• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh strategi pembelajaran think-talk write (TTW) tehadap hasil belajar fisika siswa : kuasi eksperimen di SMA Negeri 3 Rangkasbitung

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Pengaruh strategi pembelajaran think-talk write (TTW) tehadap hasil belajar fisika siswa : kuasi eksperimen di SMA Negeri 3 Rangkasbitung"

Copied!
103
0
0

Teks penuh

(1)

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh

Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd.) Pada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta

Oleh :

MAESAROH 105016300602

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN FISIKA

JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

(2)
(3)

Pendidikan Fisika, Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Alam, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, 2010.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh strategi pembelajaran

Think-Talk-Write (TTW) terhadap hasil belajar fisika siswa. Penelitian ini dilakukan di SMA Negeri 3 Rangkasbitung tahun pelajaran 2009/2010. Metode penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah eksperimen semu dengan

desain pretest-posttest control group design. Pengambilan sampel dilakukan

menggunakan teknik purposive sampling, siswa kelas XI IPA 2 sebagai kelompok

eksperimen yang menggunakan strategi pembelajaran TTW, dan siswa kelas XI IPA 1 sebagai kelompok kontrol yang tidak menggunakan strategi TTW (menggunakan pembelajaran konvensional/ demonstrasi). Instrumen penelitian yang digunakan adalah instrumen tes berupa soal-soal pilihan ganda dan instrumen nontes berupa lembar observasi aktivitas siswa pada kelompok eksperimen. Data hasil pengujian instrumen tes dianalisis menggunakan analisis

statistik berupa uji perbandingan skor posttest kedua kelompok yaitu dengan

menggunakan uji-U, sedangkan data hasil instrumen nontes dianalisis menggunakan analisis deskriptif, yang bertujuan untuk mendeskripsikan aktivitas siswa pada kelompok yang diberi perlakuan dengan strategi pembelajaran TTW (kelompok eksperimen). Berdasarkan hasil perhitungan menggunakan uji-U pada

taraf signifikansi 95% (α = 0,005), didapatkan Uhitung lebih besar dari Utabel yaitu

16,5 > 7, sehingga hipotesis nol (H0) diterima dan hipotesis alternatif (Ha) ditolak,

maka dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat pengaruh yang signifikan

penerapan strategi pembelajaran Think-Talk-Write (TTW) terhadap hasil belajar

fisika siswa, sedangkan hasil perhitungan instrumen non tes yang menggunakan analisis deskriptif diperoleh hasil observasi aktivitas siswa pada aspek TTW mencapai rata-rata 46,67% yang termasuk dalam kategori sedang.

Kata kunci: strategi pembelajaran Think-Talk-Write (TTW), hasil belajar fisika

siswa.

(4)

Thesis, Program Study of Physics Education, Majors of Natural Sciences Education, Faculty of Tarbiya and Teaching Sciences, State Islamic University Syarif Hidayatullah Jakarta, 2010.

The aim of this research was to find out the influence of think-talk-write (TTW) learning strategy against the results of learning physics students. This research was done at State Senior High School 3 Rangkasbitung periode 2009/2010. The method used in this research was quasi-experimental and pretest - posttest control group design. The sample in this research was taken by using purposive sampling technique, the student of class XI IPA 2 as a group experiment tahat used TTW learning strategy, and student of class XI IPA 1 as a group control that did not used TTW learning strategy (used conventional learning/ demonstration). Instruments were used are test instrument that is multipple choises and non-test instrument that is observational sheet. Data that was got from test instrument will be analyzed by comparison statistical test (U-test), that is comparison between posttest result both of groups, in other side data that is got from observational sheet was analyzed used description analysis and be used to describe student activity in a group which used TTW learning strategy (group of experiment). Based on result of analysis U-test at tehe level of signification 95% (α = 0,05), can be seen that Uvalue greater thanUtable were 16,5

> 7, with the result that zero hypothesis (H0) was accepted and alternative

hypothesis (Ha) was refused, that be concluded that were not influence significant

of TTW learning strategy against the results of learning physics students, where as analysis result of non-test instrument that used description analysis could be showed that the result of observational student activity on aspect of TTW got in average 46,67%, it was included enough category.

Keywords: Think-Talk-Write (TTW) Learning Strategy, Results of Learning Physics Students.

(5)

nikmat dan karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Shalawat dan

salam semoga tetap tercurahkan kepada baginda Nabi Muhammad SAW, yang

telah menghubungkan ke jalan yang benar, semoga rahmat dan kesejahteraan

senantiasa terlimpahkan kepada Beliau dan kepada Nabi-nabi lain serta keluarga

dan orang-orang yang saleh.

Skripsi ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh penerapan strategi

pembelajaran Think-Talk-Write (TTW), sehingga strategi TTW dapat

diaplikasikan oleh guru dalam proses pembelajaran fisika. Dengan asumsi

tersebut, maka terlaksanalah penelitian ini, walaupun dengan segala keterbatasan

dan kekurangannya.

Apresiasi dan ucapan terima kasih yang setinggi-tingginya penulis

sampaikan kepada semua pihak yang telah berpartisipasi dalam penelitian ini.

Secara khusus, apresiasi dan ucapan terima kasih tersebut disampaikan kepada:

1. Bapak Prof. Dr. Dede Rosyada, M.A., Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan

Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Ibu Baiq Hana Susanti, M.Sc., Ketua Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan

Alam.

3. Ibu Erina Hertanti, M.Si., Ketua Program Studi Pendidikan Fisika.

4. Bapak Dr. Sujiyo Miranto, M.Pd., Dosen Pembimbing I dan Ibu Diah

Mulhayatiah, M.Pd., Dosen Pembimbing II yang telah membimbing dan

mengarahkan penulis dalam penulisan skripsi ini.

5. Bapak Drs. H. Ika Santika, Kepala SMAN 3 Rangkasbitung, dan Ibu

Sembertina Marpaung, S.Pd., guru mata pelajaran Fisika, serta Siswa-siswi

kelas XI-IPA1 dan XI-IPA 2 SMAN 3 Rangkasbitung angkatan 2009-2010,

yang telah memberikan izin dan membantu penulis dalam melakukan

penelitian.

(6)

7. Ayahanda Bai Sobari dan ibunda Ijoh Johariah orangtua keduaku (mertua),

terimakasih atas segala pengertiannya.

8. Suamiku tercinta Indra Winata, yang telah memberikan banyak dukungan,

baik moril maupun materiil, yang bersedia ditinggal dan jarang bersama demi

mengejar cita-citaku. Sungguh, dirimu sangat berarti bagiku, semoga

keikhlasanmu menjadi tiket menuju surga. Amin. Ayah, I Love U forever.

9. Putraku, Muhammad Alif Muhaiyaddeen, yang sering ditinggal bersama

Neneknya, karena batas akhir waktu skripsi yang membayangi di ujung mata.

Moga kau mengerti bagaimana perjuangan ibu menuntut ilmu demi masa

depan kita semua, khususnya untukmu putraku.

10.Kakak-kakakku, Nurfan Anwar, Ali Mu’min, serta adik-adikku Eri Nuryanah,

Ahmad Rusdani, dan Ahmad Said Hamzah, juga kepada Uwa Dini, Bi Ati,

Mang Lux, Mang Agung terimakasih atas dukungan dan kesediaannya

menemani de’ Alif main dan belajar saat t’Ya sedang tidak beradadi rumah.

11.Teman-teman seperjuangan di program studi pendidikan fisika UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta angkatan 2005 khususnya Ima Nurmilah Syam, M.

Nuruddin, Hayatunnufus, Ade Yusman, Iceu Nururrohmah, serta

teman-teman kosan Ceria (Wiwi, Yeyen, dkk.), Himpunan Mahasiswa Banten

(HMB), terimakasih atas canda tawa riang di hari-hari yang melelahkan,

kebersamaan selama 5 tahun berteman, suka duka kita hidup jadi mahasiswa

dan anak kos-kosan akan menjadi kenangan di masa depan.

Penulis menyadari masih banyak kekurangan dan keterbatasan dalam

penulisan skripsi ini, untuk itu saran yang membangun dari berbagai pihak sangat

penulis harapkan. Penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi

semua pihak terutama bagi para pengembang pendidikan dalam rangka

meningkatkan kualitas pembelajaan fisika di sekolah.

Ciputat, Juni 2010 Penulis

(7)

ABSTRACT ... ii

KATA PENGANTAR... iii

DAFTAR ISI... vi

DAFTAR TABEL ... ix

DAFTAR GAMBAR... x

DAFTAR LAMPIRAN ... xi

BAB I PENDAHULUAN... 1

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Identifikasi Masalah... 4

C. Pembatasan Masalah... 4

D. Perumusan Masalah ... 5

E. Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 5

BAB II KAJIAN TEORITIS, KERANGKA PIKIR, DAN HIPOTESIS PENELITIAN ... 6

A. Kajian Teoritis ... 6

1. Pembelajaran Konstruktif... 6

2. Pembelajaran Kooperatif ... 8

3. Strategi Pembelajaran Think-Talk-Write ... 9

4. Hasil Belajar Fisika ... 17

a) Definisi Belajar ... 18

b)Hakikat Belajar Fisika ... 19

c)Hasil Belajar Fisika ... 20

B. Hasil Penelitian Relevan ... 25

C. Kerangka Pikir ... 27

D. Hipotesis Penelitian ... 29

BAB III METODOLOGI PENELITIAN ... 30

A. Waktu dan Tempat Penelitian ... 30

B. Metode dan Desain Penelitian... 30

(8)

F. Instrumen Penelitian ... 34

1. Instrumen Tes ... 35

1) Validitas butir Soal Instrumen ... 35

2) Reliabilitas Instrumen ... 37

3) Tingkat Kesukaran ... 38

4) Daya Pembeda ... 39

2. Instrumen Non Tes ... 40

G. Teknik Analisis Data... 40

1. Teknik Analisis Data Tes Hasil Belajar ... 41

a. Signifikansi Penilaian Hasil Belajar ... 41

b. Uji Prasyarat Analisi Data ... 41

1) Uji Normalitas ... 42

2) Uji Homogenitas ... 42

c. Pengujian Hipotesis ... 43

2. Teknik Analisi Data Hasil Observasi ... 45

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN... 47

A. Hasil Penelitian ... 47

1. Hasil Pretest Kelompok Eksperimen dan Kontrol ... 47

2. Hasil Posttest Kelompok Eksperimen dan Kontrol... 48

3. Data N-Gain Kelompok Eksperimen dan Kontrol ... 50

B. Pengujian Persyaratan Analisis Data ... 51

1. Uji Normalitas Pretest dan Posstest... 51

2. Uji Homogenitas Pretest dan Posstest. ... 52

C. Hasil Pengujian Analisis Data Hasil Belajar... 53

D. Hasil Analisis Data Observasi Aktivitas Siswa ... 55

E. Pembahasan... 55

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 59

A. Kesimpulan ... 59

(9)
(10)

Tabel 3.2 Interpretasi Validitas Butir Soal ... 36

Tabel 3.3 Interpretasi Reliabilitas Instrumen ... 38

Tabel 3.4 Interpretasi Tingkat Kesukaran ... 39

Tabel 3.5 Interpretasi Daya Pembeda Instrumen ... 40

Tabel 4.1 Analisis Deskriptif Hasil Belajar Kelompok Eksperimen dan Kontrol ... 49

Tabel 4.2 Kategori Skor N-Gain Siswa Berdasarkan Hasil Pretest dan Posttest... 51

Tabel 4.3 Hasil Uji Normalitas Pretest-Posttest Kelompok Eksperimen dan Kontrol ... 51

Tabel 4.4 Hasil Uji Homogenitas Pretest dan Posttest ... 52

Tabel 4.5 Uji Hipotesis Hasil Pretest ... 53

Tabel 4.6 Uji Hipotesis Hasil Posttest... 54

Tabel 4.7 Data Hasil Observasi Aktivitas Siswa ... 55

(11)

Gambar 2.2 Bagan Kerangka Pikir Penelitian ... 29

Gambar 3.1 Alur Prosedur Penelitian ... 34

Gambar 4.1 Diagram Batang Hasil Pretest Kelompok Eksperimen

dan Kontrol ... 47

Gambar 4.2 Diagram Batang Hasil Posttest Kelompok Eksperimen

dan Kontrol ... 58

(12)

Lampiran A Instrumen Tes dan Non Tes

Lampiran A.1 : Instrumen Tes (Hasil Belajar)

A.1.1 Kisi-kisi Instrumen Tes (Hasil Belajar)

A.1.2 Soal Uji Coba Instrumen Tes + Kunci Jawaban

A.1.3 Perhitungan Uji Validitas Instrumen Tes

A.1.4 Perhitungan Uji Reliabilitas Instrumen Tes

A.1.5 Perhitungan Taraf Kesukaran Instrumen Tes

A.1.6 Perhitungan Daya Pembeda

A.1.7 Rekapitulasi Hasil UJi Coba Instrumen Tes

A.1.8 Data mentah Hasil Pretest siswa kelas Eksperimen

A.1.9 Data mentah Hasil Posttest siswa kelas Eksperimen

A.1.10 Data mentah Hasil Pretest siswa kelas Kontrol

A.1.11 Data mentah Hasil Posttest siswa kelas Kontrol

Lampiran A.2 : Instrumen Non Tes

A.2.1 Instrumen non Tes Yang Dipakai Dalam Penelitian

A.2.2 Data Hasil Observasi TTW

Lampiran B Perangkat Pembelajaran

Lampiran B.1 : Silabus Pembelajaran Fisika Bab Fluida

Lampiran B.2 : Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Kelompok Eksperimen

1. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Pertemuan 1

2. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Pertemuan 2

3. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Pertemuan 3

Lampiran B.3 : Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Kelompok Kontrol

1. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Pertemuan 1

2. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Pertemuan 2

3. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Pertemuan 3

(13)

xi

3. Lembar Kerja Siswa (LKS) Hukum Pascal

Lampiran C Data

Lampiran C.1 : Data Hasil Pretest dan Posttest

1. Hasil Pretest Kelompok Eksperimen dan Kontrol

2. Hasil Postest Kelompok Eksperimen dan Kontrol

3. Skor Normal Gain (N-Gain)

Lampiran C.2 : Uji Normalitas Pretest dan Posttest

1. Uji Normalitas Hasil Belajar (Pretest)

2. Uji Normalitas Hasil Belajar (Posttest)

Lampiran C.3 : Uji Homogenitas Pretest dan Posttest

1. Uji Homogenitas Data Hasil Pretest

2. Uji Homogenitas Data Hasil Posttest

Lampiran C.4 : Uji Hipotesis (Hasil Posttest)

(14)

1 A. Latar Belakang

Pendidikan merupakan faktor terpenting dalam kehidupan seseorang, karena dapat membedakan kemampuan seseorang dalam berpikir. Orang yang memiliki kemampuan berpikir luas dapat bertahan di zaman yang semakin berkembang dengan pesat dan mampu meningkatkan ilmu pengetahuan dan teknologi.

Pendidikan adalah suatu proses dalam rangka mempengaruhi siswa agar dapat menyesuaikan diri sebaik mungkin terhadap lingkungannya. Salah satu faktor yang menentukan kemajuan pendidikan yaitu apa yang dilakukan guru dalam pembelajaran di kelas. Guru diharapkan mampu lebih mengembangkan profesionalisme dalam membelajarkan siswa dalam fungsinya sebagai fasilitator pembelajaran. Terdapat banyak teori pembelajaran yang dikembangkan para ahli dalam upaya memberi masukan serta pengetahuan bagi para guru yang bertujuan untuk menjadikan siswa didikannya unggul menjadi jaminan bagi masa depan siswa itu sendiri baik yang akan melanjutkan pendidikannya atau yang akan terjun ke masyarakat.

Proses pembelajaran di kelas adalah salah satu tahap yang sangat menentukan keberhasilan belajar siswa. Upaya untuk meningkatkan kualitas pendidikan dan pengajaran dapat dilakukan terhadap berbagai komponen seperti: siswa, guru, indikator pembelajaran, isi pelajaran, metode, media, dan evaluasi. Guru sebagai salah satu mediator dan komponen pengajaran mempunyai peranan yang sangat penting dalam mencapai tujuan pembelajaran dan sangat menentukan keberhasilan proses pendidikan, karena guru terlibat langsung di dalamnya.

(15)

bisa diterapkan dengan tepat dalam suatu pembelajaran.1 Apalagi jika mengajar mata pelajaran eksakta, maka guru harus lebih mampu membuat siswa tertarik, mengerti, dan paham akan pelajaran yang diajarkan.

Dari penelitian yang dilakukan oleh Wardiman Djojonegoro, seperti yang dikutip oleh Dipdip Herdianata ternyata diketahui bahwa mata pelajaran fisika dirasa sebagai mata pelajaran paling sulit di sekolah sehingga kurang disenangi siswa. 2 Rendahnya hasil belajar fisika siswa bukan hanya disebabkan karena fisika itu sulit, melainkan disebabkan oleh beberapa faktor, yaitu kurangnya pemahaman konsep siswa terhadap materi yang diajarkan, anggapan/ asumsi yang keliru dari guru-guru yang menganggap bahwa pengetahuan itu dapat dipindahkan secara utuh dari pikiran guru ke pikiran siswa. Dengan adanya asumsi tersebut, guru memfokuskan pembelajaran fisika pada upaya penuangan pengetahuan tentang fisika sebanyak mungkin kepada siswanya. Akan tetapi, dalam perkembangan seperti sekarang ini, guru dituntut agar tugas dan peranannya tidak lagi sebagai pemberi informasi (transmission of knowledge), melainkan sebagai pendorong belajar agar siswa dapat mengkonstruksi sendiri pengetahuannya melalui berbagai aktivitas seperti pemecahan masalah dan komunikasi.

Untuk itu, diperlukan sebuah model yang senantiasa digunakan dan dikembangkan oleh guru untuk mengkonstruksi konsep fisika siswa dengan baik dan benar. Salah satu cara yang dapat dilakukan untuk meningkatkan pemahaman konsep dan kemampuan komunikasi, juga hasil belajar fisika siswa adalah dengan melaksanakan model atau strategi pembelajaran yang relevan untuk diterapkan oleh guru. Model atau strategi yang sebaiknya diterapkan adalah model atau strategi pembelajaran yang memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengkonstruksi pengetahuannya sendiri

1

Ismail SM, M.Ag, Strategi Pembelajaran Agama Islam Berbasis PAIKEM (Semarang: RaSAIL Media Grup, 2008), h. 25.

2

Dipdip Herdianata, Penerapan Pembelajaran Think-Talk-Write (TTW) untuk

(16)

sehingga siswa lebih mudah untuk memahami konsep-konsep yang diajarkan dan mengkomunikasikan ide-idenya dalam bentuk lisan maupun tulisan.

Salah satu strategi pembelajaran yang diharapkan dapat menumbuhkembangkan kemampuan untuk mengkonstruksi pengetahuan dan pemahaman siswa dan dapat mengkomunikasikan ide-idenya dalam bentuk lisan maupun tulisan adalah strategi pembelajaran Think-Talk-Write (TTW). Strategi pembelajaran ini diperkenalkan oleh Huinker & Laughlin (1996) pada dasarnya dibangun melalui berpikir, berbicara, dan menulis.3

Mengingat proses belajar siswa yang sangat perlu mengkonstruksikan pengetahuannya sendiri agar lebih mudah memahami konsep-konsep yang diajarkan dan mengkomunikasikannya, yang akhirnya akan meningkatkan hasil belajar fisika siswa, maka penulis merasa perlu untuk memilih strategi pembelajaran Think-Talk-Write, karena mempunyai beberapa karakteristik yaitu: 1) Melibatkan siswa secara aktif dalam melakukan eksplorasi suatu konsep fisika. 2) Mengkonstruksi dengan benar pengetahuan awal siswa baik dari pengalaman maupun informasi yang diterima. 3) Termasuk model pembelajaran konstruktif yang dilakukan secara kooperatif. 4) Think-Talk-Write dibangun oleh kemampuan berpikir, berbicara, dan menulis siswa yang dikelompokkan secara heterogen kemudian diberikan permasalahan untuk dipikirkan, didiskusikan dalam kelompok dan kelasnya yang kemudian dicari solusi. 5) Karena terdapat langkah diskusi maka guru dengan mudah mengetahui miskonsepsi siswa dan dengan diskusi juga dapat diarahkan untuk merubah konsepnya.

Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan, maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian tentang strategi pembelajaran Think-Talk-Write dengan judul “Pengaruh Strategi Pembelajaran Think-Talk-Write (TTW) Terhadap Hasil Belajar Fisika Siswa”.

3Martinis Yamin dan Bansu. Taktik Mengembangkan Kemampuan Siswa (Jakarta: Gaung

(17)

B. Identifikasi Masalah

Dari latar belakang yang sudah dipaparkan di depan, maka penulis mengidentifikasi masalah sebagai berikut:

1. Masih banyak siswa yang beranggapan bahwa materi fisika merupakan materi yang sulit untuk dipelajari.

2. Guru sulit dalam memilih dan menerapkan dengan tepat strategi pembelajaran yang telah dikuasainya.

3. Kurangnya pemahaman konsep siswa terhadap materi yang diajarkan, dan anggapan/ asumsi yang keliru dari guru-guru yang menganggap bahwa pengetahuan itu dapat dipindahkan secara utuh dari pikiran guru ke pikiran siswa menyebabkan rendahnya hasil belajar fisika siswa.

4. Guru masih bingung menentukan strategi apa yang harus digunakan agar siswa dapat mengkonstruksi pemahaman mereka dengan baik

C. Pembatasan Masalah

Berhubung aspek yang berkaitan dengan penelitian ini cukup kompleks, dan untuk lebih memfokuskan pembahasannya, maka dilakukan pembatasan masalah sebagai berikut:

1.

Hasil belajar fisika yang dimaksud dalam penelitian ini merupakan hasil

tes kognitif saja. Ranah kognitif yang dinilai berdasarkan taksonomi Bloom yang sudah direvisi oleh Madaus, dkk.4 Ranah kognitif yang akan diukur pada penelitian ini adalah mulai C1 sampai dengan C4 (ingatan, pemahaman, penerapan, analisis), yang diperoleh dari hasil posttest dan didukung oleh observasi aktivitas siswa selama pembelajaran berlangsung. 2. Karena materi fisika yang diajarkan pada bab fluida ini terbagi menjadi 2,

yaitu fluida statis dan fluida dinamis, maka peneliti membatasi konsep fisika yang diajarkan dalam penelitian ini adalah fluida statis yang mencakup tekanan pada benda padat, cair dan gas, tekanan hidrostatis,

4

(18)

hukum Archimedes, hukum Pascal, tegangan permukaan, viskositas, dan kapilaritas.

D. Perumusan Masalah

Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah: “Bagaimana pengaruh strategi pembelajaran Think-Talk-Write terhadap hasil belajar fisika siswa kelas XI pada konsep fluida statis?”.

E. Tujuan dan Manfaat Penelitian

Tujuan penelitian ini yaitu untuk mengetahui pengaruh strategi pembelajaran Think-Talk-Write terhadap hasil belajar fisika siswa pada konsep Fluida Statis. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan sejumlah manfaat yaitu:

1. Memberikan informasi bagi pihak terkait tentang strategi pembelajaran

Think-Talk-Write (TTW) untuk diaplikasikan dalam proses pembelajaran guna meningkatkan kualitas pembelajaran fisika bagi siswanya.

(19)

A. Kajian Teoritis

1. Pembelajaran Konstruktif

Konstruktivisme merupakan salah satu pendekatan belajar yang menyatakan bahwa siswa akan belajar dengan lebih baik jika mereka secara aktif membangun (construct) sendiri pengetahuan dan pemahamannya.1 Dalam hal ini, siswa belajar dengan mengembangkan pengetahuan awal yang sudah terlebih dahulu dimilikinya. Dengan bermodalkan pengetahuan awal ini, siswa mencoba membangun sendiri pengetahuan dan pemahamannya didasarkan pada informasi-informasi baru yang diterimanya baik dari lingkungan maupun dari orang-orang yang berada di sekitarnya.

Nur dalam Trianto menyatakan bahwa menurut teori konstruktivisme, salah satu prinsip yang paling penting dalam psikologi pendidikan yaitu guru tidak hanya sekedar memberikan ilmu/ pengetahuan kepada siswa. Tetapi siswa sendiri yang membangun pengetahuan di dalam pikirannya. Pada proses ini kemudahan yang diberikan oleh guru yaitu dengan memberi kesempatan siswa untuk menemukan atau menerapkan ide-ide mereka sendiri, dan mengajar siswa menjadi sadar dan secara sadar menggunakan strategi mereka sendiri untuk belajar. Guru dapat memberi siswa anak tangga yang dapat membawa siswa ke pemahaman yang lebih tinggi, tetapi siswa sendiri yang berusaha menaiki anak tangga tersebut.2

Berkaitan dengan proses pembelajaran, Piaget mengemukakan bahwa pembelajaran yang baik harus melibatkan pemberian situasi-situasi

1

John W Santrock, Educational Psychology, 2nd Edition, (New York: McGraw Hill Companies Inc., 2004), h. 314.

2

Trianto. Model-Model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Konstruktivistik Konsep, Landasan Teoritis-Praktis dan Implementasinya (Jakarta: Prestasi Pustaka, 2007), h. 13-14.

(20)

sehingga seorang anak dapat secara mandiri melakukan eksperimen atau mencoba segala sesuatu yang terjadi, memanipulasi tanda-tanda, simbol-simbol, mengajukan pertanyaan, dan menemukan sendiri jawabannya, mencocokan yang ia temukan pada suatu saat dengan yang ia temukan pada saat yang lain, dan membandingkan temuannya dengan temuan anak lain. Pernyataan ini sangat berkaitan dan didasarkan dengan konsep Piaget tentang konstruktivisme kognitif dan tahapan-tahapan perkembangan kognitif seseorang. 3

Sebagian besar perkembangan kognitif ditentukan oleh manipulasi dan interaksi aktif anak dengan lingkungan. Piaget yakin bahwa pengalaman-pengalaman fisik dan manipulasi lingkungan penting bagi terjadinya perubahan perkembangan. Karena pengetahuan datang dari tindakan. Sementara, interaksi sosial dengan teman sebaya (khususnya berargumentasi dan berdiskusi) dapat membantu memperjelas pemikiran yang pada akhirnya memuat pemikiran itu menjadi lebih logis.4

Teori konstruktivisme erat kaitannya dengan penguasaan konsep fisika. Confrey mengemukakan bahwa terdapat 10 karakteristik dari

powerful constructions yang salah satunya adalah sesuatu yang cocok dengan pendapat para ahli atau bahasa siswa “Apakah ini benar?” sedangkan konsep itu sendiri adalah sesuatu kaidah dalam keilmuan sains (khususnya fisika) yang dikemukakan para ahli.5

Konstruktivisme dalam pembelajaran pada hakekatnya merupakan suatu pandangan dalam pembelajaran yang didasarkan pada pengalaman dan pengetahuan awal siswa, yang kemudian dikonstruksikan menjadi pengetahuan baru yang bermakna dan dapat direalisasikan dalam kehidupan nyata. Ciri dari pembelajaran konstruktivis adalah proses

(21)

pembelajaran berpusat pada siswa dan keaktifan siswa, guru berperan sebagai fasilitator/mediator dan motivator yang menstimuli siswa untuk belajar sesuatu yang bermakna melalui pemahaman. Konstruktivisme juga merupakan suatu pendekatan belajar yang diharapkan mampu membangun atau mengkonstruk sendiri pengetahuan siswanya, sehingga guru hanya mengawasi atau mempresentasikan suatu masalah dan mengarahkan siswa untuk mencapai pengetahuan atau menyelesaikan masalah itu.

2. Pembelajaran Kooperatif

Pembelajaran kooperatif muncul dari konsep bahwa siswa akan lebih mudah menemukan dan memahami konsep yang sulit jika mereka saling berdiskusi dengan temannya.6 Dimana siswa belajar dan bekerja dalam kelompok-kelompok kecil secara kolaboratif yang beranggotakan empat hingga enam orang yang bersifat heterogen. “Cooperative learning is both an instructional technnique and teaching philosophy that

encourages students to work together to maximize their own learning and

the learning of their peers”.7(pembelajaran kooperatif adalah kedua teknik instruksi dan falsafah mengajar yang menganjurkan siswa untuk bekerjasama agar memaksimalkan belajarnya sendiri dan pengajaran oleh teman sebaya.)

Pembelajaran kooperatif mempunyai ciri-ciri tertentu bila dibandingkan dengan model pembelajaran yang lain. Arends dalam trianto menyatakan bahwa ciri-ciri pembelajaran kooperatif yaitu:8

a) Siswa bekerja dalam kelompok untuk menuntaskan materi belajar; b) Kelompok dibentuk dari siswa yang mempunyai kemampuan tinggi,

sedang, dan rendah (heterogen);

c) Bila memungkinkan, anggota kelompok berasal dari budaya, ras, suku, jenis kelamin yang beragam; dan

6

Trianto.Op. Cit., h. 41.

7

Martinis Yamin dan Bansu. Taktik Mengembangkan Kemampuan Siswa (Jakarta: Gaung Persada, 2008), h. 74.

8

(22)

d) Penghargaan lebih berorientasi kepada kelompok dari pada individu. Adapun fase-fase dari pembelajaran kooperatif yaitu: 9

a) Menyampaikan tujuan dan motivasi siswa, b) Menyampaikan informasi,

c) Mengorganisasikan siswa ke dalam kelompok-kelompok belajar, d) Memantau kelompok siswa dan membimbing bilamana perlu, e) Evaluasi dan umpan balik dan memberikan penghargaan.

Sehingga pembelajaran kooperatif adalah suatu pendekatan pembelajaran dimana siswa belajar dan bekerja dalam kelompok-kelompok kecil yang mempunyai tujuan yang sama yaitu menyelesaikan permasalahan, sehingga menimbulkan adanya interaksi (diskusi antar anggota kelompok). Pembelajaran kooperatif ini memerlukan kerjasama antar siswa dan saling ketergantungan dalam pencapaian tugas, tujuan dan penghargaan.

3. Strategi Pembelajaran Think-Talk-Write

Definisi strategi pembelajaran menurut Arthur L. Costa dalam Trianto yaitu merupakan pola kegiatan pembelajaran berurutan yang diterapkan dari waktu ke waktu dan diarahkan untuk mencapai suatu hasil belajar siswa yang diinginkan.10

Dalam kamus Inggris-Indonesia, Think artinya “1. Pikir …. 2. Kira, pikir …. 3. Berpikir, …. .”11 Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) berpikir artinya menggunakan akal budi untuk mempertimbangkan dan memutuskan sesuatu.12 Think (berfikir) adalah teknik pemanfaatan keseluruan otak dengan menggunakan citra visual dan prasarana grafis lainnya untuk membentuk kesan. Dalam berfikir, otak seringkali mengingat informasi dalam bentuk gambar, simbol, suara, bentuk-bentuk

John M. Echols dan Hassan Shadily, Kamus Inggris-Indonesia, (Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2003), h. 587.

12

(23)

dan perasaan. Dalam berfikir menggunakan pengingat-pengingat visual dan sensorik ini dalam suatu pola dari ide-ide yang berkaitan. Seperti peta jalan yang digunakan untuk belajar, mengorganisasikan dan merencanakan. Cara berfikir ini dapat membangkitkan ide-ide orisinil dan memicu ingatan yang mudah.13

Berdasarkan pengertian-pengertian di atas, berpikir (think) merupakan kegiatan pemanfaatan otak yang dilakukan untuk mengambil keputusan misalnya merumuskan pengertian, mensintesis, dan menarik kesimpulan setelah melalui proses mempertimbangkan.

Dalam kamus Inggris-Indonesia, Talk artinya “1. Percakapan 2. Pembicaraan, perbincangan 3. Berpikir, …. .”14 Talk artinya berbicara (Kamus Inggris-Indonesia). Sedangkan dalam KBBI, bicara artinya pertimbangan, pikiran, pendapat. 15 Talk (komunikasi lisan) dapat digunakan dalam segala macam situasi belajar, namun tidak merupakan satu-satunya alat. Bagi kelas-kelas rendah SD mungkin komunikasi lisanlah yang paling efektif. Akan tetapi di kelas-kelas yang lebih tinggi, bila anak-anak telah pandai membaca, bahan tertulis, dan gambar-gambar tidak kurang efektifnya dibandingkan komunikasi verbal. Komunikasi lisan (berbicara) banyak manfaatnya dalam berbagai situasi belajar, seperti memberi bimbingan belajar, dalam memberikan feedback atau balikan, atau memulai topik baru.

Dalam kamus Inggris-Indonesia, Write artinya “1. menulis …. .”16 Sedangkan dalam KBBI menulis adalah membuat huruf (angka, dan sebagainya) dengan pena (pensil, kapur, dan sebagainya). 17 Write

(menulis) adalah aktivitas seluruh otak yang menggunakan belahan otak

13

Bobbi De Porter dan Mike Hernacki. Quantum Learning Membiasakan Belajar Nyaman dan Menyenangkan. (Bandung: Mizan Pustaka, 2004), h. 153.

14

John M. Echols dan Hassan Shadily, Op. Cit, h. 578.

15

Tim Penyusun Kamus Pusat Bahasa, Op. Cit., h. 148.

16

John M. Echols dan Hassan Shadily, Op. Cit, h. 654.

17

(24)

kanan (emosional) dan belahan otak kiri (logika). Tulisan yang baik memanfaatkan kedua belah otak.18

Sehingga strategi Think-Talk-Write merupakan perencanaan dan tindakan yang cermat mengenai kegiatan pembelajaran yaitu melalui kegiatan berpikir (think), berbicara /berdiskusi, bertukar pendapat (talk)

dan menulis hasil diskusi (write) agar kompetensi yang diharapkan tercapai.

Salah satu strategi pembelajaran yang dapat menumbuhkembangkan kemampuan pemahaman dan komunikasi matematik siswa adalah strategi

Think-Talk-Write (TTW) yang diperkenalkan oleh Huinker & Laughlin. “TTW is a strategy that facilitates the oral rehearsal of language and writing fluency. It is based on the understanding that learning is a social

behavior. It encourages students to think, talk, and then write regarding a

topic.” 19 (TTW adalah strategi yang memfasilitasi latihan lisan bahasa dan fasih menulis. ini berdasarkan pemahaman bahwa belajar adalah tingkah sosial. Ini menganjurkan siswa utnuk berpikir, berbicara, lalu menulis mengenai pokok bahasan).

Think-Talk-Write dikembangkan dari pendekatan kooperatif sehingga dalam pelaksanaannya strategi ini membagi sejumlah siswa ke dalam beberapa kelompok secara heterogen. Jika mengacu pada definisi tersebut, maka strategi pembelajaran Think-Talk-Write (TTW) termasuk ke dalam jenis pendekatan yang berpusat pada siswa karena dalam strategi ini siswa terlibat langsung dalam pembelajaran, sedangkan guru berperan sebagai fasilitator pembelajaran. Dalam pelaksanaan yang menggunakan kelompok, maka Think-Talk-Write juga mengacu kepada pembelajaran kooperatif yang dapat mengkonstruksi penguasaan konsep fisika.

Pembelajaran ini dimulai dengan berpikir melalui bahan bacaan (menyimak, mengkritisi, dan alternatif solusi), hasil bacaannya

18

Bobbi De Porter dan Mike Hernacki. Op.Cit. h. 179.

19

(25)

dikomunikasikan dengan presentasi, diskusi, dan kemudian membuat laporan hasil presentasi.20 Tahapan dalam pembelajaran yang dilakukan diantaranya:

1. Berpikir (think)

Aktivitas berpikir (think) siswa dapat dilihat ketika dalam pembelajaran terdapat kegiatan yang memancing siswa untuk memikirkan sebuah permasalahan fisika, baik dengan cara guru atau siswa melakukan demonstrasi, pengamatan gejala fisis, membaca buku paket atau artikel fisika yang berkaitan dengan konsep, atau peristiwa dalam kehidupan sehari-hari. Setelah itu siswa mulai memikirkan kemungkinan jawaban atau solusi dari permasalahan dengan cara siswa mencatat atau mengingat bagaimana/ apa yang dipahami atau tidak dipahami.

Menurut Wiederhold dalam Martinis Yamin dan Bansu I. Ansari menyetakan membuat catatan berarti menganalisiskan tujuan isi teks dan memeriksa bahan-bahan yang ditulis. Selain itu belajar rutin membuat/ menulis catatan setelah membaca merangsang aktivitas berpikir sebelum, selama, dan setelah membaca. Membuat catatan dapat mempertinggi pengetahuan siswa, bahkan meningkatkan keterampilan berpikir dan menulis.21

2. Berbicara (talk)

Tahap berikutnya yaitu talk, yaitu berkomunikasi dengan menggunakan kata-kata dan bahasa yang mereka pahami. Fase berkomunikasi (talk) memungkinkan siswa untuk terampil berbicara. Pada umumnya berkomunikasi dapat berlangsung secara alami, tetapi menulis tidak. Proses komunikasi dipelajari siswa melalui kehidupannya sebagai individu yang berinteraksi dengan lingkungan sosialnya. Secara alami dan mudah, proses komunikasi dapat dibangun

20

Suyatno, M.Pd., Menjelajah Pembelajaran Inovatif (Sidoarjo: Masmedia Buana Pustaka, 2009), h. 66.

21

(26)

di kelas dan dimanfaatkan sebagai alat sebelum menulis ide yang berhubungan dengan pengalaman mereka, sehingga mereka mampu untuk menulis tentang ide itu.

Selain itu, berkomunikasi dalam suatu diskusi dapat membantu kolaborasi dan meningkatkan aktivitas belajar di dalam kelas. Selanjutnya berkomunikasi atau dialog baik antar siswa maupun dengan guru dapat meningkatkan pemahaman. Hal ini bisa terjadi karena ketika siswa diberi kesempatan untuk berbicara atau berdialog, sekaligus mengkonstruksi berbagai ide untuk dikemukakan melalui dialog.22 Siswa melakukan komunikasi dengan rekan sekelompok dalam diskusi kelompok yang membahas kemungkinan jawaban atau solusi dari permasalahan sehingga diperoleh solusi kelompok untuk didiskusikan kembali dalam diskusi kelas. Masing-masing kelompok terdiri dari 5 – 6 siswa.

3. Menulis (write)

Selanjutnya tahap write, yaitu menuliskan hasil diskusi/ dialog pada lembar kerja yang disediakan (lembar aktivitas siswa). Aktivitas menulis berarti mengkonstruksikan ide, karena setelah berdiskusi kemudian mengungkapkannya melalui tulisan. Aktivitas menulis akan membantu siswa dalam membuat hubungan dan juga memungkinkan guru melihat pengembangan konsep siswa. Selain itu Masingila & Wisniowsak dalam Martinis Yamin dan Bansu I. Ansari mengemukakan bahwa aktivitas menulis siswa bermanfaat bagi guru yaitu dapat memantau kesalahan siswa, miskonsepsi, dan konsep siswa terhadap ide yang sama.23

Selama tahap ini, aktivitas yang dilakukan oleh siswa adalah: 24 1) Menuliskan solusi permasalahan/ pertanyaan yang diberikan,

22

Ibid., h. 87

23

Ibid., Loc. Cit.

24

(27)

2) Mengorganisasikan semua pekerjaan langkah-demi-langkah, baik dalam penyelesaiannya menggunakan diagram, grafik, ataupun tabel agar mudah dibaca dan ditindaklanjuti,

3) Mengoreksi semua pekerjaan sehingga tidak ada pekerjaan ataupun perhitungan yang tertinggal,

(28)

Belajar Bermakna

Gambar 2.1. Bagan Desain Pembelajaran Strategi TTW 25

25

Ibid,.h. 87

Siswa

Konstruksi Pengetahuan Hasil dari

Think & Talk Secara Individual

Kemampuan Pemahaman dan

Komunikasi

WRITE

Interaksi dalam Grup: Untuk Membahas Isi TALK

Siswa

Membaca Teks & Membuat Catatan Secara Individual Situasi Masalah

Open-Ended

THINK

Melalui Strategi TTW

Dampak

(29)

Langkah-langkah pembelajaran dengan strategi TTW: 26

1. Guru membagi teks bacaan berupa lembaran aktivitas siswa yang memuat situasi masalah bersifat open-ended dan petunjuk serta prosedur pelaksanaannnya.

2. Siswa membaca teks dan membuat catatan dari hasil bacaan secara individual, untuk dibawa ke forum diskusi (think).

3. Siswa berinteraksi dan berkolaborasi dengan teman untuk membahas isi catatan (talk). Guru berperan sebagai mediator lingkungan belajar.

4. Siswa mengkonstruksi sendiri pengetahuan sebagai hasil kolaborasi (write).

Karakteristik pembelajaran Think-Talk-Write yang membedakan dengan strategi pembelajaran yang lain, diantaranya:

a. Melibatkan siswa secara aktif dalam melakukan eksplorasi suatu konsep fisika.

b. Mengkonstruksi dengan benar pengetahuan awal siswa baik dari pengalaman maupun informasi yang diterima.

c. Termasuk model pembelajaran konstruktivisme yang dilakukan secara kooperatif.

d. Think-Talk-Write dibangun oleh kemampuan berpikir, berbicara, dan menulis siswa yang dikelompokkan secara heterogen kemudian diberikan permasalahan untuk dipikirkan, didiskusikan dalam kelompok dan kelasnya yang kemudian dicari solusi.

e. Karena terdapat langkah diskusi maka guru dengan mudah mengetahui miskonsepsi siswa dan dengan diskusi juga dapat diarahkan untuk merubah konsepnya.

Think-Talk-Write memberikan keuntungan kepada guru, diantaranya:27

26

Ibid,.h. 90

27

(30)

a. Guru dapat mengajukan pertanyaan dan tugas yang mendatangkan keterlibatan dan menantang siswa untuk berpikir.

b. Guru dapat mendengarkan dengan hati-hati ide atau gagasan siswa. c. Guru dapat menyuruh siswa mengemukakan ide secara lisan maupun

tulisan.

d. Guru dapat memutuskan apa yang akan digali dan dibawa siswa dalam diskusi.

e. Guru dapat memutuskan kapan memberikan informasi, mengklarifikasi persoalan-persoalan, menggunakan model, membimbing, dan membiarkan siswa berjuang untuk memecahkan soal.

f. Guru dapat memonitoring dan menilai partisipasi siswa dalam diskusi, dan memutuskan kapan dan bagaimana mendorong setiap siswa untuk berpartisipasi.

Berdasarkan paparan di atas dapat disimpulkan bahwa strategi pembelajaran TTW (Think-Talk-Write) adalah suatu strategi pembelajaran yang mengacu pada pembelajaran konstruktivisme dan kooperatif dimana tahapannya yaitu think (berpikir, siswa melakukan demonstrasi, pengamatan gejala fisis, membaca buku paket atau artikel fisika yang berkaitan dengan konsep, atau peristiwa dalam kehidupan sehari-hari), talk (berbicara, siswa berdiskusi dan mempresentasikan hasil diskusi), dan write (menulis, siswa menuliskan hasil diskusi dan presentasi dalam bentuk laporan).

4. Hasil Belajar Fisika a) Definisi Belajar

(31)

Menurut Morgan seperti yang dikutip oleh Ngalim Purwanto mengemukakan bahwa “belajar adalah setiap perubahan yang relatif menetap dan tingkah laku yang terjadi sebagai suatu hasil dari latihan atau pengalaman”.28 Menurut pendapat ini, belajar membawa suatu perubahan pada individu yang belajar. Perubahan itu tidak hanya pada jumlah pengetahuan, melainkan juga berbentuk kecakapan, kebiasaan, penghargaan, minat, penyesuaian diri, pendekatan mengenai segala aspek organism atau pribadi seseorang.

Sedangkan W.S. Winkel mengemukakan bahwa belajar pada manusia dapat dirumuskan sebagai aktifitas mental atau psikis yang berlangsung dalam interaksi aktif dengan lingkungan, yang menghasilkan perubahan-perubahan dalam pengetahuan, pemahaman, keterampilan, dan nilai sikap, dimana perubahan ini bersifat secara konstan dan berbekas.29 Dari pendapat tersebut tampak bahwa belajar hanya dibatasi pada segi mental saja, yaitu proses aktifitas psikis seseorang

Belajar menurut Muhibbin Syah mengutip pendapat Chaplin dalam Dictionary of Psychology membatasi belajar dengan dua macam rumusan, yaitu: 30

1. Rumusan pertama berbunyi: belajar adalah perolehan tingkah laku yang relatif menetap sebagai akibat dari latihan dan pengalaman. 2. Rumusan kedua berbunyi: belajar adalah proses memperoleh

respon-respon sebagai akibat adanya latihan khusus.

Berdasarkan beberapa definisi tersebut, maka belajar dapat diartikan sebagai perubahan tingkah laku atau ilmu yang dimiliki dari tidak tahu menjadi tahu akibat dari latihan dan pengalaman.

28

Ngalim Purwanto, Psikologi Pendidikan, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2007), h. 84.

29

W.S Winkel, Psikologi Pengajaran, (Yogyakarta: Media Abadi, 2007), Cet Ke- 10, h. 59.

30

(32)

b) Hakikat Belajar Fisika

Dalam kurikulum tingkat satuan pendidikan (KTSP), ilmu pengetahuan alam (IPA) merupakan salah satu mata pelajaran wajib di sekolah. IPA merupakan mata pelajaran yang berhubungan dengan fenomena yang terjadi di alam, dengan mempelajari seluk beluk alam dan fenomenanya siswa diharapkan mampu memahami manfaat alam dalam kehidupan sehari-hari dan dapat bermanfaat bagi siswa dalam menjalani kehidupannya. IPA berkaitan dengan bagaimana siswa mencari tahu fenomena alam secara sistematis.31 Sehingga IPA bukan hanya sekumpulan pengetahuan yang harus dihafal siswa melainkan siswa harus memiliki kemampuan proses penemuan (discovery).

IPA pada hakikatnya bermula dari rasa keingintahuan manusia secara kodrati terhadap apa yang ada di sekelilingnya (alam). Secara khusus, siswa di sekolah juga memiliki rasa ingin tahu tentang fenomena alam yang seharusnya diarahkan dengan benar oleh guru agar berlangsung secara sistematis dan tidak terjadi miskonsepsi. Penggalian keingintahuan siswa ini dapat dilakukan dengan berbagai metode, diantaranya: metode eksperimen, demonstrasi, membaca artikel fisis, mendeskripsikan fenomena alam yang ada di sekitarnya, dan lain-lain dengan tujuan siswa dapat menemukan konsep dan pola sendiri secara konstruktif.

Kartika Budi dalam Widya Dharma menyebutkan bahwa hakikat sains (IPA) mencakup tiga aspek yaitu proses, produk, dan sikap.32 IPA sebagai proses berarti IPA diperoleh melalui kegiatan mengamati, eksperimen, berteori, mengeneralisasi, dan sebagainya. IPA sebagai produk artinya mempelajari konsep, hukum, azas, prinsip, dan teori. IPA sebagai sikap artinya dalam pembelajaran IPA dapat

31

Pusat Kurikulum, Model Pengembangan Silabus Mata Pelajaran dan Rencana

Pelaksanaan Pembelajaran IPA Terpadu,(Jakarta: Balitbang Depdiknas), h. 4.

32

(33)

dikembangkan sikap ingin tahu, terbuka, jujur, teliti, kerja sama, dan sebagainya.

Salah satu cabang IPA yang dipelajari di sekolah adalah fisika. Fisika mempelajari fenomena fisis alam sehingga menjadi dasar perkembangan teknologi dan komunikasi.

Fisika bersifat faktual, empiris, dan eksperimental yang dapat membentuk pola berfikir seseorang. Pola berfikir yang dimaksud adalah berfikir logis, sistematis, analitis, dan kritis. Fisika mengemukakan fenomena alam berdasarkan fakta yang benar-benar terjadi dan dapat dibuktikan dengan proses percobaan (eksperimen).

c) Hasil Belajar Fisika

Hasil belajar merupakan tujuan yang ingin dicapai oleh siswa melalui proses pembelajaran. Hasil belajar merupakan kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman belajar.33 Indikator digunakan sebagai tolak ukur untuk mengetahui sejauh mana tingkat keberhasilan siswa, ditentukan dari tercapai tidaknya tujuan pembelajaran yang telah ditetapakan.

Tujuan pembelajaran yang populer di Indonesia yaitu yang dilandasi taksonomi pendidikan Bloom. Benyamin Bloom secara garis besar membaginya menjadi tiga ranah sasaran pendidikan yaitu ranah kognitif, ranah afektif, dan ranah psikomotorik. Masing-masing ranah dapat dirinci lagi menjadi beberapa jangkauan kemampuan, yaitu sebagai berikut:

1. Ranah kognitif adalah ranah yang mencakup kegiatan mental (otak) yang meliputi: 34

33

Nana Sudjana, Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar (Bandung: Remaja

Rosdakarya, 2009), hal. 22.

34

(34)

a. Knowledge (ingatan, pengetahuan) adalah kemampuan seseorang untuk mengingat kembali atau mengenali istilah, ide, rumus, dan sebagainya.

b. Comprehension (pemahaman, menjelaskan, meringkas, member contoh) adalah pemahaman terhadap hubungan antar faktor, antar konsep, antar data dalam penarikan kesimpulan.

c. Application (menerapkan) adalah pengetahuan untuk memecahkan masalah dan menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari.

d. Analysis (menguraikan dan menentukan hubungan) adalah kemampuan seseorang untuk merinci atau menguraikan keadaan menurut bagian-bagian yang lebih kecil dan memahami hubungan di antara bagian faktor lainnya.

e. Synthesis (sintesis) adalah menggabungkan informasi menjadi satu kumpulan atau konsep, merangkai berbagai gagasan menjadi sesuatu yang baru.

f. Evaluation (menilai) merupakan kemampuan seseorang untuk membuat peryimbangan terhadap suatu situasi, nilai, atau ide. 2. Ranah afektif adalah ranah yang berkaitan dengan sikap ilmiah dan

nilai, yang meliputi: 35

a. Reciving (sikap menerima) adalah kepekaan seseorang dalam menerima rangsangan dari luar yang datang kepada dirinya dalam bentuk masalah, situasi, gejala, dan lain-lain.

b. Responding (memberikan respon) adalah kemampuan yang dimiliki oleh seseorang untuk mengikutsertakan dirinya secara aktif dalam fenomena tertentu dan membuat reaksi terhadapnya dengan salah satu cara.

c. Valuing (penilai atau menentukan sikap) yaitu suatu sikap tidak hanya mau menerima nilai yang diajarkan tetapi mampu menilai konsep atau fenomena, yaitu baik dan buruk.

35

(35)

d. Organization (mengatur) adalah mempertemukan perbedaan nilai sehingga terbentuk nilai baru yang lebih universal, dan membawa perbaikan umum.

3. Characterization (pembentukan pola hidup) adalah karaktrisasi dengan suatu nilai yang dimiliki seseorang untuk mempengaruhi kepribadian dan tingkah lakunya.Ranah Psikomotorik adalah ranah yang berkaitan dengan keterampilan (skill) yang meliputi: 36

a. Persepsi mencakup kemampuan untuk mengadakan diskriminasi yang tepat antara dua perangsang atau lebih, berdasarkan perbedaan antara cirri-ciri fisik yang khas pada masing-masing rangsangan.

b. Kesiapan mencakup kemampuan menempatkan dirinya dalam keadaan memulai suatu rangkaian gerakan.

c. Gerakan kompleks mencakup kemampuan untuk melaksanakan keterampilan, yang terdiri dari beberapa komponen dengan lancer, tepat dan efisien.

d. Kreativitas mencakup kemampuan untuk melahirkan pola-pola gerak yang baru, seluruhnya atas dasar prakarsa dan inisiatif sendiri.

Hasil belajar yang dicapai siswa melalui proses pembelajaran yang optimal cenderung mewujudkan hasil yang berciri sebagai berikut:37

a. Kepuasan dan kebanggaan yang dapat menumbuhkan motivasi belajar instrinsik pada diri siswa

b. Menambah keyakinan akan kemampuan dirinya c. Hasil belajar yang dicapai bermakna bagi dirinya

d. Hasil belajar diperoleh siswa secara menyeluruh (komprehensif).

36

Ahmad Sofyan, Op.Cit., h. 24.

37

(36)

e. Kemampuan siswa untuk mengontrol/menilai dan mengendalikan dirinya terutama dalam menilai hasil yang dicapainya maupun menilai dan mengendalikan proses dan usaha belajarnya

Adapun hasil belajar yang dimaksud di sini adalah sesuatu yang diketahui, diperoleh atau didapat setelah melalui proses belajar, baik karena ada guru yang mengajar ataupun siswa sendiri yang memanfaatkan lingkungannya untuk belajar.

Secara singkat dapat dikatakan bahwa hasil belajar berupa perolehan perubahan tingkah laku yang meliputi; pengamatan, pengenalan, pengertian, perbuatan, keterampilan, perasaan, minat dan bakat. Dalam dunia pendidikan hasil belajar digunakan sebagai pendorong bagi siswa dalam meningkatkan ilmu pengetahuan dan teknologi yang berperan sebagai umpan balik dalam meningkatkan mutu pendidikan.

Hasil belajar menurut Gagne seperti yang dikutip oleh W.S Winkel, dapat dikaitkan dengan terjadinya perubahan kepandaian dan hasil belajar yang bertahap itu diwujudkan dalam lima kategori hasil belajar, yaitu: informasi verbal, kemahiran intelektual, pengaturan kegiatan kognitif, keterampilan motorik, dan sika.38 Lima kemampuan tersebut lebih lanjut dijelaskan sebagai berikut:

a. Kemampuan Intelektual (Intelectual Skill), kemampuan yang dimiliki seseorang untuk membedakan, mengabstraksikan suatu objek, menghubung-hubungkan konsep dan dapat menghasilkan suatu pengertian, serta memecahkan suatu persoalan.

b. Strategi Kognitif (Cognitive Strategic), yaitu kemampuan seseorang untuk mengatur dan mengarahkan aktifitas mentalnya sendiri dalam memecahkan persoalan yang dihadapi.

c. Informasi Verbal (Verbal Informasi), yaitu kemampuan seseorang untuk menuangkan dalam bentuk bahasabaik lisan maupun tertulis.

38

(37)

d. Kemampuan Motorik, yaitu kemampuan seseorang untuk melakukan serangkaian gerakan jasmani dari anggota badan secara terpadu dan terkoordinasi.

e. Sikap (Attitude), yaitu kemampuan yang dimiliki seseorang berupa kecenderungan untuk menerima dan menolak suatu objek berdasarkan penelitian atas objek itu.

Sedangkan menurut Zikri Neni Iska, faktor-faktor yang dapat mempengaruhi proses dan hasil belajar, di antaranya: 39

(1) Faktor Internal/ dalam, yakni:

a. Fisiologi, yang terdiri dari kondisi fisik dan panca indera b. Psikologi, yang terdiri dari bakat, minat, kecerdasan, motivasi

dan kemampuan kognisi. (2) Faktor Eksternal/ luar, yakni:

a. Lingkungan, yang terdiri dari alam dan sosial.

b. Instrumental, yang terdiri dari kurikulum, guru, sarana prasarana, administrasi dan manajemen.

Secara garis besar, faktor-faktor yang dapat mempengaruhi belajar siswa dibagi menjadi dua, yaitu internal dan eksternal siswa. Faktor internal siswa meliputi psikologis dan psikis siswa itu sendiri. Dan faktor eksternal siswa meliputi lingkungan di luar diri siswa.

Dengan demikian, hasil belajar merupakan perubahan perilaku yang diperoleh siswa setelah mengalami aktivitas belajar. Perolehan aspek–aspek perubahan perilaku tersebut tergantung pada apa yang dipelajari oleh siswa. Oleh karena itu apabila siswa mempelajari pengetahuan tentang konsep, maka perubahan perilaku yang diperoleh adalah berupa penguasaan konsep.

Fisika merupakan salah satu cabang sains yang mempelajari gejala-gejala alam melalui penelitian, percobaan dan pengukuran yang disajikan secara matematis berdasarkan hukum-hukum dasar untuk

39

(38)

menemukan hubungan antara kenyataan yang ada di alam. Dapat disimpulkan bahwa hasil belajar fisika merupakan perubahan perilaku yang diperoleh siswa setelah mengalami aktivitas pembelajaran berupa penguasaan konsep fisika.

B. Hasil Penelitian Relevan

Beberapa hasil penelitian yang berhubungan dengan penerapan strategi TTW dalam proses pembelajaran adalah sebagai berikut:

Bansu Irianto Ansari menyatakan bahwa penerapan strategi pembelajaran TTW dapat meningkatkan kualitas pembelajaran, motivasi berprestasi, dan kemampuan kreatif siswa. Hal ini dapat dilihat dari tingkat pemahaman siswa yang meliputi: (1) kemampuan siswa dalam mengkonstruksikan soal (32,25%) meningkat menjadi (74,19), (2) ketepatan penggunaan rumus untuk menyelesaikan soal (40%) meningkat menjadi (83,33%), (3) kebenaran dalam proses menghitung (58,06%) meningkat menjadi (96,77%) b) hasil belajar siswa yang mendapatkan nilai = 75 meningkat dari (12,90%) menjadi (87,09%).40

Hasil penelitian yang dilakukan oleh Nurchayati di SMAN 1 Purwareja Banjarnegara menunjukkan bahwa pembelajaran dengan strategi

Think-Talk-Write (TTW) berbantuan lembar kerja lebih efektif dari pada pembelajaran dengan metode ekspositori pada pokok bahasan trigonometri dengan hasil penelitian diperoleh rata-rata hasil belajar siswa yang diajar dengan strategi Think-Talk-Write berbantuan lembar kerja sebesar 58,57, rata-rata hasil belajar siswa yang diajar dengan strategi Think-Talk-Write tanpa lembar kerja sebesar 46,35, dan rata-rata hasil belajar siswa yang diajar dengan metode eskpositori sebesar 53,81. Hasil uji kesamaan tiga rata-rata (ANAVA) diperoleh Fhitung sebesar 19,816 dan sig = 0,000 sedangkan harga

Ftabel dengan peluang 0,95 dan dk (2, 87) sebesar 3,10. Dengan demikian H0

40

(39)

ditolak, artinya ada perbedaan rata-rata antara kelompok eksperimen 1, kelompok eksperimen 2, dan kelompok kontrol. Persentase keaktifan siswa yang diajar dengan strategi Think-Talk-Write berbantuan Lembar Kerja pada pertemuan ke-1 sebesar 62,5%, pertemuan ke-2 sebesar 71,43%, pertemuan ke-3 sebesar 73,21%, persentase keaktifan siswa yang diajar dengan strategi

Think-Talk-Write tanpa Lembar Kerja untuk pertemuan ke-1 sebesar 60,71%, pertemuan ke-2 sebesar 66,06%, pertemuan ke-3 sebesar 71,43%, sedangkan persentase keaktifan siswa yang diajar dengan metode ekspositori pada pertemuan ke-1 sebesar 42,86%, pertemuan ke-2 sebesar 51,79%, dan pertemuan ke-3 sebesar 58,93%.41

Berdasarkan hasil penelitian di SMP Negeri 2 Singaraja menyatakan bahwa implementasi model pembelajaran berbasis komunikasi dengan strategi Think-Talk-Write (TTW) dapat meningkatkan pemahaman konsep dan kemampuan komunikasi matematika siswa. Pemahaman konsep dan kemampuan komunikasi matematika siswa mengalami peningkatan.42

Hasil penelitian yang dilakukan oleh Dipdip Herdianata di salah satu SMA di Kabupaten Bandung Barat menyatakan bahwa pembelajaran dengan

Think-Talk-Write (TTW) dapat meningkatkan penguasaan konsep fisika siswa dengan signifikan. Hal ini dapat dilihat dari masing-masing skor tiap seri, yaitu: seri 1 sebesar 40,60 %, peningkatan seri 2 sebesar 40,35 % dan seri 3 sebesar 50,70 %. Dilihat dari peningkatan skor tersebut, pada seri 1 dan 2 terdapat kendala dalam pelaksanaan penelitian yaitu masalah pengelolaan kelas sehingga menyebabkan peningkatan pada seri 1 dan seri 2 lebih rendah dari pada seri 3.43

41

Nurchayati, “Keefektifan strategi Think-Talk-Write Berbantuan Lembar Kerja Pada Pokok Bahasan Trigonometri Kelas X Semester 2 SMA Negeri 1 Purwareja Klampok Kabupaten Banjarnegara Tahun Pelajaran 2006/2007.” (Skripsi S1 Pendidikan Matematika Universitas Negeri Semarang , 2007), abstract.

42

Implementasi Model Pembelajaran Berbasis Komunikasi dengan Strategi Think-Talk-Write (TTW) dalam Upaya Meningkatkan Pemahaman Konsep (Studi Eksperimen di SMP Negeri 2 Singaraja)”(indoskripsi,2009).

43

Dipdip Herdianata, Penerapan Pembelajaran Think-Talk-Write (TTW) untuk

(40)

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Zakiyatul Fikriyyah, diperoleh simpulan bahwa melalui belajar dalam kelompok kecil dengan strategi Think-Talk-Write di SMA Negeri 2 Kudus tahun pelajaran 2006/2007 mengalami peningkatan hasil belajar yang berkaitan dengan kemampuan komunikasi dan pemecahan masalah matematis siswa. Aktivitas siswa dalam belajar dalam kelompok kecil dengan strategi Think-Talk-Write adalah baik. Siswa dan guru menunjukkan sikap positif terhadap pembelajaran ini.44

C. Kerangka Pikir

Pembelajaran yang biasa digunakan (konvensional) bisa diindikasikan sebagai salah satu faktor yang dapat menghambat proses pemahaman siswa terhadap konsep yang diajarkan. Sehingga hasil belajar fisika siswa masih rendah. Pemberian materi sering kali diajarkan dengan menggunakan metode ceramah, misalkan guru menerangkan rumus suatu hukum, kemudian siswa diharapkan mampu menerapkan rumus tersebut untuk mengerjakan kuis/ soal yang diberikan oleh guru.

Untuk meningkatkan hasil belajar siswa SMA kelas XI pada konsep Fluida Statis harus memperhatikan beberapa faktor yang mempengaruhinya. Konsep Fluida Statis dianggap sebagai salah satu konsep yang cukup sulit, karena siswa dituntut memiliki pemahaman konsep materi yang cukup baik. Tingkat kesulitan yang cukup tinggi ini mengharuskan proses belajar yang diberikan kepada siswa dengan tidak hanya mendidik siswa dari segi kognitif saja, tetapi juga harus memperhatikan kondisi siswa yang lainnya, seperti tingkat kenyamanan siswa dalam memperoleh materi. Materi yang cukup sulit jika perlakuan yang diberikan guru hanya satu arah saja, maka siswa akan kurang tertarik pada materi yang disampaikan.

44

(41)

Oleh sebab itu, strategi pembelajaran yang dapat menciptakan lingkungan agar siswa dapat saling membantu sehingga dapat memahami kebutuhannya adalah Think-Talk-Write (TTW). TTW merupakan gebrakan baru dalam strategi pembelajaran yang diharapkan memiliki pengaruh baik terhadap hasil belajar fisika siswa yang dikembangkan dari model kooperatif, sehingga dalam pelaksanaannya strategi ini membagi sejumlah siswa ke dalam beberapa kelompok-kelompok kecil (terdiri dari 5 – 6 siswa) secara heterogen untuk saling membantu satu sama lain dalam mencapai tujuan bersama. Tahapan pembelajaran ini yaitu: berpikir (think), guru atau siswa melakukan demonstrasi, pengamatan gejala fisis, membaca buku paket atau artikel fisika yang berkaitan dengan konsep Fluida Statis, atau peristiwa dalam kehidupan sehari-hari. Setelah itu siswa mulai memikirkan kemungkinan jawaban atau solusi dari permasalahan dengan cara siswa mencatat atau mengingat bagaimana/ apa yang dipahami atau tidak dipahami. Bicara (talk), siswa melakukan komunikasi dengan rekan sekelompok dalam diskusi kelompok yang membahas kemungkinan jawaban atau solusi dari permasalahan sehingga diperoleh solusi kelompok untuk didiskusikan kembali dalam diskusi kelas. Tulis (write), siswa menuliskan hasil diskusi itu dalam catatannya (buku catatan dan atau lembak kerja siswa/ LKS) baik berupa definisi istilah maupun kejadian fisis yang terkait dengan persamaan-persamaan fisis. Dengan memilih strategi yang tepat, diharapkan pemahaman konsep dan hasil belajar siswa dapat meningkat.

(42)

Tes hasil belajar kognitif (C1, C2,C3, C4)

Peningkatan hasil belajar fisika

Materi/ konsep yang cukup sulit

Penyampaian materi/ konsep

Strategi TTW (Think-Talk-Write)

Melalui metode eksperimen Hasil belajar fisika yang

masih rendah

Gambar 2.2. Bagan kerangka pikir penelitian

D. Hipotesis Penelitian

Berdasarkan kerangka pikir di atas dapatlah ditarik suatu kesimpulan dan sekaligus diputuskan untuk dijadikan hipotesis penelitian yang dirumuskan sebagai berikut:

H0: Tidak terdapat pengaruh yang signifikan strategi pembelajaran

Think-Talk-Write terhadap hasil belajar fisika siswa.

Ha: Terdapat pengaruh yang signifikan strategi pembelajaran

(43)

A. Waktu dan Tempat Penelitian

Waktu pelaksanaan penelitian dilakukan pada semester genap tahun

2009-2010. Sedangkan untuk tempat penelitian yaitu di SMU Negeri 3

Rangkasbitung yang beralamat di Jl. Letnan Muharam No. 5 Rangkasbitung

Kab. Lebak, Prov. Banten.

B. Metode dan Desain Penelitian

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuasi eksperimen

atau eksperimen semu dengan menggunakan satu sampel eksperimen. Metode

ini mempunyai kelompok kontrol tetapi tidak dapat berfungsi sepenuhnya

untuk mengontrol variabel-variabel luar yang mempengaruhi eksperimen.1

Desain penelitian yang digunakan adalah pretest-posttest control group

design. 2 Pada desain ini, kedua kelompok akan diberi perlakuan (treatment)

dengan pembelajaran yang berbeda. Sebelum belajar, kedua kelompok

diberikan tes awal (pretest) dan setelah pembelajaran berakhir diberikan tes

akhir (posttest) menggunakan soal yang sama dengan soal pada pretest.

Desain penelitian dapat dilihat pada tabel di bawah ini.

Tabel 3.1 Desain Penelitian pretest-posttest control group design

Kelas Pre-test Treatment Post-test

Eksperimen T1 XE T2

Kontrol T1 XK T2

1

Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif R&D, (Bandung: Alfabeta, 2007), h. 77

2Moh. Kasiram, Metode Penelitian, Refleksi Pengembangan Pemahaman dan Penguasaan

Metodologi Penelitian, (Malang: UIN Malang Press), h. 165

(44)

Keterangan:

T1 : pretest (tes hasil belajar sebelum mendapatkan perlakuan)

T2 : posttest (tes hasil belajar sesudah mendapatkan perlakuan)

XE : treatment (perlakuan) pada kelas eksperimen yaitu menggunakan

strategi pembelajaran TTW.

Xk : treatment (perlakuan) pada kelas kontrol yaitu menggunakan

pembelajaran konvensional (demonstrasi).

C. VariabelPenelitian

Variabel penelitian yaitu suatu atribut atau sifat atau nilai dari orang,

objek atau kegiatan yang mempunyai variasi tertentu yang ditetapkan oleh

peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya.3

Dalam penelitian ini, digunakan dua variabel untuk mencari pengaruh

strategi pembelajaran Think-Talk-Write (TTW) terhadap hasil belajar fisika

siswa, yaitu:

1. Variabel Bebas (Independent Variable); yaitu strategi pembelajaran

Think-Talk-Write (TTW).

a. Definisi Konseptual

TTW adalah strategi yang memfasilitasi latihan bahasa secara lisan

dan menulis. Ini berdasarkan pemahaman bahwa belajar adalah tingkah

sosial. TTW ini menganjurkan siswa utnuk berpikir, berbicara, lalu

menulis mengenai pokok bahasan.

b. Definisi Operasional

Pembelajaran think-talk-write (TTW) merupakan suatu

pelaksanaan pembelajaran yang mengacu kepada pembelajaran

kooperatif (berkelompok) yang mengarahkan siswa untuk berpikir

tentang suatu permasalahan, mendiskusikan permasalahan itu dengan

kelompok dan kelasnya untuk memperoleh solusi, dan dicatat oleh

siswa dalam catatan siswa atau lembar kerja siswa (LKS).

3

(45)

Dalam pelaksanaanya pembelajaran think-talk-write terdiri dari tiga

tahap yaitu: tahap berfikir (think) melakukan demonstrasi, pengamatan

gejala fisis, membaca buku paket atau artikel fisika yang berkaitan

dengan konsep, atau peristiwa dalam kehidupan sehari-hari. Setelah itu

siswa mulai memikirkan kemungkinan jawaban atau solusi dari

permasalahan dengan cara siswa mencatat atau mengingat bagaimana/

apa yang dipahami atau tidak dipahami; tahap berbicara (talk) yaitu

siswa melakukan diskusi kelompok yang membahas kemungkinan

jawaban atau solusi dari permasalahan sehingga diperoleh solusi

kelompok utnuk didiskusikan kembali dalam diskusi kelas; dan tahap

menulis (write) yaitu siswa menuliskan hasil diskusi itu dalam

catatannya (buku catatan atau LKS) baik berupa definisi istilah maupun

kejadian fisisyang berkaitan dengan persamaan fisis.4

2. Variabel Terikat (Dependent Variable) adalah hasil belajar fisika

a. Definisi Konseptual

Hasil belajar yaitu mencakup aspek kognitif, afektif, dan

psikomotorik. Hasil belajar aspek kognitif mencakup ingatan,

pemahaman, penerapan, dan analisis. Aspek afektif mencakup nilai dan

sikap yang nampak dalam tingkah laku. Aspek psikomotorik tampak

dalam bentuk keterampilan dan kemampuan siswa.

b. Definisi Operasional

Hasil belajar fisika adalah sesuatu yang dibatasi pada hasil aspek

kognitif, dimana hasil belajar tersebut merupakan penguasaan siswa

dalam skor tes pada pelajaran fisika.

D. Populasi dan Sampel Penelitian

Populasi adalah keseluruhan subjek penelitian.5 Populasi target pada

penelitian ini adalah seluruh siswa SMA Negeri 3 Rangkasbitung tahun

ajaran 2009-2010. Sedangkan untuk populasi terjangkaunya adalah seluruh

4

Martinis Yamin dan Bansu. Loc. Cit.

5

(46)

siswa kelas XI program Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) SMA Negeri 3

Rangkasbitung.

Sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang diteliti.6 Untuk

pengambilan sampel penelitian ini ditentukan dengan teknik purpossive

sampling, yaitu teknik pengambilan sampel berdasarkan tujuan penelitian.7 Berdasarkan teknik sampling tersebut, maka penulis mengambil kelas XI IPA

1 dan XI IPA 2. Kelas XI IPA 1 ditetapkan sebagai kelas kontrol yang akan

diajar dengan menggunakan pembelajaran konvensional sedangkan kelas XI

IPA 2 ditetapkan sebagai kelas eksperimen yang akan diajar dengan

menggunakan strategi think-talk-write (TTW).

E. Prosedur Penelitian

Prosedur penelitian ini dibagi dalam tiga tahapan, yaitu tahap persiapan,

tahap pelaksanaan, dan tahap akhir. Ketiga tahapan ini terdiri dari beberapa

bagian dengan alur sebagai berikut:

6Ibid., h. 131.

7

(47)

TAHAP PERSIAPAN

TAHAP PELAKSANAN

Perlakuan Terhadap Sampel Penelitian

Gambar 3.1 Alur Prosedur Penelitian

F. Instrumen Penelitian

Alat yang digunakan untuk memperoleh data disebut instrumen

penelitian. Instrumen yang digunakan pada penelitian ini yaitu tes hasil

belajar fisika, yang diperoleh dari hasil pretest dan posttest, yang digunakan

untuk mengukur sejauh mana siswa menguasai materi sebelum dan sesudah

menggunakan strategi pembelajaran think-talk-write. Sedangkan instrumen

TAHAP AKHIR 1. Pembahasan hasil

penelitian

2. Penarikan Kesimpulan

Tes Awal (Pretest)

Pembelajaran konvensional

Kelompok Eksperimen Kelompok Kontrol

Tes Awal (Pretest)

Penerapan Strategi TTW

Tes Akhir (Posttest)

Tes Akhir (Posttest) Analisis Uji

(48)

penunjang penelitian menggunakan instrumen non tes berupa lembar

observasi siswa selama pembelajaran berlangsung.

1. Instrumen Tes

Instrumen tes yang digunakan dalam penelitian ini adalah tes tertulis

dalam bentuk pilihan ganda sebanyak 20 soal dengan 5 alternatif jawaban (a,

b, c, d, e). Skor yang digunakan adalah satu (1) untuk tiap butir soal yang

dijawab dengan benar dan nol (0) untuk tiap butir soal yang hasil jawabannya

salah.

Instrumen yang digunakan dalam pretest dan posttest ini yaitu tes yang

berupa soal penguasaan konsep yang disusun dengan bimbingan dosen

pembimbing kemudian dilakukan judgement oleh dua orang dosen Jurusan

Pendidikan Fisika UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dan seorang guru mata

pelajaran Fisika di SMA Negeri 3 Rangkasbitung. Soal pretest dan posttest

diujikan di kelas selain kelas eksperimen yang masih dalam populasi

penelitian. Mengingat pentingnya kualitas alat pengambil data maka

instrumen yang digunakan harus baik, sehingga data yang diperoleh adalah

data yang sebenarnya. Untuk itu perlu adanya uji validitas, reliabilitas, daya

pembeda dan tingkat kesukaran terhadap instrumen yang digunakan.

1) Validitas Butir Soal Instrumen

Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat kevalidan

atau kesahihan suatu instrumen yang digunakan dalam penelitian. Sebuah

instrumen dapat dikatakan valid apabila mampu mengukur sesuatu yang

diinginkan dan dapat mengungkapkan data yang diteliti dengan tepat. Nilai

validitas untuk masing-masing soal yang telah diujikan dapat ditentukan

dengan menentukan koefisien korelasi point biserialsebagai berikut: 8

q

(49)

dimana:

rpbi = indeks point biserial

Mp = Mean (rata-rata) skor yang dijawab betul oleh testee (peserta

tes) pada butir soal yang sedang dicari korelasinya dengan tes

secara keseluruhan.

Mt = Mean (rata-rata) skor yang dijawab salah oleh testee (peserta

tes) pada butir soal yang sedang dicari korelasinya dengan tes

secara keseluruhan.

SDt = Deviasi standar skor total.

p = proporsi testee yang menjawab betul terhadap butir soal yang

sedang diuji validitasnya.

q = proporsi testee yang menjawab salah terhadap butir soal yang

sedang diuji validitasnya.

Tabel 3.2 Interpretasi Validitas Butir Soal9

Nilai rpbi Interpretasi Validitas

0,800 - 1,00 Sangat tinggi

0,60 - 0,799 Tinggi

0,40 - 0,599 Cukup

0,20 - 0,399 Rendah

0,00 - 0,20 Sangat rendah

Berdasarkan hasil perhitungan, diperoleh data bahwa dari 35 soal

yang diujicobakan terdapat 21 soal yang dinyatakan valid, nilai yang

didapat dari 21 butir soal yang valid yaitu sebesar 0.44.10 Diantara 21 soal

yang valid ini selanjutnya akan disaring kembali berdasarkan kriteria

lainnya untuk dapat digunakan dalam penelitianini.

9

Riduwan, Belajar Mudah Penelitian untuk Guru-Karyawan dan Peneliti Pemula,

(Bandung: Alfabeta, 2007), h.7

10

Gambar

Tabel 3.1   Desain Penelitian pretest-posttest control group design .................
Gambar 2.1  Bagan Desain Pembelajaran Strategi TTW ..................................
Gambar 2.1. Bagan Desain Pembelajaran Strategi TTW 25
Gambar 2.2. Bagan kerangka pikir penelitian
+7

Referensi

Dokumen terkait

Bapak dan Ibu Dosen Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Muhammadiyah Surakarta yang telah memberikan

(2) Triangulasi sumber yaitu menggunakan sumber data yang meliputi dokumentasi, arsip, hasil wawancara dan hasil observasi. Data hasil observasi dari berbagai

Syukur Alhamdulillah, penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat, taufik dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat m enyelesaikan skripsi yang

Agar hasil proses belajar dan mengajar dapat berhasil dengan baik, perlu adanya metode atau strategi yang tepat dalam proses belajar dan mengajar yang dilakukan oleh siswa dan

Kaitannya dengan penelitian yang telah dilaksanakan, hipotesis tindakan yang digunakan pada penelitian ini adalah “melalui penerapan strategi Thik Talk Write (TTW)

Kaitannya dengan penelitian yang telah dilaksanakan, hipotesis tindakan yang digunakan pada penelitian ini adalah “melalui penerapan strategi Thik Talk Write (TTW)

Ilmu pengetahuan alam (IPA) memiliki karakteristik pembelajaran tersendiri terutama materi fisika. Pembelajaran membutuhkan pemahaman konsep dan pemahaman proses. Agar

Jadi dengan kata lain perolehan skor posttest hasil belajar IPS siswa kelas eksperimen yang menggunakan model pembelajaran think talk write (TTW) lebih baik dari