V. HASIL PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN
5.2 Interpretasi Horison
5.2 Interpretasi Horison
Dari data ekstraksi wavelet kita dapat melihat bahwa pada area off-shore
memiliki hasil well-seismic tie yang lebih baik daripada di area land. Hal ini dikarenakan data seismik di off-shore lebih baik dibandingkan data seismik di
land sehingga mempengaruhi hasil well-seismic tie. Setelah seismogram sintetik dan data sumur diikat dengan data seismik, langkah selanjutnya adalah melakukan
picking horizon yang dipandu oleh data sumur well marker pada perangkat lunak
Seiswork.
Zona interest berada pada umur batuan Paleosen hingga Eosen Tengah, sehingga untuk batas bawah dilakukan picking pada batas Paleosen Awal (BASE-Z) dan sebagai guide dilakukan picking pada batas Paleosen Akhir (TOP-Z).
Picking dilakukan dengan interval 32 bin inline dan xline pada area off-shore, sementara pada area land menggunakan data yang sudah ada dikarenakan data seismik yang kurang baik dan cukup sulit diinterpretasi untuk area land. Setelah melakukan picking pada masing-masing BASE-Z dan TOP-Z kemudian dilakukan interpolasi pada hasil picking tersebut.
56
57
58
59
60
61
Setelah memiliki horison BASE-Z sebagai batas bawah zona interest dan TOP-Z sebagai guide, kemudian dilakukan picking horizon pada clinoform di zona Paleosen Tengah (MID-Z) sebagai salah satu zona interest. Picking awal horison MID-Z dilakukan pada area off-shore di bagian Barat dengan interval 32 bin inline dan xline (Gambar 5.25) kemudian dilakukan interpolasi dari hasil
picking tersebut (Gambar 5.26).
Dengan melihat horison awal MID-Z yang telah diinterpolasi maka diperlukan perluasan horison karena dari hasil picking horizon awal MID-Z masih belum menggambarkan zona interest yang diperlukan. Sehingga picking pada area
off-shore dilanjutkan ke bagian Timur dengan interval 64 bin searah hipotesa orientasi pengendapan serta dilanjutkan ke area land dengan interval 32 bin searah hipotesa orientasi pengendapan (Gambar 5.27). Dalam melakukan perluasan
picking horizon ini digunakan Atribut Seismik Instantaneous Phase untuk dapat meningkatkan event refleksi lemah dan meningkatkan kontinuitas event, terutama pada area land dengan volum seismik yang cukup rumit. Setelah horison MID-Z diperluas kemudian dilakukan beberapa revisi pada beberapa daerah yang diperlukan dan dilakukan interpolasi dari hasil keseluruhan picking tersebut (Gambar 5.28).
63
64
65
Gambar 5.28 Hasil revisi perluasan horison dengan bantuan atribut seismik instantaneous phase dan interpolasi horison MID-Z area
66
Setelah melakukan piking horizon pada zona interest umur batuan Paleosen kemudian dilanjutkan hingga ke umur batuan Eosen Tengah. Picking horizon dilakukan pada clinoform yang berada pada umur batuan Eosen Tengah. Pada umur batuan Paleosen Akhir hingga Eosen Tengah terlihat 3 (tiga) buah
clinoform pada volume seismik di area off-shore. Sehingga picking horizon
dilakukan pada clinoform horison BER-A, BER-B, dan BER-C. Picking horizon
dilakukan pada masing-masing clinoform dengan interval 16 bin searah hipotesa orientasi pengendapan. Dari hasil picking horizon tersebut kemudian dilakukan interpolasi dan dilakukan revisi pada beberapa daerah yang perlu dikoreksi. Untuk ketiga clinoform ini hanya terdapat pada area off-shore daerah pengamatan saja dan tidak ditemukan kontinuitasnya di area land.
Dalam melakukan picking horizon pada clinoform BER-A, BER-B, dan BER-C terdapat suatu horison yang memotong ketiga clinoform tersebut hingga tidak ditemukan kontinuitasnya di area land. Diperkirakan bahwa telah terjadi erosi pada umur batuan Eosen Tengah yang telah memotong ketiga clinoform
pada umur batuan dari Paleosen Akhir hingga Eosen Tengah tersebut. Kemudian untuk menandai batas erosi tersebut dilakukan picking horizon pada TOP-ABC.
Picking horizon dilakukan dengan interval 64 bin serarah hipotesa orientasi pengendapan (Gambar 5.35). Dari hasil picking horizon tersebut kemudian dilakukan interpolasi dan direvisi pada beberapa daerah yang perlu dikoreksi (Gambar 5.36) sehingga diperoleh horison TOP-ABC (Gambar 5.37) yang memotong clinoform BER-A, BER-B, dan BER-C.
68
69
70
Gambar 5.32 Hasil interpolasi dan revisi horison dengan menggunakan atribut seismik instantaneous phase pada clinoform BER-A area
71
Gambar 5.33 Hasil interpolasi dan revisi horison dengan menggunakan atribut seismik instantaneous phase pada clinoform BER-B area
72
Gambar 5.34 Hasil interpolasi dan revisi horison dengan menggunakan atribut seismik instantaneous phase pada clinoform BER-C area
74
Gambar 5.36 Hasil interpolasi dan revisi horison dengan menggunakan atribut seismik instantaneous phase pada erosi horison TOP-ABC
75
76
Setelah memiliki 7 (tujuh) horison tersebut (BASE-Z, MID-Z, TOP-Z, BER-A, BER-B, BER-C, dan TOP-ABC) kemudian dimbuat visualisasinya secara 3D untuk membantu dalam melakukan interpretasi selanjutnya. Dari hasil visualisasi secara 3D dapat terlihat dengan jelas bentuk dari ketujuh horison tersebut dan memperkirakan orientasi pengendapan yang sebenarnya.
77
Gambar 5.39 Horison MID-Z secara 3D
78
Gambar 5.41 Horison BER-A secara 3D
79
Gambar 5.43 Horison BER-C secara 3D
80
Gambar 5.45 Seluruh horison secara 3D dengan volum seismik