• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

F. Instrumen Penelitian

Alat yang digunakan untuk memperoleh data disebut instrumen penelitian. Instrumen yang digunakan pada penelitian ini yaitu tes hasil

belajar fisika, yang diperoleh dari hasil pretest dan posttest, yang digunakan

untuk mengukur sejauh mana siswa menguasai materi sebelum dan sesudah

menggunakan strategi pembelajaran think-talk-write. Sedangkan instrumen

TAHAP AKHIR 1. Pembahasan hasil

penelitian

2. Penarikan Kesimpulan

Tes Awal (Pretest)

Pembelajaran konvensional

Kelompok Eksperimen Kelompok Kontrol

Tes Awal (Pretest)

Penerapan Strategi TTW Tes Akhir (Posttest) Tes Akhir (Posttest) Analisis Uji Statistik

penunjang penelitian menggunakan instrumen non tes berupa lembar observasi siswa selama pembelajaran berlangsung.

1. Instrumen Tes

Instrumen tes yang digunakan dalam penelitian ini adalah tes tertulis dalam bentuk pilihan ganda sebanyak 20 soal dengan 5 alternatif jawaban (a, b, c, d, e). Skor yang digunakan adalah satu (1) untuk tiap butir soal yang dijawab dengan benar dan nol (0) untuk tiap butir soal yang hasil jawabannya salah.

Instrumen yang digunakan dalam pretest dan posttest ini yaitu tes yang

berupa soal penguasaan konsep yang disusun dengan bimbingan dosen

pembimbing kemudian dilakukan judgement oleh dua orang dosen Jurusan

Pendidikan Fisika UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dan seorang guru mata

pelajaran Fisika di SMA Negeri 3 Rangkasbitung. Soal pretest dan posttest

diujikan di kelas selain kelas eksperimen yang masih dalam populasi penelitian. Mengingat pentingnya kualitas alat pengambil data maka instrumen yang digunakan harus baik, sehingga data yang diperoleh adalah data yang sebenarnya. Untuk itu perlu adanya uji validitas, reliabilitas, daya pembeda dan tingkat kesukaran terhadap instrumen yang digunakan.

1) Validitas Butir Soal Instrumen

Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat kevalidan atau kesahihan suatu instrumen yang digunakan dalam penelitian. Sebuah instrumen dapat dikatakan valid apabila mampu mengukur sesuatu yang diinginkan dan dapat mengungkapkan data yang diteliti dengan tepat. Nilai validitas untuk masing-masing soal yang telah diujikan dapat ditentukan

dengan menentukan koefisien korelasi point biserialsebagai berikut: 8

q p SD M M t t p = pbi r

dimana:

rpbi = indeks point biserial

Mp = Mean (rata-rata) skor yang dijawab betul oleh testee (peserta

tes) pada butir soal yang sedang dicari korelasinya dengan tes secara keseluruhan.

Mt = Mean (rata-rata) skor yang dijawab salah oleh testee (peserta

tes) pada butir soal yang sedang dicari korelasinya dengan tes secara keseluruhan.

SDt = Deviasi standar skor total.

p = proporsi testee yang menjawab betul terhadap butir soal yang

sedang diuji validitasnya.

q = proporsi testee yang menjawab salah terhadap butir soal yang

sedang diuji validitasnya.

Tabel 3.2 Interpretasi Validitas Butir Soal9

Nilai rpbi Interpretasi Validitas

0,800 - 1,00 Sangat tinggi

0,60 - 0,799 Tinggi

0,40 - 0,599 Cukup

0,20 - 0,399 Rendah

0,00 - 0,20 Sangat rendah

Berdasarkan hasil perhitungan, diperoleh data bahwa dari 35 soal yang diujicobakan terdapat 21 soal yang dinyatakan valid, nilai yang

didapat dari 21 butir soal yang valid yaitu sebesar 0.44.10 Diantara 21 soal

yang valid ini selanjutnya akan disaring kembali berdasarkan kriteria

lainnya untuk dapat digunakan dalam penelitianini.

9

Riduwan, Belajar Mudah Penelitian untuk Guru-Karyawan dan Peneliti Pemula,

(Bandung: Alfabeta, 2007), h.7

10

2) Reliabilitas Instrumen

Reliabilitas adalah kestabilan skor yang diperoleh dengan melakukan tes terhadap orang yang sama ketika diuji ulang dengan tes yang sama pada situasi berbeda. Nilai reliabilitas diperoleh dengan menentukan koefisien reliabilitas tes. Salah satu cara yang dapat digunakan untuk

menunjukkan reliabilitas suatu instrumen tes adalah teknik belah dua.11

Dalam teknik ini, tes yang telah diberikan dibagi menjadi dua bagian. Kemudian tiap-tiap bagian diberikan skor secara terpisah. Terdapat dua prosedur yang dapat digunakan untuk membelah menjadi dua bagian sebuah tes, yaitu:

a. Prosedur Ganjil-Genap. Pelaksanan prosedur ini adalah seluruh butir

soal tes yang bernomor ganjil dikumpulkan menjadi satu kelompok, begitu pula dengan butir soal yang bernomor genap.

b. Prosedur secara random (acak).

Untuk mencari reliabilitas seluruh tes digunakan rumus Spearman

Brown sebagai berikut:12

dimana:

rn = koefisien korelasi seluruh tes

N = perbandingan antara panjang tes secara keseluruhan dengan

panjang tes yang dikorelasikan

r1 2 = koefisien korelasi antara sebagian tes dengan bagian tes

lainnya

Metode yang digunakan dalam perhitungan reliabilitas ini adalah metode ganjil-genap. Berdasarkan perhitungan tersebut diperoleh bahwa

11Wayan Nurkancana dan P.P.N. Sumartana, Evaluasi Pendidikan Cet. IV (Surabaya: Usaha Nasional, 1986), h.132 .

12

nilai reliabilitas instrumen tes ini adalah 0,898 atau 0,90.13 Nilai ini termasuk kategori tinggi. Oleh karena itu, dapat disimpulkan instrumen ini layak untuk digunakan dalam penelitian ini.

Tabel 3.3 Interpretasi Reliabilitas Soal14

Nilai r11/12 Interpretasi Reliabilitas

0,90 ≤r11 1,00 Sangat tinggi 0,70 ≤r11 < 0,90 Tinggi 0,40 ≤r11 < 0,70 Sedang 0,20 ≤r11< 0,40 Rendah r11< 0,20 Sangat rendah 3) Tingkat Kesukaran

Tingkat kesukaran suatu butir soal adalah proporsi dari keseluruhan siswa yang menjawab benar pada butir soal tersebut. Tingkat kesukaran

dapat diperoleh dengan persamaan sebagai berikut:15

Keterangan:

P = indeks kesukaran

B = banyaknya siswa yang menjawab soal dengan benar

Js = jumlah seluruh siswa

Interpretasi yang lebih rinci mengenai nilai-nilai tk dibagi ke dalam

kategori-kategori sebagai berikut:

13

Perhitungan lengkap dapat dilihat pada lampiran A.1.4.

14

Riduwan. Op. Cit., h. 8.

Tabel 3.4 Interpretasi Tingkat Kesukaran16

Nilai P Interpretasi Tingkat

Kesukaran

0,00 < P ≤ 0,30 Sukar

0,30 < P ≤ 0,70 Sedang

0,70 < P< 1,00 Mudah

Dari hasil perhitungan tingkat kesukaran, terdapat 14 butir soal termasuk kategori sukar, 16 butir soal termasuk kategori sedang, dan 5

butir soal termasuk kategori mudah.17

4) Daya Pembeda

Daya pembeda butir soal adalah kemampuan suatu soal untuk membedakan siswa yang pandai (berkemampuan tinggi) dengan siswa

yang kurang pandai (berkemampuan rendah).18 Uji coba soal dilakukan

terhadap jumlah sampel yang akan diteliti, sehingga kelompok atas dan kelompok bawah diperoleh dengan membagi dua jumlah siswa sama besar.

Persamaan daya pembeda soal sebagai berikut:19

Keterangan:

DP = daya pembeda

BA = banyaknya peserta kelompok atas yang menjawab soal dengan benar BB = banyaknya peserta kelompok bawah yang menjawab soal dengan

benar

JA = banyaknya peserta kelompok atas JB = banyaknya peserta kelompok bawah

16

Riduwan. Op Cit, h. 8.

17

Perhitungan lengkap dapat dilihat pada lampiran A.1.5.

18

Suharsimi Arikunto, Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan, (Jakarta: PT Bumi Aksara. 2008), Cet ke-8, edisi Revisi. h. 211.

interpretasi yang lebih rinci mengenai nilai-nilai DP dibagi ke dalam kategori-kategori sebagai berikut:

Tabel 3.5 Interpretasi Daya Pembeda Soal20

Nilai dp Interpretasi Daya

Pembeda Soal 0,70 < dp ≤ 1,00 Sangat baik 0,40 < dp≤ 0,70 Baik 0,20 < dp≤ 0,40 Cukup 0,00 < dp≤ 0,20 Jelek dp = 0,00 Sangat jelek

Berdasarkan hasil perhitungan daya pembeda soal, diperoleh data dengan kategori baik sekali sebanyak 5 butir soal, kategori baik sebanyak 15 butir soal, kategori cukup sebanyak 2 butir soal, kategori jelek 9 butir soal, dan

kategori sangat jelek (drop) sebanyak 4 butir soal.21

2. Instrumen Non tes

Instrumen non tes dalam penelitian ini yaitu lembar observasi. Dalam penelitian kuantitatif, instrumen observasi lebih sering digunakan sebagai alat pelengkap instrumen lain. Observasi pada penelititan ini dilakukan untuk mengetahui aktivitas siswa kelompok eksperimen selama proses pembelajaran, yaitu sebanyak 2 kali pertemuan. Lembar observasi disusun berdasarkan kajian teori yang dilakukan oleh peneliti.

Dokumen terkait