• Tidak ada hasil yang ditemukan

LANDASAN TEORI

A. INTENSI PROSOSIAL

1. Pengertian Intensi Prososial a. Pengertian Intensi

Intensi (intention) berasal dari kata to intend yang berarti sebagai usaha yang didasari untuk mencapai tujuan atau sasaran (Drever, 1982). Secara sederhana, intensi dapat berarti sebagai niat seseorang untuk melakukan perilaku tertentu, seperti misalnya niat untuk membantu atau menolong orang lain. Menurut Fishbein dan Ajzen (1975), intensi merupakan prediktor terbaik bagi perilaku individu. Intensi dimengerti sebagai probabilitas yang bersifat subjektif, yaitu estimasi seseorang mengenai seberapa besar kemungkinan suatu tindakan tertentu dilakukan.

Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa intensi merupakan niat untuk melakukan suatu tindakan yang akan diwujudkan ke dalam perilaku. Intensi juga merupakan fungsi dari keyakinan seseorang yang terkait dengan sikap dan perilakunya, sehingga merupakan prediktor yang terbaik untuk terjadinya perilaku tertentu. Dalam penelitian ini tindakan atau perilaku yang akan diprediksi adalah perilaku prososial.

a. Pengertian Intensi Prososial

Perilaku prososial diartikan sebagai suatu tindakan menolong yang menguntungkan orang lain tanpa harus menyediakan suatu keuntungan langsung pada orang yang melakukan tindakan tersebut, dan bahkan mungkin melibatkan suatu resiko bagi orang yang menolong (Baron & Byrne, 2005). Menurut William (1981) perilaku prososial adalah perilaku seseorang yang memiliki maksud untuk mengubah keadaan fisik dan psikis orang yang menerima pertolongan, sehingga si penolong merasa bahwa orang yang ditolong akan merasakan damai, lega, bahagia, sehat dan puas secara fisik dan psikologis. Pengertian tersebut menekankan bahwa perilaku menolong bertujuan untuk mensejahterakan fisik maupun psikologis.

Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa intensi prososial adalah niat seseorang serta kemungkinannya orang tersebut untuk melakukan suatu tindakan menolong yang memiliki konsekuensi positif dan memberi manfaat bagi orang yang ditolong baik secara fisik maupun psikologis. Hal tersebut diharapkan dengan mengetahui intensi prososial seseorang dapat memberikan gambaran perilaku prososial sebenarnya.

1. Aspek-aspek Intensi Prososial

Mussen dkk (dalam Ikawati dan Hery Wahyuningtyas, 2005) memandang bahwa perilaku prososial mencakup tindakan-tindakan menolong, bekerjasama, berbagi perasaan, bertindak jujur, dan bertindak dermawan terhadap orang lain.

Menurut Samptson (dalam Ikawati dan Hery Wahyuningtyas, 2005), aspek-aspek yang terkandung dalam perilaku prososial adalah sebagai berikut :

a. Memberi atau menyumbang (donating), yaitu berlaku murah hati pada

orang lain.

b. Memberi fasilitas untuk kesejahteraan orang lain, yaitu peduli terhadap permasalahan orang lain.

c. Berbagi rasa (sharing), yaitu kesediaan untuk merasakan apa yang dirasakan oleh orang lain.

d. Bekerjasama (cooperating), yaitu melakukan pekerjaan atau kegiatan secara bersama-sama berdasarkan kesepakatan untuk mencapai tujuan bersama pula.

e. Peduli (caring), yaitu mampu memberi perhatian dan membantu orang

lain dengan cara meringankan beban fisik atau psikologis yang sedang dirasakan orang tersebut.

Hal senada diungkapkan juga oleh Staub (1978) perilaku prososial dapat ditinjau dari perilaku-perilaku yang lebih spesifik karena

cakupannya yang sangat luas. Uraian dari spesifikasi perilaku-perilaku prososial menurut Staub adalah sebagai berikut :

a. Sharing, merupakan tindakan membagi, dan/atau menggunakan secara

bersama-sama sesuatu baik bersifat materi maupun nonmateri.

b. Cooperating, merupakan kerjasama dengan orang lain untuk mencapai

tujuan tertentu.

c. Donating, merupakan memberi atau menyumbang barang atau uang

kepada yang memerlukan.

d. Caring, merupakan tindakan memberikan perhatian kasih sayang,

merawat, menjaga perasaan orang lain.

Dari aspek-aspek perilaku prososial di atas dapat disimpulkan bahwa intensi prososial terdiri dari aspek-aspek sebagai berikut :

a. Intensi untuk sharing, merupakan niat untuk melakukan tindakan

membagi perasaan dan ada kesediaan untuk ikut merasakan apa yang dirasakan oleh orang lain.

b. Intensi untuk donating, merupakan niat untuk melakukan tindakan

murah hati dengan memberi / menyumbangkan barang atau uang kepada orang lain.

c. Intensi untuk cooperating, merupakan niat untuk bekerjasama dengan

melakukan pekerjaan atau kegiatan bersama-sama berdasarkan kesepakatan untuk mencapai tujuan bersama pula.

d. Intensi untuk caring, merupakan niat untuk melakukan tindakan

membantu meringankan beban fisik atau psikologis yang sedang dirasakan orang tersebut.

2. Faktor Intensi

Tingkah laku yang muncul pada manusia merupakan pembentukan hubungan timbal balik antara keyakinan (belief), sikap (attitude) dan intensi (intention) individu (Fishbein dan Ajzen, 1975). Berdasarkan konsep tersebut maka dapat disimpulkan beberapa faktor intensi sebagai berikut :

a. Keyakinan (belief), dikategorikan sebagai aspek kognitif yang

melibatkan pengetahuan, pendapat, dan pandangan individu terhadap objek. Seseorang yang memiliki keyakinan tinggi tentang suatu objek berarti orang itu memiliki pengetahuan, pendapat dan pandangan yang tinggi tentang objek tersebut maka intensi untuk melakukan objek tersebut juga tinggi. Begitu pula sebaliknya, ketika seseorang memiliki keyakinan yang rendah tentang suatu objek maka intensi untuk melakukan objek tersebut juga rendah.

b. Sikap (attitude), dikategorikan sebagai aspek afektif yang mengarah pada perasaan individu terhadap suatu objek serta evaluasi yang dilakukannya. Sikap tersebut dapat positif atau negatif tergantung dari banyak sedikitnya pengetahuan terhadap aspek positif atau negatif tentang objek. Semakin positif sikap seseorang terhadap suatu objek maka semakin tinggi intensi untuk melakukan objek tersebut. Begitu

pula sebaliknya, semakin negatif sikap seseorang terhadap suatu objek maka semakin rendah pula intensi seseorang untuk melakukan objek tersebut.

Secara sistematis, kerangka teori Fishbein & Ajzen (1975) dapat dilihat pada bagian berikut :

Gambar 1.

Kerangka Konseptual untuk Meramalkan Suatu Intensi atau Perilaku tertentu Menurut Fishbein & Ajzen (1975)

Penjelasan Bagan :

Keyakinan pribadi akibat konsekuensi dari suatu perilaku X adalah suatu hal yang berisi pengetahuan tentang X, yaitu akibat positif dan akibat negatif yang akan diperoleh subjek bila dia melakukan perilaku X Keyakinan akan akibat

dari perilaku X Sikap terhadap perilaku X Intensi untuk melakukan perilaku X Perilaku X Keyakinan normatif akan akibat perilaku X

Norma subjektif tentang perilaku X

: Pengaruh : Umpan Balik

tersebut. Semakin banyak segi positif yang sekiranya akan diperolehnya, maka semakin positif sikap orang tersebut terhadap perilaku itu, dan semakin besar peluang orang orang itu untuk melakukan perilaku tersebut.

Keyakinan normatif akan akibat dari perilaku X dalah komponen pengetahuan tentang perilaku X yang merupakan pandangan dan pendapat orang lain (lingkungan) yang berpengaruh pada kehidupan orang tersebut. Untuk selanjutnya, individu dapat menerima dan mengolah pengaruh-pengaruh tersebut. Pengaruh dari orang lain yang diterima oleh individu itu, digunakan oleh individu untuk membuat norma subjektif individu mengenai perilaku X tersebut. Norma subjektif tersebut berisikan

keputusan-keputusan yang dibuat oleh individu setelah

mempertimbangkan beberapa unsur yang mempengaruhinya.

Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa intensi adalah kemungkinan subjektif seorang individu untuk melakukan suatu perilaku tertentu yang berhubugnan dengan target yang hendak dicapai dalam situasi dan waktu tertentu, serta dipengaruhi oleh sikap dan norma subjektif yang dimiliki.

Dokumen terkait