(Sebuah Penelitian Eksperimen pada Siswa Kelas X-OC dan Kelas X-OD Semester Genap Tahun Pelajaran 2012/2013 SMK Triguna Utama)
SKRIPSI
Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan (FITK) untuk Memenuhi Persyaratan Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd)
Disusun oleh:
KHORI YATUN NISAH
109013000066
JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA
FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI JAKARTA
i
KATA PENGANTAR
Alhamdulillahirabbil’alamin, segala puji dan syukur senantiasa tercurah kepada Allah SWT atas rahmat, hidayah serta karunia-Nya dan shalawat serta
salam terlimpahkan kepada Nabi besar Muhammad SAW sehingga penulis dapat
menyelesaikan skripsi ini yang berjudul “Pengaruh Penerapan Strategi Pembelajaran Think-Tak-Write (TTW) Terhadap Kemampuan Menganalisis
Cerpen Pada Siswa”.
Skripsi ini disusun sebagai tugas akhir dalam rangka menyelesaian studi
strata 1 untuk memperoleh gelar sarjana pendidikan yang di ajukan kepada
Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan (FITK) Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah Jakarta, dan untuk menerapkan dan mengembangkan teori-teori yang
penulis peroleh selama kuliah.
Skripsi ini tidak akan terselesaikan tanpa adanya peran serta dari pihak lain
yang telah banyak memberikan dorongan, bantuan, bimbingan dan petunjuk. Oleh
sebab itu, pada kesempatan ini penulis dengan segenap kerendahan dan ketulusan
hati ingin mengucapkan terima kasih kepada:
1. Dra. Nurlena Rifa’i, M.A, Ph.D, Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Dra. Mahmudah Fitriyah. ZA, M. Pd, Ketua Jurusan Pendidikan IPA
Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
3. Dra. Hindun, M. Pd, Dosen Pembimbing yang telah menyempatkan
waktunya dalam membimbing memberikan arahan dan saran dalam
menyelesaikan skripsi ini.
4. Para dosen yang telah membekali penulis dengan berbagai ilmu dan
pengetahuan, selama penulis mengikuti perkuliahan.
5. Koko, S.Pd, Guru mata pelajaran Bahasa Indonesia di SMK Triguna Utama,
yang telah banyak membantu dan memberikan saran selama penelitian.
6. Siswa-siswi kelas X di SMK Triguna Utama, atas kerjasamanya yang telah
ii
7. Bapak Sukhadi dan Ibu Siti Jumiah, selaku kedua orang tua penulis yang
memelihara, mendidik, serta mencurahkan semua kasih sayang tiada tara
tanpa pamrih yang senantiasa mendoakan keberhasilan penulis dan
memberikan bantuan baik moril maupun materil kepada penulis selama
proses menyelesaikan skripsi ini.
8. Keluarga besar tercinta yang tidak berhenti memberikan kasih sayang,
nasehat, dukungan, serta doa demi keberhasilan dan kesuksesan penulis.
9. Rekan-rekan satu perjuangan mahasiswa Pendidikan Bahasa dan Sastra
Indonesia, sahabat-sahabat Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia dalam
peyusunan skripsi yang saling mendukung dan membantu satu sama lain.
10. Danna Suryaman yang selalu membantu saat sulit dan memberikan
dukungannya terhadap penulis.
11. Sahabat-sahabat, penghuni kost, dan semua pihak penulis yang tidak bisa
penulis sebutkan satu persatu, yang selalu menghibur dan menemani penulis
dalam menyelesaikan skripsi ini serta banyak memberikan dukungan, saran,
nasehat serta perhatian kepada penulis. Semoga Allah SWT membalas budi
baik Bapak, Ibu dan Saudara/i sekalian.
Penulis telah berusaha untuk menyajikan suatu tulisan ilmiah yang rapi,
sistematik sehingga mudah dipahami oleh pembaca. Harapan terbesar penulis
karya sederhana ini bermanfaat bagi perkembangan dunia pendidikan dan
tentunya tidak hanya berhenti pada penelitian ini saja.
Aamiin Ya Rabbal’Alamin.
Jakarta, Juli 2013
v
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ... i
ABSTRAK ... iii
DAFTAR ISI ... v
DAFTAR LAMPIRAN ... vii
DAFTAR TABEL ... viii
DAFTAR DIAGRAM ... ix
BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang masalah ... 1
B. Identifikasi Masalah ... 5
C. Pembatasan Masalah Penelitian ... 5
D. Rumusan Masalah ... 5
E. Tujuan Penelitian ... 6
F. Manfaat Penelitian ... 6
BAB II DESKRIPSI TEORITIS, KERANGKA BERPIKIR, DAN PENGAJUAN HIPOTESIS A. Deskripsi Teoritis ... 8
1. Strategi Pembelajaran ... 8
2. Strategi Pembelajaran Think-Talk-Write ... 10
3. Hakikat Cerpen ... 20
a. Kriteria atau Ciri-ciri Cerpen ... 23
b. Manfaat Membaca Cerpen ... 24
c. Jenis-Jenis dan Contoh Cerpen ... 25
4. Kemampuan Menganalisis ... 26
5. Hasil Penelitian yang Relevan ... 27
B. Kerangka Berpikir ... 29
vi
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian ... 33
B. Metode dan Desain Penelitian ... 33
C. Populasi dan Teknik Pengambilan Sampel ... 35
D. Variabel Penelitian ... 36
E. Teknik Pengumpulan Data ... 36
F. Instrumen Penelitian ... 37
G. Uji Instrumen Penelitian ... 37
H. Kontrol Validasi Internal ... 39
I. Teknik Analisis Data ... 40
J. Hipotesis Statistik ... 43
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Sekolah ... 44
B. Hasil Penelitian ... 45
1. Data Hasil Tes ... 45
2. Pengujian Prasyarat Analisis Data ... 48
a. Uji Normalitas ... 48
b. Uji Homogenitas ... 50
c. Pengujian Hipotesis ... 52
C. Kelemahan ... 55
D. Pembahasan ... 55
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ... 58
B. Saran ... 58
DAFTAR PUSTAKA ... 59
LAMPIRAN ... 61
vii
: Data Nilai Pretest dan Posttest Kelas Eksperimen ...55
Lampiran 3 : Uji Normalitas Kelas Kontrol ...57
Lampiran 4 : Uji Normalitas Kelas Eksperimen ...60
Lampiran 5 : Data dan Perhitungan Uji Homogenitas ...63
Lampiran 6 : Data dan Perhitungan Uji Hipotesis (t) ...64
Lampiran 7 : RPP Kelas Eksperimen ...65
Lampiran 8 : RPP Kelas Kontrol ...68
viii
Tabel 3 : Interpretasi Koefisien Tingkat Kesukaran ...38
Tabel 4 : Interpretasi Daya Pembeda ...39
Tabel 5 : Data Hasil Pretest Kelompok Eksperimen dan Kelompok Kontrol ...47
Tabel 6 : Data Hasil Posttest Kelompok Eksperimen dan Kelompok Kontrol...48
Tabel 7 : Uji Normalitas Pretest Kelompok Eksperimen ...48
Tabel 8 : Uji Normalitas Posttest Kelompok Eksperimen ...49
Tabel 9 : Uji Normalitas Pretest Kelompok Kontrol ...49
Tabel 10 : Uji Normalitas Posttest Kelompok Kontrol ...50
Tabel 11 : Uji Homogenitas Pretest Kelompok Kontrol dan Eksperimen ...51
Tabel 12 : Uji Homogenitas Posttest Kelompok Kontrol dan Eksperimen ...52
Tabel 13 : Hasil Uji-t Pretest ...54
1
Pendidikan merupakan pilar tegaknya bangsa. Melalui pendidikanlah
bangsa akan tegak mampu menjaga martabat. Dalam UU RI Nomor 20 tahun
2003 tentang sistem pendidikan nasional, pasal 3 disebutkan bahwa:
Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spritual keagamaan, pengedalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan Negara.1
Salah satu komponen yang terpenting dalam pendidikan adalah guru.
Guru memiliki peranan yang sangat berat dan penting karena guru harus
bertanggung jawab atas terbentuknya moral siswa yang telah diamanahkan
para orang tua atau wali untuk menciptakan anak didiknya menjadi terdidik,
terbimbing, dan terlatih jasmani dan rohaninya. Maka guru adalah seorang
figur yang terhormat, dia menjadi ukuran dan pedoman bagi anak didiknya, di
tengah masyarakat sebagai suri tauladan.2
Guru yang berkualitas adalah guru yang profesional dalam melaksanakan
tugas pembelajaran. Oleh karena itu, seorang guru perlu memiliki
kemampuan merancang dan mengimplementasikan berbagai strategi
pembelajaran yang dianggap cocok dengan minat dan bakat serta sesuai
dengan taraf perkembangan siswa termasuk di dalamnya memanfaatkan
berbgai sumber dan media pembelajaran untuk menjamin efektifitas
pembeajaran. Dengan demikian seorang guru perlu memiliki kemampuan
khusus, kemampuan yang tidak mungkin dimiliki oleh orang yang bukan
1
Undang-undang No 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, (Jakarta: Visimedia, 2008), h.2.
2
guru. “A teacher is person charged with the responbility of helping others to
learn and to behave in new different ways” (James M. Cooper, 1990). Itulah
sebabnya guru adalah pekerjaan profesional yang membutuhkan kemampuan
khusus hasil proses pendidikan yang dilaksanakan oleh lembaga pendidikan
keguruan. Hal ini seperti diungkapkan Greta G. Morine-Dershimer: “A professional is a person who possesses some specialized knowledge and
skills, can weigh alternatives and select from among a number of potentially
productive actions one that is particularly appropriate in a given situation”.3 Guru yang profesional mampu merancang dan melaksanakan
pembelajaran, serta menilai hasil pembelajaran. Untuk itu seorang guru yang
profesional harus menguasai bahan ajar, memahami karakteristik peserta
didik, dan terampil dalam memilih metode pembelajaran dan melaksanakan
proses pembelajaran. Namun terkadang, guru masih kesulitan dalam
menentukan strategi apa yang harus digunakan agar siswa dapat
mengkonstruksi pemahaman mereka dengan baik.
Sebaiknya, guru hendak memperhatikan upaya dalam memilih strategi
dan metode pembelajaran yang tepat untuk mengoptimalkan kemandirian
siswa. Khususnya, yang berkaitan dengan proses menganalisis suatu bahan
bacaan khususnya cerpen. Terkadang siswa sering kesulitan dalam
menganalisis sebuah cerpen.
Menurut Edgar Allan Poe, cerpen adalah sebuah cerita yang selesai
dibaca dalam sekali duduk, kira-kira berkisar antara setengah sampai dua
jam..4
Dengan cerpen seorang penyair dapat mengungkapkan ekspresi
perasaannya. Keindahan alur serta konflik yang dimiliki cerpen terkadang
membuat pembaca atau penikmat cerpen mengalami kesulitan dalam
mengkategorikan atau menentukan unsur-unsur yang membangun cerpen
tersebut. Untuk dapat memahami dan menangkap makna yang terdapat di
3
Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan, (Jakarta: Kencana, 2010), h. 15
4
dalam cerpen, pembaca harus memiliki kepekaan batin dan daya kritis
terhadap cerpen tersebut. Oleh karena itu, untuk memahami dan menangkap
maksud dari cerpen, pembaca perlu melakukan kajian atau analisis terhadap
cerpen tersebut. Analisis yaitu menguraikan suatu materi atau bahan yang
diberikan menjadi unsur-unsur atau bagian-bagian sehingga kedudukan atau
hubungan antarunsur atau bagian yang diungkapkan menjadi jelas. 5
Secara rinci, bloom mengemukakan tiga jenis kemampuan
menganalisis, yaitu;
1) Menganalisis Unsur
a) Kemampuan melihat asumsi-asumsi yang tidak dinyatakan secara
eksplisit pada suatu pernyataan.
b) Kemampuan untuk membedakan fakta dengan hipotesa
c) Kemampuan untuk membedakan pernyataan faktual dengan
pernyataan normatif
d) Kemampuan untuk mengidentifikasi motif-motif dan membedakan
mekanisme perilaku antara individu dengan kelompok
e) Kemampuan untuk memisahkan kesimpulan dari
pernyataan-pernyataan yang mendukungnya
Dalam konsep ini, siswa dituntut untuk bisa menganalisis sebuah cerpen
berupa analisis unsur-unsur intrinsik atau unsur-unsur yang membangun
karya tersebut dari dalam karya itu sendiri. Sedangkan pengetahuan tentang
materi menganalisis cerpen tidak sepenuhnya dipahami oleh siswa.
Oleh karena itu, sebaiknya guru memiliki strategi pembelajaran yang
tepat untuk mengatasinya. Salah satu cara yang dapat dilakukan untuk
meningkatkan pemahaman konsep dan kemampuan komunikasi adalah
dengan melaksanakan model atau strategi pembelajaran yang relevan untuk
diterapkan oleh guru. Model atau strategi yang sebaiknya diterapkan adalah
model atau strategi pembelajaran yang memberikan kesempatan kepada siswa
untuk mengkonstruksi pengetahuannya sendiri. Sehingga siswa dapat lebih
5
mudah memahami dan menemukan konsep-konsep serta mengkomunikasikan
ide-idenya dalam bentuk lisan maupun tulisan.
Salah satu strategi pembelajaran yang diharapkan dapat
menumbuhkembangkan kemampuan untuk memperbaiki pengetahuan dan
pemahaman siswa serta dapat mengkomunikasikan ide-idenya dalam bentuk
lisan maupun tulisan adalah strategi pembelajaran Think-Talk-Write (TTW).
Strategi Think-Talk-Write (TTW) merupakan segala bentuk belajar yang
langsung mengahadapkan siswa dengan sejumlah sumber belajar secara
individual atau kelompok dengan segala kegiatan yang bertalian dengan itu.
Jadi bukan dengan cara konvensional dimana guru menyampaikan bahan
pelajaran pada siswa, tetapi setiap komponen yang dapat memberikan
informasi seperti perpustakaan, kebun, dan guru bukan merupakan sember
belajar satu-satunya.
Peneliti memilih SMK Triguna Utama sebagai tempat dilakukannya
penelitian dikarenakan karakteristik dari siswa-siswa di sana kurang begitu
menyukai pelajaran Bahasa Indonesia dengan alasan jenuh dan
membosankan. Itu semua disebabkan oleh penggunaan strategi pembelajaran
di sana kurang tepat sehingga tidak dapat menumbuhkan semangat belajar
siswa. Pada sisi lain, pelajaran Bahasa Indonesia sangat memiliki ke khasan
di SMK, seperti yang kita ketahui SMK lebih membutuhkan keterampilan
berbahasa yang sangat baik, karena SMK akan masuk oada dunia pekerjaan
lebih awal yaitu PKL. Demikianlah alasan peneliti memilih SMK Triguna
Utama sebagai lokasi penelitian.
Pada penelitian kali ini, peneliti membahas tentang strategi pembelajaran
yang akan digunakan oleh guru untuk meningkatkan kemampuan dalam
menganalisis cerpen dengan menganalisis unsur-unsur intrinsik yang ada
pada cerpen tersebut. Oleh karena itu, judul pada penelitian kali ini adalah
Pengaruh Penerapan Strategi Pembelajaran Think-Talk-Write (TTW)
terhadap Kemampuan Menganalisis Cerpen (Sebuah Penelitian Eksperimen
pada Siswa Kelas X-OC dan Kelas X-OD Semester Genap Tahun Pelajaran
B. Identifikasi Masalah
Dari latar belakang yang sudah dipaparkan di atas, maka penulis
mengidentifikasi masalah sebagai berikut:
a. Masih banyak siswa yang kesulitan dalam menganalisis unsur-unsur
intrinsik pada siswa.
b. Guru sulit dalam memilih strategi pembelajaran yang dapat membantu
kesulitan siswa.
c. Guru masih bingung menentukan strategi apa yang harus digunakan agar
siswa dapat mengkonstruksi pemahaman mereka dengan baik.
d. Pemahaman konsep siswa terhadap materi menganalisis unsur-unsur
intrinsik pada cerpen tidak sepenuhnya dipahami oleh siswa.
C. Pembatasan Masalah
Berhubung aspek yang berkaitan dengan penelitian ini cukup komplek,
dan untuk lebih memfokuskan pembahasannya, maka dilakukan pembatasan
masalah sebagai berikut:
a. Penerapan strategi pembelajaran yang dimaksud dalam penelitian ini
adalah penerapan strategi Think-Talk-Write.
b. Menganalisis cerpen yang dimaksud dalam penelitian ini merupakan
analisis unsur-unsur intrinsik cerpen.
c. Cerpen yang ada dalam dunia sastra cukup banyak, maka penulis
akan membahas satu cerpen saja yaitu cerpen yang berjudul “kisah sebuah celana pendek” karya Idrus.
D. Rumusan Masalah
Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah bagaimanakah pengaruh
penerapan strategi pembelajaran Think-Talk-Write (TTW) terhadap
kemampuan menganalisis cerpen pada siswa kelas X-OC dan kelas X-OD
E. Tujuan Penelitian
Dari rumusan masalah di atas, maka dapat kita ketahui tujuan dari
penelitian ini yaitu mendeskripsikan pengaruh penerapan strategi
pembelajaran Think-Talk-Write (TTW) terhadap kemampuan menganalisis
cerpen pada siswa kelas X-OC dan kelas X-OD SMK Triguna Utama.
F. Manfaat Penelitian
1. Bagi Siswa
a. Menarik minat dan motivasi siswa dalam mengikuti pembelajaran
karena penyajian materi disertai dengan contoh cerpen yang menarik
yang mudah diingat dan dijumpai nyata dalam kehidupan sehari-hari.
b. Terlatih untuk mengembangkan daya nalarnya dalam memecahkan
permasalahan atau mengaplikasikan konsep-konsep yang dipelajarinya
yang dijumpai dalam kehidupan sehari-hari.
c. Menumbuhkan kepedulian dan tanggungjawab sosial siswa terhadap
fenomena disekitarnya sebagai dampak dari bahan bacaan yang telah
dibacanya.
d. Penggunaan THINK-TALK-WRITE (TTW) dapat membantu
mengembangkan keterampilan berfikir kreatif siswa dan memotivasi
agar dapat meningkatkan proses pembelajaran secara aktif.
e. Mampu menerapkan cara berpikir yang baik dalam mengambil
keputusan untuk memecahkan suatu masalah terkait dengan proses
menganalisis unsur-unsur intrinsik pada cerpen.
2. Bagi Guru
a. Sebagai bahan masukan bagi para guru Bahasa Indonesia dalam
menggunakan strategi pembelajaran untuk mengembangkan
keterampilan berfikir siswa.
b. Meningkatkan kekritisan dan kekreatifan guru dalam memilih
masalah-masalah riil yang dijumpai dan berkembang di lingkungan dan
kehidupan masyarakat sehari-hari terkait dengan materi yang akan
3. Bagi Peneliti
Menambah wawasan, pengetahuan, sebagai bahan masukan serta
informasi mengenai pengaruh penerapan strategi Think-Talk-Write
terhadap kemampuan menganalisis cerpen pada siswa.
4. Bagi Sekolah
Sebagai bahan evaluasi bagi sekolah untuk memperbaiki pembelajaran
Bahasa Indonesia dalam meningkatkan kemampuan menganalisis cerpen
8
A. Deskripsi Teoretis
1. Strategi Pembelajaran
Strategi berasal dari bahasa Yunani yaitu strategos yang artinya suatu
usaha untuk mencapai kemenangan dalam suatu peperangan awalnya
digunkan dalam lingkungan militer namun istilah strategi digunakan dalam
berbagai bidang yang memiliki esensi yang relatif sama termask diadopsi
dalam konteks pembelajaran yang dikenal dengan istilah strategi
pembelajaran. Menurut J. R David (1976) strategi pembelajaran adalah
perencanaan yang berisi tetang rangkaian kegiatan yang didesain untuk
mencapai tujuan pendidikan tertentu.5
Dalam pemahaman konsep dari strategi itulah yang dimaksudkan
sebagai usaha untuk mencapai kemenangan dalam suatu peperangan adalah
di mana suatu usaha dalam mensiasati suatu cara demi tercapainya tujuan
pendidikan dalam suatu tindak pembelajaran.
Terdapat berbagai pendapat mengenai strategi pembelajaran ini,
sebagian besar yang telah dikemukakan oleh para ahli pembelajaran. Agar
dapat memperoleh pemahaman yang mendalam tentang makna dan hakikat
strategi pembelajaran, maka cermatilah konsep strategi pembelajaran
sebagai berikut:
Menurut Kozna (1989) secara umum menjelaskan bahwa strategi
pembelajaran dapat diartikan sebagai setiap kegiatan yang dipilih, yaitu
dapat memberikan fasilitas atau bantuan kepada peserta didik menuju
tercapainya tujuan pembelajaran tertentu.
Menurut Gertach dan Ely (1980) menjelaskan bahwa strategi
pembelajaran merupakan cara-cara yang dipilih untuk menyampaikan
5
metode pembelajaran dalam lingkungan pembelajaran tertentu. Selanjutnya
dijabarkan oleh mereka bahwa strategi pembelajaran dimaksud meliputi
sikap lingkup dan urutan kegiatan pembelajaran yang dapat memberikan
pengalaman belajar peserta didik.
Sedangkan Dick dan Carey menjelaskan bahwa strategi pembelajaran
terdiri atas seluruh komponen materi pembelajaran dan prosedur atau
tahapan kegiatan belajar yang/atau digunakan oleh guru dalam rangka
membantu peserta didik mencapai tujuan pembelajaran tertentu. Menurut
mereka strategi pembelajaran bukan hanya terbatas prosedur atau tahapan
kegiatan belajar saja, melainkan termasuk juga pengauran materi atau paket
program pembelajaran yang akan disampaikan kepada peserta didik.
Kemudian Gropper mengatakan bahwa strategi pembelajaran
merupakan pemilihan atas berbagai jenis latihan tertentu yang sesuai dengan
tujuan pembelajaran yang ingin dicapai. Ia menegaskan bahwa setiap
tingkah laku yang dapat dicapai oleh peserta didik dalam kegiatan
belajarnya harus dapat dipraktikkan.6
Reigeluth dalam Seels dan Richey menyebutkan bahwa strategi
pembelajaran adalah spesifikasi untuk seleksi dan mengatur
kejadian-kejadian dan kegiatan-kegiatan dalam satuan pelajaran. Lebih lanjut
Reigeluth dalam Seels dan Richey membedakan antara strategi makro dan
mikro; variabel-variabel strategi mikro adalah metode-metode untuk
mengorganisasikan instruksi pada ide tinggal (contoh; konsep tinggal,
prinsip, dan lain-lain). Mereka juga memasukkan komponen-komponen
seperti; devinisi, contoh, praktik, alternatif referesentasi. Sedangkan
variabel-variabel strategi makro adalah elemen atau metode untuk
mengorganisasikan semua aspek-aspek instruksi yang berhubungan
terhadap lebih dari satu ide; kerangka sintesa dan kesimpulan ide-ide yang
diajarkan.7
6
Hamzah B. Uno, Model Pembelajaran: Menciptakan Proses Belajar Mengajar yang Kreatif dan Efektif, (Jakarta: Bumi Aksara, 2009), h. 1
7
Penjabaran makna dari beberapa pemahaman para ahli pembelajaran,
maka dapat disimpulkan bahwa strategi pembelajaran merupakan rancangan
kegiatan-kegiatan, tahapan-tahapan, dan cara-cara seseorang dalam
pembelajaran untuk dapat mempermudah dalam mencapai suatu tujuan
tertentu dalam pembelajaran itu sendiri.
Dalam dunia pendidikan, strategi diartikan sebagai a plan, method, or
series of activities designed to achieves a particular educational goal (J. R.
David, 1976). Jadi dengan demikian strategi pembelajaran dapat diartikan
sebagai perencanaan yang berisi tentang rangkaian kegiatan yang didesain
untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu.8
Kemudian sebagai pembeda antara metode dan strategi, dapat dilihat
pada kata-kata ini. When we use the term method, it implies some orderly
way of doing something. The term strategy implies thoughtful planning to do
something. Each of these aspects emanate from a broader and more
encompassing model.9
Upaya untuk mengimplementasikan tahapan rencana tersebut yang
telah disusun dalam bentuk kegiatan agar dapat mencapai suatu tujuan, ini
yang dinamakan dengan metode. Dengan demikian, metode itu digunakan
untuk merealisasikan strategi yang telah di tetapkan. Oleh karena itu, penulis dalam penelitian ini menggunakan kata “strategi” pada judul, karena
Think-Talk-Write merupakan tahapan-tahapan kegiatan yang direncanakan
untuk mencapai tujuan dan di dalamnya berkemungkinan terdapat beberapa
metode untuk merealisasikannya.
2. Strategi Pembelajaran Think-Talk-Write
Pembelajaran ini dimulai dengan berpikir melalui bahan bacaan
(menyimak, mengkritisi, dan alternative solusi), hasil bacaannya
8
Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan, (Jakarta: Kencana, 2010), h. 126
9
dikomunikasikan dengan presentasi, diskusi, dan kemudian membuat
laporan hasil presentasi.10
Strategi yang diperkenalkan oleh Huinker & Laughlin (1996 : 82), ini
pada dasarnya dibangun melalui berpikir, berbicara dan menulis. Alur
kemajuan Think-Talk-Write (TTW) dimulai dari keterlibatan siswa dalam
berpikir atau berdialog dengan dirinya sendiri setelah proses membaca,
selanjutnya berbicara dan membagi ide (sharing) dengan temannya sebelum
menulis.11
Dari alur kemajuan Think-Talk-Write tersebut, terlihat bahwa strategi
Think-Talk-Write sangatlah cocok untuk menunjang proses pembelajaran
Bahasa Indonesia. Telah kita ketahui bersama, pelajaran Bahasa Indonesia
merupakan pelajaran yang terlihat mudah namun kenyataannya tingkat
kesulitannya sangat tinggi. Mengapa demikian? Karena pada pelajaran
Bahasa Indonesia ini, yang benar-benar dibutuhkan, diasah, dan digunakan
adalah penalaran siswa. Setiap kandungan soal dalam pelajaran Bahasa
Indonesia membutuhkan penalaran dan ketelitian dalam membacanya, jika
salah penalaran dan tidak teliti maka akan kesulitan dalam menjawabnya
dan tingkat kesalahan menjawab akan semakin besar. Tingginya tingkat
kesulitan pada pelajaran Bahasa Indonesia ini, terlihat dari hasil ujian akhir
para siswa yang cenderung mendapatkan nilai rendah pada mata pelajaran
Bahasa Indonesia.
Oleh karena itu, dengan menggunakan strategi Think-Talk-Write, para
siswa dapat berpikir dan mengolah pendapatnya sendiri, kemudian
mengemukakan pendapatnya kepada teman-temannya, bertukar pikiran.
Kemudian setelah mendapat masukan dari hasil diskusi tersebut, siswa
dapat dengan mudah menjabarkan idenya dan menjawab soal-soal dengan
baik.
10
Ngalimun, Strategi dan Model Pembelajaran, (Banjarmasin: Aswaja Pressindo, 2012), h. 170
11
Pengertian lainnya yang memaparkan strategi Think-Talk-Write adalah “TTW is a strategy that the facilitates the oral rehearsal of language and writing. It is based on the understanding that learning is a social
behavior. It encourages students to think, talk, and then write regarding a
topic. TTW is used to develop writing fluency and to rehearse language
before writing. It allows students to interact and manipulate ideas before
writing. In addition, it assist students in gathering and expanding ideas
through structured conversation.” 12
Makna dari pemahaman tersebut yaitu
TTW adalah strategi yang memfasilitasi latihan lisan bahasa dan penulisan.
Hal ini didasarkan pada pemahaman bahwa belajar adalah suatu prilaku
sosial. Hal ini mendorong siswa untuk berpikir, berbicara, dan kemudian
menulis tentang topi. TTW digunakan untuk mengambangkan kelancaran
menulis dan untuk berlatih bahasa sebelum menulis. Hal ini memungkinkan
siswa untuk berinteraksi dan memanipulasi ide-ide sebelum menulis. Selain
itu, membantu siswa dalam mengumpulkan dan memperluas ide-ide melalui
percakapan terstruktur.
Pembelajaran Think-Talk-Write dimulai dengan berpikir melalui bahan
bacaan (menyimak, mengkritisi, dan alternatif solusi), hasil bacaannya
dikomuikasikan dengan presentasi.
a. Think (Berpikir)
Think menurut kamus Inggris-Indonesia merupakan pikir, kira,
berpikir, merenung, menganggap, menduga, menyangka.13 Proses berpikir merupakan proses yang dimulai dari penemuan informasi (dari luar atau diri
sendiri), pengolahan, penyimpanan, dan pemanggilan kembali informasi
dari ingatan siswa (Marpaung, dalam Budiarto dan Hartono, 2002 : 481).
Dengan demikian dapat dikatakan, pada prinsipnya proses berpikir meliputi
tiga langkah pokok yaitu pembentukan pengertian, pembentukan pendapat
dan penarikan kesimpulan.
12
Ela, Strategi Think-Talk-Write, 2012, ( http://wwww.mtsd.k12.wi.us/MTSD/District/ela-curiculum03/writing/think_talk_write.html), 23/12/12, 14:54.
13
Aktivitas berpikir (Think) dapat dilihat dari proses membaca suatu teks.
Kemampuan membaca, dan membaca secara komprehensif (reading
comprehension) secara umum dianggap berpikir, meliputi membaca
baris-demi baris (reading the lines) atau membaca yang penting saja (reading
between the lines) (Wiederhold, 1997).14
Makna dan proses berpikir dapat ditinjau dari dua sisi pandangan yang
berbeda yakni pandangan filsafat dan psikologi. Para ahli filsafat
memandang bahwa otak manusia (mind) sebagai tempat muncul serta
tumbuh alasan-alasan dan nalar. Bidang filsafat memberikan penekanan
lebih besar pada studi tentang berpikir kritis (critical thinking) melalui
analisis terhadap argumen serta aplikasi logik. Sementara ahli psikologi
lebih memfokuskan pengajiannya mengenai berpikir pada aspek
mekanismenya (mechanism of mind). Lebih khusus lagi, ahli psikologi
kognitif cenderung memberi penekanan pada berpikir kreatif yaitu
bagaimana ide-ide yang merupakan proses berpikir dihasilkan oleh otak
manusia.
Menurut Marzano, dkk, menyebutkan bahwa berpikir yang dilakukan
manusia meliputi lima dimensi yaitu:
1) Metakognisi, merupakan kesadaran seseorang tentang proses
berpikirnya pada saat melakukan tugas tertentu dan kemudian
menggunakan kesadaran tersebut untuk mengontrol apa yang
dilakukan.
2) Berpikir kritis dan kreatif, merupakan dua komponen yang sangat
mendasar. Edward Glaser mendefinisikan berpikir kritis sebagai:
a) Suatu sikap mau berpikir secara mendalam tentang
masalah-masalah dan hal-hal yang berada dalam jangkauan pengalaman
seseorang;
b) Pengetahuan tentang metode-metode pemeriksaan dan penalaran
yang logis; dan
14
c) Semacam suatu keterampilan untuk menerapkan metode-metode
tersebut. Berpikir kritis adalah suatu proses berpikir sistematik
yang penting bagi seorang profesional. Berpikir kritis adaah
berpikir dengan tujuan dan mengarah sasaran yang membantu
individu membuat penilaian berdasarkan data bukan perkiraan
(Ayaro-Lefevie, 1995).15
Sedangkan berpikir kreatif (Creative thingking) yaitu merupakan
keterampilan individu dalam menggunakan proses berpikirnya
untuk menghasilkan gagasan yang baru, konstruktif berdasarkan
konsep-konsep dan prinsip-prinsip yang rasional maupun persepsi,
dan intuisi individu.16
3) Proses berpikir, memiliki delapan komponen utama yaitu pembentukan
konsep, pembentukan prinsip, pemahaman, pemecahan masalah,
pengambilan keputusan, penelitian, penyusunan dan berwacana secara
oral.
4) Kemampuan berpikir utama, juga memiliki delapan komponen yaitu:
memfokuskan, kemampuan mendapatkan informasi, kemampuan
mengingat, kemampuan menganalisis, kemampuan mengorganisasikan,
kemampuan menghasilkan, kemampuan mengintegrasi, serta
kemampuan mengevaluasi.
5) Berpikir matematik tingkat tinggi, pada hakekatnya merupakan
non-prosedural yang antara lain mencakup hal-hal berikut: kemampuan
menggunakan fakta-fakta, kemampuan berpikir dan bernalar secara
fleksibel, serta menetapkan suatu pemecahan masalah bersifat logis.
Pada tahap Think siswa membaca teks berupa
permasalahan-permasalahan. Dalam tahap ini secara individual memikirkan kemungkinan
jawaban (strategi penyelesaian), membuat catatan kecil tentang ide-ide yang
terdapat pada bacaan, dan hal-hal yang tidak dipahaminya sendiri.
15
Donna L Wong, dkk, Wong Buku Ajar Keperawatan Pediatrik, (Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC, cet 1, 2009), h. 20.
16
Menurut Wiederhold membuat catatan berarti menganalisis tujuan isi
teks dan memeriksa bahan-bahan yang ditulis. Selain itu belajar rutin
membuat catatan setelah membaca, akan merangsang aktivitas berpikir
sebelum, selama dan sesudah membaca sehingga dapat mempertinggi
pengetahuan dan dapat kemampuan berfikir dan menulis.
b. Talk (Berbicara)
Talk dalam kamus Inggris-Indonesia berarti percakapan, pembicaraan,
perbincangan, ceramah, omongan, kabar angin, desas-desus (v), berbicara,
berbicara dengan-.17 Setelah tahap think selesai dilanjutkan dengan tahap berikutnya “talk” yaitu berkomunikasi dengan menggunakan kata-kata dan bahasa yang mereka pahami.
Berbicara adalah suatu keterampilan berbahasa yang berkembang pada
kehidupan anak, yang hanya didahului oleh keterampilan menyimak, dan
pada masa itulah keterampilan berbicara dan berujar dipelajari.18 Jadi, keterampilan berbicara itu diawali oleh kegiatan menyimak, apabila daya
simak pada anak itu bagus maka keterampilan berbicara dan berujar pun
akan mudah dipelajari.
Tahap ini memberikan kesempatan kepada siswa untuk membicarakan
tentang penyelidikannya pada tahap pertama. Pada tahap ini siswa
merefleksikan, menyusun serta menguji (negosiasi, sharing) ide-ide dalam
kegiatan diskusi kelompok. Dengan adanya sharing ide-ide dalam diskusi
kelompok diharapkan muncul koneksi-koneksi antar topik dalam
penganalisisan puisi.
Dengan demikian fase berkomunikasi (talk) pada strategi ini
memungkinkan siswa untuk terampil bicara. Pada umumnya menurut
Huinker dan Laughlin, berkomunikasi dapat berlangsung secara alami,
tetapi menulis tidak. Proses komunikasi dipelajari siswa melalui
17
Tim Gemagung Ikhtiari, Kamus Saku Praktis (Inggris-Indonesia), (Jakarta: Gemagung Ikhtiari, 2007), h.178.
18
kehidupannya sebagai individu yang berinteraksi dengan lingkungan
sosialnya. Secara alami dan mudah proses komunikasi dapat dibangun
dikelas dan dimanfaatkan sebagai alat sebelum menulis. Selain itu,
berkomunikasi dalam suatu diskusi dapat membantu kolaborasi dan
meningkatkan aktivitas belajar dalam kelas.
Hal ini mungkin terjadi karena ketika siswa diberi kesempatan
berkomunikasi, sekaligus mereka berpikir bagaimana cara
mengungkapkannya dalam tulisan. Oleh karena itu keterampilan
berkomunikasi dapat mempercepat kemampuan siswa mengungkapkan
idenya melalui tulisan. Selanjutnya berkomunikasi atau berdialog baik
antarsiswa maupun dengan guru dapat meningkatkan pemahaman. Hal ini
dapat terjadi karena ketika siswa diberi kesempatan untuk berbicara atau
berdialog, sekaligus mengkonstruksi berbagai ide untuk dikemukakan
melalui dialog.
c. Write (Menulis)
Write dalam kamus Inggris-Indonesia berarti bermakna menulis,
mengarang, mengubah, menulis (sajak).19 Menurut Tarigan, menulis merupakan suatu keterampilan berbahasa yang dipergunakan untuk
berkomunikasi secara tidak langsung, tidak secara tatap muka dengan orang
ain. Menulis merupakan suatu kegiatan yang produktif dan ekspresif. Dalam
kegiatan menulis ini, penulis haruslah terampil dalam memanfaatkan
grafolegi, struktur bahasa, kosa kata.
Menulis merupakan keterampilan berbahasa aktif. Kemampuan puncak
seseorang untuk dikatakan terampil berbahasa wujudnya ialah mampu
menulis. Menulis merupakan keterampilan yang sangat kompleks. Menulis – tulisan juga merupakan media untuk melestarikan dan menyebarluaskan informasi dan ilmu pengetahuan. Baca saja buku-buku yang Anda miliki,
bukankah tidak semua merupakan buku terbaru? Bahkan mungkin ada
19
buku-buku yang usianya lebih tua dari Anda. Mengapa Anda masih
menyimannya? Tentu saja karena nilai-kandungan isi-pesan yang
terkandung pada buku itu masih relevan dan bermanfaat.
Tentang keterampilan menulis ini ada nasihat sehat-hebat dari Hernowo
(2004:89) untuk kita renungi bersama. Nasihat yang dimaksud yakni bahwa
meracik teks tidak semudah meracik ucapan. Meracik teks perlu
keterampilan yang luar biasa dalam mengolah dan menyusun kalimat. Teks
tidak dapat menampung seluruh gagasan yang ingin dikeluarkan seseorang.
Teks itu punya keterbatasan. Jika kamu mengeluarkan gagasan kamu lewat
ucapan atau lisan, ada kemungkinan kamu dibantu dengan dialog atau
interaksi positif (dengan pendengar kamu) yang akhirnya bisa memperjelas
gagasan yang ingin kamu komunikasikan. Namun jika lewat tulisan?
Jika seseorang ingin menyampaikan gagasan secara tertulis, dia tidak
akan dibantu secara efektif oleh dialog eksternal, melainkan dia harus
meminta tolong kepada dirinya sendiri dalam menjalani secara sangat intens
dan intim apa yang saya sebut sebagai dialog internal. Dialog internal
adalah dialog batin, dialog dengan diri sendiri sehingga teks yang
dikeluarkan itu benar-benar dapat dipahami oleh dirinya terlebih dahulu.20 Keterampilan menulis ini tidak akan datang secara otomatis, tetapi
harus melalui latihan dan praktik yang banyak dan teratur. Dalam kehidupan
modern ini, jelas bahwa keterampilan menulis sangat dibutuhkan. Kiranya
tidaklah terlalu berlebihan bila kita katakan bahwa keterampilan menulis
merupakan suatu ciri dari orang yang terpelajar atau bangsa yang terpelajar.
Sehubungan dengan hal ini, ada seorang penulis yang mengatakan bahwa “menulis dipergunakan, melaporkan/memberitahukan, dan mempengaruhi; dan maksud serta tujuan seperti itu hanya dapat dicapai dengan baik oleh
orang-orang yang dapat menyusun pikirannya dan mengutarakannya
20
dengan jelas, kejelasan ini bergantung pada pikiran, organisasi, pemakaian
kata-kata, dan struktur kalimat.” (Morsey, 1976: 122).21
Selanjutnya fase “write” yaitu menuliskan hasil diskusi/berdialog pada lembar kerja yang disediakan (Lembar Aktivitas Siswa). Aktivitas menulis
berarti mengkontruksi ide, setelah berdiskusi atau berdialog antar teman dan
kemudian mengungkapkannya melalui tulisan. Menulis dalam pembelajaran
membantu merealisasikan salah satu tujuan pembelajaran, yaitu pemahaman
siswa tentang materi yang ia pelajari. Aktivitas menulis akan membantu
siswa dalam membuat hubungan dan juga memungkinkan guru melihat
pengembangan konsep siswa. Pada fase ini kreativitas siswa sangat
diperlukan untuk menuliskan hasil diskusinya. Selain itu Masingila &
Wismowska (1996), mengemukakan aktivitas menulis siswa bagi guru dapat
memantau:
1) Kesalahan siswa dalam miskonsepsi dan konsepsi siswa terhadap ide
yang sama.
2) Keterangan dalam mencari prestasi siswa.
Aktivitas siswa selama fase ini adalah:
1) Menulis solusi terhadap masalah/bacaan yang diberikan.
2) Mengorganisasikan semua langkah demi langkah, baik penyelesaiannya
ada yang menggunakan grafik, diagram, atau tabel agar mudah dibaca
dan ditindak lanjuti
3) Mengoreksi semua pekerjaan sehingga yakin tidak ada pekerjaan yang
ketinggalan
4) Meyakini bahwa pekerjaannya yang terbaik yaitu lengkap, mudah
dibaca dan terjamin keasliannya.
21
Kelebihan dari metode TTW adalah:
1) Siswa terlibat aktif dalam melakukan eksplorasi
2) Strategi ini dibangun oleh kemampuan berpikir, berbicara, dan menulis.
Hal ini akan menimbulkan stimulus bagi siswa untuk lebih giat belajar
dan mencari informasi dari berbagai sumber.
3) Pengelompokan secara heterogen menimbulkan dampak sosial positif
terhadap peserta didik.
4) Siswa dapat mengkonstruksi pengetahuannya sendiri dari hasil
kolaborasi.
Adapun peranan dan tugas guru dalam mengefektifkan strategi
Think-Talk-Write ini sebagaimana dikemukakan Silver & Smith (1996:21)
adalah22:
1) Mengajukan pertanyaan dan tugas yang mendatangkan keterlibatan dan
menantang setiap siswa untuk berpikir.
2) Mendengarkan secara hati-hati setiap ide siswa.
3) Menyuruh siswa mengemukakan ide secara lisan dan tulisan.
4) Memutuskan apa yang digali dan dibawa siswa dalam diskusi.
5) Memutuskan kapan memberi informasi, mengklarifikasi,
persoalan-persoalan, membimbing dan membiarkan siswa berjuang dengan
kesulitan.
6) Memonitoring dan menilai partisipasi siswa dalam diskusi dan
memutuskan kapan dan bagaimana mendorong setiap siswa untuk
berpartisipasi.
Selain guru memiliki peran dalam mengefektifkan strategi
Think-Talk-Write, dalam strategi ini pun memiliki beberapa langkah-langkah dalam
pelaksanaannya. Langkah-langkah pembelajaran dalam strategi
Think-Talk-Write adalah sebagai berikut :
22
1) Guru membagikan teks bacaan berupa Lembar Aktivitas Siswa yang
memuat permasalahan dan petunjuk pelaksanaan.
2) Siswa membaca teks dan membuat catatan hasil bacaan secara
individual (think).
3) Siswa berinteraksi dan berkolaborasi dengan teman satu grup untuk
membahas isi catatan (talk). Guru berperan sebagai mediator
lingkungan belajar
4) Siswa mengkontruksi sendiri pengetahuan yang didapat dari hasil
diskusi (write)
5) Guru meminta perwakilan dari salah satu kelompok untuk
mempresentasikan hasil diskusi kelompoknya.
6) Guru bersama siswa membuat kesimpulan dari permasalahan yang
diberikan.
3. Hakikat Cerpen
Cerpen adalah karangan pendek yang berbentuk prosa. Prosa dalam
bahasa inggris disebut prose: language not in verse form (poetry) prosa
adalah bahasa bukan dalam bentuk baris-baris puisi (hornby, 1972:412)
prosa mempunyai ciri ditulis dalam bentuk cerita atau narasi yang bebas
bentuknya.
Prosa merupakan suatu karya sastra yang bersifat bebas, sehingga
penggarang dapat leluasa mengemukakan ide, pendapat, serta gagasanya.
Prosa tidak terlalu terkait oleh irama, rima, dan kemerduan bunyi (Panuti
Sudjiman, 1986:60).
Dengan demikian prosa adalah karangan bebas yang mengeskspresikan
pengalaman batin pengarang mengenai masalah kehidupan dalm bentuk
dan isi yang harmonis yang menimbulkan kesan estetik. Yang dimaksud
dengan betuk disini adalah alat yang dipakai pengarang untuk
mengekspresikan pikiran dan perasaanya seperti bahasa dan gaya bahasa
adalah segala yang hendak di ungkapkan pengarang berupa pemikiran,
ide-ide, cita-cita, tafsiran persitiwa kehidupan, dll.
Ragam prosa dapat disistematikan sebagai berikut:23
a. Dongeng
b. Mite
c. Legenda
Prosa Lama d. Sage
e. Fabel/Parabel
f. Dongeng Kejadian Alam
g. Dongeng Peri
h. Dongeng Jenaka
Prosa Fiksi a. Cerita Pendek
Prosa Baru b. Roman
c. Novel
Ragam Prosa a. Biografi dan Otobiografi
b. Kisah dan Lukisan
Prosa Non Fiksi c. Sejarah, Tambo, Babat d. Esei
e. Kritik Sastra
Cerita pendek adalah karangan pendek yang berbentuk prosa. Dalam
cerita pendek dikisahkan sepenggal kehidupan tokoh yang penuh pertikaian,
peristiwa yang mengharukan atau menyenangkan dan mengandung kesan
yang tidak mudah dilupakan.
Sebuah cerita pendek (short story) tidak dilihat panjang pendeknya
halaman atau pun kata-kata yang dikandungnya. Cerita pendek merupakan
23
Widjojoko dan Endang Hidayat, Teori dan Sejarah Sastra Indonesia, (Bandung: Upi Press, 2006), h. 33.
suatu cerita tentang kejadian kecil dalam penghidupan. Dengan demikian
cerita pendek adalah suatu cerita yang melukiskan suatu peristiwa atau
kejadian apa saja yang menyangkut persoaan jiwa atau kehidupan manusia.
Misalnya sebuah karangan pendek tentang keadaan di warung bukanlah
sebuah cerpen, tetapi karangan tentang keadaan warung akan menjadi
cerpen jika dalamnya dijalankan suatu peristiwa, suatu kejadian yang
menyangkut persoalan jiwa sala seorang atau beberapa orang di warung itu.
Kemudian cara dari menganalisis cerpen itu sendiri yakni dengan cara
menganalisis unsur-unsur yang membangun karya tersebut dari dalam karya
itu sendiri yang biasa disebut dengan unsur intrinsik.24
Unsur intrinsik tersebut meliputi tema, alur, latar, tokoh dan penokohan,
gaya bahasa, sudut pandang, dan amanat.
- Tema merupakan suatu permasalahan inti yang terdapat dalam suatu
karya sastra. Contohnya yaitu tema dari novel Siti Nurbaya adalah kasih
tak sampai.
- Alur merupakan urutan kejadian di dalam sebuah cerita yang
membentuk suatu hubungan sebab-akibat. Alur terbagi menjadi tiga,
yaitu alur maju, alur mundur, dan alur campuran. Pada alur terdpat
beberapa tahapan yaitu tahap situasi, tahap pemunculan konflik, tahap
peningkatan konflik, tahap klimaks, tahap penyelesaian.
- Latar merupakan penggambaran tempat, waktu dan suasana dimana
sebuah peritiwa dalam cerita itu terjadi. Dalam latar, terdapat tiga
pengkajian yaitu latar tempat, latar waktu, dan latar situasi.
- Tokoh dan Penokohan, tokoh merupakan orang-orang atau pelaku yang
ada di dalam cerita, sedangkan penokohan adalah watak atau
pengkarakteran tokoh-tokoh yang ada di dalam sebuah cerita.
- Gaya bahasa merupakan sebuah teknik atau cara penulis dalam
menggunakan bahasanya untuk menceritakan suatu cerita dalam karya
sastranya.
24
- Sudut pandang merupakan cara atau pandangan penulis dalam
menyajikan tokoh-tokohnya dalam sebuah cerita.
- Amanat merupakan pesan yang terkandung dalam sebuah cerita yang
ingin disampaikan penulis kepada pembacanya.
a. Ciri-ciri Cerpen
Nugroho Notosusanto (dalam Tarigan, 1993:176) mengatakan bahwa
cerpen adalah cerita yang panjangnya di sekitar 5000 kata atau kira-kira 17
halaman kuarto spasi yang terpusat dan lengkap pada dirinya sendiri. Untuk
menentukan panjang cerpen memang sulit untuk ukuran yang umum, cerpen
selesai dibaca dalam waktu 10 sampai 20 menit. Jika cerpennya lebih
panjang mungkin sampai 1½ atau 2 jam. Yang jelas tidak ada cerpen yang
panjang 100 halaman (Surana, 1987:58).
Ciri-ciri cerpen secara lebih luas yaitu:25
1) Penyampaian ceritanya secara singkat dan padat
2) Jalinan jiwa dan kejadian bulat dan padu, dan juga di dalamnya
mengandung unsur pertikaian yang akhirnya mencapai klimaks dan
diakhiri dengan penyelesaian masalah
3) Tema cerita tentang nilai kemanusian, moral, etika
4) Membicarakan masalah tunggal dan dapat dibaca dalam waktu singkat
5) Memusatkan perhatian pada tokoh protagonist
6) Unsur utama yang terdapat dalam cerpen adalah adegan, tokoh, dan
gerakan
7) Adanya kebulatan kisah (cerita)
8) Bahasa yang dipergunakan dalam cerpen tajam, sugestif dan menarik
perhatian
9) Sebuah cerita pendek mengandung interpretasi pengarang tentang
konsepsinya mengenai kehidupan baik secara langsung maupun tidak
langsung
25
10) Sebuah cerita pendek harus menimbulkan efek dalam pikiran pembaca
11) Dalam cerita pendek terdapat satu kejadian atau persoalan yang
menguasai jalannya cerita
12) Cerita pendek bergantung pada suatu situasi
13) Pelaku utama mengalami perubahan nasib dalam cerita berkembang
secara memusat. Alur cerita berpusat pada peristiwa yang memberi
rangasangan pada pembaca.
Pada cerita pendek yang diambil untuk penelitian ini mengandung
ciri-ciri yang ada pada nomer 3 dan 9 yakni tema dari cerpen kisah sebuah
celana pendek adalah nilai kemanusiaan, moral, etika. Serta cerpen tersebut
mengandung interpretasi pengarang tentang konsepsinya mengenai
kehidupan baik secara langsung maupun tidak langsung.
b. Manfaat Membaca Cerpen
Kelebihan cerpen yang khas adalah kemampuannya mengemukakan
secara lebih banyak. Jadi, secara implisit dari sekedar apa yang diceritakan.
Banyak manfaat yang dapat diperoleh dari membaca atau mendengarkan
pembacaan sebuah karya sastra. Dengan membaca karya sastra, kita akan
memperoleh tambahan kosa kata baru. Dengan menikmati subuah karya
sastra, kita akan mengetahui latar belakang budaya masyarakat tertentu.
Selain itu, kita juga akan dikenalkan pada keunikan kehidupan-kehidupan
yang mungkin saja belum pernah dialami. Keunikan tersebut, salah satunya
dapat ditemukan pada tokoh-tokoh dalam cerpen tersebut. Hal ini sejalan
dengan konsep psikologi bahwa lingkungan sekitar berpengaruh terhadap
diri seseorang. Sebaliknya, lingkungan tempat seseorang tinggal itu
sebenarnya merupakan cermin dari watak orang tersebut.26
Membaca cerpen berarti mendengarkan cerita orang lain, mengambil
pelajaran hidup dari cerita itu. Sungguh bermakna dan dapat memperkaya
jiwa. Membaca cerpen bermanfaat dalam memperkaya pengalaman hidup
26
manusia. Pengalaman hidup yang penuh warna dan pengalaman apa saja,
baik nyata maupun rekaan.
c. Jenis-jenis dan Contoh Cerpen
Panjang cerpen itu sendiri bervariasi. Ada cerpen yang pendek (short
story), bahkan mungkin pendek sekali berkisar 500-an kata; ada cerpen
yang panjangnya cukupan (middle short story), serta ada cerpen yang
panjang (long shory story), yang terdiri dari puluhan atau bahkan beberapa
puluh ribu kata.
Jenis-jenis cerpen, yaitu:
1) Cerpen Kedaerahan
Cerpen kedaerahan yaitu cerita pendek yang isi ceritanya mengisahkan
tentang suatu adat-istiadat dari suatu kedaerahan, atau sebuah cerita
pendek yang mengangkat suatu ke khasan dari suatu daerah tertentu.
Contoh:
- Rumah Untuk Kemenakan
- Gampong
- Orang Kaya Baru, dll
2) Cerpen Nasional
Cerpen nasional adalah cerita pendek yang ceritanya menceritakan
tentang kisah-kisah jiwa kenasionalan atau mengenai sosok
kepahlawanan.
Contoh:
- Jalan Soeprapto
- Jiwa Yang Terguncang
- Senyuman Terakhir, dll
3) Cerita pendek sastra (cerita serius) yaitu cerpen yang mengandung nilai
4) Cerita Pendek Hiburan (cerpen pop)
Cerpen pop yaitu cerita pendek yang umumnya untuk menghibur
yang mengutamakan selera pembaca dan kurang memperhtikan unsur
didaktis,moral,etika.27 Contoh:
- Perempuan Disimpang Tiga
- Roda Kehidupan
- Pelabuhan Makin Jauh
- Anggap Aku Bulan
- Kisah Dikantor Pos, dll
Cerpen yang dipakai untuk penelitian ini “Kisah Sebuah Celana Pendek” lebih mengarah pada jenis cerpen cerita pendek sastra karena
di dalam cerpen tersebut menceritakan tentang kehidupan seseorang
akan sebuah kemiskinan.
4. Kemampuan Menganalisis
Analisis yaitu menguraikan suatu materi atau bahan yang diberikan
menjadi unsur-unsur atau bagian-bagian sehingga kedudukan atau hubungan
antarunsur atau bagian yang diungkapkan menjadi jelas. 28
Secara rinci, bloom mengemukakan tiga jenis kemampuan
menganalisis, yaitu;
1) Menganalisis Unsur
a) Kemampuan melihat asumsi-asumsi yang tidak dinyatakan secara
eksplisit pada suatu pernyataan.
b) Kemampuan untuk membedakan fakta dengan hipotesa
c) Kemampuan untuk membedakan pernyataan faktual dengan
pernyataan normatif
27
Widjojoko dan Endang Hidayat, Teori Sejarah dan Sastra Indonesia, (Bandung: Upi Press, 2006), h. 37
28
d) Kemampuan untuk mengidentifikasi motif-motif dan membedakan
mekanisme perilaku antara individu dengan kelompok
e) Kemampuan untuk memisahkan kesimpulan dari pernyataan-pernyataan yang mendukungnya
5. Penelitian yang Relevan
Penelitian mengenai strategi Think-Talk-Write yang pernah dilakukan
oleh Riesky Murniyati seorang alumnus dari Universitas Islam Negeri
Jakarta jurusan matematika 2010, dalam Skripsinya yang berjudul Pengaruh
Strategi Think-Talk-Write (TTW) Terhadap Kemampuan Komunikasi
Matematika Siswa. Dalam penelitiannya menjelaskan bahwa, strategi
Think-Talk-Write tersebut dapat meningkatkan kemampuan berkomunikasi siswa,
khususnya dalam penjabaran rumus di dalam suatu pertanyaan.
- Persamaan
Sama-sama menggunakan strategi pembelajaran Think-Talk-Write (TTW)
- Perbedaan
yang membedakan penelitian dari Riesky dengan penelitian ini adalah
pada penelitian ini diharapkan strategi pembelajaran Think-Talk-Write dapat
berpengaruh baik dalam kemampuan siswa menganalisis cerpen, sedangkan
pada penelitian Riesky kemampuan komunikasi matematika siswalah yang
dipengaruhi oleh strategi pembelajaran Think-Talk-Write.
Penelitian mengenai strategi Think-Talk-Write juga dilakukan oleh
Mesaroh seorang alumnus dari Universitas Islam Negeri Jakarta 2010
program studi fisika, dalam skripsinya yang berjudul Pengaruh Strategi
Think-Talk-Write (TTW) Terhadap Hasil Belajar Fisika Siswa. Dalam
penelitiannya menjelaskan bahwa, dipergunakannya strategi pembelajaran
Think-Talk-Write dalam mata pelajaran fisika ternyata dapat mengurangi
pandangan siswa terhadap sulitnya mempelajari fisika. Kesulitan-kesulitan
dalam memahami fisika telah teratasi dengan penggunaan strategi
- Persamaan
Sama-sama menggunakan strategi pembelajaran Think-Talk-Write (TTW)
- Perbedaan
Apabila dibandingkan dengan penelitian ini maka yang membedakan
penelitian dari Mesaroh dengan penelitian ini adalah pada penelitian ini
diharapkan strategi pembelajaran Think-Talk-Write dapat berpengaruh baik
dalam kemampuan siswa menganalisis cerpen, sedangkan pada penelitian
Mesaroh hasil belajar fisika siswalah yang dipengaruhi oleh strategi
pembelajaran Think-Talk-Write.
Penelitian mengenai strategi Think-Talk-Write dilakukan pula oleh
Moh. Wildan Rahmat. B. Y, yang merupakan seorang mahasiswa dari
Universitas Islam Negeri Sunan Gunung Djati program studi kimia, dalam
jurnalnya yang berjudul Penerapan Metode Think-Talk-Write (TTW) untuk
Meningkatkan Keterampilan Berpikir Kreatif Pada Konsep Zat Aditif
Makanan. Dalam penelitiannya menjelaskan bahwa, penggunaan metode
Think-Talk-Write sangat berpengaruh terhadap pola berpikir kreatif siswa
dalam meneliti zat-zat aditif yang ada dalam makanan.
- Persamaan
Sama-sama menggunakan strategi pembelajaran Think-Talk-Write (TTW)
- Perbedaan
Apabila dibandingkan dengan penelitian ini maka yang membedakan
penelitian dari Moh. Wildan Rahmat. B. Y dengan penelitian ini adalah
pada penelitian ini diharapkan strategi pembelajaran Think-Talk-Write dapat
berpengaruh baik dalam kemampuan siswa menganalisis cerpen, sedangkan
pada penelitian Moh. Wildan Rahmat. B. Y strategi pembelajaran
Think-Talk-Write diterapkan untuk meningkatkan keterampilan berpikir kreatif
B. Kerangka Berpikir
Dari kajian teori di atas, dapat disusun kerangka pemikiran guna memperoleh
jawaban sementara atas permasalahan yang timbul. Kelemahan siswa dalam
menganaisis suatu bahan bacaan khususnya pada cerpen membuat penurusan hasil
belajar bahkan tujuan dari proses pembelajaran itu sendiri pun tidak tercapai.
Kemampuan menganalisis dan sintesis, yaitu kemampuan individu untuk
mengolah atau mengurai sekaligus menarik kesimpulan tentang permaalahan yang
dihadapi. Dalam praktiknya, individu mampu mengenal suatu masalah, serta
mencari dan menghubungkan data-data dari berbagai sumber dan
menggunakannya untuk memecahkan suatu masalah..29
Dalam hal ini guru hendaknya menyadari peranannya dalam interaksi belajar
yaitu sebagai orang yang dianggap memberikan bantuan pada siswa dalam
mencapai tujuan pembelajaran. Guru kreatif dituntut mencari cara atau suatu
strategi pembelajaran yang tepat untuk dapat mencapai tujuan tersebut.
Strategi pembelajaran merupakan rancangan kegiatan-kegiatan,
tahapan-tahapan, dan cara-cara seseorang dalam pembelajaran untuk dapat mempermudah
dalam mencapai suatu tujuan tertentu dalam pembelajaran itu sendiri. Oleh karena
itu, pemilihan strategi pembelajaran haruslah tepat, karena disesuaikan dengan
tujuan yang hendak dicapai.
Guru yang profesional harus menguasai bahan ajar, memahami karakteristik
peserta didik, dan terampil dalam memilih strategi pembelajaran. Namun pada
kenyataannya guru tidak memiliki strategi yang tepat untuk menangani kesulitan
siswa dalam menganalisis unsur-unsur intrinsik ada cerpen. Padahal, untuk
menganalisis cerpen itu, sangatlah rumit karena untuk dapat memahami dan
mengetahui unsur-unsur yang membangun di dalam cerpen, pembaca harus
memiliki kepekaan batin dan daya kritis terhadap cerpen tersebut.
Maka dari itu penulis membuat penelitian dengan cara menerapkan strategi
yang dirasa cocok dengan permasalahan tersebut yaitu strategi Think-Talk-Write
(TTW).
29
Secara garis besar, Think-Talk-Write (TTW) merupakan strategi pembelajaran
yang menuntut siswa untuk berperan aktif dalam proses belajar-mengajar melalui
tiga tahapan yaitu:
a. Think, merupakan proses berfikir yang dimulai dari penemuan informasi baik dari
luar maupun dari diri siswa sendiri, pengolahan, penyimpanan dan pemanggilan
kembali informasi dari ingatan siswa.
b. Talk, yaitu berkomunikasi dengan kata-kata yang mereka pahami.
c. Write, menuliskan dan mengintruksi ide setelah berdiskusi dan berdialog antar
Diagram 2: Desain Pembeajaran dengan
C. Hipotesis Penelitian
Berdasarkan kerangka pikir di atas, dapatlah ditarik suatu kesimpulan dan
sekaligus diputuskan untuk dijadikan hipotesis penelitian yang dirumuskan
sebagai berikut.
Ho : Penerapan strategi Think-Talk-Write (TTW) tidak berpengaruh terhadap
kemampuan menganalisis cerpen pada siswa kelas OC dan kelas
X-OD.
Ha : Penerapan strategi Think-Talk-Write (TTW) berpengaruh terhadap
kemampuan menganalisis cerpen pada siswa kelas OC dan kelas
33
A. Tempat dan Waktu Penelitian
1. Tempat Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di SMK Triguna Utama untuk mata
pelajaran Bahasa Indonesia pada pokok bahasan unsur intrinsik pada
cerpen. Sebagai subjek dalam penelitian ini adalah kelas X.
2. Waktu Penelitian
Penelitian ini mulai dilaksanakan pada penyerahan permohonan
bimbingan skripsi, tepatnya pada bulan Januari 2013 hingga
penelitian ini selesai dibuat yaitu pada tanggal 14 Agustus 2013.
Pengambilan data dilakukan pada 3 Juni sampai dengan 14 Juni.
B. Metode Penelitian dan Desain Penelitian
a. Metode Penelitian
Kata ‘metode’ dengan ‘metodologi’ sering dicampur adukkan dan disamakan. Padahal keduanya memiliki arti yang berbeda. Kata ‘metodologi’ berasal dari Yunani ‘methodologia’ yang berarti teknik atau prosedur. Sedangkan kata ‘metode’menunjuk pada teknik yang digunakan dalam penelitian seperti survei, wawancara, dan
observasi.30
Metodologi yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode
eksperimen murni. Penelitian Eksperimental merupakan penelitian
yang paling murni kuantitatif. Mengapa dikatakan paing murni?
Karena semua prinsip dan kaidah-kaidah penelitian kuatitatif dapat
diterapkan pada metode ini. Penelitian eksperimental merupakan
penelitian laboratorium, walaupun bisa juga dilakukan di luar
laboratorium, tetapi pelaksanaannya menerapkan prinsip-prinsip
30
penelitian laboratorium, terutama dalam pengontrolan terhadap
hal-hal yang mempengaruhi jalannya eksperimen.31
Metode ini digunakan untuk mengetahui kemampuan
menganalisis cerpen pada siswa kelas X Sekolah Menengah Kejuruan
(SMK) dengan menggunakan strategi pembelajaran
Think-Talk-Write. Langkah awal kerja pada strategi ini adalah menentukan
sempel, yang kemudian nantinya akan dijadikan sebagai kelas
eksperimen. Perlakuan yang akan diberikan pada kelompok, yakni
berupa; prates, penggunaan strategi Think-Talk-Write, dan pasca tes.
b. Desain Penelitian.
Desain penelitian yang dipakai dalam penelitian ini adalah
porposive sample, dimana peneliti melakukan pengamatan terhadap
seluruh populasi kemudian dari hasil pengamatan dan nilai harian
ditentukanlah sample dua kelas yang memiliki kemampuan yang
sama.
Tabel 1 Desain Penelitian
Kelompok Prates Perlakuan Pascates
A O1 X1 O2
B O1 X2 O2
Keterangan:
A : Kelas eksperimen
B : Kelas kontrol
O1 : Kemampuan awal
O2 : Kemampuan akhir
X1 : Perlakuan dikelas eksperimen (Think-Talk-Write)
X2 : Perlakuan dikelas kontrol (tanpa Think-Talk-Write)
31
C. Populasi dan Sampel
a. Populasi
Populasi adalah seluruh data yang menjadi perhatian kita dalam
suatu ruang lingkup dan waktu yang kita tentukan. Jadi, populasi
berhubungan dengan data, bukan manusianya. Kalau setiap manusia
memberikan suatu data, maka banyaknya atau ukuran papulasi akan
sama dengan banyaknya manusia. Pengertian lain menyebutkan
bahwa populasi adalah keseluruhan objek penelitian yang terdiri dari
manusia, benda-benda, hewan, tumbuh-tumbuhan, gejala-gejala,
nilai tes, atau peristiwa-peristiwa sebagai sumber data yang
memiliki karakteristik tertentu di dalam suatu penelitian (Hadari
Nawawi, 1983, 141).32 Kali ini, populasi dari penelitian ini adalah murid SMA kelas X, yakni pada kelas X-OC dan kelas X-OD yang
memiliki tingkat kecerdasan dan pengetahuan yang sama. Tingkat
kecerdasan dan pengetahuan yang sama dapat dibuktikan dalam
kegiatan observasi yakni berdasarkan nilai harian pada siswa.
(Lampiran 10)
Tabel 2;
Rincian jumlah siswa SMK Triguna Utama kelas X
No. Urut Kelas Jumlah Siswa
1 X-OA 44
2 X-OB 42
3 X-OC 30
4 X-OD 30
5 X-AK 38
6 X-AP 40
Jumlah Populasi: 224
32
b. Sampel
Sampel adalah sebagai bagian dari populasi, sebagai contoh
(monster) yang diambil dengan menggunakan cara-cara tertentu.33 Sampel dalam penelitian ini adalah siswa kelas X-OC sebagai kelas
eksperimen dan siswa kelas X-OD sebagai kelas kontrol. Pemilihan
dua kelas tersebut karena memiliki tingkat kecerdasan dan
pengetahuan yang sama. Tingkat kecerdasan dan pengetahuan yang
sama dapat dibuktikan berdasarkan nilai harian pada siswa.
(Lampiran 10)
D. Variabel Penelitian
Variabel adalah sesuatu yang dapat berubah atau jumlah yang
mungkin memiliki nilai yang bermacam-macam. (Webster’s New Word Dictionary, 2 nd ed, p 1570 dalam Craig, 1986). Variabel adalah
symbol/lambang yang padanya kita lekatkan nilai. Misalnya, X adalah
sebuah variabel: ia adalah suatu symbol/lambang yang padanya kita
lekatkan nilai yang berupa angka (Kerlinger, 1986).34 Dalam penelitian ini terdapat dua variabel yaitu :
1. Pengaruh penerapan strategi Think-Talk-Write (TTW) sebagai
variabel bebas (variabel X).
2. Kemampuan menganalisis cerpen pada siswa sebagai variabel terikat
(variabel Y).
E. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini
adalah berupa tes yang berbentuk tes uraian sebanyak 10 butir soal esay.
Pengumpulan data dilakukan dalam tiga tahap:
33
S. Margono, Metodologi Penelitian Pendidikan,,,, h. 121.
34
1. Tahap persiapan
Tahap ini yakni meliputi analisis buku Bahasa Indonesia SMK
kelas X,
2. Tahap pelaksanaan
Waktu yang digunakan dalam pelaksanaan penelitian ini adalah
dua kali pertemuan. Pada saat pertemuan sebelumnya siswa
diberitahukan bahwa akan diadakan pretest mengenai analisis
cerpen. Kemudian pada pertemuan pertama siswa diberikan pretest
mengenai analisis cerpen, setelah itu pada pertemuan kedua siswa
diberikan pengajaran tentang materi cerpen, kemudian diberikan
penugasan kembali/posttest mengenai analisis menggunakan strategi
TTW.
3. Tahap akhir
Merupakan tahap pengumpulan data, data tersebut dianalisis,
mengelompokan data kedalam kategori-kategori yang akan diteliti
selanjutnya diolah secara statistik.
F. Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian adalah alat yang digunakan untuk memperoleh
data penelitian. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah tes
hasil belajar dalam bentuk soal kisi-kisi.
G. Uji Instrumen Penelitian
Membuat dan memvalidasi instrumen penelitian, menyesuaikan
jadwal dengan guru mata pelajaran dan melaksanakan uji coba soal.
Maksud dari uji coba tersebut untuk menguji indek kesukaran, dan daya
pembeda dari tes yang digunakan. Langakah-langkah yang dilakukan