BAB III GAMBARAN UMUM FILM HAJI BACKPACKER
B. Kedewasaan Spiritual
1. Pengalaman Spiritual
Spiritualitas bukan sesuatu yang berdiri sendiri, akan tetapi
merupakan sesuatu yang dialami oleh seseorang. Pengalaman inilah yang
kemudian disebut sebagai pengalaman spiritual. Strickland dalam
dialami oleh manusia secara sadar dalam kehidupannya. Sementara seperti
yang telah dijelaskan dalam pembahasan sebelumnya bahwa spiritual
merupakan sesuatu yang berhubungan dengan jiwa atau perasaan manusia.
Dengan demikian pengalaman spritual dapat dikatakan sebagai seluruh
aktivitas manusia secara sadar yang menimbulkan efek psikologis.
Dalam pandangan masyarakat umum, pengalaman spiritual banyak
dihubungkan dengan hal-hal yang gaib. Menurut maslow dalam Cahyono
(2011: 34) pengalaman spiritual adalah puncak tertinggi yang dapat
dicapai oleh manusia serta merupakan peneguhan dari keberadaannya
sebagai makhluk spiritual.
Respon manusia terhadap lingkungan sekitanya memungkinkan dia
dapat mengalami berbagai macam pengalaman spiritual. Misalnya adalah
pengalaman dalam konteks beragama. Yang dimaksud dengan pengalaman
agama disini menurut Donovan dalam Islamiyah (2013: 102) adalah
apabila pengalaman itu adalah satu jenis pengalaman dimana agama
interes di dalamnya. Hal ini dapat dilihat dari sikap atau perilaku
seseorang yang diarahkan sebagai suatu dzat yang dipandang sebagai
Tuhan. Sebagaimana yang terlihat dalam film Haji Backpacker dalam
adegan menit ke- 15.Ketika Mada bertemu dengan kakaknya di Thailand.
dalam percakapannya mengutarakan kekecewaannya terhadap
ajaran-ajaran ayahnya (ajaran-ajaran agama Islam) dan juga kepada Allah. “kutipan Film:
Kakak Mada : tapi kali ini kamu harus pulang. Mada : kenapa?
Kakak Mada : ayah nungguin kamu.
Mada : apa’an kakak ini. mau ngasih nasihat lagi. Gara-gara nasihat dia aku jadi begini.
Kakak Mada : begitu marahnya ya, kamu sama ayah. Mada : iya.
Kakak Mada : padahal selama 27 tahun dia tidak pernah berhenti menyayangi kamu.
Mada : mbak, selama 27 tahun saya sholat, puasa gak pernah putus. Berdoalah kamu maka do’amu akan dikabulkan. Mana? Kakak Mada : kamu gak perlu nyalah-nyalahin orang lain. Apalagi
nyalahin Tuhan.
Dari percakapan diatas dapat dilihat bagaimana kekecewaan Mada
menjadi sebuah pengalaman yang dihubungkan dengan agamanya. Mada
memandang kegagalan hubungannya dengan Shopia disebabkan oleh
ajaran-ajaran ayahnya yaitu ajaran agama Islam. Selain itu dia juga merasa
kecewa karena Allah tidak mengabulkan doanya untuk menikahi Shopia.
Hal inilah yang kemudian menyebabkan Mada meninggalkan ayahnya dan
ajaran-ajaran Allah.
Tanggapan Mada terhadap peristiwa yang dialaminya merupakan
bagian dari pengalaman agamanya. Sebab sikap dan perilakunya diarahkan
kepada ajaran-ajaran yang ada didalam agama Islam. Hal ini sesuai dengan
penjelasan Islamiyah (2013: 101) bahwa inti pokok dari pengalaman
agama dapat ditemukan dari sikap atau perilaku seserang yang diarahkan
kepada suatu dzat yang dipandang sebagai Tuhan.
Sebagai manusia yang beragama, hendaknya kita harus selalu percaya
bahwa semua yang ada di dunia ini sudah diatur sedemikian rupa oleh
adalah kuasa Allah. Hal ini juga sesuai dengan pengalaman Mada ketika
dia bertemu dengan Shuchun dan menceritakan alasan kenapa dia tidak
mau bersembahyang. “kutipan Film:
Mada : Disitiulah awal rasa kecewa saya terhadap Tuhan. Shuchun : Kenapa?
Mada : Apa? Shuchun : Kenapa?
Mada : Sebab sayakin dengan doa-doa saya. Saya yakin Tuhan akan mengabulkannya.
Shuchun :Aturan Tuhan Sudah sempurna Mada. Tak pernah ada kebetulan. Kekecewaanmu itu hanya mencerminkan kamu yang tidak mahu menurut kepada perintah Tuhan.
Mada : apakah kamu Yakin? Shuchun : Ya. Apakah kamu tidak?
Alasan Mada tidak mau menjalankan sembahyang lagi dikarenakan
dia merasa bahwa Allah tidak megabulkan doa-doanya. Padahal dia sangat
yakin doanya pasti akan terkabul. Keyakinan Mada ini didasarkan atas
firman Allah yang artinya “berdoalah kepada-Ku, maka Aku akan
mengabulkannya”.Kemudian dalam dialog tersebut Shuchun juga
mengomentari keyakinan Mada. Tidak ada yang kebetulan di dunia ini.
peristiwa yang dialami oleh Mada merupakan sesuatu yang sudah
ditentukan oleh Allah.
Percakapan antara Mada dan Shuchun seakan-akan memberikan
pelajaran kepada penonton untuk selalu berserah diri kepada Allah. Selain
itu juga, adegan tersebut ingin mengingatkan kepada penonton bahwa
sebagai manusia yang beragama hendaknya ia patuh dan bertaqwa
rencana-Nya. Hal ini ditegaskan oleh Syed Salman Chisthy dalam percakapannya
dengan Mada saat film sudah berdurasi 01: 09. “kutipan Film:
Syed Salman: jadi kamu datang kesini karena sebuah mimpi yang mengganggumu?
Mada: saya menaiki sebuah balon dan ...
Syed Salman: dan balon itu bocor terkena ujung kubah dan kamu takut kalau balon itu bocor.
Mada: bagaiamana anda bisa tahu?
Syed Salman: itu semua cara Allah. Kadang Allah gunakan cara itu untuk bertanya. Kadang dia membuat kita merasa kesakitan. Dan, kadang dia memberi kita pengalaman. Pada saat seperti ini, kita harus kuatkan iman kita, kepercayaan kita, dan selalu bersabar atas kehendak Allah swt.
Syed Salman: kita harus selalu berdiri kukuh dan tahu bahwa Allah swt selalu bersama kita setiap saat, dan semua ujian ini datang dari-Nya. Bila kita bisa melalui ujian dan pahit getir itu, maka kita akan mendapat ampunan dan rahmat dari Allah swt. Itu yang akan membuat hidup kita bahagia.
Dari beberapa adegan atau dialog yang dikutip dari film Haji
Backpacker diatas, dapat ditarik kesimpulan bahwa melalui pengalaman
agama tokoh utama, film ini ingin mengajak penonton untuk selalu
bertaqwa dan berserah diri kepada Allah. Selain itu, film ini juga ingin
mengajak penonton untuk meningkatkan ke imanannya serta bersabar atas
semua ujian yang datang kepadanya.