• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB V Hasil Penelitian Dan Pembahasan

B. Pembahasan

1. Interpretasi dan Diskusi Hasil

a) Karakteristik Responden Tentang Penyimpanan Dan Transportasi Vaksin di

Wilayah Kerja Puskesmas Helvetia Medan Tahun 2014

Berdasarkan karakteristik Usia, didapatkan bahwa rata-rata usia responden adalah

usia 20-30 tahun yaitu sebanyak 19 responden (57,6%). Menurut Mubarak, (2011)

bahwa dengan bertambahnya umur seseorang akan mengalami perubahan aspek fisik

dan psikologis (mental). Pada usia ini terdapat beberapa tugas perkembangan antara

lain: pekerjaan, pengakuan sosial, dan keluarga. Pada penelitian ini tugas

sudah mendapatkan suatu pekerjaan yang layak ketika ia berada pada masa dewasa

dini sehingga ia bisa dianggap mampu dan mempunyai peran atau posisi dalam

masyarakat.

Berdasarkan tingkat pendidikan, didapatkan bahwa rata-rata responden

adalah dengan pendidikan DIII yaitu sebanyak 29 responden (87,9%). Menurut

Mubarak (2011), bahwa pendidikan berarti bimbingan yang diberikan seseorang

kepada orang lain agar dapat memahami sesuatu hal. Tidak dapat dipungkiri bahwa

semakin tinggi pendidikan seseorang, semakin mudah pula mereka menerima

informasi, dan pada akhirnya pengetahuan yang dimilikinya akan semakin banyak.

Sebaliknya, jika seseorang memiliki tingkat pendidikan yang rendah, maka akan

menghambat perkembangan sikap orang tersebut terhadap penerimaan informasi dan

nilai-nilai yang baru diperkenalkan.

Berdasarkan lama masa kerja responden, didapatkan bahwa rata-rata masa kerja

responden adalah 1 - 5 tahun yaitu sebanyak 18 responden (54,5%). Menurut Wawan

(2010) bahwa masa kerja adalah rentang waktu yang telah ditempuh oleh seorang

bidan dalam melaksanakan tugasnya, selama waktu itulah banyak pengalaman dan

pelajaran yang dijumpai sehingga sudah mengerti apa keinginan dan harapan klien

kepada seorang bidan.

Berdasarkan sumber informasi yang diperoleh oleh responden, didapatkan bahwa

rata-rata responden memperoleh informasi dengan pelatihan yaitu sebanyak 13

responden (39,4%). Menurut Notoadmodjo (2005), sumber informasi adalah alat atau

saluran untuk menyampaikan informasi guna menambah wawasan dan pengetahuan

bagi responden. Dengan mendapatkan informasi yang baik maka kita akan memiliki

pengetahuan yang baik pula dan semakin banyak informasi diperoleh maka semakin

b) Pengetahuan Bidan Tentang Penyimpanan Dan Transportasi Vaksin di

Wilayah Kerja Puskesmas Helvetia Medan Tahun 2014

Hasil penelitian menunjukkan mayoritas berpengetahuan cukup sebanyak 19

orang (57,6%). Penelitian ini tidak sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh

Julita (2010), menunjukkan bahwa pengetahuan bidan tentang penyimpanan dan

transportasi vaksin memiliki pengetahuan kurang. Kurangnya pengetahuan bidan

terhadap penyimpanan dan transportasi vaksin dapat dipengaruhi oleh umur. Umur

mempunyai peran dalam memperoleh pengetahuan, karena daya ingatan seseorang

itu salah satunya dipengaruhi oleh umur. Semakin tua umur seseorang fungsi organ-

organ tubuhnya juga menurun termasuk daya ingat.

Tetapi penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh (Sari, 2011),

menunjukkan bahwa pengetahuan bidan tentang penyimpanan dn transportasi vaksin

memiliki pengetahuan cukup. Dalam penelitiannya mengatakan bahwa hal ini

dikarenakan kurangnya kemauan responden untuk mengetahui dan melakukan

perkembangan ilmu pengetahuan baru khususnya tentang penyimpanan dan

transportasi vaksin.

Masalah terbesar responden sehingga banyak yang menjawab salah adalah

responden mengatakan tidak pernah mendapatkan pengetahuan yang lebih dalam

tentang penyimpanan dan transportasi vaksin. Responden juga mengakui bahwa

selama masa pendidikan di DIII dulu hanya mendapatkan pengetahuan secara umum

saja tentang imunisasi. Sehingga dalam penelitian ini pengetahuan bidan

dikategorikan masih cukup, cukupnya pengetahuan bidan terhadap penyimpanan dan

transportasi vaksin dapat dipengaruhi oleh umur. Umur mempunyai peranan dalam

tubuhnya juga menurun termasuk daya ingat. Tetapi dilihat dari segi umur responden

terlihat bahwa umur responden masih tergolong muda dan untuk kemungkinan daya

ingat masih kuat.

Menurut Singgih 1998 dalam Hendra (2008), mengemukakan bahwa makin tua

umur seseorang maka proses-proses perkembangan mentalnya bertambah baik, akan

tetapi pada umur tertentu, bertambahnya proses perkembangan mental ini tidak

seperti ketika berumur belasan tahun. Selain itu Ahmadi dalam Hendra (2008),

mengemukakan bahwa memang daya ingat seseorang itu salah satunya dipengaruhi

oleh umur. Dari uraian ini, maka dapat kita simpulkan bahwa bertambahnya umur

seseorang dapat berpengaruh pada pertambahan pengetahuan yang diperolehnya.

Akan tetapi pada umur-umur tertentu atau menjelang usia lanjut kemampuan

penerimaan atau mengingat suatu pegetahuan akan berkurang. (Hendra, 2008: 24-

34).

Selain dari umur yang dapat mempengaruhi pengetahuan bidan terhadap

penyimpanan dan transportasi vaksin, latar belakang pendidikan juga dapat

mempengaruhi tingkat pengetahuan bidan. Menurut Notoatmojdo (2003) bahwa

makin tinggi tingkat pengetahuan seseorang, semakin tinggi tingkat pemahamannya.

Hal ini menunjukkan bahwa pendidikan sangat berperan dalam penyerapan dan

pemahaman terhadap informasi. Apabila dilihat dari tingkat pendidikan bidan yang

ada di wilayah kerja Puskesmas Helvetia Medan memiliki pendidikan yang tinggi,

tetapi masih banyak bidan yang tidak mengetahui penyimpanan dan transportasi

vaksin yang benar. Pengetahuan responden yang masih cukup bisa saja karena yang

bersangkutan mengakui selama duduk di DIII Kebidanan mereka tidak pernah

mendapatkan informasi atau pelajaran tentang penyimpanan dan transportasi vaksin

besarnya saja, seperti jenis vaksin, kegunaan, dampak, serta cara memberikan vaksin

pada pasien.

Lamanya masa bekerja juga termasuk faktor yang mempengaruhi pengetahuan

bidan terhadap penyimpanan dan transportasi vaksin. Menurut Notoatmojdo (2003)

bahwa lamanya seseorang bekerja dapat berkaitan dengan pengalaman yang

didapatkan di tempat kerja, semakin lama seseorang bekerja semakin banyak

pengetahuan dan keterampilan yang didapatkan. Melihat kenyataan tersebut dapat

berarti bahwa pengetahuan responden terhadap penyimpanan dan transportasi vaksin

diharapkan lebih banyak berpengetahuan baik tetapi malah ditemukan sebaliknya,

dan perbandingan antara jumlah responden yang berpengetahuan cukup dengan baik

sangat besar. Hal ini bisa disebabkan karena kecenderungan dan kebiasaan dari

tempat atau lingkungan tempat responden bekerja. Karena responden akan cenderung

melakukan apa yang sering ia lihat dan laksanakan di lingkungan tempat ia bekerja.

Maka untuk mengatasi hal tersebut maka diperlukan penyegaran kembali terhadap

pengetahuan responden terhadap penyimpanan dan transportasi vaksin, misalnya

melalui pelatihan ataupun seminar.

c) Sikap Bidan Tentang Penyimpanan Dan Transportasi Vaksin di Wilayah

Kerja Puskesmas Helvetia Medan Tahun 2014

Berdasarkan kategori sikap menunjukkan bahwa dari 33 orang responden

sebagian besar memiliki sikap positif tentang penyimpanan dan transportasi vaksin

sebanyak 17 orang (51,5%). Newcomb dalam Notoatmodjo (2007), menyatakan

bahwa sikap itu merupakan kesiapan atau kesediaan untuk bertindak dan bukan

merupakan pelaksanaan motif tertentu. Sikap belum merupakan suatu tindakan atau

penentuan sikap yang utuh ini, pengetahuan, pikiran, keyakinan dan emosi

memegang peranan penting.

Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Sari (2011),

menunjukkan bahwa sikap bidan tentang penyimpanan dan transportasi vaksin

memiliki sikap positif. Dalam penelitiannya mengatakan bahwa hal ini disebabkan

karena sebagian besar responden memiliki latar belakang pendidikan, umur, dan

lama masa kerja berbeda yang mempengaruhi sikap mereka tentang penyimpanan

dan transportasi vaksin.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa reponden memiliki sikap yang positif,

hal ini didukung oleh pendapat Notoadmojdo dalam Saragih (2009) yang

menyatakan bahwa sikap demikian dapat merupakan sikap sementara dan segera

berlalu akan tetapi dapat pula merupakan sikap yang bertahan lama. Sikap dapat

dipengaruhi pengalaman di lingkungan kehidupan sehari - hari. Sikap adalah cara

mengkomunikasikan suasana hati (mood) dalam diri sendiri kepada orang lain. Ini sesuai dengan pendapat Purnama dalam Saragih (2009) bahwa sikap positif dapat

terjadi karena pengaruh orang lain, sumber informasi dan faktor emosi.

Sikap merupakan reaksi atau respon yang masih tertutup terhadap suatu

stimulasi atau objek. Manifestasi sikap tidak dapat dilihat, tetapi hanya dapat

ditafsirkan. Sikap merupakan kecenderungan yang berasal dari dalam diri individu

untuk berkelakuan dengan pola-pola terten tu, terhadap suatu objek akibat pendirian

dan perasaan tehadap objek tersebut. Sikap belum merupakan suatu tindakan atau

aktivitas akan tetapi predisposisi tindakan Koentjaraningrat dalam Mulana (2009).

Sikap baik dan cukup dapat dipengaruhi oleh pengalaman langsung yang dialami

selama hidupnya. Sikap tidak lepas dari pengaruh interaksi manusia satu dengan

yang lain.

d) Tindakan Bidan Tentang Penyimpanan Dan Transportasi Vaksin di Wilayah

Kerja Puskesmas Helvetia Medan Tahun 2014

Berdasarkan kategori tindakan menunjukkan bahwa dari 20 klinik sebagian

besar memiliki tindakan tidak tepat tentang penyimpanan dan transportasi vaksin

sebanyak 14 klinik (70%). Notoatmodjo (2003) menyatakan bahwa tindakan itu

merupakan suatu sikap belum otomatis terwujud dalam suatu tindakan (overt

behavior). Untuk terwujudnya sikap menjadi suatu perbuatan nyata diperlukan faktor pendukung atau suatu kondisi yang memungkinkan, antara lain adalah fasilitas.

Sikap ibu yang sudah positif terhadap imunisasi harus mendapat konfirmasi dari

suaminya, dan ada fasilitas imunisasi yang mudah dicapai, agar ibu tersebut

mengimunisasikan anaknya. Di samping faktor fasilitas juga diperlukan faktor

dukungan (support) dari pihak lain, misalnya suami atau istri, orang tua atau mertua,

dan lain-lain.

Masalah terbesar responden sehingga masih melakukan tindakan yang salah

yaitu aliran listrik masih sering mati, lemari es masih masih menggunakan stop

kontak yang bersamaan dengan elektronik lainnya, suhu di dalam freezer tidak sesuai dengan anjuran yang sudah ditentukan yaitu (-25°C) – (-15°C). Pada dinding freezer

masih terdapat bunga ea hingga mencapai 2-3 cm hal ini disebabkan oleh tingginya

suhu di dalam freezer. Susunan vaksin di dalam lemari es masih rapat hampir tidak ada rongga diantara kotak-kotak vaksin. Kulkas penyimpanan vaksin dan pembuatan

cool pack atau cold pack masih gabung dengan kulkas keluarga, sebagian responden mengakui bahwa vaksinnya tidak terlalu banyak sehingga tidak

Responden juga tidak melakukan pembakaran dan penguburan sedalam 2-3 meter

untuk vaksin yang telah dibuka, responden beralasan bahwa responden merasa lebih

praktis kalau sisa vaksin yang telah dibuka hanya dibuang saja bersama sampah obat-

obatan lainnya tanpa harus membakar dan menguburnya. Karena untuk membakar

dan mengubur sampai sedalam 2-3 meter akan membutuhkan waktu yang lebih.

2. Keterbatasan Penelitian

Pada penelitian ini penulis merasa masih banyak keterbatasan yang dihadapi

saat pelaksanaan penelitian hingga penyajian hasil. Beberapa kesulitan saat

pengumpulan data yaitu keterbatasan kemampuan yang dimiliki peneliti serta

sulitnya mencari responden dengan kriteria penelitian.

3. Implikasi Penelitian

Dari hasil penelitian ini telah dibuktikan bahwa pengetahuan responden

masih perlu untuk ditambah lagi terlihat dari banyaknya responden yang menjawab

pertanyaan kuesioner dengan salah. Dengan begitu responden perlu mendapatkan

penyegaran ilmu pengetahuan tentang penyimpanan dan transportasi vaksin baik

melalui pelatihan ataupun seminar. Sedangkan untuk tindakannya yang cukup

mempunyai pengaruh responden menjadi banyak yang tidak tepat, disebabkan karena

mereka tidak punya cukup pengetahuan untuk melakukan suatu tindakan yang benar

terhadap penyimpanan dan transportasi vaksin. Selain dari faktor pengetahuan, faktor

lingkungan tempat responden juga mempengaruhi tindakannya. Tetapi bukan berarti

Dokumen terkait