• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHSAN

C. Pembahasan

1. Interpretasi dan Diskusi Hasil

Ada beberapa tanda-tanda mulai persalinan yang dikemukakan oleh partisipan yakni darah/lendir bercampur darah, air/ketuban, mulas/sakit pinggang. Partisipan yang mengalami tanda pengeluaran darah/lendir bercampur darah sesuai dengan tulisan Prawirohardjo (2006) bahwa dapat dinyatakan partus mulai bila timbul his dan wanita mengeluarkan lendir yang bersamaan dengan darah (bloody show). Lendir yang bersama darah ini berasal dari lendir canalis servikalis karena canalis servikalis mulai membuka dan mendatar. Sedangkan darahnya berasal dari pembuluh-pembuluh kapiler yang berada disekitar kanalis servikalis itu pecah karena pergeseran-pergeseran ketika serviks membuka.

Ketuban pecah dengan sendirinya ketika pembukaan hampir lengkap atau lengkap. Tidak jarang ketuban harus dipecahkan ketika pembukaan hampir lengkap. Bila

ketuban pecah sebelum mencapai pembukaan 5 cm, disebut ketuban pecah dini (Prawirohardjo, 2006).

Perasaan sakit pada his mungkin disebabkan oleh iskemia dalam corpus uteri tempat terdapat banyak serabut saraf. Peristiwa ini meneruskan perasaan sakit mulai dari saraf sensorik di pleksus hipogastikus ke sistem saraf pusat. Sakit pinggang sering terasa pada kala pembukaan dan bila bagian bawah uterus terus berkontraksi. Hal ini disebabkan oleh serabut sensorik turut terangsang. Oleh karena itu, jika his sempurna dan efisien dengan adanya dominasi di fundus uteri serta relaksasi bagian bawah uterus dan serviks, perasaan sakit pinggang dan sakit bagian bawah akan berkurang (Prawirohardjo, 2006).

b. Persiapan yang Dilakukan Ibu dalam Menghadapi Proses Persalinan

Ada beberapa persiapan yang dilakukan oleh partisipan memilih penolong persalinan, meminta pendapat tenaga kesehatan, rajin melakukan pemeriksaan kehamilan, dan persiapan diri.

Persiapan ibu dan keluarga menghadapi persalinan meliputi persiapan sejak awal, ibu hamil & suami menentukan persalinan ini ditolong oleh bidan/dokter. Suami/keluarga perlu menabung untuk biaya persalinan, siapkan donor darah, jika sewaktu-waktu diperlukan ibu. Ibu dan suami menanyakan ke bidan/dokter kapan perkiraan tanggal persalinan. Suami dan masyarakat menyiapkan kendaraan jika sewaktu-waktu ibu dan bayi perlu segera ke rumah sakit. Jika bersalin di rumah, suami atau keluarga perlu menyiapkan: ruangan yang terang dengan tempat tidur beralaskan

kain yang bersih, air bersih beserta sabun untuk cuci tangan, kain handuk beserta pakaian bayi yang bersih, dan pakaian ganti bagi ibu setelah melahirkan (Varney, 2007).

c. Perasaan Ibu menghadapi Proses Persalinan

Ada beberapa hal yang dikemukakan oleh partisipan berkaitan dengan perasaannya dalam menghadapi proses persalinan, yakni rasa takut, cemas, dan tenang.

Karena rasa nyeri dalam persalinan maka banyak calon ibu menghadapi kehamilan dan kelahiran anaknya dengan perasaan takut dan cemas. Tidaklah mudah untuk menghilangkan rasa takut dan cemas itu, akan tetapi dokter dan bidan dapat berbuat banyak dengan membantu para wanita yang dihinggapi perasaan takut dan cemas. Sejak pemeriksaan kehamilan pertama dokter dan bidan harus dengan sabar meyakinkan calon ibu bahwa kehamilan dan persalinan merupakan suatu hal yang normal dan wajar. Dia tidak hanya harus menimbulkan kepercayaan, akan tetapi harus pula menimbulkan anggapan atau perasaan pada wanita yang bersangkutan bahwa ia seorang kawan yang ahli dalam bidangnya dan yang sungguh-sungguh berkeinginan mengurangi rasa nyerinya serta menyelamatkan ibu dan bayi (Varney, 2007).

Setiap ibu yang akan memasuki masa persalinan biasanya diliputi perasaan takut, khawatir, maupun cemas, terutama pada primigravida. Perasaan takut bisa meningkatkan nyeri, otot–otot menjadi tegang dan ibu menjadi cepat lelah, yang pada hakikatnya akan menghambat proses persalinan (Yanti, 2010).

Pada saat akan melahirkan Ibu akan banyak mendapat tindakan-tindakan pada saat mau persalinan. Ada beberapa hal yang dikemukakan partisipan dalam tindakan-tindakan kebidanan yaitu pemeriksaan, mengejan, kelahiran bayi, pemotongan tali pusat, penghangat bayi, dan pengeluaran plasenta. Pemeriksaan obstetric dilakukan seperti pemeriksaan dokter lainnya, dimulai dengan wawancara (anamnese), mengenai identitas, riwayat penyakit terdahulu, riwayat haid, riwayat kehamilan dan persalinan. Pada kala II his menjadi lebih kuat dan lebih cepat, kira-kira 2 sampai 3 menit sekali, karena kepala janin sudah masuk diruang panggul sehingga tekanan pada otot-otot dasar panggul yang secara reflektoris menimbulkan rasa mengeran, karena tekanan pada rectum Ibu merasa seperti mau buang air besar dengan tanda anus membuka. Pada waktu his kepala janin mulai kelihatan, vulva membuka, perineum menonjol dan meregang. Dengan adanya his Ibu dipimpin untuk mengejan, maka lahir kepala diikuti oleh seluruh badan bayi (Prawirohardjo, 2006).

Saat kepala bayi membuka vulva (5-6 cm), letakkan kain yang bersih dan kering yang dilipat 1/3 di bawah bokong ibu dan siapkan kain atau handuk bersih di atas perut Ibu (untuk mengeringkan bayi segera setelah lahir). Lindungi perineum dengan satu tangan (di bawah kain bersih dan kering), ibu jari pada salah satu sisi perineum dan empat jari pada sisi yang lain dan tangan yang pain pada belakang kepala bayi. Tahan kepala janin agar posisi kepala tetap fleksi pada saat keluar secara bertahap melewati introitus dan perineum. Perhatikan perineum pada saat kepala keluar dan dilahirkan. Usap muka bayi dengan kain atau kasa bersih atau DTT untuk membersihkan lendir dan darah dari mulut dan hidung bayi. Jangan melakukan pengisapan lendir secara rutin pada mulut dan hidung bayi. Sebagian besar bayi sehat dapat menghilangkan lendir tersebut

secara alamiah dengan mekanisme bersin dan menangis saat lahir. Segera setelah bayi lahir, minta ibu untuk berhenti meneran dan bernafas cepat. Periksa leher bayi apakah terlilit oleh tali pusat. Jika ada lilitan di leher bayi cukup longgarkan dan lepaskan lilitan tersebut dengan melewati kepala bayi. Jika lilitan tali pusat sangat erat maka jepit tali pusat dengan klem pada dua tempat jarak 3 cm, kemudian potong tali pusat di antara 2 klem tersebut. Setelah menyeka mulut dan hidung bayi dan memeriksa tali pusat, tunggu kontraksi berikut sehingga terjadi putaran paksi luar secara spontan. Letakkan tangan pada sisi kiri dan kanan kepala bayi, minta Ibu meneran sambil menekan kepala ke arah bawah dan lateral tubuh bayi hingga bahu depan melewati simfisis. Setelah bahu depan lahir, gerakkan kepala ke atas dan lateral tubuh bayi sehingga bahu bawah dan seluruh dada dapat dilahirkan. Saat bahu posterior lahir, geser tangan bawah (posterior) kearah perineum sanggah bahu dan lengan atas bayi pada tangan tersebut. Gunakan tangan yang sama untuk menopang lahirnya siku dan tangan posterior saat melewati perineum. Tangan bawah (posterior) menopang samping lateral tubuh bayi saat lahir. Secara simultan, tangan atas (anterior) untuk menelusuri dan memegang bahu, siku dan lengan bagian anterior. Lanjutkan penelusuran dan memegang tubuh bayi ke bagian punggung, bokong dan kaki. Dari arah belakang, sisipkan jari telunjuk tangan atas di antara kedua kaki bayi yang kemudian dipegang dengan ibu jari dan ketiga jari tangan lainnya. Letakkan bayi di atas kain atau handuk yang telah disiapkan pada perut bawah Ibu dan posisikan bayi sedikit lebih rendah dari tubuhnya. Segera keringkan sambil melakukan rangsangan taktil pada tubuh bayi dengan kain atau selimut di atas perut ibu. Pastikan bahwa kepala bayi tertutup dengan baik (JNPK-KR, 2008).

Dengan menggunakan klem DTT, lakukan penjepitan tali pusat dengan klem pasa sekitar 3 cm dari dinding perut (pangkal pusat) bayi. Dari titik jepitan, tekan tali pusat dengan dua jari kemudian dorong isi tali pusat kearah ibu (agar darah tidak terpancar pada saat melakukan pemotongan tali pusat). Lakukan penjepitan kedua dengan jarak 2 cm dari tempat jepitan pertama pada sisi atau mengarah ke ibu. Pegang tali pusat di antara kedua klem tersebut, satu tangan menjadi landasan tali pusat sambil melindungi bayi, tangan yang lain memotong tali pusat di antara kedua klem tersebut dengan menggunakan gunting disinfeksi tingkat tinggi atau steril. Setelah memotong tali pusat, letakkan bayi di atas kain bersih dan kering yang disiapkan diatas perut ibu. Ganti handuk basah dan selimuti bayi dengan selimut atau kain yang bersih bersih dan kering. Pastikan bahwa kepala bayi terselimuti dengan baik (JNPK-KR, 2008).

Proses pengeluaran plasenta ditandai dengan tanda-tanda lepasnya plasenta yaitu terjadi perubahan bentuk uterus dan tinggi fundus uteri, tali pusat memanjang atau terbujur keluar melalui vagina/vulva, adanya semburan darah secara tiba-tiba kala III, berlangsung tidak lebih dari 30 menit (JNPK-KR, 2008).

e. Pendamping Persalinan

Ada beberapa yang menemani partisipan dalam menghadapi proses persalinan diantaranya adalah suami, ibu mertua dan saudara.

Kehadiran suami atau kerabat dekat, akan membawa ketenangan dan menjauhkan sang ibu dari stres. Kehadirannya akan membawa pengaruh positif secara psikologis, dan berdampak positif pula pada kesiapan sang ibu secara fisik. Dampaknya

lebih jauh, sang ibu tidak terlalu merasakan sakitnya menjalani masa-masa persalinan hingga bayinya lahir (Varney, 2007).

Suami sebagai pendamping istri ikut memainkan peranan penting dalam mengikuti seluruh proses persalinan. Berbagai cara yang dapt dilakukan suami saat mendampingi istrinya, antara lain: mengukur lamanya waktu kontraksi, bernafas seirama dengan istri, membantu menopang istrinya pada detik-detik kontraksi, memijat-mijat punggung istrinya, menyuguhkan minuman, menyampaikan pesan istri kepada bidan atau dokter, memberi perhatian yang terus-menerus, dan mendorong semangat (Yanti, 2010).

f. Dukungan Bidan dalam Menghadapi Proses Persalinan

Ada beberapa dukungan yang dikemukakan oleh partisipan dalam menghadapi proses persalinan diantaranya adalah menghadirkan seseorang yang dapat memberikan dukungan selama persalinan, pengaturan posisi, teknik relaksasi dan pernafasan, istirahat dan privasi, penjelasan mengenai proses/kemajuan/prosedur yang akan dilakukan, dan sentuhan.

Dukungan persalinan adalah asuhan yang sifatnya mendukung yaitu asuhan yang bersifat aktif dan ikut serta dalam kegiatan selama persalinan merupakan suatu standar pelayanan kebidanan, di mana ibu dibebaskan untuk memilih pendamping persalinan sesuai keinginannya, misalnya suami, keluarga atau teman yang mengerti tentang dirinya. Idealnya pendampingan ini dilaksanakan semenjak prapersalinan yang dapat membantu memutuskan rencana tempat persalinan, pemakaian alat kontrasepsi dan kejadian lain yang tidak diharapkan (Simkin, 2005).

Metode mengurangi rasa sakit yang diberikan secara terus-menerus dalam bentuk dukungan mempunyai keuntungan-keuntungan yang sederhana, efektif , biaya murah, resiko rendah, membantu kemajuan persalinan, hasil kelahiran bertambah baik dan bersifat sayang ibu. Metode-metode dukungan persalinan asuhan dan dukungan bagi ibu yaitu menghadirkan seseorang yang dapat memberikan dukungan selama persalinan (orang terdekat : suami, orang tua, sahabat), pengaturan posisi : duduk atau setengah duduk, merangkak, berjongkok, berdiri, berbaring miring kekiri, relaksasi dan pernafasan, istirahat dan privasi, penjelasan mengenai proses/kemajuan/prosedur yang akan dilakukan, asuhan diri dan sentuhan. Kategori untuk metode dukungan persalinan yaitu mengurangi nyeri pada sumber nyeri, memberi perangsang alternatif yang kuat untuk mengurangi sensasi nyeri atau menghambat rasa sakit, mengurangi reaksi negatif emosional dan atau reaksi fisik wanita terhadap rasa sakit (Hodnett, 2000).

g. Pelayanan Kebidanan

Ada beberapa hal yang dikemukakan oleh partisipan tentang pelayanan kebidanan diantaranya adalah puas, lingkungan, fasilitas, peralatan lengkap, dan sabar.

Pelayanan kebidanan adalah aspek yang pokok dalam pelayanan bidan di Indonesia. Keadilan dalam pelayanan ini dimulai dengan: pemenuhan kebutuhan klien yang sesuai, keadaan sumber daya kebidanan yang selalu siap untuk melayani, adanya penelitian untuk mengembangkan/meningkatkan pelayanan dan adanya keterjangkauan ke tempat pelayanan. Tingkat ketersediaan seperti yang disebutkan sebelumnya adalah syarat utama untuk terlaksananya pelayanan kebidanan yang aman. Selanjutnya diteruskan dengan sikap bidan yang tanggap dengan klien, sesuai dengan kebutuhan

klien, dan tidak membedakan pelayanan kepada siapa pun karena bidan adalah tenaga pelayanan profesional yang memberikan pelayanan sesuai dengan ilmu dan kiat kebidanan. Untuk dapat memberikan pelayanan yang optimal kepada pasien diperlukan data masukan. Data tersebut dikumpulkan dengan format pengumpul data yang didesain sesuai dengan kasus yang ada. Teknik pengumpulan data memakai metode wawancara, observasi, inspeksi, palpasi dan auskultasi serta pemeriksaan penunjang lainnya (IBI, 2006).

Lingkungan dan suasana yang rileks dan bernuansa rumah akan sangat membantu ibu dan pasangannya untuk cepat merasa nyaman. Namun sikap para staf sangatlah penting dibandingkan dengan kondisi fisik ruangan (Varney, 2006).

Dokumen terkait