• Tidak ada hasil yang ditemukan

Integrasi Pasar CPO Internasional dan Pasar Minyak

VIII. INTEGRASI PASAR CPO DAN MINYAK GORENG

8.4 Integrasi Pasar CPO Internasional dan Pasar Minyak

panjang harga CPO internasional berpengaruh lebih besar daripada harga CPO domestik. Perubahan harga CPO internasional sebesar 1% menyebabkan perubahan harga minyak goreng sebesar 0.893%, sedangkan perubahan harga CPO domestik sebesar 1% hanya merubah harga minyak goreng sebesar 0.769%.

Menurut KPPU (2010), sebanyak 68% dari industri minyak goreng sawit terintegrasi dengan industri hulu dan pengolahan CPO. Dengan demikian sebagian besar perusahaan dalam industri minyak goreng dimiliki oleh perusahaan pengolahan CPO. Keterkaitan yang lebih kuat antara harga minyak goreng dengan harga CPO internasional secara tidak langsung mengindikasikan perilaku industri pengolahan CPO yang lebih mengutamakan ekspor CPO dibandingkan untuk memenuhi kebutuhan industri minyak goreng sawit.

8.4 Integrasi Pasar CPO Internasional dan Pasar Minyak Goreng Domestik

Analisis integrasi antara pasar CPO internasional dan pasar minyak goreng domestik perlu untuk dilakukan untuk melihat hubungan antara kedua pasar. Informasi yang diperoleh dapat digunakan sebagai salah satu bentuk peramalan harga.

8.4.1 Estimasi Model

Meskipun dalam jangka panjang terdapat keseimbangan antara harga CPO internasional dan harga minyak goreng domestik, namun dalam jangka pendek dimungkinkan adanya deviasi dari keseimbangan jangka jangka panjang sehingga

model VECM merupakan pendekatan yang tepat untuk menggambarkan integrasi pasar yang terjadi. Dalam model VECM, lag dari error yang diperoleh dari persamaan jangka panjang dimasukkan ke dalam model sebagai error correction term (ECT) yaitu variabel yang akan mengoreksi penyimpangan yang terjadi pada jangka pendek. Integrasi pasar CPO internasional dengan pasar minyak goreng domestik diestimasikan melalui model yang ditampilkan pada Tabel 21 berikut. Tabel 21 Model VECM integrasi pasar CPO internasional dan minyak

goreng

Variabel Endogen

Variabel Eksogen D(LMGDOM) D(LCPOINT)

ECT(-1) -0.140* 0.118 D(LMGDOM(-1)) -0.248* -0.320 D(LMGDOM(-2)) -0.204* -0.158 D(LCPOINT(-1)) 0.382* 0.434* D(LCPOINT(-2)) 0.130 0.145 R-squared 0.365 0.084

Keterangan : ECT(-1)= LMGDOM(-1) - 0.893*LCPOINT(-1)- 1.143

Tabel 21 diatas merupakan penyederhanaan dari hasil estimasi VECM yang ada pada lampiran 8. Dari tabel diatas dapat kita lihat jika dalam jangka pendek harga minyak goreng domestik secara signifikan dipengaruhi oleh harganya sendiri pada lag 1 dan 2 (harga minyak goreng 1 dan 2 bulan sebelumnya) serta harga CPO internasional 1 bulan sebelumnya. Koefisien ECT pada variabel harga minyak goreng domestik menunjukkan jika penyimpangan sebesar 1% dari keseimbangan jangka panjang akan dikoreksi sebesar 0.14% setiap bulannya menuju keseimbangannya kembali. Koefisien ECT untuk variabel harga minyak goreng domestik bertanda negatif dan signifikan yang berarti ada mekanisme koreksi yang berlangsung. Sebaliknya pada variabel harga CPO internasional variabel ECT tidak signifikan dan bertanda positif yang artinya penyimpangan yang terjadi tidak akan dikoreksi. Dengan demikian model yang valid untuk mengestimasi integrasi pasar CPO internasional dan pasar minyak goreng adalah : D(LMGDOM)t = -0.140*(LMGDOMt-1-0.893*LCPOINTt-1

- 0.248*D(LMGDOM) -1.143) t-1 - 0.204*D(LMGDOM) + 0.382*D(LCPOINT) t-2 t-1 +0.130*D(LCPOINT) t-2 ... (8.1)

8.4.2 Dampak Guncangan Harga CPO Internasional

Perubahan yang terjadi pada salah satu variabel dalam sistem VAR akan berpengaruh terhadap variabel yang lain. Analsis IRF (Impulse Response Function) adalah metode yang dapat digunakan untuk melacak dampak dari guncangan suatu variabel terhadap variabel lain dalam suatu sistem VAR sampai kurun waktu tertentu. Gambar 23 menampilkan hasil uji IRF untuk melihat dampak yang akan timbul jika terjadi guncangan (shock) pada harga CPO internasional. .00 .02 .04 .06 .08 2 4 6 8 10 12 14 16 18

Response of LMGDOM to LCPOINT

.00 .02 .04 .06 .08 2 4 6 8 10 12 14 16 18

Response of LCPOINT to LCPOINT Response to Cholesky One S.D. Innovations

Gambar 23 Dampak guncangan harga CPO internasional.

Pada bulan pertama setelah terjadi guncangan harga CPO Internasional, respon baru muncul dari harga CPO internasional sendiri, sementara harga minyak goreng domestik tidak langsung memberikan respon. Respon harga minyak goreng baru akan muncul setelah bulan ke-2 dan mencapai puncaknya setelah bulan ke-3. Dampak dari terjadinya guncangan berangsur-angsur hilang dan stabil kembali setelah bulan ke-10. Dampak guncangan tersebut pada harga minyak goreng tidak sebesar dampak yang muncul pada harga CPO internasional itu sendiri. Ketika terjadi guncangan harga CPO internasional sebesar 1 standar deviasi, maka dampak terbesar pada harga minyak goreng adalah sebesar 0.03 standar deviasi. Angka ini jauh lebih kecil dari dampak yang terjadi pada harganya sendiri yaitu sebesar 0.07 standar deviasi.

8.4.3 Analisis Transmisi Harga CPO Internasional dengan Harga Minyak Goreng Domestik

Transmisi harga yang berlangsung dalam integrasi pasar CPO Internasional dengan pasar minyak goreng domestik dilakukan dengan pendekatan ECM yang dikembangkan Taubadel (1998). Model ECM yang akan digunakan adalah persamaan yang diturunkan dari model VECM dari analisis sebelumnya yang kemudian dilakukan penyesuaian dengan menambahkan variabel eksogen tanpa lag. Dalam analisis ini digunakan persamaan (8.1) dimana variabel harga CPO internasional merupakan variabel eksogennya. Untuk menganalisis apakah transmisi berjalan simetris atau asimetris, variabel ECT disegmentasi menjadi ECT+ dan ECT- . ECT+ merupakan koreksi ketika terjadi deviasi positif atau penyimpangan yang menyebabkan harga minyak goreng domestik ‘lebih tinggi’ dari keseimbangan jangka panjang. Kondisi ini dapat terjadi ketika terjadi penurunan harga CPO internasional. Sebaliknya ECT- adalah variabel koreksi terhadap penyimpangan negatif, yaitu ketika terjadi kenaikan harga CPO internasional. Jika secara statistik koefisien kedua variabel ini berbeda nyata maka berarti transmisi berjalan asimetris, yaitu harga minyak goreng domestik memberikan respon yang berbeda terhadap kenaikan dan penurunan harga CPO internasional.

Tabel 22. Estimasi model ECM asimetris transmisi harga CPO internasional dan harga minyak goreng domestik

Variabel Endogen : DLMGDOM

Variabel Eksogen Pers.Simetris Pers. Asimetris

DLCPOINTt 0.358* 0.351* ECT -0.182* - ECT+ - -0.138* ECT- - -0.204* DLMGDOMt-1 -0.135 -0.142 DLMGDOMt-2 -0.148* -0.150* DLCPOINTt-1 0.228* 0.234* DLCPOINTt-2 0.078 -0.082 R-sq 0.618 0.620

Tabel 22 menampilkan estimasi model ECM baik yang variabel ECT-nya belum disegmentasi (persamaan simetris) maupun yang telah tersegmentasi

(persamaan asimetris). Variabel koreksi (ECT) pada kedua persamaan menunjukkan signifikansi dan bertanda negatif sehingga model yang dihasilkan valid. Pada persamaan asimetris terlihat jika variabel ECT- berpengaruh lebih besar dari ECT+. Hal ini menunjukkan jika penyimpangan yang menyebabkan margin antara harga minyak goreng dengan CPO internasional lebih rendah dari keseimbangan jangka panjangnya akan dikoreksi lebih cepat daripada penyimpangan yang menyebabkan margin kedua harga berada di atas keseimbangan jangka panjang. Dalam hal ini kenaikan harga CPO internasional akan direspon lebih cepat, yaitu dengan koreksi sebesar 0.20% setiap bulannya, sementara penurunan harga CPO internasional direspon lebih lambat yaitu dengan koreksi sebesar 0.14% setiap bulannya. Akibatnya, harga minyak goreng akan lebih cepat mengalami kenaikan ketika terjadi kenaikan harga CPO internasional, namun cenderung lebih lambat untuk turun ketika harga CPO internasional turun. Meskipun demikian, perbedaan ini harus diuji secara statistik untuk membuktikan apakah perbedaan respon yang terjadi signifikan atau tidak melalui uji Wald.

Tabel 23 Hasil uji Wald terhadap koefisien koreksi

Uji Statistik Nilai df Probabilitas

F-statistic 0.677579 (1,138) 0.3752

Chi-square 0.677579 1 0.3736

Keterangan:H0 : Koefisien ECT+ = Koefisien ECT-

Nilai p-value yang ditampilkan dalam Tabel 23 di atas berarti jika hipotesis nol dimana koefisien ECT+ adalah sama dengan koefisien ECT-

Tidak terbuktinya transmisi yang asimetris berarti pembentukan harga pada pasar minyak goreng merupakan hasil dari mekanisme pasar, dan belum dapat dibuktikan adanya pihak pada pasar minyak goreng domestik yang memanfaatkan kekuatan untuk mempengaruhi harga.

tidak dapat ditolak. Dengan demikian, perbedaan respon yang terjadi pada harga minyak goreng terhadap perubahan harga CPO internasional tidak berbeda nyata atau dapat dikatakan jika transmisi harga berjalan simetris.

8.5 Integrasi Pasar CPO Domestik dan Pasar Minyak Goreng Domestik

Dokumen terkait