psl 386 - 389
Networkin g Pelaku
Daya Saing
Undang-Undang No.18 Thn 2002 tentang S N
P3 IPTEK
Undang-Undang No. 23 Thn 2014
tentang PEMDA
Keterpaduan
5 hal yang perlu dicermati: 1. Globalisasi
2. Perkembangan IPTEK
3. Perkembangan Ekonomi Jaringan 4. Kecenderungan ke arah
Ekonomi Pengetahuan 5. Kecenderungan Tumpuan atas
Ke-khas-an faktor Lokal (Potensi Dan Produk
Unggulan)
Dokumen Perencanaan Bangda: 1. RPJP Daerah
2. RPJM Daerah 3. Renstra SKPD
4. RKP Daerah 5. Renja SKPD
Ke lima dokumen perencanaan Bangda tersebut saling terkait dan mendukung
Integrasi dan Alur Sistem Inovasi Daerah dengan Perencanaan Pembangunan Daerah
RPJP Diserasikan melalui Musrenbang
SELANJUTNYA
DENGAN DEMIKIAN, INOVASI MERUPAKAN SALAH SATU
FAKTOR PELANCAR TERJADINYA PERUBAHAN SOSIAL YANG MERUPAKAN INTI DARI PEMBANGUNAN MASYARAKAT;
PERUBAHAN ITU TERJADI SEBAGAI WUJUD PENERAPAN
INOVASI, OLEH KARENA ITU, SAATNYA UNTUK
DISOSIALISASIKAN DENGAN CARA:
1.
ANGGOTA SISTEM SOSIAL YANG MENERIMA
INOVASI;
2.
AGEN PEMBAHARU YANG MEMBAWA
IDE/INOVASI;
3.
TOKOH MASYARAKAT YANG MENJADI SUMBER
KEPUTUSAN PENGADOPSIAN INOVASI;
4.
SALURAN ATAU SISTEM KOMUNIKASI YANG
1. Komitment politik melalui Peraturan Perundangan;
2. Komitment pendayagunaan penataan ekonomi daerah yang baik bagi
pengembangan ekonomi lokal yang berkesinambungan ;
3. Komitment meningkatkan kecerdasan masyarakat melalui
Pengembangan IPTEK untuk menjadi daerah yang berprestasi;
4. Komitment meningkatkan kerjasama baik nasional maupun regional
untuk difusi dan alih teknologi dengan upaya mengikut sertakan partisipasi masyarakat;
5. Komitmen meningkatkan SDM yang terdidik, kreatif dan trampil;
6. Komitment meningkatkan pemanfaatan potensi/produk unggulan dgn
memberikan nilai tambah bagi masyarakat yang berorientasi lingkungan hidup berkelanjutan;
7. Komitment meningkatkan kapasitas daerah untuk berdaya saing
23
Kapasitas Pemerintah dan Pemerintah Daerah perlu
untuk dikembangkan pemahamannya tentang esensi
dari hubungan Pemerintah dan Pemerintah Daerah yang
efisien dan efektif melalui penelitian dan pengembangan
terkoordinatif;
Diperlukan adanya suatu pengembangan atau terobosan
baru dalam pola penyelenggaraan kebijakan
pelayanan
publik
untuk mengubah
mindset
dari pelaksana sektoral
maupun regional, menjadi kebijakan yang berlandaskan
pada hasil penelitian dan pengembangan
(
POLICY IS
24
Penguatan kelembagaan litbang diperlukan
Pengembangan kapasitas Pemerintah Daerah
untuk dilakukan dengan 3 (tiga) konsentrasi
penting, yaitu:
1. Individu;
2. Lembaga;
3. Sistem.
(Diagram berikut)Dengan demikian, kebersamaan dituntut mulai
dari
proses
formulasi
perencanaan,
pelaksanaan sampai pada pembinaan dan
pengawasan.
25
-Pengetahuan - Kemampuan - Kompetensi - Etos Kerja
- Tata Cara - Sumberdaya
- Pengambil Keputusan - Struktur Organisasi - Budaya Kerja
- SIM
- Kerangka Aturan - Kebijakan Pendukung
KAPASITAS
Model Kapabilitas Organisasi
Lingkun gan/ strategi
Sistem Kerja
Proses manaje
men
Tim Kepemim
pinan Sistem
sumber daya manusia
Prinsip dan nilai Kapabilitas
TAHAPAN PEMBANGUNAN DAYA SAING NASIONAL
(lanjutan)
DAYA SAING BERBASIS FAKTOR INPUT
DAYA SAING BERBASIS
• Infrstruktur
• Kelembagaan
• Stabilitas makro
• Pendidikan dasar & kesehatan
• Pendidikan tinggi dan training
• Efisiensi pasar
• Efisiensi lembaga keuangan
• Ukuran pasar domestik
• Lembaga riset dan
pengembangan
• Industri
teknologi tinggi Diadaptasi dari: The Global Competitiveness Report
2011-2012 (World Economic Forum)
Oleh karena itu, dalam rangka penguatan
SIDa ke depan, sangat dibutuhkan antara lain:
1.
Komitmen dan konsensus Pemda yang
dituangkan dalam bentuk regulasi di Daerah;
2.
Membangun interaksi antar para pelaku di
daerah;
3.
Memperkuat kapasitas Balitbangda/Terkait (level
Provinsi/Kab/Kota);
4.
Jangka pendek Membuat pilot project (level
kab/kota);
5.
Jangka menengah
–
panjang konsentrasi pada
peningkatan kompetensi daerah untuk daya
Peran yang dimainkan KEMENDAGRI dalam hal
ini adalah:
• Policy Oriented Role: yaitu peran analisis yang berorientasi pada kebijakan manejemen tingkat atas yang bertujuan
untuk memperbaiki kebijakan atau kinerja organisasi dimasa datang;
• Policy Integrated Strategic Role: yaitu peran analisis yang diterpadukan dari berbagai strategi kepentingan organisasi (K/L) dengan upaya mendapatkan dan bertujuan untuk
memperbaiki kebijakan dengan menggunakan Koordinasi untuk tercipta sinergitas.
• Policy Function Oriented Role: yaitu peran yang
berorientasi penyediaan informasi untuk kepentingan tugas dan fungsi yang diemban melalui analisis dan bimbingan
DAYA SAING
Kemampuan daya tarik (attractiveness)
atau
kemampuan
membentuk
dan
menawarkan lingkungan paling produktif
dan kinerja unggul yang berkelanjutan
bagi dunia usaha (termasuk menarik
talenta,
investasi,
dan
faktor
PENINGKATAN PRODUKTIFITAS
MENUJU KEUNGGULAN KOMPETITIF
Ekonomi Berbasis SDA
Factor Driven Innovation Driven
Ekonomi Berbasis Inovasi
Investment Driven Ekonomi Berbasis
Industri
Peningkatan Kemampuan Ekonomi
Warisan Ciptaan
Keunggulan
Technology * Innovation
* Labor Intensive
* Skilled Labor Intensive
* Human Capital Intensive
TAHAPAN PEMBANGUNAN DAYA SAING NASIONAL
(lanjutan)
DAYA SAING BERBASIS FAKTOR INPUT
DAYA SAING BERBASIS
• Infrstruktur
• Kelembagaan
• Stabilitas makro
• Pendidikan dasar & kesehatan
• Pendidikan tinggi dan training
• Efisiensi pasar
• Efisiensi lembaga keuangan
• Ukuran pasar domestik
• Lembaga riset dan
pengembangan
• Industri
teknologi tinggi Diadaptasi dari: The Global Competitiveness Report
2011-2012 (World Economic Forum)
Keunggulan
UNTUK MENCAPAI GAMBAR INI, PERLU INTEGRASI BERBAGAI
DAYA SAING DAERAH ATAU DAYA
SAING NEGARA
Daya saing daerah atau daya saing negara berdasarkan input untuk pembangunan ekonominya, menurut Porter, dibagi menjadi tiga tahapan, yaitu: (1) Factor driven, (2) efficiency driven dan (3) innovation driven. Pada Slide Sebelumnya disajikan
tahapan pembangunan suatu negara/daerah
berdasarkan keunggulan kompetitifnya.
Menurut Lengyel, berdasarkan hal penggolongan di atas, daerah dibagi menjadi tiga, yaitu: (1) Neofordist region (factor-driven phase), (2) knowledge transfer region (investment-driven phase), dan (3) Knowledge
creation region (innovation-driven phase).
PENINGKATAN DAYA SAING DAERAH
Ada 3 faktor yang menjadi pemicu peningkatan daya saing :
1. Penguatan Kelembagaan Pemda
- Reformasi Birokrasi ; menata lembaga, pns, - pelayanan publik ; kinerja, kemampuan, sarana
2. Meningkatkan infrastruktur Iptek
- Sarana dan prasarana; infrastruktur utama dan pendukung - SDM ; pendidikan masyarakat, budaya iptek
- Penggunaan teknologi; teknologi informasi, TTG
3. Penguatan sektor perekonomian lokal berbasis Iptek
- perdagangan, jasa, industri; fasilitasi usaha
Siapa saja yang harus bertindak:
Bagaimana Peningkatan Daya Saing:
1. Kepala Daerah: bangun komitmen kebijakan,
bentuk kelembagaan, anggaran dan infrastruktur 2. SKPD: alokasikan sumberdaya untuk inovasi
3. Akademisi: transfer iptek, pendampingan, kerjasama
4. PMasyarakat: partisipasi, kreasi, inisiatif
5. elaku usaha: investasi, fasilitasi, hubungan pasar
32/2004, PP 8/2008
RPJMN/D
INTEGRASI 4 DOKUMENT PENTING
Inovasi dan Teknologi
UU 18/2002: SISNAS P3 IPTEK
UU 17/2007: RPJPN/D 2005-2025
RPJMN 2015-2019
RPJMN 2020-2024 Jakstranas Iptek
2010-2014 Jakstranas Iptek
2015-2019 Jakstranas Iptek
2020-2024 Jakstranas Iptek
2005-2009 Jakstranas Iptek
2000-2004
RPJMN 2010-2014 RPJMN 2004-2009
Renstra K/L dan RPJMD
Rencana Kerja Pemerintah dan Rencana Kerja Pemerintah Daerah
KEBIJ DAN KEPT PERENC
K/L/D/ DAN
PENGANGG R
Infrastructure K/L/D --- (DANA)
SUMBERDAYA MANUSIA
PEMBINAAN UMUM DAN TEHNIS
Aktivitas Pendukung
PENGKAJIAN DAN
PENGEMBAN GAN
TINDAK LANJUT HASIL
Input Ouput
Aktivitas Utama
Gambar Mekanisme Rantai Nilai (Value Chain).
VISI
RKP RKPD
KOORDINASI KOORDINASI
Reposisi BALITBANG Kemendagri & Pemda
Dimensi Kini Akan Datang
Cakupan 1. Reaktif (sesuai permintaan dan kebutuhan komponen/daerah) 2. Memecahkan masalah secara
parsial
3. Statis (kurang kreatif dan inovatif)
4. Berpikir jangka pendek
1. Responsif (memahami tantangan yg dihadapi & menjawab secara komprehensif)
2. Mencari dan memecahkan akar masalah (komprehensif)
3. Transformatif dari waktu ke waktu 4. Berpikir jangka panjang (mampu
menuliskan resep pemerintahan dalam negeri masa depan); (VISI/ARAH)
5. Kreativitas dan inovatif
Kedalaman Menjawab operasionalisasi Kementerian Dalam Negeri saja
Mencari pondasi unsur-unsur pemerintahan dalam negeri yang keindonesiaan
Hubungan Sistem dan Subsistem
Litbang sbg sebuah sistem an sich Litbang sbg sebuah sistem dan menjadi bagian dari sistem lain yg lbh besar
Budaya Organisasi Status quo Pro perubahan
Perspektif 1. Melihat ke dalam (inward looking) 2. Sulit berkembang
3. Internal kelembagaan
1. Melihat ke luar (outward looking) 2. Elit dan membanggakan
3. Eksternal kelembagaan dan globalisasi
Penandatanganan
Peraturan Bersama Menristek dan Mendagri No. 3 Tahun 2012 dan No. 36 Tahun 2012 tentang Penguatan Sistem Inovasi Daerah (SIDa) tanggal 25 April 2012 pada hari puncak peringatan
HARI OTONOMI
ROADMAP PENGUATAN SIDa
1.
KONDISI SIDa SAAT INI;
2.
TANTANGAN DAN PELUANG SIDa;
3.
KONDISI SIDa YANG AKAN DICAPAI;
4.
ARAH DAN KEBIJAKAN SERTA STRATEGI
PENGUATAN SIDa;
5.
FOKUS DAN PROGRAM PRIORITAS SIDa;
6.
RENCANA AKSI PENGUATAN SIDa.
Innovation roadmap
Badan Penelitian dan Pengembangan
Kementerian Dalam Negeri
Penataan Unsur SIDa
2
Pengembangan SIDa
3
SIDa adalah keseluruhan proses dalam satu sistem untuk menumbuhkembangkan inovasi yang dilakukan antarinstitusi pemerintah, pemda, lembaga kelitbangan, lembaga pendidikan,
lembaga penunjang inovasi, dunia usaha, dan masyarakat di daerah
PERATURAN BERSAMA MENRISTEK DAN MENDAGRI NO. 03 TAHUN 2012 & 36 TAHUN
2012
RUANG LINGKUP Penguatan SIDa
Sinergi Kebijakan penguatan SIDa
Badan Penelitian dan Pengembangan
Kementerian Dalam Negeri
PERATURAN BERSAMA MENRISTEK DAN MENDAGRI NO. 03 TAHUN 2012 & 36 TAHUN 2012
BAB II. KEBIJAKAN PENGUATAN SIDa
Pasal 3 Ayat (1) Pasal 5 Ayat (1)
Pasal 3 Ayat (1) & (2) Pasal 5 Ayat (2)
Menteri Negara Riset dan Teknologi bersama Menteri Dalam Negeri menetapkan kebijakan nasional penguatan SIDa.
Kebijakan penguatan SIDa tercantum dalam rencana strategis lima tahunan kementerian.
(1) Gubernur menetapkan
kebijakan penguatan SIDa di provinsi dan kabupaten/kota di wilayahnya.
(2) Bupati/Walikota
menetapkan kebijakan penguatan SIDa di
kabupaten/kota.
Kebijakan penguatan SIDa tercantum dalam:
• Roadmap penguatan SIDa;
• RPJMD; dan
Badan Penelitian dan Pengembangan
Kementerian Dalam Negeri
PERATURAN BERSAMA MENRISTEK DAN MENDAGRI NO. 03 TAHUN 2012 & 36 TAHUN 2012
Pasal 7 Ayat (2) & (3)
Pasal 8 Ayat (2) & (3)
Dalam hal peraturan daerah tentang RPJMD sudah
ditetapkan, pemerintahan daerah provinsi dan
kabupaten/kota melakukan perubahan peraturan daerah yang mengatur tentang RPJMD.
Perubahan peraturan daerah harus mengintegrasikan
Roadmap penguatan SIDa.
Dalam hal peraturan kepala daerah tentang RKPD sudah ditetapkan, kepala daerah
melakukan perubahan peraturan kepala daerah yang mengatur tentang RKPD.
Perubahan peraturan harus
Badan Penelitian dan Pengembangan
Kementerian Dalam Negeri
No Kemenristek Kemendagri Gubernur Walikota/Bupati
1. Menetapkan kebijakan
teknis penguatan SIDa (road map, grand
design, dan action plan) berskala nasional
Menetapkan kebijakan
umum penguatan SIDa (road map, grand
design, dan action plan) berskala nasional
Merumuskan kebijakan inovasi (road map, grand design, dan action plan) berskala provinsi
Merumuskan kebijakan inovasi (road map, grand design, dan action plan) berskala kab/kota
2. Menyusun program dan kegiatan penguatan SIDa secara nasional
Menyusun program dan kegiatan pendampingan penguatan SIDa secara nasional
Menyusun program dan kegiatan penguatan SIDa dlm RPJMD dan RKPD
Menyusun program dan kegiatan penguatan SIDa dlm RPJMD dan RKPD
3. Memfasilitasi
pendampingan teknis pengembangan iptek
Memfasilitasi pemda dalam pelaksanaan SIDa
Melaksanakan litbang, pengkajian, penerapan, perekayasaan, dan
pengoperasian dlm rangka penguatan SIDa provinsi
Melaksanakan litbang, pengkajian, penerapan, perekayasaan, dan pengoperasian dlm rangka penguatan SIDa kab/kota
4. Melakukan peningkatan kapasitas kelembagaan, ketatalaksanaan, SDM, dan SD lainnya
Melakukan pembinaan kelembagaan,
ketatalaksanaan, SDM, dan SD lainnya
Melakukan kerja sama dgn pemda lainnya;
menyiapkan SDM, dan anggaran
Melakukan kerja sama dgn pemda kab/kota lainnya
5. Memberikan dukungan anggaran
Memberikan dukungan anggaran
Membina dan
memfasilitasi pemda kab/kota dlm penguatan SIDa
Menyiapkan SDM, anggaran, sarana dan prasarana lainnya
6. Monitoring dan evaluasi program dan kegiatan penguatan SIDa
Monitoring, supervisi, dan evaluasi program dan kegiatan
pendampingan penguatan SIDa
Monitoring, supervisi, dan evaluasi program dan kegiatan SIDa di provinsi
Monitoring, supervisi, dan evaluasi program dan kegiatan SIDa di kab/kota
Badan Penelitian dan Pengembangan
Kementerian Dalam Negeri
BAB III. PENATAAN UNSUR SIDa
PERATURAN BERSAMA MENRISTEK DAN
MENDAGRI NO. 03 TAHUN 2012 & 36 TAHUN 2012
Penataan Kelembagaan SIDa
Lembaga/organisasi pemerintah, b. pemerintahan
daerah, c. lembaga
kelitbangan, d. lembaga
pendidikan, e. lembaga
penunjang inovasi, f. dunia usaha, dan
Penataan terhadap pemerintahan daerah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 15 ayat (1) huruf b, dilakukan
dengan cara:
Pasal 16 Ayat (2)
a. membentuk BPPD; dan
Badan Penelitian dan Pengembangan
Kementerian Dalam Negeri
BAB V. TIM KOORDINASI
PERATURAN BERSAMA MENRISTEK DAN MENDAGRI NO. 03 TAHUN 2012 & 36 TAHUN 2012
Pengarah : 1.Menteri Negara Riset dan Teknologi 2.Menteri Dalam Negeri
Ketua I : Deputi Bidang Jaringan Iptek Kemenristek Ketua II : Kepala BPP Kemendagri
Sekretaris I : Asisten Deputi Jaringan Iptek Pusat dan Daerah Kemenristek Sekretaris II : Sekretaris BPP Kemendagri
Anggota : Pejabat Struktural/Fungsional di lingkungan Kemenristek dan Kemendagri.
Pengarah : Kepala Daerah Ketua : Sekretaris Daerah Sekretaris : Kepala BPPD
Anggota : 1.Kepala Dinas/Badan/Kantor yang terkait 2.Lembaga/Organisasi lainnya yang terkait
Pasal 31 Tim Koordinasi Nasional terdiri dari:
Tim Koordinasi Nasional ditetapkan dengan Keputusan Menteri Riset dan Teknologi.
Pasal 34 Tim Koordinasi Tingkat Provinsi dan Kabupaten/Kota terdiri dari:
Implikasi kebijakan (PerBer) penguatan SIDa di masing-masing daerah berbeda berdasarkan lima kelompok
tindakan, sebaga berikut:
1. Komitment: Daerah telah melengkapi semua dokumen kebijakan
penguatan SIDa sesuai arahan dan amanat Peraturan Bersama Menteri Riset dan Teknologi dengan Menteri Dalam Negeri.
2. Pemetaan terhadap potensi dan kebutuhan: Daerah
memetakan potensi dan kebutuhan terhadap penguatan SIDa baik sumber daya, aktor, dan produk hukum kebijakan penguatan SIDa;
3. Karakteristik “Khas” Daerah: masing-masing daerah telah
memasukkan produk-produk unggulan daerah sebagai kondisi
SIDa yang ada, (Berdasarkan Keputusan Menteri dalam Negeri Nomor
050.05/30 Bangda tanggal 7 Januari 1999 produk unggulan suatu daerah);
4. Penyusunan Strategi: dokumen SIDa dapat dijadikan
peningkatan kapasitas kelembagaan kelitbangan sebagai prioritas dalam dokumen penguatan SIDa; dan
5. Keberlanjutan: dokumen penguatan SIDa dapat memasukkan
mekanisme proses pembinaan dan pengawasan atas
PEMBINAAN PENYELENGGARAAN PEMDA Pemerintahan antarsusunan Pemerintahan
Pemberian Pedoman dan Standar Pelaksanaan Urusan Pemerintahan
Bimbingan, Supervisi, dan
Konsultasi
Pelaksanaan Urusan Pemerintahan
Perencanaan, Litbang, Pemantauan, dan Evaluasi Pelaksanaan Urusan Pemerintahan
Pendidikan dan
Pelatihan
Badan Penelitian dan Pengembangan
Kementerian Dalam Negeri
PEMBINAAN PENYELENGGARAAN PEMDA
Badan Penelitian dan Pengembangan
Kementerian Dalam Negeri
ARAH KEBIJAKAN KELITBANGAN KEMDAGRI DAN PEMDA
PP No 79/2005 Pasal 2 Ayat 1
Koordinasi Pemerintahan antarsusunan Pemerintahan
Pemberian Pedoman dan Standar Pelaksanaan Urusan Pemerintahan
Bimbingan, Supervisi, dan Konsultasi Pelaksanaan Urusan Pemerintahan
Pendidikan dan Pelatihan
SURAT EDARAN MENDAGRI NOMOR 070/38/SJ TERTANGGAL 5 JANUARI 2011 PERIHAL OPTIMALISASI PERAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN BIDANG PDN DI LINGKUNGAN KEMENDAGRI DAN
PEMDA
•MENGOPTIMALKAN DAN MENINGKATKAN KAPASITAS SKPD YANG MELAKUKAN FUNGSI LITBANG (SDM, PEMBIAYAAN, SARANA/PRASARANA DAN RENCANA PROGRAM DAN KEGIATAN)
•MEMBERDAYAKAN DAN MENINGKATKAN PERAN SKPD FUNGSI LITBANG; (DAPUR KEBIJAKAN ATAU THIINK TANK)
PENGUATAN KELEMBAGAAN
•PEMETAAN KEBUTUHAN PERUMUSAN KEBIJAKAN TEKNIS PADA SETIAP ORGANISASI PERANGKAT DAERAH (OPD);
•MENFOKUSKAN KEGIATAN LITBANG DI BIDANG PEMERINTAHAN DALAM NEGERI DAN PEMDA;
•MERUMUSKAN SISTEM DAN PROSEDUR PENGELOLAAN LITBANG SATU PINTU;
•MEMANFAATKAN HASIL PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN YANG DIKELOLA UNIT KERJA LITBANG DAN DAERAH DAN DILUAR PEMDA.
PERBAIKAN SUBSTANSI (PENYEMPURNAAN SISTEM DAN PROSEDUR)
•MENJAMIN KETERSEDIAAN TENAGA FUNGSIONAL PENELITI SECARA KUALITAS DAN KUANTITAS;
•MENETAPKAN DAN MENERAPKAN STANDARD PROFESIONALISME LITBANG;
•MENJAMIN KETERSEDIAAN PEMBIAYAAN KEGAITAN LITBANG;
•MENINGKATKAN SARANA DAN PRASARANA;
•MEMAKSIMALKAN SARANA PENUJANG SEPERTI ONLINE SYSTEM TECHNOLOGI;
•MELAKUKAN ANALISIS KEBUTUHAN LITBANG/ MENYUSUN GRAND DESINGN DAN ROADMAP LITBANG.
Badan Penelitian dan Pengembangan
Kementerian Dalam Negeri
KEWENANGAN DAN TANGGUNG JAWAB
BPP KEMENDAGRI BPP PROVINSI BPP KAB/KOTA
Kelitbangan Pemerintahan Dalam Negeri di Lingkungan Kemendagri
Merupakan Kewenangan dan Tanggungjawab BPP Kemendagri
Kelitbangan Pemerintahan Daerah Provinsi merupakan kewenangan dan
tanggung jawab BPP Provinsi atau Sebutan Lainnya atau Lembaga yang menyelenggarakan fungsi Kelitbangan
Kelitbangan Pemerintahan Daerah Kab/Kota merupakan kewenangan dan tanggung jawab
BPP Kab/Kota atau sebutan lainnya atau Lembaga yang
menyelenggarakan fungsi Kelitbangan
a. Pemerintahan Umum b. Desentralisasi & Otda
c. Adm. dan Manajemen Pemda serta desa
d. Kesbangpol
e. Penataan Daerah & Wilayah f. Kependudukan & Catatan Sipil g. Pemdes & Pemmas
h. Pengelolaan Pembangunan Daerah
i. Pengelolaan Keuangan Daerah
j. Diklat Sumberdaya Manusia
Aparatur
k. Kebijakan Penyelenggaraan Pemdagri
l. Koordinasi Sektoral di daerah
m. Binwas
n. Bidang Pemerintahan DN Lainnya
a. Pemerintahan Umum b. Otonomi Provinsi
c. Adm. dan Manajemen Pemprov d. Kesbangpol Lokal
e. Penataan Wilayah
f. Kependudukan & Catatan Sipil g. Pemdes & Pemmas
h. Pengelolaan Pembangunan Daerah
i. Pengelolaan Keuangan Daerah
j. Diklat Sumberdaya Manusia Aparatur
k. Kebijakan Penyelenggaraan Pemprov
l. Koordinasi Sektoral di daerah
m. Binwas
n. Bidang Pemerintahan DN Lainnya
a. Pemerintahan Umum b. Otonomi Kab/Kota c. Adm. dan Manajemen
Pemerintah Kab/Kota d. Kesbangpol Lokal e. Penataan Wilayah
f. Kependudukan & Catatan Sipil g. Pemdes & Pemmas
h. Pengelolaan Pembangunan Daerah
i. Pengelolaan Keuangan Daerah
j. Diklat Sumberdaya Manusia
Aparatur
k. Kebijakan Penyelenggaraan Pemkab/Kota
l. Koordinasi Sektoral di daerah
m. Binwas
n. Bidang Pemerintahan DN Lainnya
BAB III Pasal 4 s/d 6
Badan Penelitian dan Pengembangan
Kementerian Dalam Negeri
TUGAS
a. Menyusun Kebijakan Teknis, rencana, & program kelitbangan di lingkungan Kemendagri & Pemda
b. Melaksanakan Kelitbangan di
Lingkungan Kemendagri c. Mengkoordinasikan
Kelitbangan di lingkungan Kemendagri, Prov, dan Kab/Kota
d. Membina BPP Prov dan BPP Kab/Kota
e. Memberikan Fasiltasi BPP Prov dan BPP Kab/Kota f. Memberikan rekomendasi
regulasi dan kebijakan kpd Mendagri dan unit Es. I di lingkungan
Kemendagri
a. Menyusun Kebijakan Teknis, rencana, & program kelitbangan di lingkungan Pemprov & Pemkab/Kota
b. Melaksanakan Kelitbangan di
Lingkungan Provinsi c. Mengkoordinasikan
Kelitbangan di lingkungan Prov, dan Kab/Kota
d. Membina BPP Kab/Kota e. Memberikan Fasiltasi BPP
Kab/Kota
f. Memberikan rekomendasi regulasi dan kebijakan kpd Gubernur dan SKPD di lingkungan Provinsi
a. Menyusun Kebijakan Teknis, rencana, & program kelitbangan di lingkungan Pemkab /Kota
b. Melaksanakan & Mengkoordinasikan Kelitbangan di Kab/Kota c. Memberikan
rekomendasi regulasi dan kebijakan kpd Bupati/Walikota dan SKPD di lingkungan Provinsi
BAB IV
Pasal 7PERMENDAGRI NO. 20 TAHUN 2011
MAJELIS PERTIMBANGAN 1.Bupati/Walikota
2.Pjbt. Struktural Es. II & Es III
3.Tenaga Ahli/Pakar/Profesi bidang-bidang lainnya
TIM PENGENDALI MUTU
1. Kepala BPP Kab/Kota atau sebutan lainnya atau lembaga yg menyelenggarakan fungsi kelitbangan
2. Pejabat Struktural di Ling. BPP Kab/Kota atau sebutan lainnya atau lembaga yg menyelenggarakan fungsi kelitbangan 3. Tenaga Ahli/Pakar/Profesi bidang-bidang
lainnya TIM FASILITASI
1. Sekretaris BPP Kab/Kota atau sebutan lainnya atau lembaga yg menyelenggarakan fungsi kelitbangan
2. Kabag Litbang di Ling. BPP Kab/Kota atau sebutan lainnya atau lembaga yg
menyelenggarakan fungsi kelitbangan 3. Pejabat Struktural Es. IV di Ling. BPP
Kab/Kota atau sebutan lainnya atau lembaga yg mnylnggrkan fungsi kelitbangan
4. Tenaga Ahli/Pakar/Profesi bidang-bidang lainnya
TIM PELAKSANA
1.Pejabat Fungsional Peneliti/Prkyasa 2.Pejabat Struktural
3.Tenaga Ahli/Pakar/Profesi bidang-bidang lainnya
Badan Penelitian dan Pengembangan Kementerian Dalam Negeri
PENGORGANISASIAN
BAB V
Pasal 8 s/d 22PERMENDAGRI NO. 20 TAHUN 2011
BALITBANG KEMENDAGRI
MAJELIS PERTIMBANGAN
1. Menteri Dalam Negeri
2. Pejabat Struktural Es. I
3. Tenaga Ahli/Pakar/Profesi
bidang-bidang lainnya
TIM PENGENDALI MUTU
1. Kepala BPP Kemendagri
2. Pejabat Struktural Es. II di Ling. BPP Kemendagri
3. Tenaga Ahli/Pakar/Profesi
bidang-bidang lainnya
TIM FASILITASI
1. Sekretaris BPP
Kemendagri
2. Kepala Pusat Litbang
3. Pejabat Struktural Es. III dan Es. IV
4. Tenaga Ahli/Pakar/Profesi
bidang-bidang lainnya
TIM PELAKSANA
1. Pejabat Fungsional
Peneliti/Perekayasa
2. Pejabat Struktural
3. Tenaga Ahli/Pakar/Profesi
bidang-bidang lainnya
MAJELIS PERTIMBANGAN 1. Gubernur
2. Pjbt. Struktural Es. I & Es II
3. Tenaga Ahli/Pakar/Profesi bidang-bidang lainnya
TIM PENGENDALI MUTU
1. Kepala atau sebutan lainnya
2. Pejabat Struktural di Ling. BPP Prov. atau lembaga sebutan lainnya yg menyelenggarakan fungsi kelitbangan 3. Tenaga Ahli/Pakar/Profesi bidang-bidang
lainnya TIM FASILITASI
1. Sekretaris BPP Prov. atau sebutan lainnya yg mnylnggrkan fungsi kelitbangan
2. Kabag Litbang di Ling. BPP Prov. atau lembaga sebutan lainnya yg
mnylnggrkan fungsi kelitbangan 3. Pejabat Struktural Es. IV di Ling. BPP
Prov. atau lembaga sebutan lainnya yg mnylnggrkan fungsi kelitbangan
4. Tenaga Ahli/Pakar/Profesi bidang-bidang lainnya
TIM PELAKSANA
1. Pejabat Fungsional Peneliti/Prkyasa 2. Pejabat Struktural
3. Tenaga Ahli/Pakar/Profesi bidang-bidang lainnya
BALITBANG PROVINSI
Badan Penelitian dan Pengembangan
Kementerian Dalam Negeri
Kegiatan Kelitbangan Model
Satu Pintu
Kegiatan kelitbangan dari luar harus melibatkan BALITBANG/DA
BALITBANG mengoordinasikan progran kelitbangan di lingkungan pemda masing-masing
SKPD msh bisa melaksanakan kegiatan kelitbangan yg bersifat khusus dgn melibatkan lembaga litbang
Kegiatan kelitbangan harus melibatkan lembaga yg mempunyai tupoksi substansi tertentu
KESIMPULAN
1.
BAHWA SISTEM INOVASI DAERAH AKAN LEBIH
SUSTAIN
DAN
BERKEMBANG
BILAMANA
TEKNOLOGI DAN SOCIO INSTITUTIONAL DALAM
MASYARAKAT DAPAT SECARA TERINTEGRASI,
ARTINYA MASYARAKAT IKUT SERTA SEBAGAI
PELAKU DALAM PROSES SIDa DIMAKSUD;
2.
BAHWA PENGUATAN BALITBANGDA DAPAT
LEBIH EFEKTIF BILAMANA PEMERINTAH PUSAT
DAN DAERAH DALAM MELAKSANAKAN LITBANG
DI LAPANGAN LEBIH KOORDINATIF UNTUK
LANGKAH
“
POLICY
IS
BASED
ON
PERLU INTERVENSI & FASILITASI YG KUAT DARI
PENYELENGGARA PEMERINTAHAN, BAIK PUSAT MAUPUN DAERAH, MELALUI UPAYA2 :
MENDUDUKKAN TUPOKSI PENYELENGGARAAN LITBANG SECARA TEGAS KPD BADAN LITBANG.
ALOKASI ANGGARAN SECARA MEMADAI BAGI PENYELENGGARAAN KEGIATAN KELITBANGAN. FASILITASI KEBIJAKAN PEMERINTAH UTK
EFISIENSI PROSES DLM RGK KEMUDAHAN PENYEDIAAN JABFUNGLIT.
PENGEMBANGAN POLA2 JARLIT SECARA TERPADU (LINTAS SEKTOR)
TERIMA KASIH DAN MOHON
MAAF
Badan LitBang Kemendagri