• Tidak ada hasil yang ditemukan

Instrumen Penelitian

Dalam dokumen Contoh Latar Belakang Skripsi Pendidikan (Halaman 39-48)

Sekian uraian tentang Pengertian Kreativitas Menurut para Ahli, semoga bermanfaat

METODOLOGI PENELITIAN

F. Instrumen Penelitian

Sebagai upaya untuk mendapatkan data dan informasi yang lengkap mengenai hal-hal yang ingin dikaji melalui penelitian, maka dibuatlah seperangkat instrumen yang meliputi instrumen tes maupun non-tes. Seluruh instrumen tersebut peneliti

gunakan untuk mendapatkan data kualitatif dan kuantitatif dalam penelitian.

Adapun penjelasan mengenai instrumen yang digunakan pada penelitian ini adalah sebagai berikut.

1. Instrumen Non-Tes a. Angket

Angket adalah seperangkat pertanyaan atau pernyataan yang harus dijawab atau dilengkapi oleh responden melalui sejumlah pernyataan tertulis yang digunakan untuk mengukur motivasi siswa. Untuk mendapatkan angket dilakukan langkah-langkah sebagai berikut:

1) Penyusunan angket

Berdasarkan indikator-indikator tersebut di atas maka disusun beberapa pertanyaan. Adapun pertanyaan itu dapat dikategorikan menjadi dua bagian yaitu yang bersifat positif dan bersifat negatif terhadap matematika. Untuk pernyataan

bersifat positif diberikan skor masing-masing 4 untuk jawaban selalu (SL), skor 3 untuk jawaban sering (SR), skor 2 untuk jawaban kadang-kadang (KK), skor 1 untuk jawaban tidak pernah (TP). Untuk pernyataan yang bersifat negatif diberikan masing-masing skor 4 untuk jawaban tidak pernah (TP), skor 3 untuk jawaban kadang-kadang (KK), skor 2 untuk jawaban sering (SR), skor 1 untuk jawaban selalu (SL).

2) Uji coba angket

Dalam mempersiapkan penelitian, dilakukan uji coba angket yang telah dibuat untuk mengetahui validitas dan reabilitas.

3) Analisis uji coba angket

Setelah dilakukan uji coba angket, maka dianalisis item untuk mengetahui validitas dan reabilitasnya.

i. Validitas adalah suatu ukuran yang menyebabkan tingkat kevalidan suatu instrumen. Suatu instrumen dikatakan valid apabila mampu mengukur apa yang harus di ukur (Ridwan, 2007:347). Validitas butir pernyataan menggunakan rumus korelasi produk moment dari Arikunto (2006:170) adalah:

Dimana:

= Koefesien korelasi antara variabel x dan y = Skor dari setiap sampel untuk setiap item = Jumlah dari setiap sampel untuk semua item = Jumlah sampel

Adapun kriteria validitas suatu item adalah

0,80 < rxy < 1,00 Validitas sangat tinggi 0,60 < rxy < 0,80 Validitas tinggi

0,40 < rxy < 0,60 Validitas sedang

0,20 < rxy < 0,40 Validitas rendah 0,00 < rxy < 0,40 Validitas sangat rendah

ii. Reabilitas artinya dapat dipercaya juga dapat diandalkan sehingga beberapa kalipun diulang hasilnya akan tetap sama (konsisten). Uji reabilitas angket menggunakan rumus Sperman Brown dari Arikunto (2006:182) adalah:

Dimana:

=Reabilitas yang dicari

= Jumlah variansi skor tiap-tiap item = Variansi total

= Banyak soal

Kriteria dari harga diperoleh menurut Arikunto (2007:75) adalah sebagai berikut:

0,80 < r11 < 1,00 Reabilitas sangat tinggi 0,60 < r11 < 0,80 Reabilitas tinggi

0,20 < rxy < 0,40 Reabilitas rendah 0,00 < r11 < 0,40 Reabilitas sangat rendah b. Jurnal

       Jurnal   adalah   sebuah   tulisan   berupa   karangan   siswa   mengenai   kesan,   pesan,   atau aspirasinya terhadap pembelajaran yang dilakukan. Jurnal digunakan untuk mengetahui respons siswa terhadap pembelajaran melalui metode  Quantum Learning  dan sebagai masukan untuk pembelajaran berikutnya.

c. Lembar observasi

Lembar   observasi merupakan   lembar   yang   berisi   daftar   aspek­aspek   pokok   mengenai pengamatan terhadap  siswa,   guru,   dan  proses pembelajaran.   Lembar   observasi   ini  bermanfaat   untuk mengetahui hal­hal yang tidak dapat diamati langsung oleh peneliti selama proses pembelajaran melalui metode  Quantum Learning. Selain itu, lembar observasi ini juga digunakan untuk mengukur apakah pembelajaran yang   dilakukan sesuai  dengan tahapan­tahapan pada pembelajaran yang menggunakan metode Quantum Learning.

Instrumen Tes

Instrumen tes yang digunakan dalam penelitian ini adalah pretes dan postes mengenai kemampuan komunikasi matematis siswa. Pretes diberikan pada kelas eksperimen dan kelas kontrol di awal penelitian untuk mengetahui kemampuan awal siswa dalam kemampuan komunikasi matematis. Sedangkan postes diberikan pada kelas eksperimen dan kelas kontrol di akhir penelitian untuk mengetahui kemampuan komunikasi matematis siswa dari kedua kelas setelah mendapat perlakuan. Bentuk tes yang digunakan dalam penelitian ini adalah tes subyektif

(bentuk uraian). Hal ini dipilih dengan pertimbangan bahwa tes dengan tipe ini lebih mampu mengungkap kemampuan komunikasi matematis siswa. Melalui tes subyektif (bentuk uraian), proses atau langkah-langkah penyelesaian yang dilakukan dan ketelitian siswa dalam menjawab dapat teramati. Seperti yang dikemukakan oleh Ruseffendi (Irvan, 2008:25) bahwa keunggulan dari tes berbentuk uraian adalah dapat menimbulkan sifat kreatif pada diri siswa dan hanya siswa yang telah menguasai materi yang dapat memberikan jawaban yang baik dan benar. Sehingga dari hasil tes ini dapat dilihat apakah indikator-indikator kemampuan komunikasi matematis sudah dikuasai oleh siswa atau belum.

Tes yang diberikan adalah tes berbentuk essay. Karena tes essay dapat mendorong siswa untuk mengorganisasikan dan mengintegrasikan ide-idenya sendiri. Dalam penyusunan tes tersebut, penulis melakukan langkah-langkah sebagai berikut:

a. Menentukan tujuan mengadakan tes yaitu mengatahui sejauh mana pemahaman siswa terhadap materi pembelajaran dan melihat apakah strategi pembelajaran yang digunakan berhasil diterapkan.

b. Membuat batasan terhadap materi pelajaran yang akan diuji c. Membuat kisi-kisi tes hasil belajar matematika

d. Menyusun butir-butir soal menjadi bentuk tes akhir yang akan diuji.

Suatu tes dikatakan valid apabila tes tersebut dapat mengukur apa yang seharusnya diukur. Arikunto (2008:64) menyatakan bahwa:“sebuah tes dikatakan valid apabila tes tersebut mengukur apa yang hendak diukur”. Validitas yang

digunakan adalah validitas isi (content validity) seperti yang dikemukakan Arikunto (2008:67) bahwa :

“sebuah tes dikatakan validitas apabila mengukur tujuan khusus tertentu yang sejajar dengan materi atau hasil pelajaran yang diberikan. Oleh karena materi yang diajarkan tertera dalam kurikulum maka validitas isi ini juga sering disebut baliditas kurikuler”.

Berdasarkan kutipan di atas, penulis menyusun kisi-kisi tes berdasarkan silabus yang telah dibuat oleh guru.

3. Uji Coba Tes

Dalam penelitian ini hasilnya dapat dapat dipercaya apa bila data yang digunakan betul-betul akurat dan berkualitas, serta alat ukurnya telah memadai. Adapun tujuan dari uji coba tes menurut Hadi (1997:166) adalah:

1. Memperbaiki pertanyaan-pertanyaan yang kurang jelas maksudnya.

2. Memperbaiki pertanyaan-pertanyaan yang bisa menimbulkan jawaban-jawaban yang dangkal.

3. Memperbaiki kata-kata yang terlalu asing, akademik atau kata yang menimbulkan kecurigaan.

4. Menambah item yang sangat perlu atau meniadakan item yang ternyata tidak relevan dengan tujuan penelitian

4. Analisis Item

Setelah uji coba dilakukan, maka dilakukan analisis item untuk melihat keberadaan soal-soal yang disusun baik atau tidak. Menurut Hadi (1997: 46) sebagai berikut:

Maksud dari pada mengadakan analisis item adalah untuk menilai kemampuan tiap-tiap item. Dengan analisis item kita dapat mebuktikan secara empiris apakah suatu item yang kita kira baik benar-benar baik dalam kenyataannya.

Dalam melakukan analisis item ada 3 hal yang perlu dilakukan yaitu: 1. Indeks Tingkat Kesukaran (TK) soal

Soal yang baik adalah soal yang tidak terlalu mudah atau tidak terlalu sukar. Bilangan yang menunjukkan sukar dan mudahnya suatu soal disebut indeks kesukaran.

Cara menentukan indeks kesukaran butir soal digunakan rumus yang dikemukan oleh Depdiknas (2001:26) yaitu:

Mean =

Sebagai pedoman, kriteria indek tingkat kesukaran soal seperti pada tabel berikut ini:

Kriteria Indek Tingkat Kesukaran Soal

Tingkat Kesukaran Butir Soal

Kriteria

0,00 < TK < 0,30 Soal tergolong sukar 0,31 < TK < 0,70 Soal tergolong sedang 0,71 < TK < 1,00 Soal tergolong mudah

Daya pembeda soal adalah kemampuan suatu soal untuk membedakan antara siswa yang mampu pandai (berkemampuan tinggi) dengan siswa yang berkemampuan rendah.

Untuk menentukan daya pembeda soal, digunakan rumus yang dikemukakan oleh depdiknas (2001:28).

Dimana:

DP = Daya Pembeda

Mt = Rata-rata Skor Kelompok Tinggi Mr = Rata-rata Skor Kelompok Rendah m = Skor Maksimum Butir Soal

Sebagai pedoman, kriteria indek daya pembeda soal seperti pada tabel berikut ini:

Kriteria Indek Daya Pembeda Soal

Tingkat Kesukaran Butir Soal

Kriteria

0,40 – 1,00 Soal diterima/ baik 0,20 – 0,39 Soal diperbaiki 0,00 – 0,19 Soal tidak dipakai

Untuk menentukan reliabilitas soal digunakan rumus yang dikemukakan oleh Arikunto (2007:109) yaitu:

Dimana:

rii = Reliabilitas yang akan dicari = Jumlah variansi skor tiap-tiap item n = Banyaknya butir soal = Variansi total

Dengan kriteria:

(i) 0,80 < r11 < 1,00 : korelasi sangat tinggi (ii) 0,60 < r11 < 0,80 : korelasi tinggi

(iii) 0,40 < r11 < 0,60 : korelasi sedang (iv) 0,20 < r11 < 0,40 : korelasi rendah

(v) 0,00 < r11 < 0,20 : korelasi sangat rendah

4. Pelaksanaan Tes Akhir

Setelah melaksanakan proses pembelajaran pada kelas eksperimen dan pembelajaran dengan menggunakan metode ekspositori pada kelas kontrol, maka diadakan tes akhir. Tes akhir diberikan kepada kedua kelompok yaitu: kelompok eksperimen dan kelompok kontrol.

G. Teknik Analisis Data

Dalam dokumen Contoh Latar Belakang Skripsi Pendidikan (Halaman 39-48)

Dokumen terkait