Contoh Latar Belakang Skripsi Pendidikan Matematika
Pada penyelenggaraan pendidikan yang efektif, hasil belajar yang baik dan memuaskan adalah
merupakan harapan orang tua peserta didik dan seluruh pihak yang terkait. Namun pada
kenyataannya bahwa harapan tersebut seringkali tidak terwujud, hal ini disebabkan oleh
beberapa faktor antara lain siswa itu sendiri, materi pelajaran, guru dan orang tua. Strategi
belajar mengajar yang disiapkan guru paling tidak guru harus menguasai materi yang diajarkan
dan terampil dalam mengajarkan.
Dalam menyiapkan suatu materi pelajaran sampai pada saat pelaksanaannya, guru harus selektif
menentukan strategi belajar yang akan diterapkan. Hal ini tergantung dari pendekatan dan
metode yang digunakan dalam proses belajar mengajar. Jadi pendekatan yang perlu
dikembangkan sebagai alternatif yang sesuai dengan karakteristik materi yang diajarkan agar
proses belajar mengajar lebih efektif dan efesien adalah metode yang benar-benar melibatkan
siswa secara aktif selama proses belajar mengajar berlangsung. Dengan demikian, seorang guru
tidak hanya dituntut menguasai materi saja, tetapi dituntut untuk mampu mengolah pengajaran
dengan baik, yang mana sangat terkait dengan kemampuan seorang guru untuk menerapkan
model pembelajaran yang tepat terhadap suatu materi.
Salah satu pendekatan yang paling sering digunakan dalam pembelajaran di sekolah adalah
pendekatan konvensional (ceramah). Tidak bisa dipungkiri bahwa dalam pendekatan
konvensional (ceramah) terdapat fenomena pembelajaran yang hanya berorientasi pada target
penguasaan materi. Salah satu contoh fenomena pembelajaran konvensional (ceramah) adalah
menghapal. Menghapal terbukti berhasil dalam kompetensi jangka pendek, tetapi gagal dalam
pembekalan anak didik memecahkan persoalan dalam kehidupan jangka panjang.
Upaya yang dapat dilakukan untuk mengatasi kelemahan pembelajaran metematika tersebut
adalah pemilihan model dan pendekatan pengajaran yang tepat sehingga mampu melibatkan
siswa secara aktif baik fisik, emosi, maupun sosial. Salah satu pendekatan dan model
matematika yang sesuai dengan kondisi tersebut adalah pendekatan pembelajaran matematika
realistik dengan model kooperatif.
Perbedaan pendekatan yang digunakan dalam pembelajaran sangat menentukan efektivitas
pelaksanaan pembelajaran yang memungkinkan siswa mengalami pembelajaran bermakna yang
mendukung peningkatan hasil belajar khususnya mata pelajaran matematika.
Contoh Latar Belakang Skripsi Matematika
Contoh Latar Belakang Skripsi Matematika.
Setelah sebelumnya saya menulis beberapa
Judul Skripsi Matematika
dan
Judul Skripsi Matematika Terbaru
, maka kali ini saya akan
memberikan contoh bagaimana cara membuat latar belakang skripsi matematika. Latar Belakang
Skripsi Matematika ini menjadi masalah pokok yang dibahas di awal pembuatan skripsi. Ada
baiknya pembuatannya singkat, padat dan jelas.
Peningkatan mutu pendidikan merupakan prioritas utama dalam upaya mencerdaskan kehidupan
bangsa sehingga diperlukan manusia yang utuh, yaitu manusia yang tidak hanya memiliki
pengetahuan dan keterampilan akan tetapi mempunyai kemampuan untuk berpikir rasional kritis
dan kreatif. Sikap kritis dan cara ingin maju merupakan sifat ilmiah yang dimiliki oleh manusia.
Sifat ini menjadi motivator bagi seseorang untuk terus menambah pengetahuan. Jadi untuk dapat
membentuk manusia yang berhasil maka diperlukan penguasaan matematika.
Matematika sebagai salah satu mata pelajaran yang diajarkan pada setiap jenjang pendidikan
formal memegang peranan penting, karena matematika merupakan sarana berpikir ilmiah yang
sangat mendukung untuk mengkaji IPTEK. Realisasi pentingnya pelajaran matematika diajarkan
pada peserta didik, tercermin pada ditempatkannya matematika sebagai salah satu ilmu dasar
untuk semua jenis dan jenjang pendidikan.
Mengingat pentingnya peranan matematika maka prestasi belajar matematika setiap sekolah
perlu mendapatkan perhatian yang serius. Olehnya itu, para siswa dituntut untuk menguasai
pelajaran matematika, karena disamping sebagai ilmu dasar juga sebagai sarana berpikir ilmiah
yang sangat berpengaruh untuk menunjang keberhasilan belajar siswa dalam menempuh
pendidikan yang lebih tinggi. Oleh karena itu, diupayakan penguasaan materi kepada peserta
didik yang dianggap masih rendah. Contoh Latar Belakang Skripsi Matematika
Dalam pembelajaran matematika banyak guru yang mengeluhkan rendahnya kemampuan siswa
dalam menyelesaikan soal matematika. Hal ini terlihat dari banyaknya kesalahan siswa dalam
mengerjakan soal dan rendahya prestasi belajar siswa (nilai) baik dalam ulangan harian, ulangan
semester, maupun UN. Padahal dalam pelaksanaan proses pembelajaran di kelas biasanya guru
memberikan tugas secara kontinyu berupa latihan soal. Tetapi ternyata latihan tidak sepenuhnya
dapat meningkatkan kemampuan siswa memecahkan masalah matematika.
Contoh Latar Belakang Skripsi Matematika
metode dan pendekatan mengajar yang kurang tepat. Padahal pemilihan strategi, model, metode,
dan pendekatan mempengaruhi hasil belajar siswa.
Dalam kaitannya dengan pembelajaran matematika di SMP Negeri 1 Keera, dari hasil
wawancara dengan guru bidang studi matematika, dikatakan bahwa hasil belajar matematika
siswa kelas VIII masih rendah, hal ini dapat dilihat dari salah satu nilai rata-rata ulangan harian
siswa, semester genap tahun ajaran 2010/2011 yaitu 56,59. Padahal kriteria ketuntasan minimal
(KKM) yang ditentukan adalah 63. Rendahnya hasil belajar siswa tersebut disebabkan oleh
beberapa faktor, diant aranya metode pembelajaran yang diterapkan dalam proses pembelajaran
masih berpusat pada guru, akhirnya siswa kurang aktif dalam proses pembelajaran. Sehingga
mereka tidak terlatih berpikir kreatif dalam menemukan jawaban sendiri dalam pemecahan
masalah matematika.
Dari uraian permasalahan di atas, diperoleh bahwa umumnya siswa hanya terbiasa mengerjakan
model soal yang keterangannya terperinci, seperti pada contoh di atas. Sehingga dengan mudah
siswa langsung menggunakan rumus. Hal ini disebabkan oleh karena siswa tidak menguasai atau
memahami konsep dasar bagaimana proses menemukan rumus tersebut. Sebagian siswa hanya
menghafal rumus, sehingga saat model soal sedikit diubah padahal maknanya sama, siswa
akhirnya tidak dapat menyelesaikannya. Sewaktu duduk di bangku sekolah dasar, siswa memang
langsung dihadapkan pada rumusnya. mereka tidak mengetahui bagaimana proses rumus itu
diperoleh.
Contoh Latar Belakang Skripsi Matematika
Jadi, berdasarkan permasalahan di atas, maka penulis mencoba menerapkan suatu strategi
pembelajaran yang dianggap lebih efektif untuk meningkatkan kualitas belajar dan pemahaman
konsep khususnya dalam pokok bahasan lingkaran. Strategi pembelajaran yang dianggap tepat
adalah strategi pembelajaran inkuiri. Strategi pembelajaran inkuiri menekankan pada proses
menemukan. Melalui strategi pembelajaran inkuiri, siswa diharapkan mampu mengetahui
bagaimana proses menemukan rumus luas dan keliling lingkaran. Sehingga pada akhirnya siswa
mampu mengerjakan berbagai model soal yang berkaitan dengan luasan dan keliling lingkaran.
Strategi pembelajaran inkuiri adalah rangkaian kegiatan pembelajaran yang menekankankan
pada proses berpikir secara kritis dan analitis untuk mencari dan menemukan sendiri jawaban
dari suatu masalah yang dipertanyakan. Strategi pembelajaran ini dimaksudkan untuk lebih
memberikan kesempatan yang luas kepada siswa agar merasa ikut ambil bagian dan berperan
aktif dalam proses belajar mengajar untuk mengatasi masalah atau menyelesaikan soal-soal yang
diberikan oleh guru.
latar belakang masalah
A.
Latar Belakang Masalah
Pendidikan merupakan pengalaman belajar diberbagai lingkungan yang berlangsung
sepanjang hayat dan berpengaruh positif bagi perkembangan individu. Karena dalam
pendidikan mengandung transformasi pengetahuan, nilai-nilai, dan keterampilan yang
diperlukan. Oleh sebab itu, pendidikan memiliki peranan penting dalam menciptakan
sumber daya manusia yang berkualitas, salah satu cirinya adalah dimilikinya kemampuan
berpikir kritis.Matematika merupakan salah satu bagian dari pendidikan yang dapat
melatih siswa untuk berpikir kritis. Sesuai dengan tujuan pendidikan matematika sekolah,
matematika sekolah berperan: (1) untuk mempersiapkan anak didik agar sanggup
menghadapi perubahan-perubahan didalam keadaan didalam kehidupan dunia yang
senantiasa berubah, melalui latihan bertindak atas dasar pemikiran logis dan rasional,
kritis dan cermat, objektif, kreatif, efektif, dan diperhitungkan secara analisis sintesis. (2)
untuk mempersiapkan anak didik agar menggunakan matematika secara fungsional dalam
kehidupan sehari-hari dan di dalam menghadapi ilmu pengetahuan. Yang dimana peran
matematika tersebut diatas diwujudkan dalam kegiatan belajar-mengajar, yang bertujuan
agar: (1) siswa memahami pengertian-pengertian matematika, memiliki keterampilan
untuk menerapkan pengertian tersebut baik dalam matematika sendiri, mata pelajaran
lainnya, maupun dalam kehidupan sehari-hari, menyadari dan menghargai pentingnya
matematika dan meresapi konsep struktur, dan pola dalam matematika. (2) siswa memiliki
pemahaman tentang hubungan antara bagian-bagian matematika, memiliki kemampuan
menganalisa dan menarik kesimpulan, serta mamiliki sikap dan kebiasaan berpikir logis,
kritis dan sistematis, bekerja cermat, tekun dan bertanggung jawab.Kemampuan berpikir
kritis memberikan arahan yang tepat dalam berpikir dan bekerja serta membantu dalam
menentukan keterkaitan sesuatu dengan yang lainnya dengan lebih akurat. Orang yang
berpikir kritis dapat memberikan jawaban atau argumen yang logis berdasarkan
pengetahuan yang dimilikinya. Oleh sebab itu, kemampuan berpikir kritis sangat
dibutuhkan dalam pemecahan atau pencarian solusi terhadap permasalah yang
berkembang. Pentingnya berpikir kritis bagi kehidupan suatu bangsa adalah adanya
sumber daya masyarakat berkualitas yang dapat memberikan solusi terbaik dalam
faktor pendukung untuk membuat keputusan. Berpikir kritis juga biasa disebut directed
thinking, sebab berpikir langsung kepada fokus yang akan dituju.Dalam pemaparan
diatas, dibutuhkan sebuah inovasi dalam kegiatan pembelajaran. Sebuah pembelajaran
yang berorientasi pada proses dan produk matematika, kegiatan belajar yang bermakna,
mendorong siswa aktif dalam membangun, menemukan, dan menerapkan
pengetahuannya, melatih komunikasi dengan guru maupun siswa lain melalui kegiatan
diskusi, serta mengembangkan pengetahuannya untuk memecahkan
permasalahan-permasalahan baru. Salah satu alternative solusi yang dapat digunakan adalah dengan
penggunaan strategi pembelajaran REACT dalam proses pembelajaran. REACT
merupakan strategi pembelajaran yang memunculkan lima strategi yaitu Relating,
Experiencing, Applying, Cooperating, dan Transferring.Relating berarti menghubungkan
dengan pengetahuan-pengetahuan yang telah dimiliki siswa. Experiencing berarti
memberikan pengalaman belajar siswa melalui kegiatan membangun dan menemukan
pengetahuannya sendiri. Applying berarti menerapkan pengetahuan yang telah dimiliki
untuk memecahkan masalah yang dihadapi. Cooperating berarti mendiskusikan teknik,
metode strategi dan solusi yang telah diperoleh. Transferring berarti menggunakan
pengetahuannya pada konteks permasalahan baru (Crawford, 2001).
Melalui strategi REACT, siswa dapat memperdalam pemahaman, menumbuhkan sikap
saling menghargai dengan siswa lain, mengembangkan sikap kebersamaan,
mengembangkan keterampilan, serta menciptakan suasana belajar yang menyenangkan
(Crawpord, 2001).Ketidaksenangan siswa kelas VII SMPN 1 Telagasari terhadap pelajaran
matematika kemungkinan disebabkan oleh sukarnya memahami pelajaran matematika
dan juga desain pembelajaran yang disampaikan oleh guru. Ketidaksenangan terhadap
mata pelajaran matematika dapat berpengaruh terhadap keberhasilan belajar matematika
siswa SMPN 1 Telagasari. Hal ini dapat dilihat dari rendahnya kemampuan analisis siswa
SMPN 1 Telagasari terhadap suatu permasalahan. Siswa terbiasa memperoleh informasi
dengan instan yang tidak mendukung terlatihnya kemampuan analisis.
Permasalahan lainnya yang timbul di lapangan yaitu di SMPN 1 Telagasari adalah
meskipun para siswa mendapatkan nilai yang tinggi dalam sejumlah mata pelajaran,
namun mereka kurang mampu menerapkan apa yang diperolehnya, baik berupa
keterampilan, pengetahuan, maupun sikap kedalam situasi yang lain. Didukung kemajuan
ilmu pengetahuan saat ini, diperlukan adanya pembaharuan-pembaharuan di lingkungan
pendidikan yang mengarahkan pembelajaran ke dalam situasi berpikir kritis. Banyak
yang beranggapan bahwa berpikir kritis memerlukan suatu tingkat kecerdasan yang tinggi
dan sulit.Berdasarkan pemaparan diatas, peneliti tertarik untuk mengetahui adakah
pengaruh kemampuan berpikir kritis siswa dalam pembelajaran matematika melalui
strategi pembelajaran REACT yang dituangkan dalam judul Pengaruh Strategi
Beranda
«
Pembelajaran Matematika dengan Tugas Bentuk
Superitem
Pembelajaran Matematika dengan Problem
Posing
»
23 Nov
Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika
Posted 23 November 2009 by madfirdaus in
Kompetensi Matematika
.
2 Komentar
Oleh: Ahmad Firdaus
A. Pengertian dan Hakekat Pemecahan Masalah
Terdapat banyak interpretasi tentang pemecahan masalah dalam matematika. Di antaranya
pendapat Polya (1985) yang banyak dirujuk pemerhati matematika. Polya mengartikan
pemecahan masalah sebagai suatu usaha mencari jalan
keluar dari suatu kesulitan guna mencapai
suatu tujuan yang tidak begitu segera dapat dicapai.
Sementara Sujono (1988) melukiskan
masalah matematika sebagai tantangan bila pemecahannya memerlukan kreativitas, pengertian
dan pemikiran yang asli atau imajinasi. Berdasarkan penjelasan Sujono tersebut maka sesuatu
yang merupakan masalah bagi seseorang, mungkin tidak merupakan masalah bagi orang lain
atau merupakan hal yang rutin saja.
Ruseffendi (1991b) mengemukakan bahwa suatu soal merupakan soal pemecahan masalah bagi
seseorang bila ia memiliki pengetahuan dan kemampuan untuk menyelesaikannya, tetapi pada
saat ia memperoleh soal itu ia belum tahu cara menyelesaikannya. Dalam kesempatan lain
Ruseffendi (1991a) juga mengemukakan bahwa suatu persoalan itu merupakan masalah bagi
seseorang jika: pertama, persoalan itu tidak dikenalnya. Kedua, siswa harus mampu
menyelesaikannya, baik kesiapan mentalnya maupun pengetahuan siapnya; terlepas daripada
apakah akhirnya ia sampai atau tidak kepada jawabannya. Ketiga, sesuatu itu merupakan
pemecahan masalah baginya, bila ia ada niat untuk menyelesaikannya.
dalam kehidupan sehari-hari atau keadaan lain, dan membuktikan atau menciptakan atau menguji
konjektur. Berdasarkan pengertian yang dikemukakan Sumarmo tersebut, dalam pemecahan
masalah matematika tampak adanya kegiatan pengembangan daya matematika (mathematical
power) terhadap siswa.
Pemecahan masalah merupakan salah satu tipe keterampilan intelektual yang menurut Gagné,
dkk (1992) lebih tinggi derajatnya dan lebih kompleks dari tipe keterampilan intelektual lainnya.
Gagné, dkk (1992) berpendapat bahwa dalam menyelesaikan pemecahan masalah diperlukan
aturan kompleks atau aturan tingkat tinggi dan aturan tingkat tinggi dapat dicapai setelah
menguasai aturan dan konsep terdefinisi. Demikian pula aturan dan konsep terdefinisi dapat
dikuasai jika ditunjang oleh pemahaman konsep konkrit. Setelah itu untuk memahami konsep
konkrit diperlukan keterampilan dalam memperbedakan.
Keterampilan-keterampilan intelektual tersebut digolongkan Gagné berdasarkan tingkat
kompleksitasnya dan disusun dari operasi mental yang paling sederhana sampai pada tingkat
yang paling kompleks. Keterampilan-keterampilan intelektual tersebut digambarkan oleh Gagné,
dkk (1992) secara hierarki seperti pada Gambar 1.
PEMECAHAN MASALAH
|
melibatkan pembentukan
|
ATURAN-ATURAN TINGKAT TINGGI
|
membutuhkan prasyarat
|
ATURAN dan KONSEP-KONSEP TERDEFINISI
|
membutuhkan prasyarat
|
membutuhkan prasyarat
Oleh karena itu dengan mengacu pada pendapat-pendapat di atas, maka pemecahan masalah
dapat dilihat dari berbagai pengertian. Yaitu, sebagai upaya mencari jalan keluar yang dilakukan
dalam mencapai tujuan. Juga memerlukan kesiapan, kreativitas, pengetahuan dan kemampuan
serta aplikasinya dalam kehidupan sehari-hari. Di samping itu pemecahan masalah merupakan
persoalan-persoalan yang belum dikenal; serta mengandung pengertian sebagai proses berfikir
tinggi dan penting dalam pembelajaran matematika.
Pemecahan masalah merupakan kemampuan dasar yang harus dikuasai oleh siswa. Bahkan
tercermin dalam konsep kurikulum berbasis kompetensi. Tuntutan akan kemampuan
pemecahan masalah dipertegas secara eksplisit dalam kurikulum tersebut yaitu, sebagai
kompetensi dasar yang harus dikembangkan dan diintegrasikan pada sejumlah materi yang
sesuai.
Pentingnya kemampuan penyelesaian masalah oleh siswa dalam matematika ditegaskan juga
oleh Branca (1980),
1. Kemampuan menyelesaikan masalah merupakan tujuan umum pengajaran matematika.
2. Penyelesaian masalah yang meliputi metode, prosedur dan strategi merupakan proses inti
dan utama dalam kurikulum matematika .
3. Penyelesaian masalah merupakan kemampuan dasar dalam belajar matematika.
Pandangan bahwa kemampuan menyelesaikan masalah merupakan tujuan umum pengajaran
matematika, mengandung pengertian bahwa matematika dapat membantu dalam memecahkan
persoalan baik dalam pelajaran lain maupun dalam kehidupan sehari-hari. Oleh karenanya
kemampuan pemecahan masalah ini menjadi tujuan umum pembelajaran matematika.
kemampuan dasar dalam belajar matematika.
Walaupun kemampuan pemecahan masalah merupakan kemam-puan yang tidak mudah dicapai,
akan tetapi oleh karena kepentingan dan kegunaannya maka kemampuan pemecahan masalah ini
hendaknya diajarkan kepada siswa pada semua tingkatan. Berkaitan dengan hal ini, Ruseffendi
(1991b) mengemukakan beberapa alasan soal-soal tipe pemecahan masalah diberikan kepada
siswa,
(1) dapat menimbulkan keingintahuan dan adanya motivasi, menumbuhkan sifat kreatif.
(2) disamping memiliki pengetahuan dan keterampilan (berhitung dan lain-lain), disyaratkan
adanya kemampuan untuk terampil membaca dan membuat pernyataan yang benar;
(3) dapat menimbulkan jawaban yang asli, baru, khas, dan beraneka ragam, serta dapat
menambah pengetahuan baru;
(4) dapat meningkatkan aplikasi dari ilmu pengetahuan yang sudah diperolehnya;
(5) mengajak siswa memiliki prosedur pemecahan masalah, mampu membuat analisis dan
sintesis, dan dituntut untuk membuat evaluasi tehadap hasil pemecahannya;
(6) merupakan kegiatan yang penting bagi siswa yang melibatkan bukan saja satu bidang
studi tetapi mungkin bidang atau pelajaran lain.
B. Langkah-Langkah Menyelesaikan Pemecahan Masalah Matematika
Cara memecahkan masalah dikemukakan oleh beberapa ahli, di antaranya Dewey dan Polya.
Dewey (dalam Rothstein dan Pamela 1990) memberikan lima langkah utama dalam
memecahkan masalah,
1) mengenali/menyajikan masalah: tidak diperlukan strategi pemecahan masalah jika bukan
merupakan masalah; 2) mendefinisikan masalah: strategi pemecahan masalah menekan-kan
pentingnya definisi masalah guna menentukan banyaknya kemungkinan penyelesian; 3)
mengembangkan beberapa hipote-sis: hipotesis adalah alternatif penyelesaian dari pemecahan
masalah; 4) menguji beberapa hipotesis: mengevaluasi kele-mahan dan kelebihan hipotesis; 5)
memilih hipotesis yang terbaik.
Sebagaimana Dewey, Polya (1985) pun menguraikan proses yang dapat dilakukan pada setiap
langkah pemecahan masalah. Proses tersebut terangkum dalam empat langkah berikut: 1)
memahami masalah (understanding the problem). 2) merencanakan penyelesaian (devising a
plan). 3) melaksanakan rencana (carrying out the plan). 4) memeriksa proses dan hasil (looking
back).
Data apa yang diberikan? Mungkinkah kondisi dinyatakan dalam bentuk persamaan atau
hubungan lainnya? Buatlah gambar dan tulislah
notasi yang sesuai.
Pada langkah merencanakan penyelesaian diajukan pertanyaan di antaranya seperti: Pernah
adakah soal seperti ini yang serupa sebelumnya diselesaikan? Dapatkah pengalaman yang lama
digunakan dalam masalah yang sekarang?
Pada langkah melaksanakan rencana diajukan pertanyaan: Periksalah bahwa tiap langkah sudah
benar? Bagaimana membuktikan bahwa langkah yang dipilih sudah benar? Dalam langkah
memeriksa hasil dan proses, diajukan pertanyaan: Dapatkah diperiksa sanggahannya? Dapatkah
jawaban itu dicari dengan cara lain?
Langkah-langkah penuntun yang dikemukakan Polya tersebut, dikenal dengan strategi heuristik.
Strategi yang dikemukakan Polya ini banyak dijadikan acuan oleh banyak orang dalam
penyelesaian masalah matematika.
Berangkat dari pemikiran yang dikemukakan oleh ahli tersebut, maka untuk menyelesaikan
masalah diperlukan kemampuan pemahaman konsep sebagai prasyarat dan kemampuan
melakukan hubungan antar konsep, dan kesiapan secara mental. Pada sisi lain berdasarkan
pengamatan Soleh (1998), salah satu sebab siswa tidak berhasil dalam belajar matematika selama
ini adalah siswa belum sampai pada pemahaman relasi (relation understanding), yang dapat
menjelaskan hubungan antar konsep. Hal itu memberikan gambaran kepada kita adanya
tantangan yang tidak kecil dalam mengajarkan pemecahan masalah matematika.
Daftar Pustaka:
Branca, N.A (1980). Problem Solving as a Goal, Process and Basic Skill. Dalam Krulik,S dan
Reys,R.E (ed). Problem Solving in School Mathematics. NCTM: Reston. Virginia
Gagné,R.M, Briggs, L.J dan Wager, W.W (1992). Principles of Instructional Design (4
nded).
Orlando: Holt, Rinehart and Winstone, Inc.
Polya, G (1985). How to Solve It . A New Aspect of Mathematical Method (2
nded).
Princeton, New Jersey : Princeton University Press.
Rothstein dan Pamela,R (1990). Educational Pyschology. Singapore: McGraw-Hill, Inc.
Ruseffendi,E.T (1991a). Pengantar kepada Membantu Guru Mengem-bangkan Kompetensinya
dalam Pengajaran Matematika untuk Meningkatkan CBSA. Bandung: Tarsito
Ruseffendi,E.T (1991b). Penilaian Pendidikan dan Hasil Belajar Siswa Khususnya dalam
Pengajaran Matematika untuk Guru dan Calon Guru. Bandung: Tidak diterbitkan.
Sujono (1988). Pengajaran Matematika untuk Sekolah Menengah. Jakarta: Proyek
Pengembangan LPTK, Depdikbud
PENGERTIAN KREATIVITAS DAN TEORI KREATIVITAS
PENDAHULUAN :
A. PENGERTIAN KREATIVITAS
Walaupun ada pengakuan ilmiah terhadap pentingnya kreativitas, namun hingga kini hanya sedikit sekali penelitian yang telah dilakukan. Hal itu disebabkan adanya kesulitan metodologi dan karena adanya keyakinan bahwa kreativitas adalah suatu faktor bawaan individual sehingga hanya sedikit yang dapat dilakukan untuk
mengendalikannya.
Beberapa pengertian kreativitas menurut para ahli, diantaranya ;
a. Utami Munandar (1995 : 25) kreativitas adalah suatu kemampuan umum untuk menciptakan suatu yang baru, sebagai kemampuan untuk memberikan gagasan-gagasan baru yang dapat diterapkan dalam pemecahan masalah, atau sebagai kemampuan untuk melihat hubungan-hubungan baru antara unsur-unsur yang sudah ada sebelumnya.
b. Imam Musbikin (2006 : 6) kreativitas adalah kemampuan memulai ide, melihat hubungan yang baru, atau tak diduga sebelumnya, kemampuan
memformulasikan konsep yang tak sekedar menghafal, menciptakan jawaban baru untuk soal-soal yang ada, dan mendapatkan pertanyaan baru yang perlu di jawab.
c. Mangunhardjana (1986 : 11) adalah kegiatan yang mendatangkan hasil yang sifatnya berguna (useful), lebih enak, lebih praktis, mempermudah,
memperlancar, mendorong, mengembangkan, mendidik, memecahkan masalah, mengurangi hambatan, mengatasi kesulitan, mendatangkan hasil lebih baik atau banyak.
d. Sternberg (1988), kreativitas merupakan titik pertemuan yang khas antara tiga atribut psikologis, yaitu intelegensi, gaya kognitif, dan kepribadian/motivasi.
f. Supriyadi dalam Yeni Rachmawati dan Euis Kurniati (2005 : 15)
mengutarakan bahwa kreativitas adalah kemampuan seseorang untuk melahirkan sesuatu yang baru, baik berupa gagasan maupun karya nyata yang relatif berbeda dengan apa yang telah ada. Selanjutnya ia menambahkan bahwa kreativitas
merupakan kemampuan berpikir tingkat tinggi yang mengimplikasikan terjadinya eskalasi dalam kemampuan berpikir, ditandai oleh suksesi, diskontinuitas,
diverensiasi, dan integrasi antara setiap tahap perkembangan.
g. Clark Moustakis (1967), ahli psikologi humanistic menyatakan bahwa kreativitas adalah pengalaman mengekspresikan dan mengaktualisasikan identitas individu dalam bentuk terpadu dalam hubungan dengan diri sendiri, dengan alam, dan dengan orang lain.
h. Rhodes, umumnya kreativitas didefinisikan sebagai Person, Process, Press, Product. Keempat P ini saling berkaitan, yaitu Pribadi (Person) kreatif yang
melibatkan diri dalam proses (Process) kreatif, dan dengan dorongan dan dukungan (Press) dari lingkungan, menghasilkan produk (Product) kreatif.
i. Hulbeck (1945), “ Creative action is an imposing of one’s own whole personality on the environment in an unique and characteristic way”. Dimana tindakan kreatif muncul dari keunikan keseluruhan kepribadian dalam interaksi dengan lingkungannya.
j. Haefele (1962), kreativitas adalah kemampuan untuk membuat kombinasi-kombinasi baru yang mempunyai makna social.
k. Torrance (1988), kreativitas adalah proses merasakan dan mengamati adanya masalah, membuat dugaan tentang kekurangan (masalah) ini, menilai dan menguji dugaan atau hipotesis, kemudian mengubah dan mengujinya lagi, dan akhirnya menyampaikan hasil-hasilnya.
Adapun Definisi kreativitas tergantung pada segi penekanannya, kreativitas dapat didefinisikan kedalam empat jenis dimensi sebagai Four P’s Creativity, yaitu dimensi Person,Proses, Press dan Product sebagai berikut :
1. Definisi kreativitas dalam dimensi Person. Definisi pada dimensi person adalah upaya mendefinisikan kreativitas yang berfokus pada individu atau person dari individu yang dapat disebut kreatif. “Creativity refers to the abilities that are characteristics of creative people” (Guilford, 1950 dalam Reni Akbar-Hawadi dkk, 2001). “Creative action is an imposing of one’s own whole personality on the environment in an unique and characteristic way
(Hulbeck, 1945 dikutip Utami Munandar, 1999). Guilford menerangkan bahwa
kreativitas merupakan kemampuan atau kecakapan yang ada dalam diri seseorang, hal ini erat kaitannya dengan bakat. Sedangkan Hulbeck menerangkan bahwa tindakan kreatif muncul dari keunikan keseluruhan kepribadian dalam interaksi dengan lingkungannya. Definisi kreativitas dari dua pakar diatas lebih berfokus pada segi pribadi.
2. Kreativitas dalam dimensi Process. Definisi pada dimensi proses upaya mendefinisikan kreativitas yang berfokus pada proses berpikir sehingga
memunculkan ide-ide unik atau kreatif. “Creativity is a process that manifest in self in fluency, in flexibility as well in originality of thinking” (Munandar, 1977 dalam Reni Akbar-Hawadi dkk, 2001). Utami Munandar menerangkan bahwa kreativitas adalah sebuah proses atau kemampuan yang mencerminkan kelancaran, keluwesan (fleksibititas), dan orisinalitas dalam berpikir, serta kemampuan untuk
mengelaborasi (mengembangkan, memperkaya, memperinci), suatu gagasan. Pada definisi ini lebih menekankan pada aspek proses perubahan (inovasi dan variasi). Dari pendapat diatas kreativitas sebagai sebuah proses yang terjadi didalam otak manusia dalam menemukan dan mengembangkan sebuah gagasan baru yang lebih inovatif dan variatif (divergensi berpikir).
3. Definisi Kreativitas dalam dimensi Press. Definisi dan pendekatan kreativitas yang menekankan faktor press atau dorongan, baik dorongan internal diri sendiri berupa keinginan dan hasrat untuk mencipta atau bersibuk diri secara kreatif, maupun dorongan eksternal dari lingkungan sosial dan psikologis. Definisi Simpson (1982) dalam S. C. U. Munandar 1999, merujuk pada aspek dorongan internal dengan rumusannya sebagai berikut : “The initiative that one manifests by his power to break away from the usual sequence of thought”
berkembang dalam kebudayaan yang terlalu menekankan tradisi, dan kurang terbukanya terhadap perubahan atau perkembangan baru.
4. Definisi Kreativitas dalam dimensi Product. Definisi pada dimensi produk merupakan upaya mendefinisikan kreativitas yang berfokus pada produk atau apa yang dihasilkan oleh individu baik sesuatu yang baru/original atau sebuah
elaborasi/penggabungan yang inovatif. “Creativity is the ability to bring something new into existence” (Baron, 1976 dalam Reni Akbar-Hawadi dkk, 2001)
Definisi yang berfokus pada produk kreatif menekankan pada orisinalitas, seperti yang dikemukakan oleh Baron (1969) yang menyatakan bahwa kreatifitas adalah kemampuan untuk menghasilkan/menciptakan sesuatu yang baru. Begitu pula menurut Haefele (1962) dalam Munandar, 1999; yang menyatakan kreativitas adalah kemampuan untuk membuat kombinasi-kombinasi baru yang mempunyai makna sosial. Dari dua definisi ini maka kreatifitas tidak hanya membuat sesuatu yang baru tetapi mungkin saja kombinasi dari sesuatu yang sudah ada sebelumnya.
Dari berbagai pengertian yang dikemukakan oleh para ahli untuk menjelaskan makna dari kreativitas yang dikaji dari empat dimensi yang memberikan definisi saling melengkapi. Untuk itu kita dapat membuat berbagai kesimpulan mengenai definisi tentang kreativitas dengan acuan beberapa pendapat yang dikemukakan oleh para ahli.
Dari beberapa uraian mengenai definisi kreativitas yang dikemukakan diatas peneliti menyimpulkan bahwa : “Kreativitas adalah proses konstruksi ide yang orisinil (asli), bermanfaat, variatif (bernilai seni) dan inovatif (berbeda/lebih baik)”.
B. KONSEP DASAR KREATIVITAS BERDASAR 4 P
Strategi 4P yaitu Pribadi, Pendorong, Proses, dan Produk yang menurut para ahli dapat membantu mengembangkan kreatifitas anak jika diterapkan secara benar. Pada dasarnya setiap anak memiliki kreativitas, hanya saja tidak semua anak bisa mengembangkan kreatifitasnya dengan benar. Untuk itu diperlukan peran orang tua dalam mengembangkan kreatifitas tersebut. Melalui strategi 4P ini diharapkan dapat membantu orang tua dalam mengembangkan kreativitas anaknya.
Hal pertama yang harus orang tua ketahui dalam upaya mengembangkan
kreatifitas anak adalah dengan memahami pribadi mereka, diantaranya dengan :
Memahami bahwa setiap anak memiliki pribadi berbeda, baik dari bakat,
minat, maupun keinginan.
Menghargai keunikan kreativitas yang dimiliki anak, dan bukan
mengharapkan hal-hal yang sama antara satu anak dengan anak lainnya, karena setiap anak adalah pribadi yang “unik”, dan kreatifitas juga
merupakan sesuatu yang unik.
Jangan membanding-bandingkan anak karena tiap anak memiliki minat,
bakat, kelebihan serta ketebatasannya masing-masing. Pahamilah
kekurangan anak dan kembangkanlah bakat dan kelebihan yang dimilikinya.
Pendorong
Dorongan dan motivasi bagi anda sangat berguna bagi anak dalam
mengembangkan motivasi instrinsik mereka, dengan begitu mereka akan sendirinya berkreasi tanpa merasa dipaksa dan dituntut ini itu, kita dapat melakukan :
Berilah fasilitas dan sarana bagi mereka untuk berkreasi, misalnya melalui
mainan-mainan yang bisa merangsang daya kreativitas anak misalnya balok-balok susun, lego, mainan alat dapur dan sebagainya. Hindari memberikan mainan yang tinggal pencet tombol atau mainan langsung jadi.
Ciptakan lingkungan keluarga yang mendukung kreatifitas anak dengan
memberikan susana aman dan nyaman.
Hindari membatasai ruang gerak anak didalam rumah karena takut ada
barang-barang yang pecah atau rusak, karena cara ini justru bisa memasung kreativitas mereka, alangkah lebih baik jika anda mau mengalah dengan menyimpan dahulu barang-barang yang mudah pecah ketempat yang aman, atau anda bisa meyediakan tempat khusus bermain anak, dimana anak bebas berkreasi.
Disiplin tetap diperlukan agar ide-ide kreatif mereka bisa terwujud.
Proses
Proses berkreasi merupakan bagian paling penting dalam pengembangan
kreativitas dimana anak anda akan merasa mampu dan senang bersibuk diri secara kreatif dengan aktifitas yang dilakukannya, baik melukis, menyusun balok,
merangkai bunga dan sebagainya, beberapa hal yang dapat dilakukan:
Hargailah kreasinya tanpa perlu berlebihan, karena secara intuisif anak akan
Hindari memberi komentar negatif saat anak berkreasi, apalagi disertai
dengan perintah ini itu terhadap karya yang sedang dibuatnya, karena hal ini justru dapat menyurutkan semangatnya berkreasi.
Peliharalah harga diri anak dengan mengungkapkan terlebih dahulu komentar
anda secara positif, misalnya “bunda senang adek bisa membuat menara seperti itu, lain kali adek buat yang lebih tinggi dan tidak mudah ambruk ya.” Dengan demikian anak akan merasa dirinya mampu dan dihargai
lingkungannya
Produk
Pada tahap ini anak sudah bisa menghasilkan produk kreatif mereka, yang bisa dilakukan:
Hargailah hasil kreatifitas mereka meski hasilnya agak kurang memuaskan.
Pajanglah karya anak anda di kamar mereka atau tempat-tempat lain yang
memungkinkan. Dengan demikian, anak akan merasa bangga karena karyanya dihargai.
TEORU MENGENAI KREATIVITAS :
C. TEORI PEMBENTUKAN PRIBADI KREATIF :
a. Teori Psikoanalisa
Psikoanalisa memandang kreativitas sebagai hasil mengatasi suatu masalah, yang biasanya dimulai sejak di masa anak-anak. Priadi kreatif dipandang sebagai
seseorang yang pernah mempunyai pengalaman traumatis, yang dihadapi dengan memungkinkan gagasan-gagasan yang disadari dan yang tidak disadari bercampur menjadi pemecahan inovatif dari trauma.
Adapun tokoh-tokohnya adalah:
Sigmund Freud. Ia menjelaskan proses kreatif dari mekanisme pertahanan, yang merupakan upaya tak sadar untuk menghindari kesadaran mengenai ide-ide yang tidak menyenangkan atau yang tidak dapat diterima. Sehingga biasanya
Ernest Kris. Ia menekankan bahwa mekanisme pertahanan regresi (beralih ke perilaku sebelumnya yang akan memberi kepuasaan, jika perilaku sekarang tidak berhasil atau tidak memberi kepuasaan) juga sering muncul dalam tindakan kreatif.
Carl Jung. Ia juga percaya bahwa ketidaksadaran memainkan peranan yang amat penting dalam kreativitas tingkat tinggi. Alam pikiran yang tidak disadari dibentuk oleh masa lalu pribadi. Dengan adanya ketidaksadaran kolektif, akan timbul
penemuan, teori, seni, dan karya-karya baru lainnya. Prose inilah yang menyebabkan kelanjutan dari eksistensi manusia.
b. Teori Humanistik
Humanistik lebih menekankan kreativitas sebagai hasil dari kesehatan psikologis tingkat tinggi. Dan kreativitas dapat berkembang selama hidup dan tidak terbatas pada usia lima tahun pertama.
Abraham Maslow. Ia menekankan bahwa manusia mempunyai naluri-naluri dasar yang menjadi nyata sebagai kebutuhan. Kebutuhan-kebutuhan itu, diwujudkan Maslow sebagai hirarki kebutuhan manusia, dari yang terendah hingga yang tertinggi.
Carl Rogers. Ia menjelaskan ada 3 kondisi dari pribadi yang kreatif, adalah keterbukaan terhadap pengalaman, kemampuan untuk menilai situasi sesuai dengan Patokan pribadi seseorang, kemampuan untuk bereksperiman atau untuk ‘bermain’ dengan konsep-konsep.
C. Teori Cziksentmihalyi
Ciri pertama yang memudahkan tumbuhnya kreativitas adalah Predisposisi genetis (genetic predispotition). Contoh seorang yang system sensorisnya peka terhadap warna lebih mudah menjadi pelukis, peka terhadap nada lebih mudah menjadi pemusik.
Minat menyebabkan seseorang terlibat secara mendalam terhadap ranah tertentu, sehingga mencapai kemahiran dan keunggulan kreativitas.
b. Akses terhadap suatu bidang:
Adanya sarana dan prasarana serta adanya pembina/mentor dalam bidang yang diminati sangat membantu pengembangan bakat.
c. Access to a field:
Kemampuan berkomunikasi dan berinteraksi dengan teman sejawat + tokoh-tokoh penting dalam bidang yang digeluti, memperoleh informasi yang terakhir,
mendapatkan kesempatan bekerja sama dengan pakar-pakar dalam b idang yang diminati sangat penting untuk mendapatkan pengakuan + penghargaan dari orang-orang penting.
Orang-orang kreatif ditandai adanya kemampuan mereka yang luar biasa untuk menyesuaikan diri terhadap hampir setiap situasi dan untuk melakukan apa yang perlu untuk mencapau tujuannya.
D. KESIMPULAN
Kreativitas merupakan usaha melibatkan diri pada proses kreatif yang didasari oleh intelegensi, gaya kognitif, dan kepribadian/motivasi, juga merupakan kemampuan untuk menghasilkan atau mencipta sesuatu yang baru.
Strategi 4P yaitu Pribadi, Pendorong, Proses, dan Produk yang menurut para ahli dapat membantu mengembangkan kreatifitas anak jika diterapkan secara benar. Pada dasarnya setiap anak memiliki kreativitas, hanya saja tidak semua anak bisa mengembangkan kreatifitasnya dengan benar. Untuk itu diperlukan peran orang tua dalam mengembangkan kreatifitas tersebut.
Teori pembentukan pribadi kreatif didasari oleh 3 teori yaitu psikoanalisa, humanistic dan Cziksentmihalyi.
Cipta
M.M Sutopo, Tjetjep.2005.”Pengembangan Kreativitas Anak”.Bandung:Depdiknas Basuki, Heru. 2006. “pengembangan kreativitas” melalui,
http://www.heru.staff.gunadarma .ac.id
Winkel, W. S. 2004. “Psikologi Pengajaran” . Yogyakarta: Media Abadi
Dalam KBBI,
kreatif
didefenisikan sebagai kemampuan untuk mencipta atau proses timbulnya
ide baru. Pada intinya
pengertian kreativitas
adalah kemampuan seseorang untuk menciptakan
sesuatu yang baru, baik berupa gagasan maupun karya nyata, dalam bentuk ciri-ciri aptitude
maupun non aptitude, dalam karya baru maupun kombinasi dengan hal-hal yang sudah ada, dan
semuanya relatif berbeda dengan yang sudah ada sebelumnya. Sebenarnya, ada banyak
pengertian kreativitas, misalnya ada yang mengartikan kreativitas sebagai upaya melakukan
aktivitas baru dan mengagumkan. Di lain pihak, ada yang menganggap bahwa kreativitas adalah
menciptakan inovasi baru yang mencengangkan.
Pengertian Kreativitas
Berikut ini kami sajikan beberapa
pengertian kreativitas
yang dikemukakan oleh para ahli:
Pengertian Kreativitas Menurut Widayatun:
Kreativitas adalah suatu kemampuan
untuk memecahkan masalah, yang memberikan individu menciptakan ide-ide asli/adaptif
fungsi kegunaannya secara penuh untuk berkembang.
Pengertian Kreativitas Menurut James R. Evans:
Kreativitas adalah keterampilan
untuk menentukan pertalian baru, melihat subjek perspektif baru, dan membentuk
kombinasi-kombinasi baru dari dua atau lebih konsep yang telah tercetak dalam pikiran
Pengertian Kreativitas Menurut Santrock:
Kreativitas adalah kemampuan untuk
memikirkan tentang sesuatu dalam cara yang baru dan tidak biasanya serta untuk
mendapatkan solusi-solusi yang unik.
Pengertian Kreativitas Menurut Semiawan:
Kreativitas adalah kemampuan untuk
memberikan gagasan-gagasan baru dan menerapkannya dalam pemecahan masalah.
Kreativitas meliputi baik ciri-ciri aptitude seperti kelancaran (fluency), keluwesan
(flexibility), dan keaslian (originality) dalam pemikiran, maupun ciri-ciri non aptitude,
seperti rasa ingin tahu, senang mengajukan pertanyaan dan selalu ingin mencari
pengalaman-pengalaman baru.
Pengertian Kreativitas Menurut Munandar:
Kreativitas adalah kemampuan untuk
mengkombinasikan, memecahkan atau menjawab masalah, dan cerminan kemampuan
operasional anak kreatif.
Referensi:
Sunaryo. 2002. Psikologi Untuk Keperawatan. Jakarta: EGC.
Psikologi
Pengertian Kreativitas adalah salah satu kebutuhan pokok manusia, yaitu kebutuhan akan perwujudan diri (aktualisasi diri) dan merupakan kebutuhan paling tinggi bagi manusia (Maslow, dalam Munandar, 2009). Pada dasarnya, setiap orang dilahirkan di dunia dengan memiliki potensi kreatif. Kreativitas dapat diidentifikasi (ditemukenali) dan dipupuk melalui pendidikan yang tepat (Munandar, 2009).
Definisi Kreatifitas
Menurut NACCCE (National Advisory Committee on Creative and Cultural Education) (dalam Craft, 2005), kreativitas adalah aktivitas imaginatif yang menghasilkan hasil yang baru dan bernilai. Selanjutnya Feldman (dalam Craft, 2005) mendefinisikan kreativitas adalah:
“the achievement of something remarkable and new, something which transforms and changes a field of endeavor in a significant way . . . the kinds of things that people do that change the world.”
Menurut Munandar (1985), kreativitas adalah kemampuan untuk membuat kombinasi baru, berdasarkan data, informasi atau unsur-unsur yang ada. Hasil yang diciptakan tidak selalu hal-hal yang baru, tetapi juga dapat berupa gabungan (kombinasi) dari hal-hal yang sudah ada sebelumnya. Selain itu, Csikszentmihalyi (dalam Clegg, 2008) menyatakan kreativitas sebagai suatu tindakan, ide, atau produk yang mengganti sesuatu yang lama menjadi sesuatu yang baru.
Rhodes (dalam Munandar, 2009) menganalisis lebih dari 40 definisi tentang kreativitas, menyimpulkan bahwa pada umumnya kreativitas dirumuskan dalam istilah pribadi (person), proses, produk, dan lingkungan yang mendorong (press) individu ke perilaku kreatif. Berikut beberapa definisi tentang kreativitas berdasarkan empat P, menurut para pakar:
Menurut Hulbeck (dalam Munandar, 2009) Tindakan kreatif merupakan hal muncul dari keunikan keseluruhan kepribadian dalam interaksi dengan lingkungannya. Definisi yang lebih baru tentang kreativitas diberikan dalam “three-facet model of creativity” oleh Stenberg (dalam Munandar, 2009), yaitu kreativitas merupakan titik pertemuan yang khas antara tiga atribut psikologis: inteligensi, gaya kognitif, dan kepribadian.
b) Definisi Proses
Definisi proses dikemukakan oleh Torrance (dalam Munandar, 2009) yang pada dasarnya menyerupai langkah-langkah dalam metode ilmiah, yaitu proses merasakan kesulitan, permasalahan, kesenjangan, membuat dugaan dan memformulasikan hipotesis, merevisi dan memeriksa kembali hibgga mengkomunikasikan hasil.
c) Definisi Produk
Baron (dalam Munandar, 2009) menyatakan bahwa kreativitas adalah kemampuan untuk menghasilkan atau menciptakan sesuatu yang baru. Begitu pula menurut Haefele (dalam Munandar, 2009) kreativitas adalah kemampuan membuat kombinasi-kombinasi baru. Rogers (Munandar,2009) menekankan produk kreatif harus bersifat observable, baru, dan merupakan kualitas unik individu dalam interaksi dengan lingkungannya.
d) Definisi Press
Definisi Simpson (dalam Munandar, 2009) merujuk pada aspek dorongan internal, yaitu kemampuan kreatif dirumuskan sebagai inisiatif yang dihasilkan individu dengan kemampuannya untuk mendobrak pemikiran yang biasa.
Guilford (dalam Purwanto, 2008) menyatakan bahwa kreativitas merupakan salah satu operasi mental dalam model struktur intelektual yang dinamakan kemampuan berpikir divergen. Oleh karena intelegensi dalam struktur intelektual Guilford mempunyai tiga dimensi yaitu operasi, bahan dan produk
Proses atau operasi berpikir dalam struktur intelektual Guilford mempunyai lima faktor, yaitu kognisi, memori, berpikir konvergen, berpikir divergen, dan evaluasi. Dari segi operasi, kreativitas berpikir adalah kemampuan menghasilkan secara divergen yang merupakan salah satu operasi mental dalam model struktur intelektual Guilford. Kreativitas melibatkan berpikir divergen yang merupakan kemampuan untuk menyelesaikan masalah dengan jawaban baru dan tidak biasa. Kemampuan berpikir divergen merupakan kemampuan berpikir yang mampu menghasilkan jawaban yang bervariasi dari suatu masalah. Dalam berpikir divergen, pemikiran menyimpang dari jalan yang telah dirintis sebelumnya dan mencari variasi. Pemikiran melampaui dari apa yang jelas dan nyata, mempertimbangkan beberapa jawaban yang mungkin ada untuk suatu masalah, bukan hanya satu penyelesaian yang benar. Dalam memecahkan masalah, pemikir divergen mengajukan beberapa solusi. Dengan kemampuan itu, dia mampu menghasilkan sesuatu yang berbeda
b) Bahan
Dalam model struktur intelektual Guilford, intelegensi mengolah bahan berupa figural, simbol, semantik dan perilaku. Proses berpikir divergen hanya mengolah bahan berupa figural dan simbolik, sehingga kreativitas berpikir mempunyai dua jenis konten yaitu figural atau visual dan simbolik atau verbal. Menurut Guilford (dalam Purwanto, 2008), tes untuk mengukur kreativitas berpikir akan berbentuk figural dan simbolik dengan indikator berupa unit, kelas, hubungan, sistem, transformasi dan implikasi. Menurut Good dan Brophy (dalam Purwanto, 2008) kreativitas berpikir merupakan proses berpikir divergen secara figural dan simbolik untuk menghasilkan enam jenis produk.
c) Produk
Operasi kemampuan berpikir divergen yang mengolah bahan berupa figural dan simbolik menghasilkan enam jenis produk yaitu unit, kelas, hubungan, sistem, transformasi dan implikasi (Guilford dalam Purwanto, 2008).
Pertama, unit adalah pertanyaan tugas yang dilakukan dengan memberi
Kedua, kelas adalah kemampuan membuat perubahan dari satu kelas atau
golongan ke kelas atau golongan lain. Secara figural kemampuan ini dapat diukur dengan memberikan dua atau lebih garis dan meminta peserta membuat kombinasi gambar sebanyak mungkin. Dalam bentuk simbol, kemampuan ini diukur dengan memasangkan beberapa hewan atau benda dengan sifat-sifatnya sebanyak mungkin dalam waktu tertentu.
Ketiga, hubungan dilakukan dengan melengkapi struktur dan hubungan dari
dua hal. Misalnya, dari angka 1, 2, 3, 4 dan 5, kombinasikan dengan sebanyak mungkin cara sehingga hasil jumlahnya 7.
Keempat, sistem melibatkan urutan rasional dari langkah-langkah yang
bermakna. Untuk mengukur kemampuan ini secara figural dapat dilakukan dengan meminta peserta tes mengorganisasikan beberapa gambar visual sehingga membentuk objek nyata. Misalnya, dari lingkaran, segi empat dan segi tiga, buatlah sebanyak mungkin gambar yang merupakan kombinasi ketiga bangun dan berilah nama. Pengukuran secara simbolik dapat dilakukan dengan meminta peserta tes menyusun kalimat sebanyak mungkin dengan kata-kata yang ditentukan huruf awalnya. Misalnya, buatlah dalam waktu satu menit sebanyak mungkin kalimat dengan tiga kata yang huruf awalnya M_ E_ P_.
Kelima, transformasi melibatkan kemampuan mengubah strategi ketika suatu
strategi mengalami jalan buntu. Kemampuan ini dapat diukur dengan mungkin dua persamaan itu dalam persamaan baru.
Aspek-aspek kreativitas
Pada dasarnya manusia mempunyai potensi-potensi untuk kreatif, tergantung bagaimana engembangkan dan menumbuhkan potensi kreatif tersebut. Ciri individu yang kreatif menurut pendapat para ahli psikologi antara lain adalah imajinatif, mempunyai inisiatif, mempunyai minat luas, bebas dalam berpikir, rasa ingin tahu yang kuat, ingin mendapat pengalaman baru, penuh semangat dan energik, percaya diri, bersedia mengambil resiko serta berani dalam pendapat dan memiliki keyakinan diri. (Munandar, 2009).
Perbedaan ciri sifat antara individu satu dengan yang lain akan meyebabkan perbedaan cara penyesuaian terhadap lingkungan, misalnya cara pemecahan masalah. Pada individu yang kreatif akan tampak beberapa ciri sifat yang berbeda dibanding individu yang kurang kreatif, yang pada prinsipnya akan menunjukkan individualitas yang kuat. Ciri sifat tersebut diantaranya adalah sifat mandiri, keberanian mengambil resiko, minat yang luas serta dorongan ingin tahu yang kuat.
Dalam kreativitas banyak aspek yang berpengaruh dalam mengembangkan kreativitas yang juga dapat membedakan antara individu satu dengan yang lainnya, seperti yang di kemukakan menurut Guilford (Munandar, 2009;
Kauffman & Stenberg, 2006) meliputi ciri-ciri aptitude dan non-aptitude. Ciri-ciri aptitude yaitu ciri yang berhubungan dengan kognisi atau proses berpikir :
Fluency, yaitu kesigapan, kelancaran, kemampuan untuk menghasilkan
banyak gagasan secara cepat. Dalam kelancaran berpikir, yang ditekankan adalah kuantitas, dan bukan kualitas.
Flexibility, yaitu kemampuan untuk menggunakan bermacam-macam cara
dalam mengatasi masalah, kemampuan untuk memproduksi sejumlah ide, jawaban-jawaban atau pertanyaan-pertanyaan yang bervariasi, dapat melihat suatu masalah dari sudut pandang yang berbeda-beda, mencari alternatif atau arah yang berbeda-beda, serta mampu menggunakan bermacam-macam pendekatan atau cara pemikiran. Orang yang kreatif adalah orang yang luwes dalam berpikir. Mereka dengan mudah dapat meninggalkan cara berpikir lama dan menggantikannya dengan cara berpikir yang baru.
Elaborasi, adalah kemampuan untuk melakukan hal yang detail. Untuk
melihat gagasan atau detail yang nampak pada objek (respon) disamping gagasan pokok yang muncul, kemampuan dalam mengembangkan gagasan dan menambahkan atau memperinci detail-detail dari suatu objek, gagasan atau situasi sehingga menjadi lebih menarik.
Ciri-ciri non-aptitude yaitu ciri-ciri yang lebih berkaitan dengan sikap atau perasaan, motivasi atau dorongan dari dalam berbuat sesuatu :
1. Rasa ingin tahu
2. Bersifat imajinatif
3. Merasa tertantang oleh kemajemukan
4. Berani mengambil risiko
5. Sifat menghargai.
Menurut Ellis dan Hunt, Woolfolk dan Nicolich, Good dan Brophy, Winkel dan Rakhmat, kreativitas diinterpretasikan berdasarkan tingkat kelancaran (fluency), keluwesan (flexibility) dan keaslian (originality) proses berpikir. Skor kreativitas adalah skor gabungan dari ketiga unsur tersebut (Purwanto,, 2008)
Kelancaran menjawab berhubungan dengan kemampuan menghasilkan banyak gagasan alternatif pemecahan masalah dalam waktu yang singkat.Unsur ini mengukur kemampuan menguraikan banyak alternatif pemecahan masalah. Oleh karenanya kemampuan ini berhubungan dengan arus ide. Menurut Good dan Brophy (dalam Purwanto, 2008), kelancaran adalah kemampuan menghasilkan banyak gagasan pemecahan masalah dalam waktu singkat. Hal yang sama dinyatakan oleh Rakhmat (dalam Purwanto, 2008), kelancaran adalah kemampuan menyebutkan sebanyak mungkin.
Keluwesan adalah kemampuan yang berhubungan dengan kesiapan mengubah arah atau memodifikasi informasi. Keluwesan berhubungan dengan kemampuan mengubah dengan mudah pendekatan pemecahan masalah yang digunakan jika masalah atau kondisi baru membutuhkan pendekatan baru. Menurut Good dan Brophy (dalam Purwanto, 2008), keluwesan dapat mengubah dengan mudah pendekatan pemecahan masalah yang digunakan, jika masalah atau kondisi baru membutuhkan pendekatan atau perspektif baru. Pendapat sama dikemukakan oleh Ellis dan Hunt (dalam Purwanto, 2008) yang menyatakan bahwa keluwesan adalah kemampuan mengubah pendekatan dalam pemecahan masalah. Di samping itu, keluwesan memungkinkan seseorang melihat suatu masalah dari berbagai sudut tinjauan.
Keaslian membuat seseorang mampu mengajukan usulan yang tidak biasa atau unik dan mampu melakukan pemecahan masalah yang baru atau khusus. Dengan kata lain, keaslian adalah kemampuan untuk menghasilkan jawaban yang jarang diberikan oleh peserta tes. Jawaban original adalah jawaban yang jarang diberikan oleh anak-anak lain. Keaslian mengukur kemampuan peserta tes dalam membuat usulan yang tidak biasa atau unik. Menurut Winkel (dalam Purwanto, 2008), jawaban mempunyai orisinalitas apabila sangat sedikit orang yang menghasilkan pikiran seperti itu. Woolfolk dan Nicolich (dalam Purwanto, 2008) memberikan kriteria mengenai keaslian. Respons yang orisinal menurutnya diberikan oleh lebih sedikit dari 5 atau 10 dari 100 peserta pengambil tes. Ada pendapat yang memberikan kriteria lebih spesifik. Menurutnya, respons yang diberikan oleh 5% dari kelompok bersifat tidak biasa, dan respons yang hanya diberikan oleh 1% dari kelompok bersifat unik (Purwanto, 2008). Munandar (1999) mengungkapkan bahwa kriteria orisinalitas setidaknya diberikan oleh lebih sedikit dari 9% persen jumlah subjek penelitian.
Berdasarkan penjelasan tersebut, aspek yang digunakan untuk melihat kreativitas dalam penelitian ini yaitu fluency (kelancaran), flexibility (keluwesan), originality (keaslian), dan elaboration (elaborasi)
Daftar Pustaka Makalah Kreativitas
Craft, A. (Ed). (2005). Creativity in Schools Tensions and Dilemmas. New York: Routledge.
Munandar, S.C.U. (1985). Mengembangkan Bakat dan Kreativitas Anak Sekolah. Jakarta: PT Gramedia.
Clegg, P. (2008). Creativity and Critical Thinking in The Globalised University. Innovations in Education and Teaching International Vol. 45, No. 3. Taylor & Francis. [On-Line]. Available FTP: http://web.ebscohost.com/ehost/detail?vid=1&hid=6&sid=faf35a0d-f565-4206-b7c2-5f7bf9b395b6%40sessionmgr4&bdata=JnNpdGU9ZWhvc3QtbGl2ZQ%3d
%3d#db=a3h&AN=11360368. Diakses pada tanggal 20 September 2010.
roposal --> BAB III METODOLOGI PENELITIAN
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Sesuai dengan permasalahan yang telah dikemukakan sebelumnya, maka
jenis penelitian ini adalah penelitian eksperimen. Penelitian eksperimen adalah
penelitian yang adanya perlakuan atau treatmen yang digunakan untuk mencari
pengaruh perlakuan tertentu terhadap yang lain dalam kondisi yang terkendalikan.
[1] Penelitian eksperimen yang digunakan adalah penelitian pra eksperimen.
Menurut Muri Yusuf, jenis penelitian ini pada prinsipnya tidak dapat mengontrol
validitas internal dan eksternal secara utuh, karena satu kelompok hanya dipelajari
satu kali, atau kalau menggunakan dua kelompok diantara kedua kelompok itu tidak
disamakan terlebih dahulu.[2]
Dalam penelitian ini diambil dua kelompok yaitu kelompok Eksperimen yang
diberikan pendekatan pembelajaran Quantum learning dan kelompok kontrol
dengan pembelajaran konvensional. Pada akhir penelitian dilakukan tes akhir untuk
melihat hasil belajar matematika kedua sampel.
B. Rancangan Penelitian.
Rancangan penelitian yang digunakan adalah The Static Group Comparison
Design. Sampel dibagi menjadi dua kelompok, yaitu kelas eksperimen dan kelas
kontrol. Perlakuan yang diberikan pada kelas eksperimen adalah penerapan
pendekatan pembelajaran konvensional. Sedangkan pada kelas kontrol tidak
menerapkan pendekatan pembelajaran Quantum Learning.
Tabel 3.1
Rancangan penelitian The Static Group Comparison Design [3]
Kelas Treatment Posttest
Eksperimen X1 O
Kontrol X2 O
Keterangan:
X1
=
Perlakuan yang diberikan pada kelas eksperimen, yaitu kegiatan pembelajaran dengan menggunakan pendekatan pembelajaran QuqntumLearning.
X2
=
Perlakuan yang diberikan pada kelas kontrol, yaitu kegiatan pembelajaran dengan menggunakan pembelajaran konvensional.
O = Tes akhir yang diberikan pada kelas eksperimen dan kelas kontrol di akhir penelitian
C. Populasi dan Sampel.
1. Populasi.
Populasi adalah seluruh data yang menjadi perhatian kita dalam suatu ruang
populasi penelitian adalah seluruh siswa kelas VII SMPN 1 Kamang Magek yang
terdaftar pada tahun ajaran 2012/2013.
Tabel 3.2. Jumlah siswa kelas SMP N 1 Kamang Magek yang terdaftar pada tahun ajaran 2011/2012.
No. Kelas Jumlah Siswa
1 VII-1 17 orang
2 VII-2 17 orang
3 VII-3 18 orang
JUMLAH 52 orang
(Sumber: Guru SMP N 1 Kamang Magek)
2. Sampel.
Sampel adalah sebagian yang diambil dari populasi.[5] Bedasarkan
rancangan penelitian yang penulis gunakan dalam penelitian ini maka penulis
membutuhkan dua kelas sebagai sampel dalam penelitian.
Agar sampel dapat mewakili dan mengambarkan sifat serta karekteristik dari
populasi, maka perlu dilakuakan langkah-langkah sebagai berikut:
a. Mengumpulkan data nilai MID matematika kelas VII semester I dari seluruh siswa
kelas VII SMP N 1 Kamang Magek pada tahun pelajaran 2012/2013, kemudian
dihitung rata-rata dan simpangan bakunya.
b. Melakukan uji homogenitas varians dengan menggunakan uji Bartlet dengan
1) Menghitung varians gabungan dari semua populasi dengan menggunakan
rumus :
2) Menghitung harga satuan Bartlett (B) dengan rumus :
3) Untuk uji Bartlet digunakan statistik uji Chi Kuadrat dengan rumus:
Kemudian harga dibandingkan dengan harga , kriteria pengujian H jika ,
dimana H adalah populasinya mempunyai variansi yang homogen. didapat dari
distribusi chi kuadrat dengan peluang (1- ) dan dk = (k-1).
c. Melakukan uji kesamaan rata-rata dengan menggunakan teknik anava satu arah.
Adapun langkah-langkahnya adalah :
1) Menentukan jumlah kuadrat rata-rata dengan rumus :
2) Menghitung jumlah kuadrat antar kelompok dengan rumus :
3) Menghitung jumlah kuadrat total dengan rumus :
4) Menghitung jumlah kuadrat dalam kelompok dengan rumus :
JK(D) = JK(T) - JK(R) - JK(A)
5) Menghitung rata-rata jumlah kuadrat antar kelompok dengan rumus
6) Menghitung rata-rata kuadrat dalam kelompok dengan rumus :
8) Memasukkan hasil perhitungan langkah 1-7 kedalam tabel analisis variansi untuk uji
kesamaan rata-rata. Dapat dilihat pada tabel dibawah ini:
Tabel
Format Analisa Variansi untuk Uji Kesamaan Rata-rata
Sumber
Variansi DK JK RJK
Rataan 1 JK (R)
F Antar Kelompok k-1 JK (A) RJK (A)
Dalam
Kelompok n-k JK (D) RJK(D)
Total JK (T)
Kriteria pengujian adalah terima Ho : 1 = 2 = 3, jika Fhitung < F(1-)(k-1;n-k) di dapat
dari daftar distribusi F, dengan peluang sedangkan dk = (k-1) dan (n-k).
d. Menentukan sampel dari populasi.
Dari populasi tersebut, karena peneliti tidak mungkin membentuk kelas baru
yang diambil dari titik sampel, maka sesuai dengan desain yang digunakan dipilih
dua kelas dari 3 kelas yang tersedia sebagai sampel yang akan dijadikan subjek
dalam penelitian ini.
Penentuan sampel dilakukan dengan menggunakan teknik Purposive
Sampling, yaitu teknik pengambilan sampel berdasarkan pertimbangan tertentu
(Sugiyono dalam Irawati, 2010: 25). Pengambilan sampel dalam penelitian ini
adalah atas rekomendasi guru kelas dan perizinan yang diberikan oleh pihak
eksperimen, yaitu kelas VII-1, sedangkan satu kelas yang lain sebagai kelas kontrol,
yaitu kelas VII-3
D. Variabel dan Data
1. Variabel
Adapun yang menjadi variabel dalam penelitian ini adalah:
a. Variabel bebas.
Dalam penelitian ini yang merupakan variabel bebas adalah perlakuan yang berupa
pendekatan Quantum Learning pada kelas eksperimen.
b. Variabel terikat.
Dalam penelitian ini yang merupakan variabel terikat adalah hasil belajar kedua
kelas sampel dalam pelajaran matematika.
2. Jenis Data
Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah:
1) Data primer yaitu data tentang motivasi dan hasil belajar matematika siswa yang
di peroleh setelah mengadakan eksperimen.
2) Data sekunder yaitu data nilai rapor matematika VII semester I tahun 2012/2013.
b. Sumber Data
1) Data primer bersumber dari siswa kelas VII SMP N 1 Kamang Magek yang menjadi
sampel dalam penelitian ini.
2) Data sekunder bersumber dari Tata Usaha dan guru bidang studi matematika SMP
N 1 Kamang Magek.
E. Prosedur Penelitian
Secara umum prosedur penelitian dapat dibagi atas tiga yaitu:
1. Tahap Persiapan
Pada tahap persiapan yang dilakukan adalah:
a. Menentukan jadwal penelitian.
b. Mempelajari materi matematika kelas VII SMP N 1 Kamang Magek.
c. Mempersiapkan rancangan pelaksanaan pembelajaran (RPP) kelas eksperimen dan
kelas kontrol dari materi yang diajarkan.
d. Menyusun jadwal pelaksanaan posttes untuk satu pokok bahasan yang akan
diajarkan selama penelitian.
e. Menyusun instrumen pembelajaran berdasarkan tugas posttes.
2. Tahap Pelaksanaan
a. Memberikan pretes pada kelas eksperimen dan kelas kontrol
b. Melaksanakan pembelajaran dengan menggunakan metode Quantum Learning
pada kelas eksperimen dan melaksanakan pembelajaran menggunakan metode
ekspositori ( konvensional ) pada kelas kontrol.
c. Memberikan postes pada kelas eksperimen dan kelas kontrol.
d. Memberikan jurnal harian pada setiap akhir pertemuan dan angket pada
pertemuan terakhir kepada siswa untuk mengetahui kesan dan respons siswa di
kelas eksperimen terhadap pembelajaran yang telah dilaksanakan.
F. Instrumen Penelitian
Sebagai upaya untuk mendapatkan data dan informasi yang lengkap mengenai hal-hal yang ingin dikaji melalui penelitian, maka dibuatlah seperangkat instrumen yang meliputi instrumen tes maupun non-tes. Seluruh instrumen tersebut peneliti
gunakan untuk mendapatkan data kualitatif dan kuantitatif dalam penelitian.
Adapun penjelasan mengenai instrumen yang digunakan pada penelitian ini adalah sebagai berikut.
1. Instrumen Non-Tes
a. Angket
Angket adalah seperangkat pertanyaan atau pernyataan yang harus dijawab atau dilengkapi oleh responden melalui sejumlah pernyataan tertulis yang digunakan untuk mengukur motivasi siswa. Untuk mendapatkan angket dilakukan langkah-langkah sebagai berikut:
1) Penyusunan angket
Berdasarkan indikator-indikator tersebut di atas maka disusun beberapa
pertanyaan. Adapun pertanyaan itu dapat dikategorikan menjadi dua bagian yaitu
bersifat positif diberikan skor masing-masing 4 untuk jawaban selalu (SL), skor 3
untuk jawaban sering (SR), skor 2 untuk jawaban kadang-kadang (KK), skor 1 untuk
jawaban tidak pernah (TP). Untuk pernyataan yang bersifat negatif diberikan
masing-masing skor 4 untuk jawaban tidak pernah (TP), skor 3 untuk jawaban
kadang-kadang (KK), skor 2 untuk jawaban sering (SR), skor 1 untuk jawaban selalu
(SL).
2) Uji coba angket
Dalam mempersiapkan penelitian, dilakukan uji coba angket yang telah dibuat
untuk mengetahui validitas dan reabilitas.
3) Analisis uji coba angket
Setelah dilakukan uji coba angket, maka dianalisis item untuk mengetahui
validitas dan reabilitasnya.
i. Validitas adalah suatu ukuran yang menyebabkan tingkat kevalidan suatu
instrumen. Suatu instrumen dikatakan valid apabila mampu mengukur apa yang
harus di ukur (Ridwan, 2007:347). Validitas butir pernyataan menggunakan rumus
korelasi produk moment dari Arikunto (2006:170) adalah:
Dimana:
= Koefesien korelasi antara variabel x dan y
= Skor dari setiap sampel untuk setiap item
= Jumlah dari setiap sampel untuk semua item
Adapun kriteria validitas suatu item adalah
0,80 < rxy < 1,00 Validitas sangat tinggi
0,60 < rxy < 0,80 Validitas tinggi
0,40 < rxy < 0,60 Validitas sedang
0,20 < rxy < 0,40 Validitas rendah
0,00 < rxy < 0,40 Validitas sangat rendah
ii. Reabilitas artinya dapat dipercaya juga dapat diandalkan sehingga
beberapa kalipun diulang hasilnya akan tetap sama (konsisten). Uji reabilitas angket
menggunakan rumus Sperman Brown dari Arikunto (2006:182) adalah:
Dimana:
=Reabilitas yang dicari
= Jumlah variansi skor tiap-tiap item
= Variansi total
= Banyak soal
Kriteria dari harga diperoleh menurut Arikunto (2007:75) adalah sebagai
berikut:
0,80 < r11 < 1,00 Reabilitas sangat tinggi
0,60 < r11 < 0,80 Reabilitas tinggi
0,20 < rxy < 0,40 Reabilitas rendah
0,00 < r11 < 0,40 Reabilitas sangat rendah
b. Jurnal
Jurnal adalah sebuah tulisan berupa karangan siswa mengenai kesan, pesan, atau
aspirasinya terhadap pembelajaran yang dilakukan. Jurnal digunakan untuk mengetahui respons siswa
terhadap pembelajaran melalui metode Quantum Learning dan sebagai masukan untuk pembelajaran
berikutnya.
c. Lembar observasi
Lembar observasi merupakan lembar yang berisi daftar aspekaspek pokok mengenai
pengamatan terhadap siswa, guru, dan proses pembelajaran. Lembar observasi ini bermanfaat untuk
mengetahui halhal yang tidak dapat diamati langsung oleh peneliti selama proses pembelajaran melalui
metode Quantum Learning. Selain itu, lembar observasi ini juga digunakan untuk mengukur apakah
pembelajaran yang dilakukan sesuai dengan tahapantahapan pada pembelajaran yang menggunakan
metode Quantum Learning.
Instrumen Tes
Instrumen tes yang digunakan dalam penelitian ini adalah pretes dan postes
mengenai kemampuan komunikasi matematis siswa. Pretes diberikan pada kelas
eksperimen dan kelas kontrol di awal penelitian untuk mengetahui kemampuan
awal siswa dalam kemampuan komunikasi matematis. Sedangkan postes diberikan
pada kelas eksperimen dan kelas kontrol di akhir penelitian untuk mengetahui
kemampuan komunikasi matematis siswa dari kedua kelas setelah mendapat