• Tidak ada hasil yang ditemukan

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.2. Analisis Data

4.2.2. Interpretasi Model

Dilihat dari hasil regresi tersebut maka interpretasinya adalah :

a. Belanja Daerah

1. Dana Alokasi Umum kabupaten/kota Sumatera Utara mempunyai pengaruh positif dan signifikan terhadap Belanja Daerah dan koefisiennya sebesar 0.72390 artinya apabila jumlah Dana Alokasi Umum naik sebesar 1 %, dengan asumsi variabel lain dianggap konstan (cateris paribus), maka akan meningkatkan Belanja Daerah Kabupaten/Kota di Sumatera Utara sebesar 0,729 %. Hasil tersebut sesuai dengan studi yang dilakukan Prakosa (2004) bahwa Dana Alokasi Umum memiliki hubungan positif dan signifikan, dimana peningkatan terhadap Dana Alokasi Umum sebagai dana perimbangan akan meningkatkan belanja daerah yang dilakukan oleh pemerintah daerah. Dan jika dilihat dari Gambar 4.1 dan Gambar 4.2 maka dapat diketahui bahwa ada kecendrungan peningkatan realisasi DAU di Sumatera Utara. Hal tersebut terjadi karena rendahnya porsi penerimaan PAD dalam menutupi anggaran Belanja Daerah. Walaupun setiap tahunnya PAD mengalami pertumbuhan namun belum bisa menutupi kekurangan belanja daerah akibat sampai dengan saat ini DAU digunakan sebagai pendanaan utama dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD).

2. Pendapatan Asli Daerah Kabupaten/Kota Sumatera Utara mempunyai pengaruh positif dan signifikan terhadap Belanja Daerah dan koefisiennya sebesar 0.053141 artinya apabila jumlah Dana Alokasi Umum naik sebesar 1

meningkatkan Belanja Daerah Kabupaten/Kota di Sumatera Utara sebesar 0.053 %. Dalam hal ini sesuai dengan teori yang dikemukakan Mardiasmo (2004) yang menyatakan dengan PAD yang tinggi maka belanja daerah akan semakin besar salah satunya dengan meningkatkan subsidi pemerintah daerah kepada masyarakat lapisan bawah. Dan Hasil penelitian ini sejalan dengan pendapat Aziz et al (2004) dalam Ferdian (2013) yang menyatakan bahwa pendapatan asli daerah akan mempengaruhi anggaran belanja pemerintah daerah atau perubahan pendapatan terjadi sebelum perubahan pengeluaran. 3. Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten/Kota Sumatera Utara memiliki pengaruh

negatif dan signifikan terhadap Belanja Daerah dan koefisiennya sebesar - 0.04664 artinya apabila terjadi kenaikan pertumbuhan ekonomi sebesar 1% dengan asumsi variabel lain dianggap konstan (cateris paribus), maka Belanja Daerah kabupaten/kota Sumatera Utara mengalami penurunan sebesar 0.0466 %. Hasil penelitian ini tidak sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Hadi Sasana (2011) yang menyatakan peningkatan pertumbuhan ekonomi (PDRB rill) akan meningkatkan Belanja Daerah pada kabupaten/kota di Provinsi Jawa Barat. Penelitian ini tidak sesuai dengan dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh hadi Sasana (2011) dikarenakan variabel pertumbuhan ekonomi yang digunakan yaitu nilai PDRB rill di Provinsi Jawa Barat yang setiap tahunnya tercatat mengalami peningkatan. Sementara dalam penelitian ini variabel yang digunakan yaitu laju pertumbuhan ekonomi pada kabupaten/kota Sumatera Utara yang tercatat mengalami fluktuasi setiap tahunnya. Pada saat pertumbuhan ekonomi mengalami penurunan atau bahkan

stagnan, hal tersebut sudah menjadi kewajiban pemerintah daerah untuk meningkatkan laju pertumbuhan ekonomi daerah. Yaitu dengan cara meningkatkan pengeluaran pemerintah terhadap sektor-sektor yang produktif yang dapat mendorong pertumbuhan ekonomi. Dan pada saat pertumbuhan ekonomi mengalami peningkatan dan dalam keadaan stabil, peran pengeluaran pemerintah tidak lagi difokuskan pada peningkatan pertumbuhan ekonomi tetapi pengeluaran pemerintah sudah difokuskan kepada pengeluaran di sektor lainnya seperti pengeluaran pemerintah pada sektor publik. Sehingga variabel pertumbuhan ekonomi dalam penelitian ini memiliki pengaruh negatif terhadap Belanja Daerah kabupaten/kota Sumatera Utara.

4. Jumlah Penduduk Kabupaten/Kota Sumatera Utara mempunyai pengaruh positif dan signifikan terhadap Belanja Daerah dan koefisiennya sebesar 3.615106, artinya apabila jumlah penduduk kabupaten/kota di Sumatera Utara naik sebesar 1% dengan asumsi variabel lain dianggap konstan (cateris paribus) maka belanja daerah kabupaten/kota Sumatera Utara naik sebesar 3.615 %. Artinya, jumlah penduduk memiliki pengaruh yang besar terhadap belanja daerah kabupaten/kota Sumatera Utara. Semakin banyak jumlah penduduk maka pengeluaran pemerintah daerah akan semakin meningkat. Hasil penelitian pada variabel Jumlah Penduduk sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Hadi Sasana (2011) yang menyatakan meningkatnya jumlah penduduk yang semakin besar akan memerlukan anggaran yang semakin besar. Selain itu, Jumlah Penduduk juga memiliki

dilakukan oleh Mhd.Ali Akbar (2011) Peningkatan jumlah penduduk menyebakan peningkatan terhadap pengeluaran pemerintah daerah karena adanya peningkatan jumlah penduduk menyebabkan adanya peningkatan terhadap sarana dan prasarana umum, serta pengalokasian belanja yang memberikan dampak langsung terhadap kesejahteraan penduduk meningkat. Sehingga Jumlah penduduk memiliki pengaruh positif terhadap Belanja Daerah kabupaten/kota Sumatera Utara.

b. Daya Serap Belanja Daerah

1. Dana Alokasi Umum pada kabupaten/kota Sumatera Utara mempunyai pengaruh Positif dan signifikan terhadap Daya Serap Belanja Daerah dengan koefisiennya sebesar 0.23026. Artinya apabila jumlah Dana Alokasi Umum naik sebesar 1 % dengan asumsi variabel lain dianggap konstan (cateris paribus), maka akan meningkatkan daya serap belanja daerah sebesar 0.230%. Terjadinya kecendrungan peningkatan penerimaan dana alokasi umum untuk menutupi kekurangan pendanaan Belanja Daerah pada kabupaten/kota Sumatera Utara telah menyebabkan anggaran belanja daerah yang dapat terealisasi (dialokasikan) menjadi meningkat. Hubungan positif tersebut menunjukkan Belanja Daerah yang dialokasikan pemerintah daerah kabupaten/kota sangat tergantung pada besar kecilnya alokasi dana perimbangan oleh pemerintah pusat terutama DAU. Ini berarti kemandirian pemerintah daerah dalam membiayai seluruh pengeluaran pemerintah daerah masih sangat tergantung pada transfer pemerintah pusat.

2. Pendapatan Asli Daerah pada kabupaten/kota Sumatera Utara memiliki pengaruh negatif dan signifikan dengan koefisiennya sebesar -0.05053. Artinya apabila jumlah pendapatan asli daerah (PAD) naik sebesar 1% dengan asumsi variabel lain dianggap konstan (cateris paribus), maka tingkat daya serap belanja daerah kabupaten/kota Sumatera Utara mengalami penurunan sebesar 0.050 %. Pada kabupaten/kota Sumatera Utara PAD cenderung mengalami pertumbuhan, dan dengan meningkatnya PAD yang digunakan dalam mendanai belanja daerah maka anggaran belanja daerah yang dapat direalisasikan (dialokasikan) menjadi menurun. Hasil penelitian ini tidak sejalan dengan teori yang dikemukakan oleh Mardiasmo (2004) yang menyatakan PAD berpengaruh positif terhadap Belanja Daerah, yang berarti seharusnya terjadinya peningkatan PAD maka Anggaran Belanja Daerah yang dapat direalisasikan meningkat. Tetapi pada hasil penelitian ini peningkatan terhadap PAD telah menyebabkan Anggaran Belanja Daerah yang dapat direalisasikan (dialokasikan) menurun. Menurut Priyo (2009) jika terdapat hubungan negatif antara variabel pendapatan dengan variabel belanja maka terdapat ilusi fiskal, dimana terdapat kecenderungan pemerintah daerah tidak berupaya mengoptimalkan PAD dalam meningkatkan realisasi Belanja Daerah, karena hal tersebut sebagai salah satu cara untuk mendapatkan DAU dalam jumlah tetap bahkan dapat meningkat jumlahnya.

3. Pertumbuhan ekonomi pada kabupaten/kota Sumatera Utara memiliki pengaruh positif tidak signifikan terhadap daya serap belanja daerah dan

sebesar 1% dengan asumsi variabel lain dianggap konstan (cateris paribus), maka tingkat daya serap belanja daerah kabupaten/kota Sumatera Utara mengalami peningkatan sebesar 0.085 %. Laju pertumbuhan ekonomi kabupaten/kota memiliki pengaruh yang tidak signifikan terhadap daya serap belanja daerah pada kabupaten/kota Sumatera Utara dikarenakan laju pertumbuhan ekonomi diukur dengan cara membandingkan, misalnya untuk ukuran regional digunakan PDRB tahun yang sedang berjalan dengan tahun sebelumnya. Maka pertumbuhan ekonomi pada tahun saat ini (tahun tertentu) berpengaruh pada pertumbuhan ekonomi pada tahun sebelumnya. Sehingga peningkatan laju pertumbuhan Ekonomi pada kabupaten/kota Sumatera Utara menyebabkan Anggaran Belanja Daerah yang dapat direalisasikan (dialokasikan) meningkat tetapi tidak memberikan pengaruh yang nyata.

4. Jumlah penduduk kabupaten/kota Sumatera Utara memiliki pengaruh negatif dan signifikan terhadap daya serap belanja daerah dengan koefisiennya sebesar -4.378019 Artinya apabila jumlah penduduk kabupaten/kota Sumatera Utara meningkat 1% dengan asumsi variabel lain dianggap konstan (cateris paribus), maka tingkat daya serap belanja daerah kabupaten/kota Sumatera utara akan mengalami penurunan sebesar 4,378 %. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Devita dkk (2014) yang menyatakan bertambahnya jumlah penduduk memiliki hubungan negatif terhadap Belanja Langsung pada kabupaten/kota di Provinsi Jambi hal tersebut dikarenakan proporsi DAU lebih cenderung digunakan untuk membiayai belanja tidak langsung khususnya belanja pegawai. Dan pada kabupaten/kota Sumatera Utara

Anggaran Belanja Daerah lebih dominan dialokasikan kepada Belanja Operasi daripada Belanja Modal. Dan pada penyusunan anggaran belanja daerah pada dasarnya sudah disesuaikan dengan kebutuhan jumlah penduduk pada kabupaten/kota di Sumatera Utara, tetapi realita (kenyataannya) tidak sesuai dengan realisasinya. Sehingga peningkatan jumlah penduduk pada kabupaten/ kota Sumatera Utara pada periode 2010-2013 menyebabkan anggaran belanja daerah yang dapat direalisasikan (dialokasikan) menjadi menurun.

Dokumen terkait