• Tidak ada hasil yang ditemukan

NILAI- NILAI PENDIDIKAN ISLAM DALAM FILM HAJI BACKPACKER SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Kewajiban dan Melengkapi Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Islam (S.Pd.I) Dalam Ilmu Tarbiyah

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "NILAI- NILAI PENDIDIKAN ISLAM DALAM FILM HAJI BACKPACKER SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Kewajiban dan Melengkapi Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Islam (S.Pd.I) Dalam Ilmu Tarbiyah"

Copied!
104
0
0

Teks penuh

(1)

NILAI- NILAI PENDIDIKAN ISLAM DALAM FILM

HAJI BACKPACKER

S K R I P S I

Diajukan Untuk Memenuhi Kewajiban dan Melengkapi Syarat

Guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Islam (S.Pd.I)

Dalam Ilmu Tarbiyah

Oleh

MUHAMAD MUHLAS

111 11 126

JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN (FTIK)

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN)

(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
(7)

MOTTO

























































“Ajaklah kejalan Tuhanmu dengan hikmah dan pelajaran yang baik, dan bantahlah mereka dengan cara yang baik pula”

(8)

PERSEMBAHAN

Skripsi ini penulis persembahkan kepada pihak-pihak yang penulis anggap mempunyai peran penting dalam hidupnya

1. Teruntuk Ayahanda dan Ibunda tercinta Asmuni dan Sholikah tersayang yang

telah membesarkan dan mendidikku dengan penuh cinta dan kesabaran serta

ikhlas-tulus memberikan dukungan dan doa restunya kepada penulis.

2. Nenek ku tercinta yang telah merawatku sejak kecil.

3. Kakakku Zainal Arifin, terima kasih atas dukungan, nasehat dan segala

macam bantuan baik material / spirital.

4. Keluarga Joko Indriyanto yang juga telah memberikan memberikan motivasi

kepada penulis untuk terus melanjutkan studinya di IAIN Salatiga.

5. Teman-teman TEATER GETAR yang selalu memberikan semangat.

6. Masyarakat desa Ketapang khususnya Dsn. Ketapang RT 002/001 terimakasih

atas bantuannya baik material maupun sepiritual.

7. Serta seluruh keluarga dan teman-temanku yang tidak bisa disebutkan

(9)

KATA PENGANTAR

ميحرلا نمحرلا الله مسب

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah

melimpahkan rahmat, hidayah dan taufiqnya, sehingga penulis dapat

menyelesaikan penulisan skripsi ini. Sholawat serta salam kami haturkan kepada

junjungan kita Nabi Agung Muhammad SAW yang telah menuntun umatnya ke

jalan kebenaran dan keadilan.

Skripsi ini penulis susun dalam rangka memenuhi tugas dan melengkapi

syarata guna untuk memperoleh gelar sarjana pendidikan. Adapun jugul skripsi ini

adalah “NILAI-NILAI PENDIDIKAN ISLAM DALAM FILM HAJI

BACKPACKER”.

Penulisan skripsi ini tidak lepas dari berbagai pihak yang telah

memberikan dukungan moril maupun meteriil. Dengan penuh kerendahan hati,

penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Bapak Dr. Rahmat Hariyadi, M.Pd. selaku Rektor IAIN Salatiga

2. Bapak Suwardi, M.Pd. selaku Dekan Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan

IAIN Salatiga.

3. Ibu Siti Rukhayati, M.Pd. selaku Ketua Jurusan PAI IAIN Salatiga

4. Bapak Dr. Mukti Ali, M. Hum. selaku Dosen Pembimbing yang telah

berkenan secara ikhlas dan sabar meluangakan waktu serta mencurahkan

pikiran dan tenaganya memberi bimbingan dan pengarahan yang sangat

berguna sejak awal proses penyusunan dan penulisan hingga terselesaikannya

(10)
(11)

ABSTRAK

Muhlas, Muhamad. 2016. Nilai-nilai Pendidikan Sosial dalam Ibadah Haji (Study atas Film Haji Backpacker). Skripsi. Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan. Jurusan Pendidikan Agama Islam. Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Salatiga. Pembimbing : Dr. Mukti Ali, M. Hum.

Kata Kunci: Nilai-nilai, Pendidikan Sosial, Film Haji Backpacker..

Pendidikan merupakan isntitusi sosial yang menggarap manusia melalui proses tertentu dengan tujuan tertentu. Untuk mengembangkan potensi yang ada, serta keterampilan-keterampilan sosial dibutuhkan suatu pendidikan yang menjunjung tinggi nilai-nilai sosial kemasyarakatan. Nilai merupukan esensi yang melekat pada suatu kenyataan. Jika dikaitkan dengan istilah pendidikan maka nilai merupakan sesuatu yang ditanamkan oleh pendidik kepada peserta didik. Sedangkan pendidikan sosial adalah suatu usaha untuk membimbing dan mengembangkan potensi peserta didik secara optimal agar mereka dapat berperan serasi dengan tuntutan kebutuhan masyarakat lingkungannya.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui : nilai-nilai pendidikan sosial dalam ibadah haji yang didasarkan atas analisis terhadap film Haji Backpacker karya Danial Rifki. Jenis penelitian ini adalah kualitatif. Yaitu, prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif. Sedangkan Metode yang digunakan adalah metode conten analysis, yaitu penelitian yang dilakukan untuk menganalisis data yang terdokumentasi dalam rekaman suara, gambar, atau tulisan. Secara tehnik, conten analysis meliputi upaya-upaya klasifikasi lambang-lambang yang dipakai dalam komunikasi. Peneliti mengfokuskan penelitian ini pada nilai-nilai pendidikan sosial dalam ibadah haji yang terdapat didalam film Haji Backpacker.

Nilai-nilai pendidikan sosial yang ada dalam film haji backpacker terbagi menjadi dua sub tema yaitu: 1. Interaksi simbolis adalah segala hal yang berhubungan dengan pembentukan makna dari proses saling mempengaruhi yang terjadi baik antara inividu dengan individu, individu dengan kelompok ataupun kelompok dengan kelompok. Interak simbolik ini mencakup sikap toleransi, tolong menolong dan kasih sayang. 2. Kedewasaan spiritual adalah masa dimana seseorang telah mencapai perkembangannya secara spiritual. Spiritual sendiri merupakan bagian dari perkembangan kedewasaan seseorang. Kedewasaan Spiritual ini dibagi menjadi pengalaman agama dan kematangan agama.

(12)

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN BERLOGO ... ii

HALAMAN DEKLARASI ... iii

PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN ... iv

HALAMAN NOTA PEMBIMBING ... v

HALAMAN PENGESAHAN ... vi

MOTTO ... vii

PERSEMBAHAN ... viii

KATA PENGANTAR ... ix

ABSTRAK ... xi

DAFTAR ISI ... xiii

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Fokus Penelitian ... 9

C. Tujuan Penelitian ... 9

D. Manfaat Penelitian ... 10

E. Penegasan Istilah ... 10

F. Metode Penelitian ... 13

G. Kajian Pustaka ... 15

H. Sistematika Penulisan ... 18

BAB II LANDASAN TEORI A. Nilai-nilai Pendidikan Sosial ... 19

(13)

a. Nilai ... 19

b. Pendidikan Sosial ... 20

2. Metode Pendidikan Sosial ... 21

3. Tujuan Pendidikan Sosial ... 24

B. Urgensi Pendidikan Sosial ... 26

C. Gambaran Umum Mengenai Film ... 27

1. Pengertian dan Sejarah Film ... 27

a. Pengertian Film ... 27

b. Sejarah Film ... 29

2. Unsur-unsur dan Jenis-jenis Film ... 31

a. Usnsur-unsur dalam Film ... 31

b. Jenis-jenis Film ... 31

D. Film Sebagai Media Pembelajaran ... 33

BAB III GAMBARAN UMUM FILM HAJI BACKPACKER A. Biografi Sutradara ... 36

B. Karya dan Penghargaan Sutradara ... 38

C. Tentang Film Haji Backpacker ... 39

1. Profil ... 39

2. Genre ... 40

3. Plot/ Alur ... 41

4. Latar/ Setting ... 43

5. Penokohan dan Karakter Tokoh Utama ... 46

6. Sinopsis ... 48

(14)

A. Interaksi Simbolis ... 52

1. Toleransi ... 54

2. Kasih Sayang ... 57

3. Tolong-menolog ... 60

B. Kedewasaan Spiritual ... 62

1. Pengalaman Spiritual ... 64

2. Kematangan Beragama ... 68

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan ... 73

B. Saran ... 75

(15)
(16)

BAB I

PENDAHULUAN

A.Latar Belakang Masalah

Islam adalah agama yang universal. Ajaran-ajaran yang terkandung di

dalamnya menyentuh seluruh aspek kehidupan manusia. Baik dari segi moral,

sosial, ekonomi, maupun politik. Oleh karenanya, Islam mudah diterima oleh

masyarakat. Kehidupan dunia dalam Islam, di atur dalam hukum mu’amalah

(fiqih mu’amalah). Sementara dalam kehidupan akhirat, Islam mengatur dalam

hukum ibadah (fiqih ibadah).

Islam merupakan agama yang sangat memperhatikan nilai-nilai sosial.

Seluruh ibadah dalam Islam, tak terkecuali ibadah haji, mempunyai korelasi

dan kontribusi dalam perubahan sikap dan perilaku masyarakat (Majid: 2000:

253). Setiap perubahan yang terjadi, di harapkan mampu menciptakan

hubungan yang harmonis di dalam masyarakat.

Ibadah haji menjadi rukun Islam yang kelima. Dalam ibadah haji terdapat

simbol-simbol yang kaya akan nilai-nilai pendidikan sosial. Sebagai contoh, di

wajibkannya memakai pakain Ihrom yang serba putih. Hal ini melambangkan

kesamaan derajat umat manusia di hadapan Allah. Baik yang miskin atau kaya,

semua berpakaian sama. Haji adalah gambaran yang jelas tentang solidaritas

umat Islam yang berkumpul dalam rapat tahunan (Boizard: 1979: 65).

Melihat fenomena haji saat ini, seharusnya dapat menjadi kabar gembira

(17)

menciptakan masyarakat yang egaliter. Yaitu, masyarakat yang memandang

semua manusia itu sama.

Orang-orang yang sudah melaksanakan ibadah haji, tentunya tingkat

keimanan, ketaqwaan dan jiwa sosial mereka lebih tinggi dibanding

orang-orang yang belum menunaikan ibadah haji. Dalam ibadah haji terdapat tiga

tahapan penting yaitu, tahap pengetahuan, tahap kesadaran dan tahap cinta.

Seseorang yang sudah mengetahui kebesaran Allah, maka akan timbul

kesadarannya sebagai manusia. Seiring dengan itu, rasa cinta kepada Allah dan

sesama akan tumbuh pula. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa, semakin

banyak jumlah orang yang naik haji, maka masyarakat akan semakin sejahtera.

Saat ini, banyak masyarakat khususnya di Indonesia sudah melaksanakan

haji. Setiap tahunnya pemerintah Indonesia memberangkatkan lebih dari 1500

jamaah haji. Pada tahun ini saja, sebanyak 155.200 jamaah haji di

berangkatkan. Hal ini menunjukan betapa haji menjadi dambaan bagi setiap

muslim.

Akan tetapi, melihat realita yang ada di dalam masyarakat, orang-orang

yang sudah naik haji ini tidak menunjukan perubahan-perubahan sikap yang

signifikan. Sikap dan perilaku mereka tidak jauh beda dengan saat mereka

belum naik haji. Bahkan mereka cenderung menunjukan sikap riya’ atas

kehajian mereka. Sebagai contoh, keharusan penambahan kata haji di depan

nama. Hal in sepertinya sudah lazim terjadi di masyarakat, khususnya

(18)

Banyak orang yang beranggapan bahwa haji adalah sebuah gelar.

Kehajian mereka di gunakan untuk meningkatkan status sosial. Kekeliruan ini

kemudian di manfaatkan oleh sebagaian orang untuk pencitraan diri. Misalnya,

pada musim kampanye para calon-calon legislatif menuliskan gelar haji di

depan namanya. Kemudian para pejabat pemerintahan yang muslim, juga

melakukan hal yang sama. Sebutan haji sesungguhnya hanya ada dalam

masyrakat Indonesia saja. Penulis belum pernah mendengar ulama’ dari Arab

menggunakan gelar haji.

Uraian diatas menunjukan bahwa ada pemahaman yang keliru mengenai

makna dan tujuan ibadah haji. Selain ibadah mahdloh, haji merupakan ibadah

ghoiru mahdloh. Ibadah mahdloh adalah ibadah yang berhubungan langsung

dengan Allah atau bersifat vertikal. Sedangkan ibadah ghoiru mahdloh adalah

ibadah yang berhubungan antara manusia dengan manusia lainnya atau bersifat

horizontal. Akan tetapi kebanyakan orang hanya memahami haji merupakan

ibadah yang bersifat vertikal. Makna sosial yang ada didalamnya seringkali

terlupakan. Allah berfiman:

(19)

Dari pengertian ayat Al-Qur’an di atas, dapat dipahami bahwa ibadah

haji memiliki hubungan yang erat terhadap nilai-nilai sosial. Seperti,

persaudaraan, kesamaan derajat, dan pesatuan. Hal ini ditunjukan dengan

dilarangnya berbuat rafats (perkataan buruk), berbuat fasik (kerusakan), dan

beradu argument yang dapat menimbulkan perkelahian. Karena, ketiga

perbuatan itu dapat merusak keharmonisan dalam kehidupan bermasyarakat.

Oleh karena permasalah tersebut, penulis merasa perlu untuk meneliti

nilai-nilai pendidikan sosial yang ada di dalam ibadah haji. Akan tetapi,

penelitian ini akan di dasarkan pada study atas film Haji backpacker. Karena

menurut penulis, film ini memiliki hubungan dengan permasalahan diatas.

Haji Back Packer merupakan film religi yang di sutradarai oleh Daniel

Rifky. Tidak hanya memberikan sebuah hiburan saja, akan tetapi pelajaran

mengenai nilai-nilai sosial sangat kental sekali. Dalam kaitannya terhadap

pendidikan sosial, film ini memberikan pemahaman kepada para pembaca

tentang arti persaudaraan, kesamaan derajat, dan persatuan.

Kisah ini dimulai dari kisah seorang tokoh yang bernama Mada, yang

jatuh cinta kepada Sophia. Mada diperankan oleh Abimana arya satya.

Sementara Sophia, diperankan oleh Dewi sandra. Pada awalanya, Mada adalah

orang yang sangat ta’at pada agama. Disisi lain, ia juga memiliki sifat keras

kepala dan childish.

Suatu hari Mada datang kepada Shopia untuk menyatakan cinta. Akan

tetapi Shopia tidak memberikan jawaban apapun. Sebenarnya jauh didalam hati

(20)

menolak Mada, karena takut menghancurkan keyakinan si Mada. Adegan ini

terjadi dalam menit ke-13. Selanjutnya dalam penolakan Shopi terlihat dalam

beberapa adegan selanjutnya.

Sebelum melamar Shopia, Mada berdoa kepada Allah untuk merestui

hhubungannya dengan Shopia. Menurut pemahamannya, Allah merestui

hubungannya dengan sang pujaan hati. Hingga akhirnya ia datang kepada Soffi

untuk melamarnya.

Akan tetapi, di hari pernikahan mereka, Shopi pergi meninggalkan Mada.

Padahal, dari kedua pihak keluarga, penghulu dan tamu undangan sudah berada

di masjid untuk melangsungkan ijab-qobul. Mada sangat terpukul atas kejadian

itu. Ia marah kepada keluarganya, kakaknya, bahkan kepada Tuhannya.

Hingga akhirnya ia memutuskan untuk menjadi seorang backpacker.

Mada pergi ke Thailand untuk melupakan kejadian pahit yang menimpa

dirinya. Di Thailand, ia melampiaskan kemarahan dan kekecewaanya dengan

mabuk-mabukan dan pergi ke tempat hiburan.

Suatu malam Mada terlibat perkelahian dengan kelompok preman.

Dalam perkelahian itu, Mada menewaskan salah satu dari anggota preman

dengan mematahkan lehernya. Melihat temannya tewas, anggota preman yang

lain hendak menuntut balas kepada Mada. Akan tetapi, Mada dan temannya

dapat melarkan diri dengan menodongkan pisau. Aksi kejar-kejaran pun

terjadi. Mulai saat itu Mada menjadi buronan anggota preman tersebut. Adegan

ini menggambarkan watak si Mada yang childish. Adegan ini ditempatkan

(21)

Kabar pembunuhan itupun segera menyebar luas. Kakak Mada dan

Kedutaan Besar Indonesia yang berada di Thailand segera mengetahui kejadian

itu. Kakak Mada menyarankannya untuk pulang ke Indonesia, akan tetapi

Mada menolak. Akhirnya Mada pergi ke Vietnam atas saran dari salah seorang

staff kedubes tersebut.

Di Vietnam, Mada seperti gelandangan. Ia tidur di terminal, taman kota,

dan emperan toko. Untuk menyambung hidupnya ia bekerja sebagai kulli.

Kesehatan Mada semakin memburuk. Ia tidak punya cukup uang untuk berobat

dan mencari penginapan yang layak. Akhirnya ia tidur di dalam kardus. Ia

tidak tahu kalau kardus itu akan dikirim ke China.

Saat didalam kardus, ia merasa seperti tidur. Ia bermipi melihat dirinya

mati. Hingga akhirnya ia terbangun dan sudah berada di keluarga Shuchun.

Shuchun adalah anak seorang tabib dan sekaligus imam masjid di

kampungnya.

Keluarga Shuchun merupakan keluarga yang bijaksana. Hal ini tercermin

saat Mada diajak untuk sholat berjamaah di masjid oleh ayah Shuchun. Akan

tetapi Mada menolak. Kemudian ayah Shuchun bertanya tentang agamanya.

Mada tetap menjawab seorang muslim akan tetapi sudah lama tidak

bersembahyang. Ayah Shuchupun tidak memaksa dan malah meminta maaf

karena sudah menanyakan privasinya. Ia tetap berpikiran baik kepada Mada

bahwa yang dilakukan Mada pasti mempunyai alasan yang kuat. Dalam adegan

ini, mengandung pelajaran untuk saling menghormati privasi seseorang. adegan

(22)

Setelah itu, Mada pergi bersama Shuchun ke suatu tempat yang indah.

Disitu terlihat pegunungan dan aliran sungai yang jernih. Pemandangan di desa

Shuchun memang sangat indah. Kemduian mereka saling bertukar pikiran.

Shuchun menanyakan alasan Mada tidak mau bersembahyang lagi. Dan

akhirnya Madapun menceritakannya.

Dalam adegan ini, terjadi dialog yang menarik untuk disimak. Shuchun

mengomentari cerita Mada, bahwa rencana Allah sangat sempurna, dan

kekecewaan Mada hanya mencerminkan dirinya yang tidak mau menurut

kepada Allah. Kata-kata dari Shuchun kemudian menggetarkan kekerasan

hatinya. Kemudian ia pergi merenungi kebenaran kata-kata Shuchun.

Setelah merenungi kata-kata Shuchun, ke esokan harinya, Mada

memutuskan untuk pergi. Sebelum dia pergi, ayah Shuchun memberikan

sebuah kitab kepadanya. Yaitu, kitab Al-hikam.

Akhirnya ia pergi bersama paman Shuchun yang kebetulan sedang

mencari pengganti pekerjanya yang kabur. Di kota Lijiang, ia membantu

paman Shuchun berjualan. Suatu hari saat toko sedang sepi, Mada tertidur. Ia

bermimpi menaiki sebuah balon udara, kemudian balon udara itu jatuh karena

tertabrak kubah masjid. Mimpi itu dialaminya berulang kali.

Kemudian Mada berencana untuk ke India atas saran dari pemilik toko

sebelah. Di India dia disuruh menemui Syed Saman Chindy. Dia adalah

seorang ulama’ dan ahli tafsir mimpi.

Setelah pamit dengan pemilik toko, Mada di beri upah kerja dan

(23)

melewati negri Nepal dan Tibet. Ciri khas negeri tersebut di gambarkan

melalui tayangan penduduk yang sedang melakukan ritual keagamaan. Selain

itu, letak tempat ibadah tersebut berada di atas bukit.

Akhirnya sampailah Mada di India dan bertemu dengan Syed Salman

Childy. Sebelum Mada menceritakan keresahan hatinya, Syed Salman sudah

mengetahui maksud dan tujuannya. Bahkan, juga sudah mengetahui mimpi

yang dialaminya. Mada pun takjub melihat Syed Salam Chindy.

Dalam suatu adegan yang, saat film sudah menjukan durasi 1 jam lebih

18 menit, Mada melihat temanya menggedong seorang kakek yang lumpuh

untuk pergi ke Masjid. Kejadian ini mengingatkan Mada kepada ayahnya.

Kemdian ia berencana untuk ke Arab Saudi untuk mencari makam ayahnya.

Ayahnya meninggal di Arab Saudi saat menunaikan ibadah haji.

Akhirnya Mada melanjutkan perjalanannya ke Arab Saudi.

Ditengah-tengah perjalanan ia dihadang oleh suatu kelompok bersenjata. Mada dituduh

sebgai agen Mossad dan sempat di intimidasi. Kejadian ini terjadi saat di Iran.

Akhirnya Mada bisa lolos saat komandan pasukan menuruhnya membaca

Al-qur’an. Karena mengetahui Mada seorang muslim akhirnya ia ditolong dengan

mencarikan pekerjaan untuk Mada. Ia bekerja di suatu kapal yang menuju Arab

Saudi sebagai tukang bersih-bersih.

Sampailah Mada di Arab Saudi. Mada berhenti di tempat pemakaman

dan meratapi segala kesalahannya. Dia teringat sosok ayahnya yang selama ini

(24)

Akhirnya Mada bertobat dan sekaligus menunaikan ibadah haji pada saat

musim hajji datang.

Pada saat pengembaraan si Mada, peristiwa-peristiwa yang di alamiya

merupakan makna dari simbol-simbol dalam ritual haji. Banyak pesan-pesan

sosial yang terkandung di dalamnya. Berdasarkan latar belakang di atas, maka

penulis tertarik untuk meniliti kandungan nilai-nilai pendidikan sosial dalam

film yang berjudul “Haji Back Packer” karya Daniel Rifky.

B.Fokus Penelitian

Berdasarkan latar belakang diatas, maka penulis merumuskan beberapa

masalah antara lain:

1. Apa saja nilai-nilai pendidikan islam yang terkandung dalam film

Haji Backpacker?.

2. Apa pengertian Interaksi Simbolik?

3. Apa pengertian kedewasaan spiritual?

C. Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi nilai-nilai

pendidikan sosial dalam ibadah haji study atas film “Haji Back Packer” karya

Danial Rifky.

D.Manfaat Penelitian

Dalam penelitian ini, di harapkan dapat memberikan manfaat kepada

pembaca baik secara teoritis maupun secara praktis.

1. Manfaat Teoritis

(25)

b. Sebagai landasan pemikiran dalam menerapkan teori-teori yang sudah

ada dengan realitas kehidupan di masyarakat.

2. Manfaat Praktis

a. Sebagai sarana transformasi nilai-nilai pendidikan yang ada dalam

masyarakat.

b. Dapat memberikan kontribusi kepada pembaca dalam pendidikan terutam

dalam memahami makna atau hikmah yang terkandung dalam sebuah

film.

E.Penegasan Isltilah

Untuk menghindari kesalahpahaman bagi pembaca, maka penulis merasa

perlu meguraikan judul skripsi ini, yaitu “ Nilai-Nilai Pendidikan Sosial

dalam Ibadah Haji (Study atas Film Haji Back Packer)”. Penegasan ini

juga di maksudkan agar pembaca dapat dengan mudah memahi isi skripsi ini.

Adapun rincian pejelasan mengenai judul skripsi ini sebagai berikut:

1. Nilai

Nilai (Value) dalam Kamus Besar Bahas Indonesia berarti “harga atau

mutu sesuatu”. Setiap barang atau peristiwa tidak bisa lepas dari nilai. Nilai

inilah yang menyifati segala hal yang ada di dunia baik peristiwa maupun

barang. Selanjutnya Aziz (2009: 120) menjelaskan bahwa nilai merupakan

suatu otoritas ukuran dari subjek yang menilai, dalam artian koridor

keumuman dan kelaziman dalam batas-batas tertentu yang pantas bagi

(26)

Menurut Horton dan Hunt dalam Narwoko dan Syanto (2006: 55) nilai

adalah gagasan mengenai apakah suatu pengalaman itu berarti atau tidak.

Nilai juga dapat diartikan sebagai tolok ukur mengenai suatu makna yang

terkandung dalam suatu peristiwa. Tolok ukur ini digunakan sebagai standar

pertimbangan baik-buruk atau benar-salah terhadap suatu masalah.

2. Pendidikan Islam

Pendidikan berasal dari kata “didik”. Mendapat imbuhan “pe-an”

menjadi “pendidikan”. Secara etimologi, didik berarti “memelihara dan

memberi latihan”. Imbuhan “pe-an” memberi pengertian suatu proses atau

usaha. Jadi pendidikan adalah suatu proses atau usaha untuk mendidik dan

memelihara sesuatu.

Rifai dan Murni dalam Syukur (2014: 20) berpandangan bahwa

pendidikan adalah proses secara sistematis untuk mengubah tingkah laku

seseorang kearah yang lebih baik

Kata sosial berasal dari bahasa latin yaitu “socius” yang berarti

“kawan” (Narwoko dan Suyanto: 2006: 2). Pengertian sosial secara

etimologi ini merujuk pada hubungan manusia secara individu atau

kelompok. Oleh karena itu, manusia juga disebut dengan makhluk sosial.

Artinya, manusia tidak dapat memenuhi kebutuhannya sendiri tanpa bantuan

dari orang lain.

Jadi, pendidikan sosial adalah usaha yang di lakukan secara sadar oleh

seorang pendidik untuk mengarahkan sikap dan perilaku peserta didik

(27)

3. Film Haji Back Packer.

Haji Back Packer pada mulanya adalah sebuah novel karya Aguk

Irawan MN. Kemudian, novel ini diangkat menjadi karya film oleh Daniel

Rifki. Mada, tokoh utama dalam film ini diperankan oleh Abimana Arya

Satya.

Dalam film Haji Back Packer, Mada digambarkan sebagai seorang

yang sangat patuh dalam keluarga. Akan tetapi, karena suatu masalah ia

merasa kecewa dan marah. Kemudian si Mada pergi meninggalkan

keluarganya dan juga agamannya. Oleh karena suatu peristiwa

juga,kemudian dia sadar dan kembali kejalan yang benar.

Jadi, Film Haji Back Packer ini tidak menceritakan teknis-teknis

dalam ibadah haji. Akan tetapi lebih terfokus pada perjalanan spiritual si

Mada yang kembali menemukan Tuhannya setelah ia tinggalkan.

Selain nilai-nilai spiritual, film ini juga mengandung nilai-nilai

pendidikan sosial yang tergambar dalam beberapa peristiwa yang di alami

oleh Mada selama mengembara. Hal inilah, yang menarik perhatian penulis

untuk mengangkat nilai-nilai sosial dalam film ini. Lebih lanjut, penulis

menjelaskan bahwa film Haji Backpacker sesungguhnya menggambarkan

perjalanan dalam ibadah haji yang penuh dengan nilai-nilai spiritual dan

sosial.

F. Metode Penelitian

(28)

Jenis penelitian ini adalah kualitatif. Yaitu, prosedur penelitian yang

menghasilkan data deskriptif (Bogdan dan Taylor: 1992: 21). Jenis

penelitian ini sangat cocok digunakan dalam skripsi ini. Penulis

menganalisa setiap kejadian yang terdapat didalam film Haji Backpecker,

kemudian mendeskripsikannya atau menggambarkannya melalui tulisan.

Tentunya penulis hanya membatasi pada kejadian yang mengandung unsur

nilai pendidikan sosial. Hal ini dimaksudkan agar pembahasan dalam

skripsi ini sesuai dengan judulnya.

2. Objek Penelitian

Objek penelitian dalam penelitian ini adalah nilai-nilai pendidikan

sosial dalam ibadah haji yang terdapat dalam film Haji Back Packer.

3. Sumber Data

Data yang diambil dari penelitian ini adalah adegan dan dialog yang

ada dalam file film “Haji BackPacker”.

Adapun sumber data dari penelitian ini adalah:

a. Data Primer

Data Primer adalah data yang di peroleh langsung dari subyek

penelitian. Dalam penelitian ini, File film Haji Back Packer merupakan

data primer, yang kemudian di terjemahkan dalam bentuk skenario.

b. Data skunder

Data skunder adalah data tambahan yang sifatnya melengkapi

(29)

lainnya yang dapat di jadikan sebagai data tambahan atau data

pelengkap.

4. Metode Analisis Data

Metode yang digunakan penulis adalah Content Analysis (Analisis

Isi) yaitu, penelitian yang dilakukan untuk menganalisis data yang

terdokumentasi dalam rekaman suara, gambar, atau tulisan. Conten analysis

berangkat dari anggapan dasar dari ilmu-ilmu sosial bahwa studi tentang

proses dan komunikasi adalah dasar-dasar ilmu sosial. Dalam hal ini,

penulis melihat dan memahami adegan-adegan dalam film yang

berhubungan dengan nilai-nilai pendidikan sosial dalam film Haji

Backpacker. .

Secara teknik, Content Analysis mencakup upaya-upaya klasifikasi

lambang-lambang yang di pakai dalam komunikasi, menggunakan kriteria

dalam klasifikasi dan teknik analisis tertentu dalam membuat prediksi (

Bungin: 2010: 84). Dalam hal ini Krispendoff dalam Subrayogo (2001: 71)

juga berpendapat bahwa analisis isi bukan sekedar menjadikan isi pesan

sebagai obyeknya, melainkan lebih dari itu, terkait dengan

konsepsi-konsepsi yang lebih baru tentang gejala-gejala simbolik dalam dunia

komunikasi. Oleh karena itu, analisis isi berhubungan erat dengan

komunikasi atau isi komunikasi itu sendiri. Lebih lanjut, Krispendoff (1993:

15) menambahkan sebagai suatu tehnik peneliytian, analisis isi mencakup

prosedur-prosedur khusus untuk memproses data dengan tujuan

(30)

G. Kajian Pustaka

Sebagaiamana yang telah dikemukakan diatas, penelitian ini

difokuskan pada nilai-nilai pendidikan sosial dalam ibadah haji yang

didasarkan pada study atas film Haji Backpacker. Untuk menunjukan bahwa

topik yang diteliti belum pernah diteliti oleh peneliti lain dalam kontek yang

sama, maka penulis akan menuliskan beberapa judul skripsi terdahulu yang

berkaitan dengan tema pembasan penelitian ini. Diantara skripsi tersebut

adalah:

Skripsi Syahdara Anisa Ma’ruf (2011) mahasiswa UIN Sunan

Kalijaga Yogyakarta tentang nilai-nilai pendidikan Islam dalam film Sang

Pencerah. Dalam skripsi ini menjelaskan tentang film Sang Pencerah

sebagai alat bantu atau media dalam pendidikan Islam. Film sang pencerah

berbicara tentang Islam yang progresif, aktualis dan yang tidak hanya

membahas masalah syari’at, melainkan juga kemslahatan umat untuk

menegakkan agama Allah.

Skripsi Rosyid Rohman Nur Hakim (2012) mahasiswa UIN Sunan

Kalijaga Yogyakarta dengan judul “ Representasi Ikhlas dalam Film Emak

Ingin Naik Haji” yang didasarkan atas analisis semiotik terhadap tokoh

emak. Sementara metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah

metode kualitatif. Skripsi ini menjelaskan bagaimana ikhlas dipresentasikan

melalui tokoh emak yaitu, 1) pantang menyerah, 2) orang yang ikhlas dan

(31)

membutuhkannya, 5) selalu memaafkan kesalahan orang lain, 6) tidak

membeda-bedakan dalam pergaulan, 7) tawakal, dan 8) bersyukur.

Skripsi Ahmad Dairowi (2002) mahasiswa jurusan Pendidikan

Agama Islam (PAI) IAIN Sunan Kalijaga Yogyakarta yang mengangkat

judul “Nilai-Nilai Pendidikan Sosial dalam Surat At- Taubat Ayat 71

Analisis Ilmu Pendidikan Agama Islam”. Skripsi ini membahas mengenai

nilai-nilai pendidikan sosial yang terkandung dalam surat AT-Taubah ayat

71. Penelitian ini tergolong penelitian yang bertumpu pada study

kepustakaan (libarary reaserc). Sebab data yang dikumpulkan lebih banyak

mengambil dari buku, kitab atau dokument. Untuk mengolah data salah satu

metode yang digunakan penulis adalah metode analisis konsep. Yaitu, suatu

metode yang digunakan untuk menganalis ide atau pengertian dari para ahli

teori. Hasil penelitian ini menyebutkan bahwa nilai pendidikan sosial yang

terkandung dalam surat At-Taubat ayat 71 adalah tolong menolong sesama

manusia. Selain itu, skripsi ini juga membahas implikasi nilai pendidikan

sosial dalam dunia pendidikan.

Skripsi Siti Muniroh Ahmad (2004) mahasiswa IAIN Walisongo

Semarang dengan judul “Nilai-nilai Pendidikan Sosial dalam Ibadah Zakat”.

Dalam penelitian ini, penulis menggunakan metode library reaserc. Dalam

mengolah data penulis menggunakan metode analisis isi dan tematik.

Melalui metode tersebut, penulis menganasilis nilai-nilai pendidikan sosial

yang terkandung dalam ibadah zakat. Adapun nilai-nilai pendidikan sosial

(32)

Skripsi Panji Dwi Laksmana (2015) mahasiswa Pendidikan Sastra

dan Bahasa Indonesia dari Universitas Muhammadyah Surakarta (UMS)

yang mengangkat judul “Aspek Motivasi Tokoh Utama dalam Novel Haji

Backpacker karya Aguk Irawan: Tinjauan Psikologi Sastra dan

Implementasinya Sebagai Bahan Ajar di SMA”. Dalam pembahasan skripsi

ini lebih menekankan pada struktur dalam novel dan aspek motivasi tokoh

utama. Adapun struktur tema yang terdapat dalam novel ini adalah tentang

perjuangan, cinta, dan kehidupan. Sementara aspek motivasi dalam novel ini

adalah motivasi internal vs motivasi eksternal,motivasi mengajar

kesenangan vs motivasi menjauhi rasa sakit, motivasi positif vs negatif,

motivasi dini vs terlambat, motivasi pribadi vs orang lain, dan motivasi

statis vs motivasi dinamis. Jenis penelitian ini tergolong dalam penelitian

kualitatif deskriptif. Sementara tehnik yang digunakan dalam pengumpulan

data adalah tehnik pustaka.

Dari beberapa penelitian diatas, penulis belum menemukan judul

yang sama dengan skripsi ini. Perbedaan penelitian ini dengan penelitian

sebelumnya terletak pada objek kajiannya. Dengan demikian, penelitian ini

dapat dipertanggung jawabkan keasliaanya.

H. Sistematika Penulisan

BAB I berisi tentang Pendahuluan yang terdiri dari latar belakang

masalah, fokus penelitian, tujuan penelitian, manfaat penelitian, penegasan

(33)

BAB II menjelaskan gambaran secara umum mengenai nilai-nilai

pendidikan sosial. Seperti, penegertian pendidikan sosial, ruang lingkup,

urgennya pendidikan sosial. Selain itu, mengenai film sebagai media

pembelajaran, pengertian sampai kekuarangan dan kelebihan film sebagai

media pembelajaran juga dibahas dalam bab ini.

BAB III berisi tentang paparan data penelitian yang menggambarkan film

Haji Backpacker seperti tema, profil film, penokohan, lattar/ setting serta

biografi singkat sutradara.

BAB IV dalam bab ini menjelaskan tentang analisis film yang berisi

tentang Interaksi Simbolis dan Kedewasaan spiritual. Interaksi Simbolis ini

meliputi, sikap tolerasi, kasih sayang antar sesama dan tolong menolong.

Sementara dalam Kedewasaan Spiritual, mencakup pengalaman spiritual dan

kematangan beragama.

BAB V berisi tentang Penutup yang meliputi kesimpulan dan saran.

(34)

BAB II

LANDASAN TEORI

A. NILAI-NILAI PENDIDIKAN SOSIAL

1. Pengertian Nilai-Nilai Pendidikan Sosial

a.Pengertian Nilai

Nilai adalah suatu bagian yang pentiang dalam kehidupan

masyarakat. Suatu tindakan dianggap benar atau salah dan pantas atau

tidak jika sesuai dengan nilai-nilai yang telah disepakati bersama oleh

masyarakat dimana tindakan itu dilakukan. Hal ini seseuai dengan

pendapat Thaha (1996: 61) bahwa nilai menunjukan esensi yang melekat

pada sesuatu yang sangat berarti bagi kehidupan manusia.

Menurut Kattsoff (1992: 333) nilai sebagai esensi adalah hasil

ciptaan yang tahu, nilai sudah ada sejak semula, terdapat dalam setiap

kenyataan namun tidak bereksitensi, nilai itu bersifat obyektif dan tetap.

Dengan demikian dapat dikatakan bahwa nilai adalah sesuatu yang

mendasari segala hal yang ada di dunia ini. Sebab, nilai itu sendiri selalu

melakat pada setiap kenyataan. Sebagai contoh, mencuri merupakan

perbuatan yang buruk. Tindakan mencuri adalah kenyataan dan

pandangan masyarakat mengenai keburukan merupakan nilai yang

melekat pada tindakan itu.

Jadi, nilai adalah esensi yang melekat pada sesuatu yang sangat

(35)

mengenai suatu kenyataan. Dengan kata lain, esensi tersebut dapat

dijadikan suatu petimbangan dalam suatu hal.

Jika dikaitkan dengan istilah pendidikan, nilai merupakan suatu hal

yang ditanamkan kepada peserta didik oleh pendidik secara sadar untuk

mengembangkan potensi yang ada didalam diri peserta didik. Menurut

Sastrapratedja dalam Kaswardi (1993: 3) dalam hubungannya dengan

pendidikan, nilai dapat diartikan sebagai penanaman dan pengembangan

nilai-nilai dalam diri seseorang. Hakikat dari nilai-nilai yang dimaksud

adalah ajaran-ajaran luhur untuk mengarahkan sikap dan perilaku

seseorang dalam kehidupan bermasyarakat.

b.Pengertian Pendidikan Sosial

Pendidikan sosial adalah usaha untuk membimbing dan

mengembangkan potensi peserta didik secara optimal agar mereka dapat

berperan serasi dengan tuntutan kebutuhan masyarakat lingkungannya

(Jalaludin: 2003: 95). Berbeda dengan Purwanto (1998: 171) yang

menyatakan bahwa pendidikan sosial adalah pengaruh yang disengaja

yang datang dari pendidik-pendidik terhadap anak. Pengaruh-pengaruh

tersebut dimaksudkan untuk mengarahkan anak untuk menjadi anggota

yang baik dalam golongannya.

Pendapat Purwanto tersebut sejalan dengan pemikiran Ulwan (1981:

391) bahwa yang dimaksud dengan pendidikan sosial adalah pendidikan

anak sejak kecil agar terbiasa menjalankan adab sosial yang baik dan

(36)

yang abadi dan perasaan keimanan yang mendalam, agar di dalam

masyarakat nanti bisa tampil dengan pergaulan dan adab yang baik,

keseimbangan akal yang matang dan tindakan bijaksana. Jadi, pendidikan

sosial ini merupakan manifestasi dari perilaku dan watak yang mendidik

anak untuk menjalankan norma-norma yang berlaku dalam masyarakat.

Selain itu juga dapat menjadi kontrol sosial terhadap perilaku anak

Jadi nilai-nilai pendidikan sosial yang dimakasud penulis adalah

suatu esensi yang melekat pada setiap kenyataan yang ditanamkan oleh

pendidik kepada peserta didik sebagi bekal pertimbangan moral hidup di

masyarakat.

2. Metode Pendidikan Sosial

Secara etimologi, metode berasal dari bahasa Greek “meta” yang berarti

melalui dan “hodos” yang berarti jalan (Arifin: 2000: 97). Sedangkan dalam

pengertian yang umum “metode” diartikan cara mengerjakan sesuatu. Dalam

proses pendidikan, metode mempunyai peranan untuk mencapai suatu tujuan

pendidikan yang telah ditentukan.

Secara istiliah metode juga dapat diartikan sebagai cara untuk mencapai

tujuan. Efektivitas dan efisiensi suatu metode sangat bergantung pada situasi

dan kondisi pemakai. Selain itu pemakain metode harus disesuaikan dengan

situasi lingkungan sekitar.

Pemahaman mengenai metode ini menjadi sangat penting, sebab dapat

(37)

muncul adalah penyelewengan dan kurang maksimalnya suatu proses

pembelajaran.

Dalam hubungannya dengan pendidikan, metode dapat diartikan

dengan cara untuk mencapai tujuan pendidikan. Penggunaan metode dalam

proses pendidikan pada dasarnya adalah bentuk sikap selektif terhadap

pelaksanaan pengajaran.

Mainhaim dalam Joesosf (1992: 115-117) berpendapat bahwa ada dua

metode yang dapat digunakan yaitu:

a. Metode langsung, adalah mengadakan hubungan langsung secara pribadi

dan kekeluargaan dengan individu-individu yang bersangkutan, yaitu

dengan cara langsung mendatangi dan memberikan arahan serta bimbingan

agar orang tersebut mempunyai keinginan untuk berbuat kebaikan.

b. Metode tidak langsung, maksudnya mengadakan hubungan secara tidak

langsung kepada individu/masyarakat yang menjadi sasaran. Cara ini juga

bisa dimanfaatkan walaupun tidak secara langsung menghadapi orang,

karena dengan cara ini bisa memberikan nasehat pada orang lain setelah

itu dia akan menyampaikannya pada orang tersebut.

Sedangkan metode pendidikan sosial menurut Ulwan(1981: 392)

adalah:

a. Penanaman dasar-dasar psikhis yang mulia, seperti: takwa, persaudaraan,

kasih sayang, mengutamakan orang lain, dan suka memberi maaf.

b. Pemeliharaan hak-hak orang lain, baik terhadap orang tua, saudarasaudara,

(38)

c. Pelaksanaan tata kesopanan sosial, seperti adab makan dan minum, adab

memberi salam, adab minta ijin, dan adab di dalam majlis.

d. Pengawasan dan kritik sosial, misalnya memelihara pendapat umum.

Selain itu, Khatib (2001: 95-96) menyatakan bahwa ada cara-cara yang

harus ditempuh dalam pendidikan sosial antara lain:

a. Memberi contoh yang baik kepada anak-anaknya dalam tingkah laku

sosial yang sehat berdasar prinsip-prinsip dan nilai-nilai agama.

b. Menjadikan rumah itu sebagai tempat di mana tersedia

hubungan-hubungan sosial yang berhasil.

c. Menggalakkan mereka mendapatkan kerja yang menolong mereka

berdedikasi dari segi ekonomi.

d. Membiasakan mereka hidup sederhana supaya lebih bersedia menghadapi

kesulitan hidup sebelum terjadi.

e. Bersifat adil di antara mereka.

f. Membiasakan mereka cara-cara Islam dalam makan,minum, duduk, tidur,

memberi salam, berziarah, masuk rumah yang telah di diami orang dan

lain-lain lagi kegiatan hidup.

g. Membiasakan anak-anaknya secara berangsur-angsur berdikari dan

memikul tanggungjawab dan membimbingnya, jika mereka bersalah

dengan lemah lembut.

h. Menjauhkan mereka dari sikap manja dan berfoya-foya, jangan menghina

dan merendahkan mereka dengan kasar sebab sifat memanjakan dan

(39)

i. Memperlakukan mereka dengan lemah lembut dengan menghormatinya di

depan kawan-kawannya tetapi jangan melepaskan kekuasaan kebapaan

mereka terhadap anak-anaknya.

Dari pemapaparan berbagai pendapat para ahli tersebut, maka dapat

dipahami bahwa seorang anak harus harus diajarkan dan dibiasakan untuk

melakukan hal-hal yang baik. Dengan kata lain, metode pendidikan sosial

merupakan cara yang aplikatif penanaman nilai-nilai sosial dalam kehidupan

sehari-hri.

3. Tujuan Pendidikan Sosial

Setiap usaha, kegiatan dan tindakan yang disengaja untuk mencapai

suatu tujuan, harus mempunyai landasan berpijak yang baik dan kuat

(Darodjat: 1996: 19). Tujuan itu sendiri adalah sesuatu yang diinginkan

tercapai setelah usaha atau kegiatan tersebut selesai. Dalam suatu pendidikan

tujuan yang hendak dicapai pada hakikatnya adalah aplikasi dari nilai-nilai

yang melekat pada pribadi seseorang. Nilai-nilai tersebut dapat

mempengaruhi watak dan perilaku seseorang yang menjelma melalui tingkah

laku. Dalam pendidikan sosial diharapkan terciptanya manusia yang tanggap

akan masalah-masalah sosial, sehingga dapat berperan aktif dalam

membangun masyarakat yang lebih baik (Humaid: 2011).

Abdullah (1994: 150) berpandangan bahwa tujuan pendidikan sosial

adalah peserta didik diharapkan mampu menguasai

keterampilan-keterampilan sosial yang dibutuhkan agar mampu berkomunikasi dengan

(40)

kemampuan untuk berinteraksi dengan baik kepada orang lain, mampu

memberikan solusi terhadap suatu permasalahan, mempunyai kepekaan sosial

serta dapat bersikap dengan tepat saat ketika menghadapi suatu permasalahan

yang rumit.

Sementara menurut Jalaludin (2003: 95) Tujuan pendidikan sosial

adalah membentuk manusia yang memiliki kesadaran akan kewajiban, hak

dan tanggungjawab sosial serta sikap toleran, agar keharmonisan antar

sesama manusia dapat berjalan dengan harmonis. Dalam hubungannya

dengan kehidupan bermasyarakat, maka tujuan pendidikan diarahkan kepada

pembentukan manusia sosial yang memiliki sifat toleran, tolong menolong,

cinta kasih serta ketaqwaan sebagai dasar sikap dan tingkah laku.

Syaibani dalam Langgulung (1979: 426-427) berpendapat bahwa

perubahan yang diinginkan melalui proses dan usaha pendidikan baik dalam

tingkah laku, kehidupan pribadi, kehidupan bermasyarakat, dan alam sekitar

dimana individu itu hidup. Proses pengajaaran tersebut merupakan suatu

aktivitas asasi dalam masyarakat.

Dari berbagai pendapat para ahli diatas maka penulis merumuskan

tujuan pendidikan sosial adalah membentuk manusia yang memiliki

keterampilan-keterampilan sosial, kesadaran akan hak dan kewajiban serta

tanggung jawab sosial sebagai bekal hidup ditengah-tengah masyarakat.

Lebih lanjut penulis menjelaskan, dengan adanya pendidikan sosial

(41)

B. Urgensi Pendidikan Sosial

Di era globalisasi ini, tuntutan kebutuhan semakin meningkat.

Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi menjadi salah satu faktor

pendorongnya. Hal inilah yang memicu timbulnya persaingan bebas

dikalangan masyarakat. Masyarakat yang tidak mampu bersaing menjadi

kelompok yang termarjinalkan atau tertindas.

Persaingan yang terjadi, menyebabkan masyarakat kehilangan kepedulian

sosial. Masyarakat cenderung memikirkan diri sendiri atau kelompoknya

dalam memenuhi kebutuhannya. Oleh karena itu, pendidikan sosial menjadi

sangat penting dalam menciptakan masyarakat yang sosialis. Melalui

pendidikan sosial, seseorang akan lebih peka terhadap situasi yang terjadi di

lingkungan sekitarnya.

Pendidikan merupakan institusi sosial yang menggarap manusia melalui

proses tertentu untuk mencapai tujuan tertentu. Manusia merupakan kesatuan

antara jiwa dan raga. Maka dari itu, untuk mengembangkan potensi yang ada,

serta keterampilan-keterampilan sosial dibutuhkan suatu pendidikan yang

menjunjung tinggi nilai-nilai sosial kemasyarakatan.

Berkaitan dengan hal ini, Fakhrudin (2014: 94) menyatakan bahwa suatu

pendidikan harus memberikan prioritas untuk membangkitkan nilai-nilai

kehidupan, serta menjelaskan implikasinya terhadap kualitas hidup

masyarakat. Sementara nilai-nilai kehidupan dalam pembahasan ini adalah

nilai yang dijunjung tinggi oleh masyarakat. Sebab, tujuan pendidikan sosial

(42)

humanis melalui keterampilan-keterampilan sosial yang didapatnya melalui

proses pendidikan.

Mulyana dalam Fakhrudin (21014: 95) menyatakan kaitannya dengan

dinamika kehidupan bahwa pendidikan sosial secara praktis untuk mengatasi

kemungkinan terjadinya dehumanisasi yang disebabkan kemajuan ilmu

pengetahuan dan teknologi. Sementara humanisasi sendiri adalah merupakan

suatu proses membangun karakter kemanusiaan dalam diri manusia, yang

menghargai harkat dan martabat manusia sebagai makhluk yang memiliki

hak-hak sosial. Dengan demikian, pendidikan sosial menjadi penting sebab

pendidikan sosial bermaksud membentuk insan manusia yang memiliki

komitmen humaniter sejati, yaitu insan yang memiliki kebebasan, kesadaran

dan tanggung jawab sebagai makhluk individu sekaligus makhluk sosial

(Sulistyorini: 2011: 33).

C. Gambaran Umum Mengenai Film

1. Pengertian dan Sejarah Film Indonesia.

a. Pengertian Film

Film atau gambar hidup merupakan gambar-gambar dalam frame di

mana frame demi frame diproyeksikan melalui lensa proyektor secara

mekanis sehingga pada layar terlihat gambar itu hidup. Film bergerak

dengan cepat dan bergantian sehingga memberikan visual yang continue

(Arsyad: 2011: 48). Selain itu juga ada penambahan efek audio yang

semakin memberikan kesan nyata dalam setiap gambar. Oleh karena itu,

(43)

Film sering juga disebut gambar hidup (moving picture).

Sementara yang dimaksud dengan gambar hidup adalah kombinasi antara

gerakan, kata-kata, musik dan warna (Hamalik: 1977: 102). Lebih lanjut

penulis menjelaskan film itu diproyeksikan melalui lensa proyektor secara

mekanis. Kemudian pada layar muncul gambar yang berkesan hidup atau

nyata.

Dalam UU perfilman No. 8 tahun 1992 karya cipta budaya yang

merupakan media komunikasi massa dipandang, didengar yang dibuat atas

dasar asas sinematografi direkam pada pita selluloid, pita video, piringan

video dan bahan-bahan hasil temuan teknologi lainnya dalam segala

bentuk, jenis dan ukuran melalui proses kimiawi elektronik dan proses

lainnya.

Film pada dasarnya hanyalah sebuah gambar yang bergerak.

Gerakan yang muncul merupakan disebabkan karena keterbatasan

kemampuan mata dan otak manusia dalam menangkap pergantian

sejumlah gambar dalam hitungan detik. Film menjadi media yang sangat

berpengaruh, karena efek audio dan visualnya dapat berkolaborasi dengan

baik sehingga membuat para penontonnya tidak merasa bosan dan lebih

mudah mengingatnya.

Dalam hal mengembangkan pesan, film memiliki kelebihan

dibandingkan dengan media lain. Film dapat menjangkau orang banyak

(44)

memanipulasi kenyataan yang nampak dengan pesan fotografis tanpa

kehilangan kredibilitasnya (Quail: 1991: 15)

b. Sejarah Film

Pertunjukan film di Indonesia mulai dikenal orang pada tahun

1990. Sebab, pada waktu itu iklan pemutaran film di bioskop sudah

termuat dalam koran-koran. Sedangkan untuk pembuatan film di Indonesia

sesungguhnya sudah dikenal orang sejak tahun 1910. Itupun hanya sebatas

film dokumenter, berita atau laporan. Pada tahun 1926, barulah mulai

pembuatan film cerita pertama kali di Bandung.

Assegaf dalam Rousydiy(1989: 188) mengemukakan bahwa dalam

catatan Armijn Pane, inisiatif pembuatan film di Indonesia pada mulainya

dipegang oleh dua orang tokoh dari Eropa yaitu, F. Charli dan G. Kruger.

Lebih lanjut Efendy (2003: 211) menjelaskan film yang pertama kali di

Indonesia adalah “Lely dan Java” yang diproduksi di Bandung oleh David.

Sementara untuk film yang pertama kali dimuat dalam surat kabar adalah

Loetoeng Kasarung oleh Haeuveldrop. Film ini juga merupakan film cerita

pertama kali di Indonesia. Film ini diputar dibioskop Elita dan Oriental di

kota Bandung. Kemudian Eulis Atjih, Bung Amat Tangkap Kodok, dan

Lari Arab. Eulis Atjih ini, selanjutnya menyebabkan munculnya film Nyai

Desima yang menggambarkan kehidupan Indonesia dan Belanda.

Selain orang-orang dari Eropa, selanjutnya adalah orang dari

Tionghoa yang ikut memperluas khasanah perfilman di Indonesia pada

(45)

menguntungkan. Mereka mendirikan Jacarta Film Co dan Tan, yang

dikenal dengan Wong Bersaudara. Perusahaan ini sangat populer di

massanya.

Perusahaan film Wong Bersaudara berkembang sangat pesat

hingga menghasilkan berbagai film seperti, Pareh (Manus Franken),

Terang Bulan (1937), Fatimah (1938) dan sebagaianya. Selanjutnya

perusahaan ini kemudian diambil alih oleh Jepang ketika perang Asia

Timur Raya Pecah. Tidak hanya Wong Besaudara, perusahaan film seperti

South Pacific dan Multi Film juga menjadi korban dari perang antara

Jepang dan Belanda ini.

Pada waktu itu, Jepang menggunakan film sebagai alat

propaganda. Pemerintah Jepang kemudian mendirikan pusat kebudayaan

Keiin Bunka Shidoso yang bergerak dalam bidang kesenian. Dan pada

akhirnya berdirilah organisasi yang mengatur tentang film yaitu Jawa Eiga

Kosha (Perusahaan Film Jawa) pada bulan Oktober 1942.

Berbeda dengan beberapa tahun yang lalu, dunia perfilman

Indonesia saat ini sudah mengalami beberapa kemajuan. Dalam hal

teknologi, kualitas gambar yang sudah berwarna. Berbeda dengan zaman

dahulu, gambar pada film masih hitam putih. Selain itu, kemajuan yang

lain adalah munculnya beberapa televisi swasta seperti, SCTV, RCTI, TPI,

(46)

2. Unsur dan Jenis-jenis Film

a. Unsur-unsur dalam Film.

Adapun unsur-unsur yang terdapat dalam sebuah fil antara lain:

1) Judul

2) Crident title yang meliputi produser, karyawan, artis dan sebagainya.

3) Tema

4) Intrik yaitu, usaha pemeranan film untuk mencapai tujuan.

5) Klimaks adalah benturan antara kepentingan

6) Plot atau alur cerita.

7) Suspend atau keterangan mengenai masalah.

8) Setting, berkaitan dengan latar belakang terjadinya peristiwa, waktu,

dan tempat.

9) Sinopsis adalah gambaran secara umum mengenai cerita.

10)Trailer yaitu, bagian yang paling menarik dalam film.

11)Karakter atau watak yang diperankan oleh tokoh.

b. Jenis-jenis Film.

Ditinjau dari segi sifatnya, film dibedakan menjadi beberap jenis, antara

lain:

1) Film cerita (story)

Film cerita adalah jenis film yang menyajikan kepada publik

sebuah cerita. Film jenis ini lazim dipertontonkan di bioskop dengan

(47)

layaknya barang dagangan, untuk semua kalangan masyarakat,

dimanapun ia berada.

2) Film berita (news)

Film berita adalah film mengenai peristiwa yang benar-benar

terjadi. karena sifatnya berita, maka film yang disajikan kepada

public harus mengandung niali berita.

3) Film dokumenter (documentary film)

Film dokumenter dilihat dari segi subjek dan pendekatannya

adalah penyajian hubungan manusia yang didramatisir dengan

kehidupan kelembagaannya, baik lembaga industri, sosial maupun

politik, dan jika dilihat dari segi teknik merupakan bentuk yang

kurang penting dibanding isinya.

4) Film kartun (cartoon film)

Titik berat pembuatan film kartun adalah seni lukis. Satu perstau

gambar dilukis dengan seksama umtuk kemudian dipotret satu per

satu pula. Dan apabila rangkaian lukisan sebanyak 16 buah, setiap

detiknya diputar dalam proyektor film, sehingga lukisan tersebut

menjadi terlihat hidup.

Film Haji Backpacker ini termasuk dalam jenis film cerita. Sebab

dalam film ini berisi tentang cerita perjalanan spiritual seorang tokoh

melalui serangkaian peristiwa yang dialaminya.

(48)

Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi saat ini telah

menyebabkan perubahan-perubahan yang signifikan dalam kehidupan

manusia. Oleh karena itu, perlu adanya penyesuaian dalam rangka mengikuti

perkembangan zaman. Salah satu usaha yang dapat dilakukan oleh lembaga

pendidikan atau yang lainnya adalah dengan penggunaan media dalam setiap

proses pembelajaran.

Media merupakan salah satu faktor penentu keberhasilan proses

pembelajaran. Tidak hanya sebagai alat bantu, akan tetapi media juga menjadi

bagian penting dalam pendidikan atau pembelajaran. Media dapat

mempermudah seorang pendidik dalam menyampaikan materi-materi

pelajaran. Lebih lanjut Hamalik dalam Arsyad (2011: 15) mengemukakan

bahwa pemakaian media pembelajaran dalam proses belajar mengajar dapat

membangkitkan keinginan dan minat yang baru, membangkitkan motovasi

dan rangsangan kegiatan belajar, bahkan membawa pengaruh-pengauh

psikologis terhadap siswa.

Media sangat berpengaruh terhadap penerimaan materi seorang siswa.

Seorang siswa akan lebih mudah memahami suatu pelajaran, jika media yang

dipakai seorang pendidik menyenangkan atau tidak membosankan. Dengan

kata lain, media yang baik adalah media yang mampu menumbuhkan minat

belajar siswa terhadap suatu materti pelajaran.

Salah satu media yang menarik dalam proses pembelajaran adalah film.

Sebagai media pembelajaran, film merupakan media audio visual yang paling

(49)

media film sangat dekat sekali dengan kehidupan sehari-hari masyarakat.

Penggunaan alat audio visual tersebut ditunjukan untuk meningkatkan

efektivitas dan efisiensi proses belajar mengajar, sehingga anak-anak

diharapkan mampu mengembangkan daya nalar serta daya rekanya

(Darwanto: 2007: 101).

Film merupakan suatu media yang digunakan untuk merekam keadaan

atau mengungkapkan sesuatu. Selain itu, film juga dapat dipakai untuk

memenuhi kebutuhan umum yaitu, mengkomunikasikan suatu gagasan, pesan,

atau kenyataan. Ada banyak keuntungan yang diperoleh dalam penggunaan

film sebagai media pembelajaran. Menurut Asnawir dan Usman (2002: 94-95)

beberapa keuntungan tersebut adalah:

1. Film dapat menggambarkan suatu proses, misalnnya proses pembuatan

suatu keterampilan tangan dan sebagainya.

2. Dapat menimbulkan kesan ruang dan waktu.

3. Pengambarannya bersifat 3 dimensional.

4. Suara yang dihasilkan dapat menimbulkan realita pada gambar dalam

bentuk ekspresi murni.

5. Dapat menyampaikan suara seorang ahli sekaligus melihat penampilannya.

6. Kalau film tersebut berwarna, dapat menambah realita objek yang

diperagakannya.

7. Dapat menggambarkan teori sain dan animasi.

Selain dari kelebihan atau keunnggulan film sebagai media pembelajaran,

(50)

Surprijanto (2009: 176-177) adapun kelemahan dalam penggunaan media film

antara lain:

1. Mahal

2. Jika digunakan kurang tepat berdampak kurang baik.

3. Kurang efektif untuk pengajaran yang sesungguhnya.

4. Baru bermanfaat jika digunakan sebagai pelengkap dari metode

pengajaran yang lain.

Dari beberapa pemaparan diatas dapat ditari kesimpulan bahwa

penggunaan film sebagai media pendidikan atau pembelajran dapat

meningkatkan kemampuan belajar, bukan hanya untuk untuk anak-anak

melainkan juga untuk semua tingkatan usia. Selain itu juga dapat merangsang

motivasi belajar seseorang. Sebab unsur-unsur dalam film mampu mengikat

emosi seseorang yang menontonnya. Penelitian Patricia dalam Darwanto

(2007: 129) menyatakan bahwa:

Satu kelompok menonton film kartun dengan suara, sedang kelompok lain menonton film gambar bersuara yang gambarnya tidak bergerak. Ternyata hasilinya menunjukan bahwa anak-anak yang menonton film kartun lebih banyak menyerap informasi dibandingkan dengan kelompok lain.

Akan tetapi perlu diingat juga, bahwa film sebagai media, pada hakikatnya

hanyalah sebagai alat bantu dalam proses belajar mengajar. Sebab, penggunaanya

(51)

BAB III

GAMBARAN UMUM FILM

HAJI BACK PACKER

A. Biografi Sutradara

Danial Rifki lahir di Jakarta pada 3 Desember 1989. Ayahnya, H.

Achmad Husni sehari-sehari menjadi guru ngaji di kampungnya. Sementara

ibunya yang bernama Hj. Luchah Djanah selain menjadi ibu rumah tangga,

beliau juga ikut membantu suaminya dalam mengajarkan ilmu agama kepada

anak-anak dikampungnya. Dengan latar belakang dari keluarga yang religius,

Danial diharapkan mampu meneruskan perjuangan ayahnya dalam bersyi’ar

ilmu agama melalui majlis ta’lim dirumahnya. Akan tetapi, ia memiliki

pandangan lain mengenai cara berdakwah. Menurutnya dalam wawancara

penulis via email mengatakan bahwa film adalah media penyuara kebaikan

dan sebuah film bisa memberi pencerahan kepada setiap orang yang menonton

(Rifki: 2015).

Pria yang menikah pada awal tahun lalu ini, sejak kecil senang sekali

menonton film. Ketika berada di depan televisi atau didalam gedung bioskop

dia begitu khusuk menonton dan larut dalam dunia yang diciptakan oleh film

itu. Awalnya dia bercita-cita untuk menjadi seorang aktor. Oleh karena itu,

saat duduk dibangku Sekolah Dasar (SD) hingga Sekolah Menengah Atas

(SMA) dia juga masuk dalam sanggar seni Teater. Akan tetapi, dikemudian

(52)

hebat dalam sebuah film adalah orang-orang yang berada dibalik layar. Sejak

saat itulah dia berkeinginan untuk menjadi seorang sutradara dan penulis.

Selain hobby nonton film, Danial juga gemar sekali berpetualang naik

sepeda ke kampung-kampung sebelah bahkan sampai bikin geng sepeda

bersama teman-temannya. Kegemarannya naik sepeda keliling kampung

membuatnya tangggap akan permasalahan-permasalahan yang ada

dilingkungannya. Oleh karena itu, karya-karyanya sering sekali mengangkat

tema sosial.

Meski tergolong baru, sineas muda Danial Rifki ini bisa dikatakan sukses

dalam karirnya. Hal ini dibuktikan dengan beberapa karyanya yang mendapat

penghargaan salah satunya adalah film berjudul “Tanah Surga” yang

mendapat penghargaan sebagai “Best Screen Play” dalam Bandung Film

Festival pada tahun 2013. Sebelumnya, naskah pertamanya ini sudah

mengejutkan publik yang mendapat penghargaan piala Citra dalam Festival

Film Indonesia 2012 di Bandung.

Kesuksesan seorang Daniel Rifki ini tidak lepas dari ketekunannya dalam

menggeluti bidang yang dipelajarinya. Tidak hanya didalam kampus, Danial

Rifki juga berguru langsung kepada 2 mentornya, senior di dunia perfilman

Indonesia ; Garin Nugroho dan Slamet Rahardjo Djarot. Alasan Danial

mengidolakannya dalam wawancara penulis vis email adalah tokoh tersebut

memiliki bahasa sinema yang berbeda. Slamet Rahardjo memiliki sudut

pandang masyarakat bawah. Sementara Garin Nugroho mampu melihat segala

(53)

pandangan dari kedua mentornya yang memiliki kepedulian terhadap

tema-tema sosial.

Berbicara sutaradara luar negeri, semasa kuliah film di IKJ, Danial

sangat mengagumi para sineas dari Iran seperti, Bahman Ghobadi, Abbas

Kiarostami, dan Mokhsen Makhmalbaf. Menurutnya dalam majalah Sufi

(2014),film yang mereka buat memiliki nilai sufistik. Hal inilah yang

kemudian menyebabkan seorang Danial dalam membuat film memiliki spirit

religi.

Namanya semakin melecit melalui film garapannya “La Tahzan” pada

tahun 2013 meledak dipasaran. Kemudian barulah disusul dengan film

terbarunya berjudul “Haji Backpacker” yang rilis pada tanggal 23 Oktober

2014.

B. Karya dan Penghargaan Sutradara

1. Director

- Melborne (rewind 2016)

- Haji Backpacker (2014)

- La Tahzan (2013)

- Anak-anak Lumpur (2010)

- Karena Aku Sayang Markus (2007)

2. Writer

- Haji Backpacker (2014)

- My Idiot Brother (2014)

(54)

- Tanah Surga Katanya (2012)

3. Awards

- Tanah Surga Katanya- Best Screen Play dalam Bandung Film Festival

2013.

- Tanah Surga Katanya- Best Original Story dalam Indonesian Film

Festival 2012.

- Anak- anak Lumpur- Pemenang dalam ajang Kyoto International

Student Film and Video Festival 2010.

- Karena Aku Sayang Markus- Best Short Film dalam Indonesian Film

Festival 2007.

C. Tentang Film Haji Back Packer

1. Profil

a. Diproduksi oleh: Falcon Picture

b. Produser : Frederica

c. Sutradara : Danial Rifky

d. Pemain : Abimana Aryasatya

Laudya Cintya Bella

Ray Sahetapy

Dewi Sandra

Laura Basuki

Dion Wiyokko

Kenes Andari

(55)

Dimas Argobie

e. Penulis : Jujur prananto

f. Editor : Andi Mamo

g. Fotografi : yoyok Budi Santoso

h. Musik : Indra Q

i. Tahun : 2014

j. Durasi : 01: 42: 13

2. Genre

Genre berasal dari bahasa Perancis yang artinya “makna atau

bentuk”. Dalam dunia film, genre dapat didefinisikan sebagai jenis atau

klasifikasi dari sekelompok film yang memiliki karakter atau pola yang

sama (khas). Pengklasifikasian tersebut menghasilkan genre-genre

populer seperti aksi, petualangan, drama, komedi, horor, dan sebagainya

(Pratista: 2008: 10).

Oleh karena itu, fungsi utama genre adalah untuk mempermudah

dalam pengklasifikasian film. Selain itu, dalam sebuah industri film juga

sering menggunakan genre sebagai strategi marketing. Genre yang saat ini

menjadi tren, digunakan sebagai tolok ukur film yang akan diprodusi.

Selain untu klasifikasi, genre juga dapat berfungsi sebagai antisipasi

penonton terhadap film yang ditonton. Jika seseorang telah memutuskan

untuk melihat sebuah film dengan genre tertentu, maka sebelumnya ia

telah mendapatkan gambaran umum mengenai film yang akan ia tonton.

(56)

pengharapan-pengharapanyang membawa penonton kepada suasana hati yang

diharapkan dengan cepat.

Film Haji Backpacker merupakan salah satu film yang

bergenredrama.Film- film drama pada umumnya berhubungan erat

dengan tema, cerita, setting, karakter, serta suasananya yang memotret

kehidupan nyata. Kisahnya seringkali menggugah emosi, dramatik, dan

mampu menguras air mata penontonya. Tema umumnya mengangkat isu

sosial baik skala besar (masyarakat) maupun skala kecil seperti ketidak

adilan, ketidak adilan, diskriminasi, kekerasan, politik dan sebagainya.

Sementara drama religi merupakan pengembangan lansung dari

genre drama. Dalam drama religi lebih menekankan pada isu-isu yang

berhubungan dengan sosial agama. Seperti film Haji Backpacker yang

bercerta tentang kisah perjalanan spiritual seorang pemuda yang kembali

menemukan jalan Tuhannya. Di dalamnya terdapat isu-isu yang lazim

beredar di masyarakat seperti percintaan, ketidak adilan, kekerasan,

penderitaan dan kesadaran. Meskipun film ini bertema religi akan tetapi

banyak adegan-adegan dalam film yang memberi pelajaran sosial kepada

penonton.

3. Plot/ Alur

Plot atau alur adalah rangkaian pola-pola atau peristiwa yang

membangun kejadian atau situasi. Menurut Foster dalam Pradopo (2002:

79) plot adalah rangkain peristiwa yang berdasarkan hubungan

(57)

tingkah laku, dan sikap tokoh-tokoh.Oleh karenanya alur sangat berkaitan

erat dengan penokohan dalam menonjolkan tema cerita.

Pratista (2008: 34) menambahkan bahwa plot/ alur adalah rangkaian

peristiwa yang disajikan secara visual maupun audio dalam film. Sineas

dapat memilih serta melepas bagian cerita tertentu yang dianggap tidak

perlu tanpa meninggalkan inti alur cerita. Urutan waktu cerita secara

umum dibagi menjadi dua pola yakni:

1. Pola linier.

Plot linier adalah dimana waktu berjalan sesuai urutan aksi peristiwa

tanpa adanya interupsi waktu yang signifikan. Penuturan cerita secara

linier memudahkan penonton untuk memahami hubungan kausalitas

jalinan satu peristiwa dengan peristiwa yang lain.

2. Pola non linier.

Non Linier adalah pola urutan waktu plot yang jarang digunakan

dalam film cerita. Pola ini memanipulasi urutan waktu kejadian

dengan mengubah urutan plotnya. Sehingga membuat hubungan

kausalitasnya tidak jelas. Akan tetapi keunggulan pola ini adalah

dapat menimbulkan kesan penasran kepada penonton. Sehingga,

penonton tidak cepat merasa bosan.

Dalam film ini, Danial Rifki menggunakan pola urutan waktu non

linier untuk mengkonstruksi kejadian-kejadian, konflik serta klimaks

dalam film ini. Sebagai contoh pola linier dalam film Haji Backpacker

Referensi

Dokumen terkait

Guru menggunakan metode ceramah, tanya jawab, diskusi dalam menanamkan nilai-nilai Pancasila kepada peserta didik melalui pembelajaran PKn yang dibuktikan dengan

Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan data/fakta yang tepat (shahih, benar, valid) dan dapat dipercaya (reliable) tentang seberapa jauh hubungan antara sikap konsumen

Hal inilah yang melatar belakangi konsep judul dan konsep acara sakukurata ini, yaitu memberikan informasi kepada penonton bahwa dalam menikmati wisata alam dan

Variasi yeast yang digunakan pada penelitian ini adalah 7,2%, 7,6%, 8,0%, 8,4%, 8,8% dan 9,2% w/w dari 100 gram ubi jalar putih.Dari penelitian Nur Rohmadi pada

Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalah yang akan dibahas oleh penulis dalam Laporan Akhir ini adalah bagaimana cara merancang sistem informasi tarif

1) Satu tumpuan, bila ukuran tiang pendek. 2) Dua tumpuan, bila ukuran tiang panjang. Dalam hal ini yang penting diusahakan besarnya momen positif sama dengan momen

Berdasarkan hasil analisis dan pengolahan data hasil pelaksanaan penelitian tindakan kelas pada mata pelajaran IPA tentang perubahan wujud benda, yang berlangsung selama dua siklus

Secara teoritis diharapkan dapat dijadikan sebagai pedoman dalam upanya meningkatkan pembelajaran dan memperkaya kajian tentang peranan pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan