• Tidak ada hasil yang ditemukan

kerjasama dan keramahan selama penelitian.

16.Adik-adik mahasiswa Unkhair dan Muhammadiyah atas bantuan dan kerjasama selama penelitian.

17.Pak Maikel, Bu Trias, Pak Yan, Kuncup dan mbak Rahmi atas bantuan dan dukungan sangat berarti selama masa penulisan tesis.

18.Rekan-rekan dan saudara-saudara yang namanya tidak bisa disebutkan satu persatu atas dukungannya selama ini.

Akhir kata segala kerendahan hati penulis berharap agar tesis ini dapat memberikan informasi yang bermanfaat bagi yang membutuhkan.

Amin, Insyaallah

. Bogor, Juli 2007 Wirda Az Umagap

© Hak Cipta milik IPB, Tahun 2007 Hak Cipta dilindungi undang-undang

1. Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis tanpa mencantumkan atau menyebutkan sumber

a. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik atau tinjaun suatu masalah

b. Pengutipan tidak merugikan kepentingan yang wajar IPB

2. Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis dalam bentuk apapun tanpa izin IPB.

DAFTAR ISI

Halaman DAFTAR TABEL ... x DAFTAR GAMBAR ... xi DAFTAR LAMPIRAN ... xii

PENDAHULUAN ... 1 Latar Belakang ... 1 Rumusan masalah ... 2 Tujuan Penelitian ... 3 Manfaat Penelitian ... 3 TINJAUAN PUSTAKA ... 4

Bioekologi Burung Seriti (Collocalia esculenta) ... 4 Perilaku ... 8

Sarang Burung Seriti (Collocalia esculenta) ... 8 Pemanfaatan Sarang Burung Seriti ... 11 KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN ... 12 Letak Geografis dan Fisik Wilayah ... 12 METODE PENELITIAN ... 15 Lokasi dan Waktu Penelitian ... 15 Alat dan Bahan Penelitian ... 15 Tahapan Penelitian ... 15 Studi Pustaka ... 15 Survey (menjajaki lapangan) ... 15 Pengumpulan Data ... 16 Sarang burung seriti (Collocalia esculenta) ... 16 Perilaku ... 18 Analisis Data ... 18 HASIL DAN PEMBAHASAN ... 21 Hasil ... 21 Sarang Burung Seriti (Collocalia esculenta) ....………. 21 Peletakkan dan Jumlah Sarang Seriti ... 21 Struktur dan Bentuk Sarang Seriti ... 23 Jenis Bahan Penyusun Sarang Seriti ... 25 Perilaku Bersarang Burung seriti (Collocalia esculenta) ... 28 Pembahasan .………... 32 Sarang Burung Seriti (Collocalia esculenta) .………. 32 Peletakkan dan Jumlah Sarang Seriti .……… 32 Struktur dan Bentuk Sarang Seriti …………... 35 Jenis Bahan Penyusun Sarang Burung Seriti ... 36 Perilaku Bersarang Burung Seriti (Collocalia esculenta) ... 37 SIMPULAN DAN SARAN ... 39 Kesimpulan ... 39 Saran ... 39

x

DAFTAR TABEL

Halaman 1. Jumlah sarang di lokasi jembatan dan gua di Pulau Bacan ... 21 2. Ukuran fisik sarang mangkok di lokasi jembatan dan gua di

Kabupaten Halmahera Selatan ... 23 3. Ukuran fisik sarang pojok di lokasi jembatan di Pulau Bacan ... 23 4. Jenis bahan penyusun sarang seriti di jembatan I dan jembatan II di

Pulau Bacan ... 25 5. Jenis bahan penyusun sarang seriti di gua I dan gua II di

Pulau Kasiruta (Ruta) ... 26 6. Jenis bahan penyusun sarang seriti di lokasi jembatan dan gua di

Kabupaten Halmahera Selatan ... 27 7. Aktivitas burung seriti bersarang pagi hari di jembatan

Pulau Bacan ... 30 8. Aktivitas burung seriti bersarang siang hari di jembatan

Pulau Bacan ... 30 9. Aktivitas burung seriti bersarang sore hari di jembatan

Pulau Bacan ... 30 10. Aktivitas burung seriti bersarang pagi hari di gua Pulau

Kasiruta (Ruta) ... 31 11. Aktivitas burung seriti bersarang siang hari di gua Pulau

Kasiruta (Ruta) ... 31 12. Aktivitas burung seriti bersarang sore hari di gua Pulau

xi

DAFTAR GAMBAR

Halaman 1. Burung seriti (Collocalia esculenta) ... 5 2. Sarang burung seriti (Collocalia esculenta) ... 9 3. Peta Provinsi Maluku Utara ... 14 4. Peta Pulau Bacan Kabupaten Halmahera Selatan ... 14 5. Pemetakkan di lokasi jembatan dan gua ... 16 6. Pengukuran sarang seriti ... 17 7. Bentuk sarang seriti ... 17 8. Sarang mangkok di lokasi jembatan dan gua ... 24 9. Sarang pojok di lokasi jembatan I dan jembatan II ... 25 10. Jenis bahan penyusun sarang dan air liur seriti ... 28

xii

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman 1. Perhitungan penyebaran sarang di lokasi jembatan I Pulau Bacan ... 43 2. Perhitungan penyebaran sarang di lokasi jembatan II Pulau Bacan ... 45 3. Perhitungan penyebaran sarang di lokasi gua I Pulau Kasiruta

(Ruta) ... 47 4. Perhitungan penyebaran sarang di lokasi gua II Pulau Kasiruta

(Ruta) ... 50 5. Ukuran fisik sarang mangkok di lokasi jembatan I Pulau Bacan ... 53 6. Ukuran fisik sarang mangkok di lokasi jembatan II Pulau Bacan ... 54 7. Ukuran fisik sarang pojok di lokasi jembatan I Pulau Bacan ... 55 8. Ukuran fisik sarang pojok di lokasi jembatan II Pulau Bacan ... 56 9. Ukuran fisik sarang mangkok di lokasi gua I Pulau Kasiruta (Ruta) ... 57 10. Ukuran fisik sarang mangkok di lokasi gua II Pulau Kasiruta (Ruta)... 59 11. Ukuran fisik sarang di lokasi jembatan I Pulau Bacan ... 61 12. Ukuran fisik sarang di lokasi jembatan II Pulau Bacan ... 62 13. Ukuran fisik sarang di lokasi gua I Pulau Kasiruta (Ruta) ... 63 14. Ukuran fisik sarang di lokasi gua II Pulau Kasiruta (Ruta) ... 65 15. Jenis-jenis bahan penyusun sarang seriti di lokasi jembatan dan gua

Kabupaten Halmahera selatan ... 67 16. Kunci identifikasi kelompok jenis bahan penyusun sarang sebagai

kelompok tumbuhan (lumut, rumput dan serpihan daun) ... 68

17. Ukuran fisik lokasi sarang, suhu dan kelembaban di jembatan dan gua di Kabupaten Halmahera Selatan ... 69 18. Pengukuran fisik lokasi sarang burung seriti di jembatan I dan

Jembatan II di Pulau Bacan ... 69 19. Pengukuran fisik lokasi sarang burung seriti di gua I dan gua II di

Pulau Kasiruta (Ruta) ... 70 20. Perilaku bersarang burung seriti di lokasi jembatan Pulau Bacan ... 71 21. Perilaku bersarang burung seriti di lokasi gua Pulau Kasiruta (Ruta) .... 71 22. Gambar lokasi penelitian di jembatan I, jembatan II, gua I dan gua II

di Kabupaten Halmahera Selatan ……… 72

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang.

Indonesia merupakan negara tropis yang memiliki kekayaan alam hayati berupa flora dan fauna yang melimpah. Kekayaan alam tersebut sepantasnya mendapatkan perhatian sebagai bahan kajian ilmu pengetahuan dan untuk usaha pelestarian.

Salah satu jenis burung yang sudah dikenal oleh masyarakat di Kabupaten Halmahera Selatan adalah jenis burung seriti (Collocalia esculenta). Burung ini dikenal karena menghasilkan sarang yang berkhasiat bagi kesehatan manusia dan mempunyai nilai ekonomis. Pada umumnya sarang burung seriti terbuat dari bahan-bahan berupa tumbuh-tumbuhan yang bermacam-macam seperti rumput-rumputan, lumut, ijuk, daun cemara, daun pinus dan bahan- bahan lainnya yang direkatkan dengan air liur (saliva). Kandungan air liur pada sarang seriti sekitar (5-10%), tetapi sangat berharga dan mudah diperoleh.

Harga jual sarang burung seriti yang relatif tinggi mendorong minat masyarakat untuk memanfaatkannya. Pemanenan dan pascapanen sarang burung seriti di Kabupaten Halmahera Selatan masih bersifat tradisional dengan memanfaatkan tempat bangunan atau rumah sebagai tempat budidaya sarang seriti. Sarang seriti dapat dikonsumsi oleh masyarakat dan dipercaya berkhasiat bagi kesehatan.

Burung seriti memiliki perilaku yang sangat khas dan unik sebagai aktivitas di dalam kehidupanya sehari-hari. Bersarang merupakan salah satu perilaku burung seriti dalam membuat sarang sebagai tempat untuk beristirahat, berkembangbiak, dan merawat anak-anaknya.

Habitat hidup burung seriti adalah di gua-gua di daerah pantai karang dan beberapa daerah pegunungan kapur. Ada juga ditemukan di bawah jembatan dan bangunan rumah penduduk. Tempat yang disukai seriti adalah tempat yang tenang, belum tercemar polusi udara dengan suhu 24ºC - 30ºC dan kelembaban 60% - 80%.

Sebagai salah satu kekayaan fauna Indonesia dan sumber komoditi potensial, burung seriti dirasakan masih sangat kurang diminati dan dimanfaatkan sebagai bahan kajian ilmiah oleh kalangan ilmuwan atau peneliti terutama pada pengolahan sarang burung seriti baik itu secara tradisional maupun moderen. Pemanfaatan dan pengembangan lokasi untuk tempat bersarang burung seriti di Kabupaten Halmahera Selatan belum pernah dilaporkan.

Kebupaten Halmahera Selatan merupakan daerah pemekaran Provinsi Maluku Utara yang terdiri atas beberapa pulau diantaranya adalah Pulau Bacan, Kecamatan Bacan Timur, Pulau Kasiruta (Ruta), Pulau Obi, Pulau Makian, Pulau Kayoa, Pulau Mandioli, Kecamatan Gane Timur, dan Kecamatan Gane Barat (BAPPEDA KABHALSEL 2007). Pulau Bacan dan Pulau Kasiruta (Ruta) mempunyai lereng gunung dengan hamparan hutan- hutan luas berfungsi sebagai daerah tangkapan air (sungai-sungai) yang besar sangat penting bagi masyarakat di Kabupaten Halmahera Selatan (FAO 1982h dalam Sujatnika et al., 1995). Pada daerah ini terdapat bermacam-macam jenis burung diantaranya jenis burung seriti (Collocalia esculenta) yang dijadikan sebagai objek penelitian. Burung seriti ini umumnya membuat sarang dan berkembangbiak pada tempat-tempat di Kabupaten Halmahera Selatan.

B. Rumusan Masalah

Data mengenai kondisi tempat bersarang, jenis bahan sarang dan pemanfaatan tempat bersarang burung seriti sebagai tempat yang baik untuk burung seriti membuat sarang di Kabupaten Halmahera Selatan belum banyak diketahui. Pengetahuan masyarakat mengenai pengolahan tempat bersarang burung seriti sebagai tempat budidaya di Kabupaten Halmahera Selatan masih kurang. Pada umumnya sebagian masyarakat di Kabupaten Halmahera Selatan menjual sarang burung seriti untuk menunjang kebutuhan ekonomi mereka, dimana proses pemanenan dan pascapanen sarang burung seriti masih dilakukan secara tradisional.

burung seriti untuk pembudidayaan secara optimal. Demikian itu masih banyak diperlukan penelitian-penelitian dasar yang dapat memberikan data ekologis. Selain itu hasil dari penelitian ini diharapkan dapat menjadi data dasar bagi peneliti untuk melanjutkannya.

C. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui :

1. Beberapa bentuk dan jenis bahan sarang burung seriti di lokasi jembatan dan gua di Kabupaten Halmahera Selatan.

2. Perilaku bersarang burung seriti di lokasi jembatan dan gua di Kabupaten Halmahera Selatan.

D. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi mengenai perbedaan jenis bahan dan bentuk sarang burung seriti sebagai akibat adanya perbedaan lokasi dan dapat mengelola kawasan tersebut agar kelestarian sarang burung seriti tetap terjaga, serta perkembangan populasi burung seriti pun tetap dipertahankan. Terutama mengenai pemanfaatan tempat sarang burung seriti sebagai tempat budidaya bagi masyarakat di Kabupaten Halmahera Selatan.

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Bioekologi Burung Seriti. 1. Klasifikasi dan Morfologi.

Menurut Peterson (2005) klasifikasi burung Seriti dapat diklasifikasikan dalam Taksonomi adalah:

Kingdom : Animalia Phylum : Chordata Subpylum : Vertebrata Class : Aves Orde : Apodiformes Family : Apodidae Subfamily : Apodinae Genus : Collocalia

Spesies : Collocalia esculenta

Burung seriti (Collocalia esculenta) termasuk famili Apodidae (Yunani : a = tidak ; podos – kaki), dan sering disebut juga white – bellied swiftlet

(burung seriti berdada/perut putih) (Lack 1956 ; Bryant dan Hails 1983). Menurut tim penulis Penerbit Swadaya (1992) genus Collocalia sp terdiri atas 6 spesies yaitu Collocalia gigas (walet besar), Collocalia maxima (walet sarang hitam), Collocalia fuciphaga (walet putih), Collocalia brevirostris

(walet gunung), Collocalia vanikorensis (walet sarang lumut), dan Collocalia esculenta (walet sapi/seriti). Burung ini membuat sarang dari bahan tumbuh- tumbuhan seperti rumput-rumputan, lumut, ijuk dan bahan-bahan lainnya yang direkatkan dengan saliva (air liur) (Tompkins dan Clayton 1999).

Burung seriti tidak menggunakan sistem ekholokasi karena burung seriti dapat menemukan sarang dengan penglihatannya yang tajam (Adiwibawa 2000). Sistem ekholokasi adalah suatu sistem yang digunakan oleh burung untuk mengenal keadaan lingkungan suatu tempat (terutama dalam keadaan gelap), dengan mengeluarkan suara putus-putus berfrekuensi tertentu dan kemudian menangkap kembali pantulan suara itu dengan telinganya, untuk

menentukan jarak dan arah dari benda yang memantulkan (Adiwibawa 2000; Price et al., 2004)

Menurut Whendrato et al., (1989) burung seriti merupakan jenis burung pemakan serangga terbang, biasanya burung ini menangkap serangga sebagai makanannya sambil berterbangan diatas rerumputan, pepohonan, atau diatas perairan dan cara menangkapnya sambil terbang. Serangga yang bermanfaat bagi burung seriti sebagai pakan adalah jenis serangga terbang, berukuran tubuh kecil, dan berkulit lunak.

Burung seriti mempunyai warna bulu bagian atas berwarna gelap atau hitam kehijau-hijauan atau kebiru-biruan dan bagian perut berwarna putih, bentuk ekor sedikit bercelah tidak dalam dan pendek, terbangnya cepat hingga mencapai 150 km/jam dengan ukuran tubuh sedang/kecil sekitar 9-15 cm sedangkan ukuran dewasa hanya berkisar 10-16 cm dan ukuran paruh kecil agak melengkung berwarna gelap, serta sayap berbentuk sabit yang sempit dan

runcing sangat kuat (Coates dan Bishop 2000; Mackinnon et al., 1993).

Menurut Holmes dan Phillips (1999) bentuk mata seriti bulat dan cekung pita- tunggir lebih pucat tidak jelas dan warnanya abu-abu agak gelap. Burung ini memiliki kaki yang kecil dan lemah, serta berkuku kecil dan runcing digunakan untuk hinggap pada waktu burung seriti istirahat dalam posisi menggantung di sarang (BPRSB 1979). Seriti memiliki 2 butir telur berwarna putih dan bulat pendek agak lonjong (Abeng 2004).

2. Penyebaran

Burung seriti (Collocalia esculenta) tersebar di beberapa daerah diantaranya wilayah Peninsular, Malaysia, Thailand, Archiplago, Andaman, Pulau Nicobar, Philipina, Irlandia baru, Roma, di Indonesia : Sumatra, Pulau Nias, Pulau Batu dan Pulau Mentawai, Sumbawa, Flores, Sumba, Damar, Wetar, dan Alor, Sulawesi Selatan, Banggai, Sulawesi utara, Sangihe, Papua Nugini, Maluku Selatan, Kai, Ambon, Pulau Roti, dan juga burung seriti ini tersebar di Maluku Utara: Ternate, Tidore, Obi, Pulau Sula, Halmahera, Kasiruta dan Bacan. (Chantler 2000 ; Coates dan Bishop 2000 ; Palliser 2001).

3. Habitat

Menurut Soetjipta (1993) habitat merupakan tempat dengan setiap unit kehidupan yang berada didalamnya mampu melakukan aktivitas hidup dan mengalami interaksi dengan lingkungannya. Hal ini disebabkan karena hewan mempunyai kemampuan hidup, tumbuh dan berkembang pada kondisi lingkungan yang sesuai. Berdasarkan fungsinya, habitat burung seriti terbagi atas habitat untuk mencari makan (feeding habitat), habitat untuk beristirahat (rosting habitat) dan habitat untuk berbiak (nesting habitat) (Marzuki et al. 2002). Habitat burung seriti untuk beristirahat dan berbiak yaitu di dalam gua, di pemukiman penduduk dan di bawah jembatan, sedangkan habitat burung seriti untuk mencari makan yaitu padang rumput, persawahan, perladangan, perkebunan, hutan, dan daerah perairan (Djana 2004).

Setiap mahluk hidup membutuhkan tempat untuk kelangsungan hidupnya dalam mencari makan, bercengkerama, berlindung dan berkembangbiak (Yunanto 2004a). Pada umumnya mencari daerah yang potensial diperlukan pengetahuan tentang lingkungan ideal untuk seriti. Berikut ini dua faktor lingkungan yaitu: habitat makro (kondisi di luar tempat bersarang) faktor yang mempengaruhinya adalah faktor makanan, hunian, air, ketinggian tempat, keamanan dan musim, sedangkan habitat mikro (kondisi di dalam tempat bersarang) faktor yang mempengaruhinya adalah kelembaban, suhu, aroma,

cahaya, juga sangat mempengaruhi perkembangbiakan seriti (Whendrato et

Burung seriti menyukai daerah lembab dan basah, dan tersedia pakan yang berlimpah sehingga memberikan perkembangan populasi seriti lebih banyak, serta kurang menyukai daerah yang terlalu dingin karena dapat memperlambat perkembangan populasi seriti (Yamin dan Sukma 2002). Burung ini lebih banyak memilih hidup pada daerah yang bersuhu 24-30ºC dan kelembaban ideal 60-80 %, serta cahaya yang dibutuhkan tidak terlalu terang atau gelap disebut habitat mikro (Yamin dan Hartono 2002). Kelembaban dan suhu juga sangat berpengaruh pada perilaku kawin, produksi sarang, kwalitas sarang, penetasan telur dan perkembangan kesehatan seriti itu sendiri (Yunanto 2004b).

Menurut Whendrato et al., (1989) kawasan dimana seriti berkeliaran berburu mangsa atau serangga sebagai makanannya disebut habitat makro. Kawasan yang dipilih sebagai habitat makro adalah padang rumput, persawahan, perladangan, perkebunan, hutan dan daerah perairan yang selalu terdapat serangga terbang, baik yang terdapat di dataran rendah dengan ketinggian sekitar 500 m dpl - 1000 m dpl maupun diatas 500 m dpl - 1000 m dpl. Habitat mikro burung seriti adalah rumah penduduk, di bawah jembatan, dan gua-gua.

Gua merupakan tempat hidup burung seriti yang mencakup ruangan- ruangan kecil misalnya rekah-rekahan dan celah-celah yang biasa terdapat dalam batu gamping. Seriti membuat sarang di dinding gua yang kering dan menjorok kedalam berbentuk lubang, selain untuk menyembunyikan diri, hal tersebut juga merupakan suatu usaha untuk menghindarkan diri dari terjangan air yang terkadang meluap sampai keatap gua (Ko 1986). Pada dinding gua yang basah, sarang yang terbentuk kurang kuat, lembek dan lekas berubah warna dari putih menjadi kecoklatan (BPRSB 1979).

Di bawah jembatan tempat hidup burung seriti memiliki suhu rendah (sekitar 23°C) atau pada suhu tinggi (sekitar 26°C) yang stabil dan tidak memerlukan kelembaban yang sangat tinggi. Di bawah jembatan juga terdapat sungai kecil yang mengalir keluar. Terdapat ruangan yang terbuat dari kayu merupakan sirip tempat burung seriti meletakkan sarang dan sirip-sirip

B. Perilaku.

Menurut Soetjipta (1993) perilaku hewan sebagai usaha adaptasi hewan terhadap perubahan lingkungan sehingga hewan tersebut dapat tetap hidup dan berkembangbiak. Perilaku merupakan kegiatan teramati pada suatu mahluk hidup dalam menjalani hidupnya yang seringkali beradaptasi terhadap lingkungan.

Pasangan seriti jantan dan betina akan saling bergantian mengoles air liurnya sedikit demi sedikit ke sarang yang berada di dinding tempat meletakkan sarang (Budiman 2002a). Seriti dapat membuat sarang sepanjang tahun tanpa berhenti. Namun sarang yang dibuat di luar musim berbiak berukuran lebih kecil dibandingkan sarang yang dibuat pada musim berbiak. Pada saat musim berbiak waktu yang dibutuhkan untuk membuat sarang adalah 40 hari, sedangkan di luar musim berbiak lamanya pembuatan sarang adalah 80 hari karena produksi air liur seriti sedikit (BPRSB 1979).

Musim berbiak seriti banyak ditandai dengan adanya sekawanan seriti yang saling berkejaran, secara alami seriti akan memilih musim kawin dan berbiak menjelang musim hujan, hal ini berkaitan dengan melimpahnya makanan (Marzuki et al., 2002). Selang waktu 5-8 hari seriti betina mulai bertelur, sampai telur berjumlah 2 butir, selanjutnya pasangan seriti akan saling bergantian untuk mengerami telur-telur tersebut selama 21-24 hari, setelah itu anak seriti yang baru menetas akan disuapi oleh induknya selama 45 hari, kemudian anak-anak seriti ini dapat terbang dan mencari makan sendiri (BPRSB 1979).

C. Sarang Burung Seriti (Collocalia esculenta) 1. Kriteria Sarang

Kriteria sarang seriti menurut Djana (2004) adalah : a. Sarang dibuat oleh pasangan seriti (jantan dan betina) b. Sarang seriti direkatkan dengan air liur (saliva)

c. Sarang seriti menempel pada bidang vertikal dan horisontal.

d. Sarang seriti terbuat dari beberapa jenis tumbuhan seperti lumut, rumput, ijuk, daun cemara, pinus, dan jenis tumbuhan lainnya.

Gambar 2. Sarang Seriti (Collocalia esculenta) Keterangan : Bar = 2 cm

2. Peletakkan sarang

Pada umumnya sarang seriti menempel pada suatu bidang vertikal, misalnya pada sirip kayu dan menempel di celah-celah batu pada dinding gua. Tempat membuat sarang dapat ditentukan oleh jantan, betina ataupun keduanya dan sarang seriti dibuat oleh pasangan seriti (Taslim 2002).

Menurut Whendrato et al., (1989) tempat yang dipilih seriti untuk menempelkan sarang yaitu tidak terkena air hujan, dan tempat yang suhu dan kelembabannya stabil, tidak licin dan mengkilap, berwarna kotor dan agak lembab, dinding kasar atau guratan-guratan pada dinding, terlindungi dari hembusan angin kencang. Tempat peletakkan dan meletakkan sarang seriti mempunyai ciri-ciri diantaranya adalah seriti berjejeran di dekat sarang yang sudah ada, membentuk kumpulan sarang baik ke kiri-kanan, kadang ke atas dan ke bawah mengelompok pada koloninya, pada tonjolan dan lubang dinding yang terdapat tumpuan mendatar sehingga sarang dapat dengan mudah diletakkan tergantung pada ujung atau bendolan (Whendrato et al., 1989).

3. Pembuatan dan bentuk Sarang.

Sarang seriti dibuat dari air liurnya (saliva) yang kemudian menjadi keras. Perubahan warna sarang yang terbuat dari air liur adalah akibat pengaruh

mencemarinya (Adiwibawa 2000). Keadaan iklim dapat mempengaruhi awal pembuatan sarang. Burung seriti memilih tempat untuk membuat sarang pada tempat yang suhu dan kelembabannya stabil dan tempat yang mudah menempeli sarang.

Dalam bersarang, burung seriti membutuhkan waktu lebih lama karena mencari bahan rumput-rumputan kering. Hal ini membutuhkan waktu kira-kira 60-70 hari tergantung musim kemarau atau penghujan.

Bentuk sarang seriti yaitu ada yang berbentuk mangkok dan pojok tergantung dari tempat seriti melekatkan sarang (Whendrato et al., 1989). Sarang seriti ada yang berbentuk seperti mangkok dibelah dua apabila melekat pada tengah-tengah sirip dan ada yang dibelah empat atau tiga apabila melekat di sudut sirip.

4. Bahan Penyusun Sarang

Sarang seriti terbuat dari bahan dasar berupa serabut memanjang yang diambil dari alam. Bahan dasar tersebut berupa tumbuh-tumbuhan, misalnya rumput, bunga rumput, daun pohon cemara (Casuarina equisetifolia), tangkai daun berjari, serat kelapa, ijuk, bunga tebu, lumut, mahkota bunga, tulang daun dari pohon flamboyan (Delonix regia) dan daun pinus (Soehartono dan Mardiastuti 2003). Bahan dasar sarang burung seriti bisa juga dari hewan atau bahan buatan manusia, misalnya bulu seriti atau tali rafia yang direkatkan dengan air liur. Bahan-bahan tersebut diambil sambil terbang saat bahan tersebut melayang tertiup angin atau masih melekat pada sesuatu (ranting pohon atau yang lainnya) yang mudah diambil (Adiwibawa 2000).

Menurut Nugroho (1996) sarang burung seriti terdiri dari bahan rumput kering yang dilumuri oleh air liur kira-kira sebesar 15% dan kadang-kadang sedikit bulu. Menurut Alikodra (1989) lumut, lumut kerak, dan ranting-ranting direkatkan dengan air liur sebagai perekat bahan-bahan pembentuk sarang seriti.

Persentase berat liur kering sarang burung seriti tergantung pada jenis serat yang dipakai dan susunan bahan dasar sarang seriti. Berat liur kering dapat mencapai sekitar 60 % dari berat total sarang (Djana 2004).

D. Pemanfaatan Sarang Burung Seriti.

Data mengenai produksi sarang seriti (Collocalia esculenta) hingga kini belum tersedia. Perlu di ingat bahwa tidak semua sarang seriti tersebut memiliki nilai komersial karena tergantung bahan sarang yang di pakai, saat ini hanya sarang dari jenis bahan pinus Pinus merkusii yang bernilai karena adanya kesulitan dalam proses pemisahan material tumbuhan dari air liur seriti (Soehartono dan Mardiastuti 2003). Sarang seriti yang sudah di panen dapat dikelola dengan baik karena adanya temuan teknologi yang mudah memisahkan air liur dari bahan sarang dan hingga kini hanya sedikit perusahan pembersih sarang di Indonesia yang mampu memproses sarang seriti (Soehartono dan Mardiastuti 2003).

Burung seriti sangat mudah beradaptasi dan toleran terhadap lingkungan manusia, sehingga mudah ditemukan. Bila dibandingkan dengan sarang walet, sarang seriti mempunyai nilai jual lebih rendah yaitu Rp 250.000 sampai Rp 300.000/kilogram. Harga sarang seriti di daerah Kabupaten Halmahera Selatan merupakan nilai yang sangat komersial untuk di jual keluar kota dan mudah terjual ke daerah yang dapat mengelola sarang burung seriti.

Pada umumnya sebagian masyarakat banyak yang menginginkan sarang seriti untuk kebutuhan ekonomi mereka. Sarang seriti yang di jual sangat bermanfaat, serta dapat dikonsumsi oleh masyarakat dan dipercaya berkhasiat bagi kesehatan diantaranya berupa obat-obatan seperti obat sakit pernapasan,

Dokumen terkait