• Tidak ada hasil yang ditemukan

Intensifikasi Pekarangan

Dalam dokumen Suatu Kajian Sistem Pertanian Terpadu da (Halaman 70-75)

Pekarangan atau kebun yang banyak di jumpai merupakan sistem wanatani tradisional yang tetap bertahan sesuai budaya dan kondisi ekosistem setempat. Intensifikasi konvensional memerlukan ketergantungan yang tinggi terhadap masukan dari luar antara lain; benih, pupuk kimia, pestisida dan kebutuhan lainnya. Keberhasilan intensifikasi pekarangan konvensional sangat tergantung pada penyediaan masukan dari luar usaha tani.

Pendekatan intensifikasi alami berbeda sekali dengan intensifikasi pekarangan penyiapan petak pertanaman dengan pengolahan tanah, daur ulang hara, membangun kesuburan tanah, keanekaragaman pertanaman dan keseimbangan ekosistem terpadu.

Melalui intensifikasi pekarangan alami bahan organik didaur ulang dengan cara dikembalikan ke tanah dalam bentuk kompos dan pendekatan lain juga menghindarkan pemakaian pestisida buatan pabrik. Keanekaragaman jenis tanaman yang ditanam mampu mengendalikan serangan hama dan penyakit tanaman, lebih jauh semua bentuk formula organik dapat dibuat dengan mengandalkan bahan-bahan yang tersedia disekeliling, termasuk toga, pestisida hayati, dll. Keberhasilan pekarangan dalam mempertahankan produktivitasnya dapat ditinjau berdasarkan:

a. Mempertahankan dan meningkatkan hasil tanaman secara berkelanjutan. b. Meningkatkan pasokan energi dari sumber daya lokal misalnya kayu bakar. c. Menghasilkan beranekaragan bahan yang dapat dipakai untuk kebutuhan

d. Perlindungan dan sekaligus meningkatkan kualitas lingkungan, terutama air, flora dan fauna.

e. Meningkatkan kondisi sosial ekonomi petani.

Pembuatan Petak Pertanaman

Merupakan tahap awal yang dilakukan dengan cara mencampur dan menggemburkan tanah sedalam 30-60 Cm, dengan tujuan memperbaiki aerasi, daya ikat air, sehingga kondisi biota meningkat. Di permukaan dapat diberi mulsa jerami atau rerumputan untuk mengurangi pemadatan tanah.

Pemberian Pupuk Organik dan Bahan Pembenam Tanah Lain

Pada saat pembuatan petak pertanaman perlu diberikan pupuk organik dengan tujuan memperbaiki sifat fisik tanah, menyediakan hara dan meningkatkan kegiatan mikroba tanah.

Sejumlah kompos perlu diberikan pada petak pertanaman. Sejak petak dibuat diperlukan 0,75 m3 setiap 10 m2, atau secara kasar setebal 7,5 cm apabila disebar merata di permukaan tanah. Pada musim tanam berikutnya cukup 0,25 m3 atau setebal 2,5 cm. Pada galian sedalam 60 cm dapat juga diberikan abu bakaran, kulit telur, sisa pakan ikan, daun lamtoro, tepung tulang dan kompos yang dicampur dengan tanah permukaan sedalam 15 cm sebelum benih ditanam. Pupuk cair dapat diberikan setiap 4 hari sekali terutama pada musim hujan karena banyak hara yang terlindi. Pupuk cair dapat berasal dari daun tanaman legum, atau pupuk kandang yang difermentasi dengan air.

Penanaman Secara Intensif

Komposisi pemanfaatan ruang untuk ditanami tergantung pada jenis tanaman, pergiliran tanaman dan pertanaman campuran yang dilaksanakan. Jarak tanam dekat dianjurkan, karena tajuk tanaman yang rapat dapat menutupi permukaan tanah dari terik matahari sehingga evaporasi kecil.

Pengendalian Hama dan Penyakit

Penyiapan tanah yang baik dapat mengendalikan serangan hama. Varietas lokal yang sudah sesuai dengan kondisi setempat diusahakan dan dikembangkan

karena mereka relatif tahan terhadap serangan hama dan penyakit. Pertanaman berbagai jenis tanaman dapat mengendalikan hama, aroma tertentu dari tanaman liar atau budidaya seperti bawang putih, bawang merah dapat mengusir hama. Apabila hama masih bertahan maka dapat dibuat formula pestisida alami yang bahan-bahanya sudah tersedia.

Konservasi Sumber Daya Genetik

Intensifikasi pekarangan menekankan pada penggunaan bermacam-macam jenis sayuran dan tanaman lain varietas lokal. Idealnya pekarangan harus menggunakan 60-70% benih atau bibit varietas lokal. Strategi ini tidak hanya bertujuan mengendalikan serangan hama tetapi juga merupakan nilai kearifan yang perlu dipertahankan untuk generasi yang akan datang. Usaha pelestarian ini tidak hanya dari bank benih saja, tetapi juga dari budidaya yang diterapkan petani. Melalui tanaman mereka ikut ambil bagian dalam usaha pelestarian kearifan tradisional.

Penggunaan Bahan-Bahan yang Tersedia Lokal

Intensifikasi pekarangan secara hayati berusaha menekan ketergantungan petani pada masukan teknologi modern yang relatif mahal. Pupuk dan pestisida dianjurkan dari limbah atau biomas yangtersedia di sekitarnya. Demikian juga benih varietas lokal dianjurkan daripada varietas hibrida yangberharga mahal.

Penggunaan Tenaga intensif daripada Modal Intensif

Intensifikasi pekarangan merupakan kegiatan pertanaman yang memerlukan lebih banyak tenaga kerja terutama pada awal persiapan, sehingga sistem ini sesuai untuk kegiatan rumah tangga berskala kecil. Program ini dapat dikembangkan untuk program yang berhubungan dengan pengentasan kemiskinan yang pada umumnya tidak mempunyai modal yang banyak tetapi mempunyai tenaga kerja yang banyak.

Langkah-langkah Intensifikasi Pekarangan

1. Memilih lokasi yangtepat dengan memperhatikan hal-hal berikut:

• Kemudahan dan dekat dengan sumber air untuk menyirami tanaman.

• Tanah mempunyai pengatusan dan kesuburan yang baik.

• Sirkulasi udara baik.

2. Lahan cukup tersedia untuk mengembangkan pekarangan.

3. Menyiapkan petak pertanaman dengan jalan ; mencangkul tanah sedalam 15-30 cm, untuk mendapat pengatusan yang baik petak ditinggikan dengan pelapisan tanah setinggi 10-15 cm dari permukaan asli tanah.

Gambar 15. Langkah-Langkah Intensifikasi Pekarangan 4. Membenamkan keranjang untuk menempatkan kompos dengan jalan:

• Membuat lubang sedalam 15 cm dengan jarak 1 m kemudian tanam keranjang kompos.

• Masukkan ke dalam keranjang kompos/pupuk kandang, kemudian rumpur, gulma, daun tanaman legum dan semak. Selama proses pengomposan tak perlu dibalik cukup setiap waktu ditambah biomasnya.

• Setelah beberapa minggu sayuran ditanam disekitar keranjang kompos dengan jarak 7,5 cm, sehingga perakaran dapat menyerap hara disekitar keranjang kompos.

• Pada saat penyiraman tidak langsung pada tanaman tetapi pada keran jang karena perakaran tanaman ada di dalam keranjang.

• Setiap 6 bulan kompos yang sudah matang diambil dan disebar ke petak pertanaman.

• Pekarangan dibagi menjadi beberapa blok misalnya satu blok untuk sayuran yang rutin dipetik, blok kedua sayuran semi musiman dan blok ketiga sayuran musiman.

Gambar 16. Sketsa Intensifikasi Pekarangan

• Di sekitar pekarangan ditanami tanaman keras/pohon baik yang permanen atau semi permanen seperti buah-buahan, nenas, kacangkacangan dll.

BAB V

Dalam dokumen Suatu Kajian Sistem Pertanian Terpadu da (Halaman 70-75)