HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A.Hasil Penelitian
1. Interpretasi dan Diskusi Hasil a.Karakteristik responden
Berdasarkan hasil penelitian pada tabel 5.1 dapat dilihat mayoritas responden berumur 26-30 tahun. Umur mempunyai peran dalam memperoleh pengetahuan tentang tehnik menyusui.
Berdasarkan pendidikan mayoritas responden adalah SMA dan pendidikan minoritas responden adalah Perguruan Tinggi. Sesuai pendapat Notoadmodjo (2003) yang mengatakan bahwa, pendidikan mempunyai peranan penting dalam menentukan kualitas manusia.
Tingkat pendidikan masyarakat dikaitkan dengan kemampuan dalam menyerap dan menerima informasi dalam bidang kesehatan dan keluarga. Hal ini bertujuan melihat bahwa semakin tinggi pendidikan yang dimiliki responden, maka semakin mudah dan berwawasan luas mengetahui tentang tehnik menyusui yang benar. Melalui pendidikan juga menetukan mudah tidaknya seseorang memahami pengetahuan. Karenma pendidikan yang rendah mempengaruhi pemahaman seseorang dalam memperoleh pengetahuan.
Demikian juga paritas, mayoritas responden yaitu multipara dan minoritas responden adalah primipara. Sumber informasi juga mempengaruhi tingkat pengetahuan seseorang, semakin tinggi paritas responden maka semakin berpengalaman responden dalam tehnik menyusui dan semakin mengetahui cara menyusui yang benar.
b.Tehnik Menyusui
Jika dilihat secara rinci dari lembar observasi tehnik menyusui mayoritas responden menjawab ”Ya” pada pernyataan yaitu pernyataan tentang tehnik menyusui yaitu ibu menopang badan bayi bagian belakang, disamping kepala dan bahu. Ini menunjukkan bahwa hampir seluruh ibu bisa melakukan tehnik menyusui yang benar bahwa bayi prematur memerlukan perawatan yang intensif. Sedangkan mayoritas menjawab ”Tidak” adalah pernyataan tentang tehnik menyusui yaitu ibu selalu mengoleskan ASI disekitar putting susu sebelum menyusui bayinya. Hal ini kemungkinan masih kurangnya ibu mendapatkan sumber informasi tentang bagaimana cara menyusui yang benar, karena sumber informasi juga dapat mempengaruhi pengetahuan seseorang.
Mayoritas responden telah melakukan tehnik menyusui yang benar. Hal ini sesuai dengan penelitian Perinasia, (2003) yaitu pegalaman menyusui pada
kelahiran anak sebelumnya, kebiasaan menyusui dalam keluarga atau dikalangan kerabat, pengetahuan ibu dan keluarganya tentang manfaat ASI, juga sikap ibu terhadap kehamilannya ( diinginkan atau tidak) berpengaruh terhadap keputusan ibu, apakah ia akan menyusui atau tidak.
Hal ini juga ditegaskan oleh teori Notoatmodjo, (2007) yaitu umur, paritas, pendidikan, dan informasi merupakan variabel yang selalu diperhatikan dalam penyelidikan deskriptif. Melalui pendidikan manusia akan dianggap memperoleh pengetahuannya manusia diharapkan dapat membangun keberadaan hidupnya dengan lebih baik, semakin tinggi penddidikan hidup manusia akan semakin berkualitas, jiwa wanita berpendidikan, mereka akan membuat keputusan yang benar dalam memperhatikan kesehatannya.
Sidi, et al (2004) mengatakan dalam teorinya menyusui dengan tehnik yang tidak benar dapat mengakibatkan putting susu menjadi lecet, ASI tidak keluar optimal sehingga mempengaruhi produksi ASI selanjutnya atau bayi enggan menyusu.
Pernyataan diatas mendukung teori nirwana (2012) yang mengatakan semakin banyak ibu menyusui semakin melimpah ASI yang akan diproduksi oleh ibu. Begitu juga sebaliknya, apabila bayi jarang menyusu maka produktivitas ASI akan berkurang. Karena dengan setitik atau sedikit ASI akan membuat bayi menjadi kenyang dan itu akan membuat bayi enggan untuk menyusu.
c. Keberhasilan Menyusui
Jika dilihat secara rinci berdasarkan lembar observasi keberhasilan menyusui mayoritas menjawab ”Ya” adalah pernyataan tentang parameter keberhasilan menyusui yaitu bayi tidur dengan pulas, sedangkan mayoritas
menjawab ”Tidak” adalah pernyataan tentang parameter keberhasilan menyusui yaitu Ibu merasa geli pada saat bayi mengisap.
Mayoritas responden dinyatakan berhasil menyusui bayinya.Pernyataan tersebut sesuai dengan penelitian Perinasia (2003) yaitu pegalaman menyusui pada kelahiran anak sebelumnya, kebiasaan menyusui dalam keluarga atau dikalangan kerabat, pengetahuan ibu dan keluarganya tentang manfaat ASI, juga sikap ibu terhadap kehamilannya ( diinginkan atau tidak) berpengaruh terhadap keputusan ibu, apakah ia akan menyusui atau tidak.
Prasetyono (2009) dalam teorinya mengatakan, ibu kurang mengetahui cara perlekatan bayi tepat, sehingga ibu kadang merasa kesakitan ketika menyusui bayinya. Semestinya, menyusui terasa menyenangkan bagi ibu dan bayi, bukan menyakiti ibu.
Pernyataan diatas mendukung teori Sidi, et al (2004) setiap tenaga kesehatan yang memberikan pelayanan kesehatan ibu dan perawatan bayi baru lahir seharusnya mempunyai pedoman tertulis tentang menyusui, yang mencakup perawatan calon ibu, ibu yang baru melahirkan serta ibu yang menyusui. Pedoman ini hendaknya memperhatikan dan memasyarakatkan peraturan/ perudangan yang mendukung program peningkatan penggunaan ASI. Para petugas perlu menyadari sepenuhnya pentingnya menyusui dan untuk ini harus dibekali pengetahuan tentang manfaat menyusui serta keterampilan penatalaksanaan laktasi agar dapat melaksakan tugas penyuluhan dan tata laksana laktasi yang baik dan benar.
d. Hubungan tehnik menyusui terhadap keberhasilan menyusui
Berdasarkan hasil uji statistic terdapat hubungan yang signifikan antara tehnik menyusui terhadap keberhasilan menyusui.Dari hasil analisis ibu yang
melakukan tehnik menyusui secara benar mempunyai peluang 5,2 kali dalam keberhasilan menyusui dibandingkan dengan ibu yang salah melakukan tehnik menyusui.
Pernyataan diatas sesuai dengan teori Wordpress (2011) tehnik menyusui dengan baik dan tepat akan membuat produksi ASI lancar dan banyak, dan anak menjadi puas dan tenang setelah menyusu dan hal ini menunjukkan keberhasilan menyusui.
Pernyataan diatas sesuai dengan penelitian Afifah (2007) mengatakan faktor keberhasilan dalam menyusui adalah komitmen ibu untuk menyusui, dilaksanakan secara dini (early initiation), posisi menyusui yang benar dan baik untuk ibu maupun bayi, menyusui atas permintaan bayi (on demand) dan diberikan secara eksklusif.
Suherni, dkk (2009) dalam penelitiannya juga mengatakan bahwa menyusui dengan teknik yang tidak benar dapat mengakibatkan putting susu menjadi lecet, ASI tidak keluar optimal sehingga mempengaruhi produksi ASI selanjutnya atau bayi enggan menyusu sehingga keberhasilan menyusui tidak tercapai dan bila bayi menyusu dengan benar maka akan memperlihatkan keberhasilan menyusui. Namun dari hasil penelitian juga diperoleh ibu yang melakukan tehnik menyusui yang salah juga berhasil menyusui bayinya, hal ini dikarenakan ada faktor lain yang menjadi pendukung dalam keberhasilan menyusui yang tidak bisa dibatasi yang diantaranya produksi ASI ibu yang sangat banyak sehingga tehnik menyusui yang salah pun bayi tetap berhasil menyusui.
Prasetyono (2009) dalam teorinya juga mengatakan saat menyusui, mungkin perlekatan mulut bayi ke putting payudara terlepas, sehingga bayi
menangis. Selanjutnya, ibu berusaha mengarahkan kembali mulut bayi ke putting payudara ibu. Ketika itulah, tangisnya bertambah kencang lantaran tidak dapat memuaskan keinginannya untuk menyusu kepada ibunya. Inilah pentingnya perlekatan yang baik agar ibu berhasil menyusui bayinya.
Dengan pernyataan yang tertera diatas yang diatas terbukti bahwa ada hubungan antara tehnik menyusui terhadap keberhasilan menyusui.