• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENINGKATAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIS DENGAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE THINK TALK WRITE (TTW)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PENINGKATAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIS DENGAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE THINK TALK WRITE (TTW)"

Copied!
6
0
0

Teks penuh

(1)

PENINGKATAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIS DENGAN

PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE

THINK TALK WRITE (TTW)

Abdul Kholil

Program Studi Pendidikan Matematika Universitas Muhammadiyah Purworejo E-mail: abdulkholil14@yahoo.co.id

Abstrak

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui (1) proses pelaksanaan pembelajaran matematika dengan pembelajaran kooperatif tipe TTW dan (2) peningkatan kemampuan komunikasi matematis siswa kelas VIII A SMP Negeri I Bonorowo tahun pelajaran 2014/2015 setelah mengikuti pembelajaran dengan pembelajaran kooperatif tipe TTW. Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas dengan instrumen penelitian menggunakan lembar observasi dan pedoman wawancara. Teknik analisis data menggunakan analisis deskriptif. Hasil analisis deskriptif menunjukkan (1) pembelajaran TTW berjalan dengan baik dengan terlaksananya unsur terpenting dari pembelajaran TTW. (2) adanya peningkatan kemampuan komunikasi matematis siswa. Hal ini dilihat dari: sebagian besar siswa pada siklus II, telah mampu menuliskan ide-ide matematika dari persoalan dengan baik dibandingkan pada siklus I; sebagian besar siswa pada siklus II, telah mampu menghubungkan benda di sekelilingnya ke persoalan matematika dibandingkan pada siklus I; sudah banyak siswa pada siklus II atau kelompok yang berani mempresentasikan hasil diskusi mereka dan kelompok lain menanggapinya jika dibandingkan pada siklus I; dan secara umum pada siklus II sudah mampu menyatakan dengan baik peristiwa sehari-hari yang berkaitan dengan materi yang disajikan dibandingkan pada siklus I.

Kata kunci: komunikasi matematis, TTW

PENDAHULUAN

Komunikasi sangat berpengaruh terhadap pemahaman matematika dalam mengembangkan kemampuan siswa menelaah permasalahan-permasalahan yang ada dalam kehidupan sehari-hari yang berkaitan dengan matematika. Komunikasi dalam pembelajaran matematika memiliki peran yang sangat penting yang harus dimiliki oleh setiap siswa. Oleh karena itu guru harus mampu membina komunikasi yang baik. Komunikasi tersebut dapat dibentuk melalui interaksi sosial antara siswa dengan siswa, dan siswa dengan guru dalam proses pembelajaran matematika. Dengan komunikasi siswa dapat saling bertukar pikiran dengan siswa lain atau dengan guru.

(2)

dapat menyatakan dan menafsirkan gagasan matematika secara lisan, tertulis, atau mendemonstrasikan apa yang ada dalam soal matematika. Sumarno dalam Darkasyi (2014: 25) indikator yang menunjukkan kemampuan komunikasi matematis adalah: (1) menghubungkan benda nyata, gambar, dan diagram ke dalam ide matematika; (2) menjelaskan ide, situasi dan relasi matematik, secara lisan atau tulisan dengan benda nyata, gambar, grafik dan aljabar; (3) menyatakan peristiwa sehari-hari dalam bahasa atau simbol matematik; (4) mendengarkan, berdiskusi, dan menulis tentang matematika; (5) membaca dengan pemahaman suatu presentasi matematika tertulis.

Berdasarkan hasil observasi di SMP Negeri I Bonorowo, diperoleh informasi bahwa kemampuan komunikasi matematis siswa kelas VIII masih rendah, hal ini dipaparkan oleh guru matematika kelas VIII SMP Negeri I Bonorowo, Bapak Khayun, A.Md. pada semester gasal Tahun Pelajaran 2014/2015, beliau mengatakan bahwa, kemampuan siswa dalam menyatakan gagasan atau ide-ide matematika masih rendah, khususnya dalam soal cerita. Hal tersebut dapat dilihat hasil pekerjaan siswa dari persoalan matematika yang masih kurang lengkap dalam penuangannya ke dalam jawaban. Selain itu, siswa dalam menerapkan permasalahan matematika ke dalam kehidupan sehari-hari masih kurang. Kemudian beliau mengatakan bahwa, dalam penggunaan simbol dan pembacaan simbol matematika masih meraba dan harus diberitahu makna penggunaan simbol tersebut terlebih dahulu, hal ini terbukti ketika siswa dihadapakan pada persoalan matematika, mereka mengalami kesulitan dalam mengidentifikasi apa yang diketahui dalam soal dan penggunaan simbol matematika yang tepat.

Guru diharapkan mampu memilih dan menerapkan strategi pembelajaran yang mampu mendorong meningkatnya kemampuan komunikasi matematis siswa. Pembelajaran kooperatif tipe TTW merupakan salah satu pembelajaran kooperatif yang sederhana, sehingga mudah diterapkan. Pembelajaran kooperatif tipe TTW

diharapkan mampu meningkatkan kemampuan komunikasi matematis siswa. Huinker dan Laughlin dalam Aris Shoimin (2014: 212) menyebutkan bahwa aktivitas yang dapat dilakukan untuk menumbuhkembangkan kemampuan pemahaman konsep dan

(3)

komunikasi peserta didik adalah dengan penerapan pembelajaran Think Talk Write (TTW).

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui (1) proses pelaksanaan pembelajaran matematika dengan pembelajaran kooperatif tipe TTW dan (2) peningkatan kemampuan komunikasi matematis siswa kelas VIII A SMP Negeri I Bonorowo tahun pelajaran 2014/2015 setelah mengikuti pembelajaran dengan pembelajaran kooperatif tipe TTW. Sebagai bahan perbandingan, dikemukakan beberapa hasil peneliti yang berkaitan dengan komunikasi matematis dan pembelajaran kooperatif tipe TTW. Runtyani Irjayanti Putri (2011) menyimpulkan bahwa pendekatan Reciprocal Teaching dengan model pembelajaran kooperatif dapat meningkatkan kemampuan komunikasi matematis siswa di kelas VIII-D SMP Negeri 4 Magelang. Susi Asih Indrayani (2014) menyimpulkan bahwa pembelajaran kooperatif tipe TTW dapat meningkatkan minat dan hasil belajar matematika pada siswa kelas VIII B SMP Negeri 4 Kebumen pada tahun pelajaran 2013/2014.

METODE PENELITIAN

Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas dengan subjek siswa kelas VIII A SMP Negeri I Bonorowo sebanyak 32 siswa, dilaksanakan tanggal 8 Mei sampai dengan 23 Mei 2015. Tahapan penelitian meliputi: tahap perencanaan, tahap tindakan, tahap pengamatan, dan tahap refleksi. Instrumen penelitian menggunakan lembar observasi dan pedoman wawancara. Lembar observasi yang digunakan adalah lembar observasi pelaksanaan pembelajaran kooperatif tipe TTW dan lembar observasi kemampuan komunikasi matematis siswa. Pedoman wawancara digunakan untuk mengetahui tanggapan siswa dan sekaligus untuk menunjang data hasil observasi tentang pelaksanaan pembelajaran dan kemampuan komunikasi matematis siswa. Teknik analisis data menggunakan analisis deskriptif dengan reduksi data, data display,

dan conclusion drawing. Pembelajaran yang digunakan adalah pembelajaran

(4)

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Berdasarkan pengamatan yang dilakukan selama pembelajaran pada siklus I berlangsung, data hasil observasi dan wawancara menunjukkan bahwa proses pembelajaran TTW berjalan dengan baik dimana pada tahap think, siswa membaca kemudian menuliskan informasi-informasi dari persoalan. Kemudian pada tahap talk, siswa mendiskusikan tentang persoalan yang ada. Dan pada tahap write, siswa menuliskan jawaban secara individu dari hasil diskusi dan dipresentasikan di depan kelas. permasalahan yang terjadi selama tindakan siklus I berlangsung yaitu: (1) sebagian dari siswa masih ramai pada saat proses diskusi berlangsung dikarenakan masih kurang fokusnya siswa dalam mengikuti pembelajaran; (2) siswa belum mampu secara lengkap dalam menuliskan catatan-catatan kecil tentang ide-ide matematika yang diperoleh dari persoalan matematika yang diberikan, hal ini kemungkinan karena siswa belum memahami bagaimana menuliskan catatan-catatan kecil dari persoalan matematika; (3) siswa masih belum berani menyampaikan pendapat dan mempresentasikan hasil pekerjaan kelompok serta menanggapi presentasi dari kelompok lain, hal ini dikarenakan siswa masih malu untuk mengungkapkan pendapat yang dikarenakan belum terbiasa mengikuti pembelajaran yang diampuh oleh peneliti; (4) siswa masih kesulitan dalam menghubungkan benda nyata dengan bangun kubus atau balok, dikarenakan kurang adanya pemicu yang dapat memicu pemikiran siswa dalam menghubungkan benda nyata dengan bangun kubus atau balok; dan (5) siswa masih kesulitan dalam memberikan contoh kehidupan sehari-hari yang berkaitan dengan bangun kubus atau balok, hal ini dikarenakan kurangnya siswa dalam mengkaitkan kejadian sehari-hari dengan ide matematika pada pembelajaran sebelumnya. Dari permasalahan tersebut belum terlihat adanya peningkatan kemampuan komunikasi matematis siswa kelas VIII A SMP Negeri I Bonorowo. Sehingga penelitian dilanjutkan ke siklus II.

Pada siklus II, dilakukan tindakan perbaikan terhadap permasalahan pada siklus I, yaitu dengan melakukan pendampingan dan bimbingan, membagi pekerjaan, dan memberikan tugas diskusi. Setelah mendapatkan perlakuan pembelajaran TTW dengan tindakan perbaikan tersebut, pembelajaran TTW makin terkendali dan terjadi

(5)

peningkatan kemampuan komunikasi matematis siswa. Hal ini dilihat dari: (1) sebagian besar siswa pada siklus II, telah mampu menuliskan ide-ide matematika dari persoalan yang diberikan dengan baik dibandingkan pada siklus I; (2) sebagian besar siswa pada siklus II, telah mampu menghubungkan benda di sekelilingnya ke persoalan matematika dibandingkan pada siklus I; (3) sudah banyak siswa pada siklus II atau kelompok yang berani mempresentasikan hasil diskusi mereka dan kelompok lain menanggapinya jika dibandingkan pada siklus I; (4) dan secara umum pada siklus II sudah mampu menyatakan dengan baik peristiwa sehari-hari yang berkaitan dengan materi yang disajikan dibandingkan pada siklus I.

SIMPULAN DAN SARAN

Dari hasil penelitian yang diperoleh, menunjukkan bahwa: (1) Pembelajaran kooperatif tipe TTW berjalan dengan baik, karena unsur terpenting dari pembelajaran

TTW yaitu think, talk, dan write telah terlaksana. Pada tahap think, siswa membaca kemudian menuliskan informasi-informasi dari persoalan. Kemudian pada tahap talk, siswa mendiskusikan tentang persoalan yang ada. Dan pada tahap write, siswa menuliskan jawaban secara individu dari hasil diskusi dan dipresentasikan di depan kelas. (2) Adanya peningkatan kemampuan komunikasi matematis pada siswa kelas VIII A dari siklus sebelumnya.

Dalam upaya meningkatkan kemampuan komunikasi matematis, salah satunya adalah penerapan model pembelajaran yang dapat mengembangkan kemampuan berpikir, menulis atau berbicara siswa. Oleh karena itu, peneliti menyarankan hal-hal sebagai berikut:

1. Guru hendaknya memilih pembelajaran yang tepat yang dapat mengkondisikan keadaan kelas sehingga keberhasilan belajar matematika yang diinginkan dapat tercapai.

2. Guru diharapkan lebih kreatif dalam menyusun atau menyiapan media pembelajaran yang akan dilksanakan.

(6)

sapek, sehingga dapat memberikan manfaat yang lebih banyak kepada guru atau calon peneliti lainnya.

4. Peneliti lain yang ingin melakukan penelitian dengan menggunakan pembelajaran Think Talk Write (TTW) agar dapat lebih memperhatikan waktu dan lamanya penelitian.

5. Setiap siswa perlu mendapatkan bimbingan dan arahan dari berbagai pihak.

DAFTAR PUSTAKA

Darkasyi, Muhammad, dkk. 2014. Peningkatan Komunikasi Matematis dan Motivasi Siswa dengan Pembelajaran Quantum Learning pada Siswa SMP Negeri 5

Lhokseumawe. Diakses dari: http://www.jurnal.unsyiah.ac.id/DM/article/ pada

tanggal 06 Februari 2015.

Indrayani, Susi Asih. 2014. Peningkatan Minat dan Hasil Belajar Matematika dengan Pembelajaran Kooperatif Tipe Think Talk Write (TTW) pada Siswa Kelas VIII B

SMP Negeri 4 Kebumen Tahun Pelajaran 2013/2014. Purworejo: SKRIPSI

UMPurworejo.

Mardhiyanti, Devi, Ratu Ilma Indra Putri, & Nila Kesumawati. 2011. Pengembangan Soal Matematika Model PISA untuk Mengukur Kemampuan Komunikasi

Matematis Siswa Sekolah Dasar. Diakses dari:

http://ejournal.unsri.ac.id/index.php/jpm/article/viewFile/334/100 pada tanggal 22 Maret 2015.

Putri, Runtyani Irjayanti. 2011. Upaya Meningkatkan Kemampuan Komunikasi Matematis Siswa melalui Pendekatan Reciprocal Teaching dengan Model

Pembelajaran Kooperatif di Kelas VIII-D SMP Negeri 4 Magelang. Yogyakarta:

SKRIPSI UNY.

Shoimin, Aris. 2014. 68 Model Pembelajaran Inovatif dalam Kurikulum 2013. Yogyakarta: Ar-ruzz Media.

Referensi

Dokumen terkait

Kendatipun sebagian di antara mereka menyimpulkan bahwa dana zakat tidak berdampak signifikan terhadap penurunan kemiskinan, namun penyaluran zakat berarti adanya

(200 M x 106 M) dan 1 (satu) pintu rumah papan yang terletak di atas tanah tersebut dengan ukuran 4 x 3 M sama dengan luas 12 M, yang terletak di kampung Pilar Jaya, Kecamatan

Pada Gambar 2 dapat dilihat bahwa semakin lama waktu ekstraksi maka konsentrasi flavonoid yang diperoleh semakin meningkat dan dalam waktu tertentu konsentrasi

SD Negeri 2 Tempuranduwur yang beralamat di Desa Tempuranduwur, Kec. Wonosobo, Provinsi Jawa Tengah. Dengan berjalannya waktu, SD Negeri 2 Tempuranduwur semakin

Bisa juga diartikan sebagai sistem ajaran (doktrin) dan praktek yang didasarkan pada sistem ke- percayaan seperti itu, atau sebagai kepercayaan akan keberadaan dan pengaruh

Sehingga para anggota rapat tidak perlu takut tidak ke bagian jalur transmisi karena dengan penambahan acces point tersebut daya tampung semakin besar, para anggota juga cukup duduk

Untuk masing-masing proses pentransferan da- ta menggunakan rumus pada proses perhitungannya, yaitu dengan cara membagi ukuran data dengan waktu transfer yang didapat.

dianggap tepat untuk menggambarkan mengenai keadaan di lapangan yaitu.. mengenai materi apa saja yang dipelajari pada kegiatan ekstrakurikuler seni. tari, bagaimana pelaksanaan