• Tidak ada hasil yang ditemukan

HASIL PENELITIAN

4.5 Interpretasi Hasil Penelitian

Penelitian dengan judul Kinerja Pusat Pelayanan Terpadu Pemberdayaan Perempuan dan Anak (P2TP2A) Dalam Penanganan Kasus Kekerasan Seksual Terhadap Anak Di Provinsi Banten Tahun 2012 bahwa hal yang paling penting dan utama adalah menjawab rumusan masalah yang telah dibuat oleh peneliti pada awal penelitian. Rumusan masalah tersebut adalah “Seberapa Besar Kinerja Pusat Pelayanan Terpadu Pemberdayaan Perempuan dan Anak (P2TP2A) Dalam Penanganan Kasus Kekerasan Seksual Terhadap Anak Di Provinsi Banten Tahun 2012”.

Untuk menjawab rumusan masalah dalam penelitian ini, kita dapat melihat dari pembahasan yang memaparkan pengujian hipotesis dengan menggunakan rumus t-test satu sempel dengan menguji pihak kanan bahwa nilai t-hitung lebih

kecil ( < ) dari nilai t-tabel, dalam hal ini dapat diartikan bahwa Ho diterima dan Ha ditolak. Karena menghasilkan 61,3% dari angka yang di hipotesiskan yaitu 65%.

Sehingga dari data pengujian hipotesis tersebut dapat dijelaskan bahwa “Kinerja Pusat Pelayanan Terpadu Pemberdayaan Perempuan dan Anak (P2TP2A) Dalam Penanganan Kasus Kekerasan Seksual Terhadap Anak Di Provinsi Banten Tahun 2012 mencapai angka 61,3%” dari angka minimal yang dihipotesiskan yaitu 65%, hal ini dapat diartikan bahwa tingkat Kinerja Pusat Pelayanan Terpadu Pemberdayaan Perempuan dan Anak (P2TP2A) Dalam Penanganan Kasus Kekerasan Seksual Terhadap Anak Di Provinsi Banten Tahun 2012 masih kurang baik atau masih rendah, hal itu dapat dilihat pada kategori berikut:

Kategori instrumen:

Tidak Baik Kurang baik Baik Sangat baik 1485 2970 4455 5940

3647

Nilai 3647 berada dalam kategori kurang baik dan baik, akan tetapi lebih cenderung berada didaerah kurang baik. Maka, dapat disimpulkan bahwa hasil diatas termasuk dalam kategori kurang baik karena lebih mendekati kategori kurang baik.

4.6 Pembahasan

Kinerja Pusat Pelayanan Terpadu Pemberdayaan Perempuan dan Anak (P2TP2A) dalam Penanganan Kasus Kekerasan Seksual Terhadap Anak di Provinsi Banten Tahun 2012, menunjukan hasil perhitungan yang variatif. Dilihat dari teori yang digunakan pada penelitian ini yaitu menggunakan teori kinerja organisasi, Dwiyanto yang mempunyai lima indikator yang berguna untuk mengukur berapa besar Kinerja Organisasi di Pusat Pelayanan Terpadu Pemberdayaan Perempuan dan Anak dalam Penanganan Kasus Kekerasan Seksual Terhadap Anak di Provinsi Banten Tahun 2012 itu sudah tinggi atau masih rendah yang diantaranya yaitu: Produktivitas, Kualitas Layanan, Responsivitas, Responsibilitas dan Akuntabilitas.

1. Indikator Produktivitas

Merupakan hal yang berkenaan dengan mengukur hasil kerja yang diperoleh, efesiensi waktu, dan efektivitas pelayanan. Dari hasil pengolahan data yang dalam indikator penelitian ini memuat 12 butir instrumen pernyataan untuk indikator Produktivitas didapatkan hasil, hasil tersebut diperoleh dari skor ideal dari indikator Produktivitas adalah 4 x 45 x 11 = 1980 (4 = nilai tertinggi dari setiap jawaban pernyataan yang diajukan pada responden, kriteria skor berdasarkan pada skala Likert, 45 = jumlah sampel yang dijadikan responden, 11 = jumlah pernyataan yang ada pada indikator Produktivitas). Setelah menemukan skor ideal kemudian dibagikan dengan riil yang diisi oleh responden yaitu sebesar 1242 : 1980 = 0,62 x 100% = 62%. Hal ini dapat disimpulkan bahwa

Kinerja Pusat Pelayanan Terpadu Pemberdayaan Perempuan dan Anak dalam Penanganan Kasus Kekerasan Seksual Terhadap Anak di Provinsi Banten Tahun 2012 berjalan dengan kurang baik apabila dilihat dari indikator Produktivitas.

2. Indikator Kualitas Layanan

Merupakan hal yang berkenaan dengan mengukur kualitas layanan, kepuasan masyarakat, dan informasi kepada masyarakat. Dari hasil pengolahan data yang dalam indikator penelitian ini memuat 12 butir instrumen pernyataan untuk indikator kualitas layanan didapatkan hasil, hasil tersebut diperoleh dari skor ideal dari indikator ketepatan waktu adalah 4 x 45 x 10 = 1800 (4 = nilai tertinggi dari setiap jawaban pernyataan yang diajukan pada responden, kriteria skor berdasarkan pada skala Likert, 45 = jumlah sampel yang dijadikan responden, 10 = jumlah pernyataan yang ada pada indikator kualitas layanan). Setelah menemukan skor ideal kemudian dibagikan dengan riil yang diisi oleh responden yaitu sebesar 1022 : 1800 = 0,56 x 100% = 56%. Hal ini dapat disimpulkan bahwa Kinerja Pusat Pelayanan Terpadu Pemberdayaan Perempuan dan Anak dalam Penanganan Kasus Kekerasan Seksual Terhadap Anak di Provinsi Banten Tahun 2012 berjalan dengan kurang baik apabila dilihat dari indikator kualitas layanan.

3. Indikator Responsivitas

Merupakan hal yang berkenaan dengan mengukur kebutuhan masyarakat, menyusun agenda, prioritas pelayanan, dan mengembangkan program-

program pelayanan publik. Dari hasil pengolahan data yang dalam indikator penelitian ini memuat 5 butir instrumen pernyataan untuk indikator inisiatif didapatkan hasil, hasil tersebut diperoleh dari skor ideal dari indikator inisiatif adalah 4 x 45 x 5 = 900 (4 = nilai tertinggi dari setiap jawaban pernyataan yang diajukan pada responden, kriteria skor berdasarkan pada skala Likert, 45 = jumlah sampel yang dijadikan responden, 5 = jumlah pernyataan yang ada pada indikator responsivitas). Setelah menemukan skor ideal kemudian dibagikan dengan riil yang diisi oleh responden yaitu sebesar 582 : 900 = 0,64 x 100% = 64%. Hal ini dapat disimpulkan bahwa Kinerja Pusat Pelayanan Terpadu Pemberdayaan Perempuan dan Anak dalam Penanganan Kasus Kekerasan Seksual Terhadap Anak di Provinsi Banten Tahun 2012 berjalan dengan kurang baik apabila dilihat dari indikator responsivitas.

4. Indikator Responsibilitas

Merupakan hal yang berkenaan dengan mengukur prinsip-prinsip administrasi, dan kebijakan organisasi. Dari hasil pengolahan data yang dalam indikator penelitian ini memuat 4 butir instrumen pernyataan untuk indikator responsibilitas didapatkan hasil, hasil tersebut diperoleh dari skor ideal dari indikator responsibilitas adalah 4 x 45 x 4 = 720 (4 = nilai tertinggi dari setiap jawaban pernyataan yang diajukan pada responden, kriteria skor berdasarkan pada skala Likert, 45 = jumlah sampel yang dijadikan responden, 4 = jumlah pernyataan yang ada pada indikator responsibilitas). Setelah menemukan skor ideal kemudian dibagikan

dengan riil yang diisi oleh responden yaitu sebesar 478 : 720 = 0,66 x 100% = 66%. Hal ini dapat disimpulkan bahwa Kinerja Pusat Pelayanan Terpadu Pemberdayaan Perempuan dan Anak dalam Penanganan Kasus Kekerasan Seksual Terhadap Anak di Provinsi Banten Tahun 2012 berjalan dengan baik apabila dilihat dari indikator responsibilitas.

5. Indikator Akuntabilitas

Merupakan hal yang berkenaan dengan mengukur sejauh mana kebijakan berjalan, serta konsistensi kegiatan organisasi. Dari hasil pengolahan data yang dalam indikator penelitian ini memuat 4 butir instrumen pernyataan untuk indikator akuntabilitas didapatkan hasil, hasil tersebut diperoleh dari skor ideal dari indikator akuntabilitas adalah 4 x 45 x 3 = 540 (4 = nilai tertinggi dari setiap jawaban pernyataan yang diajukan pada responden, kriteria skor berdasarkan pada skala Likert, 45 = jumlah sampel yang dijadikan responden, 3 = jumlah pernyataan yang ada pada indikator akuntabilitas). Setelah menemukan skor ideal kemudian dibagikan dengan riil yang diisi oleh responden yaitu sebesar 323 : 540 = 0,59 x 100% = 59%. Hal ini dapat disimpulkan bahwa Kinerja Pusat Pelayanan Terpadu Pemberdayaan Perempuan dan Anak dalam Penanganan Kasus Kekerasan Seksual Terhadap Anak di Provinsi Banten Tahun 2012 berjalan dengan kurang baik apabila dilihat dari indikator akuntabilitas.

Berdasarkan hasil interpretasi penelitian diatas dengan hasil kuesioner yang telah diolah sebelumnya terdapat hubungan antara teori yang digunakan oleh peneliti dengan Kinerja Pusat Pelayanan Terpadu Pemberdayaan Perempuan dan

Anak (P2TP2A) dalam Penanganan Kasus Kekerasan Seksual Terhadap Anak di Provinsi Banten Tahun 2012 adalah :

1. Dari hasil penelitian lapangan, Produktivitas Kinerja Organisasi P2TP2A dalam menyelesaikan tugas/pekerjaannya dinilai belum cukup maksimal hal ini dikarenakan kurang mendukungnya fasiltitas organisasi dalam menunjang setiap aktivitas kerja para pegawai. Serta kurangnya jumlah pegawai yang ada di P2TP2A hal ini dikarenakan Pegawai masih merangkap sebagai PNS sehingga tidak selalu berada di lokasi organisasi, dan kurangnya anggaran yang diberikan setiap tahunnya berupa hibah dari anggaran APBD pemerintah Provinsi Banten guna untuk kepentingan penyelesaian kasus khususnya kasus kekerasan seksual terhadap anak. 2. Dari hasil penelitian lapangan, Kualitas Layanan P2TP2A belum optimal

hal ini dikarenakan kemampuan serta keterampilan yang dimiliki pegawai dalam pekerjaannya dinilai belum cukup maksimal karena banyak pegawai yang belum mampu memanfaatkan sumber daya atau potensi yang dimilikinya, serta proses penyelesaian kasus-kasus belum sesuai dengan apa yang diharapkan oleh korban.

3. Dari hasil penelitian lapangan, Tugas Pokok dan Fungsi (TUPOKSI) yang telah dibuat dan ditetapkan didalam kegiatan belum terselesaikan di karenakan kurangnya koordinasi dan kerjasama antara instansi terkait dengan P2TP2A belum sepenuhnya dilaksanakan.

4. Dari hasil penelitian dilapangan, kebijakan serta program-program yang telah dibuat dan dilakukan oleh P2TP2A belum sepenuhnya terlaksana

serta tepat sasaran hal ini dikarenakan masih banyak masyarakat yang kurang memahami dan belum mengetahui sosialisasi program yang dilakukan oleh P2TP2A.

BAB V

PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan dalam skripsi ini yang berjudul “Kinerja Pusat Pelayanan Terpadu Pemberdayaan Perempuan dan Anak (P2TP2A) dalam Penanganan Kasus Kekerasan Seksual terhadap Anak Di Provinsi Banten Tahun 2012” yang telah dikemukakan pada bab sebelumnya, dapat ditarik kesimpulan bahwa Ho (-1,96< 2,41) maka Ho diterima dan Ha ditolak ini berarti Ho dapat diterima < 65% maka hipotesis yang menyatakan bahwa kinerja Pusat Pelayanan Pemberdayaan Perempuan dan Anak (P2TP2A) Provinsi Banten masih kurang baik paling tinggi 65% dari kriteria yang ditetapkan.

1. Indikator Produktivitas

Berdasarkan hasil pernyataan jawaban indikator Produktivitas dinyatakan kurang baik. Hal ini dapat dilihat dari hasil skor perindikator berjumlah 62%, dikarenakan kurangnya fasilitas sarana dan prasarana yang memadai untuk menunjang kegiatan di Pusat Pelayanan Terpadu Pemberdayaan Perempuan dan Anak (P2TP2A) seperti komputer, kondisi ruang kerja tidak nyaman untuk bekerja, kurangnya komunikasi antara para pegawai, tidak sesuai dengan kualifikasi pendidikan dengan bidang pekerjaannya. Oleh karena itu produktivitas untuk mengukur tingkat kinerja organisasi sudah baik atau belum dilihat dari tingkat efisiensi dan efektivitas kerja.

2. Indikator Kualitas Layanan

Berdasarkan hasil pernyataan jawaban indikator Kualitas Layanan dinyatakan kurang baik, hal ini dapat dilihat dari hasil skor perindikator berjumlah 56%, dikarenakan kurang maksimalnya kemampuan dan keterampilan yang dimiliki pegawai P2TP2A dalam menyelesaikan kasus, fasilitas serta tidak nyamannya kondisi ruang pelayanan bagi korban, lokasi P2TP2A tidak mudah ditemukan, kurangnya kemampuan pegawai dalam melayani korban serta tidak sesuainya jam konsultasi pelayanan terhadap korban. Kualitas Pelayanan merupakan parameter untuk menilai kinerja organisasi publik dimana kepuasaan layanan yang diterima oleh masyarakat akan dipengaruhi oleh hasil dari kualitas layanan itu sendiri. 3. Indikator Responsivitas

Berdasarkan hasil pernyataan jawaban indikator Responsivitas dinyatakan kurang baik, hal ini dapat dilihat dari hasil skor perindikator berjumlah 64%, dikarenakan kurangnya sarana pengaduan yang diberikan masyarakat kepada P2TP2A Provinsi Banten, tidak selesainya kasus-kasus atau masalah yang ada. Responsivitas merupakan kemapuan organisasi untuk mengenali kebutuhan masyarakat, menyusun agenda dan prioritas pelayanan dan mengembangkan program-program publik sesuai dengan kebutuhan dan aspirasi publik.

4. Indikator Responsibilitas

Berdasarkan hasil pernyataan jawaban indikator Responsibilitas dinyatakan baik, hal ini dapat dilihat dari hasil skor perindikator berjumlah

66%, dikarenakan pelaksanaan kegiatan organisasi berjalan dengan baik serta dilakukan sesuai dengan prinsip-prinsip administrasi diantaranya pembagian kerja sudah cukup jelas, wewenang dan tanggung jawab, disiplin, kesatuan perintah, kesatuan pengarahan, mengutamakan kepentingan organisasi diatas kepentingan pribadi, pembayaran gaji yang adil, pemusatan, hirarki, tata tertib, keadilan, stabilitas kondisi pegawai, inisiatif dan semangat kesatuan.

5. Indikator Akuntabilitas

Berdasarkan hasil pernyataan jawaban indikator Akuntabilitas dinyatakan kurang baik, hal ini dapat dilihat dari hasil skor perindikator berjumlah 59%, dkarenakan pelaksanaan kegiatan masih belum mengikuti Standar Operasional Prosedur (SOP) dan Standar Pelayanan Minimal (SPM), masih ada program-program yang belum tercapai sehingga mempengaruhi hasil kinerja berikutnya atau tahun yang akan datang. Akuntabilitas digunakan sebagai kebijakan dan kegiatan publik konsisten dengan kehendak masyarakat.

5.2 Saran

Berdasarkan kesimpulan diatas, maka saran yang peneliti ajukan berupa rekomendasi, berikut :

1. Pusat Pelayanan Terpadu Pemberdayaan Perempuan dan Anak menyediakan serta memfasilitasi sarana seperti komputer, meja dan kursi

disetiap divisi dan prasarana seperti mobil operasional guna menunjang kegiatan organisasi seperti antar jemput korban kekerasan seksual ke Daerah asalnya, gedung kantor yang sudah menjadi hak milik organisasi sehingga mengurangi biaya anggaran apabila P2TP2A Provinsi Banten sudah memiliki gedung hak milik sendiri serta kebutuhan lainnya yang sifatnya menunjang kegiatan dan program yang ada di P2TP2A Provinsi Banten dan di dalam penerimaan pegawai harus melihat Sumber Daya Manusia (SDM) yang sesuai dengan kebutuhan P2TP2A Provinsi Banten seperti dilihat dari kualifikasi latar belakang pendidikan sehingga dalam penempatan kerjanya sesuai dengan bidang pendidikannnya.

2. Pegawai diberikan pelatihan-pelatihan seperti peningkatan pelatihan komputer bagi pegawai atau mengikuti diklat kepemimpinan bagi pengurus P2TP2A Provinsi Banten yang diselenggarakan oleh Pusat Pelayanan Terpadu Pemberdayaan Permpuan dan Anak (P2TP2A) Provinsi Banten serta harus diadakannya sosialisasi-sosialisasi kepada masyarakat guna memperkenalkan P2TP2A provinsi Banten, baik secara langsung maupun di media cetak dan media elektronik.

3. Pusat Pelayanan Terpadu Pemberdayaan Perempuan dan Anak (P2TP2A) didalam menerapkan Standar Operasional Prosedur (SOP) agar berurutan atau sesuai tahapan didalam pelaksanaannya agar dapat berjalan dengan maksimal dalam proses kegiatan penangan kasus, dan untuk meningkatkan kualitas layanan dilakukan rapat evaluasi baik bulanan dan tahunan agar

mengetahui dan menilai hasil yang didapat selama kegiatan atau program itu dilakukan atau dilaksanakan.

4. Indikator Responsibilitas sudah cukup baik maka di dalam prinsip-prinsip administrasi harus lebih ditingkatkan diantaranya pembagian kerja dibagi sesuai dengan kualifikasi latar belakang pendidikan, adanya absensi sidik jari agar dapat datang tepat waktu sehingga meningkatkan disiplin dan tata tertib pegawai agar di dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat khususnya perempuan dan anak dapat berjalan dengan optimal.

5. Meningkatkan dan membuat program-program atau kegiatan-kegiatan yang sesuai dengan kebutuhan masyarakat serta adanya tambahan anggaran yang diusulkan setiap tahunnya agar dapat mencukupi pelaksanan kegiatan dan program yang ada di Pusat Pelayanan Terpadu Pemberdayaan Perempuan dan Anak (P2TP2A) Provinsi Banten.

Dokumen terkait