• Tidak ada hasil yang ditemukan

METODE PENELITIAN

F. Instrumen Penelitian

6

siswa kelas VII B sebagai subjek uji coba pada penelitian ini, dan hasil tes kemampuan penalaran siswa.

F. Instrumen Penelitian

Instrumen yang digunakan untuk mengambil data dalam penelitian ini adalah :

1. Lembar penilaian LKS

a. Lembar penilaian LKS untuk ahli media

Lembar penilaian LKS ini diberikan kepada satu dosen sebagai ahli media. Manfaat dari instrumen ini adalah untuk mengetahui nilai kevalidan LKS yang dikembangkan berdasarkan aspek kompetensi, isi materi, karakteristik PMRI dan penalaran matematis. Angket penilaian LKS ini disusun dengan 5 alternatif jawaban yaitu sangat kurang baik, kurang baik, cukup, baik, sangat baik yang dikonverrsikan menjadi skor 1, 2, 3, 4, dan 5. b. Lembar penilaian LKS untuk ahli materi

Lembar penilaian LKS ini diberikan kepada satu dosen sebagai ahli materi. Manfaat dari instrumen ini adalah untuk mengetahui nilai kevalidan LKS yang dikembangkan berdasarkan aspek didaktik, konstruksi, dan teknis. Angket penilaian LKS ini disusun dengan 5 alternatif jawaban yaitu sangat kurang baik, kurang baik, cukup, baik, sangat baik yang

dikonversikan menjadi skor 1, 2, 3, 4, dan 5. 2. Lembar Observasi

Lembar observasi yang dimaksud adalah lembar observasi keterlaksanaan pembelajaran. Lembar ini digunakan untuk mendapatkna data

7

perbaikan LKS yang dikembangkan setelah dilakukan pembelajaran. Peneliti melakukan pencatatan untuk setiap kali dilaksanakannya pembelajaran. Pencatatan tersebut dapat berasal dari masukan siswa, kegiatan yang berlangsung, dan masukan dari guru setelah proses pembelajaran.

3. Angket Respon

a. Angket respon siswa

Angket respon siswa diberikan kepada siswa pada akhir penelitian. Instrumen ini bertujuan untuk mengetahui respon dan tanggapan siswa terhadap LKS yang telah dikembangkan. Angket respon siswa disusun dengan lima alternatif jawaban yaitu sangat setuju (SS), setuju (S), netral (N), tidak setuju (TS), sangat tidak setuju (STS).

b. Angket respon guru

Angket respon guru diberikan kepada guru pada akhir penelitian. Instrumen ini bertujuan untuk mengetahui tanggapan guru terhadap kemudahan, keterbantuan, dan kesesuaian pembelajaran dengan menggunakan LKS yang telah dikembangkan. Angket respon guru disusun dengan lima alternatif jawaban yaitu sangat setuju (SS), setuju (S), netral (N), tidak setuju (TS), sangat tidak setuju (STS).

4. Tes Kemampuan Penalaran Matematis

Tes kemampuan penalaran matematis diberikan kepada siswa pada akhir penelitian sebagai penentu ketuntasan pemahaman siswa setelah pembelajaran selesai dilaksanakan. Soal tes terdiri dari 5 soal yang mewakili

8

indikator pencapaian materi. Dari hasil tes akan didapatkan persentase ketuntasan klaskal siswa untuk menentukan klasifikasi keefektifan LKS. G. Teknik Analisis Data

Dalam penelitian ini akan didapatkan dua macam data yaitu data kualitatif dan data kuantitatif. Data kualitatif diperoleh dari masukan atau tanggapan dari validator dan guru. Tanggapan atau masukan dari validator dan guru yang bersifat membangun dan dianggap tepat untuk pengembangan produk digunakan sebagai bahan perbaikan pada tahap revisi LKS. Sedangkan data kuantitatif adalah data yang digunakan untuk mendapatkan nilai kevalidan, kepraktisan, serta keefektifan LKS berdasarkan penilaian dari dosen ahli, guru, dan siswa. Berikut merupakan penjelasan lebih lanjut mengenai analisis data yang dilakukan.

1. Data deskriptif berisi data proses pengembangan LKS. Proses yang berisi tentang revisi dan kendala yang dihadapi selama pengembangan.

2. Data kualitas LKS yang ditinjau dari nilai kevalidan, kepraktisan, dan keefektifan LKS. Data tersebut didapat dari berbagai instrumen. Berikut merupakan penjelasan analisis data tiap instrumen.

a. Lembar penilaian LKS

Lembar penilaian LKS digunakan untuk mendapatkan data kevalidan LKS yang dikembangkan. Data kevalidan diperoleh dari penilaian oleh dua dosen ahli yaitu satu dosen ahli materi dan satu dosen ahli media, serta penilaian dari satu guru matematika. Langkah yang dilakukan untuk mendapatkan data tersebut adalah sebagai berikut.

9

1) Mengubah data kualitatif menjadi data kuantitatif dengan pedoman sebagai berikut.

Tabel 1. Aturan Pemberian Skor Penilaian LKS

Kriteria Skor

Sangat Baik 5

Baik 4

Cukup 3

Kurang Baik 2

Sangat Kurang Baik 1

2) Menghitung rerata skor dengan rumus sebagai berikut

n x X n i i

1 Keterangan

X : rerata skor instrumen n : banyak butir pernyataan

i

x : skor pada butir pernyataan ke-i

3) Mengkonversi skor rerata menjadi nilai kualitatif dengan klasifikasi penilaian skala lima menurut Eko Putro Widyoko (2009:238).

Tabel 2. Pedoman Klasifikasi Penilaian

Jumlah Skor Penilaian Klasifikasi Penilaian i i sb X X  1,8 Sangat baik i i i i sb X X sb X 0,6   1,8 Baik i i i i sb X X sb X 0,6   0,6 Cukup i i i i sb X X sb X 1,8   0,6 Kurang i i sb X X  1,8 Sangat Kurang Keterangan : i X (rerata ideal) : 2 1

10

i

sb (Simpangan baku ideal) : 6 1

(skor maks ideal –skor min ideal)

X : skor empiris

Maka didapat pedoman klasifikasi penilaian LKS sebagai berikut Tabel 3. Pedoman Klasifikasi Penilaian LKS

Jumlah Skor Penilaian Klasifikasi Penilaian 2 . 4  X Sangat Baik 2 . 4 4 , 3 XBaik 4 , 3 6 , 2 XCukup 6 , 2 8 , 1 XKurang 8 , 1  X Sangat Kurang

Dalam penelitian ini, LKS dikatakan valid jika memenuhi klasifikasi penilaian LKS minimal baik.

b. Angket Respon

Angket respon digunakan untuk mendapatkan data kepraktisan penggunaan LKS. Data kepraktisan diperoleh dari angket respon. Langkah yang dilakukan untuk mendapatkan data tersebut adalah sebagai berikut.

1) Mengubah data kualitatif menjadi data kuantitatif dengan pedoman sebagai berikut.

Tabel 4. Aturan Pemberian Skor Angket Respon

Kriteria Skor

Pernyataan Negatif Pernyataan Positif Sangat Tidak Setuju

(STS) 1 5 Tidak Setuju (TS) 2 4 Netral (N) 3 3 Setuju (S) 4 2 Sangat Setuju (SS) 5 1

11 n x X n i i

1 Keterangan

X : rerata skor instrumen n : banyak butir pernyataan

i

x : skor pada butir pernyataan ke-i

3) Mengkonversi skor rerata menjadi nilai kualitatif berdasarkan klasifikasi penilaian skala lima menurut Eko Putro Widyoko (2009:238) pada tabel 3.

Dalam penelitian ini, LKS dikatakan praktis jika memenuhi klasifikasi penilaian LKS minimal baik.

c. Tes Kemampuan Penalaran Matematis

Tes kemampuan penalaran matematis digunakan untuk mendapatkan nilai keefektifan LKS. Data tersebut didapatkan dengan menganalisis hasil tes kemampuan penalaran matematis yang dilakukan oleh siswa pada akhir penelitian. Adapun langkah-langkah yang dilakukan adalah sebagai berikut.

1) Menghitung skor tes kemampuan penalaran matematis setiap siswa. 2) Menentukan nilai yang dicapai setiap siswa dengan rumus sebagai

berikut. 100 1 max . 1  

k i i k i i x x x

12 Keterangan x : nilai siswa

k i i x 1

: jumlah skor tes kemampuan penalaran matematis

k i i x 1 max

. : jumlah skor maksimal tes kemampuan penalaran matematis k : jumlah soal tes kemampuan penalaran matematis

3) Menghitung jumlah siswa yang lulus KKM yaitu yang mendapatkan nilai lebih dari atau sama dengan 75.

4) Mempresentase ketuntasan secara klasikal dengan menggunakan rumus sebagai berikut.

% 100   n L p Keterangan

p : persentase kelulusan siswa secara klasikal L : jumlah siswa yang lulus KKM

n : jumlah seluruh siswa

5) Mengkonversi perhitungan pada langkah sebelumnya ke dalam skala lima untuk menunjukkan kategori kecakapan akademik siswa secara klasikal menurut Eko Putro Widoyoko (2009:242).

Tabel 5. Kriteria Penilaian Kecakapan Akademik Persentase Ketuntasan Klasifikasi

80  p Sangat Baik 80 60 p Baik 60 40p Cukup 40 20p Kurang 20  p Sangat Kurang

Dalam penelitian ini, LKS dikatakan efektif jika persentase ketuntasan belajar klasikal tes kemampuan penalaran matematis mencapai klasifikasi minimal baik.

55

DAFTAR PUSTAKA

Abdul Halim Fathani. (2012). Matematika: Hakikat dan Logika. Yogyakarta: Ar- Ruzz Media

Abu Ahmadi & Widodo Supriyono. (1991). Psikologi Belajar. Jakarta: PT RINEKA CIPTA.

Andi Prastowo. (2014). Pengembangan Bahan Ajar Tematik. Jakarta: Kencana. Ariyadi Wijaya. (2012). PENDIDIKAN MATEMATIKA REALISTIK: Suatu

Alternatif Pendekatan Pembelajaran Matematika. Yogyakarta: Graha Ilmu.

Asteri Agusti Rani. (2011). Aktivitas dan Minat Belajar Siswa Kelas V dalam Pembelajaran Matematika dengan Pendekatan Pendidikan Matematika Realistik Indonesia (PMRI) di SD Gambiranom Yogyakarta. Skripsi. Universitas Negeri Yogyakarta.

Atmini Dhoruri. (2010). Pembelajaran Matematika dengan Pendekatan Matematika Realistik (PMR). Makalah. Universitas Negeri Yogyakarta Depdiknas. (2007). Pedoman Memilih Menyusun Bahan Ajar dan Teks Mata

Pelajaran. Jakarta: BP. Mitra Usaha Indonesia.

Depdiknas. (2008). Panduan Pengembangan Materi Pembelajaran dan Standar Sarana dan Prasarana. Jakarta: BP. Mitra Usaha Indonesia.

Depdiknas. (2008). Pedoman Pelaksanaan Pengembangan Materi Pembelajaran dan Pengembangan Pembelajaran Kontekstual (CTL) Sekolah Menengah Pertama (SMP). Jakarta: BP Cipta Jaya.

Depdiknas. (2014). Matematika untuk SMP Kelas VIII. Jakarta: Kementerian Kebudayaan dan Pendidikan.

Eko Putro Widoyoko. (2009). Evaluasi Program Pembelajaran. Yogyakarta:Pustaka Pelajar.

Gravemeijer. (1994). Developing Realistic Mathematics Education. Utrecht: CDβ Press.

Hendro Darmodjo & Jenny R.E. Kaligis. (1993). Pendidikan IPA 2. Jakarta: Depdikbud.

56

Iwan Pranoto. (2011). UN Matematika Menyiapkan Anak Indonesia Menjadi Kuli Nirnalar; Republik Telah Menyerobot Kesempatan Anak Bangsa Bernalar. Diakses dari laman http://bit.ly/1SwbR4B pada bulan April 2015.

Kamus Besar Bahasa Indonesia. Diakses dari http://kbbi.web.id pada bulan Juni 2014.

M. Cholik Adinawan, Sugijono. (2007). Matematika untuk SMP Kelas VII Semester 1. Jakarta: Penerbit Erlangga.

Miftah Syarifuddin. (2015). Soal-soal Olimpiade PISA. Diakses dari laman http://bit.ly/1INFkVH pada tanggal 5 Januari 2016.

OECD. (2012). Diakses dari http://www.oecd.org/pisa/keyfindings/pisa-2012-results.htm pada bulan Agustus 2015

Permendiknas No. 22 Tahun 2006 Tentang Standar Isi

Rizki Puspita Sari. (2013). Politik. Diakses dari http://bit.ly/1icw8sV. pada bulan Juni 2015

Robert Sembiring, dkk. (2010). A decade of PMRI in indonesia. Ten Brink:Meppel.

Rosalia Hera. (2013). Efektivitas Metode Guided Discovery And Problem Posing Ditinjau dari Kemampuan Penalaran Matematis Siswa Kelas VIII SMP Negeri 9 Yogyakarta. Skripsi. Universitas Negeri Yogyakarta.

Siregar, Eveline & Hartini Nara. (2010). Teori Belajar dan Pembelajaran. Bogor: Ghalia Indonesia.

Soedjadi. (2007). Masalah Kontekstual sebagai Batu Sendi Matematika Sekolah. Surabaya : Pusat Sains dan Matematika Sekolah UNESA.

Subanindro. (2012). Pengembangan perangkat pembelajaran trigonometri berorientasikan kemampuan penalaran dan komunikasi matematik siswa SMA. Tesis. Universitas Negeri Yogyakarta.

Sugiman. (2010). Dampak Pendidikan Matematika Realistik terhadap Peningkatan Kemampuan Pemecahan Masalah Matematik Siswa SMP. Makalah. Universitas Negeri Yogyakarta.

Sugiyono. (2010). Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Alfabeta.

Sukino, Wilson Simangunsong. (2007). Matematika untuk SMP kelas VII. Jakarta: Penerbit Erlangga.

57

Sulistiawati. (2014). Analisis Kesulitan Belajar Kemampuan Penalaran Matematis Siswa SMP pada Materi Luas Permukaan dan Volume Limas. Prosiding, Seminar Nasional. Tangerang. STKIP Surya.

Surajiyo, Sugeng Astanto & Sri Andiani. (2006). Dasar-dasar Logika. Jakarta: Bumi Aksara.

Sutarto Hadi. (2002). Effective Teacher Professional Development for Implementation of Realistic Mathematics Education in Indonesia. Enschede: PrintPartners Ipskamp.

Tatag Yuli Eko Siswono, Letti Lastiningsih. Matematika untuk SMP kelas VII. Jakarta : Penerbit Erlangga.

Tri Handayani. (2012). Pengembangan Bahan Ajar Berbasis Matematika Realistik untuk Memfasilitasi Pencapaian Kemampuan Literasi Matematis Siswa Kelas VIII SMP Negeri 2 Moyudan. Skripsi. Universitas Negeri Yogyakarta.

Dokumen terkait