• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH STORE ATMOSPHERE TERHADAP PERILAKU PEMBELIAN DI TOKO GALERY KULIT CITO MALL SURABAYA.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENGARUH STORE ATMOSPHERE TERHADAP PERILAKU PEMBELIAN DI TOKO GALERY KULIT CITO MALL SURABAYA."

Copied!
72
0
0

Teks penuh

(1)

SKRIPSI

Diajukan Oleh :

YOSUA ENGGA AJ I SAPUTRA 1012010103

FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN” J AWA TIMUR

(2)

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Per syaratan Dalam Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi

J urusan Manajemen

Diajukan Oleh :

YOSUA ENGGA AJ I SAPUTRA 1012010103

FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN” J AWA TIMUR

(3)

PEMBELIAN DI TOKO GALERY KULITCITO MALL

SURABAYA

Disusun Oleh :

YOSUA ENGGA AJ I SAPUTRA 1012010103/FE/EM

Telah dipertahankan dihadapan dan diterima oleh Tim Penguji Skripsi Program Studi Manajemen Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur

Pada tanggal : 28 Februari 2014

Pembimbing : Tim Penguji

Pembimbing Utama Ketua

Dra. Ec. Luky Susilowati, MP Dra. Ec. Nur Mahmudah, MS Sekretaris

Dra. Ec. Luky Susilowati, MP Anggota

Dra. Ec. Siti Aminah, MM

Mengetahui,

Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis

Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur

(4)

karena hikmat dan anugerahnya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan judul : “PENGARUH STORE ATMOSPHERE TERHADAP PERILAKU PEMBELIAN DI TOKO GALERY KULIT CITO MALL SURABAYA”

Skripsi ini diajukan untuk memenuhi sebagian persyaratan guna memperoleh gelar Sarjana Ekonomi Jurusan Manajemen pada Fakultas Ekonomi Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini tidak akan berhasil tanpa adanya dukungan dari berbagai pihak, oleh karena itu pada kesempatan ini dengan segala ketulusan hati peneliti ingin mengucapkan terima kasih kepada :

1. Bapak Prof. Dr. Ir. Teguh Soedarto, MP, selaku Rektor Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.

2. Bapak Dr. H. Dhani Ichsanuddin Nur, MM, selaku Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur. 3. Bapak Dr. Muhadjir Anwar, MM, selaku Ketua Program Studi Manajemen

Fakultas Ekonomi Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.

(5)

6. Untuk kedua orang tuaku serta saudara-saudara tercinta terimakasih atas segala doa yang dipanjatkan siang dan malam kepada Tuhan Yang Maha Esa, terima kasih atas dukungan materil, pengertian, dan kasih saying yang telah diberikan.

Penulis menyadari bahwa hasil penelitian yang tersusun dalam skripsi ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu kritik dan saran sangat dibutuhkan peneliti untuk menyempurnakan skripsi ini.

Harapan peneliti, kiranya skripsi ini dapat memberikan sumbangan bagi pengembangan ilmu pengetahuan khususnya di fakultas Ekonomi Jurusan Manajemen Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.

Surabaya, Januari 2014

(6)

KATA PENGANTAR...i

DAFTAR ISI………... iii

DAFTAR TABEL………..………...vi

DAFTAR GAMBAR………..………..vii

DAFTAR LAMPIRAN………..………Viii ABSTRAKSI………..………ix

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang……… 1

1.2. Perumusan Masalah……… 6

1.3. Tujuan Penelitian……… 6

1.4. Manfaat Penelitian……….. 6

BAB II TINJ AUAN PUSTAKA 2.1Hasil Penelitian……….………... 7

2.2Landasan teori……….…………. 9

2.2.1 Pengertian Pemasaran……… 9

2.2.2 Konsep Pemasaran………...… 10

2.2.3 Store Atmosphere………. 13

2.2.4 Indikator Strore Atmosphere………...……… 14

2.3 Perilaku Pembelian……… 18

(7)

BAB III METODELOGI PENELITIAN

3.1. Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel……… 25

3.1.1. Pengukuran Variabel………. 27

3.2. Teknik Pengambilan Sampel………. 27

3.3Teknik Pengumpulan Data………...…….. 29

3.3.1 Jenis Data………...………...……….….………….... 29

3.3.2 Sumber Data………. 29

3.3.3 Teknik Pengumpulan Data………... 29

3.4 Teknik Analisis dan Uji Hipotesis………. 30

3.4.1 Teknik Analisis Data……….……...… 30

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN 4.1 Deskriptif Hasil Penelitian……… 38

4.1.1 Gambaran Umum Toko………..………….. 38

4.2 Analisis Karakteristik responden……….. 38

4.2.1 Deskripsi Variabel………..……….. 40

4.2.2 Deskripsi Variabel Strore Atmosphere (X1)………..….. 40

4.2.3 Deskripsi Variabel Perilaku Pembelian (Y)……..……... 42

4.3 Analisis Data………. 44

4.3.1 Evaluasi Outlier………..………….. 44

(8)

4.6 Evaluasi Pengujian Struktur Model (Inner Model)………... 50 4.6.1 Inner Model (Pengujian Model Struktural)…..………… 53

4.6.2 Pembahasan………..… 53

4.6.3 Pengaruh Store Atmosphere

terhadap Perilaku Pembelian……… 53

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

(9)

Tabel 1.1. Penjualan Produk Dari Bulan Juli-September 2013………. 4

Tabel 4.1. Karakteristik Responden Berdasarkan Usia……… 39

Tabel 4.2. Frekuensi Hasil Jawaban Responden Mengenai Store Atmosphere... 40

Tabel 4.3. Frekuensi Hasil Jawaban Responden Mengenai Perilaku Pembelian. 42 Tabel 4.4. Outlier Data………. 45

Tabel 4.5. Outer Loading………. 46

Tabel 4.6. Average Variance Extract (Ave)………. 48

Tabel 4.7. Composite Reliability………. 49

Tabel 4.8. R-Square……….. 51

Tabel 4.9. Outer Weights………. 52

(10)
(11)

Lampiran2.Tanggapan Responden Terhadap Store Atmosphere (X) Dan Perilaku Pembelian (X)

(12)

Yosua Engga Aji Saputra pada kaum pria sangatlah penting untuk dipelajari oleh pelaku bisnis sehingga dapat memberikan pengaruh kepada perilaku pembelian seorang pria.Keberhasilan dari pelaku bisnis dalam mengelola toko dalam penjualannya terdapat banyak faktor yang mempengaruhinya, salah satunya adalah store atmosphere.Atas dasar pemikiran tersebut penelitian ini bertujuan untuk memperoleh informasi tentang pengaruh strore atmosphere terhadap perilaku pembelian di toko Galery Kulit Cito Mall Surabaya.

Populasi dalam penelitian ini adalah konsumen yang membeli produk kulit ditoko Galery Kulit Cito Mall Surabaya. Pengambilan sampel menggunakan accidental sampling dengan jumlah sampel sebesar 50 responden. Data yang dipergunakan adalah data primer yaitu data yang berdasarkan kuisioner, hasil jawaban responden. Sedangkan analisis yang digunakan adalah Partial Least Square

(13)

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang Masalah

(14)

Store atmosphere mempengaruhi keadaan emosi seorang konsumen yang akan menyebabkan meningkatnya atau menurunnya pembelian. Keadaan emosional akan membuat dua perasaan yang dominan, yaitu perasaan senang dan membangkitkan keinginan, baik yang muncul dari psychological set ataupun keinginan yang bersifat mendadak (impulse) (Sutisna, 2003; Cheng, Wu dan Yen, 2009). Store atmosphere yang didesain secara tepat dan baik akan dapat mendorong konsumen untuk pasti membeli barang. Unsur-unsur pendukung suasana ruang yang mencakup bagian depan toko, interior, layout dan interior display, kesemuanya akan terintegrasi membentuk suatu citra atau image toko yang diharapkan. Citra toko di mata pengunjung dapat menjadi stimuli untuk masuk ke dalam toko, yang berlanjut pada proses interaksi hingga pembelian. Karenanya penting bagi semua pihak terkait untuk dapat memahami dengan baik obyek toko maupun citra yang diinginkan agar desain yang dihasilkan bukan hanya sekedar desain yang menarik namun ideal dan dapat menjual (Kusumowidagdo, 2006; Grewel, et.al, 2003Huda dan Martaleni, 2007).Atmosfir toko tersebut dapat memberikan respon dan menciptakan kenyamanan bagi konsumen pada saat menikmati suasana di dalam toko, dan dalam kelanjutannya dapat mempengaruhi keputusan pembelian konsumen (Sumarwan, 2004; Utami, 2006).

(15)

interior display, tidak hanya memberikan nilai tambah bagi produk yang dijual tetapi juga menciptakan suasana lingkungan pembelian yang menyenangkan bagi konsumen sehingga konsumen tersebut memilih toko yang disukai dan melakukan pembelian (Berman dan Evans, 2001; Thang dan Tan, 2003).

Setiap individu mempunyai Perilaku Pembelian yang berbeda, hal ini sering kita jumpai dalam kehidupan sehari – hari. Seperti halnya dalam kebutuhan dan keinginan seorang pria untuk menjaga penampilannya. Berikut ini barang-barang yang biasa di gunakan untuk menambah style penampilan kaum pria diantaranya adalah Tas samping, Sabuk, Dompet (Produk-Produk Kulit), Pakaian, Parfum dan lain-lain. Pada zaman sekarang ini, para pria semakin menyadari betapa pentingnya untuk menjaga penampilan yang lebih modern. Dalam kondisi seperti ini, pelaku bisnis perlu memanfaatkan sumber daya dengan optimal, termasuk berusaha untuk selalu menampilkan produk baru mengenai fashion.

Fenomena tersebut dapat dilihat dari kondisi persaingan saat ini yang terjadi pada produk fashion pria. Banyaknya pesaing usaha dalam bidang ini, mendorong konsumen untuk melakukan identifikasi dalam pengambilan keputusan saat menentukan suatu produk yang beraneka ragam, rupa, harga jual dan keunggulan produk masing-masing. Kompetisi tersebut akan terus berlanjut karena beberapa model produk yang terus bermunculan dengan berbagai macam bentuk, bahan dan varian.

(16)

Berikut ini adalah data penjualan selama enam bulan di Galery Kulit Cito Mall Surabaya :

Tabel 1.1.Penjualan produk dari bulan J uli-September 2013.

Produk Mei Juni Juli Agustus September Oktober

Sabuk 237 256 236 183 226 185

Dompet 346 353 301 435 289 306

Tas 45 58 41 43 39 43

Jumlah 628 675 578 661 554 534

Sumber : Toko Galery Kulit Cito Mall Surabaya, 2013

Berdasarkan tabel di atas menunjukan bahwa terjadi penurunan jumlah penjualan pada produk dari bulan Agustus-Oktober.Produk dari bulan Mei-Oktober mengalami naik turun dalam jumlah penjualannya, namun terjadi penurunan yang drastis pada penjualan di bulan Agustus-Oktober. Indikasi sementara di karenakan pengaruh display produk yang tidak baik, sehingga kurang menarik perhatian konsumen dan terkesan membosankan bagi calon konsumen yang datang (Store Atmosphere). Seharusnya toko Galery Kulit Cito Mall Surabaya bisa bisa memanfaatkan penataan produk dengan baik, mungkin dengan merubah tata letak dari produk dalam display, sehingga ketika ada pelanggan datang untuk yang kesekian kalinya mereka seolah-olah melihat ada produk-produk baru di tampilkan, padahal itu hanya produk-produk yang berpindah tempat saja.

(17)

outletmemposisikan gambaran tersendiri dalam benak konsumen. Agar dapat memberikan gambaran yang jelas mengenai pengertian Store Atmosphere, penulis mengemukakan pengertian Store Atmosphere ini menurut beberapa ahli: Kotler (2005) Atmosphere (suasana toko) adalah suasan terencana yang sesuai dengan pasar sasarannya dan yang dapat menarik konsumen untuk membeli.

Menurut Berman and Evans (2007), Store Atmosphere memiliki elemen-elemen yang semuanya berpengaruh terhadap suasana toko yang ingin diciptakan. Elemen-elemen tersebut terdiri dari Exterior, Interior, Store Layout, Interior Display, Social Dimensions.

(18)

1.2Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka perumusan masalah dalam penelitian ini adalah :

Apakah store atmosphere berpengaruh terhadap perilaku pembelian konsumen di Toko Galery Kulit Cito Mall Surabaya?

1.3 Tujuan Penelitian

Berdasarkan perumusan masalah di atas maka tujuan penelitian ini :

Untuk mengetahui pengaruh store atmosphere terhadap perilaku pembelian konsumen di Toko Galery Kulit Cito Mall Surabaya.

1.4Manfaat Penelitian

Dari hasil penelitian tersebut diharapkan akan di peroleh manfaat : 1. Bagi Peneliti Lain

Menambah dan mengembangkan ilmu pengetahuan, khususnya Manajemen pemasaran terutama bagi peneliti lain yang akan mengembangkan penelitian serupa lebih lanjut.

2. Bagi Toko

(19)

BAB II

TINJ AUAN PUSTAKA

2.1Hasil Penelitian Terdahulu

1. Fuad, 2009, Store Atmosphere dan Perilaku Pembelian di toko buku Gramedia Malang.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana pengaruh store atmosphere terhadap perilaku pembelian di gramedia malang.Tipe penelitian ini adalah eksplanasi research dengan sampel 150 responden yang di ambil dengan accidental sampling. Data yang di peroleh di analisis menggunakan uji validitas, reliabilitas,dan regresi linier berganda. Dari hasil penelitian menunjukan bahwa store atmosphere berpengaruh positif terhadap perilaku pembelian.

(20)

dan signifikan terhadap keputusan pembelian Interior Displayberpengaruh secara positif dan signifikan terhadap keputusan pembelian.

3. Kusumowidagdo, 2010 , Pengaruh desain Atmosfer toko terhadap Perilaku Belanja (studi atas pengaruh gender terhadap respon pengunjung Toko.Berdasarkan analisis studi dan pembahasan yang telah di buktikan, dapat di susun kesimpulan sebagai berikut: Secara keseluruhan variabel yang berpengaruh adalah store interior dan store display. Sedangkan pada responden pria, yang memberikan pengaruh adalah store exterior dan store interior. Pada responden wanita, yang dapat memberikan respon adalah interior saja.

(21)

2.2Landasan Teori

2.2.1 Pengertian Pemasaran

Pemasaran merupakan salah satu kegiatan penting yang perludilakukan perusahaan untuk meningkatkan usaha dan menjaga kelangsungan hidup perusahaan tersebut.Disamping kegiatan pemasaran perusahaan juga perlu mengkombinasikan fungsi-fungsi dan menggunakan keahlian mereka agar perusahaan berjalan dengan baik. Dalam hal ini perlu diketahui beberapa definisi pemasaran.

Menurut Kotler “Pemasaran adalah suatu proses sosial dan manajerial yang didalamnya individu dan kelompok mendapatkan apa yang mereka butuhkan dan inginkan dengan menciptakan, menawarkan dan mempertukarkan produk yang bernilai dengan pihak lain” (1997). Sedang definisi menurut William J, Stanton, (1984) yaitu: “Pemasaranadalah suatu sistem total dari kegiatan bisnis yang dirancang untuk merencanakan, menentukan harga, mempromosikan dan mendistribusikan barang-barang yang memuaskan keinginan dan jasa baik kepada para konsumen saat ini maupun konsumen potensial”.

(22)

Menurut Boyd, Walker, Larrenche (1998), Pemasaran adalah suatu proses analisis, perencanaan, implementasi, koordinasi dan pengendalian program pemasaran yang meliputi kebijakan produk, harga, promosi dan distribusi dari produk, jasa dan ide yang ditawarkan untuk menciptakan dan meningkatkan pertukaran manfaat dengan pasar sasaran dalam upaya pencapaian tujuan organisasi.

Dengan demikian maka dapatlah dikatakan bahwa segala tindakan yang berhubungan dengan pendapatan harga, kebijakan distribusi, kegiatan promosi, dan kegiatan menjual produk pada konsumen yang merupakan elemen dalam pemasaran.

2.2.2 Konsep Pemasaran

Konsep pemasaran mengatakan bahwa kunci untuk mencapai tujuan organisasi terdiri dari penentuan kebutuhan dan keinginan pasar sasaran serta memberikan kepuasaan yang diharapkan secara lebih efektif dan efisien dibandingkan para pesaing.

Konsep pemasaran yang telah diungkapkan dengan berbagai cara:

1. Temukan keinginan pasar dan penuhilah.

(23)

4. Lakukanlah menurut cara anda (Burger king)

5. Andalah yang menentukan (United Airlines)

6. Melakukan segalanya dalam batas kemampuan untuk menghargai uang pelanggan yang sarat dengan nilai, mutu dan kepuasan (JC. Penney).

Dalam pemasaran terdapat enam konsep yang merupakan dasar pelaksanaan kegiatan pemasaran suatu organisasi yaitu : konsep produksi, konsep produk, konsep penjualan, konsep pemasaran, konsep pemasaran sosial, dan konsep pemasaran global.

1. Konsep produksi

Konsep produksi berpendapat bahwa konsumen akan menyukai produk yang tersedia dimana-mana dan harganya murah. Konsep ini berorientasi pada produksi dengan mengerahkan segenap upaya untuk mencapai efesiensi produk tinggi dan distribusi yang luas. Disini tugas manajemen adalah memproduksi barang sebanyak mungkin, karena konsumen dianggap akan menerima produk yang tersedia secara luas dengan daya beli mereka.

2. Konsep produk

(24)

konsumen dianggap menyukai produk berkualitas tinggi dalam penampilan dengan ciri – ciri terbaik

3. Konsep penjualan

Konsep penjualan berpendapat bahwa konsumen, dengan dibiarkan begitu saja, organisasi harus melaksanakan upaya penjualan dan promosi yang agresif.

4. Konsep pemasaran

Konsep pemasaran mengatakan bahwa kunsi untuk mencapai tujuan organisasi terdiri dari penentuan kebutuhan dan keinginan pasar sasaran serta memberikan kepuasan yang diharapkan secara lebih efektif dan efisien dibandingkan para pesaing.

5. Konsep pemasaran sosial

(25)

6. Konsep Pemasaran Global

Pada konsep pemasaran global ini, manajer eksekutif berupaya memahami semua faktor - faktor lingkungan yang mempengaruhi pemasaran melalui manajemen strategis yang mantap. tujuan akhirnya adalah berupaya untuk memenuhi keinginan semua pihak yang terlibat dalam perusahaan.

2.2.3.Store Atmosphere

Penampilan toko atau outlet memposisikan gambaran tersendiri dalam benak konsumen. Agar dapat memberikan gambaran yang jelas mengenai pengertian Store Atmosphere, penulis mengemukakan pengertian

Store Atmosphere ini menurut beberapa ahli:

Kotler (2005) Atmosphere (suasana toko) adalah suasan terencana yang sesuai dengan pasar sasarannya dan yang dapat menarik konsumen untuk membeli.

Menurut Berman and Evans (2007), Store Atmosphere memiliki elemen-elemen yang semuanya berpengaruh terhadap suasana toko yang ingin diciptakan. Elemen-elemen tersebut terdiri dari Exterior, Interior, Store Layout, Interior Display, Social Dimensions.

(26)

menimbulkan kesan yang menarik dan menyenangkan bagi konsumen untuk melakukan pembelian.

2.2.4 Indikator Store Atmosphere

Menurut Berman dan Evans (2007) store atmosphere terdiri dari lima elemen sebagai berikut:

1. Exterior Facilities

Karakteristik Exterior mempunyai pengaruh kuat pada citra toko tersebut, sehingga harus direncanakan sebaik mungkin.Kombinasi dari Exterior ini dapat membuat bagian luar toko menjadi terlihat unik, menarik, menonjol dan mengundang orang untuk masuk ke dalam toko. Elemen-elemen

Exterior ini terdiri dari sub elemen-elemen sebagai berikut: a. Architectural Style

(27)

b. Surrounding Stores

Citra toko atau outlet dipengaruhi oleh keadaan sekitar dimana toko tersebut berada. Keberadaan toko harus unik sehingga konsumen dapat melihat dengan jelas keberadaan suatu toko sekalipun dikelilingi oleh toko-toko pesaing lain yang ada di sekitarnya.

2. General Interior

General Interior dari suatu toko harus dirancang untuk memaksimalkan

visual merchandising. Seperti kita ketahui, iklan dapat menarik pembeli untuk datang ke toko, tapi yang paling utama yang dapat membuat penjualan setelah pembelian berada di toko adalah display.

Display yang baik yaitu yang dapat menarik perhatian pengunjung dan membantu mereka agar mudah mengamati, memeriksa, dan memilih barang-barang itu dan akhirnya melakukan pembelian ketika konsumen masuk ke dalam toko, ada banyak hal yang akan mempengaruhi persepsi mereka pada toko tersebut.

Elemen-elemen General Interior terdiri dari: a. Color Schemes

(28)

Setiap toko hatus mempunyai pencahayaan yang cukup untuk mengarahkan atau menarik perhatian konsumen ke daerah tertentu dari toko.Tata cahaya yang baik mempunyai kualitas dan warna yang dapat membuat produk-produk yang ditawarkan terlihat lebih menarik, terlihat berbeda bila dibandingkan dengan keadaan yang sebenarnya.

3. Store Layout

Layout toko akan mengundang masuk atau menyebabkan pelanggan menjauhi toko tersebut ketika konsumen melihat bagian dalam toko melalui jendela etalase atau pintu masuk. Layout toko yang baik akan mampu mengundang konsumen untuk betah berkeliling lebih lama dan membelanjakan uangnya lebih banyak.

Elemen yang diperlukan ialah:

a. Furniture

Pemilihan furniture yang unik akan sangat membantu menarik konsumen untuk semakin memperhatikan keadaan di dalam toko.

b. Placement of Cash Register

(29)

4. Interior Display

Setiap jenis point-of-purchase display menyediakan informasi kepada pelanggan untuk mempengaruhi suasana lingkungan toko. Tujuan utama

Interior Display ialah untuk meningktakan penjualan dan laba toko tersebut.Interior (point-of-purchase) display terdiri dari:

a. Wall Decorations

Dekorasi dan warna yang menarik akan sangat meningkatkan emosi konsumen pada saat berada di toko tersebut.

b. Themesetting

Dalam satu musim atau peringatan hari tertentu retailer dapat mendesain dekorasi toko untuk menarik perhatian konsumen.

5. Social Dimensions

a. Employee Uniforms

Karyawan yang sopan, ramah, berpenampilan menarik dan sopan serta mempunyai pengetahuan yang cukup mengenai produk yang dijual, akan meningkatkan citra perusahaan dan loyalitas konsumen.

b. Crowding

Kenyamanan suatu tempat menentukan citra suatu toko atau

(30)

munculnya anggapan bahwa keramaian konsumen menandakan adanya sesuatu yang spesial dari toko tersebut.

Gambar 2.1Elemen Store Atmosphere

Sumber: B. Berman, Joel R. Evans (Lovelock and Wright “Service Marketing”) seventh edition 2007.

2.3 Perilaku Pembelian

Perilaku pembelian konsumen adalah perilaku pembelian konsumen ahir (individu dan rumah tangga) yang membeli barang atau jasa untuk konsumsi pribadi. Konsumen merupakan individu, kelompok, dan organisasi yang melakukan kegiatan memilih, membeli, memakai, dan membuang barang atau jasa, gagasan atau pengalaman dalam rangka memuaskan kebutuhan dan hasrat mereka (Sumarwan, 2004; Kotler, 2006). Dalam melakukan kegiatan-kegiatan

(31)

mendapatkan, menggunakan barang dan jasa tersebut, konsumen seringkali dipengaruhi oleh lingkungannya. Faktor-faktor lingkungan yang dapat mempengaruhi perilaku konsumen antara lain budaya, sosial, pribadi dan psikologis (Simamora, 2003).

Beragamnya jenis produk yang ditawarkan perusahaan sangat mempengaruhi proses pengambilan keputusan yang dilakukan konsumen. Pengambilan keputusan yang dilakukan konsumen berbeda-beda sesuai dengan tipe keputusan pembelian. Kotler (2000) menyebutkan bahwa keputusan untuk membeli yang diambil oleh pembeli sebenarnya merupakan kumpulan dari sejumlah keputusan. Dimensi untuk mengukur keputusan pembelian yang diambil oleh konsumen antara lain (Sutisna, 2003) :

1. Benefit Association

Kriteria benefit association menyatakan bahwa konsumen menemukan manfaat dari produk yang akan dibeli dan menghubungkannya dengan karakteristik merek. 2. Frekuensi pembelian

Ketika konsumen membeli produk tertentu dan ia merasa puas dengan kinerja produk tersebut, maka ia akan sering membeli kembali produk tersebut kapanpun ia membutuhkannya.

Kotler (2000) mencatat terdapat beberapa tahapan dalam proses keputusan pembelian yang dilakukan pelanggan, yaitu :

(32)

2.4 Indikator Perilaku Pembelian

Kotler (2006) menyatakan empat tipe perilaku pembelian konsumen yaitu:

1. Konsumen terlibat dalam perilaku pembelian yang rumit saat mereka sangat terlibat dalam sebuah pembelian dan menyadari adanya perbedaan yang signifikan diantara berbagai merk (perilaku pembelian yang rumit)

2. Konsumen yang akan berkeliling untuk mempelajari apa yang tersedia namun akan memilih dengan cukup cepat, dan mungkin terutama bereaksi terhadap kenyamanan berbelanja (perilaku pembelian pengurang disonasi)

3. Konsumen tidak melakukan pencarian informasi yang luas tentang kelebihan dan kekurangan merk tersebut (perilaku pembelian karena kebiasaan)

4. Konsumen yang sering melakukan perpindahan merk, umumnya terjadi karena pengaruh aspek variasi di bandingkan adanya ketidakpuasan (perilaku pembelian yang mencari inovasi)

(33)

faktor-faktor seperti budaya, kelas sosial, kepribadian dan psikologi. Tahap terakhir, adalah tahap pembuatan keputusan pembelian, dimana bisa dipengaruhi oleh tingkat kebutuhan akan produk/jasa, keputusan terhadap merk, dan pemilihan pemasok, pemilihan waktu dan jumlah pembelian produk/jasa, serta jenis produknya dan faktor demografi.

2.5 Pengaruh Store Atmosphere Terhadap Perilaku Pembelian

Store atmosphere mempengaruhi keadaan emosi seorang konsumen yang akan menyebabkan meningkatnya atau menurunnya pembelian. Keadaan emosional akan membuat dua perasaan yang dominan, yaitu perasaan senang dan membangkitkan keinginan, baik yang muncul dari psychological set ataupun keinginan yang bersifat mendadak (impulse) (Sutisna, 2003; Cheng, Wu dan Yen, 2009).

(34)

memberikan respon dan menciptakan kenyamanan bagi konsumen pada saat menikmati suasana di dalam toko, dan dalam kelanjutannya dapat mempengaruhi keputusan pembelian konsumen (Sumarwan, 2004; Utami, 2006).

(35)

2.6 Kerangka Konseptual

Gambar 2.2. Kerangka Konseptual

Store at mosfer (X)

(36)

2.7Hipotesis

(37)

BAB III

METODELOGI PENELITIAN

3.1 Definisi Operasiaonal dan Pengukuran Variabel

Definisi operasional dan pengukuran variable berisi pernyataan tentang pengoprasian atau pendefinisian konsep penelitian termasuk penetapan cara dan satuan pengukuran variabelnya, adalah sebagai berikut:

1. Store Atmosphere (X1) .Suasana terencana yang sesuai dengan pasar sasarannya dan yang dapat menarik konsumen untuk membeli, indikator variabel menurut Berman dan Evans (2007) adalah sebagai berikut:

X1.1 = Store Exterior adalah bangunan luar, papan nama toko, pintu masuk, luas bangunan desain toko.

X1.2 = General Interior adalah rancangan dari suatu tokountuk memaksimalkan visual merchandisingseperti iklan dan display produk yang baik dapat menarik pembeli untuk datang.

X1.3 = Store Layout atau tata letak toko, adalah rencana untuk menentukan lokasi tertentu dan pengaturan dari jalan/gang di dalam toko yang cukup lebar yang memudahkan para konsumen untuk berlalu-lalang di dalamnya.

(38)

X1.5 = Social Dimensions adalah kenyamanan toko dan karyawan yang ramah.

2. Perilaku Pembelian (Y). Perilaku pembelian konsumen adalah perilaku pembelian konsumen ahir (individu dan rumah tangga) yang membeli barang atau jasa untuk konsumsi pribadi, indikator variabel menurut (Sumarwan, 2004; Kotler, 2006) adalah sebagai berikut :

Y1 = Perilaku pembelian yang rumit adalah Konsumen terlibat dalam perilaku pembelian yang rumit saat mereka sangat terlibat dalam sebuah pembelian dan menyadari adanya perbedaan yang signifikan diantara berbagai merk.

Y2 = Perilaku pembelian pengurang disonasi adalah Konsumen yang akan berkeliling untuk mempelajari apa yang tersedia namun akan memilih dengan cukup cepat, dan mungkin terutama bereaksi terhadap kenyamanan berbelanja.

Y3 = Perilaku pembelian karena kebiasaan adalah Konsumen yang tidak melakukan pencarian informasi yang luas tentang kelebihan dan kekurangan merk tersebut.

(39)

3.1.1 Pengukuran Variabel

Dalam penelitian ini, skala pengukuran variabel yang di gunakan adalah skala interval (interval scale), dengan teknik pembobotan skala Likert. Analisis ini dilakukan dengan meminta responden untuk menyatakan pendapatnya tentang serangkaian pernyataan yang berkaitan dengan obyek yang di teliti dalam tingkat persetujuan mereka dengan memilih salah satu pilihan yang tersedia. Dalam penelitian ini, setiap pernyataan masing-masing di ukur dengan lima pilihan skala seperti berikut:

• Sangat Tidak Setuju • Tidak Setuju

• Netral • Setuju

• Sangat Setuju

3.2.Teknik Pengambilan Sampel a. Populasi

(40)

Populasi dalam penelitian ini adalah pengunjung di Galery kulit Cito Mall Surabaya.

b. Sampel

Sampel adalah bagian dari populasi yang mempunyai cirri dan karakteristik yang sama dengan populasi tersebut. Karena itu sampel harus representative dari populasi (sumarsono, 2002). Metode pengambilan sampel yang di lakukan adalah non probability sampling dengan teknik Purposive sampling, yaitu pengambilan dengan cara memberikan kuisioner kepada pengunjung yang sudah melakukan pembelian di Toko Galery Kulit Cito Mall Surabaya.

Teknik penentuan sampel yang dipergunakan adalah berdasarkan pedoman pengukuran sampel menurut (Ghozali, 2011) yaitu sebagai berikut :

1. Sepuluh kali skala dengan jumlah terbesar dari indikator (kausal) formatif.

2. Catatan skala untuk konstruk yang di desain dengan refleksif indikator dapat di abaikan.

(41)

3.3.Teknik Pengumpulan Data.

3.3.1. J enis Data

Data Primer

Data primer yang di gunakan dalam penelitian ini diperoleh dengan menyebarkan kuisioner kepada konsumen di Cito Mall.

3.3.2. Sumber Data

Sumber data yang di gunakan dalam analisis ini adalah data yang di ambil langsung kepada konsumen yang hendak membeli atau membeli di Toko Galery Kulit Cito Mall Surabaya dengan cara menyebarkan kuisioner.

3.3.3. Teknik Pengumpulan Data

Pengumpulan data dalam skripsi ini dilakukan dengan menggunakan caraberikut :

Kuisioner

(42)

3.4..Teknik Analisis dan Uji Hipotesis

3.4.1. Teknik Analisis Data

Model yang di gunakan untuk menganalisis data dalam penelitian ini adalah model persamaan structural (Struktural Equation Modeling/SEM) berbasis varian atau komponen yaitu PLS (Partial Least Square) untuk memverivikasi hubungan antara variabel. Alasan mengunakan model SEM berbasiskan komponen atau varian (PLS) adalas sebagai berikut:

1. PLS dapat di gunakan untuk mengkonfirmasi teori, tetapi dapat juga di gunakan untuk menjelaskan ada atau tidaknya hubungan antar variabel laten, bahkan dengan PLS dapat menggunakan model persamaan struktural untuk menguji teori atau perkembangan teori untuk tujuan prediksi.

2. PLS merupakan metode analisis yang powerfull oleh kerena tidak di dasarakan banyak asumsi.

3. Penggunaan data dengan PLS, tidak harus berdistribusi normal multivariate (indikato dengan skala kategori sampai ratio dapat di gunakan pada model yang sama)

4. Penggunaan sampel pada PLS, tidaklah harus besar melainkan bisa minimal 30 sampel.

(43)

6. PLS jauh lebih efisien perhitungan algoritma, sehingga mampu mengestimasi model yang besar dan komplek dengan ratusan variabel laten dan ribuan indikator.

Sedangkan alasan-alasan menggunakan SmartPLS versi 2.0 sebagai tools dari SEM berbasiskan komponen atau varian (PLS) menurut Ghozali (2006) adalah sebagai berikut:

1. Kemudahan dalam menginstal program.

2. Tampilan model editor dapat disusun secara rapi, dimana dapat digunakan untuk menciptakan, merubah, dan menghitung model. 3. Kemudahan dalam bekerja lebih dari satu model pada sesi yang sama. 4. Tampilan output lebih tersusun rapi dalam sintaks html.

Adapun langkah-langkah yang perlu di lakukan dalam menggunakan model persamaan structural PLS menurtut Ghozali (2006) adalah sebagai berikut:

1) Model Spesifikasi dengan PLS

Menurtut Ghozali (2006), model analisis jalur semua variabel laten dalam PLS terdiri dari tiga set hubungan, yaitu: (1) inner model yang menspesifikasi hubungan antara variabel laten (Sruktural model), (2) outer model yang menspesifikasi hubungan antara variabel laten dengan indikator atau variabel menives-nya (meansurement model), dan (3)

(44)

A. Inner Model

Inner model, yaitu spesifikasi hubungan antar variabel laten (structural model), disebut juga dengan inner relation, menggambarkan hubungan antar variabel laten berdasarkan teori substansif penelitian. Tanpa kehilangan sifat umumnya, diasumsikan bahwa variabel laten dan indikator atau variabel manifest diskala zero means dan unit varian sama dengan satu, sehingga parameter lokasi (parameter konstanta) dapat dihilangkan dari model. Model persamaannya dapat ditulis seperti di bawah ini: η= βη+Γξ +ς

Dimana menggambarkan vektor variabel endogen (dependen), adalah vektor variabel laten eksogen dan adalah vektor residual (unexplained variance). Oleh karena PLS didesain untuk model rekursif, maka hubungan antar variabel laten, berlaku bahwa setiap variabel laten dependen , atau sering disebut causal chain system

dari variabel laten dapat dispesifikasikan sebagai berikut:

η

j = Σiβjiηi + Σi γjbξb + ςj

Dimana γ

jb (dalam bentuk matriks dilambangkan dengan Γ) adalah

koefisien jalur yang menghubungkan variabel laten endogen (η) dengan eksogen (ξ). Sedangkan β

ji (dalam bentuk matriks

(45)

untuk range indeks i dan b. Parameter ς

j adalah variabel inner

residual.

Pada model PLS Gambar 3 inner model dinyatakan dalam sistem persamaan sebagai berikut:

Outer model, yaitu spesifikasi hubungan antara variabel laten dengan indikatornya, disebut juga dengan outer relation atau

measurement model, mendefinisikan karakteristik konstruk dengan variabel manifesnya. Model indikator refleksif dapat ditulis persamaannya sebagai berikut:

x = Λxξ + δ y = Λyη + ε

Di mana x dan y adalah indikator untuk variabel laten eksogen (ξ) dan endogen (η). Sedangkan Λx dan Λy merupakan matriks

(46)

ξ= Π

ξXi + δ dan η= ΠηYi + ε

C. Weight Relation

Weight relation, estimasi nilai kasus variabel latent.Inner dan

outer model memberikan spesifikasi yang diikuti dengan estimasi weight relation dalam algoritma PLS:

ξ

b= Σkb wkb xkb

η

i= Σki wki yki

Dimana w

kb dan wki adalah k weight yang digunakan untuk

membentuk estimasi variabel laten ξ

b dan ηi. Estimasi variabel

laten adalah linear agregat dari indikator yang nilai weight-nya didapat dengan prosedur estimasi PLS.

2) Evaluasi Model

(47)

konvergen dan validitas diskriminan dari indikatornya dan composive reliability atau blok indikator.

Model structural atau inner model di evaluasi dengan melihat persentase variance yang di jelaskan yaitu dengan melihat nilai R-square unruk konstruk laten dependen dengan menggunakan ukuran stone-Geisser Q Square test dalam Ghozali (2006) dan juga melihat besarnya koefisien jalur strukturalnya. Stabilitas dari estimasi ini di evaluasi dengan menggunakan uji t-statistic yang di peroleh dari prosedur bootstrapping.

3) Model Pengukuran dengan Outer Model

Validitas konvergen dari model pengukuran dengan refleksif indikator dinilai berdasarkan korelasi antar skor item atau skor komponen dengan skor konstruk yang dihitung dari PLS. Ukuran reflektif individual dikatakan tinggi jika berkorelasi lebih dari 0,7 dengan konstruk yang ingin di ukur.

(48)

Metode lain untuk menilai validitas diskriminan adalah membandingkan nilai akar average extracted (AVE) setiap konstruk dengan korelasi antar konstruk dengan konstruk lainnya dalam model. Jika nilai akar AVE setiap konstruk lebih besar dari nilai korelasi antara konstruk dengan konstruk lainnya dalam model, maka dikatakan memiliki nilai validitas diskriminan yang baik dalam Ghozali (2006). Direkomendasikan bahwa nilai AVE > 0,5.

Composite reliability blok indikator yang mengukur suatu konstruk dapat dievaluasi dengan dua macam pengukuran, yaitu internal consistency yang di kembangkan oleh werts, Lim dan joreskog (1974) dan Cronbach Alpha dengan menggunakan output yang di hasilkan PLS, maka composite reliability dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut:

(∑λi)² pc Pc=

(∑λi)² +∑I var (εi)

(49)

untuk setiap variabel laten dependen. Interpretasinya sama dengan interpretasi pada regresi. Perubahan nilai R-square dapat di gunakan untuk menilai pengaruh variabel laten independen tertentu terhadap variabel dependen apakah memiliki pengaruh yang substantive. Pengaruh besarnya f2 dapat di hitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut:

R² included - R² exclude f² =

1-R² include

(50)

BAB IV

ANALISIS DAN PEMBAHASAN

4.1Deskriptif Hasil Penelitian

4.1.1 Gambaran Umum Toko

Lokasi penelitian ini berada di Galery Kulit Cito Mall Surabaya, adapun alasan peneliti memilih lokasi tersebut adalah sebagai berikut :

a. Lokasi tersebut merupakan tempat yang strategis dalam melakukan aktivitas jual beli dan mudah di temukan oleh calon pembeli.

b. Toko tersebut fokus menjual produk-produk fashion bagi kaum pria.

4.2 Analisis Karakteristik Responden

Data mengenai keadaan responden dapat di ketahui melalui jawaban responden dari pertanyaan-pertanyaan yang di ajukan dalam kuisioner.

a. Usia

(51)

Tabel 4.1. Karakteristik responden berdasarkan Usia

NO USIA (TAHUN) JUMLAH

1 21-30 23

2 31-40 22

3 41-50 5

Total 50

Sumber : Data di olah

(52)

4.2.1. Deskripsi Variabel

4.2.2. Deskripsi Variabel Stror e Atmosphere (X1)

Tabel 4.2. Frekuensi Hasil Jawaban Responden Mengenai Store Atmosphere

NO Pertanyaan 1 2 3 4 5 Skor

1 Bangunan luar, papan nama toko, pintu masuk dan luas bangunan desain toko dapat mempengaruhi saya untuk membeli

1 2 2 38 7 50

2 Warna toko yang menarik, cahaya ruangan, musik yang diperdengarkan, pengaturan rak barang yang rapi (Display) ,kebersihan toko, serta

aroma/bau dan udara di dalam toko dapat mempengaruhi saya untuk membeli.

- - 3 24 23 50

3 Pengaturan dari jalan/gang di dalam toko yang cukup lebar yang memudahkan para konsumen untuk berlalu-lalang di dalamnya dapat mempengaruhi saya untuk membeli.

- - 3 25 22 50

4 Poster, tanda petunjuk lokasi, tanda gambar special eventseperti lebaran dan tahun baru, dan media pembungkus dapat mempengaruhi saya untuk membeli

- 2 3 31 14 50

5 Kenyamanan toko dan karyawan yang ramah dapat mempengaruhi saya untuk membeli.

- - - 11 39 50

Sumber : Data diolah

Berdasarkan tabel di atas dapat di jelaskan sebagai berikut :

(53)

terdapat pada skor 5 dengan jumlah responden sebanyak 7 Artinya, sebagian besar responden menjawab setuju.

b. Indikator kedua dari Store Atmosphere, yaitu Warna toko yang menarik, cahaya ruangan, musik yang diperdengarkan, pengaturan rak barang yang rapi (Display) ,kebersihan toko, serta aroma/bau dan udara di dalam toko dapat mempengaruhi saya untuk membeli, mendapat respon terbanyak pada skor 4 dengan jumlah sebanyak 24, kemudian terbanyak kedua terdapat pada skor 5 dengan jumlah responden sebanyak 23 Artinya, sebagian besar responden menjawab setuju.

c. Indikator ketiga dari Store Atmosphere, yaitu Pengaturan dari jalan/gang di dalam toko yang cukup lebar yang memudahkan para konsumen untuk berlalu-lalang di dalamnya dapat mempengaruhi saya untuk membeli, mendapat respon terbanyak pada skor 4 dengan jumlah responden sebanyak 25, kemudian terbanyak kedua terdapat pada skor 5 dengan jumlah responden sebanyak 22 Artinya, sebagian besar responden menjawab setuju.

(54)

e. Indikator kelima dari Store Atmosphere, yaitu Kenyamanan toko dan karyawan yang ramah dapat mempengaruhi saya untuk membeli, mendapat respon terbanyak pada skor 5 dengan jumlah sebanyak 39, kemudian terbanyak kedua terdapat pada skor 4 dengan jumlah responden sebanyak 11 Artinya, sebagian besar responden menjawab sangat setuju.

4.2.3. Deskripsi Variabel Perilaku pembelian (Y)

Tabel 4.3 Frekuensi Hasil Jawaban Responden Mengenai perilaku pembelian

N0 Pertanyaan 1 2 3 4 5 Skor

1 Saya menjadi pembeliyang rumit ketika menyadari adanya perbedaan yang signifikan diantara berbagai merk.

1 21 6 16 6 50

2 Saya pembeli yang berkeliling untuk mempelajari apa yang tersedia namun cukup cepat dalam memilih suatu produk dan memperhatikan kenyamanan belanja.

3 7 2 32 6 50

3 Saya pembeli yang tidak melakukan pencarian informasi yang luas tentang kelebihan dan kekurangan suatu merk.

6 27 4 8 5 50

4 Saya pembeli yang sering melakukan perpindahan merk yang di karenakan pengaruh aspek variasi.

1 18 4 19 8 50

Sumber : Data diolah

Berdasarkan tabel di atas dapat di jelaskan sebagai berikut :

(55)

terdapat pada skor 4 dengan jumlah sebanyak 16 responden. Artinya, sebagian besar responden menjawab tidak setuju.

b. Indikator kedua dari Perilaku pembelian, yaitu Saya pembeli yang berkeliling untuk mempelajari apa yang tersedia namun cukup cepat dalam memilih suatu produk dan memperhatikan kenyamanan belanja, mendapat respon terbanyak pada skor 4 dengan jumlah sebanyak 32 responden, kemudian terbanyak kedua terdapat pada skor 2 dengan jumlah sebanyak 7 responden. Artinya sebagian besar responden menjawab setuju.

c. Indikator ketiga dari Perilaku pembelian, yaitu Saya pembeli yang tidak melakukan pencarian informasi yang luas tentang kelebihan dan kekurangan suatu merk, mendapat respon terbanyak pada skor 2 dengan jumlah sebanyak 27 responden, kemudian terbanyak kedua terdapat pada skor 4 dengan jumlah sebanyak 8 responden. Artinya, sebagian besar responden menjawab tidak setuju.

(56)

4.3. Analisis Data

4.3.1 Evaluasi Outlier

(57)

Tabel 4.4. : Outlier Data

Resi d u a ls St a t ist i csa

Minim um Maxim um Mean St d. Deviat ion N Predicted Value 13,8907 37,6993 25,5000 6,39552 50 St d. Predict ed Value - 1,815 1,907 ,000 1,000 50 St andard Error of Predicted

Value 3,732 10,522 6,301 1,543 50 Adj usted Predicted Value 6,3754 44,7670 25,8247 7,30282 50 Residual - 26,47902 24,10117 ,00000 13,09951 50 a. Dependent Variable: RESP

Sumber : Data diolah

(58)

4.4 Interpretasi Hasil PLS

4.4.1 Pengujian Model Pengukuran (Outer Model)

Langkah selanjutnya adalah menilai outer model (Measurement Model) dengan melihat outer loading factor discriminan validity dan composite reliability dari konstruk.

(59)

Y4 < - PERI LA K U

PEM B EL I A N ( Y) 0 ,5 9 3 0 4 2 0,5062 52 0,3164 55 0,3164 55 1 ,8 7 4 0 1 5

Sumber: Data diolah

Berdasarkan analisis data di atas bahwa validitas indikator : Nilai Factor Loading lebih besar dari 0,5 dan atau nilai T-Statistic lebih besar dari 1,645 (nilai Z pada α = 0,10). Factor Loading merupakan korelasi antara indikator dengan variabel, jika lebih besar dari 0,5 maka korelasi disebut valid dan jika nilai T-Statistic lebih besar dari 1,645 maka korelasinya disebut signifikan.

Berdasarkan pada tabel outer loading di atas, maka pada variabel dengan indikator reflektif Yaitu Store Atmospher e dan Perilaku Pembelian, dimana tidak semua indikator kedua variabel tersebut memiliki factorloading lebih besar dari 0,50 dan atau signifikan (Nilai T-Statistic lebih dari nilai Z α = 0,10 (10%) = 1,645 ), sehingga indikator-indikator yang memiliki factorloading lebih besar dari 0,50 dan atau signifikan (Nilai T-Statistic lebih dari nilai Z α = 0,10 (10%) = 1,645 ), tersebut adalah menjadi pengukur/indikator variabelnya. Secara keseluruahn hasil estimasi telah memenuhi Convergen vailidity dan validitas baik.

1. Discriminant Validity

(60)

korelasi antar variabel yang lain, maka dapat dikatakan hasil ini menunjukan bahwa discriminant validity yang tinggi.

Tabel 4.6. Average Variance Extract (AVE)

A V E

PERI LA K U PEM BELI A N ( Y) 0,4261 72

STORE A SM OSPH ERE ( X ) 0,2469 58

Sumber : Data diolah

Berdasarkan tabel di atas bahwa model pengukuran berikutnya adalah nilai Average Variance Extracted (AVE), yaitu nilai menunjukkan besarnya varian indikator yang dikandung oleh variabel latennya. Konvergen Nilai AVE lebih besar 0,5 juga menunjukkan kecukupan validitas yang baik bagi variabel laten. Pada variabelindikator reflektif dapat dilihat dari nilain Avarage variance extracted (AVE) untuk setiap konstruk(variabel). Dipersyaratkan model yang baik apabila nilai AVE masing-masing konstruk lebih besar dari 0,5. Hasil pengujian menunjukkan bahwa nilai AVE untuk konstruk (variabel) Store Atmosphere dan Perilaku Pembelian memiliki nilai lebih kecil dari 0,5, sehingga validitasnya rendah.

2. Composite Reliability

(61)

konsisten maka alat tersebut reliabel. Dengan kata lain, reliabilitas menunjukan suatu konsistensi alat pengukur dalam gejala yang sama. Hasil selengkapnya dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel 4.7.Composite Reliability

Co m p o s i t e Re l i a b i l i t y

PERI LA K U PEM BELI A N ( Y) 0,7394 45

STORE A SM OSPH ERE ( X ) 0,3446 19

Sumber : Data diolah

Reliabilitas konstruk yang diukur dengan nilai composite reliability,

(62)

4.5 Analisis Model PLS

Gamnbar 4.1 Diagram Jalur Hasil Output PLS

Berdasarkan gambar di atas dapat di lihat nilai-nilai dari indikator terhadap variabel laten, sehingga dapat di ketahui indikator Store Atmosphere memiliki pengaruh terhadap variabel laten.

4.6. Evaluasi Pengujuian Struktural Model (Inner Model)

(63)

merupakan uji goodness-fit model. Pengujian inner model dapat dilihat dari nilai R-square pada persamaan antar variabel latent. Sebagai berikut :

Tabel 4.8. R-Square

R Sq u a r e

PERI LA K U PEM BELI A N ( Y) 0,2284 44

STORE A SM OSPH ERE ( X )

Sumber : Data diolah

(64)
(65)

4.6.1. Inner Model (Pengujian Model Struktural)

Pengujian terhadap model structural di lakukan dengan melihat nilai R-Square yang merupakan uji goodness-fit model.Pengujian inner model dapat di lihat dari nilai R-square pada persamaan antar variabel latent. Nilai R² menjelaskan seberapa besar variabel eksogen (independen/bebas) pada model mampu menerangkan variabel endogen (dependen/terikat)

STORE ASMOSPHERE (X) berpengaruh terhadap PERILAKU PEMBELIAN (Y) dengan koefisien path sebesar -0,4779, TIDAK dapat diterima dimana nilai T-Statistic = 1,0079 lebih kecil dari nilai Z α = 0,10 (10%) = 1,645 , maka Non Signifikan (Negatif)

4.6.2 Pembahasan

4.63 Pengaruh Strore Atmosphere terhhadap Perilaku pembelian

(66)
(67)

Demikian hasil penelitian ini juga tidak sesuai dengan hasil penelitian (Sumarwan, 2004; Utami, 2006).Atmosfir toko tersebut dapat memberikan respon dan menciptakan kenyamanan bagi konsumen pada saat menikmati suasana di dalam toko, dan dalam kelanjutannya dapat mempengaruhi keputusan pembelian konsumen.

Store atmosphere bukan penentu atau faktor utama yang mempengaruhi

(68)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan

Setelah melakukan penelitian ini, pengumpulan dan menganalisis terhadap data-data yang telah di peroleh dari responden, maka kesimpulan dan saran dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Store Atmosphere tidak berpengaruh terhadap perilaku pembelian pada Galery Kulit di Cito Mall Surabaya. Berarti strore atmosphere bukan penentu perilaku pembelian kaum pria pada Galery Kulit di Cito Mall Surabaya.

5.2. Saran

Adapun saran yang dapat disampaikan oleh peneliti adalah :

(69)
(70)

Inc. Experimental Study of Music and Colour. Behavior & Information Technology.

Chin WW, 1998. The Partial Least Squares Approach for Structural Equation Modeling” In GA Marcoulides (ed), Modern Methods for Business Research.

Dessyana, Cindy Juwita, 2009, Store AtmospherePengaruhnya Terhadap Keputusan Pembelian Konsumen DI Texas Chicken Multimart II Manado.Jurnal Manajemen Bisnis.

Ferdinand, Agusty, 2006, Metode Penelitian Manajemen, Penerbit BP Undip. Semarang

Fuad, Muhammad, 2009, Store Atmosphere dan Perilaku Pembelian di toko buku Gramedia Malang.Jurnal Manajemen Bisnis

Ghozali, Imam, (2006). Aplikasi Analisisi Multivariat Dengan Program SPSS. Edisi 3. Andi: Yogyakarta

, (2008). Desain Penelitian Eksperimental (Teori, Konsep dan analisis Data dengan SPSS 16.0), Semarang: Badan Penerbit Universitas Dipenogoro. , (2011).Structural Equation Modeling Metode Alternatif dengan Partial Least

Square (PLS) Semarang. Badan Penerbit – Undip

(71)

Joglo Dau. Jurnal Manajemen Gajayana.

Jasniko, Wido, 2010, Pengaruh atmosfer toko dan variasi produk terhadap keputusan pembelian konsumen pada swalayan citra bandar buat padang. Jurnal Manajemen Bisnis

Kusumowidagdo, Astrid, 2006. Peran Penting Perancangan Interior pada Store Based Retail. Jurnal Interior Kristen Petra.

,2010. Pengaruh Desain Atmosfer Toko terhadap Perilaku Belanja.Jurnal Interior Kristen Petra.

Kotler, P, 1997, Manajemen Pemasaran. Jakarta : Prehallindo. , 2000, Manajemen Pemasaran, Edisi Revisi, Jakarta, Prehallindo.

, 2002, Manajemen Pemasaran; Perspektif Asia. Buku 2/oleh Philip Kotler, Swee Hoon Ang, Siew Meng Leong, Chin Tiong Tan.-Yogyakarta: Penerbit ANDI.

, 2005,Manajemen Pemasaran. Edisi Kesebelas. Jilid 1.Terjemahan Drs. Benyamin Molan.Penyunting Bambang Sarwiji. PT. Indeks, Jakarta.

,2006, Marketing Management: An Asian Perspective. Fourth Edition. Singapore: Prentice Hall

Lamb Charles W; Hair, Joseph F, dan McDaniel, Carl. 2001. Pemasaran. Edisi Pertama. Jakarta: Salemba Empat.

Simamora, Bilson. 2003. Membongkar Kotak Hitam Konsumen. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.

Sumarsono, 2002, Metodelogi Penelitian, Edisi Pertama, Fakultas Ekonomi, UPN “Veteran” Jawa Timur.

Sumarwan, Ujang. 2004. Perilaku Konsumen: Teori dan Penerapannya Dalam Pemasaran. Bogor: PT. Ghalia Indonesia.

(72)

the Multi-Attributes of Store Image. Journal of Retailing and Consumer Services.

Utami, Christina Whidya. 2006. Manajemen Ritel: Strategi dan Implementasi Modern. Edisi Pertama. Jakarta: Salemba Empat.

Wertz, C; Lim, R dan Jokerskog, K, 1974.Intraclass reliability estimates; Testing Structural assumptions.Educational and Psychological measurement. William J, Stanton, 1984, Dasar-dasar pemasaran, Edisi ke tujuh, Jakarta :

Gambar

Tabel 1.1.Penjualan produk dari bulan Juli-September 2013.
Gambar 2.1Elemen Store Atmosphere
Tabel 4.1. Karakteristik responden berdasarkan Usia
gambar special eventseperti lebaran dan
+7

Referensi

Dokumen terkait

Hasil pengolahan memberikan hasil tidak signifikan, yang artinya tidak ada pengaruh positif yang berarti antara kebiasaan belajar terhadap prestasi belajar

Analisis data kualitatif bertujuan menjawab rumusan masalah yaitu, pelaksanaan tindakan dikatakan sesuai dengan perencanaan jika pelaksanaan tindakan pada saat proses

Pada titik E, perusahaan 1 memproduksi Q 1 * dan perusahaan 2 menghasilkan Q 2 * unit, perusahaan tidak memiliki insentif untuk mengubah output jika mereka

Berdasarkan hasil uji one way ANOVA diketahui bahwa nilai p = 0,000 (p&lt; 0,05) yang berarti terdapat perbedaan bermakna secara statistik antar kelompok perlakuan sehingga

lain bidang dharma, pengertian Hindu yakni kewajiban yang paling dekat dengan istilah hukum. Hukum ini bertahan di India walaupun dikuasai kaum Muslimin dan kolonialisasi

Dari tindakan agen terhadap strukturnya tersebut, sehingga struktur yang telah lama ada mengalami perubahan sebagai akibat dari munculnya kesadaran praktis di

Dapat dipahami bahwa dalam Islam, tidak ada keterpisahan antara pengamatan terhadap fakta dengan keterhubungannya pada kemahaagungan Tuhan. Walaupun memang tentu