• Tidak ada hasil yang ditemukan

INTERNAL AUDITOR PEMERINTAH

Dalam dokumen PEMBAHARUAN STANDAR MANAGEMEN RISIKO (Halaman 36-41)

transpar-an, akuntabel serta bersih dan bebas dari praktik korupsi, kolusi, dan nepotisme. Pada kenyataannya, banyaknya berbagai kasus penyimpangan keuangan negara tidak terlepas dari lemahnya sistim pengendalian internal pada masing-masing instansi (Ke-mentrian/Lembaga/ Pemda).

Hal ini diakui bahwasanya peran Internal Audit, atau lebih dikenal sebagai Aparat Pengawas Intern Pemerintah (APIP) sampai sekarang ini masih rendah, dan belum ses-uai dengan apa yang diharapkan.

Menurut MenPAN-RB, Azwar Abubakar, ada-pun berbagai kendala tersebut di sebabkan oleh beberapa faktor, diantaranya :

1. Lemahnya independensi dan obyektifitas APIP itu sendiri,

2. Tidak terpenuhi formasi auditor,

KOMPETENSI

INTERNAL AUDITOR

PEMERINTAH

3. Kurangnya alokasi belanja APIP dibandingkan dengan total belanja APBN / APBD,

4. Belum matangnya organisasi APIP tersebut sehingga standar audit, kode etik, dan peer-review belum sepenuhnya maksimal,

5. Serta struktur organisasi dan

pola-hubungan kerja yang belum sesuai. Penyebabnya adalah kecendrungan APIP selama ini hanya terfokus menjalankan fungsi audit saja, tetapi belum maksimal dalam peningkatan peran consulting yang dimilikinya.

Mengukur Kompetensi APIP

Internal Audit Cappability Model (IACM) adalah alat bantu dalam menyusun kerangka kerja untuk memperkuat peran APIP melalui beberapa langkah peruba-han yang di organisasikan dalam 5 level kapabilitas yaitu initial, infrastructure,

inte-grated, managed dan optimizing.

Pada masing-masing tingkat itu meng-gambarkan karakteristik dan kemam-puan suatu audit pada kegiatan tersebut.

Peningkatan proses dan praktek audit ini menjadi dasar untuk kenaikan tingkat pada level berikutnya.

Adapun level-level yang termasuk dalam IACM ini diantaranya:

Masing-masing tingkatan kapabilitas tersebut diatas dapat dipahami dengan

makna sebagai berikut: Level 1 dise-but Initial, di dalam pelaksa-naan kegiatan unit organisasi pengawasann-ya belum atau tidak ada praktik pengawasan yang tetap, tidak

ada kapabilitas yang berulang dan masih ter-gantung kepa-da kinerja individu auditor yang dimiliki sehingga APIP belum dapat memberikan jaminan atas proses tata kelola sesuai peraturan dan mencegah korupsi.

Level 2 disebut Infrastructure, dimana

satu unit organisasi APIP di dalam pelak-sanaan kegiatan pengawasannya proses audit dilakukan secara tetap, rutin dan berulang, sudah membangun infras-truktur namun baru sebagian yang telah selaras dengan standar audit, dengan

outcome mampu memberikan keyakinan

yang memadai proses sesuai dengan peraturan, mampu mendeteksi terjadinya korupsi.

Level 3 disebut Integrated, yaitu

apabi-la satu unit organisasi APIP disimpulkan tingkat kapabilitas yang menunjukkan

38

Buletin PengawasanVol. 16 No 1, Maret 2019

bahwa praktik profesional dan audit inter-nal telah ditetapkan secara seragam dan selaras dengan standar,dengan outcome APIP mampu menilai efisiensi, efektivitas, dan ekonomissuatu program/kegiatan dan mampu memberikan konsultasi pada tatakelola, manajemen risiko dan pen-gendalian intern.

Level 4 disebut Managed, yaitu

Apa-bila satu unit organisasi APIP disimpul-kan tingkat kapabilitas yang dimiliki menunjukkan bahwa unit audit internal telah mengintegrasikan semua informasi di seluruh organisasi untuk memperbaiki tata kelola dan manajemen risiko den-gan outcome APIP mampu memberikan assurance secara keseluruhan atas tata kelola, manajemen risiko dan pengenda-lian intern.

Level 5 disebut Optimizing, yaitu

Apa-bila satu unit organisasi APIP disimpul-kan tingkat kapabilitas yang dimiliki menunjukkan bahwa unit audit internal telah menjadi unit yang terus belajar baik dari dalam maupun dari luar organisasi untuk perbaikan berkelanjutan, den-gan outcome APIP menjadi agen peruba-han.

Indikator keberhasilan dalam pelaksa-naan tata kelola pemerintah yang baik di lingkungan APIP mengacu kepada 6 (enam) elemen yang dinilai dalam kerangka kapabilitas APIP. adalah sebagai berikut:

1. Peran dan Layanan (Services and

Role), yang dapat diberikan APIP

kepada stakeholder secara berulang dan berkelanjutan.

Berdasarkan perannya,kegiatan APIP dapat dikelompokan kedalam dua peran, yaitu sebagai penjaminan (assurance) dan konsultan (consulting)

atau pemberi saran (advisory services). Peran penjaminan (assurance) dilaku-kan melalui kegiatan audit, evaluasi, reviu dan monitoring, dimana kegiatan auditantara lain dapat berupa audit atas transaksi, kepatuhan, kinerja, dan value for money audit, serta audit berbasis risiko. Sedangkan peran pemberi saran (advisory services) mencakup kegiatan pemberian bimb-ingan teknis, pelatihan, dan masukan/ saran sesuai dengan keahlian APIP dibidangpengendalian intern tanpa mengambil alih tugas dan tanggung jawab manajemen.

2. Pengelolaan Sumber Daya Manusia (People Management), pada ele-men ini ele-mencakup penilaian pada bagaimana proses untuk mencip-takan lingkungan kerja APIP yang memungkinkan SDM APIP berkinerja sesuai dengan kemampuan terbaikn-ya. Lingkup pengelolaan SDM yang dinilai mencakup uraian pekerjaan/ jabatan, perekrutan SDM, standar kinerja, pengembangan profesi, pela-tihan, pemberian bimbingan kerja, dan pengembangan karir SDM.

3. Praktik Profesional (Professional

Prac-tices), pada elemen ini mencakup

pe-nilaian terhadap kapasitas APIP yaitu kebijakan, proses, dan praktik-praktik yang memungkinkan APIP bekerja secara efektif dengan melihat kese-larasan antara kebijakan, proses dan praktik-praktik APIP dengan prioritas danstrategi pengelolaan risiko dari K/L/D dimana APIP itu berada. 4. Akuntabilitas dan Manajemen

Kin-erja (Performance Management and

Accountability), pada elemen yaitu

untuk kegiatan dan upaya APIP da-lam menyediakan informasi kinerja

yang dibutuhkan baik informasi kiner-ja keuangan maupun non keuangan dalam mengelola, melaksanakan, dan mengendalikan operasional APIP dan mempertanggungjawabkan kinerja dan hasil yang diperoleh APIP, men-cakup:

• Informasi kinerja, yaitu informasi yang cukup dan relevan yang memungk-inkan APIP melaksanakan apa yang menjadi tanggung jawabnya mulai dari rencanaan kinerja sampai pe-menuhan indikator kinerja.

• Pengelolaan sistem informasi kinerja, yaitu pengelolaan informasi yang rele-van dengan pengukuran kinerja yang terdiri dari capain target kinerja yang bersifat keuangan dan non keuangan. • Pelaporan kinerja, yaitu pelaporan

tentang capain target kinerja dan efektivitas dari pelaksanaan kegiatan APIP baik pelaporan kepada pimpinan organisasi K/L/D dan para pemangku kepentingan utama maupun kepada masyarakat.

5. Budaya dan Hubungan Organisa-si (Organizational Relationship and

Culture), tujuan adalah untuk

meyak-inkan bahwa budaya dan hubungan di internal manajemen APIP, hubun-gan APIP denhubun-gan pimpinan unit lain dalam K/L/D telah terjalin dengan baik sebagaimana terlihat dari struk-tur organisasi. Disamping itu, APIP juga memiliki budaya dan hubungan yang baik dengan pihak luar sehingga memberikan dampak positif terhadap para pemangku kepentingan utama dan pihak lain di luar organisasi, sep-erti auditor eksternal atau dengan organisasi pengawasan lain yang di-tunjuk sesuai dengan ketentuan yang berlaku.

6. Struktur Tata Kelola (Governance

Structures) mengacu pada

kombina-si antara kebijakan dan proses serta struktur yang diterapkan pada APIP dalam rangka menginformasikan-,mengatur, mengelola dan memantau kegiatan K/L/D guna meyakinkan bahwa tujuan organisasi K/L/D

tel-ah tercapai.

Penilaian ini bertujuan untuk menilai apakah APIP telah memiliki kebija-kan dan proses yang memadai untuk memberikan otoritas yang diperlukan, dukungan, dan penyediaan sumber daya untuk pelaksanaan pengawasan intern, serta hubungan pelaporan secara administratif dan fungsional sebagai sarana terjaminnya indepen-densi dan obyektivitas APIP

Kesimpulan

Kualitas profesi audit internal dituntut bagi aparat pengawasan internal pemer-intah (APIP) dalam mengembang tugas sebagai pemberi jasa assurance dan jasa consulting. Pemenuhan kualitas dicapai ketika APIP memenuhi secara penuh standar audit yang telah ditetapkan. Dalam penggunaan model IACM ini dian-taranya:

1. Sebagai sarana komunikasi dan advo-kasi. IACM digunakan sebagai dasar pimpinan APIP untuk mengkomu-nikasikan apa yang dimaksud den-gan audit internal yang efektif, serta bagaimana melayani para pemangku kepentingan. Dalam hal advokasi lebih ditekankan kepada pentingnya peran audit internal sebagai dasar pengam-bilan keputusan.

2. Sebagai kerangka kerja untuk menilai kemampuan APIP terhadap standar profesional internal audit dan praktek

40

Buletin PengawasanVol. 16 No 1, Maret 2019

di lapangan, baik sebagai penilaian diri ataupun sebagai penilai eksternal. 3. Sebagai peta jalan untuk membangun

kapabilitas agar APIP dapat mengikuti langkah-langkah dalam membangun dan memperkuat kegiatan penga-wasan intern.

Adapun level-level yang termasuk dalam IACM:

Level 1 (Initial), dimana proses

pelaksa-naan audit tidak berkelanjutan, tidak memiliki pedoman SOP pengawasan intern, belum dapat menjamin tata kelola dan mencegah korupsi, dan kemampuan APIP tergantung pada kemampuan mas-ing-masing individu.

Level 2 (Infrastructure), dimana APIP

su-dah mampu untuk menjamin proses tata kelola sesuai dengan perturan dan telah mampu mendeteksi terjadinya korupsi, dan telah ada pengembangan profesi un-tuk masing-masing individu APIP.

Level 3 (Integrated), dimana APIP sudah

mampu menilai efisiensi, efektivitas, ekonomis terhadap suatu kegiatan, serta mampu memberikan konsultasi pada tata kelola, manajemen resiko dan pengen-dalian internal.

Level 4 (Managed), dimana APIP telah

mampu memberikan jaminan/assur-ance ecara keseluruhan atas tata kelola, manajemen resiko dan pengendalian intern.

Level 5 (Optimizing). Level ini APIP sudah

menjadi agen perubahan. Dalam struktur pemerintahan peran APIP sudah inde-penden, bebas terhadap berbagai inter-vensi serta telah mempunyai kewenan-gan penuh terhadap proses kegiatan audit internal yang dilaksanakan.

Untuk penilaian jika dikaitkan pada ele-men, itulah nantinya yang akan

menen-tukan bisa atau tidaknya APIP itu naik ke level berikutnya.

Dengan semakin naiknya level para APIP tersebut, kedepannya akan berpengaruh positif terhadap akuntabilitas pengelo-laan aset negara, serta dapat dijadikan sebagai alat deteksi dini pencegahan kasus korupsi yang sedang marak terjadi di negeri ini.

Referensi/Daftar Pustaka

1. Asosiasi Auditor Intern Pemerintah Indonesia (AAIPI), Kode Etik Auditor In-tern Pemerintah Indonesia, 2014Stan-dar Audit Auditor Intern Pemerintah Indonesia, 2014, Pedoman Telaah Sejawat, 2014

2. Pickett, K.H. Spenser, The Essential

handbook of Internal Auditing, John

Wiley & Sons Ltd., 2005.

3. Republik Indonesia, Peraturan Kepala BPKP Nomor PER-1633/K/JF/2011 tentang Pedoman Teknis Peningkatan Kapabilitas Aparat Pengawasan Intern Pemerintah (APIP).

4. Republik Indonesia, Salinan Peraturan Kepala BPKP Nomor 16 Tahun 2015 tentang Pedoman Teknis Peningkatan Kapabilitas Aparat Pengawasan Intern Pemerintah.

5. Peraturan Kepala BPKP Nomor 14 Tahun 2013 Tentang Pedoman Pen-jaminan Kualitas Pengawasan dan Pembinaan BPKP.

R

evolusi industri generasi keempat (generasi 4.0) saat ini telah dimulai dengan ditandai kemunculan superkomputer, robot pintar, kendaraan tanpa pengemudi, revolusi pe-masaran (e-commerce), perkembangan neurote-knologi yang memungk-inkan manusia untuk lebih mengoptimalkan fungsi otak dsb. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi telah

mengu-bah dunia. Pada revolusi

Dalam dokumen PEMBAHARUAN STANDAR MANAGEMEN RISIKO (Halaman 36-41)

Dokumen terkait