BAB IV BENTUK PENYELESAIAN SENGKETA TERHADAP
A. Internet Banking Privacy Policy Telaah terhadap
Hukum dalam tatanan teori hukum tidak saja dipahami sebagai hukum yang sifatnya tertulis, namun hukum juga dapat dimaknai secara luas, yaitu meliputi hukum yang sifatnya tidak tertulis. Hukum tertulis kecenderungannya dalam bentuk norma-norma tertulis, seperti undang-undang, peraturan pemerintah, atau peraturan daerah, sedangkan hukum tidak tertulis lazimnya lebih banyak merujuk pada ketentuan hukum adat atau kebiasaan.
Salah satu masalah regulasi hukum yang kini aktual dalam internet adalah hal yang mengatur perlindungan data pribadi dan publik atau dikenal juga di Amerika Serikat dengan sebutan privacy. Dalam konteks ini, ada dua model aturan yang dapat diterapkan untuk melindungi aspek privacy. Dua model itu dikenal dengan sebutan
self-regulation dan government regulation.
Self-regulation, yakni aturan yang lazimnya dibentuk para pihak dalam
mengantisipasi kekosongan hukum (vacum of law) dalam upaya perlindungan data pribadi atau bank, sedangkan government regulation, yaitu aturan yang lazimnya
Nadia Ella Comanect : Tinjauan Hukum Terhadap Perlindungan Hukum Nasabah Pengguna Internet Banking Berdasarkan Undang-Undang Informasi Dan Transaksi Elektronik, 2009.
dibentuk oleh pemerintah dalam bentuk undang-undang atau keputusan untuk melindungi data pribadi dan bank.
Kerangka perdagangan elektronik global (A Framework for Global Electronic
Commerce) yang dikeluarkan oleh the Clinton Administration merupakan upaya
untuk mendukung pelaksanaan secara penuh, consumer-friendly rezim self-regulation yang keduanya guna memberi perlindungan 59
Mengacu pada kerangka di atas, khusus rezim self-regulation meliputi aturan substantif yang maksudnya untuk menjamin bahwa konsumen mengetahui aturannya, bahwa perusahaan juga memenuhi prasyarat-prasyarat yang diperlukan oleh konsumen. Salah satu elemen yang penting, yakni prinsip-prinsip dari praktik informasi yang adil (principles of fair information practices). 60
59
Paula Bruening, “Elements of Effective Self-Regulation for Protection of Privacy,” [email protected] gov, diakses tanggal 16 Juni 2009
60
Ibid
Praktik informasi yang fair adalah secara original diidentifikasi melalui Komite Penasihat dari Departemen Pendidikan Kesehatan dan Kesejahteraan pada tahun 1973 yang dijadikan dasar bagi The Privacy Act of 1974, yakni peraturan yang melindungi informasi personal yang dikumpulkan dan dipelihara oleh pemerintahan Amerika Serikat.
Nadia Ella Comanect : Tinjauan Hukum Terhadap Perlindungan Hukum Nasabah Pengguna Internet Banking Berdasarkan Undang-Undang Informasi Dan Transaksi Elektronik, 2009.
Prinsip ini telah diadopsi melalui masyarakat internasional pada Organization
for Economic Cooperation and Development’s Guidelines for the Protection of Personal Data and Transborder Data Flow. Prinsip dari praktik informasi yang fair
ini melingkupi pengenalan konsumen (consumer awareness), pilihan (choice), tingkat keamanan yang layak (appropriate levels of security), dan akses konsumen dari data mereka yang secara personal dapat diidentifikasi (consumer access to their personally
identifiable data).
a. Awareness (Pengenalan)
Konsumen perlu mengetahui identitas dari pengumpul informasi personal mereka, tujuan dari penggunaan informasi, dan mereka boleh membatasi keterbukaannya. Perusahaan yang mengumpulkan dan menggunakan data bertanggung jawab untuk meningkatkan pengenalan konsumen dan dapat bekerja sehingga harus memenuhi hal-hal sebagai berikut.
1) Kebijakan privacy (privacy policies),
yaitu cara mengartikulasi kebijakan privacy di mana suatu perusahaan mengumpulkan, menggunakan, dan melindungi data dan memilih menawarkan kepada konsumen untuk menguji hak-hak dalam informasi pribadi mereka yang digunakan. Dengan berdasar pada kebijakan ini, konsumen dapat menentukan apakah dan untuk apa menyampaikan harapannya.
Nadia Ella Comanect : Tinjauan Hukum Terhadap Perlindungan Hukum Nasabah Pengguna Internet Banking Berdasarkan Undang-Undang Informasi Dan Transaksi Elektronik, 2009.
2) Pemberitahuan (notification)
Suatu kebijakan privacy perusahaan seharusnya diberitahukan ke konsumen. Pemberitahuan seharusnya dalam bahasa tertulis yang jelas dan mudah dipahami dan seharusnya juga tersedia sebelum konsumen bertanya tentang hal ini.
3) Pendidikan Konsumen (consumer education)
Perusahaan-perusahaan seharusnya mengajarkan konsumen untuk menanyakan berkaitan dengan pengetahuan yang relevan tentang mengapa informasi itu dikumpulkan, untuk apa informasi akan digunakan, bagaimana itu akan dilindungi, dan konsekuensi apa yang akan ditimbulkan jika terjadi sesuatu dengan informasi tersebut. Pendidikan konsumen diterapkan agar konsumen memiliki informasi ketika memutuskan tentang bagaimana mereka boleh menggunakan data informasi pribadi mereka sebagai partisipan dalam ekonomi informasi. Pendidikan konsumen dapat dilakukan oleh perusahaan individual, dan asosiasi perdagangan.
b. Choice (pilihan)
Konsumen seharusnya diberi kesempatan untuk menggunakan pilihan dengan menghormati atau tanpa dan bagaimana informasi pribadi mereka itu digunakan. Tak terkecuali dalam bisnis dengan siapa mereka melakukan kontak
Nadia Ella Comanect : Tinjauan Hukum Terhadap Perlindungan Hukum Nasabah Pengguna Internet Banking Berdasarkan Undang-Undang Informasi Dan Transaksi Elektronik, 2009.
langsung atau pihak ketiga. Konsumen harus disediakan mesin yang sederhana, tampak mudah dimengerti, dapat tersedia, dan dapat menghasilkan.
c. Data Security (Keamanan Data)
Perusahaan yang menciptakan, memelihara, menggunakan atau menyebarkan rekaman dari informasi pribadi yang dapat diidentifikasi seharusnya mengambil tanggung jawab untuk menjamin kepercayaannya untuk tujuan tersebut dan dapat bertanggung jawab untuk mencegah dan melindungi dari informasi pribadi yang hilang, rusak, dan disalahgunakan. Perusahaan juga seharusnya menjamin bahwa tingkat perlindungan diperluas hingga pada pihak ketiga yang mana informasi personal mereka ditransfer yang dapat diperbandingkan dengan kepemilikannya.
d. Consumer Acces (Akses Konsumen)
Konsumer diberikan kesempatan yang wajar, tepat untuk akses informasi tentang mereka yang dipegang oleh perusahaan dan dapat mengoreksi dan mengubah informasi ketika dibutuhkan. Perluasan akses boleh juga dari industri ke industri.
Pada implementasi, jika self-regulation ditemukan menjadi tidak cukup pada wilayah khusus, pemerintah membentuk hukum untuk masalah sektor pengaturan
Nadia Ella Comanect : Tinjauan Hukum Terhadap Perlindungan Hukum Nasabah Pengguna Internet Banking Berdasarkan Undang-Undang Informasi Dan Transaksi Elektronik, 2009.
menggunakan code/aturan mereka sendiri, terkadang hal ini tidak berlaku mutlak karena ada beberapa negara yang mengatur self-regulation sifatnya merupakan bagian dari aturan yang dibentuk oleh pemerintah.
J. Satrio membedakan perjanjian dalam arti luas dan sempit. Dalam arti luas, suatu perjanjian berarti setiap perjanjian yang menimbulkan akibat hukum sebagai yang dikehendaki (atau dianggap dikehendaki) oleh para pihak, termasuk di dalamnya perkawinan, perjanjian kawin, dan lain-lain. Sementara itu, dalam arti sempit, perjan-jian hanya ditujukan kepada hubungan-hubungan hukum dalam lapangan harta kekayaan saja sebagaimana diatur Buku III KUHPerdata.61
Dalam upaya memperbaiki kelemahan definisi di atas, Pasal 2I3 ayat (I) Kitab Undang-Undang Hukum Perdata Belanda (BW Baru) mendefinisikan perjanjian sebagai suatu perbuatan hukum yang terjadi antara satu orang atau lebih mengikatkan dirinya kepada satu orang atau lebih atau di mana keduanya saling mengikatkan dirinya.62
Di dalam sistem common law, ada pembedaan antara contract dan agreement. Semua kontrak adalah agreement, tetapi tidak semua agreements adalah kontrak.
61
J. Satrio, Op.Cit, Buku I, hlm. 28-30
62
P.P.C. Haanappel dan Ejan Mackaay menerjemahkannya ke dalam bahasa Inggris sebagai berikut : “A Contract in this sense of this title is amultilateral juridical act whreby one or more parties
assume an obligation toward one or more other parties.” Lihat P.P.C. Haanappel dan Ejan Makaay, Nieuw Nederlands Burgerlijk Wetboek, Het Vermogenrechts, Kluwer, Deventer, 1990, hal. 325.
Nadia Ella Comanect : Tinjauan Hukum Terhadap Perlindungan Hukum Nasabah Pengguna Internet Banking Berdasarkan Undang-Undang Informasi Dan Transaksi Elektronik, 2009.
''American Restatemennt of Contract (second) mendefinisikan kontrak sebagai a
promise or set of promises for the breach of which the law give a remedy or the performance of which the law in some why recognized a duty.63 Substansi definisi kontrak di atas adalah adanya mutual agreement atau persetujuan (assent) para pihak yang menciptakan kewajiban yang dilaksanakan atau kewajiban yang memiliki kekuatan hukum.64
Agreement sendiri merupakan berarti a coming together of mind; a coming together in opinion or determination; the coming together in accord of two minds on a given propostion….. The union on two or more minds in a thing done or to be done; a mutual assents to do thing …. Agreement is a broader term e.g. an agreement might lack an essential element of contract.65
63
Ronald A. Anderson, Business Law, South-Western Publishing Co. (Ohio: Cincinnati, 1987), hal. 186
64
Ibid
65
Budiono Kusumohamidjojo, Dasar-dasar Merancang Kontrak, Grasindo, Jakarta, 1998, hal. 5
Agreement atau persetujuan dapat dipahami sebagai suatu perjumpaan nalar,
yang lebih merupakan perjumpaan pendapat atau ketetapan maksud. Persetujuan adalah perjumpaan dari dua atau lebih nalar tentang suatu hal yang telah dilakukan atau akan dilakukan. Secara lebih luas, persetujuan dapat ditafsirkan sebagai suatu kesepakatan timbal balik untuk melakukan sesuatu.
Nadia Ella Comanect : Tinjauan Hukum Terhadap Perlindungan Hukum Nasabah Pengguna Internet Banking Berdasarkan Undang-Undang Informasi Dan Transaksi Elektronik, 2009.
Dengan demikian, agreement merupakan esensi kontrak. Agreement mensyaratkan adanya offer dan acceptance oleh para pihak.66 Offer sendiri menurut
American Restatement Contract (second), adalah manifestasi kehendak untuk
mengadakan transaksi yang dilakukan agar orang lain tahu bahwa persetujuan pada transaksi itu diharapkan dan hal itu akan menutup transaksi itu.67
1. Sepakat bagi mereka yang mengikatkan dirinya;
Adapun acceptance adalah manifestasi dari persetujuan pihak offere (orang menawarkan) terhadap penawaran yang bersangkutan. Singkatnya offer dan
acceptance sepadan dengan istilah ijab dan kabul. Prinsip semacam ini di Indonesia
dikenal sebagai prinsip persesuaian kehendak.
Persyaratan perjanjian menurut Pasal 1320 KUHPerdata. Pasal 1320 KUHPerdata menentukan adanya empat syarat sahnya suatu perjanjian, yakni:
2. Cakap untuk membuat suatu perikatan; 3. Suatu hal tertentu; dan
4. Suatu sebab (causa) yang halal.
66
Catherine Tay Swee Kian dan Tang See Chim, Contract Law, Times Books International, Singapore, 1993, hal. 20
67
Henry R. Cheseeman, Business Law : The Legal, Ethical and International Environtment, Printice-Hall, New Jersey, Engelwood Cliffs, 1995, hal. 168.
Nadia Ella Comanect : Tinjauan Hukum Terhadap Perlindungan Hukum Nasabah Pengguna Internet Banking Berdasarkan Undang-Undang Informasi Dan Transaksi Elektronik, 2009.
Persyaratan tersebut berkenaan baik mengenai subjek maupun objek perjanjian. Persyaratan yang pertama dan kedua berkenaan dengan subjek perjanjian. Sementara itu, persyaratan yang ketiga dan keempat berkenaan dengan objek perjanjian.
Pembedaan kedua persyaratan tersebut dikaitkan pula dengan masalah batal demi hukumnya (nieteg = null and void = void ab initio) dan dapat dibatalkannya
(vernietigbaar = voidable). Perjanjian yang batal demi hukum adalah perjanjian yang
sejak semula sudah batal, hukum menganggap perjanjian tersebut tidak pernah ada. Sementara itu, perjanjian yang dapat dibatalkan adalah sepanjang perjanjian tersebut belum atau tidak dibatalkan pengadilan, maka perjanjian yang bersangkutan masih terus berlaku.
Pakar hukum Indonesia umumnya berpendapat bahwa apabila persyaratan subjektif perjanjian (kata sepakat dan kecakapan untuk melakukan perikatan) tidak dipenuhi, tidak mengakibatkan batalnya perjanjian, tetapi hanya dapat dibatalkan melalui putusan pengadilan. Sementara itu, apabila persyaratan yang menyangkut objek perjanjian (suatu hal tertentu dan adanya kausa hukum yang halal) tidak dipenuhi, perjanjian tersebut batal demi hukum.