NILAI- NILAI PENDIDIKAN ISLAM DALAM FILM
HAJI BACKPACKER
S K R I P S I
Diajukan Untuk Memenuhi Kewajiban dan Melengkapi Syarat
Guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Islam (S.Pd.I)
Dalam Ilmu Tarbiyah
Oleh
MUHAMAD MUHLAS
111 11 126
JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN (FTIK)
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN)
MOTTO
“Ajaklah kejalan Tuhanmu dengan hikmah dan pelajaran yang baik, dan bantahlah mereka dengan cara yang baik pula”
PERSEMBAHAN
Skripsi ini penulis persembahkan kepada pihak-pihak yang penulis anggap mempunyai peran penting dalam hidupnya
1. Teruntuk Ayahanda dan Ibunda tercinta Asmuni dan Sholikah tersayang yang
telah membesarkan dan mendidikku dengan penuh cinta dan kesabaran serta
ikhlas-tulus memberikan dukungan dan doa restunya kepada penulis.
2. Nenek ku tercinta yang telah merawatku sejak kecil.
3. Kakakku Zainal Arifin, terima kasih atas dukungan, nasehat dan segala
macam bantuan baik material / spirital.
4. Keluarga Joko Indriyanto yang juga telah memberikan memberikan motivasi
kepada penulis untuk terus melanjutkan studinya di IAIN Salatiga.
5. Teman-teman TEATER GETAR yang selalu memberikan semangat.
6. Masyarakat desa Ketapang khususnya Dsn. Ketapang RT 002/001 terimakasih
atas bantuannya baik material maupun sepiritual.
7. Serta seluruh keluarga dan teman-temanku yang tidak bisa disebutkan
KATA PENGANTAR
ميحرلا نمحرلا الله مسب
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah
melimpahkan rahmat, hidayah dan taufiqnya, sehingga penulis dapat
menyelesaikan penulisan skripsi ini. Sholawat serta salam kami haturkan kepada
junjungan kita Nabi Agung Muhammad SAW yang telah menuntun umatnya ke
jalan kebenaran dan keadilan.
Skripsi ini penulis susun dalam rangka memenuhi tugas dan melengkapi
syarata guna untuk memperoleh gelar sarjana pendidikan. Adapun jugul skripsi ini
adalah “NILAI-NILAI PENDIDIKAN ISLAM DALAM FILM HAJI
BACKPACKER”.
Penulisan skripsi ini tidak lepas dari berbagai pihak yang telah
memberikan dukungan moril maupun meteriil. Dengan penuh kerendahan hati,
penulis mengucapkan terima kasih kepada:
1. Bapak Dr. Rahmat Hariyadi, M.Pd. selaku Rektor IAIN Salatiga
2. Bapak Suwardi, M.Pd. selaku Dekan Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan
IAIN Salatiga.
3. Ibu Siti Rukhayati, M.Pd. selaku Ketua Jurusan PAI IAIN Salatiga
4. Bapak Dr. Mukti Ali, M. Hum. selaku Dosen Pembimbing yang telah
berkenan secara ikhlas dan sabar meluangakan waktu serta mencurahkan
pikiran dan tenaganya memberi bimbingan dan pengarahan yang sangat
berguna sejak awal proses penyusunan dan penulisan hingga terselesaikannya
ABSTRAK
Muhlas, Muhamad. 2016. Nilai-nilai Pendidikan Sosial dalam Ibadah Haji (Study atas Film Haji Backpacker). Skripsi. Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan. Jurusan Pendidikan Agama Islam. Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Salatiga. Pembimbing : Dr. Mukti Ali, M. Hum.
Kata Kunci: Nilai-nilai, Pendidikan Sosial, Film Haji Backpacker..
Pendidikan merupakan isntitusi sosial yang menggarap manusia melalui proses tertentu dengan tujuan tertentu. Untuk mengembangkan potensi yang ada, serta keterampilan-keterampilan sosial dibutuhkan suatu pendidikan yang menjunjung tinggi nilai-nilai sosial kemasyarakatan. Nilai merupukan esensi yang melekat pada suatu kenyataan. Jika dikaitkan dengan istilah pendidikan maka nilai merupakan sesuatu yang ditanamkan oleh pendidik kepada peserta didik. Sedangkan pendidikan sosial adalah suatu usaha untuk membimbing dan mengembangkan potensi peserta didik secara optimal agar mereka dapat berperan serasi dengan tuntutan kebutuhan masyarakat lingkungannya.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui : nilai-nilai pendidikan sosial dalam ibadah haji yang didasarkan atas analisis terhadap film Haji Backpacker karya Danial Rifki. Jenis penelitian ini adalah kualitatif. Yaitu, prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif. Sedangkan Metode yang digunakan adalah metode conten analysis, yaitu penelitian yang dilakukan untuk menganalisis data yang terdokumentasi dalam rekaman suara, gambar, atau tulisan. Secara tehnik, conten analysis meliputi upaya-upaya klasifikasi lambang-lambang yang dipakai dalam komunikasi. Peneliti mengfokuskan penelitian ini pada nilai-nilai pendidikan sosial dalam ibadah haji yang terdapat didalam film Haji Backpacker.
Nilai-nilai pendidikan sosial yang ada dalam film haji backpacker terbagi menjadi dua sub tema yaitu: 1. Interaksi simbolis adalah segala hal yang berhubungan dengan pembentukan makna dari proses saling mempengaruhi yang terjadi baik antara inividu dengan individu, individu dengan kelompok ataupun kelompok dengan kelompok. Interak simbolik ini mencakup sikap toleransi, tolong menolong dan kasih sayang. 2. Kedewasaan spiritual adalah masa dimana seseorang telah mencapai perkembangannya secara spiritual. Spiritual sendiri merupakan bagian dari perkembangan kedewasaan seseorang. Kedewasaan Spiritual ini dibagi menjadi pengalaman agama dan kematangan agama.
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ... i
HALAMAN BERLOGO ... ii
HALAMAN DEKLARASI ... iii
PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN ... iv
HALAMAN NOTA PEMBIMBING ... v
HALAMAN PENGESAHAN ... vi
MOTTO ... vii
PERSEMBAHAN ... viii
KATA PENGANTAR ... ix
ABSTRAK ... xi
DAFTAR ISI ... xiii
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1
B. Fokus Penelitian ... 9
C. Tujuan Penelitian ... 9
D. Manfaat Penelitian ... 10
E. Penegasan Istilah ... 10
F. Metode Penelitian ... 13
G. Kajian Pustaka ... 15
H. Sistematika Penulisan ... 18
BAB II LANDASAN TEORI A. Nilai-nilai Pendidikan Sosial ... 19
a. Nilai ... 19
b. Pendidikan Sosial ... 20
2. Metode Pendidikan Sosial ... 21
3. Tujuan Pendidikan Sosial ... 24
B. Urgensi Pendidikan Sosial ... 26
C. Gambaran Umum Mengenai Film ... 27
1. Pengertian dan Sejarah Film ... 27
a. Pengertian Film ... 27
b. Sejarah Film ... 29
2. Unsur-unsur dan Jenis-jenis Film ... 31
a. Usnsur-unsur dalam Film ... 31
b. Jenis-jenis Film ... 31
D. Film Sebagai Media Pembelajaran ... 33
BAB III GAMBARAN UMUM FILM HAJI BACKPACKER A. Biografi Sutradara ... 36
B. Karya dan Penghargaan Sutradara ... 38
C. Tentang Film Haji Backpacker ... 39
1. Profil ... 39
2. Genre ... 40
3. Plot/ Alur ... 41
4. Latar/ Setting ... 43
5. Penokohan dan Karakter Tokoh Utama ... 46
6. Sinopsis ... 48
A. Interaksi Simbolis ... 52
1. Toleransi ... 54
2. Kasih Sayang ... 57
3. Tolong-menolog ... 60
B. Kedewasaan Spiritual ... 62
1. Pengalaman Spiritual ... 64
2. Kematangan Beragama ... 68
BAB V PENUTUP A. Kesimpulan ... 73
B. Saran ... 75
BAB I
PENDAHULUAN
A.Latar Belakang Masalah
Islam adalah agama yang universal. Ajaran-ajaran yang terkandung di
dalamnya menyentuh seluruh aspek kehidupan manusia. Baik dari segi moral,
sosial, ekonomi, maupun politik. Oleh karenanya, Islam mudah diterima oleh
masyarakat. Kehidupan dunia dalam Islam, di atur dalam hukum mu’amalah
(fiqih mu’amalah). Sementara dalam kehidupan akhirat, Islam mengatur dalam
hukum ibadah (fiqih ibadah).
Islam merupakan agama yang sangat memperhatikan nilai-nilai sosial.
Seluruh ibadah dalam Islam, tak terkecuali ibadah haji, mempunyai korelasi
dan kontribusi dalam perubahan sikap dan perilaku masyarakat (Majid: 2000:
253). Setiap perubahan yang terjadi, di harapkan mampu menciptakan
hubungan yang harmonis di dalam masyarakat.
Ibadah haji menjadi rukun Islam yang kelima. Dalam ibadah haji terdapat
simbol-simbol yang kaya akan nilai-nilai pendidikan sosial. Sebagai contoh, di
wajibkannya memakai pakain Ihrom yang serba putih. Hal ini melambangkan
kesamaan derajat umat manusia di hadapan Allah. Baik yang miskin atau kaya,
semua berpakaian sama. Haji adalah gambaran yang jelas tentang solidaritas
umat Islam yang berkumpul dalam rapat tahunan (Boizard: 1979: 65).
Melihat fenomena haji saat ini, seharusnya dapat menjadi kabar gembira
menciptakan masyarakat yang egaliter. Yaitu, masyarakat yang memandang
semua manusia itu sama.
Orang-orang yang sudah melaksanakan ibadah haji, tentunya tingkat
keimanan, ketaqwaan dan jiwa sosial mereka lebih tinggi dibanding
orang-orang yang belum menunaikan ibadah haji. Dalam ibadah haji terdapat tiga
tahapan penting yaitu, tahap pengetahuan, tahap kesadaran dan tahap cinta.
Seseorang yang sudah mengetahui kebesaran Allah, maka akan timbul
kesadarannya sebagai manusia. Seiring dengan itu, rasa cinta kepada Allah dan
sesama akan tumbuh pula. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa, semakin
banyak jumlah orang yang naik haji, maka masyarakat akan semakin sejahtera.
Saat ini, banyak masyarakat khususnya di Indonesia sudah melaksanakan
haji. Setiap tahunnya pemerintah Indonesia memberangkatkan lebih dari 1500
jamaah haji. Pada tahun ini saja, sebanyak 155.200 jamaah haji di
berangkatkan. Hal ini menunjukan betapa haji menjadi dambaan bagi setiap
muslim.
Akan tetapi, melihat realita yang ada di dalam masyarakat, orang-orang
yang sudah naik haji ini tidak menunjukan perubahan-perubahan sikap yang
signifikan. Sikap dan perilaku mereka tidak jauh beda dengan saat mereka
belum naik haji. Bahkan mereka cenderung menunjukan sikap riya’ atas
kehajian mereka. Sebagai contoh, keharusan penambahan kata haji di depan
nama. Hal in sepertinya sudah lazim terjadi di masyarakat, khususnya
Banyak orang yang beranggapan bahwa haji adalah sebuah gelar.
Kehajian mereka di gunakan untuk meningkatkan status sosial. Kekeliruan ini
kemudian di manfaatkan oleh sebagaian orang untuk pencitraan diri. Misalnya,
pada musim kampanye para calon-calon legislatif menuliskan gelar haji di
depan namanya. Kemudian para pejabat pemerintahan yang muslim, juga
melakukan hal yang sama. Sebutan haji sesungguhnya hanya ada dalam
masyrakat Indonesia saja. Penulis belum pernah mendengar ulama’ dari Arab
menggunakan gelar haji.
Uraian diatas menunjukan bahwa ada pemahaman yang keliru mengenai
makna dan tujuan ibadah haji. Selain ibadah mahdloh, haji merupakan ibadah
ghoiru mahdloh. Ibadah mahdloh adalah ibadah yang berhubungan langsung
dengan Allah atau bersifat vertikal. Sedangkan ibadah ghoiru mahdloh adalah
ibadah yang berhubungan antara manusia dengan manusia lainnya atau bersifat
horizontal. Akan tetapi kebanyakan orang hanya memahami haji merupakan
ibadah yang bersifat vertikal. Makna sosial yang ada didalamnya seringkali
terlupakan. Allah berfiman:
Dari pengertian ayat Al-Qur’an di atas, dapat dipahami bahwa ibadah
haji memiliki hubungan yang erat terhadap nilai-nilai sosial. Seperti,
persaudaraan, kesamaan derajat, dan pesatuan. Hal ini ditunjukan dengan
dilarangnya berbuat rafats (perkataan buruk), berbuat fasik (kerusakan), dan
beradu argument yang dapat menimbulkan perkelahian. Karena, ketiga
perbuatan itu dapat merusak keharmonisan dalam kehidupan bermasyarakat.
Oleh karena permasalah tersebut, penulis merasa perlu untuk meneliti
nilai-nilai pendidikan sosial yang ada di dalam ibadah haji. Akan tetapi,
penelitian ini akan di dasarkan pada study atas film Haji backpacker. Karena
menurut penulis, film ini memiliki hubungan dengan permasalahan diatas.
Haji Back Packer merupakan film religi yang di sutradarai oleh Daniel
Rifky. Tidak hanya memberikan sebuah hiburan saja, akan tetapi pelajaran
mengenai nilai-nilai sosial sangat kental sekali. Dalam kaitannya terhadap
pendidikan sosial, film ini memberikan pemahaman kepada para pembaca
tentang arti persaudaraan, kesamaan derajat, dan persatuan.
Kisah ini dimulai dari kisah seorang tokoh yang bernama Mada, yang
jatuh cinta kepada Sophia. Mada diperankan oleh Abimana arya satya.
Sementara Sophia, diperankan oleh Dewi sandra. Pada awalanya, Mada adalah
orang yang sangat ta’at pada agama. Disisi lain, ia juga memiliki sifat keras
kepala dan childish.
Suatu hari Mada datang kepada Shopia untuk menyatakan cinta. Akan
tetapi Shopia tidak memberikan jawaban apapun. Sebenarnya jauh didalam hati
menolak Mada, karena takut menghancurkan keyakinan si Mada. Adegan ini
terjadi dalam menit ke-13. Selanjutnya dalam penolakan Shopi terlihat dalam
beberapa adegan selanjutnya.
Sebelum melamar Shopia, Mada berdoa kepada Allah untuk merestui
hhubungannya dengan Shopia. Menurut pemahamannya, Allah merestui
hubungannya dengan sang pujaan hati. Hingga akhirnya ia datang kepada Soffi
untuk melamarnya.
Akan tetapi, di hari pernikahan mereka, Shopi pergi meninggalkan Mada.
Padahal, dari kedua pihak keluarga, penghulu dan tamu undangan sudah berada
di masjid untuk melangsungkan ijab-qobul. Mada sangat terpukul atas kejadian
itu. Ia marah kepada keluarganya, kakaknya, bahkan kepada Tuhannya.
Hingga akhirnya ia memutuskan untuk menjadi seorang backpacker.
Mada pergi ke Thailand untuk melupakan kejadian pahit yang menimpa
dirinya. Di Thailand, ia melampiaskan kemarahan dan kekecewaanya dengan
mabuk-mabukan dan pergi ke tempat hiburan.
Suatu malam Mada terlibat perkelahian dengan kelompok preman.
Dalam perkelahian itu, Mada menewaskan salah satu dari anggota preman
dengan mematahkan lehernya. Melihat temannya tewas, anggota preman yang
lain hendak menuntut balas kepada Mada. Akan tetapi, Mada dan temannya
dapat melarkan diri dengan menodongkan pisau. Aksi kejar-kejaran pun
terjadi. Mulai saat itu Mada menjadi buronan anggota preman tersebut. Adegan
ini menggambarkan watak si Mada yang childish. Adegan ini ditempatkan
Kabar pembunuhan itupun segera menyebar luas. Kakak Mada dan
Kedutaan Besar Indonesia yang berada di Thailand segera mengetahui kejadian
itu. Kakak Mada menyarankannya untuk pulang ke Indonesia, akan tetapi
Mada menolak. Akhirnya Mada pergi ke Vietnam atas saran dari salah seorang
staff kedubes tersebut.
Di Vietnam, Mada seperti gelandangan. Ia tidur di terminal, taman kota,
dan emperan toko. Untuk menyambung hidupnya ia bekerja sebagai kulli.
Kesehatan Mada semakin memburuk. Ia tidak punya cukup uang untuk berobat
dan mencari penginapan yang layak. Akhirnya ia tidur di dalam kardus. Ia
tidak tahu kalau kardus itu akan dikirim ke China.
Saat didalam kardus, ia merasa seperti tidur. Ia bermipi melihat dirinya
mati. Hingga akhirnya ia terbangun dan sudah berada di keluarga Shuchun.
Shuchun adalah anak seorang tabib dan sekaligus imam masjid di
kampungnya.
Keluarga Shuchun merupakan keluarga yang bijaksana. Hal ini tercermin
saat Mada diajak untuk sholat berjamaah di masjid oleh ayah Shuchun. Akan
tetapi Mada menolak. Kemudian ayah Shuchun bertanya tentang agamanya.
Mada tetap menjawab seorang muslim akan tetapi sudah lama tidak
bersembahyang. Ayah Shuchupun tidak memaksa dan malah meminta maaf
karena sudah menanyakan privasinya. Ia tetap berpikiran baik kepada Mada
bahwa yang dilakukan Mada pasti mempunyai alasan yang kuat. Dalam adegan
ini, mengandung pelajaran untuk saling menghormati privasi seseorang. adegan
Setelah itu, Mada pergi bersama Shuchun ke suatu tempat yang indah.
Disitu terlihat pegunungan dan aliran sungai yang jernih. Pemandangan di desa
Shuchun memang sangat indah. Kemduian mereka saling bertukar pikiran.
Shuchun menanyakan alasan Mada tidak mau bersembahyang lagi. Dan
akhirnya Madapun menceritakannya.
Dalam adegan ini, terjadi dialog yang menarik untuk disimak. Shuchun
mengomentari cerita Mada, bahwa rencana Allah sangat sempurna, dan
kekecewaan Mada hanya mencerminkan dirinya yang tidak mau menurut
kepada Allah. Kata-kata dari Shuchun kemudian menggetarkan kekerasan
hatinya. Kemudian ia pergi merenungi kebenaran kata-kata Shuchun.
Setelah merenungi kata-kata Shuchun, ke esokan harinya, Mada
memutuskan untuk pergi. Sebelum dia pergi, ayah Shuchun memberikan
sebuah kitab kepadanya. Yaitu, kitab Al-hikam.
Akhirnya ia pergi bersama paman Shuchun yang kebetulan sedang
mencari pengganti pekerjanya yang kabur. Di kota Lijiang, ia membantu
paman Shuchun berjualan. Suatu hari saat toko sedang sepi, Mada tertidur. Ia
bermimpi menaiki sebuah balon udara, kemudian balon udara itu jatuh karena
tertabrak kubah masjid. Mimpi itu dialaminya berulang kali.
Kemudian Mada berencana untuk ke India atas saran dari pemilik toko
sebelah. Di India dia disuruh menemui Syed Saman Chindy. Dia adalah
seorang ulama’ dan ahli tafsir mimpi.
Setelah pamit dengan pemilik toko, Mada di beri upah kerja dan
melewati negri Nepal dan Tibet. Ciri khas negeri tersebut di gambarkan
melalui tayangan penduduk yang sedang melakukan ritual keagamaan. Selain
itu, letak tempat ibadah tersebut berada di atas bukit.
Akhirnya sampailah Mada di India dan bertemu dengan Syed Salman
Childy. Sebelum Mada menceritakan keresahan hatinya, Syed Salman sudah
mengetahui maksud dan tujuannya. Bahkan, juga sudah mengetahui mimpi
yang dialaminya. Mada pun takjub melihat Syed Salam Chindy.
Dalam suatu adegan yang, saat film sudah menjukan durasi 1 jam lebih
18 menit, Mada melihat temanya menggedong seorang kakek yang lumpuh
untuk pergi ke Masjid. Kejadian ini mengingatkan Mada kepada ayahnya.
Kemdian ia berencana untuk ke Arab Saudi untuk mencari makam ayahnya.
Ayahnya meninggal di Arab Saudi saat menunaikan ibadah haji.
Akhirnya Mada melanjutkan perjalanannya ke Arab Saudi.
Ditengah-tengah perjalanan ia dihadang oleh suatu kelompok bersenjata. Mada dituduh
sebgai agen Mossad dan sempat di intimidasi. Kejadian ini terjadi saat di Iran.
Akhirnya Mada bisa lolos saat komandan pasukan menuruhnya membaca
Al-qur’an. Karena mengetahui Mada seorang muslim akhirnya ia ditolong dengan
mencarikan pekerjaan untuk Mada. Ia bekerja di suatu kapal yang menuju Arab
Saudi sebagai tukang bersih-bersih.
Sampailah Mada di Arab Saudi. Mada berhenti di tempat pemakaman
dan meratapi segala kesalahannya. Dia teringat sosok ayahnya yang selama ini
Akhirnya Mada bertobat dan sekaligus menunaikan ibadah haji pada saat
musim hajji datang.
Pada saat pengembaraan si Mada, peristiwa-peristiwa yang di alamiya
merupakan makna dari simbol-simbol dalam ritual haji. Banyak pesan-pesan
sosial yang terkandung di dalamnya. Berdasarkan latar belakang di atas, maka
penulis tertarik untuk meniliti kandungan nilai-nilai pendidikan sosial dalam
film yang berjudul “Haji Back Packer” karya Daniel Rifky.
B.Fokus Penelitian
Berdasarkan latar belakang diatas, maka penulis merumuskan beberapa
masalah antara lain:
1. Apa saja nilai-nilai pendidikan islam yang terkandung dalam film
Haji Backpacker?.
2. Apa pengertian Interaksi Simbolik?
3. Apa pengertian kedewasaan spiritual?
C. Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi nilai-nilai
pendidikan sosial dalam ibadah haji study atas film “Haji Back Packer” karya
Danial Rifky.
D.Manfaat Penelitian
Dalam penelitian ini, di harapkan dapat memberikan manfaat kepada
pembaca baik secara teoritis maupun secara praktis.
1. Manfaat Teoritis
b. Sebagai landasan pemikiran dalam menerapkan teori-teori yang sudah
ada dengan realitas kehidupan di masyarakat.
2. Manfaat Praktis
a. Sebagai sarana transformasi nilai-nilai pendidikan yang ada dalam
masyarakat.
b. Dapat memberikan kontribusi kepada pembaca dalam pendidikan terutam
dalam memahami makna atau hikmah yang terkandung dalam sebuah
film.
E.Penegasan Isltilah
Untuk menghindari kesalahpahaman bagi pembaca, maka penulis merasa
perlu meguraikan judul skripsi ini, yaitu “ Nilai-Nilai Pendidikan Sosial
dalam Ibadah Haji (Study atas Film Haji Back Packer)”. Penegasan ini
juga di maksudkan agar pembaca dapat dengan mudah memahi isi skripsi ini.
Adapun rincian pejelasan mengenai judul skripsi ini sebagai berikut:
1. Nilai
Nilai (Value) dalam Kamus Besar Bahas Indonesia berarti “harga atau
mutu sesuatu”. Setiap barang atau peristiwa tidak bisa lepas dari nilai. Nilai
inilah yang menyifati segala hal yang ada di dunia baik peristiwa maupun
barang. Selanjutnya Aziz (2009: 120) menjelaskan bahwa nilai merupakan
suatu otoritas ukuran dari subjek yang menilai, dalam artian koridor
keumuman dan kelaziman dalam batas-batas tertentu yang pantas bagi
Menurut Horton dan Hunt dalam Narwoko dan Syanto (2006: 55) nilai
adalah gagasan mengenai apakah suatu pengalaman itu berarti atau tidak.
Nilai juga dapat diartikan sebagai tolok ukur mengenai suatu makna yang
terkandung dalam suatu peristiwa. Tolok ukur ini digunakan sebagai standar
pertimbangan baik-buruk atau benar-salah terhadap suatu masalah.
2. Pendidikan Islam
Pendidikan berasal dari kata “didik”. Mendapat imbuhan “pe-an”
menjadi “pendidikan”. Secara etimologi, didik berarti “memelihara dan
memberi latihan”. Imbuhan “pe-an” memberi pengertian suatu proses atau
usaha. Jadi pendidikan adalah suatu proses atau usaha untuk mendidik dan
memelihara sesuatu.
Rifai dan Murni dalam Syukur (2014: 20) berpandangan bahwa
pendidikan adalah proses secara sistematis untuk mengubah tingkah laku
seseorang kearah yang lebih baik
Kata sosial berasal dari bahasa latin yaitu “socius” yang berarti
“kawan” (Narwoko dan Suyanto: 2006: 2). Pengertian sosial secara
etimologi ini merujuk pada hubungan manusia secara individu atau
kelompok. Oleh karena itu, manusia juga disebut dengan makhluk sosial.
Artinya, manusia tidak dapat memenuhi kebutuhannya sendiri tanpa bantuan
dari orang lain.
Jadi, pendidikan sosial adalah usaha yang di lakukan secara sadar oleh
seorang pendidik untuk mengarahkan sikap dan perilaku peserta didik
3. Film Haji Back Packer.
Haji Back Packer pada mulanya adalah sebuah novel karya Aguk
Irawan MN. Kemudian, novel ini diangkat menjadi karya film oleh Daniel
Rifki. Mada, tokoh utama dalam film ini diperankan oleh Abimana Arya
Satya.
Dalam film Haji Back Packer, Mada digambarkan sebagai seorang
yang sangat patuh dalam keluarga. Akan tetapi, karena suatu masalah ia
merasa kecewa dan marah. Kemudian si Mada pergi meninggalkan
keluarganya dan juga agamannya. Oleh karena suatu peristiwa
juga,kemudian dia sadar dan kembali kejalan yang benar.
Jadi, Film Haji Back Packer ini tidak menceritakan teknis-teknis
dalam ibadah haji. Akan tetapi lebih terfokus pada perjalanan spiritual si
Mada yang kembali menemukan Tuhannya setelah ia tinggalkan.
Selain nilai-nilai spiritual, film ini juga mengandung nilai-nilai
pendidikan sosial yang tergambar dalam beberapa peristiwa yang di alami
oleh Mada selama mengembara. Hal inilah, yang menarik perhatian penulis
untuk mengangkat nilai-nilai sosial dalam film ini. Lebih lanjut, penulis
menjelaskan bahwa film Haji Backpacker sesungguhnya menggambarkan
perjalanan dalam ibadah haji yang penuh dengan nilai-nilai spiritual dan
sosial.
F. Metode Penelitian
Jenis penelitian ini adalah kualitatif. Yaitu, prosedur penelitian yang
menghasilkan data deskriptif (Bogdan dan Taylor: 1992: 21). Jenis
penelitian ini sangat cocok digunakan dalam skripsi ini. Penulis
menganalisa setiap kejadian yang terdapat didalam film Haji Backpecker,
kemudian mendeskripsikannya atau menggambarkannya melalui tulisan.
Tentunya penulis hanya membatasi pada kejadian yang mengandung unsur
nilai pendidikan sosial. Hal ini dimaksudkan agar pembahasan dalam
skripsi ini sesuai dengan judulnya.
2. Objek Penelitian
Objek penelitian dalam penelitian ini adalah nilai-nilai pendidikan
sosial dalam ibadah haji yang terdapat dalam film Haji Back Packer.
3. Sumber Data
Data yang diambil dari penelitian ini adalah adegan dan dialog yang
ada dalam file film “Haji BackPacker”.
Adapun sumber data dari penelitian ini adalah:
a. Data Primer
Data Primer adalah data yang di peroleh langsung dari subyek
penelitian. Dalam penelitian ini, File film Haji Back Packer merupakan
data primer, yang kemudian di terjemahkan dalam bentuk skenario.
b. Data skunder
Data skunder adalah data tambahan yang sifatnya melengkapi
lainnya yang dapat di jadikan sebagai data tambahan atau data
pelengkap.
4. Metode Analisis Data
Metode yang digunakan penulis adalah Content Analysis (Analisis
Isi) yaitu, penelitian yang dilakukan untuk menganalisis data yang
terdokumentasi dalam rekaman suara, gambar, atau tulisan. Conten analysis
berangkat dari anggapan dasar dari ilmu-ilmu sosial bahwa studi tentang
proses dan komunikasi adalah dasar-dasar ilmu sosial. Dalam hal ini,
penulis melihat dan memahami adegan-adegan dalam film yang
berhubungan dengan nilai-nilai pendidikan sosial dalam film Haji
Backpacker. .
Secara teknik, Content Analysis mencakup upaya-upaya klasifikasi
lambang-lambang yang di pakai dalam komunikasi, menggunakan kriteria
dalam klasifikasi dan teknik analisis tertentu dalam membuat prediksi (
Bungin: 2010: 84). Dalam hal ini Krispendoff dalam Subrayogo (2001: 71)
juga berpendapat bahwa analisis isi bukan sekedar menjadikan isi pesan
sebagai obyeknya, melainkan lebih dari itu, terkait dengan
konsepsi-konsepsi yang lebih baru tentang gejala-gejala simbolik dalam dunia
komunikasi. Oleh karena itu, analisis isi berhubungan erat dengan
komunikasi atau isi komunikasi itu sendiri. Lebih lanjut, Krispendoff (1993:
15) menambahkan sebagai suatu tehnik peneliytian, analisis isi mencakup
prosedur-prosedur khusus untuk memproses data dengan tujuan
G. Kajian Pustaka
Sebagaiamana yang telah dikemukakan diatas, penelitian ini
difokuskan pada nilai-nilai pendidikan sosial dalam ibadah haji yang
didasarkan pada study atas film Haji Backpacker. Untuk menunjukan bahwa
topik yang diteliti belum pernah diteliti oleh peneliti lain dalam kontek yang
sama, maka penulis akan menuliskan beberapa judul skripsi terdahulu yang
berkaitan dengan tema pembasan penelitian ini. Diantara skripsi tersebut
adalah:
Skripsi Syahdara Anisa Ma’ruf (2011) mahasiswa UIN Sunan
Kalijaga Yogyakarta tentang nilai-nilai pendidikan Islam dalam film Sang
Pencerah. Dalam skripsi ini menjelaskan tentang film Sang Pencerah
sebagai alat bantu atau media dalam pendidikan Islam. Film sang pencerah
berbicara tentang Islam yang progresif, aktualis dan yang tidak hanya
membahas masalah syari’at, melainkan juga kemslahatan umat untuk
menegakkan agama Allah.
Skripsi Rosyid Rohman Nur Hakim (2012) mahasiswa UIN Sunan
Kalijaga Yogyakarta dengan judul “ Representasi Ikhlas dalam Film Emak
Ingin Naik Haji” yang didasarkan atas analisis semiotik terhadap tokoh
emak. Sementara metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah
metode kualitatif. Skripsi ini menjelaskan bagaimana ikhlas dipresentasikan
melalui tokoh emak yaitu, 1) pantang menyerah, 2) orang yang ikhlas dan
membutuhkannya, 5) selalu memaafkan kesalahan orang lain, 6) tidak
membeda-bedakan dalam pergaulan, 7) tawakal, dan 8) bersyukur.
Skripsi Ahmad Dairowi (2002) mahasiswa jurusan Pendidikan
Agama Islam (PAI) IAIN Sunan Kalijaga Yogyakarta yang mengangkat
judul “Nilai-Nilai Pendidikan Sosial dalam Surat At- Taubat Ayat 71
Analisis Ilmu Pendidikan Agama Islam”. Skripsi ini membahas mengenai
nilai-nilai pendidikan sosial yang terkandung dalam surat AT-Taubah ayat
71. Penelitian ini tergolong penelitian yang bertumpu pada study
kepustakaan (libarary reaserc). Sebab data yang dikumpulkan lebih banyak
mengambil dari buku, kitab atau dokument. Untuk mengolah data salah satu
metode yang digunakan penulis adalah metode analisis konsep. Yaitu, suatu
metode yang digunakan untuk menganalis ide atau pengertian dari para ahli
teori. Hasil penelitian ini menyebutkan bahwa nilai pendidikan sosial yang
terkandung dalam surat At-Taubat ayat 71 adalah tolong menolong sesama
manusia. Selain itu, skripsi ini juga membahas implikasi nilai pendidikan
sosial dalam dunia pendidikan.
Skripsi Siti Muniroh Ahmad (2004) mahasiswa IAIN Walisongo
Semarang dengan judul “Nilai-nilai Pendidikan Sosial dalam Ibadah Zakat”.
Dalam penelitian ini, penulis menggunakan metode library reaserc. Dalam
mengolah data penulis menggunakan metode analisis isi dan tematik.
Melalui metode tersebut, penulis menganasilis nilai-nilai pendidikan sosial
yang terkandung dalam ibadah zakat. Adapun nilai-nilai pendidikan sosial
Skripsi Panji Dwi Laksmana (2015) mahasiswa Pendidikan Sastra
dan Bahasa Indonesia dari Universitas Muhammadyah Surakarta (UMS)
yang mengangkat judul “Aspek Motivasi Tokoh Utama dalam Novel Haji
Backpacker karya Aguk Irawan: Tinjauan Psikologi Sastra dan
Implementasinya Sebagai Bahan Ajar di SMA”. Dalam pembahasan skripsi
ini lebih menekankan pada struktur dalam novel dan aspek motivasi tokoh
utama. Adapun struktur tema yang terdapat dalam novel ini adalah tentang
perjuangan, cinta, dan kehidupan. Sementara aspek motivasi dalam novel ini
adalah motivasi internal vs motivasi eksternal,motivasi mengajar
kesenangan vs motivasi menjauhi rasa sakit, motivasi positif vs negatif,
motivasi dini vs terlambat, motivasi pribadi vs orang lain, dan motivasi
statis vs motivasi dinamis. Jenis penelitian ini tergolong dalam penelitian
kualitatif deskriptif. Sementara tehnik yang digunakan dalam pengumpulan
data adalah tehnik pustaka.
Dari beberapa penelitian diatas, penulis belum menemukan judul
yang sama dengan skripsi ini. Perbedaan penelitian ini dengan penelitian
sebelumnya terletak pada objek kajiannya. Dengan demikian, penelitian ini
dapat dipertanggung jawabkan keasliaanya.
H. Sistematika Penulisan
BAB I berisi tentang Pendahuluan yang terdiri dari latar belakang
masalah, fokus penelitian, tujuan penelitian, manfaat penelitian, penegasan
BAB II menjelaskan gambaran secara umum mengenai nilai-nilai
pendidikan sosial. Seperti, penegertian pendidikan sosial, ruang lingkup,
urgennya pendidikan sosial. Selain itu, mengenai film sebagai media
pembelajaran, pengertian sampai kekuarangan dan kelebihan film sebagai
media pembelajaran juga dibahas dalam bab ini.
BAB III berisi tentang paparan data penelitian yang menggambarkan film
Haji Backpacker seperti tema, profil film, penokohan, lattar/ setting serta
biografi singkat sutradara.
BAB IV dalam bab ini menjelaskan tentang analisis film yang berisi
tentang Interaksi Simbolis dan Kedewasaan spiritual. Interaksi Simbolis ini
meliputi, sikap tolerasi, kasih sayang antar sesama dan tolong menolong.
Sementara dalam Kedewasaan Spiritual, mencakup pengalaman spiritual dan
kematangan beragama.
BAB V berisi tentang Penutup yang meliputi kesimpulan dan saran.
BAB II
LANDASAN TEORI
A. NILAI-NILAI PENDIDIKAN SOSIAL
1. Pengertian Nilai-Nilai Pendidikan Sosial
a.Pengertian Nilai
Nilai adalah suatu bagian yang pentiang dalam kehidupan
masyarakat. Suatu tindakan dianggap benar atau salah dan pantas atau
tidak jika sesuai dengan nilai-nilai yang telah disepakati bersama oleh
masyarakat dimana tindakan itu dilakukan. Hal ini seseuai dengan
pendapat Thaha (1996: 61) bahwa nilai menunjukan esensi yang melekat
pada sesuatu yang sangat berarti bagi kehidupan manusia.
Menurut Kattsoff (1992: 333) nilai sebagai esensi adalah hasil
ciptaan yang tahu, nilai sudah ada sejak semula, terdapat dalam setiap
kenyataan namun tidak bereksitensi, nilai itu bersifat obyektif dan tetap.
Dengan demikian dapat dikatakan bahwa nilai adalah sesuatu yang
mendasari segala hal yang ada di dunia ini. Sebab, nilai itu sendiri selalu
melakat pada setiap kenyataan. Sebagai contoh, mencuri merupakan
perbuatan yang buruk. Tindakan mencuri adalah kenyataan dan
pandangan masyarakat mengenai keburukan merupakan nilai yang
melekat pada tindakan itu.
Jadi, nilai adalah esensi yang melekat pada sesuatu yang sangat
mengenai suatu kenyataan. Dengan kata lain, esensi tersebut dapat
dijadikan suatu petimbangan dalam suatu hal.
Jika dikaitkan dengan istilah pendidikan, nilai merupakan suatu hal
yang ditanamkan kepada peserta didik oleh pendidik secara sadar untuk
mengembangkan potensi yang ada didalam diri peserta didik. Menurut
Sastrapratedja dalam Kaswardi (1993: 3) dalam hubungannya dengan
pendidikan, nilai dapat diartikan sebagai penanaman dan pengembangan
nilai-nilai dalam diri seseorang. Hakikat dari nilai-nilai yang dimaksud
adalah ajaran-ajaran luhur untuk mengarahkan sikap dan perilaku
seseorang dalam kehidupan bermasyarakat.
b.Pengertian Pendidikan Sosial
Pendidikan sosial adalah usaha untuk membimbing dan
mengembangkan potensi peserta didik secara optimal agar mereka dapat
berperan serasi dengan tuntutan kebutuhan masyarakat lingkungannya
(Jalaludin: 2003: 95). Berbeda dengan Purwanto (1998: 171) yang
menyatakan bahwa pendidikan sosial adalah pengaruh yang disengaja
yang datang dari pendidik-pendidik terhadap anak. Pengaruh-pengaruh
tersebut dimaksudkan untuk mengarahkan anak untuk menjadi anggota
yang baik dalam golongannya.
Pendapat Purwanto tersebut sejalan dengan pemikiran Ulwan (1981:
391) bahwa yang dimaksud dengan pendidikan sosial adalah pendidikan
anak sejak kecil agar terbiasa menjalankan adab sosial yang baik dan
yang abadi dan perasaan keimanan yang mendalam, agar di dalam
masyarakat nanti bisa tampil dengan pergaulan dan adab yang baik,
keseimbangan akal yang matang dan tindakan bijaksana. Jadi, pendidikan
sosial ini merupakan manifestasi dari perilaku dan watak yang mendidik
anak untuk menjalankan norma-norma yang berlaku dalam masyarakat.
Selain itu juga dapat menjadi kontrol sosial terhadap perilaku anak
Jadi nilai-nilai pendidikan sosial yang dimakasud penulis adalah
suatu esensi yang melekat pada setiap kenyataan yang ditanamkan oleh
pendidik kepada peserta didik sebagi bekal pertimbangan moral hidup di
masyarakat.
2. Metode Pendidikan Sosial
Secara etimologi, metode berasal dari bahasa Greek “meta” yang berarti
melalui dan “hodos” yang berarti jalan (Arifin: 2000: 97). Sedangkan dalam
pengertian yang umum “metode” diartikan cara mengerjakan sesuatu. Dalam
proses pendidikan, metode mempunyai peranan untuk mencapai suatu tujuan
pendidikan yang telah ditentukan.
Secara istiliah metode juga dapat diartikan sebagai cara untuk mencapai
tujuan. Efektivitas dan efisiensi suatu metode sangat bergantung pada situasi
dan kondisi pemakai. Selain itu pemakain metode harus disesuaikan dengan
situasi lingkungan sekitar.
Pemahaman mengenai metode ini menjadi sangat penting, sebab dapat
muncul adalah penyelewengan dan kurang maksimalnya suatu proses
pembelajaran.
Dalam hubungannya dengan pendidikan, metode dapat diartikan
dengan cara untuk mencapai tujuan pendidikan. Penggunaan metode dalam
proses pendidikan pada dasarnya adalah bentuk sikap selektif terhadap
pelaksanaan pengajaran.
Mainhaim dalam Joesosf (1992: 115-117) berpendapat bahwa ada dua
metode yang dapat digunakan yaitu:
a. Metode langsung, adalah mengadakan hubungan langsung secara pribadi
dan kekeluargaan dengan individu-individu yang bersangkutan, yaitu
dengan cara langsung mendatangi dan memberikan arahan serta bimbingan
agar orang tersebut mempunyai keinginan untuk berbuat kebaikan.
b. Metode tidak langsung, maksudnya mengadakan hubungan secara tidak
langsung kepada individu/masyarakat yang menjadi sasaran. Cara ini juga
bisa dimanfaatkan walaupun tidak secara langsung menghadapi orang,
karena dengan cara ini bisa memberikan nasehat pada orang lain setelah
itu dia akan menyampaikannya pada orang tersebut.
Sedangkan metode pendidikan sosial menurut Ulwan(1981: 392)
adalah:
a. Penanaman dasar-dasar psikhis yang mulia, seperti: takwa, persaudaraan,
kasih sayang, mengutamakan orang lain, dan suka memberi maaf.
b. Pemeliharaan hak-hak orang lain, baik terhadap orang tua, saudarasaudara,
c. Pelaksanaan tata kesopanan sosial, seperti adab makan dan minum, adab
memberi salam, adab minta ijin, dan adab di dalam majlis.
d. Pengawasan dan kritik sosial, misalnya memelihara pendapat umum.
Selain itu, Khatib (2001: 95-96) menyatakan bahwa ada cara-cara yang
harus ditempuh dalam pendidikan sosial antara lain:
a. Memberi contoh yang baik kepada anak-anaknya dalam tingkah laku
sosial yang sehat berdasar prinsip-prinsip dan nilai-nilai agama.
b. Menjadikan rumah itu sebagai tempat di mana tersedia
hubungan-hubungan sosial yang berhasil.
c. Menggalakkan mereka mendapatkan kerja yang menolong mereka
berdedikasi dari segi ekonomi.
d. Membiasakan mereka hidup sederhana supaya lebih bersedia menghadapi
kesulitan hidup sebelum terjadi.
e. Bersifat adil di antara mereka.
f. Membiasakan mereka cara-cara Islam dalam makan,minum, duduk, tidur,
memberi salam, berziarah, masuk rumah yang telah di diami orang dan
lain-lain lagi kegiatan hidup.
g. Membiasakan anak-anaknya secara berangsur-angsur berdikari dan
memikul tanggungjawab dan membimbingnya, jika mereka bersalah
dengan lemah lembut.
h. Menjauhkan mereka dari sikap manja dan berfoya-foya, jangan menghina
dan merendahkan mereka dengan kasar sebab sifat memanjakan dan
i. Memperlakukan mereka dengan lemah lembut dengan menghormatinya di
depan kawan-kawannya tetapi jangan melepaskan kekuasaan kebapaan
mereka terhadap anak-anaknya.
Dari pemapaparan berbagai pendapat para ahli tersebut, maka dapat
dipahami bahwa seorang anak harus harus diajarkan dan dibiasakan untuk
melakukan hal-hal yang baik. Dengan kata lain, metode pendidikan sosial
merupakan cara yang aplikatif penanaman nilai-nilai sosial dalam kehidupan
sehari-hri.
3. Tujuan Pendidikan Sosial
Setiap usaha, kegiatan dan tindakan yang disengaja untuk mencapai
suatu tujuan, harus mempunyai landasan berpijak yang baik dan kuat
(Darodjat: 1996: 19). Tujuan itu sendiri adalah sesuatu yang diinginkan
tercapai setelah usaha atau kegiatan tersebut selesai. Dalam suatu pendidikan
tujuan yang hendak dicapai pada hakikatnya adalah aplikasi dari nilai-nilai
yang melekat pada pribadi seseorang. Nilai-nilai tersebut dapat
mempengaruhi watak dan perilaku seseorang yang menjelma melalui tingkah
laku. Dalam pendidikan sosial diharapkan terciptanya manusia yang tanggap
akan masalah-masalah sosial, sehingga dapat berperan aktif dalam
membangun masyarakat yang lebih baik (Humaid: 2011).
Abdullah (1994: 150) berpandangan bahwa tujuan pendidikan sosial
adalah peserta didik diharapkan mampu menguasai
keterampilan-keterampilan sosial yang dibutuhkan agar mampu berkomunikasi dengan
kemampuan untuk berinteraksi dengan baik kepada orang lain, mampu
memberikan solusi terhadap suatu permasalahan, mempunyai kepekaan sosial
serta dapat bersikap dengan tepat saat ketika menghadapi suatu permasalahan
yang rumit.
Sementara menurut Jalaludin (2003: 95) Tujuan pendidikan sosial
adalah membentuk manusia yang memiliki kesadaran akan kewajiban, hak
dan tanggungjawab sosial serta sikap toleran, agar keharmonisan antar
sesama manusia dapat berjalan dengan harmonis. Dalam hubungannya
dengan kehidupan bermasyarakat, maka tujuan pendidikan diarahkan kepada
pembentukan manusia sosial yang memiliki sifat toleran, tolong menolong,
cinta kasih serta ketaqwaan sebagai dasar sikap dan tingkah laku.
Syaibani dalam Langgulung (1979: 426-427) berpendapat bahwa
perubahan yang diinginkan melalui proses dan usaha pendidikan baik dalam
tingkah laku, kehidupan pribadi, kehidupan bermasyarakat, dan alam sekitar
dimana individu itu hidup. Proses pengajaaran tersebut merupakan suatu
aktivitas asasi dalam masyarakat.
Dari berbagai pendapat para ahli diatas maka penulis merumuskan
tujuan pendidikan sosial adalah membentuk manusia yang memiliki
keterampilan-keterampilan sosial, kesadaran akan hak dan kewajiban serta
tanggung jawab sosial sebagai bekal hidup ditengah-tengah masyarakat.
Lebih lanjut penulis menjelaskan, dengan adanya pendidikan sosial
B. Urgensi Pendidikan Sosial
Di era globalisasi ini, tuntutan kebutuhan semakin meningkat.
Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi menjadi salah satu faktor
pendorongnya. Hal inilah yang memicu timbulnya persaingan bebas
dikalangan masyarakat. Masyarakat yang tidak mampu bersaing menjadi
kelompok yang termarjinalkan atau tertindas.
Persaingan yang terjadi, menyebabkan masyarakat kehilangan kepedulian
sosial. Masyarakat cenderung memikirkan diri sendiri atau kelompoknya
dalam memenuhi kebutuhannya. Oleh karena itu, pendidikan sosial menjadi
sangat penting dalam menciptakan masyarakat yang sosialis. Melalui
pendidikan sosial, seseorang akan lebih peka terhadap situasi yang terjadi di
lingkungan sekitarnya.
Pendidikan merupakan institusi sosial yang menggarap manusia melalui
proses tertentu untuk mencapai tujuan tertentu. Manusia merupakan kesatuan
antara jiwa dan raga. Maka dari itu, untuk mengembangkan potensi yang ada,
serta keterampilan-keterampilan sosial dibutuhkan suatu pendidikan yang
menjunjung tinggi nilai-nilai sosial kemasyarakatan.
Berkaitan dengan hal ini, Fakhrudin (2014: 94) menyatakan bahwa suatu
pendidikan harus memberikan prioritas untuk membangkitkan nilai-nilai
kehidupan, serta menjelaskan implikasinya terhadap kualitas hidup
masyarakat. Sementara nilai-nilai kehidupan dalam pembahasan ini adalah
nilai yang dijunjung tinggi oleh masyarakat. Sebab, tujuan pendidikan sosial
humanis melalui keterampilan-keterampilan sosial yang didapatnya melalui
proses pendidikan.
Mulyana dalam Fakhrudin (21014: 95) menyatakan kaitannya dengan
dinamika kehidupan bahwa pendidikan sosial secara praktis untuk mengatasi
kemungkinan terjadinya dehumanisasi yang disebabkan kemajuan ilmu
pengetahuan dan teknologi. Sementara humanisasi sendiri adalah merupakan
suatu proses membangun karakter kemanusiaan dalam diri manusia, yang
menghargai harkat dan martabat manusia sebagai makhluk yang memiliki
hak-hak sosial. Dengan demikian, pendidikan sosial menjadi penting sebab
pendidikan sosial bermaksud membentuk insan manusia yang memiliki
komitmen humaniter sejati, yaitu insan yang memiliki kebebasan, kesadaran
dan tanggung jawab sebagai makhluk individu sekaligus makhluk sosial
(Sulistyorini: 2011: 33).
C. Gambaran Umum Mengenai Film
1. Pengertian dan Sejarah Film Indonesia.
a. Pengertian Film
Film atau gambar hidup merupakan gambar-gambar dalam frame di
mana frame demi frame diproyeksikan melalui lensa proyektor secara
mekanis sehingga pada layar terlihat gambar itu hidup. Film bergerak
dengan cepat dan bergantian sehingga memberikan visual yang continue
(Arsyad: 2011: 48). Selain itu juga ada penambahan efek audio yang
semakin memberikan kesan nyata dalam setiap gambar. Oleh karena itu,
Film sering juga disebut gambar hidup (moving picture).
Sementara yang dimaksud dengan gambar hidup adalah kombinasi antara
gerakan, kata-kata, musik dan warna (Hamalik: 1977: 102). Lebih lanjut
penulis menjelaskan film itu diproyeksikan melalui lensa proyektor secara
mekanis. Kemudian pada layar muncul gambar yang berkesan hidup atau
nyata.
Dalam UU perfilman No. 8 tahun 1992 karya cipta budaya yang
merupakan media komunikasi massa dipandang, didengar yang dibuat atas
dasar asas sinematografi direkam pada pita selluloid, pita video, piringan
video dan bahan-bahan hasil temuan teknologi lainnya dalam segala
bentuk, jenis dan ukuran melalui proses kimiawi elektronik dan proses
lainnya.
Film pada dasarnya hanyalah sebuah gambar yang bergerak.
Gerakan yang muncul merupakan disebabkan karena keterbatasan
kemampuan mata dan otak manusia dalam menangkap pergantian
sejumlah gambar dalam hitungan detik. Film menjadi media yang sangat
berpengaruh, karena efek audio dan visualnya dapat berkolaborasi dengan
baik sehingga membuat para penontonnya tidak merasa bosan dan lebih
mudah mengingatnya.
Dalam hal mengembangkan pesan, film memiliki kelebihan
dibandingkan dengan media lain. Film dapat menjangkau orang banyak
memanipulasi kenyataan yang nampak dengan pesan fotografis tanpa
kehilangan kredibilitasnya (Quail: 1991: 15)
b. Sejarah Film
Pertunjukan film di Indonesia mulai dikenal orang pada tahun
1990. Sebab, pada waktu itu iklan pemutaran film di bioskop sudah
termuat dalam koran-koran. Sedangkan untuk pembuatan film di Indonesia
sesungguhnya sudah dikenal orang sejak tahun 1910. Itupun hanya sebatas
film dokumenter, berita atau laporan. Pada tahun 1926, barulah mulai
pembuatan film cerita pertama kali di Bandung.
Assegaf dalam Rousydiy(1989: 188) mengemukakan bahwa dalam
catatan Armijn Pane, inisiatif pembuatan film di Indonesia pada mulainya
dipegang oleh dua orang tokoh dari Eropa yaitu, F. Charli dan G. Kruger.
Lebih lanjut Efendy (2003: 211) menjelaskan film yang pertama kali di
Indonesia adalah “Lely dan Java” yang diproduksi di Bandung oleh David.
Sementara untuk film yang pertama kali dimuat dalam surat kabar adalah
Loetoeng Kasarung oleh Haeuveldrop. Film ini juga merupakan film cerita
pertama kali di Indonesia. Film ini diputar dibioskop Elita dan Oriental di
kota Bandung. Kemudian Eulis Atjih, Bung Amat Tangkap Kodok, dan
Lari Arab. Eulis Atjih ini, selanjutnya menyebabkan munculnya film Nyai
Desima yang menggambarkan kehidupan Indonesia dan Belanda.
Selain orang-orang dari Eropa, selanjutnya adalah orang dari
Tionghoa yang ikut memperluas khasanah perfilman di Indonesia pada
menguntungkan. Mereka mendirikan Jacarta Film Co dan Tan, yang
dikenal dengan Wong Bersaudara. Perusahaan ini sangat populer di
massanya.
Perusahaan film Wong Bersaudara berkembang sangat pesat
hingga menghasilkan berbagai film seperti, Pareh (Manus Franken),
Terang Bulan (1937), Fatimah (1938) dan sebagaianya. Selanjutnya
perusahaan ini kemudian diambil alih oleh Jepang ketika perang Asia
Timur Raya Pecah. Tidak hanya Wong Besaudara, perusahaan film seperti
South Pacific dan Multi Film juga menjadi korban dari perang antara
Jepang dan Belanda ini.
Pada waktu itu, Jepang menggunakan film sebagai alat
propaganda. Pemerintah Jepang kemudian mendirikan pusat kebudayaan
Keiin Bunka Shidoso yang bergerak dalam bidang kesenian. Dan pada
akhirnya berdirilah organisasi yang mengatur tentang film yaitu Jawa Eiga
Kosha (Perusahaan Film Jawa) pada bulan Oktober 1942.
Berbeda dengan beberapa tahun yang lalu, dunia perfilman
Indonesia saat ini sudah mengalami beberapa kemajuan. Dalam hal
teknologi, kualitas gambar yang sudah berwarna. Berbeda dengan zaman
dahulu, gambar pada film masih hitam putih. Selain itu, kemajuan yang
lain adalah munculnya beberapa televisi swasta seperti, SCTV, RCTI, TPI,
2. Unsur dan Jenis-jenis Film
a. Unsur-unsur dalam Film.
Adapun unsur-unsur yang terdapat dalam sebuah fil antara lain:
1) Judul
2) Crident title yang meliputi produser, karyawan, artis dan sebagainya.
3) Tema
4) Intrik yaitu, usaha pemeranan film untuk mencapai tujuan.
5) Klimaks adalah benturan antara kepentingan
6) Plot atau alur cerita.
7) Suspend atau keterangan mengenai masalah.
8) Setting, berkaitan dengan latar belakang terjadinya peristiwa, waktu,
dan tempat.
9) Sinopsis adalah gambaran secara umum mengenai cerita.
10)Trailer yaitu, bagian yang paling menarik dalam film.
11)Karakter atau watak yang diperankan oleh tokoh.
b. Jenis-jenis Film.
Ditinjau dari segi sifatnya, film dibedakan menjadi beberap jenis, antara
lain:
1) Film cerita (story)
Film cerita adalah jenis film yang menyajikan kepada publik
sebuah cerita. Film jenis ini lazim dipertontonkan di bioskop dengan
layaknya barang dagangan, untuk semua kalangan masyarakat,
dimanapun ia berada.
2) Film berita (news)
Film berita adalah film mengenai peristiwa yang benar-benar
terjadi. karena sifatnya berita, maka film yang disajikan kepada
public harus mengandung niali berita.
3) Film dokumenter (documentary film)
Film dokumenter dilihat dari segi subjek dan pendekatannya
adalah penyajian hubungan manusia yang didramatisir dengan
kehidupan kelembagaannya, baik lembaga industri, sosial maupun
politik, dan jika dilihat dari segi teknik merupakan bentuk yang
kurang penting dibanding isinya.
4) Film kartun (cartoon film)
Titik berat pembuatan film kartun adalah seni lukis. Satu perstau
gambar dilukis dengan seksama umtuk kemudian dipotret satu per
satu pula. Dan apabila rangkaian lukisan sebanyak 16 buah, setiap
detiknya diputar dalam proyektor film, sehingga lukisan tersebut
menjadi terlihat hidup.
Film Haji Backpacker ini termasuk dalam jenis film cerita. Sebab
dalam film ini berisi tentang cerita perjalanan spiritual seorang tokoh
melalui serangkaian peristiwa yang dialaminya.
Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi saat ini telah
menyebabkan perubahan-perubahan yang signifikan dalam kehidupan
manusia. Oleh karena itu, perlu adanya penyesuaian dalam rangka mengikuti
perkembangan zaman. Salah satu usaha yang dapat dilakukan oleh lembaga
pendidikan atau yang lainnya adalah dengan penggunaan media dalam setiap
proses pembelajaran.
Media merupakan salah satu faktor penentu keberhasilan proses
pembelajaran. Tidak hanya sebagai alat bantu, akan tetapi media juga menjadi
bagian penting dalam pendidikan atau pembelajaran. Media dapat
mempermudah seorang pendidik dalam menyampaikan materi-materi
pelajaran. Lebih lanjut Hamalik dalam Arsyad (2011: 15) mengemukakan
bahwa pemakaian media pembelajaran dalam proses belajar mengajar dapat
membangkitkan keinginan dan minat yang baru, membangkitkan motovasi
dan rangsangan kegiatan belajar, bahkan membawa pengaruh-pengauh
psikologis terhadap siswa.
Media sangat berpengaruh terhadap penerimaan materi seorang siswa.
Seorang siswa akan lebih mudah memahami suatu pelajaran, jika media yang
dipakai seorang pendidik menyenangkan atau tidak membosankan. Dengan
kata lain, media yang baik adalah media yang mampu menumbuhkan minat
belajar siswa terhadap suatu materti pelajaran.
Salah satu media yang menarik dalam proses pembelajaran adalah film.
Sebagai media pembelajaran, film merupakan media audio visual yang paling
media film sangat dekat sekali dengan kehidupan sehari-hari masyarakat.
Penggunaan alat audio visual tersebut ditunjukan untuk meningkatkan
efektivitas dan efisiensi proses belajar mengajar, sehingga anak-anak
diharapkan mampu mengembangkan daya nalar serta daya rekanya
(Darwanto: 2007: 101).
Film merupakan suatu media yang digunakan untuk merekam keadaan
atau mengungkapkan sesuatu. Selain itu, film juga dapat dipakai untuk
memenuhi kebutuhan umum yaitu, mengkomunikasikan suatu gagasan, pesan,
atau kenyataan. Ada banyak keuntungan yang diperoleh dalam penggunaan
film sebagai media pembelajaran. Menurut Asnawir dan Usman (2002: 94-95)
beberapa keuntungan tersebut adalah:
1. Film dapat menggambarkan suatu proses, misalnnya proses pembuatan
suatu keterampilan tangan dan sebagainya.
2. Dapat menimbulkan kesan ruang dan waktu.
3. Pengambarannya bersifat 3 dimensional.
4. Suara yang dihasilkan dapat menimbulkan realita pada gambar dalam
bentuk ekspresi murni.
5. Dapat menyampaikan suara seorang ahli sekaligus melihat penampilannya.
6. Kalau film tersebut berwarna, dapat menambah realita objek yang
diperagakannya.
7. Dapat menggambarkan teori sain dan animasi.
Selain dari kelebihan atau keunnggulan film sebagai media pembelajaran,
Surprijanto (2009: 176-177) adapun kelemahan dalam penggunaan media film
antara lain:
1. Mahal
2. Jika digunakan kurang tepat berdampak kurang baik.
3. Kurang efektif untuk pengajaran yang sesungguhnya.
4. Baru bermanfaat jika digunakan sebagai pelengkap dari metode
pengajaran yang lain.
Dari beberapa pemaparan diatas dapat ditari kesimpulan bahwa
penggunaan film sebagai media pendidikan atau pembelajran dapat
meningkatkan kemampuan belajar, bukan hanya untuk untuk anak-anak
melainkan juga untuk semua tingkatan usia. Selain itu juga dapat merangsang
motivasi belajar seseorang. Sebab unsur-unsur dalam film mampu mengikat
emosi seseorang yang menontonnya. Penelitian Patricia dalam Darwanto
(2007: 129) menyatakan bahwa:
Satu kelompok menonton film kartun dengan suara, sedang kelompok lain menonton film gambar bersuara yang gambarnya tidak bergerak. Ternyata hasilinya menunjukan bahwa anak-anak yang menonton film kartun lebih banyak menyerap informasi dibandingkan dengan kelompok lain.
Akan tetapi perlu diingat juga, bahwa film sebagai media, pada hakikatnya
hanyalah sebagai alat bantu dalam proses belajar mengajar. Sebab, penggunaanya
BAB III
GAMBARAN UMUM FILM
HAJI BACK PACKER
A. Biografi Sutradara
Danial Rifki lahir di Jakarta pada 3 Desember 1989. Ayahnya, H.
Achmad Husni sehari-sehari menjadi guru ngaji di kampungnya. Sementara
ibunya yang bernama Hj. Luchah Djanah selain menjadi ibu rumah tangga,
beliau juga ikut membantu suaminya dalam mengajarkan ilmu agama kepada
anak-anak dikampungnya. Dengan latar belakang dari keluarga yang religius,
Danial diharapkan mampu meneruskan perjuangan ayahnya dalam bersyi’ar
ilmu agama melalui majlis ta’lim dirumahnya. Akan tetapi, ia memiliki
pandangan lain mengenai cara berdakwah. Menurutnya dalam wawancara
penulis via email mengatakan bahwa film adalah media penyuara kebaikan
dan sebuah film bisa memberi pencerahan kepada setiap orang yang menonton
(Rifki: 2015).
Pria yang menikah pada awal tahun lalu ini, sejak kecil senang sekali
menonton film. Ketika berada di depan televisi atau didalam gedung bioskop
dia begitu khusuk menonton dan larut dalam dunia yang diciptakan oleh film
itu. Awalnya dia bercita-cita untuk menjadi seorang aktor. Oleh karena itu,
saat duduk dibangku Sekolah Dasar (SD) hingga Sekolah Menengah Atas
(SMA) dia juga masuk dalam sanggar seni Teater. Akan tetapi, dikemudian
hebat dalam sebuah film adalah orang-orang yang berada dibalik layar. Sejak
saat itulah dia berkeinginan untuk menjadi seorang sutradara dan penulis.
Selain hobby nonton film, Danial juga gemar sekali berpetualang naik
sepeda ke kampung-kampung sebelah bahkan sampai bikin geng sepeda
bersama teman-temannya. Kegemarannya naik sepeda keliling kampung
membuatnya tangggap akan permasalahan-permasalahan yang ada
dilingkungannya. Oleh karena itu, karya-karyanya sering sekali mengangkat
tema sosial.
Meski tergolong baru, sineas muda Danial Rifki ini bisa dikatakan sukses
dalam karirnya. Hal ini dibuktikan dengan beberapa karyanya yang mendapat
penghargaan salah satunya adalah film berjudul “Tanah Surga” yang
mendapat penghargaan sebagai “Best Screen Play” dalam Bandung Film
Festival pada tahun 2013. Sebelumnya, naskah pertamanya ini sudah
mengejutkan publik yang mendapat penghargaan piala Citra dalam Festival
Film Indonesia 2012 di Bandung.
Kesuksesan seorang Daniel Rifki ini tidak lepas dari ketekunannya dalam
menggeluti bidang yang dipelajarinya. Tidak hanya didalam kampus, Danial
Rifki juga berguru langsung kepada 2 mentornya, senior di dunia perfilman
Indonesia ; Garin Nugroho dan Slamet Rahardjo Djarot. Alasan Danial
mengidolakannya dalam wawancara penulis vis email adalah tokoh tersebut
memiliki bahasa sinema yang berbeda. Slamet Rahardjo memiliki sudut
pandang masyarakat bawah. Sementara Garin Nugroho mampu melihat segala
pandangan dari kedua mentornya yang memiliki kepedulian terhadap
tema-tema sosial.
Berbicara sutaradara luar negeri, semasa kuliah film di IKJ, Danial
sangat mengagumi para sineas dari Iran seperti, Bahman Ghobadi, Abbas
Kiarostami, dan Mokhsen Makhmalbaf. Menurutnya dalam majalah Sufi
(2014),film yang mereka buat memiliki nilai sufistik. Hal inilah yang
kemudian menyebabkan seorang Danial dalam membuat film memiliki spirit
religi.
Namanya semakin melecit melalui film garapannya “La Tahzan” pada
tahun 2013 meledak dipasaran. Kemudian barulah disusul dengan film
terbarunya berjudul “Haji Backpacker” yang rilis pada tanggal 23 Oktober
2014.
B. Karya dan Penghargaan Sutradara
1. Director
- Melborne (rewind 2016)
- Haji Backpacker (2014)
- La Tahzan (2013)
- Anak-anak Lumpur (2010)
- Karena Aku Sayang Markus (2007)
2. Writer
- Haji Backpacker (2014)
- My Idiot Brother (2014)
- Tanah Surga Katanya (2012)
3. Awards
- Tanah Surga Katanya- Best Screen Play dalam Bandung Film Festival
2013.
- Tanah Surga Katanya- Best Original Story dalam Indonesian Film
Festival 2012.
- Anak- anak Lumpur- Pemenang dalam ajang Kyoto International
Student Film and Video Festival 2010.
- Karena Aku Sayang Markus- Best Short Film dalam Indonesian Film
Festival 2007.
C. Tentang Film Haji Back Packer
1. Profil
a. Diproduksi oleh: Falcon Picture
b. Produser : Frederica
c. Sutradara : Danial Rifky
d. Pemain : Abimana Aryasatya
Laudya Cintya Bella
Ray Sahetapy
Dewi Sandra
Laura Basuki
Dion Wiyokko
Kenes Andari
Dimas Argobie
e. Penulis : Jujur prananto
f. Editor : Andi Mamo
g. Fotografi : yoyok Budi Santoso
h. Musik : Indra Q
i. Tahun : 2014
j. Durasi : 01: 42: 13
2. Genre
Genre berasal dari bahasa Perancis yang artinya “makna atau
bentuk”. Dalam dunia film, genre dapat didefinisikan sebagai jenis atau
klasifikasi dari sekelompok film yang memiliki karakter atau pola yang
sama (khas). Pengklasifikasian tersebut menghasilkan genre-genre
populer seperti aksi, petualangan, drama, komedi, horor, dan sebagainya
(Pratista: 2008: 10).
Oleh karena itu, fungsi utama genre adalah untuk mempermudah
dalam pengklasifikasian film. Selain itu, dalam sebuah industri film juga
sering menggunakan genre sebagai strategi marketing. Genre yang saat ini
menjadi tren, digunakan sebagai tolok ukur film yang akan diprodusi.
Selain untu klasifikasi, genre juga dapat berfungsi sebagai antisipasi
penonton terhadap film yang ditonton. Jika seseorang telah memutuskan
untuk melihat sebuah film dengan genre tertentu, maka sebelumnya ia
telah mendapatkan gambaran umum mengenai film yang akan ia tonton.
pengharapan-pengharapanyang membawa penonton kepada suasana hati yang
diharapkan dengan cepat.
Film Haji Backpacker merupakan salah satu film yang
bergenredrama.Film- film drama pada umumnya berhubungan erat
dengan tema, cerita, setting, karakter, serta suasananya yang memotret
kehidupan nyata. Kisahnya seringkali menggugah emosi, dramatik, dan
mampu menguras air mata penontonya. Tema umumnya mengangkat isu
sosial baik skala besar (masyarakat) maupun skala kecil seperti ketidak
adilan, ketidak adilan, diskriminasi, kekerasan, politik dan sebagainya.
Sementara drama religi merupakan pengembangan lansung dari
genre drama. Dalam drama religi lebih menekankan pada isu-isu yang
berhubungan dengan sosial agama. Seperti film Haji Backpacker yang
bercerta tentang kisah perjalanan spiritual seorang pemuda yang kembali
menemukan jalan Tuhannya. Di dalamnya terdapat isu-isu yang lazim
beredar di masyarakat seperti percintaan, ketidak adilan, kekerasan,
penderitaan dan kesadaran. Meskipun film ini bertema religi akan tetapi
banyak adegan-adegan dalam film yang memberi pelajaran sosial kepada
penonton.
3. Plot/ Alur
Plot atau alur adalah rangkaian pola-pola atau peristiwa yang
membangun kejadian atau situasi. Menurut Foster dalam Pradopo (2002:
79) plot adalah rangkain peristiwa yang berdasarkan hubungan
tingkah laku, dan sikap tokoh-tokoh.Oleh karenanya alur sangat berkaitan
erat dengan penokohan dalam menonjolkan tema cerita.
Pratista (2008: 34) menambahkan bahwa plot/ alur adalah rangkaian
peristiwa yang disajikan secara visual maupun audio dalam film. Sineas
dapat memilih serta melepas bagian cerita tertentu yang dianggap tidak
perlu tanpa meninggalkan inti alur cerita. Urutan waktu cerita secara
umum dibagi menjadi dua pola yakni:
1. Pola linier.
Plot linier adalah dimana waktu berjalan sesuai urutan aksi peristiwa
tanpa adanya interupsi waktu yang signifikan. Penuturan cerita secara
linier memudahkan penonton untuk memahami hubungan kausalitas
jalinan satu peristiwa dengan peristiwa yang lain.
2. Pola non linier.
Non Linier adalah pola urutan waktu plot yang jarang digunakan
dalam film cerita. Pola ini memanipulasi urutan waktu kejadian
dengan mengubah urutan plotnya. Sehingga membuat hubungan
kausalitasnya tidak jelas. Akan tetapi keunggulan pola ini adalah
dapat menimbulkan kesan penasran kepada penonton. Sehingga,
penonton tidak cepat merasa bosan.
Dalam film ini, Danial Rifki menggunakan pola urutan waktu non
linier untuk mengkonstruksi kejadian-kejadian, konflik serta klimaks
dalam film ini. Sebagai contoh pola linier dalam film Haji Backpacker