• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Lampiran 8 Instrumen Uji Coba Kemampuan Mengapresias

TES KEMAMPUAN MENGAPRESIASI CERPEN Petunjuk:

1. Isilah identitas Anda pada kolom identitas lembar jawaban yang telah disediakan.

2. Baca dan pahami dahulu bacaan di bawah ini sebelum menjawab pertanyaan- pertanyaan.

3. Bacalah setiap pertanyaan di bawah ini dengan teliti.

4. Kerjakan semua pertanyaan secara individu pada lembar jawaban yang telah disediakan.

Apa Enaknya Menjadi Bungsu Oleh Fadila Hanum

Apa enaknya menjadi anak bungsu? Bilqis anak bungsu dari 3 bersaudara. Menurutnya, menjadi anak bungsu itu sama sekali tidak enak. Serin disalah- salahkan. Juga disuruh ini itu. Huf!

“Dek, lihat chargerhp Mbak tidak?” tanya Mbak Astri.

“Tidak lihat, Mbak.”

Kak Hafiz juga bertanya pada Bilqis, apakah melihat kaos kaki birunya. Bilqis kembali menjawab tidak melihat. Namun, Kak Hafiz masih saja bertanya. “Masa sih, tidak lihat? Yang angkat jemuran kan, Bilqis!”

Bilqis memang rajin. Ia suka membereskan kamar, membantu Mama mengangkat jemuran, sekaligus melipat pakaian. Itu sebabnya, Mbak Astri dan Kak Hafiz sering menanyakan barang-barang milik mereka pada Bilqis.

Mbak Astri dan Kak Hafiz juga suka menyuruh-nyuruh. Alasannya, karena Bilqis bungsu. Memangnya mentang-mentang anak bungsu, Bilqis bisa selalu disuruh-suruh? Bilqis kesal!

Apa enaknya menjadi anak bungsu? Sangat enak, kata Dhia, teman sebangku Bilqis. Kok enak?

“Memangnya, kamu enggak sering disuruh ini itu?” tanya Bilqis penasaran.

“Apa enaknya menjadi anak bungsu?” tanya Bilqis lagi.

“Kalau ada PR, ada Bang Naufal dan Teh Nida pasti memanjakan aku. He he he...”

Huf! Bilqis dan Dhia sama-sama bungsu. Tetapi nasib, aku dan Dhia kok beda ya? Bilqis mengeluh di dalam hati.

Pokoknya, mulai detik ini, Bilqis bertekad akan memberontak.

Memberontak? Iya! Bilqis bertekad tidak mau terus-terusan mengikuti perintah Mbak Astri atau Kak Hafiz.

“Dek, ambilkan Kak Hafiz minum, dong?”

Tuh, kan! Kak Hafiz sudah mulai suruh-suruh lagi. Bilqis segera mengambil hp Mama yang tergeletak di atas meja.

“Aku lagi ada kerjaan, Kak,” jawab Bilqis pelan.

“Kerjaan apa?” tanya Kak Hafiz sembari menghampiri Bilqis.

“Membuka sms yang masuk. Kak Hafiz ambil sendiri aja minumnya.” Kak Hafiz malah tertawa sambil mengacak-acak rambut Bilqis. Namun untunglah berhasil. Kak Hafiz mengambil minum sendiri. Eh, tidak lama, Mbak Astri datang dan menyuruh Bilqis.

Mbak Astri baru selesai menyetrika pakaian. “Dek, taruh baju ini di lemari ya!”

“Aku lagi malas, Mbak.”

“Lho, kok gitu? Adik manis, kan biasanya rajin.” Mbak Astri mulai merayu.

“Pokoknya aku lagi malas. Aku malas disuruh-suruh terus!” suara Bilqis

tiba-tiba meninggi.

Ia lalu berlari masuk ke dalam kamar, menutup, dan mengunci pintu. Ia lalu memaksakan diri untuk tidur.

Uh, enak sekali menjadi Mbak Astri, pikir Bilqis. Tidak ada yang menyuruh-nyuruh. Justru bisa menyuruh-nyuruh. Kalau biasanya Bilqis mau disuruh, itu karena Bilqis memang terbiasa rapi dan bersih. Akan tetapi, jangan keterusan disuruh-suruh, dong...

Tak lama, Bilqis pun tertidur. Keesokan harinya, ia terbangun dan merasa badannya tidak enak. Sepertinya demam. Bilqis baru ingat. Kemarin, seharian ia lupa makan. Mungkin karena itu badannya kini sakit. Bilqis meringkuk ditempat tidur.

Tiba-tiba, Bilqis merasa ada tangan yang menyentuh keningnya. Namun matanya terasa berat untuk dibuka.

“Bilqis, badanmu panas. Demam, ya?” itu suara Mbak Astri. Bilqis tidak menjawab.

Tak lama, bilqis merasa ada sesuatu yang dingin menempel di keningnya. Mbak Astri mengompresnya. Ia pun kembali tidur.

Siang harinya, Mbak Astri membangunkan Bilqis.

“Dek, bangun, ya! Makan dulu,” ujar Mbak Astri sambil mengusap kepala Bilqis. Bilqis merasa agak baikan. Ia mengangguk pelan dan membuka matanya.

“Adiknya Kak Hafiz sudah sembuh, belum?” tanya Kak Hafiz yang tiba-

tiba muncul dari balik pintu kamar.

“Pasti mau nyuruh lagi, kan?” tebak Bilqis sambil cemberut.

“He he he. Habisnya adik Kak Hafiz ini selalu bisa diandalkan, sih.” Kak Hafiz mengelus kepala Bilqis.

“Ayo, Kak Hafiz, sekarang gantian, dong. Ambilkan Bilqis makanan,” usul Mbak Astri sambil mengedipkan sebelah mtatanya pada Bilqis.

Eh, Kak Hafiz langsung keluar kamar. Tak lama, ia masuk lagi dengan piring di tangannya. Wah, Bilqis senang melihatnya.

“Ini untuk adik tersayang. Cepat sehat, ya.” Ujar Kak Hafiz tulus. Bilqis terharu mendengarnya. Ia menyesal sempat kesal kemarin pada Mbak Astri dan Kak Hafiz.

“Maafkan Bilqis, ya, Mbak Astri, Kak Hafiz.” Bisik Bilqis.

“Enggak apa-apa, Sayang. Maafkan Mbak juga, ya.”

“duh, kok pada mellow, sih? Kak hafiz jadi mau nangis, nih... Hu hu hu...,” canda Kak Hafiz.

Mbak Astri dan Bilqis tertawa bersamaan. Hmm, kalau Bilqis ditanya

sekarang, apa enaknya menjadi anak bungsu? Bilqis akan jawab, “Sangat enak,

lho, menjadi adik bungsu mbak Astri dan kak Hafiz.”

(Di kutip dari : Bobo no. 22 / XLIII, 2015 halaman 46-47)

Berdasarkan cerita di atas, jawablah pertanyaan-pertanyaan di bawah ini!

1. Apakah tema dari cerita Apa Enaknya menjadi Bungsu?

2. Sebutkan tokoh-tokoh beserta watakdalam cerita Apa Enaknya menjadi Bungsu!

3. Sebutkan latar atau setting dalam cerita Apa Enaknya menjadi Bungsu! 4. Bagaimanakah amanat yang terkandung dalam cerita Apa Enaknya menjadi

Bungsu?

5. Apakah kalian setuju dengan sifat Bilqis yang benci menjadi anak bungsu? Berikan alasanmu!

6. Mengapa Bilqis mengeluh dan merasa nasibnya berbeda dengan Diah?

7. Menurut pendapatmu, apakah sikap Bilqis, Mbak Astri dan kak Hafiz dapat diteladani oleh para pelajar di tanah air?

8. Apakah menurut kalian cerita Apa Enaknya menjadi Bungsu itu menarik? Jelaskan beserta alasannya!

9. Apakah cerita Apa Enaknya menjadi Bungsu itu baik/buruk untuk diteladani oleh para pelajar di tanah air? Jelaskan beserta alasannya!

10. Apakah cerita Apa Enaknya menjadi Bungsu sesuai/tidak sesuai untuk dibaca kalangan pelajar seperti kalian? Berikan alasanmu!

Lampiran 9 Kisi-Kisi Instrumen Tes Kemampuan Membaca Pemahaman

Dokumen terkait