PEMAKAIAN KB SUNTIK 3 BULAN DI PUSKESMAS MUMBULSAR
A. Interprestasi dan Diskusi Hasil Penelitian
404 responden. Lokasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah di Desa Taman Sari Kecamatan Mumbulsari Jember. Penelitian dilaksanakan pada bulan September.
PEMBAHASAN
A.Interprestasi dan Diskusi Hasil Penelitian
Berdasarkan tingkat pengetahuan, tampak bahwa tingkat pengetahuan akseptor KB suntik 3 bulan di wilayah desa Taman Sari Kecamatan Mumbulsari tahun 2014 yaitu, (Baik 18,18%), (Cukup 36,36%), (Kurang 45,45%).
Menurut Hartanto (2004) periode usia istri 20-35 tahun ini merupakan periode usia paling baik untuk melahirkan, dengan jumlah anak 2 orang dan jarak antara kelahiran adalah 2-4 tahun. Pada masa usia ini perempuan sedang ada pada masa puncak kesuburan pada masa puncak ini perempuan akan lebih peka dan sensitif dan pada usia subur ini perempuan akan mengalami peningkatan berat-badan. Pada usia ini juga sangat cocok bagi wanita untuk hamil dan melahirkan karena organ reproduksinya yang masih berfungsi dengan baik. Pada usia ini diperlukan jenis kontrasepsi yang mempunyai efektivitas cukup tinggi, reversibilitas cukup tinggi karena peserta masih mengharapkan punya anak lagi, dapat dipakai 2-4 tahun yaitu sesuai dengan jarak kehamilan anak yang direncanakan. Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa umur ibu yang menggunakan KB suntik 3 bulan rata-rata paling banyak usia antara 20-35 adalah 15 orang (45,45%).
Pendidikan adalah aktivitas dan usaha manusia untuk meningkatkan kepribadiannya dengan jalan membina potensi-potensi pribadinya, yaitu rohani Tingkat Pengetahuan Akseptor KB Suntik 3 Bulan... Uswatun Hasanah, hal. 274 - 279
JURNAL KESEHATAN dr. SOEBANDI Vol. 4 No. 1 277 (pikir, karsa, rasa, cipta dan budi nurani).
Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa sebagian pendidikan ibu adalah SD 15 orang (45,45%). Hasil penelitian ini menjelaskan bahwa tingkat pendidikan ibu berada pada kategori rendah. Menurut pendapat Notoadmodjo (2007) yang menyatakan bahwa pendisikan mempengaruhi proses belajar, makin tinggi pendidikan seorang makin tinggi pendidikan seseorang makin mudah orang tersebut untuk menerima informasi. Dengan pendidikan tinggi maka seseorang akan cenderung untuk mendapatkan informasi, baik dari orang lain maupun dari media massa. Semakin banyak informasi yang masuk semakin banyak pula pengetahuan yang didapat tentang kesehatan.
Pendidikan menunjukkan jumlah informasi yang diperoleh seseorang. Pendidikan memiliki andil besar membentuk perilaku seseorang karena didalam pendidikan baik formal ataupun informal terdapat sejumlah informasi. Informasi ini akan menjadi dasar bagi ibu dasar berprilaku, artinya prilaku seseorang akan ditentukan dengan informasi yang dimilikinya.
Pengetahuan Ibu tentang Efek Samping Amenore Akibat Pemakaian KB Suntik 3 Bulan adalah Menurut Wiknjosastro (2005), amenore yaitu keadaan apabila seorang wanita pernah mengalami haid, tetapi kemudian tidak haid lagi. Amenorea lebih menunjuk kepada sebab-sebab yang timbul kemudian dalam kehidupan wanita, seperti gangguan gizi, gangguan metabolisme, tumor-tumor, penyakit infeksi dan lain-lain. Amenore pada akseptor kontrasepsi suntik terjadi karena ketidakseimbangan hormon, menyebabkan endometrium mengalami perubahan histologi berupa degenerasi atau atropi. Berdasarkan hasil penelitian diperoleh sebagian besar tingkat pengetahuan ibu berada pada kategori kurang 15 orang (45,45%).
Menurut Notoadmodjo (2002) pengetahuan adalah hasil tahu, hal ini setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Pengetahuan ibu dapat diperoleh dari beberapa faktor baik formal seperti pendidikan yang didapat di sekolah maupun non formal.
Pengetahuan merupakan faktor yang penting untuk terbentuknya tindakan seseorang. Hal ini dikuatkan oleh penelitian yang dilakukan Sunoto (2001) yang mengungkapkan bahwa prilaku yang didasari oleh pengetahuan akan lebih langgeng daripada perilaku yang tidak didasari pengetahuan (Notoadmodjo,2002).
Pengetahuan Ibu tentang Efek Samping Amenore dapat mempengaruhi ibu dalam menggunakan KB Suntik 3 Bulan. Semakin baik pengetahuan Ibu tentang keunggulan dan kelemahan KB Suntik 3 Bulan, ibu akan terdorong untuk menggunakan KB Suntik 3 Bulan. Begitu juga sebaliknya, semakin rendah pengetahuan ibu tentang keunggulan dan kelemahan, maka semakin sedikit pula ibu yang akan menggunakan KB Suntik 3 Bulan. Pengetahuan merupakan dasar terbentuk perilaku seseorang, orang cenderung bertindak atau berprilaku sesuai dengan apa yang dia ketahui.
Berdasarkan teori dan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa efek samping penggunaan KB suntik 3 bulan salah satunya adalah amenore (Hanafi, 2002). Pengetahuan ibu tentang efek samping amenore dapat mempengaruhi ibu dalam menggunakan KB suntik 3 bulan, pengetahuan bisa dipengaruhi oleh umur dan pendidikan. Tingkat pendidikan ibu berpengaruh terhadap pengetahuan akseptor mengenai efek samping KB suntik 3 bulan yaitu amenore. Semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang akan berpengaruh terhadap tingkat pengetahuannya.
JURNAL KESEHATAN dr. SOEBANDI Vol. 4 No. 1 278 KESIMPULAN
Berdasarkan hasil penulisan pada bab sebelumnya, maka dapat dibuat suatu kesimpulan dari Karya Tulis Ilmiah ini sebagai jawaban dari tujuan penelitian adalah tingkat pengetahuan akseptor KB suntik 3 bulan di wilayah desa Taman Sari Kecamatan Mumbulsari tahun 2014 yaitu, Baik 18,18%, Cukup 36,36%, Kurang 45,45%. Hal ini dipengaruhi oleh mayoritas pendidikan responden SD dan Tidak Sekolah.
SARAN
1. Bagi Peneliti Selanjutnya
Diharapkan agar dapat melanjutkan penelitian dengan variabel lain yang berhubungan dengan tingkat pengetahuan akseptor KB suntik 3 bulan tentang efek samping amenore. 2. Bagi Institusi Pendidikan
Diharapkan dapat dijadikan referensi dan bahan bacaan di perpustakaan, sehingga dapat dijadikan bekal mahasiswa sehubungan dengan tingkat pengetahuan akseptor KB suntik 3 bulan tentang efek samping amenore. 3. Bagi Puskesmas
Diharapkan kepada petugas kesehatan setempat dapat meningkatkan kualitas pelayanan dengan melakukan penyuluhan kepada akseptor KB mengenai efek samping KB suntik 3 bulan.
4. Bagi masyarakat
Diharapkan ibu akseptor KB suntik 3 bulan menanyakan kepada petugas kesehatan mengenai efek samping KB suntik 3 bulan sehingga masyarakat mendapatkan informasi yang benar mengenai efek samping kontrasepsi KB suntik 3 bulan.
DAFTAR PUSTAKA
Arief Mansjoer. (2001). Kapita Selekta Kedokteran 1, Buku Kedokteran. Jakarta: EGC.
Arikunto, S. (2006). Prosedur
Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta. Bobak. (2004). Buku Ajar Keperawatan
Maternitas. Edisi Keempat. Jakarta: EGC.
Burhanudin. (2011). Perempuan Miliki 12 Hak Reproduksi. Bersumber dari: http://garutnews.com/ (diakses tanggal 20 Juli 2014). Depkes RI. (2011). Profil Data Kesehatan
Indonesia. Jakarta: Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Dinkes Jawa Timur. (2011). Data
Informasi Kesehatan Provinsi Jawa Timur. Surabaya: Departemen Kesehatan Jawa Timur.
Glasier, Anna, Ailsa Gebbie. (2006).
Keluarga Berencana dan Kesehatan Reproduksi. Jakarta: EGC.
Handayani, Sri. 2010. Buku Ajar Pelayanan Keluarga Berencana. Yogyakarta: Pustaka Rihama. Hartanto. (2003). Keluarga Berencana
dan Kontrasepsi. Jakarta: CV. Mulia Sari.
___________. (2004). Keluarga Berencana dan Kontrasepsi. Cetakan ke 5, Jakarta: Pustaka Sinar Harapan.
Hasan, Alwi. (2007). Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.
Hidayat. (2007). Metode Pendidikan Keperawatan dan Teknik Analisis Data. Jakarta: Salemba Medika. ___________. (2008). Riset
Keperawatan dan Teknik Penulisan Ilmiah. Jakarta: Salemba Medika.
___________. (2010). Metode Penelitian Kebidanan dan Teknik Analisis Data. Jakarta: Salemba Medika.
Mahmudah, Anggia R.J. (2012).
Hubungan Jenis dan Lama Pemakaian Kontrasepsi Hormonal Dengan Gangguan Menstruasi di BPS (BidanPraktek Swasta) Wolita M. J. Sawong
JURNAL KESEHATAN dr. SOEBANDI Vol. 4 No. 1 279
Kota Surabaya. Jurnal Kesehatan Masyarakat Vol. 1, No.1, Juni 2012. Departemen Biostatistika dan Kependudukan FKM UNAIR. Surabaya: FKM Universitas Airlangga.
Notoatmodjo. (2007). Pendidikan dan Perilaku Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta.
___________. (2010). Promosi
Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta. ___________. (2010). Metodologi
Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta.
Pinem, Saroha. (2009). Kesehatan Reproduksi dan Kontrasepsi. Jakarta: KDT.
Riwidikdo. (2007). Statistik Untuk Penelitian Kesehatan dengan Aplikasi Program dan SPSS.Yogyakarta: Pustaka Rihama. ___________. (2009). Statistik Untuk
Penelitian Kesehatan dengan Aplikasi Program dan SPSS.Yogyakarta: Pustaka Rihama. ___________. (2010). Statistik Untuk
Penelitian Kesehatan dengan Aplikasi Program dan SPSS.Yogyakarta: Pustaka Rihama. Saifuddin. (2003). Buku Panduan Praktis
Pelayanan Kontrasepsi. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.
___________. (2006). Buku Panduan Praktis Pelayanan Kontrasepsi. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.
Saldana, Johnny. (2009). The Coding Manual for Qualitative Researchers. London: Sage Publications.
Setiawan, A. dan Saryono. (2010).
Metodologi Penelitian Kebidanan. Jakarta: Nuha Medika.
Siswosudarmo, Moch. Anwar, Ova Emilia. 2001. Teknologi Kontrasepsi. Yogyakarta : Gadjah Mada University Press
Strauss, Anselm L. (1987). Qualitative Analysis for Social Scientist.
Cambridge: Cambrigde University Press.
Suratun, dkk. (2008). Pelayanan Keluarga Berencana dan Pelayanan Kontrasepsi. Jakarta: Trans Info Media.
Sugiyono. (2007). Statistika Untuk Penelitian. Bandung: Alfabeta. ___________. (2010). Statistika Untuk
Penelitian. Bandung: Alfabeta. Wikipedia.org. Pengertian Pengetahuan.
http://id.wikipedia.org/wiki/Penget ahuan (diakses tanggal 20 Juli 2014).
Wiknjosastro. (2005). Ilmu Kandungan. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.
Varney, Hellen (et.all). 2006. Buku Ajar Asuhan Kebidanan Edisi 4 Volume 1. Jakarta : EGC
JURNAL KESEHATAN dr. SOEBANDI Vol. 4 No. 1 280 GAMBARAN FAKTOR PEMBERIAN ASI EKSLUSIF PADA BAYI DI DESA
KEMUNING LOR KECAMATAN ARJASA KABUPATEN JEMBER Zayniyyatul Ma’rufah*, Mussia**, Zaida Mauludiyah***
*,**,*** Program Studi D III Kebidanan STIKES dr. Soebandi Jember ABTRACT
Breastfeeding is the best food for a baby at the early of life. When breastfeeding is very important, but not all mothers do. Exclusive coverage of breastfeeding in Jember is 66.37% while attainment targets is 80% one of them in Arjasa. Based on the survey result obtained 60% mother is not exsclusively breastfeed their baby. Purpose of this research is identify factors of exclusive breastfeeding in Kemuning Lor Village Arjasa Sub District Jember City. This type of researchis descriptive. Population in this research are all the mothers have baby aged 7-12 months is 31 people with the sampling technique is random sampling. Analyzed file using a computer with statistical product and service solution (SPSS) 16.0 for windows. Exclusive of breastfeeding in Kemuning Lor Village, Arjasa Sub- District, Jember City. Tends do by mothers with the last school is high school (51,6%) housewife 13 (41,9%) and mother with a good level of knowledge 16 (51,6%). The conclusion in this research that breasfeeding in Kemuning Lor Village, Arjasa Sub-
District, Jember City tends do by mother with secondary education, the mother doesn‟t
work, and has a good knowledge.
Keyword : exclusive of breastfeeding PENDAHULUAN
ASI (Air Susu Ibu) adalah makanan alami pertama untuk bayi dan menyediakan semua vitamin, nutrisi dan mineral yang diperlukan bayi untuk pertumbuhan enam bulan pertama, tidak ada cairan atau makanan lain yang diperlukan. ASI terus tersedia hingga setengah atau lebih dari kebutuhan gizi anak pada tahun pertama, dan sampai tahun kedua kehidupan. Selain itu, ASI mengandung antibodi dari ibu yang membantu memerangi penyakit (Roesli, 2000).
ASI eksklusif didefinisikan sebagai makanan dan minuman yang diterima oleh bayi yang berasal hanya dari Air Susu Ibu (ASI) tanpa tambahan dari makanan atau minuman lainya termasuk air putih kecuali pemberian cairan melalui mulut baik dalam bentuk tetes atau pun sirup yang terdiri dari vitamin, mineral maupun obat yang diberikan kepada bayi sejak lahir (usia 0 bulan)
hingga bayi berusia 6 bulan (WHO, 2009). Pemberian ASI eksklusif berarti bahwa bayi hanya menerima ASI. Tidak ada cairan atau padatan lain diberikan, bahkan air, dengan pengecualian dari larutan rehidrasi oral, atau tetes / sirup vitamin, mineral atau obat-obatan. WHO merekomendasikan bahwa bayi harus ASI eksklusif selama enam bulan pertama kehidupan untuk mencapai pertumbuhan optimal, pembangunan dan kesehatan. Setelah itu, bayi harus menerima nutrisi makanan pendamping yang memadai dan aman, sambil terus menyusui sampai dua tahun atau lebih. (WHO, 2003).
Pemberian ASI (Air Susu Ibu) eksklusif yang selama ini telah dianjurkan diberikan selama 6 bulan nyatanya belum dapat terlaksana dengan baik. Data mengenai pemberian ASI pada bayi di beberapa Negara pada tahun 2005-2006 diperoleh bahwa bayi di Amerika mendapatkan ASI eksklusif Gambaran Faktor Pemberian ASI Eksklusif ... Zayniyyatul Ma’rufah, hal. 280 - 284
JURNAL KESEHATAN dr. SOEBANDI Vol. 4 No. 1 281 justru meningkat 60-70%. Pada Tahun
2010 cakupan ASI Eksklusif di India saja sudah mencapai 46%, di Philippines 34%, di Vietnam 27% dan di Myanmar 24% (Yuliarti 2010). Hasil penelitian United Nation Child‟s Fund (UNICEF) dari tahun 2005 hingga 2011 didapati bayi Indonesia yang mendapat ASI Eksklusif selama 6 bulan pertama ialah sebanyak 32% dan anak diberikan ASI Eksklusif sehingga usia 23 bulan didapati 50%. Tetapi persentase ini masih rendah bila dibandingakan dengan negara berkembang lain seperti Bangladesh didapati 43% anak diberikan ASI eksklusif selama 6 bulan dan 91% anak mendapat ASI sehingga usia 23 bulan (UNICEF, 2011).
Sementara itu, data Riset Kesehatan Dasar (Riskesda) 2013 menunjukkan, cakupan pemberian ASI Eksklusif di Indonesia baru mencapai angka 42 persen. Jika dibandingkan dengan target organisasi kesehatan dunia atau WHO yang mencapai 50 persen, maka angka tersebut masihlah jauh dari target. Meski menunjukkan tren kenaikan jika dibanding dengan hasil Riskesda 2007, angka cakupan ASI Eksklusif ini masih dinilai jauh dari harapan. Di Provinsi Jawa Timur tahun 2012 target pencapaian 67%, sementara pemberian ASI Eksklusif baru mencapai sebesar 64,08%, artinya tidak mencapai target (Dinkes Jatim, 2012). Berdasarkan laporan yang diterima dari Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota tahun 2013 diketahui bahwa cakupan pemberian ASI secara eksklusif tahun 2013 adalah sebesar 68,3% dari target sebesar 75%. Menurut data profil Kesehatan Kabupaten Jember tahun 2012 dari jumlah bayi yang diperiksa berjumlah 40,299 bayi usia 0-6 bulan, sebesar 66.37% mendapatkan ASI Eksklusif sementara target pencapaian sebesar 80% (Dinkes Jember, 2013). Berikut data lima daerah dengan persentase terendah pemberian ASI Eksklusif di Kabupaten Jember meliputi Puskesmas Arjasa (21.96%), Pukesmas
Kencong (32.22%), Puskesmas Klatakan (38.71%), Puskesmas Gladak pakem (42.56%), dan Puskesmas Kalisat (43.07%) (Dinkes Jember, 2012)
Tingkat keberhasilan pemberian ASI bisa berhasil sukses erat kaitannya dengan beberapa faktor seperti pemahaman masyarakat, rendahnya pengetahuan ibu dan keluarga lainnya mengenai manfaat dan cara menyusui yang benar, kurangnya pelayanan konseling laktasi dan dukungan dari petugas kesehatan, faktor sosial budaya, kondisi yang kurang memadai bagi para ibu yang bekerja dan gencarnya pemasaran susu formula (Kementerian Kesehatan RI, 2010)
Beberapa upaya untuk meningkatkan cakupan ASI eksklusif telah dilaksanakan dengan langkah kegiatan manajemen laktasi yang dilakukan: 1) pada masa kehamilan dengan memberikan konseling laktasi, 2) pada saat segera setelah persalinan dengan insiasi menyusu dini, 3) pada masa neonatus dengan rawat gabung, 4) pada masa menyusui selanjutnya dengan konseling untuk tetap memberikan ASI eksklusif sampai 6 bulan, kecukupan gizi dan dukungan keluarga (Depkes RI, 2005).
Pentingnya ASI eksklusif memang harus menjadi perhatian, dan tanggung jawab sebagai orang tua juga harus mulai menyadari akan dampak pada si bayi jika ASI eksklusif ini tidak di berikan pada bayi dengan maksimal. Pertumbuhan bayi pada usia 0-6 bulan bisa sangat terhambat dan kemungkinan besar juga bayi anda tidak sehat. Perhatian akan pentingnya ASI eksklusif juga harus datang dari lingkungan sekitar, ini agar pemberian ASI eksklusif di terapkan dalam kebiasaan atau budaya yang harus di lestarikan.
Rendahnya pemberian ASI eksklusif pada bayi dimungkinkan karena ibu tidak mengetahui mengenai manfaat, keunggulan dan sebagainya, sehingga keadaan ini mendasari peneliti ingin Gambaran Faktor Pemberian ASI Eksklusif ... Zayniyyatul Ma’rufah, hal. 280 - 284
JURNAL KESEHATAN dr. SOEBANDI Vol. 4 No. 1 282 mengetahui lebih jauh pemberian ASI
eksklusif. Berdasarkan uraian tersebut, maka judul dalam penelitian ini adalah gambaran faktor pemberian ASI ekslusif pada bayi di Desa Kemuning Lor Kecamatan Arjasa Kabupaten Jember.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi gambaran faktor pemberian ASI ekslusif pada bayi di Desa Kemuning Lor Kecamatan Arjasa Kabupaten Jember.
METODE PENELITIAN
Desain penelitian ini adalah
deskriptif retrospektif yaitu mengidentifikasi gambaran faktor pemberian ASI ekslusif pada bayi di Desa Kemuning Lor Kecamatan Arjasa Kabupaten Jember tahun 2014..
Teknik pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah
total sampling. Total sampling yaitu dengan mengambil semua populasi sebagai sampel. Besar sampel penelitian dalam penelitian ini adalah 31 ibu yang memiliki bayi di Desa Kemuning Lor Kecamatan Arjasa Kabupaten Jember tahun 2014. Penelitian dilaksanakan di desa kemuning lor kecamatan arjasa kabupaten jember pada tanggal 17-20 september 2014
Data dikumpulkan dengan menggunakan data sekunder dan primer, kemudian diolah dan dianalisis dengan tabel frekuensi (data dengan skala ordinal nominal dan ordinal).
HASIL
8. Pendidikan Ibu
Tabel 5.4 Distribusi Frekuensi Pendidikan ibu di Kecamatan Arjasa Kabupaten Jember
No Pendidikan Frekuensi Persentase (%) 1 SD 3 9.7 2 SMP 11 35.5 3 SMA 16 51.6 4 Perguruan Tinggi 1 3.2 Jumlah 31 100
Sumber : Data primer diolah tahun 2014
Berdasarkan tabel 5.4 dapat diketahui bahwa sebagain besar pendidikan ibu adalah SMA 16 (51.6%), SMP 11 (35.5%), SD 3 (9.7%), dan Perguruan tinggi 1 (3.2%). Hal ini menjelaskan bahwa sebagian besar pendidikan ibu berada pada kategori menengah.
9. Pekerjaan Ibu
Tabel 5.5 Distribusi Frekuensi Pekerjaan ibu di Kecamatan Arjasa Kabupaten Jember
No Pekerjaan Frekuensi Persentase (%) 1 PNS 1 3.2 2 Buruh 6 19.4 3 Petani 3 9.7 4 Wiraswasta 8 25.8 5 IRT 13 41.9 Jumlah 31 100
Sumber : Data primer diolah tahun 2014
Berdasarkan tabel 5.5 dapat diketahui bahwa hampir setengahnya ibu adalah IRT 13 (41.9%), wiraswasta 8 (25.8%), buruh 6 (19.4%), petani 3 (9.7%), dan PNS 1( 3.2%). Hal ini berarti banyak ibu yang tidak bekerja.
10. Pengetahuan Ibu
Tabel 5.6 Distribusi Frekuensi Pengetahuan ibu di Kecamatan Arjasa Kabupaten Jember
No Pengetahuan Frekuensi Persntase (%)
1 Baik 16 51.6
2 Cukup 13 41.9
3 Kurang 2 6.5
Jumlah 31 100
Sumber : Data primer diolah tahun 2014
Berdasarkan tabel 5.6 dapat diketahui bahwa sebagain besar tingkat pengetahuan ibu berada pada kategori baik yaitu 16 (51.6%), cukup 13 (41.9%), dan kurang 2 (6.5%). Hal ini berarti ibu banyak mengetahui tentang ASI eksklusif.
JURNAL KESEHATAN dr. SOEBANDI Vol. 4 No. 1 283 PEMBAHASAN
1. Identifikasi Pemberian ASI Eksklusif berdasarkan Pendidikan Ibu
Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa sebagain besar pendidikan ibu adalah SMA 16 (51.6%). Hasil penelitian ini menjelaskan bahwa tingkat pendidikan yang ditempuh ibu berada pada kategori menengah. 2. Identifikasi Pemberian ASI Eksklusif
berdasarkan Pekerjaan Ibu
Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa sebagian ibu adalah IRT 13 (41.9%). Hasil penelitian ini menjelasakan bahwa ibu sebagian besar adalah tidak bekerja (IRT). Ibu rumah tangga memiliki banyak kesempatan bersama anak dibandingkan dengan ibu yang berkeja.
3. Identifikasi Pemberian ASI Eksklusif berdasarkan Pengetahuan Ibu
dalam jumlah cukup merupakan makanan terbaik dan dapat memenuhi kebutuhan gizi bayi selama enam bulan pertama. Berdasarkan hasil penelitian diperoleh sebagain besar tingkat pengetahuan ibu berada pada kategori baik yaitu 16 (51.6%).
KESIMPULAN
Berdasarkan pembahasan pada bab sebelumnya, maka hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa:
1. Pemberian ASI Eksklusif di Desa Kemuning Lor Kecamatan Arjasa Kabupaten Jember cenderung dilakukan oleh ibu dengan pendidikan terakhir adalah SMA 16 (51.6%). 2. Pemberian ASI Eksklusif di Desa
Kemuning Lor Kecamatan Arjasa Kabupaten Jember cenderung dilakukan oleh ibu rumah tangga (IRT) 13 (41.9%).
3. Pemberian ASI Eksklusif di Desa Kemuning Lor Kecamatan Arjasa Kabupaten Jember cenderung dilakukan oleh ibu dengan tingkat pengetahuan baik yaitu 16 (51.6%).
SARAN
Berdasarkan kesimpulan tersebut, maka saran dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Bagi peneliti
Dengan mengetahui hasil dari penelitian ini maka diharapkan dapat mengaplikasikan dalam kehidupan bermasyarakat, terutama berperan dalam meningkatkan pemberian ASI secara esklusif pada masyarakat
2. Bagi Masyarakat
Masyarakat diupayakan untuk dapat meningkatkan informasi mengenai pemberian ASI secara dengan bertanya kepada petugas kesehatan atau dari media lainnya seperti internet, majalah dll
3. Bagi Tenaga Kesehatan
Dalam rangka pengembangan ilmu bidang kesehatan memerlukan upaya preventif mengurangi pemberian MPA-ASI secara dini kepada bayi. Hal ini bisa dilakukan dengan memberikan beragam informasi baik berupa penyuluhan dan sebagainya agar masyarakat dapat mengetahui mengenai pentingnya ASI bagi bayi. Tenaga kesehatan memiliki peran besar mengupayakan pemberian ASI eksklusif pada ibu yang memiliki bayi, hal ini bisa dilakukan dengan memberikan pemahaman tentang penting ASI bagi bayi. Kegiatan ini bisa dialkukan melalui kegiatan posyandu dan sebagainya.
DAFTAR PUSTAKA
Alimul, Hidayat. 2003. Riset Keperawatan dan Teknik Penulisan Ilmiah. Edisi I.
Jakarta: Salemba Medika Alimul Hidayat, A.Aziz. 2005.Pengantar
ilmu keperawatan anak 1.Jakarta: Salemba Medika Almatsier, S, 2004. Prinsip Dasar Ilmu
Gizi. Jakarta PT. Gramedia
Pustaka Umum.
JURNAL KESEHATAN dr. SOEBANDI Vol. 4 No. 1 284 Ambarwati Retna Eny .2008. Asuhan
kebidanan (Nifas), Jogjakarta: Mitra Cendikia
Arikunto, Suharsimi. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta : Rineka Cipta Departemen Kesehatan R.I. 2005.
Rencana Strategi Departemen Kesehatan. Jakarta: Depkes RI Huliana, Mellyna. 2003. Perawatan Ibu
Pasca Melahirkan. Jakarta : Puspa.
Kementerian Kesehatan RI, 2010.
Rencana Strategis Kementerian Kesehatan. Tahun 2010-2014. Jakarta Kristiyansari, W., 2009. ASI:Menyusui
dan Sadari. Yogyakarta: Nuha Medika
Kurniawan, B. 2013 Determinan Keberhasilan Pemberian Air Susu Ibu Eksklusif. Jurnal Kedokteran Brawijaya, Vol. 27, No. 4, Agustus 2013
Madjid, 2003, Hubungan antara Karakteristik dengan Praktik Pemberian ASI di Kecamatan Sidorame Semarang, Tesis, Undip, Semarang
Notoatmodjo, Soekidjo. 2005.
Metodologi penelitian kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta
Notoatmodjo, S. 2010. Ilmu Perilaku Kesehatan. Jakarta : PT Rineka Cipta
Nursalam. 2003. Konsep & Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan: Pedoman Skripsi, Tesis, dan Instrumen Penelitian Keperawatan. Jakarta. Salemba Medika Nursalam, Dkk. 2005. Asuhan
Keperawatan Bayi dan Anak,
Jakarta : Salemba Medika Partino, Idrus, 2009. Statistik deskriptif,
Yogyakarta: Safiria Insania Press.
Prasetyono, D. 2009. Buku Pintar ASI Eksklusif. Jogjakarta : Dwa Press
Potter, P.A, Perry, A.G. 2005. Buku Ajar Fundamental Keperawatan : Konsep, Proses, dan Praktik.Edisi 4.Volume 2.Alih
Bahasa : Renata
Komalasari,dkk.Jakarta:EGC. Purwanti.2004. Konsep Penerapan ASI
Eksklusif. Bandung : Cendekia Pudjiadi Solihin, 2003. Ilmu Gizi Klinis
pada Anak. Jakarta : Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia
Roesli, Utami. 2005. Mengenal ASI Eksklusif. Jakarta: Trubus Agriwidya
Rulina, Suradi, dkk. 2010.
Indonesia Menyusui. Jakarta: Ikatan Dokter Anak
Saleha, Siti. 2009. Asuhan Kebidanan pada Masa Nifas, Jakarta: Salemba Medika
Sanyoto, Dien dan Eveline PN.2008. Air Susu Ibu dan Hak Bayi. Bedah ASI.Jakarta: Ikatan Dokter Anak Indonesia Cabang DKI Jakarta
Soetjiningsih. 2007. Buku Ajar Tumbuh Kembang Remaja dan