• Tidak ada hasil yang ditemukan

Karakterisik Fenotip Morfometrik dan Genotip RAPD (Random Amplified Polymorphic DNA) Ikan Betok Anabas testudineus (Bloch, 1792)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Karakterisik Fenotip Morfometrik dan Genotip RAPD (Random Amplified Polymorphic DNA) Ikan Betok Anabas testudineus (Bloch, 1792)"

Copied!
33
0
0

Teks penuh

(1)

KARAKTERISIK FENOTIP MORFOMETRIK DAN GENOTIP

RAPD (

Random Amplified Polymorphic

DNA)

IKAN BETOK

Anabas testudineus

(Bloch, 1792)

ULFAH FAYUMI

DEPARTEMEN BUDIDAYA PERAIRAN FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

(2)
(3)

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN

SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA*

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul “Karakterisik Fenotip Morfometrik dan Genotip RAPD (Random Amplified Polymorphic DNA) Ikan Betok Anabas testudineus (Bloch, 1792)” adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan dan tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.

(4)

ABSTRAK

ULFAH FAYUMI. Karakteristik Fenotip Morfometrik dan Genotip RAPD (Random Amplified Polymorphic DNA) Ikan Betok Anabas testudineus (Bloch, 1792). Dibimbing oleh DINAR TRI SOELISTYOWATI dan RUDHY GUSTIANO.

Identifikasi fenotip dan genotip diperlukan untuk memetakan struktur populasi suatu spesies ikan secara geografis di wilayah perairan. Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis keragaman genetik berdasarkan karakteristik fenotip morfometrik dan genotip RAPD ikan betok populasi Kalimantan, Jawa dan Sumatera. Karakterisasi fenotip morfometrik ikan betok dilakukan dengan metode truss morfometrik dan identifikasi genotip RAPD menggunakan tiga primer RAPD (OPA 07, OPC 02 dan OPC 05). Tingkat polimorfisme dan heterozigositas ikan betok populasi Kalimantan merupakan yang paling tinggi yaitu 39,29% dan 0,16. Jarak genetik interpopulasi ikan betok Kalimantan, Sumatera dan Jawa berkisar antara 0,17 dan 0,39. Populasi Kalimantan menunjukkan kemiripan truss morfometrik dengan populasi Sumatera sebesar 49,97%, sedangkan dengan populasi Jawa sebesar 24,96%.

Kata kunci: RAPD, morfometrik, ikan betok Anabas, polimorfisme, jarak genetik

ABSTRACT

ULFAH FAYUMI. Morphometric Phenotype Characteristics and RAPD (Random Amplified Polymorphic DNA) Genotype of Climbing Perch Anabas testudineus (Bloch 1792). Supervised by DINAR TRI SOELISTYOWATI and RUDHY GUSTIANO.

The identification of phenotype and genotype is needed for mapping the population structure geographically of a fish species in the waters territory. The purpose of this research was to analyze the genetic variability based on the morphometric phenotype characteristics and RAPD genotypes of climbing perch fish population of Kalimantan, Java and Sumatera. Characterization of phenotypes were conducted using a method of morphometric truss and typing of genotype by using three primers of RAPD (OPA-07, OPA-02, and OPC 05). The polymorphism level and heterozygosity of climbing perch fish population of Kalimantan was higher than the population of Java and Sumatera, wich reached 39,29% and 0,16. The genetic distance between climbing perch fish population of Kalimantan, Java and Sumatera ranged from 0,17 to 0,39. The population of Kalimantan showed the similarity of morphometric truss with Sumatera population about 49,97%, while with the population of Java was 24,96%.

(5)

Skripsi

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Perikanan

pada

Departemen Budidaya Perairan

KARAKTERISIK FENOTIP MORFOMETRIK DAN GENOTIP

RAPD (

Random Amplified Polymorphic

DNA)

IKAN BETOK

Anabas testudineus

(Bloch, 1792)

DEPARTEMEN BUDIDAYA PERAIRAN FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

2013

(6)
(7)

Judul Skripsi : Karakterisik Fenotip Morfometrik dan Genotip RAPD (Random Amplified Polymorphic DNA) Ikan Betok Anabas testudineus (Bloch, 1792)

Nama : Ulfah Fayumi NIM : C14090021

Program Studi : Teknologi dan Manajemen Budidaya Perairan

Disetujui oleh

Dr Ir Dinar Tri Soelistyowati, DEA Pembimbing I

Dr Ir Rudhy Gustiano, M Sc Pembimbing II

Diketahui oleh

Dr Ir Sukenda, M Sc Ketua Departemen

(8)

PRAKATA

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat serta karuniaNya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “Karakterisik Fenotip Morfometrik dan Genotip RAPD (Random Amplified Polymorphic DNA) Ikan Betok Anabas testudineus (Bloch, 1792)”.

Terima kasih penulis ucapkan kepada kedua orang tua penulis yaitu Bapak Ashari dan Ibu Umi Mahmudah, serta Adik Imdadussahidiin Husain Azhar atas segala doa, kasih sayang, semangat dan dukungan tiada henti. Ucapan terima kasih penulis sampaikan kepada Dr Ir Dinar Tri Soelistyawati, DEA dan Dr Ir Rudhy Gustiano, M Sc selaku pembimbing, Dr Ir Nur Bambang Priyo Utomo, M Si selaku penguji tamu serta Dr Ir Eddy Supriyono, M Sc selaku pembimbing akademik yang telah memberikan banyak bimbingan dan arahan. Di samping itu, penulis berterima kasih kepada Kepala Balai Penelitian dan Pengembangan Budidaya Air Tawar Bogor, Ibu Irin Iriana, Mba Sri Sundari, Mba Fera dan Ibu Iskandariah yang telah banyak membantu penulis selama penelitian. Penghargaan penulis sampaikan kepada seluruh dosen beserta staf Departemen Budidaya Perairan atas bimbingan dan bantuannya. Ungkapan terima kasih juga disampaikan kepada teman BDP 46, Sakura, Sweethome serta teman-teman dari lorong 9 atas persahabatannya.

Semoga skripsi ini dapat memberikan banyak manfaat dan pengetahuan kepada pembaca.

(9)

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL ... vi

DAFTAR GAMBAR ... vi

DAFTAR LAMPIRAN ... vi

PENDAHULUAN ... 1

Latar Belakang ... 1

Tujuan Penelitian ... 2

METODE ... 2

Materi Uji ... 2

Prosedur Penelitian ... 2

Analisis data ... 4

HASIL DAN PEMBAHASAN ... 5

Hasil ... 5

Pembahasan ... 9

KESIMPULAN DAN SARAN ... 11

Kesimpulan ... 11

Saran ... 11

DAFTAR PUSTAKA ... 12

LAMPIRAN ... 14

(10)

DAFTAR TABEL

1 Deskripsi 21 karakter truss morfometrik pada ikan betok ... 3

2 Deskripsi sekuen primer RAPD pada amplifikasi DNA ikan betok ... 4

3 Rata-rata 21 karakter morfometrik populasi ikan betok Kalimantan, Sumatera dan Jawa ... 5

4 Jumlah dan ukuran fragmen DNA 3 populasi ikan betok ... 8

5 Presentase polimorfisme dan heterozogositas 3 populasi ikan betok ... 8

6 Uji perbandingan berpasangan Fst dari rata-rata 3 lokus ... 9

7 Jarak genetik 3 populasi ikan betok ... 9

DAFTAR GAMBAR

1 Pengukuran karakter truss morfometrik ... 3

2 Koefisien keragaman (CV) karakter truss morfometrik ikan betok ... 6

3 Dendogram hubungan intrapopulasi ikan betok ... 6

4 Dendogram kemiripan ikan betok tiga populasi ... 7

5 Amplifikasi DNA ikan betok dengan primer OPA 07 ... 7

6 Amplifikasi DNA ikan betok dengan primer OPC 02 ... 7

7 Amplifikasi DNA ikan betok dengan primer OPC 05 ... 8

8 Dendogram kekerabatan genetik tiga populasi ikan betok ... 9

DAFTAR LAMPIRAN

1 Data pengukuran 21 karakter truss morfometrik ikan betok (Anabas testudineus) populasi Jawa ... 14

2 Data pengukuran 21 karakter truss morfometrik ikan betok (Anabas testudineus) populasi Sumatera ... 16

3 Data pengukuran 21 karakter truss morfometrik ikan betok (Anabas testudineus) populasi Kalimantan ... 18

4 Uji MANOVA21 karakter morfometrik ikan betok Jawa, Kalimantan dan Sumatera (Levene’s test) ... 10

5 Hasil amplifikasi tiga primer (OPA 07, OPC 02, OPC 05)populasi ikan betok (Jawa, Sumatera dan Kalimantan) ... 21

(11)

1

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Ikan betok merupakan salah satu ikan ekonomis penting yang diminati oleh masyarakat, terutama di Kalimantan (Yusuf 2010). Ikan betok termasuk jenis ikan air tawar yang biasa ditemukan di daerah rawa, sawah, sungai kecil, kolam maupun parit (Thakur 2004). Ikan betok memiliki toleransi yang tinggi terhadap kondisi lingkungan yang tergolong ekstrim (Alam et al. 2006). Ikan ini mampu bertahan di lingkungan yang bersifat asam maupun basa (Akbar 2008). Pada musim kemarau, ikan betok dapat bertahan hidup di rawa yang memiliki sedikit kandungan air dan kandungan oksigen yang rendah (Pandit dan Ghosh 2007). Hal ini disebabkan karena ikan betok memiliki alat pernafasan tambahan berupa labirin (Pellokia 2009).

Ikan betok sangat potensial dikembangkan sebagai bahan pangan bergizi di wilayah dengan kondisi lingkungan perairan suboptimal atau kurang mendukung yang disebabkan oleh pencemaran maupun kondisi lingkungan ekstrim melalui kegiatan budidaya (Akbar 2008). Kemampuan suatu populasi dapat beradaptasi dengan kondisi lingkungannya berkaitan dengan materi genetik yaitu keragaman genetik populasi. Variasi genetik di dalam populasi sangat penting untuk kelangsungan hidup suatu spesies dalam jangka waktu yang panjang serta dapat menjamin kelenturan (fitness) populasi maupun spesies untuk bertahan terhadap perubahan lingkungan (Dunham 2004). Semakin tinggi keragaman genetik suatu populasi, maka kemampuan untuk dapat bertahan hidup dan beradaptasi semakin tinggi.

Populasi ikan betok banyak tersebar di daerah Kalimantan, Jawa dan Sumatera (Akbar 2008). Kondisi lingkungan yang berbeda diduga dapat mempengaruhi keragaman fenotip dan genotip, terkait dengan sistem rekruitmen induk dan pola breeding, serta kualitas perairan (Kirchoff et al. 1999; Peixoto et al. 2004). Diperlukan adanya identifikasi fenotip dan genotip untuk memetakan struktur populasi suatu spesies ikan secara geografis di wilayah perairan. Perbedaan karakteristik fenotip dan genotip dapat digunakan untuk menentukan hubungan kekerabatan interpopulasi spesies ikan (Akbar 2008).

(12)

2

Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis keragaman genetik berdasarkan karakteristik fenotip morfometrik dan genotip RAPD tiga populasi ikan betok dari lokasi yang berbeda, yaitu Kalimantan, Jawa dan Sumatera.

METODE

Materi Uji

Hewan uji yang digunakan adalah ikan betok Anabas testudineus koleksi Balai Penelitian dan Pengembangan Budidaya Air Tawar, Bogor. Sampel ikan betok yang digunakan berasal dari tiga lokasi yang berbeda, yaitu Kalimantan (Kalimantan Tengah), Jawa (Bekasi) dan Sumatera (Jambi). Jumlah sampel yang digunakan untuk pengukuran karakteristik morfometrik sebanyak 30 ekor, sedangkan untuk analisis RAPD digunakan sebanyak 10 ekor ikan pada masing-masing populasi.

Prosedur Penelitian

Karakterisasi fenotip morfometrik

Karakterisasi fenotip morfometrik pada ikan betok dilakukan dengan menggunakan metode truss morfometrik. Metode ini dilakukan dengan mengukur jarak titik-titik tanda yang dibuat pada kerangka tubuh ikan betok. Titik tanda dibuat dengan cara ikan diletakkan di atas kertas, kemudian titik tanda pada ikan ditentukan menggunakan jarum sehingga titik tanda terlihat dengan jelas. Masing-masing jarak antar titik yang terdapat di seluruh badan ikan dihubungkan dengan menggunakan penggaris. Pemilihan titik truss pada ikan betok diadaptasi dari pemilihan titik truss ikan nilem oleh Mulyasari (2010), yaitu:

1. Titik di bagian bawah operkulum 2. Titik di ujung mulut

3. Titik di ujung tengkorak 4. Titik di awal sirip punggung 5. Titik di akhir sirip punggung 6. Titik di atas sirip ekor 7. Titik di bawah sirip ekor 8. Titik di akhir sirip anal 9. Titik di awal sirip anal 10. Titik di awal sirip perut

(13)

3

Gambar 1 Titik karakter truss morfometrik.

Tabel 1 Deskripsi 21 karakter truss morfometrik pada ikan betok

No BidangTruss Kode Deskripsi Jarak

1

Kepala

A1 Awal sirip perut - bawah operkulum

2 A2 Bawah operkulum - ujung mulut

3 A3 Ujung mulut - ujung tengkorak

4 A4 Ujung tengkorak - awal sirip perut

5 A5 Awal sirip perut - ujung mulut

6 A6 Ujung tengkorak - bawah operkulum

7

Tengah Tubuh

B1 Awal sirip anal - awal sirip perut

8 B2 Ujung tengkorak - awal sirip punggung

9 B3 Awal sirip punggung - awal sirip anal

10 B4 Awal sirip anal - bagian ujung tengkorak

11 B5 Awal sirip punggung - akhir sirip perut

12

Tubuh Belakang

C1 Awal sirip anal - akhir sirip anal

13 C2 Awal sirip punggung - akhir sirip punggung

14 C3 Akhir sirip punggung - akhir sirip anal

15 C4 Awal sirip punggung - akhir sirip anal

16 C5 Akhir sirip punggung - awal sirip anal

17

Pangkal

D1 Akhir sirip anal - awal sirip ekor bawah

18 D2 Akhir sirip punggung - awal sirip ekor atas

19 D3 Awal sirip ekor atas - awal sirip ekor bawah

20 D4 Akhir sirip punggung - awal sirip ekor bawah

21 D5 Akhir sirip anal - awal sirip ekor atas

Karakterisasi genotip

Ekstraksi DNA

(14)

4

menggunakan vortex dan di sentrifuse dengan kecepatan 10.000 rpm selama 10 menit. Supernatan dibuang dan natan dikering anginkan hingga etanol menguap. DNA dilarutkan dengan menambah bufer Tris-EDTA sebanyak 100 µl .

Amplifikasi DNA dengan teknik Polymerase Chain Reaction (PCR)

Pertama, dilakukan seleksi primer untuk mendapatkan jenis primer yang sesuai. Setelah didapatkan primer yang sesuai, amplifikasi DNA dilakukan dengan metode PCR. Primer yang digunakan adalah OPA 07, OPC 02 dan OPA 05 (Tabel 2).

Tabel 2 Deskripsi sekuen primer RAPD pada amplifikasi DNA ikan betok

Primer Sekuen Nukleotida (5’→3’)

OPA 07 GAAACGGGTG

OPA 02 GTGAGGCGTC

OPA 05 GATGACCGCC

Komposisi bahan yang digunakan adalah 1 µ DNA template, 1 µl primer, 10.5 µl akuades dan 12.5 µl taq polymerase cair. Bahan dihomogenkan dengan vortex dan di spin down hingga tidak ada gelembung yang terbentuk pada eppendorf. Bahan kemudian dimasukkan ke dalam mesin PCR dengan program 1 siklus predenaturasi pada 94°C selama 5 menit, selanjutnya 40 siklus yang meliputi denaturasi pada 94°C selama 40 detik, annealing (penempelan primer) pada suhu 35°C selama 1 menit dan elongasi pada pada suhu 72°C selama 2 menit dan elongasi akhir pada 72°C selama 7 menit dan penstabilan suhu sebesar 4°C selama 3 menit (Hassanein et al. 2004).

Elekroforesis

Keberhasilan amplifikasi primer RAPD yang digunakan dikonfirmasi dengan elektoforesis menggunakan gel agarose 2%. Gel agarose dibuat dengan mencampurkan sebanyak 0.6 gram bubuk agarose dengan 30 ml TBE Buffer. Larutan tersebut diaduk dan dipanaskan di atas hot plate pada suhu 150°C hingga larutan berwarna bening. Larutan ditambah 10 µl etidum bromide dan dituang ke cetakan agar serta dibuat sumur gel menggunakan sisir gel. Gel yang telah mengeras ditempatkan pada alat elektroforesis dan ditambahkan TBE Buffer hingga gel terendam. Kemudian, sebanyak 10 µl bahan hasil PCR ditambah dengan 3 µl loading dye dimasukkan ke sumur gel dan dielektroforesis selama 30 menit. Setelah itu, gel dilihat dengan cahaya ultraviolet untuk dokumentasi dengan kamera.

Analisis data

(15)

5

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil

Karakteristik Morfometrik

Rata-rata 21 karakter morfometrik pada tiga populasi ikan betok disajikan pada Tabel 3 (Lampiran 1, 2 dan 3). Berdasarkan uji Levene’s test (Lampiran 4), tiga karakter yang berbeda nyata yaitu karakter A6 (jarak antara ujung tengkorak dengan bawah operkulum), C1 (Jarak antara awal sirip anal dengan akhir sirip anal) dan C3 (jarak antara akhir sirip punggung dengan akhir sirip anal) (p≤0.05). Tabel 3 Rata-rata 21 karakter morfometrik populasi ikan betok Kalimantan,

Sumatera dan Jawa

Karakter Jawa Kalimantan Sumatera Levene’s test

A1 0.55±0.29 0.79±0.40 0.66±0.39 0.930

(16)

6

Gambar 2 Koefisien keragaman (CV) karakter truss morfometrik tiga populasi ikan betok (Jawa, Kalimantan dan Sumatera).

Berdasarkan analisis dendrogram kemiripan 21 karakter truss morfometrik tiga populasi ikan betok (Gambar 3) menunjukkan bahwa terdapat dua pengelompokan karakter pada tingkat kemiripan lebih dari 90% dan 66% yang mewakili pemisahan grup 1 (karakter A1, jarak antara awal sirip perut dengan bawah operkulum) dan grup 2 (karakter D2, jarak antara akhir sirip punggung dengan awal sirip ekor atas).

Gambar 3 Dendrogram hubungan intrapopulasi ikan betok.

Dendrogram hubungan interpopulasi ikan betok menunjukkan bahwa ikan betok populasi Sumatera dengan Kalimantan memiliki kemiripan sebesar 49.97% dalam satu cluster dan terpisah dengan populasi Jawa dengan tingkat kemiripan sebesar 24.96% (Gambar 4)

(17)

7

Gambar 4 Dendrogram hubungan kemiripan ikan betok tiga populasi.

Profil RAPD

Amplifikasi DNA ikan betok populasi Kalimantan, Jawa dan Sumatera dilakukan dengan menggunakan tiga primer. Hasil amplifikasi DNA ikan betok tiga populasi menggunakan primer OPA 07, OPC 02 dan OPC 05 disajikan pada Gambar 5, 6 dan 7 yang selengkapnya disajikan pada Lampiran 5.

Gambar 5 Amplifikasi DNA ikan betok dengan primer OPA 07.

(18)

8

Gambar 7 Amplifikasi DNA ikan betok dengan primer OPC 05.

Fragmen dan ukuran DNA yang teramplifikasi bervariasi antara 7-15 pada kisaran 175-1750 bp (Tabel 4). Jumlah fragmen terbanyak terdapat pada ikan betok populasi Kalimantan yaitu 12-15 fragmen dengan kisaran ukuran fragmen pada 175-1750 bp. Sedangkan jumlah fragmen populasi Sumatera dan Jawa yaitu 7-12 fragmen pada kisaran 175-1750 untuk populasi Jawa dan kisaran 175-1500 untuk populasi Sumatera.

Tabel 4 Jumlah dan ukuran fragmen DNA tiga populasi ikan betok

Populasi ikan betok Jumlah Fragmen Kisaran Ukuran Fragmen (bp)

Jawa 7-13 175-1750

Sumatera 7-12 175-1500

Kalimantan 12-15 175-1750

Keragaman Genetik Intrapopulasi

Presentase polimorfisme ikan betok tertinggi terdapat pada populasi Kalimantan yaitu sebesar 39.29%. Persentase polimorfisme populasi Jawa dan Sumatera memiliki nilai yang sama yaitu sebesar 28.58%. Nilai heterozigositas pada ikan betok tiga populasi berkisar antara 0.09-0.16. Heterozigositas paling tinggi terdapat pada populasi betok Kalimantan yaitu 0.16. Sedangkan heterozigositas terendah terdapat pada populasi betok Sumatera yaitu sebesar 0.09 (Tabel 5).

Tabel 5 Persentase polimorfisme dan heterosigositas tiga populasi ikan betok

Populasi ikan betok Polimorfisme (%) Heterozigositas

Jawa 28.58 0.09

Sumatera 28.58 0.12

Kalimantan 39.29 0.16

Uji Perbandingan Berpasangan Fst

(19)

9

Tabel 6 Uji perbandingan berpasangan Fst dari rata-rata tiga lokus

Populasi ikan betok Jawa Sumatera Kalimantan

Jawa *****

Sumatera 0.0000 *****

Kalimantan 0.0000 0.0000 *****

Keterangan : ≤ 0.05 = berbeda nyata

Jarak Genetik

Jarak genetik dapat menggambarkan hubungan kekerabatan antar populasi ikan betok. Populasi ikan betok Sumatera dengan ikan betok populasi Kalimantan menunjukkan jarak genetik yang paling jauh (0.39) sedangkan jarak genetik antara populasi Jawa dan Kalimantan (0.17) lebih dekat daripada populasi Jawa dan Sumatera sebesar 0.29 (Tabel 7).

Tabel 7 Jarak genetik tiga populasi ikan betok

Populasi ikan betok Jawa Sumatera Kalimantan

Jawa *****

Sumatera 0.29 *****

Kalimantan 0.17 0.39 *****

Hubungan kekerabatan tiga populasi ikan betok digambarkan dalam bentuk dendrogram UPGMA. Ikan betok populasi Jawa membentuk satu cluster dengan ikan betok populasi Kalimantan. Sedangkan ikan betok populasi Sumatera terpisah dari populasi Kalimantan dan Jawa (Gambar 8)

Gambar 8 Dendrogram kekerabatan genetik tiga populasi ikan betok.

Pembahasan

(20)

10

ikan (Swain dan Foote 1999). Variasi fenotip tiga populasi ikan betok ditunjukkan pada karakter A6, C1 dan C3 dan keragaman tertinggi terdapat pada karakter D4. Nilai koefisien keragaman dapat dipengaruhi oleh pengaruh lingkungan, termasuk teknologi budidaya yang diterapkan, proses domestikasi dalam lingkungan terkotrol yang dapat menurunkan variasi genetik pada generasi berikutnya (Hayuningtyas et al. 2007). Populasi yang berada di bawah tekanan seleksi dapat menurunkan jumlah pasangan induk yang terlibat dalam populasi reproduktif efektif dalam stok yang terbatas, kemungkinan terjadinya penghanyutan gen (genetic drift) dan mengakibatkan penurunan variasi genetik misalnya pada kegiatan budidaya tradisional dengan ukuran populasi yang terbatas (Mulyasari 2010).

Isolasi geografi diantara populasi dapat mengakibatkan perbedaan karakter morfometrik dan karakter genetik baik disebabkan oleh penghanyutan gen maupun perbedaan kondisi lingkungan (Mejri et al. 2012). Terdapat suatu teori yang menyatakan bahwa ikan yang berada di sungai Sumatera yang mengalir ke pantai timur dan ikan yang berada di sungai Kalimantan yang mengalir ke pantai barat akan memiliki kesamaan. Sebaliknya jika ikan berada di daerah Sungai Mahakam yang mengalir ke pantai timur dan ikan yang berada di daerah Sungai Kapuas terdapat perbedaan yang besar (Lampiran 6) (Rahardjo et al. 2011). Hal ini diduga menjadi penyebab terpisahnya cluster populasi ikan betok Sumatera dengan ikan betok populasi Kalimantan dan Jawa.

Berdasarkan dendrogram hubungan kekerabatan genetik, populasi Jawa dan Kalimantan membentuk satu cluster (Gambar 8) sedangkan pada pengukuran morfometrik populasi Jawa terpisah dari cluster populasi Kalimantan dan Sumatera (Gambar 4). Hal ini diduga bahwa fenotip morfometrik dipengaruhi oleh kontribusi faktor lingkungan. Faktor lingkungan yang dapat mempengaruhi perbedaan karakter morfometrik diantaranya adalah padat tebar, kualitas air, serta pakan. Padat tebar yang tinggi akan meningkatkan kompetisi ikan untuk mendapatkan makanan, ruang gerak serta konsumsi oksigen yang mempengaruhi laju pertumbuhan ikan menjadi terhambat (Mustakim 2008). Kualitas air yang optimum dapat mendukung pertumbuhan ikan, sebaliknya kualitas air yang kurang mendukung dapat menghambat pertumbuhan ikan (Amornsakun et al. 2005). Pada penelitian ini rata-rata fenotip morfometrik ikan betok populasi Jawa lebih rendah daripada populasi Kalimantan dan Sumatera (Tabel 3).

(21)

11

seleksi lingkungan dan laju mutasi. Selain itu, sistem rekruitmen calon induk ikan dapat mempengaruhi gene pool dan struktur dari genetika populasi ikan.

Pada populasi yang terbatas dan seleksi terarah tanpa data base yang akurat dapat meningkatkan terjadinya perkawinan sekerabat atau meningkatkan nilai inbreeding yang ditandai dengan adanya penurunan nilai heterozigositas dan variasi alelik. Penurunan heterozigositas suatu populasi dan penurunan variasi gen dapat mengakibatkan hilangnya alel potensial misalnya terkait dengan pengontrol pertumbuhan, ketahanan terhadap suatu penyakit serta timbulnya abnormalitas (Slamat 2009). Berdasarkan hasil pengukuran keragaman antar populasi dengan menggunakan uji perbandingan berpasangan Fst dapat terlihat bahwa pada populasi betok Kalimantan, Sumatera dan Jawa menunjukkan perbedaan yang nyata (p≤0.05). Perbedaan yang nyata pada ketiga populasi tersebut mengindikasikan bahwa ketiga populasi berasal dari stok dengan keragaman alelik terfiksasi yang berbeda antar populasinya.

Jarak genetik dapat menggambarkan keragaman genetik interpopulasi dan merupakan ukuran variabilitas genetik antar populasi. Jarak genetik pada populasi Sumatera dan Kalimantan lebih jauh (0.39) dibanding populasi Jawa dan Kalimantan (0.17). Sedangkan jarak genetik populasi Sumatera dan Jawa sebesar 0.29. Dendrogram jarak genetik menggambarkan bahwa ikan betok populasi Jawa membentuk satu cluster dengan ikan betok populasi Kalimantan, sedangkan ikan betok populasi Sumatera terpisah dari populasi Kalimantan dan Jawa. Jarak genetik dapat menggambarkan ada atau tidaknya pertukaran gen yang berlangsung ketika terjadi perkawinan. Inbreeding dapat menyebabkan peluang kehilangan alel tertentu sehingga dapat mengakibatkan perubahan keragaman pada populasi (Mulyasari 2010).

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

Keragaman genetik tiga populasi ikan betok jawa, Kalimantan dan Sumatera berbeda. Populasi Kalimantan menunjukkan kemiripan truss morfometrik dengan populasi Sumatera sebesar 49,97%, sedangkan dengan populasi Jawa sebesar 24,96%. Tingkat polimorfisme dan heterozigositas ikan betok populasi Kalimantan lebih tinggi dari populasi Jawa dan Sumatera yaitu 39.39% dan 0.16. Jarak genetik populasi Kalimantan dengan Sumatera sebesar 0.39 lebih jauh dibandingkan dengan populasi Jawa sebesar 0.17.

Saran

(22)

12

DAFTAR PUSTAKA

Akbar H. 2008. Studi karakteristik morfometrik-meristik ikan betok (Anabas testudineus Bloch) di DAS Mahakam Tengah Propinsi Kalimantan Timur [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.

Alam MA, Rahman L, Khan MMR, Rahman SMZ. 2006. Allozyme marker for

the analysis of genetic variation of cross koi (♀ local x ♂ Thai) Anabas testudineus with their parents. Mol. Biol. & Biotech. 4: 9-12.

Amornsakun T, Sriwatana W, Promkaew P. 2005. Some aspects in early life stage of climbing perch, Anabas testudineus larvae. Songklanakarin J. Sci. Technol. 27(1):403-418.

Dunham RA. 2004. Aquaculture and Fisheries Botechnology: Genetic Approaches. Cambridge (US): CABI Publishing.

Hassanein HA, Elnady M, Obeida A, Itriby H. 2004. Genetic diversity of nile tilapia populations revealed by randomly amplified polymorphic DNA (RAPD). Aquaculture Research: 35:587-593.

Hayuningtyas EP, Listiyowati N, Ariyanto D. 2007. Variasi genetik persilangan 3 strain ikan nila (Oreochromis niloticus) dengan ikan mujair (O. mossambicus) dengan metode Randomly Amplified Polymorphic DNA (RAPD). Prosiding Forum Inovasi Teknologi Akuakultur:573-580.

Kirchhoff S, Sevigny JM, Couillard CM. 1999. Genetic and meristic variations in the mummichog Fundulus heteroclitus, living in polluted and reference estuaries. Marine Environmental Research. 47: 261-283.

Mejri R, Brutto SL, Hassine N, Arculeo M. Hassine OKB. 2012. Overlapping patterns of morphometric and genetic differentiation in the Mediterranean goby Pomatoschistus tortonesei Miller, 1968 (Perciformes, Gobidae) in Tunisian lagoons. Zoology. 115: 239-244.

Mulyasari. 2010. Karakteristik fenotipe morfomeristik dan keragaman genotip RAPD (Randomly Amplified Polymorphism DNA) ikan nilem (Osteochilus hasselti) di Jawa Barat [tesis]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.

Mustakim M. 2008. Kajian kebiasaan makanan dan kaitannya dengan aspek reproduksi ikan betok (Anabas testudineus Bloch) pada habitat yang berbeda di lingkungan Danau Melintang Kutai Kartanegara Kalimantan Timur [tesis]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.

Pandit DN dan Ghosh TK. 2007. Oxygen uptake in relation to group size in the juvenile of a climbing perch, Anabas testudineus (Bloch). Environmental Biology. 28(1): 141-143.

Peixoto S, Soares R, Wasielesky, Cavalli RO, Jensen L. 2004. Morphometric relationship of weight and length of cultured Farfantepenaeus paulensis during nursery, grow out, and broodstock production phases. Aquaculture. 241: 291-299.doi: 10.1016/j.

Pellokia NAY. 2009. Biologi reproduksi ikan betok (Anabas testudineus Bloch, 1792) di rawa banjiran DAS Mahakam, Kalimantan Timur [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.

(23)

13

Slamat. 2009. Keanekaragaman genetik ikan betok (Anabas testudineus Bloch) pada ekosistem perairan rawa di Provinsi Kalimantan Selatan [tesis]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.

Soewardi K. 2007. Pengelolaan Keragaman Genetik Sumberdaya Perikanan dan Kelautan. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.

Swain DP and Foote CJ. 1999. Stocks and chameleons: the use of phenotypic variation in stock identification. Fisheries Research. 43:113-128.

Thakur, DP. 2004. New fish species studied for aquaculture potential by aquaculture CRSP researchers. Aquanews. 19(1).

(24)

14

LAMPIRAN

Lampiran 1 Data pengukuran 21 karakter truss morfometrik ikan betok (Anabas testudineus) populasi Jawa

No PS A1 A2 A3 A4 A5 A6 B1 B2 B3 B4 B5 C1 C2 C3 C4 C5 D1 D2 D3 D4 D5

1 6.00 0.16 0.27 0.28 0.34 0.42 0.30 0.23 0.09 0.42 0.47 0.34 0.38 0.61 0.17 0.67 0.43 0.04 0.08 0.16 0.17 0.17

2 5.95 0.17 0.27 0.28 0.40 0.42 0.34 0.22 0.07 0.47 0.50 0.39 0.37 0.64 0.16 0.71 0.42 0.06 0.08 0.16 0.17 0.18

3 5.40 0.15 0.27 0.29 0.35 0.41 0.31 0.22 0.09 0.43 0.47 0.35 0.38 0.60 0.17 0.67 0.42 0.04 0.06 0.17 0.17 0.17

4 7.10 0.14 0.27 0.27 0.35 0.40 0.30 0.24 0.10 0.42 0.49 0.32 0.35 0.61 0.16 0.64 0.42 0.07 0.07 0.16 0.17 0.18

5 5.60 0.13 0.29 0.31 0.34 0.42 0.30 0.26 0.10 0.42 0.47 0.35 0.33 0.57 0.17 0.63 0.39 0.04 0.07 0.15 0.17 0.18

6 6.40 0.17 0.22 0.26 0.37 0.38 0.32 0.21 0.11 0.41 0.48 0.34 0.40 0.65 0.16 0.67 0.48 0.06 0.06 0.16 0.16 0.18

7 6.05 0.17 0.26 0.27 0.37 0.43 0.30 0.26 0.12 0.45 0.50 0.36 0.33 0.52 0.17 0.66 0.38 0.05 0.07 0.16 0.17 0.17

8 7.00 0.12 0.27 0.24 0.36 0.39 0.30 0.23 0.09 0.44 0.49 0.36 0.37 0.58 0.17 0.70 0.44 0.06 0.09 0.16 0.18 0.19

9 5.60 0.13 0.29 0.29 0.38 0.41 0.32 0.25 0.13 0.42 0.50 0.36 0.36 0.57 0.17 0.65 0.40 0.04 0.07 0.16 0.17 0.17

10 6.35 0.13 0.24 0.28 0.32 0.36 0.30 0.28 0.10 0.42 0.47 0.33 0.37 0.58 0.17 0.64 0.41 0.04 0.09 0.16 0.17 0.17

11 5.55 0.14 0.23 0.27 0.30 0.38 0.25 0.21 0.07 0.38 0.41 0.30 0.40 0.60 0.17 0.66 0.43 0.07 0.08 0.16 0.18 0.18

12 4.90 0.18 0.28 0.30 0.38 0.45 0.34 0.21 0.11 0.44 0.50 0.37 0.36 0.57 0.17 0.65 0.40 0.04 0.06 0.16 0.17 0.17

13 5.00 0.18 0.27 0.29 0.39 0.44 0.32 0.22 0.12 0.43 0.50 0.37 0.34 0.58 0.17 0.63 0.41 0.07 0.07 0.16 0.17 0.17

14 7.50 0.17 0.26 0.23 0.35 0.42 0.27 0.21 0.10 0.43 0.49 0.34 0.33 0.59 0.15 0.63 0.40 0.06 0.08 0.15 0.16 0.16

15 7.10 0.14 0.28 0.27 0.38 0.42 0.30 0.24 0.11 0.42 0.49 0.35 0.37 0.60 0.17 0.66 0.42 0.05 0.07 0.15 0.17 0.17

16 5.45 0.15 0.28 0.28 0.35 0.41 0.31 0.21 0.09 0.41 0.47 0.34 0.37 0.61 0.17 0.68 0.40 0.06 0.08 0.17 0.17 0.17

17 6.65 0.15 0.28 0.26 0.34 0.41 0.29 0.21 0.11 0.38 0.45 0.32 0.38 0.59 0.17 0.65 0.41 0.04 0.08 0.16 0.17 0.18

18 5.40 0.17 0.25 0.28 0.35 0.41 0.29 0.22 0.15 0.39 0.48 0.33 0.35 0.56 0.17 0.63 0.40 0.06 0.07 0.17 0.18 0.18

19 4.70 0.13 0.28 0.27 0.34 0.39 0.31 0.18 0.07 0.41 0.44 0.34 0.40 0.63 0.17 0.68 0.46 0.07 0.09 0.15 0.18 0.18

20 4.65 0.15 0.28 0.30 0.35 0.42 0.32 0.23 0.08 0.42 0.46 0.34 0.37 0.60 0.17 0.67 0.41 0.05 0.05 0.16 0.17 0.18

(25)

15

Lanjutan lampiran 1 Data pengukuran 21 karakter truss morfometrik ikan betok (Anabas testudineus) populasi Jawa

No PS A1 A2 A3 A4 A5 A6 B1 B2 B3 B4 B5 C1 C2 C3 C4 C5 D1 D2 D3 D4 D5

22 4.80 0.15 0.25 0.30 0.33 0.39 0.28 0.20 0.08 0.40 0.44 0.33 0.39 0.59 0.19 0.66 0.44 0.08 0.07 0.17 0.17 0.21

23 5.40 0.14 0.26 0.27 0.31 0.39 0.26 0.19 0.10 0.37 0.43 0.30 0.39 0.61 0.16 0.65 0.45 0.07 0.07 0.15 0.17 0.17

24 5.35 0.13 0.31 0.29 0.36 0.43 0.30 0.21 0.09 0.43 0.49 0.34 0.34 0.60 0.17 0.65 0.38 0.06 0.07 0.17 0.18 0.18

25 5.40 0.15 0.29 0.29 0.34 0.43 0.30 0.20 0.09 0.40 0.45 0.33 0.38 0.58 0.17 0.65 0.44 0.05 0.07 0.16 0.17 0.18

26 5.25 0.12 0.29 0.24 0.34 0.41 0.30 0.19 0.10 0.40 0.46 0.32 0.38 0.65 0.17 0.68 0.45 0.06 0.06 0.16 0.17 0.18

27 4.90 0.12 0.27 0.24 0.34 0.38 0.30 0.18 0.09 0.39 0.45 0.31 0.38 0.62 0.16 0.67 0.44 0.08 0.09 0.14 0.17 0.18

28 4.85 0.13 0.28 0.27 0.33 0.40 0.30 0.19 0.12 0.37 0.43 0.32 0.37 0.59 0.19 0.63 0.44 0.08 0.07 0.16 0.19 0.20

29 5.10 0.14 0.27 0.26 0.32 0.41 0.28 0.19 0.11 0.36 0.43 0.30 0.38 0.60 0.17 0.66 0.41 0.07 0.08 0.16 0.18 0.16

30 5.05 0.15 0.30 0.30 0.37 0.44 0.33 0.20 0.10 0.44 0.49 0.36 0.35 0.60 0.18 0.67 0.40 0.06 0.07 0.16 0.18 0.18

Rata-rata 5.65 0.15 0.27 0.27 0.35 0.41 0.30 0.22 0.10 0.41 0.47 0.34 0.37 0.60 0.17 0.66 0.42 0.06 0.07 0.16 0.17 0.18

st.dev 0.79 0.02 0.02 0.02 0.02 0.02 0.02 0.02 0.02 0.03 0.03 0.02 0.02 0.03 0.01 0.02 0.02 0.01 0.01 0.01 0.01 0.01

CV 0.14 0.12 0.07 0.07 0.07 0.05 0.07 0.11 0.18 0.06 0.05 0.06 0.06 0.04 0.04 0.03 0.06 0.26 0.12 0.04 0.03 0.06

Keterangan : PS = Panjang standar

st.dev = Standar deviasi

(26)

16

Lampiran 2 Data pengukuran 21 karakter truss morfometrik ikan betok (Anabas testudineus) populasi Sumatera

NO PS A1 A2 A3 A4 A5 A6 B1 B2 B3 B4 B5 C1 C2 C3 C4 C5 D1 D2 D3 D4 D5

1 9.00 0.18 0.21 0.24 0.32 0.38 0.24 0.23 0.09 0.42 0.47 0.31 0.38 0.64 0.16 0.69 0.43 0.05 0.08 0.15 0.17 0.17

2 7.90 0.18 0.23 0.27 0.33 0.40 0.27 0.23 0.11 0.40 0.47 0.31 0.37 0.61 0.16 0.66 0.41 0.04 0.06 0.15 0.16 0.16

3 6.95 0.16 0.24 0.27 0.33 0.39 0.27 0.25 0.12 0.41 0.47 0.32 0.37 0.59 0.16 0.65 0.41 0.04 0.07 0.15 0.17 0.17

4 6.80 0.15 0.23 0.26 0.30 0.37 0.26 0.26 0.10 0.41 0.46 0.30 0.37 0.62 0.16 0.67 0.41 0.04 0.08 0.15 0.16 0.17

5 6.15 0.17 0.22 0.27 0.32 0.38 0.27 0.27 0.09 0.43 0.48 0.32 0.36 0.60 0.15 0.67 0.39 0.05 0.08 0.15 0.16 0.16

6 7.40 0.16 0.24 0.28 0.29 0.39 0.26 0.24 0.08 0.39 0.44 0.28 0.34 0.60 0.16 0.65 0.39 0.05 0.08 0.15 0.16 0.16

7 8.85 0.18 0.23 0.25 0.30 0.39 0.25 0.22 0.10 0.39 0.45 0.28 0.37 0.62 0.16 0.68 0.40 0.04 0.08 0.15 0.16 0.16

8 7.00 0.16 0.24 0.28 0.32 0.39 0.28 0.25 0.08 0.43 0.47 0.32 0.37 0.62 0.16 0.69 0.41 0.03 0.06 0.15 0.16 0.16

9 7.90 0.14 0.23 0.25 0.30 0.35 0.25 0.27 0.09 0.41 0.46 0.30 0.36 0.61 0.15 0.68 0.39 0.05 0.08 0.14 0.16 0.16

10 7.95 0.12 0.22 0.25 0.28 0.33 0.25 0.30 0.10 0.42 0.48 0.29 0.39 0.64 0.15 0.70 0.43 0.04 0.06 0.14 0.16 0.15

11 7.45 0.15 0.24 0.27 0.30 0.38 0.27 0.25 0.06 0.41 0.44 0.30 0.38 0.63 0.16 0.69 0.43 0.05 0.07 0.15 0.27 0.17

12 6.85 0.17 0.23 0.26 0.32 0.39 0.26 0.27 0.08 0.43 0.47 0.32 0.36 0.61 0.15 0.67 0.40 0.05 0.07 0.15 0.16 0.16

13 7.20 0.15 0.22 0.24 0.28 0.35 0.24 0.22 0.10 0.35 0.42 0.26 0.39 0.62 0.15 0.65 0.44 0.07 0.08 0.14 0.15 0.17

14 6.85 0.17 0.26 0.27 0.31 0.41 0.27 0.26 0.09 0.41 0.47 0.30 0.36 0.61 0.15 0.66 0.40 0.05 0.06 0.15 0.16 0.16

15 7.45 0.15 0.24 0.28 0.30 0.40 0.24 0.22 0.09 0.37 0.42 0.29 0.36 0.60 0.16 0.64 0.41 0.06 0.07 0.16 0.17 0.17

16 6.00 0.17 0.23 0.29 0.30 0.38 0.27 0.27 0.09 0.40 0.46 0.30 0.37 0.58 0.17 0.65 0.40 0.04 0.08 0.15 0.17 0.16

17 6.25 0.18 0.23 0.28 0.30 0.39 0.27 0.22 0.10 0.37 0.43 0.29 0.37 0.58 0.16 0.64 0.41 0.05 0.08 0.16 0.18 0.18

18 5.90 0.19 0.20 0.29 0.30 0.38 0.25 0.24 0.08 0.39 0.44 0.30 0.37 0.60 0.17 0.65 0.41 0.06 0.08 0.17 0.18 0.18

19 6.25 0.15 0.25 0.28 0.32 0.38 0.28 0.22 0.08 0.38 0.44 0.30 0.36 0.59 0.16 0.65 0.40 0.06 0.09 0.15 0.17 0.17

20 6.10 0.18 0.21 0.27 0.30 0.39 0.24 0.25 0.09 0.39 0.45 0.29 0.36 0.60 0.16 0.66 0.38 0.06 0.08 0.14 0.16 0.16

21 5.30 0.19 0.22 0.28 0.32 0.39 0.28 0.23 0.08 0.39 0.44 0.30 0.38 0.59 0.16 0.65 0.41 0.06 0.08 0.15 0.17 0.17

22 4.95 0.20 0.22 0.27 0.32 0.41 0.27 0.22 0.10 0.39 0.44 0.31 0.36 0.59 0.17 0.65 0.40 0.06 0.08 0.16 0.17 0.18

(27)

17

Lanjutan lampiran 2 Data pengukuran 21 karakter truss morfometrik ikan betok (Anabas testudineus) populasi Sumatera

NO PS A1 A2 A3 A4 A5 A6 B1 B2 B3 B4 B5 C1 C2 C3 C4 C5 D1 D2 D3 D4 D5

24 6.15 0.15 0.26 0.28 0.29 0.40 0.24 0.25 0.12 0.37 0.45 0.29 0.34 0.57 0.15 0.62 0.38 0.05 0.07 0.16 0.17 0.17

25 6.45 0.16 0.22 0.29 0.30 0.38 0.26 0.21 0.11 0.37 0.43 0.30 0.36 0.59 0.16 0.64 0.40 0.06 0.08 0.16 0.16 0.17

26 4.95 0.16 0.21 0.25 0.28 0.36 0.23 0.21 0.10 0.35 0.43 0.26 0.40 0.62 0.16 0.67 0.44 0.06 0.09 0.15 0.17 0.16

27 6.50 0.15 0.25 0.25 0.30 0.38 0.25 0.20 0.09 0.38 0.43 0.28 0.38 0.62 0.15 0.67 0.42 0.07 0.08 0.15 0.18 0.17

28 4.80 0.19 0.24 0.29 0.32 0.42 0.27 0.22 0.11 0.36 0.44 0.30 0.36 0.58 0.16 0.64 0.42 0.04 0.06 0.16 0.17 0.17

29 5.00 0.18 0.22 0.30 0.31 0.40 0.27 0.22 0.10 0.38 0.45 0.29 0.35 0.58 0.16 0.64 0.39 0.07 0.08 0.15 0.17 0.17

30 5.00 0.15 0.26 0.30 0.29 0.39 0.27 0.20 0.08 0.37 0.40 0.29 0.38 0.60 0.17 0.67 0.41 0.05 0.08 0.15 0.16 0.18

Rata-rata 6.56 0.17 0.23 0.27 0.31 0.39 0.26 0.24 0.09 0.39 0.45 0.30 0.37 0.60 0.16 0.66 0.41 0.05 0.08 0.15 0.17 0.17

st.dev 1.14 0.02 0.02 0.02 0.01 0.02 0.01 0.02 0.01 0.02 0.02 0.02 0.01 0.02 0.01 0.02 0.02 0.01 0.01 0.01 0.02 0.01

CV 0.17 0.11 0.07 0.06 0.05 0.05 0.05 0.10 0.14 0.06 0.04 0.05 0.04 0.03 0.04 0.03 0.04 0.20 0.12 0.05 0.12 0.04

Keterangan : PS = Panjang standar

st.dev = Standar deviasi

(28)

18

Lampiran 3 Data pengukuran 21 karakter truss morfometrik ikan betok (Anabas testudineus) populasi Kalimantan

NO PS A1 A2 A3 A4 A5 A6 B1 B2 B3 B4 B5 C1 C2 C3 C4 C5 D1 D2 D3 D4 D5

1 7.50 0.18 0.21 0.26 0.31 0.39 0.26 0.27 0.08 0.41 0.47 0.31 0.35 0.61 0.15 0.67 0.39 0.05 0.08 0.15 0.17 0.16

2 7.85 0.16 0.22 0.25 0.27 0.38 0.21 0.24 0.09 0.38 0.44 0.27 0.37 0.60 0.17 0.65 0.41 0.06 0.08 0.14 0.17 0.17

3 7.85 0.15 0.23 0.25 0.26 0.36 0.20 0.24 0.09 0.36 0.40 0.26 0.37 0.61 0.17 0.64 0.39 0.06 0.08 0.14 0.17 0.17

4 8.75 0.17 0.22 0.25 0.33 0.38 0.26 0.28 0.10 0.43 0.49 0.32 0.34 0.62 0.16 0.69 0.39 0.05 0.08 0.16 0.17 0.05

5 7.55 0.15 0.26 0.23 0.35 0.40 0.26 0.30 0.13 0.45 0.54 0.39 0.32 0.64 0.17 0.68 0.40 0.05 0.03 0.16 0.17 0.17

6 7.80 0.17 0.24 0.26 0.33 0.40 0.28 0.28 0.09 0.44 0.49 0.31 0.34 0.63 0.15 0.69 0.38 0.04 0.06 0.15 0.15 0.15

7 7.95 0.13 0.26 0.26 0.31 0.38 0.25 0.25 0.09 0.42 0.47 0.30 0.36 0.63 0.15 0.67 0.42 0.06 0.07 0.14 0.16 0.16

8 8.55 0.22 0.19 0.25 0.33 0.38 0.27 0.26 0.10 0.42 0.48 0.32 0.37 0.61 0.16 0.67 0.41 0.05 0.07 0.15 0.16 0.16

9 8.55 0.12 0.25 0.26 0.30 0.36 0.28 0.27 0.06 0.40 0.45 0.30 0.33 0.58 0.15 0.64 0.37 0.04 0.05 0.15 0.15 0.16

10 7.90 0.16 0.25 0.25 0.32 0.41 0.26 0.23 0.09 0.40 0.46 0.30 0.39 0.63 0.15 0.68 0.42 0.04 0.05 0.15 0.16 0.16

11 6.80 0.16 0.24 0.24 0.32 0.40 0.25 0.26 0.13 0.41 0.50 0.31 0.35 0.60 0.16 0.65 0.40 0.04 0.07 0.15 0.16 0.17

12 6.65 0.18 0.24 0.29 0.33 0.41 0.30 0.23 0.14 0.38 0.47 0.33 0.38 0.54 0.15 0.61 0.41 0.03 0.06 0.14 0.16 0.15

13 6.50 0.15 0.25 0.28 0.33 0.38 0.32 0.28 0.11 0.43 0.51 0.32 0.35 0.55 0.15 0.68 0.38 0.04 0.06 0.15 0.16 0.15

14 6.60 0.17 0.24 0.25 0.32 0.38 0.30 0.25 0.12 0.39 0.48 0.32 0.36 0.55 0.15 0.63 0.39 0.03 0.06 0.14 0.16 0.15

15 6.50 0.12 0.27 0.28 0.32 0.37 0.29 0.27 0.11 0.41 0.47 0.32 0.37 0.58 0.15 0.66 0.40 0.04 0.08 0.14 0.16 0.15

16 6.60 0.16 0.22 0.29 0.34 0.37 0.31 0.21 0.09 0.41 0.47 0.32 0.39 0.61 0.17 0.69 0.42 0.06 0.08 0.17 0.18 0.18

17 6.80 0.14 0.26 0.24 0.32 0.39 0.26 0.22 0.10 0.40 0.46 0.29 0.38 0.61 0.17 0.68 0.41 0.05 0.07 0.15 0.18 0.16

18 6.20 0.19 0.24 0.28 0.39 0.43 0.32 0.23 0.10 0.46 0.52 0.37 0.39 0.64 0.17 0.70 0.44 0.03 0.05 0.15 0.16 0.17

19 5.85 0.15 0.21 0.26 0.32 0.36 0.26 0.21 0.11 0.41 0.46 0.31 0.39 0.62 0.17 0.70 0.42 0.06 0.09 0.15 0.18 0.17

20 6.65 0.16 0.26 0.26 0.32 0.40 0.28 0.24 0.08 0.39 0.45 0.30 0.37 0.61 0.17 0.67 0.41 0.06 0.08 0.16 0.17 0.17

21 5.65 0.17 0.25 0.24 0.35 0.40 0.27 0.24 0.12 0.42 0.48 0.33 0.37 0.62 0.17 0.68 0.42 0.04 0.06 0.17 0.17 0.18

22 6.55 0.12 0.26 0.28 0.28 0.38 0.26 0.18 0.08 0.33 0.38 0.27 0.41 0.60 0.16 0.66 0.42 0.06 0.09 0.16 0.18 0.17

(29)

19

Lampiran 3 Data pengukuran 21 karakter truss morfometrik ikan betok (Anabas testudineus) populasi Kalimantan

NO PS A1 A2 A3 A4 A5 A6 B1 B2 B3 B4 B5 C1 C2 C3 C4 C5 D1 D2 D3 D4 D5

24 7.05 0.14 0.26 0.26 0.30 0.40 0.24 0.21 0.11 0.38 0.44 0.28 0.38 0.62 0.16 0.65 0.44 0.06 0.06 0.15 0.16 0.16

25 6.85 0.18 0.24 0.28 0.35 0.41 0.30 0.23 0.09 0.43 0.48 0.34 0.39 0.63 0.18 0.70 0.43 0.03 0.05 0.16 0.17 0.17

26 7.45 0.15 0.24 0.27 0.30 0.38 0.26 0.20 0.09 0.36 0.42 0.27 0.38 0.60 0.17 0.66 0.41 0.06 0.09 0.15 0.17 0.17

27 5.90 0.17 0.23 0.25 0.34 0.38 0.26 0.24 0.10 0.42 0.48 0.33 0.39 0.64 0.17 0.70 0.43 0.04 0.07 0.15 0.17 0.17

28 6.70 0.16 0.23 0.28 0.34 0.38 0.29 0.23 0.09 0.40 0.46 0.32 0.39 0.63 0.16 0.69 0.42 0.05 0.07 0.14 0.16 0.16

29 5.90 0.16 0.25 0.29 0.36 0.39 0.31 0.25 0.10 0.45 0.52 0.34 0.36 0.62 0.17 0.69 0.40 0.03 0.07 0.16 0.17 0.16

30 6.20 0.16 0.26 0.27 0.34 0.40 0.31 0.23 0.09 0.40 0.48 0.31 0.37 0.46 0.19 0.68 0.43 0.06 0.06 0.17 0.19 0.19

rata-rata 7.01 0.16 0.24 0.26 0.32 0.39 0.27 0.24 0.10 0.41 0.47 0.31 0.37 0.60 0.16 0.67 0.41 0.05 0.07 0.15 0.17 0.16

st.dev 0.85 0.02 0.02 0.02 0.03 0.02 0.03 0.03 0.02 0.03 0.03 0.03 0.02 0.04 0.01 0.02 0.02 0.01 0.01 0.01 0.01 0.02

CV 0.12 0.13 0.08 0.07 0.08 0.04 0.11 0.11 0.17 0.07 0.07 0.09 0.06 0.06 0.06 0.03 0.04 0.23 0.22 0.06 0.05 0.14

Keterangan : PS = Panjang standar

st.dev = Standar deviasi

(30)

20

Lampiran 4 Uji MANOVA 21 karakter morfometrik ikan betok Jawa, Kalimantan dan Sumatera (Levene’s test)

F df1 df2 Sig.

A1 .073 2 77 .930

A2 .989 2 77 .377

A3 1.084 2 77 .343

A4 1.591 2 77 .210

A5 .439 2 77 .646

A6 4.910 2 77 .010

B1 .227 2 77 .798

B2 1.268 2 77 .287

B3 .503 2 77 .607

B4 1.243 2 77 .294

B5 2.326 2 77 .105

C1 3.136 2 77 .049

C2 1.758 2 77 .179

C3 5.377 2 77 .007

C4 .189 2 77 .828

C5 2.703 2 77 .073

D1 2.014 2 77 .140

D2 2.733 2 77 .071

D3 2.291 2 77 .108

D4 2.749 2 77 .070

(31)

21

(32)

22

(33)

23

RIWAYAT HIDUP

Gambar

Gambar 1 Titik karakter truss morfometrik.
Tabel 3 Rata-rata 21 karakter morfometrik populasi ikan betok Kalimantan,
Gambar 2 Koefisien keragaman (CV) karakter truss morfometrik tiga populasi
Gambar 5 Amplifikasi DNA ikan betok dengan primer OPA 07.
+3

Referensi

Dokumen terkait

Demi memenuhi kebutuhan akan tempat pelayanan terhadap pasien rumah sakit, pembangunan gedung pelayanan komprehensif adalah salah satu solusinya untuk memenuhi

Berkenaan dengan hal tersebut diatas, diharapkan agar Saudara dapat hadir tepat waktu dengan membawa dokumen asli dan 1 (satu) rangkap fotocopy untuk setiap data yang telah

Menyatakan bahwa skripsi yang berjudul “PENGARUH TINGKAT BAGI HASIL DAN SUKU BUNGA (BI RATE) TERHADAP JUMLAH DANA SIMPANAN BERJANGKA PADA KJKS PRIMA ARTHA DI SLEMAN (PERIODE

Hasil pengujian terhadap sebuah protiptipe mesin Stirling dengan kapasitas 150 cc, yang diujicobakan dengan 3 jenis bahan bakar biomassa, memberikan

Temuan teknologi yang dikembangkan pada penelitian ini adalah model pemadam kebakaran mandiri, tidak bergantung dengan energi listrik dari jaringan, bekerja

- Warna Warna kuning kuning adalah pengetahuan kritis yang berpotensi untuk hilang adalah pengetahuan kritis yang berpotensi untuk hilang - Akan dilakukan pelatihan internal

identifikasi masalah. Berdasarkan hasil wawancara dengan guru kimia kelas X SMA N 1 Karanganyar pada tanggal 2 desember 2014, diketahui bahwa salah satu materi

[r]