• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II LANDASAN TEORI

2.3 Integrasi Basis Data

2.3.1 Evolusi Integrasi Basis data

Banyaknya tipe dalam integrasi basis data pada dasarnya berkembang melalui proses evolusi yang alamiah sesuai dengan perkembangan basis data itu sendiri. Pada mulanya permasalahan utama adalah bagaimana mengintegrasikan data yang tersedia dalam beberapa basis data relational yang berbeda. Konsep tentang hal ini disebut dengan istilah multidatabase. Namun dalam perkembangannya, data tidak hanya tersimpan dalam basis data relational namun juga dalam basis data berorientasi objek maupun basis data model lainnya, sehingga muncul istilah federated database, yaitu suatu konsep dalam integrasi basis data yang berusaha mengintegrasikan basis data dengan model data yang berbeda-beda. Perkembangan internet serta infrastrukturnya yang pesat mengakibatkan pertumbuhan sumber-sumber informasi secara revolusioner. Data tidak hanya tersimpan dalam suatu DBMS namun juga tersimpan dalam suatu dokumen seperti XML, EDI, serta file teks. Kemudian muncul istilah sistem mediator (mediator system), konsep ini pada dasarnya sama dengan federated database , namun Sistem Mediator lebih ditekankan pada integrasi data secara read-only (akses kesumber data hanya diijinkan secara read-only). Hal ini sesuai dengan perkembangan internet saat ini, dimana banyak terdapat sumber data yang hanya dapat diakses secara read-only. Jenis lain integrasi basis data yaitu data

warehouse, sistem ini menyediakan suatu gudang data baru yang dikumpulkan dari bermacam-macam basis data, dan biasanya untuk managemen sistem pendukung keputusan.

2.3.2 Menurut Karl Aberer (2002) pendekatan dalam integrasi basis data dapat dibagi menjadi empat, yaitu :

1. Multidatabase

Tujuan utama, konsep multidatabase adalah untuk menyatukan akses ke beberapa basis data relational yang berbeda. Dalam multidatabase ini skema dari masing- masing komponen basis data masih dipertahankan. Komponen basis data merupakan sumber basis data yang diintegrasikan. Setiap query yang dilakukan akan diquery ulang sesuai dengan masing-masing komponen basis data. Salah satu cirinya adalah multidatabase tidak menghilangkan perbedaan skema untuk masing-masing komponen basis data. Skema dari fungsi basis data, yaitu dengan menambahkan suatu awalan ke setiap nama tabel.

2. Federated database

Federated basis data merupakan perkembangan dari multidatabase. Perbedaan utama dari multidatabase adalah bahwa sistem multidatabase hanya mampu mengintegrasikan basis data model relational, sedangkan federated database mampu mengintegrasikan basis data dengan model yang berbeda-beda . Dalam melakukan proses mapping data dari komponen basis data ke basis data yang terintegrasi,

skema federated database disusun dalam 5 lapis (layer). Lapisan pertama dari federated database ini berupa sumber data yang akan diintegrasikan. Lapisan kedua digunakan untuk mengatasi perbedaan data model antar komponen basis data yaitu dengan menyediakan suatu export schema yang dibuat dalam satu data model yang sama. Lapisan ketiga adalah import skema, lapisan ini menyediakan data apa saja yang digunakan dari komponen basis data. Import schema hanya dapat memilih informasi dari export schema. Pada lapisan keempat semua data yang sudah didefinisikan pada import schema disatukan, dengan tujuan untuk memberi satu kesatuan antar pengguna. Gambar II.4 menunjukan bagaimana arsistektur dari federated database (Aberer, 2002).

3. Sistem Mediator (Mediator System)

Istilah mediator pertama kali diperkenalkan oleh Wiederhold dan mulai saat ini banyak digunakan dalam berbagai publikasi yang berhubungan dengan integrasi data. Sejak pertama kali digunakan Sistem Mediator menyerupai federated database. Namun secara umum, Sistem Mediator merupakan suatu middle layer yang menjadi perantara antara pengguna dengan sumber-sumber data yang hanya dapat diakses secara read-only. Gambar II.5 menunjukan bagaimana arsistektur sistem mediator (Kutche, 1999).

Gambar II.5 Arsistektur dari Sistem Mediator

Objek mediator merupakan inti dari sistem karena pada bagian inilah semua proses dilakukan. Objek ini dibuat dalam bentuk aplikasi dengan ekstensi dll. Sehingga bisa digunakan kembali berbagai macam

apikasi, baik berbasis web maupun tidak. Berikut ini daftar property dan method objek mediator yang dapat diakses oleh aplikasi luar :

1) Property SqlString

Merupakan variabel untuk menyimpan suatu query tipe data String.

2) Property RecordCount

Merupakan variabel untuk menyimpan jumalah record yang dihasilkan dari suatu query, tipe data long.

3) Method Load

Merupakan fungsi untuk mengambil data dari suatu file setting yang dimasukan dalam parameter namafile. Fungsi ini akan menghasilkan nilai true bila berhasil melakukan loading file setting.

Sintaks :

Load (namafile as String) as boolean 4) Method execute SQL

Merupakan fungsi untuk melakukan eksekusi query. Fungsi ini mempunyai dua parameter, yaitu SqlString berisi string query yang akan dieksekusi. Parameter xslfile berisi path dari dokumen XSLT, yang dapat menampilkan dokumen XML ke halaman web. Parameter xslfile merupakan paremeter yang bersifat optional, sehingga dapat dikosongi bila tidak

diinginkan. Keluaran dari fungsi ini berupa string yang berisi dokumen XML.

Sintaks :

execute SQL (sqlString, [xslfile as String]) as String

4. Data Warehouse

Data warehouse merupakan suatu gudang data yang dikumpulkan dari bermacam-macam sumber data. Pada setiap query, data tidak diakses dari komponen basis data namun diambil dari satu basis data yang sudah terintegrasi yang dinamakan pusat data warehouse. Data warehause ini biasanya digunakan untuk proses-proses pengambilan keputusan serta penentuan strategi bisnis. Gambar II.6 menunjukan arsistektur dari data warehouse (Aberer, 2002).

Gambar II.6 Arsistektur Data Warehouse

2.3.3 Aspek dalam integrasi

Terdapat aspek penting yang sangat menentukan dalam melakukan integrasi basis data. Beberapa diantaranya adalah sebagai berikut :

1. Bottom-up vs. Top-down.

Dalam pendekatan top-down, pembuatan sistem dimulai dengan mengumpulkan informasi – informasi umum yang diperlukan. Kemudian dibuat sistem yang mampu mengakses informasi tersebut dari basis data-basis data yang tersedia, informasi yang diakses hanya yang diperlukan saja. Sedangkan pada pendekatan bottom-up pembuatan sistem dimulai dari sekumpulan basis data yang sudah tersedia, kemudian membuat satu sistem yang mampu mengakses informasi dari basis data-basis data tersebut secara seragam. Secara umum pendekatan dengan bottom-up akan lebih sulit dibuat.

2. Virtual vs. Materialized

Integrasi basis data berdasarkan ada tidaknya data. Pada layer integrasi dapat dibedakan menjadi dua, yaitu virtual integration dan materialized integration. Pada integrasi secara virtual data hanya ada secara sementara yaitu ketika hasil dari suatu query akan disampaikan ke pengguna. Setiap query yang dilakukan akan diquery ulang ke masing-masing komponen basis data. Kemudian hasilnya digabungkan dan disampaikan ke pengguna, sedangkan pada materialized intregration data yang diakses benar-benar tersedia pada level integrasi. Contoh dari materialized integration ini adalah data warehouse. Keuntungan dari materialized integration ini adalah query yang dilakukan ke sistem akan lebih cepat, sedangkan kerugiannya adalah memerlukan tempat penyimpanan data yang besar pada level

integrasi, selain itu untuk menjaga agar data tetap up-to-date juga memerlukan proses yang lebih rumit.

3. Read-only vs. Read-and-write

Berdasarkan diijinkan atau tidaknya basis data diupdate, integrasi basis data dapat dibedakan menjadi dua, yaitu read-only dan read-and-write. Write akses sering diabaikan dalam integrasi disebabkan oleh beberapa hal sebagai berikut :

• Beberapa data yang tesedia di web hanya mengijinkan akses secara read-only.

Update pada suatu skema yang sudah terintegrasi akan menyulitkan sistem dalam memilih komponen basis data mana yang akan diupdate.

Dokumen terkait