• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN

4.4 Interpretasi Hasil PLS

4.4.1 Pengujian Model Pengukuran (Outer Model)

Langkah selanjutnya adalah menilai outer model (Measurement Model) dengan melihat outer loading factor discriminan validity dan composite reliability dari konstruk.

1. Outer Loading, hasil pengujian pertama dengan PLS ini menghasilkan outer loading sebagai berikut.

Tabel 4.5. Outer Loading

Fa ct o r Lo a d i n g ( O) Sa m p l e M e a n ( M ) St a n d a r d D e v i a t i o n ( STD EV ) St a n d a r d Er r o r ( STERR) T St a t i s t i cs ( | O/ STERR| ) X 1 . 1 < - STO RE A SM OSP H ERE ( X ) - 0 , 3 6 6 0 3 4 - 0,04 2 827 0,5014 42 0,5014 42 0 ,7 2 9 9 6 3 X 1 . 2 < - STO RE A SM OSP H ERE ( X ) 0 ,7 9 8 3 7 3 0,5256 53 0,4452 17 0,4452 17 1 ,7 9 3 2 2 2 X 1 . 3 < - STO RE A SM OSP H ERE ( X ) 0 ,1 3 3 1 9 7 0,2656 93 0,3659 02 0,3659 02 0 ,3 6 4 0 2 5 X 1 . 4 < - STO RE A SM OSP H ERE ( X ) 0 ,6 3 4 7 4 6 0,4712 20 0,4072 56 0,4072 56 1 ,5 5 8 5 9 0 X 1 . 5 < - STO RE A SM OSP H ERE ( X ) 0 ,2 0 6 7 9 5 0,1408 81 0,2542 43 0,2542 43 0 ,8 1 3 3 7 4 Y1 < - PERI LA K U PEM B EL I A N ( Y) 0 ,6 9 1 3 3 4 0,5559 09 0,3249 32 0,3249 32 2 ,1 2 7 6 2 8 Y2 < - PERI LA K U PEM B EL I A N ( Y) 0 ,4 4 5 1 4 5 0,3987 87 0,3472 23 0,3472 23 1 ,2 8 2 0 1 5 Y3 < - PERI LA K U PEM B EL I A N ( Y) 0 ,8 2 2 7 3 5 0,6964 37 0,3548 04 0,3548 04 2 ,3 1 8 8 4 1

Y4 < - PERI LA K U

PEM B EL I A N ( Y) 0 ,5 9 3 0 4 2 0,5062 52 0,3164 55 0,3164 55 1 ,8 7 4 0 1 5

Sumber: Data diolah

Berdasarkan analisis data di atas bahwa validitas indikator : Nilai Factor Loading lebih besar dari 0,5 dan atau nilai T-Statistic lebih besar dari 1,645 (nilai Z pada α = 0,10). Factor Loading merupakan korelasi antara indikator dengan variabel, jika lebih besar dari 0,5 maka korelasi disebut valid dan jika nilai T-Statistic lebih besar dari 1,645 maka korelasinya disebut signifikan.

Berdasarkan pada tabel outer loading di atas, maka pada variabel dengan indikator reflektif Yaitu Store Atmospher e dan Perilaku Pembelian, dimana tidak semua indikator kedua variabel tersebut memiliki factorloading lebih besar dari 0,50 dan atau signifikan (Nilai T-Statistic lebih dari nilai Z α = 0,10 (10%) = 1,645 ), sehingga indikator-indikator yang memiliki factorloading lebih besar dari 0,50 dan atau signifikan (Nilai T-Statistic lebih dari nilai Z α = 0,10 (10%) = 1,645 ), tersebut adalah menjadi pengukur/indikator variabelnya. Secara keseluruahn hasil estimasi telah memenuhi Convergen vailidity dan validitas baik. 1. Discriminant Validity

Discriminant validity pada indikator refleksif dapat di lihat pada cross-loading.Cara lain untuk menilai discriminant validity dilakukan dengan cara membandingkan square root of average variance extracted (AVE) untuk setiap variabel dengan nilai korelasi antara variabel. Model mempunyai discriminant validity yang tinggi jika akar AVE untuk setiap variabel lebih besar dari korelasi antara konstruk (Ghozali, 2008). Jika nilai akar AVE lebih tinggi dari pada

korelasi antar variabel yang lain, maka dapat dikatakan hasil ini menunjukan bahwa discriminant validity yang tinggi.

Tabel 4.6. Average Variance Extract (AVE)

A V E

PERI LA K U PEM BELI A N ( Y) 0,4261 72

STORE A SM OSPH ERE ( X ) 0,2469 58

Sumber : Data diolah

Berdasarkan tabel di atas bahwa model pengukuran berikutnya adalah nilai Average Variance Extracted (AVE), yaitu nilai menunjukkan besarnya varian indikator yang dikandung oleh variabel latennya. Konvergen Nilai AVE lebih besar 0,5 juga menunjukkan kecukupan validitas yang baik bagi variabel laten. Pada variabelindikator reflektif dapat dilihat dari nilain Avarage variance extracted (AVE) untuk setiap konstruk(variabel). Dipersyaratkan model yang baik apabila nilai AVE masing-masing konstruk lebih besar dari 0,5. Hasil pengujian menunjukkan bahwa nilai AVE untuk konstruk (variabel) Store Atmosphere dan Perilaku Pembelian memiliki nilai lebih kecil dari 0,5, sehingga validitasnya rendah.

2. Composite Reliability

Composite reliability adalah indeks yang menunjukan sejauh mana suatu alat pengukur dapat di percaya untuk di andalkan. Bila suatu alat dipakai dua kali untuk mengukur gejala yang sama dan hasil pengukuran yang di peroleh relative

konsisten maka alat tersebut reliabel. Dengan kata lain, reliabilitas menunjukan suatu konsistensi alat pengukur dalam gejala yang sama. Hasil selengkapnya dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel 4.7.Composite Reliability

Co m p o s i t e Re l i a b i l i t y

PERI LA K U PEM BELI A N ( Y) 0,7394 45

STORE A SM OSPH ERE ( X ) 0,3446 19

Sumber : Data diolah

Reliabilitas konstruk yang diukur dengan nilai composite reliability,

konstruk reliabel jika nilai composite reliability di atas 0,70 maka indikator disebut konsisten dalam mengukur variabel latennya. Hasil pengujian menunjukkan bahwa konstruk (variabel) Stor e Atmosphere dan Perilaku Pembelian memiliki nilai composite reliability lebih kecil dari 0,7. Sehingga reliabelitasnya rendah.

4.5 Analisis Model PLS

Gamnbar 4.1 Diagram Jalur Hasil Output PLS

Berdasarkan gambar di atas dapat di lihat nilai-nilai dari indikator terhadap variabel laten, sehingga dapat di ketahui indikator Store Atmosphere memiliki pengaruh terhadap variabel laten.

4.6. Evaluasi Pengujuian Struktural Model (Inner Model)

Pengujian inner model atau model structural dilakukan untuk melihat hubungan antara variabel, nilai signifikansi dan R-square dari model penelitian.Setelah mengetahui hubungan yang signifikan antara variabel.Pengujian hipotesis dilakukan dengan metode resampling bootstrap. Statistik uji yang digunakan adalah uji statistic uji t ( Ghozali, 2008 ). Pengujian terhadap model structural dilakukan dengan melihat nilai R-Square yang

merupakan uji goodness-fit model. Pengujian inner model dapat dilihat dari nilai R-square pada persamaan antar variabel latent. Sebagai berikut :

Tabel 4.8. R-Square

R Sq u a r e

PERI LA K U PEM BELI A N ( Y) 0,2284 44

STORE A SM OSPH ERE ( X )

Sumber : Data diolah

Nilai R2 = 0,22843. Hal ini dapat diinterpretasikan bahwa model mampu menjelaskan fenomena/masalah Perilaku Pembelian sebesar 22,84 %. Sedangkan sisanya (77,16 %) dijelaskan oleh variabel lain (selain Store Atmosphere) yang belum masuk ke dalam model dan error. Artinya Perilaku Pembelian dipengaruhi oleh Store Atmosphere sebesar 22,84% sedang sebesar 77,16% dipengaruhi oleh variabel selain Store Atmosphere. Selanjutnya dalat dilihat koefisien path pada inner model.

Tabel 4.9. Outer Weights Or i g i n a l Sa m p l e ( O) Sa m p l e M e a n ( M ) St a n d a r d D e v i a t i o n ( STD EV ) St a n d a r d Er r o r ( STERR) T St a t i s t i cs ( | O/ STERR | ) X 1 . 1 < - STO RE A SM OSP H ERE ( X ) - 0,39 9 318 - 0,09 2 626 0,4202 13 0,4202 13 0,9502 75 X 1 . 2 < - STO RE A SM OSP H ERE ( X ) 0,7014 35 0,3961 42 0,3879 46 0,3879 46 1,8080 74 X 1 . 3 < - STO RE A SM OSP H ERE ( X ) 0,0205 36 0,1333 19 0,2355 54 0,2355 54 0,0871 81 X 1 . 4 < - STO RE A SM OSP H ERE ( X ) 0,4193 15 0,2883 21 0,2893 41 0,2893 41 1,4492 07 X 1 . 5 < - STO RE A SM OSP H ERE ( X ) 0,1205 82 0,0861 04 0,1887 78 0,1887 78 0,6387 49 Y1 < - PERI LA K U PEM B EL I A N ( Y) 0,4418 95 0,3391 42 0,2224 64 0,2224 64 1,9863 62 Y2 < - PERI LA K U PEM B EL I A N ( Y) 0,1920 20 0,1967 29 0,2721 10 0,2721 10 0,7056 68 Y3 < - PERI LA K U PEM B EL I A N ( Y) 0,5735 82 0,4678 46 0,2876 47 0,2876 47 1,9940 46 Y4 < - PERI LA K U PEM B EL I A N ( Y) 0,2312 16 0,2077 39 0,2020 01 0,2020 01 1,1446 27

Sumber : Data diolah

Berdasarkan tabel di atas hasil pengujian pada tabel outer weight menunjukan bahwa indikator X1.2 adalah signifikan karena nilai T- Statistiknya lebih besar dari 1,645 (pada Z α = 0,10 ). Jadi dapat di simpulkan bahwa indikator X1.2 tersebut adalah indikator yang paling dominan di banding dengan indikator lainnya untuk mengukur Store Atmosphere.

4.6.1. Inner Model (Pengujian Model Struktural)

Pengujian terhadap model structural di lakukan dengan melihat nilai R-Square yang merupakan uji goodness-fit model.Pengujian inner model dapat di lihat dari nilai R-square pada persamaan antar variabel latent. Nilai R² menjelaskan seberapa besar variabel eksogen (independen/bebas) pada model mampu menerangkan variabel endogen (dependen/terikat)

Tabel 4.10 Inner Weight

K o e f i si e n Pa t h ( O ) Sa m p l e M e a n ( M ) St a n d a r d D e v i a t i o n ( STD EV ) St a n d a r d Er r o r ( STERR) T St a t i s t i cs ( | O/ STERR| )

STORE A SM OSPH ERE ( X ) -> PERI LA K U PEM BELI AN

( Y)

- 0,47 7 958 - 0,34 1 063 0,4741 70 0,4741 70 1,0079 90

Sumber : Data di olah

STORE ASMOSPHERE (X) berpengaruh terhadap PERILAKU PEMBELIAN (Y) dengan koefisien path sebesar -0,4779, TIDAK dapat diterima dimana nilai T-Statistic = 1,0079 lebih kecil dari nilai Z α = 0,10 (10%) = 1,645 , maka Non Signifikan (Negatif)

4.6.2 Pembahasan

4.63 Pengaruh Strore Atmosphere terhhadap Perilaku pembelian

Berdasarkan hasil penelitian yang telah di lakukan di peroleh hasil bahwa Strore Atmosphere berpengaruh terhadap perilaku pembelian pada Galery kulit di

Cito Mall Surabaya, tidak dapat di terima dengan nilai T-Statistic = 1,0079 lebih kecil dari nilai Z α = 0,10 (10%) = 1,645, maka Non Signifikan (Negatif). Hal ini dimungkinkan karena perilaku kaum pria berbeda dengan perilaku kaum wanita, kaum pria dalam pembeliannya lebih menggunakan rasionalnya di banding perasaannya, sehingga Store Atmosphere tidak terlalu penting bagi kaum pria untuk mempengaruhi perilaku pembeliannya dan mungkin ada faktor lain yang dapat mempengaruhi kaum pria seperti harga dan variasi produk. Hal ini tidak sesuai dengan penelitian yang di lakukan oleh Muhammad Fuad (2009), Store atmosphere mempengaruhi keadaan emosi seorang konsumen yang akan menyebabkan meningkatnya atau menurunnya pembelian. Keadaan emosional akan membuat dua perasaan yang dominan, yaitu perasaan senang dan membangkitkan keinginan, baik yang muncul dari psychological set ataupun keinginan yang bersifat mendadak (impulse) (Sutisna, 2003; Cheng, Wu dan Yen, 2009). SelanjutnyaStore atmosphere yang didesain secara tepat dan baik akan dapat mendorong konsumen untuk pasti membeli barang. Unsur-unsur pendukung suasana ruang yang mencakup bagian depan toko, interior, layout dan interior display, kesemuanya akan terintegrasi membentuk suatu citra atau image toko yang diharapkan. Citra toko di mata pengunjung dapat menjadi stimuli untuk masuk ke dalam toko, yang berlanjut pada proses interaksi hingga pembelian. Karenanya penting bagi semua pihak terkait untuk dapat memahami dengan baik obyek toko maupun citra yang diinginkan agar desain yang dihasilkan bukan hanya sekedar desain yang menarik namun ideal dan dapat menjual (Kusumowidagdo, 2006; Grewal, et.al, 2003; Huda dan Martaleni, 2007).

Demikian hasil penelitian ini juga tidak sesuai dengan hasil penelitian (Sumarwan, 2004; Utami, 2006).Atmosfir toko tersebut dapat memberikan respon dan menciptakan kenyamanan bagi konsumen pada saat menikmati suasana di dalam toko, dan dalam kelanjutannya dapat mempengaruhi keputusan pembelian konsumen.

Store atmosphere bukan penentu atau faktor utama yang mempengaruhi perilaku pembelian di Gallery Kulit Cito Mall Surabya, di mungkinkan perilaku pembelian pada Gallery Kulit Cito Mall Surabaya di tentukan oleh faktorlain, misalnya konsumen terfokus pada merek tertentu, jadi konsumen sudah menentukan dari rumah saya harus membeli produk X , jika tidak ada saya tidak akan beli. Jadi faktor yang mempengaruhinya di mungkinkan adalah loyalitas terhadap suatu produk atau merek sehingga store atmosphere bukan menjadi faktor utama lagi untuk mempengaruhi perikaku pembelian darikonsumen tersebut, atauseperti halnya denganperilaku pembelian pengurang disonasi yaitu konsumen yang akan berkeliling untuk mempelajari apa yang tersedia namun akan memilih dengan cukup cepat, disini terlihat sangat jelas bahwa produklah yang menjadi faktor utama, di mana konsumen mencari atau mempelajari produk apa yang di sediakan toko.

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan

Setelah melakukan penelitian ini, pengumpulan dan menganalisis terhadap data-data yang telah di peroleh dari responden, maka kesimpulan dan saran dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Store Atmosphere tidak berpengaruh terhadap perilaku pembelian pada Galery Kulit di Cito Mall Surabaya. Berarti strore atmosphere bukan penentu perilaku pembelian kaum pria pada Galery Kulit di Cito Mall Surabaya.

5.2. Saran

Adapun saran yang dapat disampaikan oleh peneliti adalah :

1. Mempertahankan kondisi general interior dan interior displayagar semakin baik dan tetap mempengaruhi perilaku pembelian pada Galery Kulit Cito Mall Surabaya.

2. Memperbaiki kondisi dari store exterior, store layout dan social dimensions agar semakin baik dan memiliki pengaruh terhadap perilaku pembelian di Galery Kulit Cito Mall Surabaya.

Inc.

,2007. Lovelock and wright “Service Marketing”.Seventh edition.

Boyd, Walker, Larreche, 1998, Marketing Manajement : A Strategic approach with a global orientation.

Cheng, Fei-Fei; Wu, Chin-Shan dan Yen, David C. 2009. The Effect of Online Store Atmosphere on Consumer’s Emotional Responses – an Experimental Study of Music and Colour. Behavior & Information Technology.

Chin WW, 1998. The Partial Least Squares Approach for Structural Equation Modeling” In GA Marcoulides (ed), Modern Methods for Business Research.

Dessyana, Cindy Juwita, 2009, Store AtmospherePengaruhnya Terhadap Keputusan Pembelian Konsumen DI Texas Chicken Multimart II Manado.Jurnal Manajemen Bisnis.

Ferdinand, Agusty, 2006, Metode Penelitian Manajemen, Penerbit BP Undip. Semarang

Fuad, Muhammad, 2009, Store Atmosphere dan Perilaku Pembelian di toko buku Gramedia Malang.Jurnal Manajemen Bisnis

Ghozali, Imam, (2006). Aplikasi Analisisi Multivariat Dengan Program SPSS. Edisi 3. Andi: Yogyakarta

, (2008). Desain Penelitian Eksperimental (Teori, Konsep dan analisis Data dengan SPSS 16.0), Semarang: Badan Penerbit Universitas Dipenogoro. , (2011).Structural Equation Modeling Metode Alternatif dengan Partial Least

Square (PLS) Semarang. Badan Penerbit – Undip

Grewal, Dhruv;et.al. 2003. The Effects of Wait Expectations and Store Atmosphere Evaluations on Patronage Intentions in Service-intensive Retail Stores. Journal of Retailing.

Joglo Dau. Jurnal Manajemen Gajayana.

Jasniko, Wido, 2010, Pengaruh atmosfer toko dan variasi produk terhadap keputusan pembelian konsumen pada swalayan citra bandar buat padang. Jurnal Manajemen Bisnis

Kusumowidagdo, Astrid, 2006. Peran Penting Perancangan Interior pada Store Based Retail. Jurnal Interior Kristen Petra.

,2010. Pengaruh Desain Atmosfer Toko terhadap Perilaku Belanja.Jurnal Interior Kristen Petra.

Kotler, P, 1997, Manajemen Pemasaran. Jakarta : Prehallindo. , 2000, Manajemen Pemasaran, Edisi Revisi, Jakarta, Prehallindo.

, 2002, Manajemen Pemasaran; Perspektif Asia. Buku 2/oleh Philip Kotler, Swee Hoon Ang, Siew Meng Leong, Chin Tiong Tan.-Yogyakarta: Penerbit ANDI.

, 2005,Manajemen Pemasaran. Edisi Kesebelas. Jilid 1.Terjemahan Drs. Benyamin Molan.Penyunting Bambang Sarwiji. PT. Indeks, Jakarta.

,2006, Marketing Management: An Asian Perspective. Fourth Edition. Singapore: Prentice Hall

Lamb Charles W; Hair, Joseph F, dan McDaniel, Carl. 2001. Pemasaran. Edisi Pertama. Jakarta: Salemba Empat.

Simamora, Bilson. 2003. Membongkar Kotak Hitam Konsumen. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.

Sumarsono, 2002, Metodelogi Penelitian, Edisi Pertama, Fakultas Ekonomi, UPN “Veteran” Jawa Timur.

Sumarwan, Ujang. 2004. Perilaku Konsumen: Teori dan Penerapannya Dalam Pemasaran. Bogor: PT. Ghalia Indonesia.

Sutisna. 2003. Perilaku Konsumen dan Komunikasi Pemasaran. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.

the Multi-Attributes of Store Image. Journal of Retailing and Consumer Services.

Utami, Christina Whidya. 2006. Manajemen Ritel: Strategi dan Implementasi Modern. Edisi Pertama. Jakarta: Salemba Empat.

Wertz, C; Lim, R dan Jokerskog, K, 1974.Intraclass reliability estimates; Testing Structural assumptions.Educational and Psychological measurement. William J, Stanton, 1984, Dasar-dasar pemasaran, Edisi ke tujuh, Jakarta :

Dokumen terkait