4.3 Hasil Analisis Model Permintaan dan Penawaran Kedelai Provinsi Sumatera Utara
4.3.3 Intepretasi dan Evaluasi Model Permintaan dan Penawaran Kedelai Provinsi Sumatera Utara
4.3.3.1 Interpretasi dan Evaluasi Model Permintaan Kedelai Provinsi Sumatera Utara
4.3.3.1 Interpretasi dan Evaluasi Model Permintaan Kedelai Provinsi Sumatera Utara
Estimasi dilakukan pada persamaan permintaan kedelai Provinsi Sumatera
Utara (QD) dengan variabel independen harga riil kedelai Provinsi Sumatera
Utara (HKDSU), pendapatan perkapita Provinsi Sumatera Utara (PKP), dan
jumlah penduduk Provinsi Sumatera Utara (JPSU) dengan variabel
Utara (PKP), Harga riil Jagung Provinsi Sumatera Utara (HJG), jumlah penduduk
Provinsi Sumatera Utara (JPSU), luas area panen kedelai Provinsi Sumatera
Utara (LPKSU) dengan metode Two Stage Least Square (TSLS). Hasil estimasi
adalah sebagai berikut :
QD = -66508.25 - 3.779 *HKDSU + 6268.6 *JPSU + 6681.15 *PKP
Prob t : (0.000) (0.637) (0.000) (0.001)
R2= 0,94 Prob F= 0.000
4.3.3.1.1 Hasil Estimasi dan Interpretasi Uji F Model Permintaan Kedelai Provinsi Sumatera Utara
Nilai dari prob F pada persamaaan permintaan adalah 0.000 hal ini
menandakan bahwa keseluruhan variabel independen (harga riil kedelai Provinsi
Sumatera Utara (HKDSU), pendapatan perkapita Provinsi Sumatera Utara (PKP),
dan jumlah penduduk Provinsi Sumatera Utara (JPSU) berpengaruh terhadap
permintaan kedelai Provinsi Sumatera Utara (QD).
4.3.3.1.2 Hasil Estimasi dan Interpretasi Koefisien Determinasi Model Permintaan Kedelai Provinsi Sumatera Utara
Nilai dari koefisien determinasi dari persamaan permintaan bernilai 0.94.
Nilai ini mengandung arti bahwa jumlah permintaan kedelai Provinsi Sumatera
Utara (QD) mampu dijelaskan oleh variasi faktor-faktor independen yaitu harga
riil kedelai Provinsi Sumatera Utara (HKDSU), pendapatan perkapita Provinsi
Sumatera Utara (PKP), dan jumlah penduduk Provinsi Sumatera Utara (JPSU)
sebesar 94% dan sisanya sebesar 6% dijelaskan oleh variabel lain diluar
4.3.3.1.3 Hasil Estimasi dan Interpretasi Koefisien Regresi Pada Model Permintaan Kedelai Provinsi Sumatera Utara
Variabel harga kedelai Provinsi Sumatera Utara (HKDSU) berpengaruh
negatif terhadap permintaan kedelai Provinsi Sumatera Utara (QD) sesuai dengan
hipotesis. Pengaruh negatif ini dapat dilihat dari nilai koefisen regresi yang lebih
kecil dari nol yaitu -3.779. Berdasarkan koefisien regresi dapat disimpulkan
bahwa apabila harga riil kedelai Provinsi Sumatera Utara (HKDSU) naik sebesar
seribu rupiah akan menurunkan permintaan kedelai Provinsi Sumatera Utara (QD)
sebesar 3,779 ton. Hal ini sesuai dengan yang diungkapkan oleh Desai (2010)
dimana permintaan untuk produk pertanian dipengaruhi oleh harga komoditas.
Secara umum senakin tinggi harga, semakin rendah jumlah yang diminta.
Variabel jumlah penduduk Provinsi Sumatera Utara (JPSU) berpengaruh
positif terhadap permintaan kedelai Provinsi Sumatera Utara (QD) sesuai dengan
hipotesis. Pengaruh positif ini dapat dilihat dari nilai koefisen regresi yang lebih
besar dari nol. Berdasarkan koefisien regresi dapat disimpulkan bahwa apabila
jumlah penduduk Provinsi Sumatera Utara (JPSU) naik sebesar satu juta jiwa
akan meningkatkan permintaan kedelai Provinsi Sumatera Utara (QD) sebesar
6,268 ton. Hal ini sesuai dengan yang diungkapkan oleh Menurut Pratama &
Mandala (2002), dimana pada suatu tingkat harga, peningkatan jumlah penduduk
akan menyebabkan jumlah permintaan terhadap suatu komoditi akan meningkat.
Variabel pendapatan perkapita Provinsi Sumatera Utara (PKP) berpengaruh
positif terhadap permintaan kedelai Provinsi Sumatera Utara (QD) sesuai dengan
hipotesis. Pengaruh positif ini dapat dilihat dari nilai koefisen regresi yang lebih
besar dari nol. Berdasarkan koefisien regresi dapat disimpulkan bahwa apabila
akan meningkatkan permintaan kedelai Provinsi Sumatera Utara (QD) sebesar
17.293 ton. Hasil ini sesuai dengan beberapa pendapat Gorman (2009),
menyebutkan bahwa faktor-faktor yang memepengaruhi permintaan adalah
pendapatan, selain yaitu harga barang itu sendiri, harga barang dan jasa lainnya
preferensi dan persepsi akan harga di masa depan. Menurut Pratama & Mandala
(2002) juga berpendapat bahwa penigkatan permintaan suatu komoditas terjadi
dikarenakan perubahan tingkat pendapatan konsumen dimana dengan
meningkatnya pendapatan akan menyebabkan permintaan terhadap suatu barang
bertambah. Sebaliknya dengan menurunnya pendapatan konsumen maka
permintaan untuk barang tersebut berkurang. Pada produk-produk pertanian
seperti kedelai, Desai (2010) menjelaskan salah satu faktor penting yang
mempengaruhi permintaan untuk komoditas pertanian adalah pendapatan rumah
tangga. Ketika pendapatan per kapita mengalami peningkatan, masyarakat
cenderung akan menambah konsumsinya sehingga kebutuhan akan bahan
pangan pagan seperti kedelai atau demand kedelai akan meningkat..
4.3.3.1.4 Hasil Estimasi dan Interpretasi Uji t Model Permintaan Kedelai Provinsi Sumatera Utara
Variabel harga riil kedelai Provinsi Sumatera Utara (HKDSU) berpengaruh
secara tidak signifikan terhadap permintaan kedelai Provinsi Sumatera Utara (QD)
pada taraf kepercayaan (α) 5%. Kesimpulan ini dapat dilihat dari prob-t harga riil
kedelai Provinsi Sumatera Utara (HKDSU) yang bernilai lebih besar dari 0.05
yaitu 0.637. Harga riil kedelai tidak mempengaruhi naik turunnya permintaan
terjadi akibat sifat kedelai merupakan bahan makanan pokok utama di Indonesia
terhadap komoditas kedelai. Selain itu, kedelai sebagai bahan baku untuk industri
pangan seperti tahu, tempe dan banyak bentuk lain. Kedelai merupakan komoditas
bahan pokok yang tidak bisa digantikan oleh komoditas lain (minim komoditas
substitusi) sehingga meskipun harga mengalami kenaikan maka kebutuhan
demand kedelai harus tetap dipenuhi hal ini membuat kedelai tidak terlalu
dipengaruhi harga hingga pada tingkat harga tertentu. Hasil harga kedelai yang
tidak signifikan terhadap permintaan juga terjadi di Samarinda (Rohana, 2008),
Jawa Tengah (Sahara, 2004) dan di Jawa Timur (Fahma, 2007)
Variabel jumlah penduduk Provinsi Sumatera Utara (JPSU) berpengaruh
secara signifikan terhadap permintaan kedelai Provinsi Sumatera Utara (QD)
pada taraf kepercayaan (α) 5%. Kesimpulan ini dapat dilihat dari prob-t jumlah
penduduk Provinsi Sumatera Utara (JPSU) yang bernilai lebih kecil dari 0.05
yaitu 0.000. Hal ini sesuai dengan keadaan nyata dimana pada dasarnya setiap
orang membutuhkan pangan untuk memenuhi kebutuhan pokoknya. Kedelai
merupakan masyarakat Indonesia dan Sumatera Utara yang sangat umum yang
dikonsumsi dalam banyak varian produk dan merupakan sumber protein nabati
utama bagi masyarakat golongan bawah sehingga pertambahan dan penurunan
jumlah penduduk sangat mempengaruhi banyaknya permintaan kedelai . Hal ini
juga dikemukakan oleh Adetama (2011) dan Setiabekti (2013).
Variabel pendapatan perkapita Provinsi Sumatera Utara (PKP) berpengaruh
secara signifikan terhadap permintaan kedelai Provinsi Sumatera Utara (QD)
pada taraf kepercayaan (α) 5%. Kesimpulan ini dapat dilihat dari prob-t
pendapatan perkapita Provinsi Sumatera Utara (PKP) yang bernilai lebih kecil
masyarakat cenderung akan menambah konsumsinya baik secara kuantitas
maupun kualitasnya penambahan kuantitas secara langsung keragaman
produk-produk berbasis kedelai dan penambahan kualitas membuat perubahan pola
pangan dari pola pangan karbohidrat tinggi protein rendah menjadi pangan
karbohidrat rendah dengan protein tinggi hal ini juga mempengaruhi permintaan
kedelai. Hal ini membuat peningkatan pendapatan berpengaruh signifikan
terhadap permintaan kedelai. Pendapatan perkapita mempengaruhi permintaan
kedelai secara signifikan juga dikemukakan oleh Widjayanti (2005) dan Setiabekti
(2013).
Berdasarkan hasil analisis dapat disimpulkan bahwa faktor utama yang
menyebabkan peningkatan permintaan adalah peningkatan jumlah penduduk dan
peningkatan pendapatan masyarakat Provinsi Sumatera Utara. Permintaan
permintaan kedelai harus disikapi dengan positif dimana permintaan kedelai yang
terus meningkat harus dilihat sebagai peluang pasar yang menjanjikan yang
diperlukan untuk pergerakan ekonomi, sumber pendapatan masyarakat yang pada
akhirnya diharapkan terwujudnya peningkatan kesejahtraan masyarakat.
4.3.3.2 Interpretasi dan Evaluasi Model Penawaran Kedelai Provinsi